SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN
NOMOR 88 TAHUN 2023
TENTANG
PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
KEKERASAN SEKSUAL DI TEMPAT KERJA
Jakarta, Agustus 2023
Ir. Dinar Titus Jogaswitani, M.B.A
Direktur Hubungan Kerja dan Pengupahan
DITJEN PHI DAN JAMSOS
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA
2
3
LATAR BELAKANG
 Sinkronisasi dan penguatan SE.03/MEN/IV/2011 tentang Pedoman
Pencegahan Pelecehan Seksual di Tempat Kerja, agar pelaksanaan
pencegahan dan penanganan kekerasan seksual dan pelecehan
seksual di tempat kerja dapat dilakukan secara optimal dan dapat
menjaga hubungan industrial yang harmonis dan produktif.
 Kasus dan korban kekerasan seksual mengalami kenaikan dalam kurun waktu 3
(tiga) tahun terakhir. Jumlah kasus dan korban kekerasan seksual di tempat kerja
juga masih menunjukkan data yang relatif tinggi. (Sumber: Simfoni PPA)
DATA KASUS DAN KORBAN
KEKERASAN SEKSUAL DI TEMPAT KERJA
NO TAHUN
JUMLAH KESELURUHAN KASUS DAN KORBAN JUMLAH
KASUS
DI
TEMPAT
KERJA
JUMLAH
KORBAN
DI
TEMPAT
KERJA
KASUS KORBAN
LAKI-
LAKI
PEREM-
PUAN
1. 2021 25. 210 27. 129 5. 376 21. 753 389 411
2. 2022 27. 593 29. 683 4. 631 25. 052 324 384
3.
2023
(per 19 Juli
2023)
15.157 16.489 2.975 13.514 215 231
Sumber : Simfoni PPA, per 3 Agustus 2023
Catatan:
Meskipun jumlah kasus dan korban kekerasan seksual di tempat
kerja cenderung mengalami penurunan, namun tetap perlu dilakukan
langkah pencegahan yang komprehensif untuk menciptakan kondisi
kerja yang layak (decent work).
4
5
TUJUAN
 Memberikan acuan dalam upaya pencegahan,
penanganan, dan pelindungan dari segala
bentuk kekerasan seksual di tempat kerja.
 Mewujudkan lingkungan kerja yang kondusif,
harmonis, aman, nyaman dan bebas dari
tindakan kekerasan seksual di tempat kerja.
6
Pekerja tidak tahu harus mengadu kemana jika pelecehan
seksual di tempat kerja terjadi pada dirinya.
Pekerja belum paham mengenai bentuk-bentuk kekerasan
seksual.
URGENSI
Kurangnya informasi mengenai pencegahan kekerasan seksual
di tempat kerja.
Adanya rasa takut ataupun rasa malu untuk mengadu.
4
7
DASAR
HUKUM Pasal 27 ayat
(2) juncto
Pasal 28G
ayat (1)
UUD 1945
Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan; dan setiap
orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
Pasal 86
ayat (1)
UU 13/2003
tentang
Ketenaga-
kerjaan
Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas:
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama.
UU 12/2022
tentang
Tindak
Pidana
Kekerasan
Seksual
Tindak Pidana Kekerasan Seksual adalah segala
perbuatan kekerasan seksual yang memenuhi unsur tindak
pidana dan perbuatan kekerasan seksual lainnya
sebagaimana diatur dalam UU TPKS.
3. Pengaduan, penanganan, dan pemulihan korban kekerasan
seksual di tempat kerja; dan
4. Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan
Seksual di Tempat Kerja yang mencakup pembentukan,
keanggotaan, tugas, fungsi dan kewajiban.
8
RUANG LINGKUP
1. Hal-hal yang terkait kekerasan seksual di tempat kerja yang mencakup
bentuk, pelaku, korban, dan lingkup terjadinya kekerasan seksual di tempat
kerja;
2. Pencegahan kekerasan seksual di tempat kerja yang mencakup peran
para pihak dan upaya pencegahannya;
9
BENTUK, PELAKU, KORBAN & LINGKUP
TERJADINYA
KEKERASAN SEKSUAL DI TEMPAT KERJA
 Pelecehan seksual nonfisik;*
 Pelecehan seksual fisik;*
 Pemaksaan kontrasepsi;
 Pemaksaan sterilisasi;
 Pemaksaan perkawinan;
 Penyiksaan seksual;
 Eksploitasi seksual;
 Perbudakan seksual; dan
 Kekerasan Seksual berbasis
elektronik.*
 Pengusaha;
 Pekerja/Buruh; dan/atau
 Pihak terkait lainnya yang
sedang berada di Tempat
Kerja.
BENTUK PELAKU
(Pihak Yang Diadukan)
 Pekerja/Buruh;
 Pengusaha; dan/atau
 Pihak terkait lainnya
yang sedang berada
di Tempat Kerja.
KORBAN
* Bentuk Kekerasan Seksual yang sering terjadi di tempat kerja
LINGKUP TERJADINYA
 Di tempat kerja atau
yang berhubungan
dengan tempat kerja
 Mengatur kebijakan pencegahan dan
penanganan kekerasan seksual dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama.
 Melaksanakan edukasi kepada para pihak
di tempat kerja.
 Meningkatkan kesadaran diri.
 Menyediakan sarana dan prasarana kerja
yang memadai.
 Mempublikasikan gerakan anti kekerasan
seksual di tempat kerja.
10
PENCEGAHA
N
 Pengusaha  menyusun & menginformasikan kebijakan serta
memastikan tidak terjadi tindak KS di tempat kerja.
 Pekerja/Buruh  berpartisipasi aktif dalam upaya pencegahan
KS di tempat kerja.
 Serikat Pekerja/Serikat Buruh  membantu penyebar-luasan
informasi kebijakan dan turut dalam upaya Pencegahan KS
kepada anggotanya.
 Pihak terkait lainnya yang sedang berada di tempat kerja 
mematuhi aturan kebijakan pencegahan KS di tempat kerja.
 Satgas Pencegahan & Penanganan KS di Perusahaan 
menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan sesuai
kebijakan Perusahaan.
 Kementerian dan dinas ketenagakerjaan kabupaten/kota/
provinsi  melakukan pembinaan dan pemantauan
pelaksanaan pencegahan KS di tempat kerja.
UPAYA
PERAN PARA PIHAK
A. PENGADUAN
11
PENGADUAN, PENANGANAN, DAN PEMULIHAN
KORBAN
Pengaduan yang
disampaikan kepada
Perusahaan, dinas
dan/atau kementeri-
an yang menyeleng-
garakan urusan
pemerintahan di
bidang ketenaga-
kerjaan
a. Korban;
b. Keluarga korban;
c. Rekan kerja korban;
