SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemberdayaan adalah perspektif yang lebih luas dari hanya sekedar memenuhi kebutuhan
dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih
lanjut (safety net). Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari
apa yang antara lain oleh Friedmann (1992) disebut sebagai the Politics of Alternative
Development, yang menghendaki adanya “inclusive democracy, appropriate economic
growth, gender equality and sustainability or intergenerational equity”. Kartasasmita (1996),
dengan mengutip pendapat beberapa ahli, melukiskan konsep pemberdayaan itu sebagai suatu
konsep yang tidak mempertentangkan antara pertumbuhan dengan pemerataan, tetapi
memadukan antara keduanya, karena sebagaimana dikatakan oleh Brown (1995), kedua
konsep tersebut tidak harus diasumsikan sebagai “tidak cocok atau berlawanan (incompatible
or antithetical)”. Konsep pemberdayaan berusaha melepaskan diri dari perangkap “zero-sum
game” dan “trade off”, dan bertitik tolak dari pandangan bahwa melalui pemerataan akan
tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan sekaligus akan menjamin
pertumbuhan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, sebagaimana dikatakan oleh Kirdar dan
Silk (1995), “the pattern of growth is just as important as the rate of growth”. Hal yang
dikehendaki adalah seperti yang dikatakan oleh Ranis (1995), “the right kind of growth”,
yakni bukan yang vertikal dan menghasilkan “trickle-down”, karena sudah terbukti tidak
berhasil, tetapi yang bersifat horizontal (horizontal flows), yakni “broadly based, employment
intensive, and not compartmentalized”.

Menurut

Kartasasmita

(1996),

memberdayakan

masyarakat

adalah

upaya

untuk

meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak
mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain,
memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Dalam konteks
pemikiran ini, upaya memberdayakan masyarakat haruslah diawali dengan menciptakan
suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang atau
dikembangkan. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia atau setiap
masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang
sama sekali tanpa daya, karena jika demikian maka masyarakat tersebut sudah punah. Dengan
demikian maka pemberdayaan merupakan suatu upaya untuk membangun daya atau potensi
1
yang dimiliki, dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran terhadap
potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya, sehingga orang atau
masyarakat menjadi berdaya, lepas dari ketergantungan, kemiskinan dan keterbelakangan.

Pemberdayaan tidak hanya meliputi penguatan individu, tetapi juga berbagai pranatanya
(institutions), misalnya dalam bentuk penanaman nilai-nilai budaya modern -seperti kerja
keras, hemat, keterbukaan, dan sikap bertanggung jawab adalah menjadi bagian dari proses
pemberdayaan. Demikian pula, pemberdayaan juga menyangkut pembaharuan lembaga sosial
dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di
dalamnya, khususnya yang menyangkut partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam
proses pembangunan di lingkungannya. Atas dasar pandangan ini, pemberdayaan masyarakat
amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, dan pengamalan nilai demokrasi.
Dalam konteks ini, Friedmann (1992), menyatakan “The empowerment approach, which is
fundamental to an alternative development, places the emphasis on autonomy in the decisionmaking of territorially organized communities, local self-reliance (but not autarchy), direct
(participatory) democracy, and experiental social learning”.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemberdayaan dan Strategi Pembangunan
Empowement atau pemberdayaan adalah salah satu strategi atau merupakan paradigma
pembangunan yang dilaksanakan dalam kegiatan pembangunan masyarakat, khususnya pada
negara-negara yang sedang berkembang. Pemberdayaan ini muncul dikarenakan adanya
kegagalan-kegagalan yang dialami dalam proses dan pelaksanaan pembangunan yang
cenderung sentralistis seperti community development atau pengembangan komunitas. Model
ini tidak memberi kesempatan langsung kepada rakyat untuk terlibat dalam proses
pembangunan, terutama dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut pemilihan
pejabat, perencanan, pelaksanaan dan evaluasi program pembangunan.

Friedmann (1992) menawarkan konsep atau strategi pembangunan yang populer disebut
dengan empowerment atau pemberdayaan. Konsep pemberdayaan ini adalah sebagai suatu
konsep alternatif pembangunan yang pada intinya memberikan tekanan pada otonomi dalam
mengambil keputusan di suatu kelompok masyarakat yang dilandaskan pada sumberdaya
pribadi, bersifat langsung, demokratis dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung.
Fokus utama pemberdayaan, menurut Friedmann, adalah sumberdaya lokal, namun bukan
berarti mengabaikan unsur-unsur lain yang berada di luar kelompok masyarakat, bukan hanya
ekonomi akan tetapi juga politik, agar masyarakat memiliki posisi tawar menawar yang
seimbang, baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional.

Schumacher (1973) lebih menekankan aspek ekonomi dibandingkan aspek politik dalam
proses pemberdayaan masyarakat, dengan menyatakan: economic development can succeed
only if it is carried for ward as a board popular “movement reconstruction” with the primary
emphasis on the full utilization of the drive, anthusiasm, intelligence an labour power of
every one. Sedangkan strategi yang paling tepat adalah dengan memberikan masyarakat
berupa sarana agar mampu dan dapat mengembangkan diri. Lebih lanjut Schumacher
mengemukakan bahwa, dalam proses pemberdayaan masyarakat NGO (nongovermental
organization) memiliki tempat yang istimewa dalam kaitannya membentuk kelompok
mandiri.

