Materi tersebut membahas tentang literasi TIK dan pemanfaatannya dalam pendidikan. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain manfaat literasi TIK untuk mendukung perubahan di berbagai aspek termasuk pendidikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran, namun ada juga kendala seperti keterbatasan sarana prasarana TIK di sekolah dasar. Materi ini juga menjelaskan tantangan guru dalam pemanfaatan TIK seperti kur
1. BAB 7
LITERASI TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI (TIK)
NAMA : ANNISA SYAFIRA WARDHANI
KELAS : 1 D PGSD
NPM : 2186206119
2. 7.1 Pendahuluan
era revolusi industri 4.0 yang telah memengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan
masyarakat. kita harus menyesuaikan diri terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK) agar tidak tergilas atau
tertindas dengan perkembangan jaman. Masyarakat informasi juga dapat diartikan
sebagai suatu masyarakat yang memiliki kemampuan mengakses, mengelola dan
memanfaatkan informasi seluas-luasnya untuk meningkatkan ekonomi dan kemakmuran
Bersama (Damanik, 2012). Dengan demikian kegiatan produksi, distribusi maupun
rekayasa informasi sesuai dengan kebutuhan menjadi kegiatan yang penting dalam
masyarakat informasi. Masyarakat informasi dapat terbentuk karena berkat kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang merupakan faktor pendorong utama di
mana jarak tidak lagi menjadi penghambat dalam pertukaran informasi.
3. • Kebutuhan yang tinggi terhadap informasi di semua lini kehidupan masyarakat, organisasi
atau institusi pemerintah maupun swasta;
• Masyarakat yang sadar akan pentingnya informasi dan mengelola informasi dengan baik
• Pemanfaatan TIK secara luas di berbagai bidang bisnis, pendidikan, pertanian,
pemerintahan, sosial, dan lain-lain;
• Membuat informasi menjadi komoditas yang bernilai ekonomi;
• Akses dan distribusi informasi dilakukan secara elektronik daripada versi cetak.
• Transformasi layanan dari manual ke dalam bentuk elektronik (e-Services)
• Terjadi pergeseran sektor ekonomi dari produksi barang menjadi layanan jasa yang
membutuhkan keahlian tinggi
• Persaingan yang semakin ketat dan bersifat gobal
06
Jika ditilik lebih jauh, masyarakat informasi memiliki ciri-ciri antara
lain (Damanik, 2012):
4. Menurut Damanik (2012), terdapat beberapa faktor penting untuk
mewujudkan masyarakat informasi yakni sebagai berikut:
• Masyarakat yang tidak buta huruf
• Keterampilan memanfaatkan komputer
• Infrastruktur telekomunikasi
• Minat baca yang tinggi
• Sistem perpustakaan yang mendukung
5. untuk memasuki era masyarakat informasi. Masyarakat informasi harus bisa membaca.
Elemen kedua adalah syarat yang terkait dengan literasi TIK dimana penguasaan TIK
mutlak dibutuhkan untuk mendukung pengelolaan informasi. Masyarakat dapat mencari dan
menelusuri informasi yang dibutuhkan dengan bantuan teknologi khususnya TIK Elemen
atau faktor yang tidak kalah pentingnya harus dimiliki oleh masyarakat informasi adalah
minat baca yang tinggi. Informasi yang telah tersedia secara melimpah dan akses yang
mudah terhadap informasi tidak akan bermanfaat jika masyarakat tidak mempunyai minat
baca yang tinggi.
6. 7.2 Literasi TIK dalam konteks Pendidikan
• Sedangkan TIK mengacu pada berbagai macam teknologi
yang berfungsi sebagai alat untuk memproses informasi
mulai dari proses mengumpulkan, merekam dan menyimpan
informasi serta untuk saling bertukar informasi dan
mendistribusikan informasitersebut kepada orang lain
Dengan kata lain, literasi TIK secara sederhana merupakan
keterampilan untuk memanfaatkan TIK secara optimal untuk
mencari, mengolah, menyimpan dan mendistribusikan
informasi (Simarmata,2006).