dan/atau
d. Pihak terkait lainnya.
a. Satuan Tugas yang
dibentuk di Perusa-
haan;
b. Disnaker
kabupaten/kota/
provinsi; dan/atau
c. Kemnaker
Langsung kepada
kepolisian.
Mencatat pengaduan
dalam daftar pengaduan
kasus Kekerasan Seksual
di Tempat Kerja.
2. PIHAK YANG DAPAT
MENGADUKAN
1. CAKUPAN
3. DISAMPAIKAN KEPADA
4. CARA
PENYAMPAIAN
Daring atau Luring
 Ditangani oleh:
a. Satuan Tugas yang dibentuk
di Perusahaan;
b. unit kerja bidang hubungan
industrial atau pengawasan
ketenagakerjaan pada
Disnaker kabupaten/kota/
provinsi; dan/atau
c. unit kerja bdang hubungan
industrial atau pengawasan
ketenagakerjaan pada
Kemnaker
12
B. PENANGANAN (1/2)
Bentuk sanksi dari
Pengusaha, antara lain:
1. surat peringatan tertulis;
2. pemindahan atau
penugasan ke
divisi/bagian/unit kerja lain;
3. mengurangi atau bahkan
menghapus sebagian atau
keseluruhan dari
kewenangannya di
Perusahaan;
4. pemberhentian sementara
(skorsing); dan/atau
5. pemutusan hubungan
kerja.
1. Mengumpulkan informasi
(meminta keterangan pihak-
pihak terkait, CCTV, sumber
informasi lainnya);
2. Memberikan pertimbangan
kepada:
a. Korban  mengadukan
tindakan Kekerasan
Seksual di Tempat Kerja,
kepada kepolisian;
dan/atau
b. Perusahaan  agar
memberikan sanksi
kepada pihak yang
diadukan sesuai
ketentuan yang
dituangkan dalam PK,
PP, atau PKB.
 Dilaksanakan secara serius
dengan memastikan bahwa
pengaduan tersebut ditangani
dengan segera dan tanpa
diskriminasi.
13
B. PENANGANAN
(2/2)
 Pendampingan terhadap korban sesuai peraturan perundang-undangan.
 Pelindungan terkait pemenuhan hak-hak pekerja, dalam hal terjadi
pelanggaran norma ketenagakerjaan dan/atau perselisihan hubungan industrial
oleh Perusahaan, akibat tindakan kekerasan seksual di tempat kerja.
 Pemberian sanksi oleh Perusahaan tidak
mengurangi hak korban untuk mengadukan
tindakan kekerasan seksual kepada pihak
kepolisian dan pelaku dapat dikenakan sanksi
pidana sesuai peraturan perundang-undangan.
14
C. PEMULIHAN KORBAN
(1/2)
 Mencegah tindakan balasan kepada Korban,
terutama bila pihak yang diadukan adalah atasan Korban
Perusahaan bertanggung jawab untuk:
a. memastikan Korban agar tidak mendapat tindakan balasan
dari pihak yang diadukan;
b. mengawasi kondisi dan lingkungan kerja secara berkala agar
tidak terjadi Kekerasan Seksual di Tempat Kerja; dan
c. menjamin Korban tidak menderita kerugian akibat kekerasan
seksual di tempat kerja, seperti penurunan pangkat, penolakan
promosi yang mengakibatkan kerugian uang karena penolakan
tunjangan dalam hubungan kerja, dan lain-lain.
15
C. PEMULIHAN KORBAN
(2/2)
 Tindakan Pemulihan lainnya oleh Perusahaan, antara lain:
1. mengembalikan hak atas cuti sakit atau cuti tahunan yang diambil karena proses yang harus
dilalui dalam penanganan kekerasan seksual;
2. mempertimbangkan pemberian cuti sakit tambahan dalam hal korban memerlukan konseling
karena trauma;
3. menghapus penilaian negatif dalam catatan di bagian kepegawaian perusahaan karena terjadinya
kekerasan seksual;
4. mempekerjakan kembali korban bila yang bersangkutan diberhentikan dengan cara yang tidak
benar;
5. meninjau kembali pemberlakuan dan keputusan terkait hubungan kerja yang merugikan korban
dan/atau pihak yang mengadukan untuk memastikan bahwa perlakuan atau keputusan tersebut
tidak dilakukan sebagai tindakan pembalasan; dan/atau
6. memberi ganti rugi seperti biaya pengobatan.
16
SATUAN TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
KEKERASAN SEKSUAL DI TEMPAT KERJA (1/2)
PEMBENTUKAN
1. Anggota Satuan Tugas berasal dari
perwakilan Pengusaha dan
perwakilan Pekerja/Buruh atau
Serikat Pekerja/Serikat Buruh di
Perusahaan.
2. Anggota Satuan Tugas berjumlah
gasal, paling sedikit 3 (tiga) orang.
3. Susunan keanggotaan Satuan
Tugas, terdiri atas:
a. ketua merangkap anggota;
b. sekretaris merangkap anggota;
c. anggota.
1. Bagi Perusahaan yang mempunyai
LKS Bipartit, Satuan Tugas
merupakan bagian dalam struktur
organisasi LKS Bipartit.
2. Bagi Perusahaan yang belum
mempunyai LKS Bipartit, Satuan
Tugas dapat ditetapkan melalui
Keputusan Pimpinan
Perusahaan.
KEANGGOTAAN
17
FUNGSI
Sebagai pusat pencegahan
dan penanganan kekerasan
seksual di perusahaan.
KEWAJIBAN
1. Menjunjung tinggi norma
dan kode etik yang
ditetapkan oleh perusahaan;
2. Menjamin kerahasiaan
iden-titas pihak yang terkait
langsung dengan pengadu-
an dan penanganan kasus
kekerasan seksual di tempat
kerja; dan
3. Menjaga independensi dan
kredibilitas Satuan Tugas.
TUGAS
1. Menyusun dan melaksanakan program dan
kegiatan yang mengacu pada kebijakan
perusahaan terkait upaya pencegahan
kekerasan seksual di tempat kerja
2. Menerima pengaduan kekerasan seksual di
tempat kerja dari korban dan/atau pihak yang
mengadukan;
3. Mencatat pengaduan kekerasan seksual di
tempat kerja secara tertib dan rapi;
4. Mengumpulkan informasi terkait indikasi
terjadinya kekerasan seksual di tempat kerja;
5. Memberikan pertimbangan kepada korban
dan perusahaan mengenai penyelesaian lebih
lanjut dari pengaduan kekerasan seksual di
tempat kerja; dan
6. Memberikan pendampingan kepada korban.
SATUAN TUGAS PENCEGAHAN DAN
PENANGANAN
KEKERASAN SEKSUAL DI TEMPAT KERJA
(2/2)
Kementerian Ketenagakerjaan RI
Jl. Jend. Gatot Soebroto Kav. 51
Jakarta Selatan 12950
Telp : +62-21 5255633 Fax : +62-21 5213334