3
Elliot (1987), menyatakan bahwa strategi pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga
pendekatan yaitu:
The Welfare Approach; pendekatan ini mengarah pada pendekatan manusia dan
bukan untuk memberdaya masyarakat dalam menghadapi proses politik dan
pemiskinan rakyat.
The Development Approach; pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan proyek
pembangunan untuk meningkatkan kemampuan, kemandirian dan keswadayaan
masyarakat.
The Empowerment Approach; pendekatan yang melihat bahwa kemiskinan sebagai
akibat dari proses politik dan berusaha untuk memberdayakan atau melatih rakyat
untuk mengatasi ketidakberdayaan masyarakat.
Strategi pemberdayaan dalam pembangunan masyarakat merupakan upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan dan memandirikan, serta menswadayakan masyarakat sesuai dengan
potensi dan budaya lokal yang dimilikinya secara utuh dan konprehensif agar harkat dan
mertabat lapisan masyarakat yang kondisinya tidak mampu dapat melepaskan diri dari
kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan tidak hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat, tetapi pranata hidup yang ada dalam masyarakat perlu dan harus
diberdayakan. Melalui strategi pemberdayaan ini, partisipasi masyarakat dalam melaksanakan
pembangunan akan semakin meningkat.

B. Proses Pemberdayaan Masyarakat
Proses pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan secara bertahap melalui tiga fase (Pranaka
dan Prijono, 1996) yaitu:
(a) Fase Inisiasi adalah bahwa semua proses pemberdayaan berasal dari pemerintah, dan
masyarakat hanya melaksanakan apa yang direncanakan dan diinginkan oleh pemerintah dan
tetap tergantung pada pemerintah.
(b) Fase Partisipatoris adalah bahwa proses pemberdayaan berasal dari pemerintah bersama
masyarakat, oleh pemerintah dan masyarakat, dan diperuntukkan bagi rakyat. Pada fase ini
masyarakat sudah dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembangunan untuk menuju
kemandirian.
(c) Fase Emansipatoris adalah bahwa proses pemberdayaan berasal dari rakyat dan untuk
rakyat dengan didukung oleh pemerintah bersama masyarakat. Pada fase emansipatori ini
masyarakat sudah dapat menemukan kekuatan dirinya sehingga dapat dilakukan dalam
mengaktualisasikan dirinya. Puncak dari kegiatan proses pemberdayaan masyarakat ini
4
adalah ketika pemberdayaan ini semuanya datang dari keinginan masyarakat sendiri (fase
emansipatoris).

C. Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat
Salah satu pendekatan yang mulai banyak digunakan terutama oleh LSM adalah advokasi.
Pendekatan advokasi pertama kali diperkenalkan pada pertengahan tahun 1960-an di Amerika
Serikat (Davidoff, 1965). Model pendekatan ini mencoba meminjam pola yang diterapkan
dalam sistem hukum, di mana penasehat hukum berhubungan langsung dengan klien. Dengan
demikian, pendekatan advokasi menekankan pada proses pendampingan kepada kelompok
masyarakat dan membantu mereka untuk membuka akses kepada pelaku-pelaku
pembangunan lainnya, membantu mereka mengorganisasikan diri, menggalang dan
memobilisasi sumberdaya yang dapat dikuasai agar dapat meningkatkan posisi tawar
(bargaining position) dari kelompok masyarakat tersebut. Pendekatan advokasi ini didasarkan
pada pertimbangan bahwa pada hakekatnya masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok yang
masing-masing mempunyai kepentingan dan sistem nilai sendiri-sendiri. Masyarakat pada
dasarnya bersifat majemuk, di mana kekuasaan tidak terdistribusi secara merata dan akses
keberbagai sumberdaya tidak sama.
Dalam jangka panjang diharapkan dengan pendekatan advokasi masyarakat mampu secara
sadar terlibat dalam setiap tahapan dari proses pembangunan, baik dalam kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, pelaporan, dan evaluasi. Seringkali pendekatan
advokasi diartikan pula sebagai salah satu bentuk “penyadaran” secara langsung kepada
masyarakat tentang hak dan kewajibannya dalam proses pembangunan.