7. Literasi TIK dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu literasi perangkat keras
(hardware literacy), literasi perangkat lunak (software literacy) dan literasi
aplikasi (application literacy) yang dapat dijelaskan sebagai berikut
(UNESCO, 2011):
• Literasi perangkat keras.
Literasi perangkat keras mengacu pada serangkaian operasi dasar yang perlu
Anda ketahui untuk menggunakan komputer seperti Personal Computer (PC)
atau Laptop, atau mungkin kombinasi perangkat
genggam secara efisien. Misalnya mengetahui cara menggunakan keyboard,
mouse, bisa membedakan antara fungsi printer, pemindai, perangkat periperal
lainnya, processor, mainframe dan monitor.
8. Literasi perangkat lunak.
Literasi perangkat lunak mengacu pada serangkaian prosedur dan instruksi
untuk tujuan umum yang “tidak terlihat” yang dibutuhkan oleh komputer atau
perangkat keras telekomunikasi untuk menjalankan fungsinya dengan baik.
Jenis utama dari literasi perangkat lunak meliputi: sistem operasi pereangkat
lunak yang digunakan komputer seperti Windows (salah satu dari banyak versi yang
tersedia); perangkat lunak pengolah kata (mis. MS Word, WordPerfect atau Open
Office Writter); perangkat lunak spreadsheet untuk menangani data numerik (mis.
Excel atau Open Office Calc atau Libre); perangkat lunak untuk membuat presentasi
(PowerPoint atau Impress) dan perangkat lunak penyedia layanan informasi untuk
menggunakan Internet, termasuk browser, mesin pencari dan layanan email. Literasi
perangkat lunak biasanya berkaitan dengan hal-hal yang tidak berwujud dan “tidak
terlihat”.
9. Literasi aplikasi
Literasi aplikasi mengacu pada pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan menggunakan berbagai
paket perangkat lunak tujuan khusus yang ada di pasaran secara efisien seperti perangkat lunak yang
membantu perusahaan mengelola keuangannya, personelnya, peralatan dan inventaris atau gudang,
kantor atau pabrik atau ruang laboratorium, alur kerjanya, jadwal produksinya, sistem pemrosesan
pesanannya (purchasing), laporan penjualan dan sebagainya Keterampilan yang dimakud terdiri atas
keterampilan dasar, kompetensi dan karakter di mana literasi TIK (ICT literacy) sebagai salah satu yang
penting dan harus dikembangkan sejak dini.
Pendidik sebagai guru atau dosen adalah garda terdepan yang mendukung perubahan dalam sistem
pendidikan di era revolusi industri 4.0. Hal ini disebabkan sistem pendidikan konvensional dinilai kurang
relevan lagi dan mulai usang dengan perkembangan zaman yang begitu pesat akibat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, pendidik dituntut harus melek terhadap teknologi sehingga
mereka mampu mengaplikasikan dan memanfaatkan TIK dalam proses pembelajaran Tahapan pertama
adalah kesadaran (emerging), yaitu tahap di mana TIK mulai diperkenalkan dan disosialisasikan dalam
lingkungan pendidikan. Pada tahap ini, institusi atau lembaga pendidikan membangun kesadaran akan
pentingnya TIK dalam mendukung proses pembelajaran. Tahapan kedua adalah penerapan (applying),
yakni tahap di mana TIK mulai diterapkan dalam proses pendidikan walaupun terbatas hanya untuk
mengerjakan pekerjaan administratif dan profesionalitas pendidik. Pada tahap ini, pendidik mulai belajar
dan mempersiapkan proses pembelajaran di kelas nantinya dengan menggunakan TIK.