More Related Content

What's hot

Penyelesaian hubungan industrial
Penyelesaian hubungan industrialPenyelesaian hubungan industrial
Penyelesaian hubungan industrial
Fardalaw Labor
 
Anggaran dasar perseroan terbatas
Anggaran dasar perseroan terbatasAnggaran dasar perseroan terbatas
Anggaran dasar perseroan terbatas
Dua Dunia
 

What's hot (20)

KDRT
KDRTKDRT
KDRT
 
Kerangka Kerja dan Strategi Advokasi Anak dan Orang Muda
Kerangka Kerja dan Strategi Advokasi Anak dan Orang MudaKerangka Kerja dan Strategi Advokasi Anak dan Orang Muda
Kerangka Kerja dan Strategi Advokasi Anak dan Orang Muda
 
GRATIFIKASI
GRATIFIKASIGRATIFIKASI
GRATIFIKASI
 
Sosialisasi pp uu cipta kerja kemenaker ri
Sosialisasi pp uu cipta kerja   kemenaker riSosialisasi pp uu cipta kerja   kemenaker ri
Sosialisasi pp uu cipta kerja kemenaker ri
 
Penyelesaian hubungan industrial
Penyelesaian hubungan industrialPenyelesaian hubungan industrial
Penyelesaian hubungan industrial
 
Kesetaraan Gender
Kesetaraan GenderKesetaraan Gender
Kesetaraan Gender
 
Pendidikan budaya anti korupsi
Pendidikan budaya anti korupsiPendidikan budaya anti korupsi
Pendidikan budaya anti korupsi
 