D. Metodologi Evaluatif dalam Pemberdayaan Masyarakat
Untuk melaksanakan evaluasi apakah proyek yang telah dilaksanakan selama jangka waktu
tertentu telah sungguh mendatangkan perbaikan yang sesuai dengan harapan warga
masyarakat, perlu dilakukan suatu penelitian. Dua metoda penelitian evaluatif yang bersifat
bottom-up adalah rapid rural appraisal (RRA), dan participatory rural appraisal (PRA).
(1) Metode Rapid Rural Appraisal (RRA)
Metoda RRA digunakan untuk pengumpulan informasi secara akurat dalam waktu yang
terbatas ketika keputusan tentang pembangunan perdesaan harus diambil segera. Dewasa ini
banyak program pembangunan yang dilaksanakan sebelum adanya kegiatan pengumpulan
semua informasi di daerah sasaran. Konsekuensinya, banyak program pembangunan yang
gagal atau tidak dapat diterima oleh kelompok sasaran meskipun program-program tersebut
5
sudah direncanakan dan dipersiapkan secara matang, karena masyarakat tidak diikutsertakan
dalam penyusunan prioritas dan pemecahan masalahnya.
(2) Metode Participatory Rural Appraisal (PRA)
Konsepsi dasar pandangan PRA adalah pendekatan yang tekanannya pada keterlibatan
masyarakat dalam keseluruhan kegiatan. Metoda PRA bertujuan menjadikan warga
masyarakat sebagai peneliti, perencana, dan pelaksana program pembangunan dan bukan
sekedar obyek pembangunan.
Kritik PRA terhadap pembangunan adalah bahwa program-program pembangunan selalu
diturunkan "dari atas" (top down) dan masyarakat tinggal melaksanakan. Proses perencanaan
program tidak melalui suatu 'penjajagan kebutuhan' (need assesment) masyarakat, tetapi
seringkali dilaksanakan hanya berdasarkan asumsi, survei, studi atau penelitian formal yang
dilakukan oleh petugas atau lembaga ahli-ahli penel itian. Akibatnya program tersebut sering
tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat dan tidak adanya rasa memiliki terhadap
program itu. Dengan PRA, yakni dengan partisipasi masyarakat keadaan itu diperbaiki dan
juga keterampilan-keterampilan analitis dan perencanaan dapat dialihkan kepada masyarakat.
Dengan demikian secara bertahap ketergantungan pada pihak luar akan berkurang dan
pengambilan prakarsa dan perumusan program bisa berasal dari aspirasi masyarakat (bottom
up). Metoda PRA didasarkan pada penyempurnaan dan modifikasi dari metoda AEA
(Agroecosystems Analysis) dan RRA (Rapid Rural Appraisal) yang dilakukan oleh kalangan
LSM dan peneliti yang bekerja di wilayah Asia dan Afrika. Walaupun ada beberapa
kesamaan antara metoda PRA dan RRA, tetapi ada pe rbedaan secara mendasar. Metoda
RRA penekannya adalah pada kecepatannya (rapid) dan penggalian informasi oleh órang
luar. Sedangkan metoda PRA penekannya adalah pada partisipasi dan pemberdayaan.

E. Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Pengembangan Ekonomi Rakyat
Dengan memperhatikan berbagai

pandangan termasuk bias-bias

terhadap

konsep

pemberdayaan, maka dapat dikemukakan beberapa langkah strategis yang harus ditempuh
untuk mengembangkan ekonomi rakyat melalui pemberdayaan. Pertama, peningkatan akses
ke dalam aset produksi (productive assets). Bagi masyarakat petani yang masih dominan
dalam ekonomi rakyat, modal produktif yang utama adalah tanah. Karena itu kebijaksanaan
pemilikan, penguasaan dan penggunaan tanah sangat penting dalam melindungi dan
memajukan ekonomi rakyat ini.

6
Pemilikan tanah yang makin mengecil (marjinalisasi) harus dicegah. Persoalan ini tidak
mudah, karena menyangkut budaya dan hukum waris. Namun, dalam rangka proses
modernisasi budaya masyarakat, kebiasaan untuk membagi tanah semakin kecil sebagai
warisan harus dihentikan. Untuk dapat melakukan hal itu memang harus ada alternatif, antara
lain berupa pemanfaatan lahan secara lebih efisien (misalnya: mixed farming, mixed
landuses), penciptaan lapangan kerja perdesaan di luar pertanian (agroindustri dan jasa),
program transmigrasi dan sebagainya. Dalam rangka ini upaya untuk memelihara dan
meningkatkan produktivitas (dan dengan demikian nilai aset) lahan harus ditingkatkan,
misalnya dengan pengairan, pemupukan, diversifikasi usaha tani, atau pemilihan jenis budi
daya (untuk memperoleh nilai komersial yang tinggi). Di samping itu akses masyarakat
kepada lingkungan hidup yang sehat yang tidak tercemar akan mengurangi beban dan
menambah produktivitas masyarakat.
Masalah yang paling mendasar dalam rangka transformasi struktural ini ternyata adalah akses
ke dalam dana. Tersedianya kredit yang memadai dapat menciptakan pembentukan modal
bagi usaha rakyat sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan, serta menciptakan
surplus yang dapat digunakan untuk membayar kembali kreditnya dan melakukan
pemupukan modal. Permasalahannya adalah adanya prasyarat perbankan yang membuat
masyarakat lapisan bawah umumnya dinilai tidak bankable. Keadaan ini menyebabkan
terbatasnya interaksi antara lembaga keuangan yang melayani pemberian kredit dengan
masyarakat kecil yang memerlukan kredit. Akhirnya, modal makin banyak terkonsentrasi
pada sektor modern, khususnya pada usaha besar, yang berakibat makin lebarnya jurang
kesenjangan. Karena itu, langkah yang amat mendasar yang harus ditempuh adalah membuka
akses ekonomi rakyat ke dalam modal. Untuk itu memang diperlukan pendekatan yang
berbeda dengan cara-cara perbankan konvensional.

7
Daftar Pustaka
Abdul Wahab, S., 1999. Ekonomi Politik Pembangunan: Bisnis Indonesia Era Orde
Baru dan di Tengah Krisis moneter. Malang: Danar Wijaya, Brawijaya University
Press.
---------------,

1995.

“Kebijakan

Pembangunan

Pedesaan

Di

Negara-negara

Berkembang, Skala Permasalahan dan Hakekatnya”. Dalam Kebijakan Publik dan
Pembangunan. IKIP Malang.
Alwasilah, A. Chaedar, 2002. Pokoknya Kualitatif : Dasar-dasar Merancang dan
Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya dan Pusat Studi
Sunda.
Ahmadi, Abu, 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Awang, San Afri, 1995. “Pemberdayaan Masyarakat dan Kelembagaan Lokal dalam
Program IDT: Studi Kasus Tipologi Desa Hutan di Kabupaten Madiun”. Dalam
Mubyarto (ed.), Program IDT dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Aditya Media.
Bank Dunia (World Bank), 2002. Empowerment and Poverty Reduction: A Source
Book. New York: Oxford Press.
Baran, P.A., 1957. The Political Economy of Growth. New York: Monthly Review
Press.