10. Tahap terakhir yang juga sangat penting untuk mensukseskan pemanfaatan TIK dalam
proses pendidikan adalah tahap transformasi (transforming) yaitu tahap di mana TIK bukan
lah sebagai suatu produk tapi merupakan layanan.Saat ini proses pembelajaran lebih
didominasi oleh generasi milenial (gen Y) dan next generation (gen Z) di mana mereka lebih
tertarik pada proses pembelajaran yang bersifat fleksibel, efisien dan tidak terpaku pada
apa yang diajarkan pendidik (teacher center learning). Mereka lebih berorientasi pada
proses invensi suatu hal yang baru yang dihasilkan dari pemikiran dan kreativitas mereka
sendiri. Hal ini yang dinamakan dengan pendekatan berbasis student centered learning
(Helaluddin, 2019).
Keterampilan mendefinisikan (define) adalah kecakapan atau keahlian yang dimiliki untuk
mengenali dan mengidentifikasi kebutuhan informasi dengan menggunakan peralatan TIK.
Keterampilan mengakses (access) merupakan kecakapan untuk mengetahui tentang dan
bagaimana cara untuk mengumpulkan dan mengambil informasi dalam lingkungan digital.
Keterampilan mengevaluasi (evaluate) adalah kecakapan untuk merefleksikan dan
membuat penilaian tentang kualitas, relevansi, kegunaan, efisiensi, otoritas, bias, dan
ketepatan waktu dari informasi yang diperoleh.
11. Hal ini sejalan penelitian Pernia (2008) bahwa literasi TIK seseorang bergeser dari fase kesadaran
(awareness state) ke fase kritis (critical state) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Fase kesadaran (awareness state), merupakan kondisi di mana orang menjadi sadar akan pentingnya
teknologi, menganalisis signifikansinya, merefleksikan nilainya dan kemudian memutuskan untuk
mendapatkan teknologi tersebut.
• Fase interpretasi (interpretive state). merupakan kondisi di mana orang telah memperoleh,
menggunakan, menginterpretasikan dan mengembangkan keterampilan dengan TIK sehingga mereka
dapat meningkatkan literasi TIK.
• Fase kritis (critical state), merupakan kondisi di mana orang telah memiliki pandangan atau pemahaman
menyeluruh tentang suatu teknologi termasuk asal-usulnya, penggunaan dan efeknya pada pengguna dari
sudut pandang mereka. Pada fase ini, mereka telah dapat menilai esensi dari teknologi yang ditawarkan,
memahami konsekuensi ketika mendapatkan teknologi tersebut, lebih bijaksana menggunakan teknologi
dan menilai secara kritis terkait dampak teknologi pada tataran nilai yang mereka miliki Selain itu, setiap
dimensi baik pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dijelaskan sebelumnya memiliki indikator yang
disebut indikator literasi TIK. Artinya setiap orang harus mempunyai kompetensi tertentu untuk memenuhi
kriteria suatu dimensi (Pernia, 2008). Menurut Alexiadou, Fink-Hafner dan Lange, (2010), kompetensi TIK
adalah penggunaan media elektronik secara kritis untuk bekerja, bersantai dan berkomunikasi. Dimensi
pengetahuan dikategorikan sebagai pengetahuan dasar (foundational knowledge) di mana
mengembangkannya pada dasarnya terkait tentang menciptakan kesadaran TIK.