Cut Zurnali - Perselisihan Hubungan Industrial
Cut Zurnali - Perselisihan Hubungan IndustrialCut Zurnali - Perselisihan Hubungan Industrial
Cut Zurnali - Perselisihan Hubungan Industrial
 
Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2
 
Intoleransi di Satuan Pendidikan
Intoleransi di Satuan PendidikanIntoleransi di Satuan Pendidikan
Intoleransi di Satuan Pendidikan
 
Seks bebas
Seks bebasSeks bebas
Seks bebas
 
Penyimpangan seksual
Penyimpangan seksualPenyimpangan seksual
Penyimpangan seksual
 
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
 
Materi sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolah
Materi sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolahMateri sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolah
Materi sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolah
 
Kiprah Kepemimpinan Perempuan
Kiprah Kepemimpinan PerempuanKiprah Kepemimpinan Perempuan
Kiprah Kepemimpinan Perempuan
 
Tindak Pidana Pencucian Uang
Tindak Pidana Pencucian UangTindak Pidana Pencucian Uang
Tindak Pidana Pencucian Uang
 
PERILAKU BULLYING DARI PERSPEKTIF UNDANG – UNDANG PERLINDUNGAN.pptx
PERILAKU BULLYING DARI PERSPEKTIF UNDANG – UNDANG PERLINDUNGAN.pptxPERILAKU BULLYING DARI PERSPEKTIF UNDANG – UNDANG PERLINDUNGAN.pptx
PERILAKU BULLYING DARI PERSPEKTIF UNDANG – UNDANG PERLINDUNGAN.pptx
 
Anggaran dasar perseroan terbatas
Anggaran dasar perseroan terbatasAnggaran dasar perseroan terbatas
Anggaran dasar perseroan terbatas
 
Stikes presentasi akreditasi
Stikes presentasi akreditasiStikes presentasi akreditasi
Stikes presentasi akreditasi
 
Peran perempuan terhadap pembangunan ekonomi
Peran perempuan terhadap pembangunan ekonomiPeran perempuan terhadap pembangunan ekonomi
Peran perempuan terhadap pembangunan ekonomi
 

Similar to Pedoman Pecegahan & Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat per 3 Agust 23 (1).pptx

Penerapan syarat-kesehatan-kerja
Penerapan syarat-kesehatan-kerjaPenerapan syarat-kesehatan-kerja
Penerapan syarat-kesehatan-kerja
Zulfahmi Jantan
 
HIV-AIDS di Tempat Kerja fix.pptx
HIV-AIDS di Tempat Kerja fix.pptxHIV-AIDS di Tempat Kerja fix.pptx
HIV-AIDS di Tempat Kerja fix.pptx
MrBrside
 
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.ppt
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.pptPENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.ppt
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.ppt
HRDRSYPKMandiri
 
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...
megiirianti083
 
Eicc codeof conduct5_malay
Eicc codeof conduct5_malayEicc codeof conduct5_malay
Eicc codeof conduct5_malay
Bakhtiar Dollah
 

Similar to Pedoman Pecegahan & Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat per 3 Agust 23 (1).pptx (20)

Pedoman Pecegahan & Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat_data per 31 Des 20...
Pedoman Pecegahan & Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat_data per 31 Des 20...Pedoman Pecegahan & Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat_data per 31 Des 20...
Pedoman Pecegahan & Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat_data per 31 Des 20...
 
Materi Aksi 1.ppt
Materi Aksi 1.pptMateri Aksi 1.ppt
Materi Aksi 1.ppt
 
SLIDE DR Dr HALIM PERLINDUNGAN HUKUM_IDI WILAYAH KALSEL.pptx
SLIDE DR Dr HALIM PERLINDUNGAN HUKUM_IDI WILAYAH KALSEL.pptxSLIDE DR Dr HALIM PERLINDUNGAN HUKUM_IDI WILAYAH KALSEL.pptx
SLIDE DR Dr HALIM PERLINDUNGAN HUKUM_IDI WILAYAH KALSEL.pptx
 
PHK karena pelecehan seksual (studi kasus pt. bpjs)
PHK karena pelecehan seksual (studi kasus pt. bpjs)PHK karena pelecehan seksual (studi kasus pt. bpjs)
PHK karena pelecehan seksual (studi kasus pt. bpjs)
 
IACF GTC: Menakar pertanggungjawaban korporasi
IACF GTC: Menakar pertanggungjawaban korporasiIACF GTC: Menakar pertanggungjawaban korporasi
IACF GTC: Menakar pertanggungjawaban korporasi
 
DAMPAK_HIV_AIDS_DITEMPAT_KERJA.ppt
DAMPAK_HIV_AIDS_DITEMPAT_KERJA.pptDAMPAK_HIV_AIDS_DITEMPAT_KERJA.ppt
DAMPAK_HIV_AIDS_DITEMPAT_KERJA.ppt
 
Uu3 92 jamsostek
Uu3 92 jamsostekUu3 92 jamsostek
Uu3 92 jamsostek
 
SUKENDAR-AMK.-SH.-MH.pptx
SUKENDAR-AMK.-SH.-MH.pptxSUKENDAR-AMK.-SH.-MH.pptx
SUKENDAR-AMK.-SH.-MH.pptx
 