8

More Related Content

What's hot

Pemberdayaan Masyarakat Desa
Pemberdayaan Masyarakat DesaPemberdayaan Masyarakat Desa
Pemberdayaan Masyarakat DesaDadang Solihin
 
Pengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisi
Pengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisiPengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisi
Pengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisiSugeng Budiharsono
 
5 6-metode-pendekatan-sosial-dalam-pembangunan-partisipatif
5 6-metode-pendekatan-sosial-dalam-pembangunan-partisipatif5 6-metode-pendekatan-sosial-dalam-pembangunan-partisipatif
5 6-metode-pendekatan-sosial-dalam-pembangunan-partisipatifMuhammad MK
 
Unsur pokok perencanaan Pembangunan Daerah
Unsur pokok perencanaan Pembangunan DaerahUnsur pokok perencanaan Pembangunan Daerah
Unsur pokok perencanaan Pembangunan DaerahAnnisa Annisa
 
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPerencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifDadang Solihin
 
3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakanMuh Firyal Akbar
 
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing  daerah di era revol...Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing  daerah di era revol...
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...Sugeng Budiharsono
 
Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan PartisipatifPerencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan PartisipatifBagus ardian
 
Makalah pemberdayaan masyarakat desa
Makalah pemberdayaan masyarakat desaMakalah pemberdayaan masyarakat desa
Makalah pemberdayaan masyarakat desaSeptian Muna Barakati
 
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN PARTISIPATIF
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN  PARTISIPATIFMENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN  PARTISIPATIF
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN PARTISIPATIFriyanto apri
 
Perencanaan partisipatif
Perencanaan partisipatifPerencanaan partisipatif
Perencanaan partisipatifriyanto apri
 
Perencanaan dan Pelaku Pembangunan
Perencanaan dan Pelaku PembangunanPerencanaan dan Pelaku Pembangunan
Perencanaan dan Pelaku PembangunanDadang Solihin
 
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang BerkualitasRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang BerkualitasDadang Solihin
 
Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakatPartisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakatabu hanafie
 
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan PublikAgenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan PublikTri Widodo W. UTOMO
 
Modul 5 2 strategi pemberdayaan masyarakat desa
Modul 5 2 strategi pemberdayaan masyarakat desaModul 5 2 strategi pemberdayaan masyarakat desa
Modul 5 2 strategi pemberdayaan masyarakat desaSafa'at Muhtar
 
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakatStrategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakatAlexandrya Hening
 

What's hot (20)

Administrasi Pembangunan
Administrasi PembangunanAdministrasi Pembangunan
Administrasi Pembangunan
 
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Pemberdayaan Masyarakat DesaPemberdayaan Masyarakat Desa
Pemberdayaan Masyarakat Desa
 
Pengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisi
Pengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisiPengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisi
Pengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisi
 
Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak
Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak
Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak
 
5 6-metode-pendekatan-sosial-dalam-pembangunan-partisipatif
5 6-metode-pendekatan-sosial-dalam-pembangunan-partisipatif5 6-metode-pendekatan-sosial-dalam-pembangunan-partisipatif
5 6-metode-pendekatan-sosial-dalam-pembangunan-partisipatif
 
Pertemuan ke 3 - perencanaan sosial
Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosialPertemuan ke 3 - perencanaan  sosial
Pertemuan ke 3 - perencanaan sosial
 
Unsur pokok perencanaan Pembangunan Daerah
Unsur pokok perencanaan Pembangunan DaerahUnsur pokok perencanaan Pembangunan Daerah
Unsur pokok perencanaan Pembangunan Daerah
 
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPerencanaan Partisipatif
Perencanaan Partisipatif
 
3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan
 
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing  daerah di era revol...Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing  daerah di era revol...
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...
 
Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan PartisipatifPerencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan Partisipatif
 
Makalah pemberdayaan masyarakat desa
Makalah pemberdayaan masyarakat desaMakalah pemberdayaan masyarakat desa
Makalah pemberdayaan masyarakat desa
 
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN PARTISIPATIF
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN  PARTISIPATIFMENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN  PARTISIPATIF
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN PARTISIPATIF
 
Perencanaan partisipatif
Perencanaan partisipatifPerencanaan partisipatif
Perencanaan partisipatif
 
Perencanaan dan Pelaku Pembangunan
Perencanaan dan Pelaku PembangunanPerencanaan dan Pelaku Pembangunan
Perencanaan dan Pelaku Pembangunan
 
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang BerkualitasRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
 
Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakatPartisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat
 
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan PublikAgenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
 
Modul 5 2 strategi pemberdayaan masyarakat desa
Modul 5 2 strategi pemberdayaan masyarakat desaModul 5 2 strategi pemberdayaan masyarakat desa
Modul 5 2 strategi pemberdayaan masyarakat desa
 
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakatStrategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
 

Similar to PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

005 konsepsi pemberdayaan
005 konsepsi pemberdayaan005 konsepsi pemberdayaan
005 konsepsi pemberdayaanfadilah rahmi
 
Brief Note-19-2016-mobilisasi sosial
Brief Note-19-2016-mobilisasi sosialBrief Note-19-2016-mobilisasi sosial
Brief Note-19-2016-mobilisasi sosialprimahendra
 