12. kelebihan dari materi tersebut :
- Telah mendorong berbagai perubahan di berbagai
kehidupan termasuk sestor Pendidikan
- Meningkatkan kualitas pembelajaran yang di
selenggarakan sehingga tujuan Pendidikan
tercapaian
13. kendala dari materi jika di terapkan di Pendidikan SD
Kendala utama dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran yang dihadapi guru di
sekolah adalah sarana dan prasarana pendukung yang terbatas. Sarana dan
prasarana yang dimaksud adalah komputer, laptop, dan infokus. Kendala berikutnya
yang cukup tinggi mempengaruhi guru memanfaatkan TIK dalam pembelajaran adalah
ketersediaan jaringan internet dan sinyal. Selanjutnya kendala berikutnya adalah
ketersediaan listrik. Pengetahuan teknis guru tentang teknologi informasi dan
komunikasi yang terbatas menjadi kendala berikutnya dalam pemanfaatan TIK untuk
pembelajaran di kelas. Kemudian, ketakutan dan pertimbangan dampak negatif dari
penggunaan alat berupa HP dan laptop di sekolah menjadi kendala guru
memanfaatkan TIK dalam pembelajaran di kelas. Atas pertimbangan ketakutan
penyalahgunaan alat TIK tersebut, sekolah mengeluarkan kebijakan melarang guru
membawa HP ke sekolah. Kendala terkecil penghambat guru memanfaatkan TIK
adalah terkait pengelolaan data.
14. dilaporkan oleh para guru, misalnya, kurangnya waktu mereka miliki.
Mereka tidak punya cukup waktu untuk merencanakan rencana pelajaran
teknologi yang luar biasa, atau menjelajahi berbagai aspek world wide web
(www) atau perangkat lunak. Sebagian guru berkomentar bahwa
dibutuhkan lebih banyak waktu untuk merancang proyek yang mencakup
penggunaan teknologi baru daripada menyiapkan pelajaran untuk mengajar
dengan cara tradisional dengan buku dan lembar kerja.
Nikolopoulou dan Gialamas (2016) mengelompokkan tantangan
penggunaan TIK dalam proses pembelajaran dari tiga aspek, yaitu:
kurangnya dukungan (lack of support), kurangnya kepercayaan (lack of
confidence), dan kurangnya perlengkapan (lack of equipment).
Kurangya Dukungan
Para guru di sekolah menengah sering merasakan banyak tekanan dari para
pemimpin sekolah untuk menggunakan TIK dalam pengajaran mereka
(Wikan dan Molster, 2011)[5].
15. Untuk memiliki integrasi TIK yang sukses dalam pengajaran, maka kepala sekolah
perlu memberikan dukungan yang tepat kepada para guru; pertama, mengintegrasikan
penggunaan TIK perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum dan guru harus memiliki
rencana yang jelas untuk menggunakan TIK dalam pengajaran. Kedua, kepemimpinan
sekolah perlu memiliki visi dan misi yang jelas untuk mengintegrasikan teknologi, dan
memiliki rencana untuk mewujudkannya dan berinvestasi dalam TIK untuk
pembelajaran di kelas. Ketiga, pemerintah perlu mengalokasikan investasi infrastruktur
pendidikan yang mendorong penggunaan TIK.
Sementara itu, terkait kurangnya ketersediaan jaringan, listrik dan sarana pendukung
lainnya, yang meliputi ketersediaan komputer, laptop dan infokus menjadi kendala
kurangnya perlengkapan (lack of equipment). Sebenarnya masalah jaringan bisa
dimasukkan dalam kategori kurangnya dukungan dari manajemen sekolah. Sekolah
harusnya menyediakan anggaran untuk mengadakan fasilitas internet di sekolah. Bila
dikaitkan dengan program gerakan literasi sekolah, indikator bahwa sekolah sudah
menjalankan program literasi digital adalah tersedianya fasilitas internet di sekolah.