Penerapan syarat-kesehatan-kerja
Penerapan syarat-kesehatan-kerjaPenerapan syarat-kesehatan-kerja
Penerapan syarat-kesehatan-kerja
 
MATERI UI.ppt
MATERI UI.pptMATERI UI.ppt
MATERI UI.ppt
 
HIV-AIDS di Tempat Kerja fix.pptx
HIV-AIDS di Tempat Kerja fix.pptxHIV-AIDS di Tempat Kerja fix.pptx
HIV-AIDS di Tempat Kerja fix.pptx
 
LEGAL FIELD EQUAL EMPLOYMENT OPPORTUNITY (EEO)
LEGAL FIELD EQUAL EMPLOYMENT OPPORTUNITY (EEO)LEGAL FIELD EQUAL EMPLOYMENT OPPORTUNITY (EEO)
LEGAL FIELD EQUAL EMPLOYMENT OPPORTUNITY (EEO)
 
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.ppt
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.pptPENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.ppt
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.ppt
 
Om swastyastu
Om swastyastuOm swastyastu
Om swastyastu
 
6515-19854-1-SM.pdf
6515-19854-1-SM.pdf6515-19854-1-SM.pdf
6515-19854-1-SM.pdf
 
PERSI_Diskusi RUU Kesehatan.pdf
PERSI_Diskusi RUU Kesehatan.pdfPERSI_Diskusi RUU Kesehatan.pdf
PERSI_Diskusi RUU Kesehatan.pdf
 
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...
 
Permennakertrans No. 24 Th 2006
Permennakertrans No. 24 Th 2006Permennakertrans No. 24 Th 2006
Permennakertrans No. 24 Th 2006
 
Eicc codeof conduct5_malay
Eicc codeof conduct5_malayEicc codeof conduct5_malay
Eicc codeof conduct5_malay
 
Materi Pak Azhar.pptx
Materi Pak Azhar.pptxMateri Pak Azhar.pptx
Materi Pak Azhar.pptx
 

More from padlah1984

KEPABEANAN dalam konsep tata laksana manajemen logistik
KEPABEANAN dalam konsep tata laksana manajemen  logistikKEPABEANAN dalam konsep tata laksana manajemen  logistik
KEPABEANAN dalam konsep tata laksana manajemen logistik
padlah1984
 
Retensi Kejahatan Harta Benda by Padlah Riyadi.ppt
Retensi Kejahatan Harta Benda by Padlah Riyadi.pptRetensi Kejahatan Harta Benda by Padlah Riyadi.ppt
Retensi Kejahatan Harta Benda by Padlah Riyadi.ppt
padlah1984
 

More from padlah1984 (20)

Kebijakan Kriminal dari suatu keputusan .ppt
Kebijakan Kriminal dari suatu keputusan .pptKebijakan Kriminal dari suatu keputusan .ppt
Kebijakan Kriminal dari suatu keputusan .ppt
 
Pengertian Praktek Beacara pada Pengadilan Pidana Indonesia-pengadilan-pidana...
Pengertian Praktek Beacara pada Pengadilan Pidana Indonesia-pengadilan-pidana...Pengertian Praktek Beacara pada Pengadilan Pidana Indonesia-pengadilan-pidana...
Pengertian Praktek Beacara pada Pengadilan Pidana Indonesia-pengadilan-pidana...
 
KJA Goes to Campus_All for accounting SME
KJA Goes to Campus_All for accounting  SMEKJA Goes to Campus_All for accounting  SME
KJA Goes to Campus_All for accounting SME
 
Jenis-Dokumen-Freight-Forwarding for logistic
Jenis-Dokumen-Freight-Forwarding for logisticJenis-Dokumen-Freight-Forwarding for logistic
Jenis-Dokumen-Freight-Forwarding for logistic
 
KEPABEANAN dalam konsep tata laksana manajemen logistik
KEPABEANAN dalam konsep tata laksana manajemen  logistikKEPABEANAN dalam konsep tata laksana manajemen  logistik
KEPABEANAN dalam konsep tata laksana manajemen logistik
 
Penggunaan-Azas-Domunius Litis pada kewenangan kejaksaan
Penggunaan-Azas-Domunius Litis pada kewenangan kejaksaanPenggunaan-Azas-Domunius Litis pada kewenangan kejaksaan
Penggunaan-Azas-Domunius Litis pada kewenangan kejaksaan
 
Pengantar pembaharuan dari hukum pidana terbaru
Pengantar pembaharuan dari hukum pidana terbaruPengantar pembaharuan dari hukum pidana terbaru
Pengantar pembaharuan dari hukum pidana terbaru
 
Retensi Kejahatan Harta Benda by Padlah Riyadi.ppt
Retensi Kejahatan Harta Benda by Padlah Riyadi.pptRetensi Kejahatan Harta Benda by Padlah Riyadi.ppt
Retensi Kejahatan Harta Benda by Padlah Riyadi.ppt
 