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Manusia
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan ManusiaPartisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Manusia
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan ManusiaMunawwarah Nasir
 
Slide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.ppt
Slide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.pptSlide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.ppt
Slide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.pptRosmalahUMK
 
Memperkasakan orang asli
Memperkasakan orang asliMemperkasakan orang asli
Memperkasakan orang asliBe Susantyo
 
Kb 5 pemberdayaan masyarakat
Kb 5 pemberdayaan masyarakatKb 5 pemberdayaan masyarakat
Kb 5 pemberdayaan masyarakatpjj_kemenkes
 
Pemberdayaan masyarakat kp 3
Pemberdayaan masyarakat kp 3Pemberdayaan masyarakat kp 3
Pemberdayaan masyarakat kp 3SlametWidodo71
 
PPT PROMKES AIDIL 21011079.pptx
PPT PROMKES AIDIL 21011079.pptxPPT PROMKES AIDIL 21011079.pptx
PPT PROMKES AIDIL 21011079.pptxqiqi71
 
Pengembangan masyarakat (yusuf k 2310247486).pptx
Pengembangan masyarakat (yusuf k 2310247486).pptxPengembangan masyarakat (yusuf k 2310247486).pptx
Pengembangan masyarakat (yusuf k 2310247486).pptxYusufKhaidir1
 
NATASYA RADICA PUTRI DS (PEMBANGUNAN MANUSIA).pptx
NATASYA RADICA PUTRI DS (PEMBANGUNAN MANUSIA).pptxNATASYA RADICA PUTRI DS (PEMBANGUNAN MANUSIA).pptx
NATASYA RADICA PUTRI DS (PEMBANGUNAN MANUSIA).pptxNatasyaRadicaPutri
 
Tugas pemberdayaan masyarakat
Tugas pemberdayaan masyarakatTugas pemberdayaan masyarakat
Tugas pemberdayaan masyarakatbambangpoenya
 
Tugas pemberdayaan masyarakat
Tugas pemberdayaan masyarakatTugas pemberdayaan masyarakat
Tugas pemberdayaan masyarakatbambangpoenya
 
Model Pembangunan Masyarakat
Model Pembangunan MasyarakatModel Pembangunan Masyarakat
Model Pembangunan MasyarakatSiti Sahati
 
Uraian materi pemberdayaan masyarakat
Uraian materi pemberdayaan masyarakatUraian materi pemberdayaan masyarakat
Uraian materi pemberdayaan masyarakatWiandhariEsaBBPKCilo
 
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)Salma Van Licht
 
Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat Teknologi
Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat TeknologiTransformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat Teknologi
Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat TeknologiMelda Amelia
 
Pemberdayaan Petani dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian
Pemberdayaan Petani dalam Pembangunan Pedesaan dan PertanianPemberdayaan Petani dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian
Pemberdayaan Petani dalam Pembangunan Pedesaan dan PertanianSyahyuti Si-Buyuang
 

Similar to PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (20)

Makalah pemberdayaan masyarakat desa
Makalah pemberdayaan masyarakat desaMakalah pemberdayaan masyarakat desa
Makalah pemberdayaan masyarakat desa
 
005 konsepsi pemberdayaan
005 konsepsi pemberdayaan005 konsepsi pemberdayaan
005 konsepsi pemberdayaan
 
Brief Note-19-2016-mobilisasi sosial
Brief Note-19-2016-mobilisasi sosialBrief Note-19-2016-mobilisasi sosial
Brief Note-19-2016-mobilisasi sosial
 
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Manusia
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan ManusiaPartisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Manusia
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Manusia
 
Ekdes 12 & 13 a
Ekdes 12 & 13 aEkdes 12 & 13 a
Ekdes 12 & 13 a
 
Slide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.ppt
Slide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.pptSlide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.ppt
Slide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.ppt
 
Memperkasakan orang asli
Memperkasakan orang asliMemperkasakan orang asli
Memperkasakan orang asli
 
Kb 5 pemberdayaan masyarakat
Kb 5 pemberdayaan masyarakatKb 5 pemberdayaan masyarakat
Kb 5 pemberdayaan masyarakat
 
Pemberdayaan masyarakat kp 3
Pemberdayaan masyarakat kp 3Pemberdayaan masyarakat kp 3
Pemberdayaan masyarakat kp 3
 
PPT PROMKES AIDIL 21011079.pptx
PPT PROMKES AIDIL 21011079.pptxPPT PROMKES AIDIL 21011079.pptx
PPT PROMKES AIDIL 21011079.pptx
 
Pengembangan masyarakat (yusuf k 2310247486).pptx
Pengembangan masyarakat (yusuf k 2310247486).pptxPengembangan masyarakat (yusuf k 2310247486).pptx
Pengembangan masyarakat (yusuf k 2310247486).pptx
 
NATASYA RADICA PUTRI DS (PEMBANGUNAN MANUSIA).pptx
NATASYA RADICA PUTRI DS (PEMBANGUNAN MANUSIA).pptxNATASYA RADICA PUTRI DS (PEMBANGUNAN MANUSIA).pptx
NATASYA RADICA PUTRI DS (PEMBANGUNAN MANUSIA).pptx
 
NATASYA RADICA PUTRI DS.pptx
NATASYA RADICA PUTRI DS.pptxNATASYA RADICA PUTRI DS.pptx
NATASYA RADICA PUTRI DS.pptx
 
Tugas pemberdayaan masyarakat
Tugas pemberdayaan masyarakatTugas pemberdayaan masyarakat
Tugas pemberdayaan masyarakat
 