16. Kurangnya Kepercayaan
Guru menghadapi banyak tantangan ketika mencoba untuk mengintegrasikan TIK dalam pengajaran
mereka dan beberapa di antaranya adalah pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, dan sikap
mereka (Papanastasiou dan Angeli, 2008)[6]. Menurut Papanastasiou dan Angeli (2008),
kepercayaan dan sikap adalah faktor penting bagaimana guru menggunakan TIK dalam kegiatan
mengajar. Dengan demikian, sikap guru terhadap TIK merupakan faktor penting ketika menerapkan
TIK dalam pengajaran. Bukti empiris untuk mengklaim bahwa kepercayaan guru tentang praktik
mengajar adalah penting dalam menjelaskan mengapa guru mengadopsi teknologi digital untuk
pengajaran. Ward dan Parr (2010)[7] menunjukkan bahwa guru yang memahami manfaat
menggunakan teknologi digital untuk mengajar dan belajar lebih mungkin menggunakan teknologi
digital di sekolah. Menurut Basak dan Govender (2015)[8], satu sikap yang dimiliki para guru, di
semua tingkatan, adalah kurangnya kepercayaan untuk menggunakan TIK dalam pengajaran
mereka. Banyak guru takut menggunakan TIK dalam pengajaran mereka dan menjadi cemas ketika
harus menggunakan pengetahuan TIK mereka. Selain itu, banyak guru juga kurang pengetahuan
tentang manfaat TIK dalam pendidikan (Mirzajani et al., 2016)[9]. Jika mereka tidak memiliki
pemahaman yang baik tentang manfaat potensial menggunakan TIK dalam mengajar, mereka
mungkin tidak memiliki motivasi untuk mengintegrasikan TIK dengan kegiatan pengajaran.
17. Kurangnya Perlengkapan
Ditemukan bahwa sebagian besar lembaga memiliki komputer. Tetapi komputer sangat sedikit dan sebagian
besar waktu mereka sedang digunakan oleh siswa yang menawarkan ilmu komputer dan teknologi informasi
(IT) meninggalkan sisa siswa dan guru dalam dilema. Berbagai penelitian menunjukkan beberapa penelitian
alasan kurangnya akses ke teknologi. Dalam studi Sicilia, guru mengeluh tentang bagaimana sulitnya memiliki
akses ke komputer. Guru mengidentifikasi kekurangan jumlah komputer yang tidak mencukupi, peripheral
yang tidak mencukupi, dan jumlah salinan perangkat lunak, dan kurangnya akses internet simultan sebagai
hambatan utama untuk implementasi TIK di Indonesia institusi pendidikan. Menurut Balanskatet al.
(2006)[10], aksesibilitas sumber daya TIK tidak menjamin keberhasilan implementasi dalam pengajaran, dan
ini bukan hanya karena kurangnya sarana dan prasarana TIK tetapi juga karena masalah lain seperti
kurangnya perangkat keras yang berkualitas tinggi, pendidikan yang sesuai perangkat lunak, dan akses ke
sumber daya TIK.
Seberapa penting materi tersebut menurut anda berikan alasan yang kongkrit
Menurut dalam materi tersebut itu sangat penting karena dengan adanya TIK siswa-siswi dapat mencari
informasi- informasi yang mereka tidak tahu sama sekali. TIK dapat membuat kita lebih mudah menjaga
berkas dan data yang penting. Seperti yang disebutkan sebelumnya, ada banyak karir yang harus diikuti
ketika mengkhususkan diri dalam teknologi informasi. Seiring kemajuan teknologi, kebutuhan akan para
profesional teknologi informasi semakin meningkat.
18. Kesimpulan dari Isi bab
Era revolusi industri 4.0 telah mendorong berbagai perubahan di berbagai sektor
kehidupan termasuk sektor pendidikan. Kehadiran teknologi digital menawarkan
peluang dan tantangan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang
diselenggarakan sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Harapannya proses
pembelajaran yang efektif dapat meningkatkan pula hasil belajar dan mutu individu
peserta didiknya. Oleh karena itu untuk menghadapi industri 4.0, literasi TIK
merupakan hal yang tidak bisa dihindari lagi, mau tidak mau, baik individu maupun
organisasi agar tidak terlindas dengan perubahan jaman. Pendidik dan peserta didik
tidak cukup hanya memiliki literasi dasar seperti membaca, menulis dan berhitung
untuk dapat bertahan di era digital ini. Literasi TIK yang terdiri dari dimensi
pengetahuan, keterampilan dan sikap harus dimiliki dan dibangun dari fase
kesadaran hingga refleksi kritis terhadap penggunaan TIK