0.3.SPI GCG PM.pdf
0.3.SPI GCG PM.pdf0.3.SPI GCG PM.pdf
0.3.SPI GCG PM.pdf
 
0.2. Sekretaris Perusahaan, Kehumasan GCG PM.pdf
0.2. Sekretaris Perusahaan, Kehumasan GCG PM.pdf0.2. Sekretaris Perusahaan, Kehumasan GCG PM.pdf
0.2. Sekretaris Perusahaan, Kehumasan GCG PM.pdf
 
0.1 Perbankan, Pelaporan Keuangan dan PU. PM.pdf
0.1  Perbankan, Pelaporan Keuangan dan PU. PM.pdf0.1  Perbankan, Pelaporan Keuangan dan PU. PM.pdf
0.1 Perbankan, Pelaporan Keuangan dan PU. PM.pdf
 
7 S TRIO MOTOR BISA.ppt
7 S TRIO MOTOR BISA.ppt7 S TRIO MOTOR BISA.ppt
7 S TRIO MOTOR BISA.ppt
 
0.1 Perbankan, Pelaporan Keuangan dan PU. PM.pdf
0.1  Perbankan, Pelaporan Keuangan dan PU. PM.pdf0.1  Perbankan, Pelaporan Keuangan dan PU. PM.pdf
0.1 Perbankan, Pelaporan Keuangan dan PU. PM.pdf
 
Materi Sosialisasi JHT Sesi 2 final.pptx
Materi Sosialisasi JHT Sesi 2 final.pptxMateri Sosialisasi JHT Sesi 2 final.pptx
Materi Sosialisasi JHT Sesi 2 final.pptx
 
Materai Elektronik.pdf
Materai Elektronik.pdfMaterai Elektronik.pdf
Materai Elektronik.pdf
 
Pengembangan Investasi Daerah.pptx
Pengembangan Investasi Daerah.pptxPengembangan Investasi Daerah.pptx
Pengembangan Investasi Daerah.pptx
 
2. Peranan Humas.ppt
2. Peranan Humas.ppt2. Peranan Humas.ppt
2. Peranan Humas.ppt
 
pajak-dalam-perusahaan.pptx
pajak-dalam-perusahaan.pptxpajak-dalam-perusahaan.pptx
pajak-dalam-perusahaan.pptx
 
1. RUPS WTI.pptx
1. RUPS WTI.pptx1. RUPS WTI.pptx
1. RUPS WTI.pptx
 
1. Ekonomi_china.ppt
1. Ekonomi_china.ppt1. Ekonomi_china.ppt
1. Ekonomi_china.ppt
 

Pedoman Pecegahan & Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat per 3 Agust 23 (1).pptx