Tugas pemberdayaan masyarakat
Tugas pemberdayaan masyarakatTugas pemberdayaan masyarakat
Tugas pemberdayaan masyarakat
 
Model Pembangunan Masyarakat
Model Pembangunan MasyarakatModel Pembangunan Masyarakat
Model Pembangunan Masyarakat
 
Uraian materi pemberdayaan masyarakat
Uraian materi pemberdayaan masyarakatUraian materi pemberdayaan masyarakat
Uraian materi pemberdayaan masyarakat
 
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
Ppt pemberdayaan masyarakat 2014 ss w (2)
 
Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat Teknologi
Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat TeknologiTransformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat Teknologi
Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat Teknologi
 
Pemberdayaan Petani dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian
Pemberdayaan Petani dalam Pembangunan Pedesaan dan PertanianPemberdayaan Petani dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian
Pemberdayaan Petani dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberdayaan adalah perspektif yang lebih luas dari hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net). Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang antara lain oleh Friedmann (1992) disebut sebagai the Politics of Alternative Development, yang menghendaki adanya “inclusive democracy, appropriate economic growth, gender equality and sustainability or intergenerational equity”. Kartasasmita (1996), dengan mengutip pendapat beberapa ahli, melukiskan konsep pemberdayaan itu sebagai suatu konsep yang tidak mempertentangkan antara pertumbuhan dengan pemerataan, tetapi memadukan antara keduanya, karena sebagaimana dikatakan oleh Brown (1995), kedua konsep tersebut tidak harus diasumsikan sebagai “tidak cocok atau berlawanan (incompatible or antithetical)”. Konsep pemberdayaan berusaha melepaskan diri dari perangkap “zero-sum game” dan “trade off”, dan bertitik tolak dari pandangan bahwa melalui pemerataan akan tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan sekaligus akan menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, sebagaimana dikatakan oleh Kirdar dan Silk (1995), “the pattern of growth is just as important as the rate of growth”. Hal yang dikehendaki adalah seperti yang dikatakan oleh Ranis (1995), “the right kind of growth”, yakni bukan yang vertikal dan menghasilkan “trickle-down”, karena sudah terbukti tidak berhasil, tetapi yang bersifat horizontal (horizontal flows), yakni “broadly based, employment intensive, and not compartmentalized”. Menurut Kartasasmita (1996), memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Dalam konteks pemikiran ini, upaya memberdayakan masyarakat haruslah diawali dengan menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang atau dikembangkan. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia atau setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian maka masyarakat tersebut sudah punah. Dengan demikian maka pemberdayaan merupakan suatu upaya untuk membangun daya atau potensi 1
  • 2. yang dimiliki, dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran terhadap potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya, sehingga orang atau masyarakat menjadi berdaya, lepas dari ketergantungan, kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan tidak hanya meliputi penguatan individu, tetapi juga berbagai pranatanya (institutions), misalnya dalam bentuk penanaman nilai-nilai budaya modern -seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan sikap bertanggung jawab adalah menjadi bagian dari proses pemberdayaan. Demikian pula, pemberdayaan juga menyangkut pembaharuan lembaga sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya, khususnya yang menyangkut partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam proses pembangunan di lingkungannya. Atas dasar pandangan ini, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, dan pengamalan nilai demokrasi. Dalam konteks ini, Friedmann (1992), menyatakan “The empowerment approach, which is fundamental to an alternative development, places the emphasis on autonomy in the decisionmaking of territorially organized communities, local self-reliance (but not autarchy), direct (participatory) democracy, and experiental social learning”. 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Pemberdayaan dan Strategi Pembangunan Empowement atau pemberdayaan adalah salah satu strategi atau merupakan paradigma pembangunan yang dilaksanakan dalam kegiatan pembangunan masyarakat, khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang. Pemberdayaan ini muncul dikarenakan adanya kegagalan-kegagalan yang dialami dalam proses dan pelaksanaan pembangunan yang cenderung sentralistis seperti community development atau pengembangan komunitas. Model ini tidak memberi kesempatan langsung kepada rakyat untuk terlibat dalam proses pembangunan, terutama dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut pemilihan pejabat, perencanan, pelaksanaan dan evaluasi program pembangunan. Friedmann (1992) menawarkan konsep atau strategi pembangunan yang populer disebut dengan empowerment atau pemberdayaan. Konsep pemberdayaan ini adalah sebagai suatu konsep alternatif pembangunan yang pada intinya memberikan tekanan pada otonomi dalam mengambil keputusan di suatu kelompok masyarakat yang dilandaskan pada sumberdaya pribadi, bersifat langsung, demokratis dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung. Fokus utama pemberdayaan, menurut Friedmann, adalah sumberdaya lokal, namun bukan