Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memiliki peran penting dalam pendidikan. Terdapat tiga jenis literasi TIK yaitu literasi perangkat keras, perangkat lunak, dan aplikasi. Pendidik dan siswa harus memiliki tujuh keterampilan TIK yang meliputi mendefinisikan, mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, menciptakan, dan mengkomunikasikan informasi. Era revolusi industri 4.0 mendorong perub
1. Teknologi Informasi dan Komunikasi
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
- - - -
Dr. Nur Agus Salim, M.Pd
Nama : Miftahul Zannah Nur
Arifin
NPM : 2186206037
Prodi : PGSD
Referensi :
Pendidikan Di Era Revolusi
4.0:
Tuntutan, Kompetensi &
Tantangan
2. Literasi Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK)
Literasi TIK dalam konteks Pendidikan
Literasi TIK dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu literasi perangkat keras
(hardware literacy), literasi perangkat lunak (software literacy) dan literasi
aplikasi (application literacy) (UNESCO 2011) yang dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Literasi Perangkat Keras.
Literasi perangkat keras mengacu pada serangkaian operasi dasar yang
perlu Anda ketahui untuk menggunakan komputer seperti Personal
Computer (PC) atau Laptop, atau mungkin kombinasi perangkat genggam
secara efisien. Misalnya mengetahui cara menggunakan keyboard, mouse,
bisa membedakan antara fungsi printer, pemindai, perangkat periperal
lainnya, processor, mainframe dan monitor.
3. 2. Literasi Perangkat Lunak.
Literasi perangkat lunak mengacu pada
serangkaian prosedur dan instruksi untuk
tujuan umum yang “tidak terlihat” yang
dibutuhkan oleh komputer atau perangkat
keras telekomunikasi untuk menjalankan
fungsinya dengan baik. Literasi
perangkat lunak biasanya berkaitan
dengan hal-hal yang tidak berwujud dan
“tidak terlihat”.
4. 3. Literasi Aplikasi.
Literasi aplikasi mengacu pada pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan menggunakan berbagai paket perangkat lunak tujuan khusus
yang ada di pasaran secara efisien seperti perangkat lunak yang
membantu perusahaan mengelola keuangannya, personelnya, peralatan
dan inventaris atau gudang, kantor atau pabrik atau ruang laboratorium,
alur kerjanya, jadwal produksinya, sistem pemrosesan pesanannya
(purchasing), laporan penjualan dan sebagainya.
5. Dalam konteks pendidikan,
pemanfaatan TIK dikatakan salah
satu faktor yang berpengaruh
dalam mewujudkan proses
pembelajaran yang lebih bermutu
agar tujuan pendidikan dapat
tercapai (Husain, 2014).
Pendidikan yang lebih fleksibel,
terbuka, terjangkau serta mudah
diakses oleh siapapun tanpa
membedakan faktor usia dan
latar belakang adalah gambaran
kualitas
pendidikan masa depan
(Budiman, 2017).
Menurut Irvin (2007), terdapat 7 (tujuh)
keterampilan TIK yang harus dimiliki baik
oleh pendidik maupun peserta didik yaitu
terdiri dari kecakapan mendefinisikan
(define), mengakses (access), mengelola
(manage), mengintegrasikan (integrate),
mengevaluasi (evaluate), menciptakan
(create) dan mengkomunikasikan
(communicate).
6. • kasirampilan mendefinisikan (define) adalah keahlian yang dimiliki untuk
mengenali dan mengidentifikasi kebutuhan informasi dengan menggunakan
peralatan TIK.
• Keterampilan mengakses (access) merupakan cara mengumpulkan dan
mengambil informasi dalam lingkungan digital, mengembangkan strategi
pencarian informasi dalam basis data.
• Keterampilan mengelola (access) yaitu mengatur informasi ke dalam skema
klasifikasi yang ada dengan menggunakan peralatan TIK.
• Keterampilan mengintegrasikan (integrate) untuk menafsirkan, meringkas,
menarik kesimpulan, membandingkan dan membedakan informasi dari berbagai
sumber digital.
• Keterampilan mengevaluasi (evaluate) adalah
kecakapan untuk merefleksikan dan membuat penilaian
tentang kualitas, relevansi, kegunaan, efisiensi, otoritas,
bias, dan ketepatan waktu dari informasi yang diperoleh.
• Keterampilan menciptakan (create) merupakan
kecakapan untuk menghasilkan informasi dan
pengetahuan dengan mengadaptasi, menerapkan,
merancang, menciptakan, atau mewakili informasi dalam
lingkungan TIK.
• Keterampilan komunikasi (communicate) yaitu
kecakapan menyampaikan informasi dan pengetahuan
dalam bentuk digital kepada berbagai individu dan/atau
kelompok tertentu (Irvin, 2007).
7. Keterampilan para pendidik dalam memanfaatkan TIK pada proses
pembelajaran menjadi ikut terbatas. Hal ini sejalan penelitian Pernia
(2008) bahwa literasi TIK seseorang bergeser dari fase kesadaran
(awareness state) ke fase kritis (critical state) yang dapat dijelaskan
sebagai berikut :
• Fase kesadaran (awareness state) merupakan kondisi di mana orang
menjadi sadar akan pentingnya teknologi, menganalisis
signifikansinya, merefleksikan nilainya dan kemudian memutuskan
untuk mendapatkan teknologi tersebut.
• Fase interpretasi (interpretive state) merupakan kondisi di mana
orang telah memperoleh, menggunakan, menginterpretasikan dan
mengembangkan keterampilan dengan TIK sehingga mereka dapat
meningkatkan literasi TIK.
• Fase kritis (critical state), merupakan kondisi di mana orang telah
memiliki pandangan atau pemahaman menyeluruh tentang suatu
teknologi termasuk asal-usulnya, penggunaan dan efeknya pada
pengguna dari sudut pandang mereka.
8. Era revolusi industri 4.0 telah mendorong berbagai perubahan di berbagai
sektor kehidupan termasuk sektor pendidikan. Kehadiran teknologi digital
menawarkan peluang dan tantangan untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran yang diselenggarakan sehingga tujuan pendidikan dapat
tercapai. Harapannya proses pembelajaran yang efektif dapat
meningkatkan pula hasil belajar dan mutu individu peserta didiknya.