  • 1. KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN NOMOR 88 TAHUN 2023 TENTANG PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL DI TEMPAT KERJA Jakarta, Agustus 2023 Ir. Dinar Titus Jogaswitani, M.B.A Direktur Hubungan Kerja dan Pengupahan DITJEN PHI DAN JAMSOS KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
  • 2. 2
  • 3. 3 LATAR BELAKANG  Sinkronisasi dan penguatan SE.03/MEN/IV/2011 tentang Pedoman Pencegahan Pelecehan Seksual di Tempat Kerja, agar pelaksanaan pencegahan dan penanganan kekerasan seksual dan pelecehan seksual di tempat kerja dapat dilakukan secara optimal dan dapat menjaga hubungan industrial yang harmonis dan produktif.  Kasus dan korban kekerasan seksual mengalami kenaikan dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir. Jumlah kasus dan korban kekerasan seksual di tempat kerja juga masih menunjukkan data yang relatif tinggi. (Sumber: Simfoni PPA)
  • 4. DATA KASUS DAN KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI TEMPAT KERJA NO TAHUN JUMLAH KESELURUHAN KASUS DAN KORBAN JUMLAH KASUS DI TEMPAT KERJA JUMLAH KORBAN DI TEMPAT KERJA KASUS KORBAN LAKI- LAKI PEREM- PUAN 1. 2021 25. 210 27. 129 5. 376 21. 753 389 411 2. 2022 27. 593 29. 683 4. 631 25. 052 324 384 3. 2023 (per 19 Juli 2023) 15.157 16.489 2.975 13.514 215 231 Sumber : Simfoni PPA, per 3 Agustus 2023 Catatan: Meskipun jumlah kasus dan korban kekerasan seksual di tempat kerja cenderung mengalami penurunan, namun tetap perlu dilakukan langkah pencegahan yang komprehensif untuk menciptakan kondisi kerja yang layak (decent work). 4
  • 5. 5 TUJUAN  Memberikan acuan dalam upaya pencegahan, penanganan, dan pelindungan dari segala bentuk kekerasan seksual di tempat kerja.  Mewujudkan lingkungan kerja yang kondusif, harmonis, aman, nyaman dan bebas dari tindakan kekerasan seksual di tempat kerja.
  • 6. 6 Pekerja tidak tahu harus mengadu kemana jika pelecehan seksual di tempat kerja terjadi pada dirinya. Pekerja belum paham mengenai bentuk-bentuk kekerasan seksual. URGENSI Kurangnya informasi mengenai pencegahan kekerasan seksual di tempat kerja. Adanya rasa takut ataupun rasa malu untuk mengadu.
  • 7. 4 7 DASAR HUKUM Pasal 27 ayat (2) juncto Pasal 28G ayat (1) UUD 1945 Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan; dan setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. Pasal 86 ayat (1) UU 13/2003 tentang Ketenaga- kerjaan Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: a. keselamatan dan kesehatan kerja; b. moral dan kesusilaan; dan c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. UU 12/2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual Tindak Pidana Kekerasan Seksual adalah segala perbuatan kekerasan seksual yang memenuhi unsur tindak pidana dan perbuatan kekerasan seksual lainnya sebagaimana diatur dalam UU TPKS.
  • 8. 3. Pengaduan, penanganan, dan pemulihan korban kekerasan seksual di tempat kerja; dan 4. Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat Kerja yang mencakup pembentukan, keanggotaan, tugas, fungsi dan kewajiban. 8 RUANG LINGKUP 1. Hal-hal yang terkait kekerasan seksual di tempat kerja yang mencakup bentuk, pelaku, korban, dan lingkup terjadinya kekerasan seksual di tempat kerja; 2. Pencegahan kekerasan seksual di tempat kerja yang mencakup peran para pihak dan upaya pencegahannya;
  • 9. 9 BENTUK, PELAKU, KORBAN & LINGKUP TERJADINYA KEKERASAN SEKSUAL DI TEMPAT KERJA  Pelecehan seksual nonfisik;*  Pelecehan seksual fisik;*  Pemaksaan kontrasepsi;  Pemaksaan sterilisasi;  Pemaksaan perkawinan;  Penyiksaan seksual;  Eksploitasi seksual;  Perbudakan seksual; dan  Kekerasan Seksual berbasis elektronik.*  Pengusaha;  Pekerja/Buruh; dan/atau  Pihak terkait lainnya yang sedang berada di Tempat Kerja. BENTUK PELAKU (Pihak Yang Diadukan)  Pekerja/Buruh;  Pengusaha; dan/atau  Pihak terkait lainnya yang sedang berada di Tempat Kerja. KORBAN * Bentuk Kekerasan Seksual yang sering terjadi di tempat kerja LINGKUP TERJADINYA  Di tempat kerja atau yang berhubungan dengan tempat kerja
  • 10.  Mengatur kebijakan pencegahan dan penanganan kekerasan seksual dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.  Melaksanakan edukasi kepada para pihak di tempat kerja.  Meningkatkan kesadaran diri.  Menyediakan sarana dan prasarana kerja yang memadai.  Mempublikasikan gerakan anti kekerasan seksual di tempat kerja. 10 PENCEGAHA N  Pengusaha  menyusun & menginformasikan kebijakan serta memastikan tidak terjadi tindak KS di tempat kerja.  Pekerja/Buruh  berpartisipasi aktif dalam upaya pencegahan KS di tempat kerja.  Serikat Pekerja/Serikat Buruh  membantu penyebar-luasan informasi kebijakan dan turut dalam upaya Pencegahan KS kepada anggotanya.  Pihak terkait lainnya yang sedang berada di tempat kerja  mematuhi aturan kebijakan pencegahan KS di tempat kerja.  Satgas Pencegahan & Penanganan KS di Perusahaan  menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan sesuai kebijakan Perusahaan.  Kementerian dan dinas ketenagakerjaan kabupaten/kota/ provinsi  melakukan pembinaan dan pemantauan pelaksanaan pencegahan KS di tempat kerja. UPAYA PERAN PARA PIHAK