berarti mengabaikan unsur-unsur lain yang berada di luar kelompok masyarakat, bukan hanya ekonomi akan tetapi juga politik, agar masyarakat memiliki posisi tawar menawar yang seimbang, baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional. Schumacher (1973) lebih menekankan aspek ekonomi dibandingkan aspek politik dalam proses pemberdayaan masyarakat, dengan menyatakan: economic development can succeed only if it is carried for ward as a board popular “movement reconstruction” with the primary emphasis on the full utilization of the drive, anthusiasm, intelligence an labour power of every one. Sedangkan strategi yang paling tepat adalah dengan memberikan masyarakat berupa sarana agar mampu dan dapat mengembangkan diri. Lebih lanjut Schumacher mengemukakan bahwa, dalam proses pemberdayaan masyarakat NGO (nongovermental organization) memiliki tempat yang istimewa dalam kaitannya membentuk kelompok mandiri. 3
  • 4. Elliot (1987), menyatakan bahwa strategi pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu: The Welfare Approach; pendekatan ini mengarah pada pendekatan manusia dan bukan untuk memberdaya masyarakat dalam menghadapi proses politik dan pemiskinan rakyat. The Development Approach; pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan proyek pembangunan untuk meningkatkan kemampuan, kemandirian dan keswadayaan masyarakat. The Empowerment Approach; pendekatan yang melihat bahwa kemiskinan sebagai akibat dari proses politik dan berusaha untuk memberdayakan atau melatih rakyat untuk mengatasi ketidakberdayaan masyarakat. Strategi pemberdayaan dalam pembangunan masyarakat merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan dan memandirikan, serta menswadayakan masyarakat sesuai dengan potensi dan budaya lokal yang dimilikinya secara utuh dan konprehensif agar harkat dan mertabat lapisan masyarakat yang kondisinya tidak mampu dapat melepaskan diri dari kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan tidak hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi pranata hidup yang ada dalam masyarakat perlu dan harus diberdayakan. Melalui strategi pemberdayaan ini, partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan akan semakin meningkat. B. Proses Pemberdayaan Masyarakat Proses pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan secara bertahap melalui tiga fase (Pranaka dan Prijono, 1996) yaitu: (a) Fase Inisiasi adalah bahwa semua proses pemberdayaan berasal dari pemerintah, dan masyarakat hanya melaksanakan apa yang direncanakan dan diinginkan oleh pemerintah dan tetap tergantung pada pemerintah. (b) Fase Partisipatoris adalah bahwa proses pemberdayaan berasal dari pemerintah bersama masyarakat, oleh pemerintah dan masyarakat, dan diperuntukkan bagi rakyat. Pada fase ini masyarakat sudah dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembangunan untuk menuju kemandirian. (c) Fase Emansipatoris adalah bahwa proses pemberdayaan berasal dari rakyat dan untuk rakyat dengan didukung oleh pemerintah bersama masyarakat. Pada fase emansipatori ini masyarakat sudah dapat menemukan kekuatan dirinya sehingga dapat dilakukan dalam mengaktualisasikan dirinya. Puncak dari kegiatan proses pemberdayaan masyarakat ini 4
  • 5. adalah ketika pemberdayaan ini semuanya datang dari keinginan masyarakat sendiri (fase emansipatoris). C. Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat Salah satu pendekatan yang mulai banyak digunakan terutama oleh LSM adalah advokasi. Pendekatan advokasi pertama kali diperkenalkan pada pertengahan tahun 1960-an di Amerika Serikat (Davidoff, 1965). Model pendekatan ini mencoba meminjam pola yang diterapkan dalam sistem hukum, di mana penasehat hukum berhubungan langsung dengan klien. Dengan demikian, pendekatan advokasi menekankan pada proses pendampingan kepada kelompok masyarakat dan membantu mereka untuk membuka akses kepada pelaku-pelaku pembangunan lainnya, membantu mereka mengorganisasikan diri, menggalang dan memobilisasi sumberdaya yang dapat dikuasai agar dapat meningkatkan posisi tawar (bargaining position) dari kelompok masyarakat tersebut. Pendekatan advokasi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pada hakekatnya masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok yang masing-masing mempunyai kepentingan dan sistem nilai sendiri-sendiri. Masyarakat pada dasarnya bersifat majemuk, di mana kekuasaan tidak terdistribusi secara merata dan akses keberbagai sumberdaya tidak sama. Dalam jangka panjang diharapkan dengan pendekatan advokasi masyarakat mampu secara sadar terlibat dalam setiap tahapan dari proses pembangunan, baik dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, pelaporan, dan evaluasi. Seringkali pendekatan advokasi diartikan pula sebagai salah satu bentuk “penyadaran” secara langsung kepada masyarakat tentang hak dan kewajibannya dalam proses pembangunan. D. Metodologi Evaluatif dalam Pemberdayaan Masyarakat Untuk melaksanakan evaluasi apakah proyek yang telah dilaksanakan selama jangka waktu tertentu telah sungguh mendatangkan perbaikan yang sesuai dengan harapan warga masyarakat, perlu dilakukan suatu penelitian. Dua metoda penelitian evaluatif yang bersifat bottom-up adalah rapid rural appraisal (RRA), dan participatory rural appraisal (PRA). (1) Metode Rapid Rural Appraisal (RRA) Metoda RRA digunakan untuk pengumpulan informasi secara akurat dalam waktu yang terbatas ketika keputusan tentang pembangunan perdesaan harus diambil segera. Dewasa ini banyak program pembangunan yang dilaksanakan sebelum adanya kegiatan pengumpulan semua informasi di daerah sasaran. Konsekuensinya, banyak program pembangunan yang gagal atau tidak dapat diterima oleh kelompok sasaran meskipun program-program tersebut 5
  • 6. sudah direncanakan dan dipersiapkan secara matang, karena masyarakat tidak diikutsertakan dalam penyusunan prioritas dan pemecahan masalahnya. (2) Metode Participatory Rural Appraisal (PRA) Konsepsi dasar pandangan PRA adalah pendekatan yang tekanannya pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan. Metoda PRA bertujuan menjadikan warga masyarakat sebagai peneliti, perencana, dan pelaksana program pembangunan dan bukan sekedar obyek pembangunan. Kritik PRA terhadap pembangunan adalah bahwa program-program pembangunan selalu diturunkan "dari atas" (top down) dan masyarakat tinggal melaksanakan. Proses perencanaan program tidak melalui suatu 'penjajagan kebutuhan' (need assesment) masyarakat, tetapi seringkali dilaksanakan hanya berdasarkan asumsi, survei, studi atau penelitian formal yang dilakukan oleh petugas atau lembaga ahli-ahli penel itian. Akibatnya program tersebut sering tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat dan tidak adanya rasa memiliki terhadap program itu. Dengan PRA, yakni dengan partisipasi masyarakat keadaan itu diperbaiki dan juga keterampilan-keterampilan analitis dan perencanaan dapat dialihkan kepada masyarakat. Dengan demikian secara bertahap ketergantungan pada pihak luar akan berkurang dan pengambilan prakarsa dan perumusan program bisa berasal dari aspirasi masyarakat (bottom up). Metoda PRA didasarkan pada penyempurnaan dan modifikasi dari metoda AEA (Agroecosystems Analysis) dan RRA (Rapid Rural Appraisal) yang dilakukan oleh kalangan LSM dan peneliti yang bekerja di wilayah Asia dan Afrika. Walaupun ada beberapa kesamaan antara metoda PRA dan RRA, tetapi ada pe rbedaan secara mendasar. Metoda RRA penekannya adalah pada kecepatannya (rapid) dan penggalian informasi oleh órang luar. Sedangkan metoda PRA penekannya adalah pada partisipasi dan pemberdayaan. E. Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Pengembangan Ekonomi Rakyat Dengan memperhatikan berbagai pandangan termasuk bias-bias terhadap konsep pemberdayaan, maka dapat dikemukakan beberapa langkah strategis yang harus ditempuh untuk mengembangkan ekonomi rakyat melalui pemberdayaan. Pertama, peningkatan akses ke dalam aset produksi (productive assets). Bagi masyarakat petani yang masih dominan dalam ekonomi rakyat, modal produktif yang utama adalah tanah. Karena itu kebijaksanaan pemilikan, penguasaan dan penggunaan tanah sangat penting dalam melindungi dan memajukan ekonomi rakyat ini. 6
  • 7. Pemilikan tanah yang makin mengecil (marjinalisasi) harus dicegah. Persoalan ini tidak mudah, karena menyangkut budaya dan hukum waris. Namun, dalam rangka proses modernisasi budaya masyarakat, kebiasaan untuk membagi tanah semakin kecil sebagai warisan harus dihentikan. Untuk dapat melakukan hal itu memang harus ada alternatif, antara lain berupa pemanfaatan lahan secara lebih efisien (misalnya: mixed farming, mixed landuses), penciptaan lapangan kerja perdesaan di luar pertanian (agroindustri dan jasa), program transmigrasi dan sebagainya. Dalam rangka ini upaya untuk memelihara dan meningkatkan produktivitas (dan dengan demikian nilai aset) lahan harus ditingkatkan, misalnya dengan pengairan, pemupukan, diversifikasi usaha tani, atau pemilihan jenis budi daya (untuk memperoleh nilai komersial yang tinggi). Di samping itu akses masyarakat kepada lingkungan hidup yang sehat yang tidak tercemar akan mengurangi beban dan menambah produktivitas masyarakat. Masalah yang paling mendasar dalam rangka transformasi struktural ini ternyata adalah akses ke dalam dana. Tersedianya kredit yang memadai dapat menciptakan pembentukan modal bagi usaha rakyat sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan, serta menciptakan surplus yang dapat digunakan untuk membayar kembali kreditnya dan melakukan pemupukan modal. Permasalahannya adalah adanya prasyarat perbankan yang membuat masyarakat lapisan bawah umumnya dinilai tidak bankable. Keadaan ini menyebabkan terbatasnya interaksi antara lembaga keuangan yang melayani pemberian kredit dengan masyarakat kecil yang memerlukan kredit. Akhirnya, modal makin banyak terkonsentrasi pada sektor modern, khususnya pada usaha besar, yang berakibat makin lebarnya jurang kesenjangan. Karena itu, langkah yang amat mendasar yang harus ditempuh adalah membuka akses ekonomi rakyat ke dalam modal. Untuk itu memang diperlukan pendekatan yang berbeda dengan cara-cara perbankan konvensional. 7
  • 8. Daftar Pustaka Abdul Wahab, S., 1999. Ekonomi Politik Pembangunan: Bisnis Indonesia Era Orde Baru dan di Tengah Krisis moneter. Malang: Danar Wijaya, Brawijaya University Press. ---------------, 1995. “Kebijakan Pembangunan Pedesaan Di Negara-negara Berkembang, Skala Permasalahan dan Hakekatnya”. Dalam Kebijakan Publik dan Pembangunan. IKIP Malang. Alwasilah, A. Chaedar, 2002. Pokoknya Kualitatif : Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya dan Pusat Studi Sunda. Ahmadi, Abu, 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Awang, San Afri, 1995. “Pemberdayaan Masyarakat dan Kelembagaan Lokal dalam Program IDT: Studi Kasus Tipologi Desa Hutan di Kabupaten Madiun”. Dalam Mubyarto (ed.), Program IDT dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Aditya Media. Bank Dunia (World Bank), 2002. Empowerment and Poverty Reduction: A Source Book. New York: Oxford Press. Baran, P.A., 1957. The Political Economy of Growth. New York: Monthly Review Press. 8