  • 11. A. PENGADUAN 11 PENGADUAN, PENANGANAN, DAN PEMULIHAN KORBAN Pengaduan yang disampaikan kepada Perusahaan, dinas dan/atau kementeri- an yang menyeleng- garakan urusan pemerintahan di bidang ketenaga- kerjaan a. Korban; b. Keluarga korban; c. Rekan kerja korban; dan/atau d. Pihak terkait lainnya. a. Satuan Tugas yang dibentuk di Perusa- haan; b. Disnaker kabupaten/kota/ provinsi; dan/atau c. Kemnaker Langsung kepada kepolisian. Mencatat pengaduan dalam daftar pengaduan kasus Kekerasan Seksual di Tempat Kerja. 2. PIHAK YANG DAPAT MENGADUKAN 1. CAKUPAN 3. DISAMPAIKAN KEPADA 4. CARA PENYAMPAIAN Daring atau Luring
  • 12.  Ditangani oleh: a. Satuan Tugas yang dibentuk di Perusahaan; b. unit kerja bidang hubungan industrial atau pengawasan ketenagakerjaan pada Disnaker kabupaten/kota/ provinsi; dan/atau c. unit kerja bdang hubungan industrial atau pengawasan ketenagakerjaan pada Kemnaker 12 B. PENANGANAN (1/2) Bentuk sanksi dari Pengusaha, antara lain: 1. surat peringatan tertulis; 2. pemindahan atau penugasan ke divisi/bagian/unit kerja lain; 3. mengurangi atau bahkan menghapus sebagian atau keseluruhan dari kewenangannya di Perusahaan; 4. pemberhentian sementara (skorsing); dan/atau 5. pemutusan hubungan kerja. 1. Mengumpulkan informasi (meminta keterangan pihak- pihak terkait, CCTV, sumber informasi lainnya); 2. Memberikan pertimbangan kepada: a. Korban  mengadukan tindakan Kekerasan Seksual di Tempat Kerja, kepada kepolisian; dan/atau b. Perusahaan  agar memberikan sanksi kepada pihak yang diadukan sesuai ketentuan yang dituangkan dalam PK, PP, atau PKB.  Dilaksanakan secara serius dengan memastikan bahwa pengaduan tersebut ditangani dengan segera dan tanpa diskriminasi.
  • 13. 13 B. PENANGANAN (2/2)  Pendampingan terhadap korban sesuai peraturan perundang-undangan.  Pelindungan terkait pemenuhan hak-hak pekerja, dalam hal terjadi pelanggaran norma ketenagakerjaan dan/atau perselisihan hubungan industrial oleh Perusahaan, akibat tindakan kekerasan seksual di tempat kerja.  Pemberian sanksi oleh Perusahaan tidak mengurangi hak korban untuk mengadukan tindakan kekerasan seksual kepada pihak kepolisian dan pelaku dapat dikenakan sanksi pidana sesuai peraturan perundang-undangan.
  • 14. 14 C. PEMULIHAN KORBAN (1/2)  Mencegah tindakan balasan kepada Korban, terutama bila pihak yang diadukan adalah atasan Korban Perusahaan bertanggung jawab untuk: a. memastikan Korban agar tidak mendapat tindakan balasan dari pihak yang diadukan; b. mengawasi kondisi dan lingkungan kerja secara berkala agar tidak terjadi Kekerasan Seksual di Tempat Kerja; dan c. menjamin Korban tidak menderita kerugian akibat kekerasan seksual di tempat kerja, seperti penurunan pangkat, penolakan promosi yang mengakibatkan kerugian uang karena penolakan tunjangan dalam hubungan kerja, dan lain-lain.
  • 15. 15 C. PEMULIHAN KORBAN (2/2)  Tindakan Pemulihan lainnya oleh Perusahaan, antara lain: 1. mengembalikan hak atas cuti sakit atau cuti tahunan yang diambil karena proses yang harus dilalui dalam penanganan kekerasan seksual; 2. mempertimbangkan pemberian cuti sakit tambahan dalam hal korban memerlukan konseling karena trauma; 3. menghapus penilaian negatif dalam catatan di bagian kepegawaian perusahaan karena terjadinya kekerasan seksual; 4. mempekerjakan kembali korban bila yang bersangkutan diberhentikan dengan cara yang tidak benar; 5. meninjau kembali pemberlakuan dan keputusan terkait hubungan kerja yang merugikan korban dan/atau pihak yang mengadukan untuk memastikan bahwa perlakuan atau keputusan tersebut tidak dilakukan sebagai tindakan pembalasan; dan/atau 6. memberi ganti rugi seperti biaya pengobatan.
  • 16. 16 SATUAN TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL DI TEMPAT KERJA (1/2) PEMBENTUKAN 1. Anggota Satuan Tugas berasal dari perwakilan Pengusaha dan perwakilan Pekerja/Buruh atau Serikat Pekerja/Serikat Buruh di Perusahaan. 2. Anggota Satuan Tugas berjumlah gasal, paling sedikit 3 (tiga) orang. 3. Susunan keanggotaan Satuan Tugas, terdiri atas: a. ketua merangkap anggota; b. sekretaris merangkap anggota; c. anggota. 1. Bagi Perusahaan yang mempunyai LKS Bipartit, Satuan Tugas merupakan bagian dalam struktur organisasi LKS Bipartit. 2. Bagi Perusahaan yang belum mempunyai LKS Bipartit, Satuan Tugas dapat ditetapkan melalui Keputusan Pimpinan Perusahaan. KEANGGOTAAN
  • 17. 17 FUNGSI Sebagai pusat pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di perusahaan. KEWAJIBAN 1. Menjunjung tinggi norma dan kode etik yang ditetapkan oleh perusahaan; 2. Menjamin kerahasiaan iden-titas pihak yang terkait langsung dengan pengadu- an dan penanganan kasus kekerasan seksual di tempat kerja; dan 3. Menjaga independensi dan kredibilitas Satuan Tugas. TUGAS 1. Menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan yang mengacu pada kebijakan perusahaan terkait upaya pencegahan kekerasan seksual di tempat kerja 2. Menerima pengaduan kekerasan seksual di tempat kerja dari korban dan/atau pihak yang mengadukan; 3. Mencatat pengaduan kekerasan seksual di tempat kerja secara tertib dan rapi; 4. Mengumpulkan informasi terkait indikasi terjadinya kekerasan seksual di tempat kerja; 5. Memberikan pertimbangan kepada korban dan perusahaan mengenai penyelesaian lebih lanjut dari pengaduan kekerasan seksual di tempat kerja; dan 6. Memberikan pendampingan kepada korban. SATUAN TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL DI TEMPAT KERJA (2/2)
  • 18. Kementerian Ketenagakerjaan RI Jl. Jend. Gatot Soebroto Kav. 51 Jakarta Selatan 12950 Telp : +62-21 5255633 Fax : +62-21 5213334