SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
(KDRT)
Mata kuliah Diamika Hukum Perkawinan
Dosen Pengampu:
Dr. Ali Trigiyatno,M.Ag.
Dadang Rohendi,SH
NIM: 5120011
PASCA SARJANA IAIN PEKALONGAN
Pendahuluan
Istilah Kekerasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai ‘Perbuatan seseorang atau kelompok
orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang
lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang
orang lain
Kata ‘kekerasan’ merupakan padanan kata ‘violence’ dalam
bahasa Inggris, meskipun keduanya memiliki konsep yang
berbeda. Violence dalam bahasa Inggris diartikan sebagai suatu
serangan atau invasi terhadap fisik maupun integritas mental
psikologis seseorang.
Sedangkan kata ‘kekerasan’ dalam bahasa Indonesia umumnya
dipahami hanya menyangkut serangan secara fisik semata
UU MENGATUR
 Tindak KDRT
 Prosedur penanganan perkara,
 Perlindungan terhadap korban
 Sanksi bagi para pelakunya.
PP No.4 Tahun 2006 tentang penyelenggaraan dan
kerjasama pemulihan korban KDRT
LATAR BELAKANG DIUNDANGKANNYA UU
No. 23 Tahun 2004
 Adanya kesadaran akan diskriminasi,
 Perlakuan tidak adil terhadap perempuan :dalam
ruang publik dalam rumah tangga,
 Adanya pelecehan terhadap anak dibawah umur
dengan menjadi korban pelecehan seksual dan
eksploitasi Anak.
Pertimbangan-pertimbangan dilegislasikan UU No.23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) yang disahkan
tanggal 22 September 2004
Pertama, bahwa setiap warga berhak mendapatkan rasa aman dan bebas
dari segala bentuk kekerasan
Kedua, bahwa segala bentuk kekerasan,terutama kekerasan dalam rumah
tangga, merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap
martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi yang harus dihapuskan.
Ketiga, bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga, yang kebanyakan
perempuan dan anak-anak, harus mendapatkan perlindungan dari Negara
dan atau masyarakat agar terhindar dan terbebas dari segala bentuk
kekerasan atau ancaman kekerasan, penyiksaaan, atau perlakuan yang
merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan.
Keempat, bahwa dalam kenyataannya kasus kekerasan dalam rumah tangga
banyak terjadi, sedangkan sistem hukum Indonesia belum menjamin akan
adanya perlindungan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga
Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.
LINGKUP RUMAH TANGGA
Pasal 2
a. suami, isteri, dan anak;
b. orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga
dengan orang sebagaimana dimaksud pada huruf a
karena hubungan darah, perkawinan, persusuan,
pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah
tangga; dan/atau
c. orang yang bekerja membantu rumah tangga dan
menetap dalam rumah tangga tersebut.
(2) Orang yang bekerja sebagaimana dimaksud pada huruf
c dipandang sebagai anggota keluarga dalam jangka
waktu selama berada dalam rumah tangga yang
bersangkutan.
Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
dilaksanakan berdasarkan asas :
a. Penghormatan hak asasi manusia;
b. Keadilan dan kesetaraan gender;
c. Nondiskriminasi; dan
d. Perlindungan korban.
Asas –Asas Penghapusan
KDRT
a. kekerasan fisik;
b. kekerasan psikis;
c. kekerasan seksual; atau
d. penelantaran rumah tangga.
Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga:
Pengertian:
Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf
a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh
sakit, atau luka berat.
Kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf b adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis
berat pada seseorang.
Kekerasan seksual meliputi :
a. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap
orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga
tersebut;
b. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang
dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk
tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.
Penelantaran Rumah Tangga adalah Pengabaian tentang
kewajiban memberikan kehidupan, perawatan, atau
pemeliharaan termasuk bagi setiap orang yang
mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara
membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di
dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah
kendali.
a. Perlindungan dari
 Pihak keluarga
 Kepolisian
 Kejaksaan
 Pengadilan
 Advokat, lembaga sosial atau pihak lainnya
baik sementara maupun berdasarkan penetapan perintah
perlindungan dari pengadilan;
b. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis;
c. Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan
korban;
d. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum
pada setiap tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
e. Pelayanan bimbingan rohani.
Hak-hak Korban KDRT
PERLINDUNGAN KORBAN KDRT
Pasal 16,17,18
a. Dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam terhitung
sejak mengetahui atau menerima laporan kekerasan dalam rumah
tangga, kepolisian wajib segera memberikan perlindungan
sementara pada korban.
b. Perlindungan sementara sebagaimana diberikan paling lama 7
(tujuh) hari sejak korban diterima atau ditangani.
c. Dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam terhitung
sejak pemberian perlindungan sementara kepolisian wajib
meminta surat penetapan perintah perlindungan dari pengadilan.
d. Dalam memberikan perlindungan sementara, kepolisian dapat
bekerja sama dengan tenaga kesehatan, pekerja sosial, relawan
pendamping, dan/atau pembimbing rohani untuk mendampingi
korban.
e. Kepolisian wajib memberikan keterangan kepada korbantentang
hak korban untuk mendapat pelayanan dan pendampingan.
RUMAH AMAN
Korban yang memerlukan perlindungan dengan
Penetapan Pengadilan berada di RUMAH AMAN
atau Tempat Tinggal alternatif
RUMAH AMAN bisa milik Pemerintah, Pemerintah
Daerah atau Masyarakat
Dalam memberikan pelayanan, relawan pendamping dapat :
a. Menginformasikan kepada korban akan haknya untuk
mendapatkan seorang atau beberapa orang
pendamping;
b. Mendampingi korban di tingkat penyidikan, penuntutan
atau tingkat pemeriksaan pengadilan dengan
membimbing korban untuk secara objektif dan lengkap
memaparkan kekerasan dalam rumah tangga yang
dialaminya;
c. Mendengarkan secara empati segala penuturan korban
sehingga korban merasa aman didampingi oleh
pendamping; dan
d. Memberikan dengan aktif penguatan secara psikologis
dan fisik kepada korban.
Perlindungan Korban oleh ADVOKAT (Pasal 25)
Dalam hal memberikan perlindungan dan pelayanan advokat
wajib :
a. memberikan konsultasi hukum yang mencakup informasi
mengenai hak-hak korban dan proses peradilan;
b. Mendampingi korban di tingkat penyidikan, penuntutan,
dan pemeriksaan dalam sidang pengadilan dan membantu
korban untuk secara lengkap memaparkan kekerasan dalam
rumah tangga yang dialaminya; atau
c. Melakukan koordinasi dengan sesama penegak hukum,
relawan pendamping, dan pekerja sosial agar proses
peradilan berjalan sebagaimana mestinya.
PELAPORAN TINDAK PIDANA
Korban berhak melaporkan secara langsung kekerasan
dalam rumah tangga kepada kepolisian baik di tempat
korban berada maupun di tempat kejadian perkara.
Korban dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau
orang lain untuk melaporkan kekerasan dalam rumah
tangga kepada pihak kepolisian.
Dalam hal korban adalah seorang anak, laporan dapat
dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh, atau anak yang
bersangkutan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tempat Pelaporan:
Di Kepolisian di tempat korban berada maupun di tempat
kejadian perkara.
Ketentuan Pidana
Ketentuan Pidana diatur dalam Pasal 44 sampai dengan
pasal 49 UU No. 23 Tahun 2004
Di dalam ketentuan ada yang merupakan Kategori Delik
Aduan yaitu jika tidak ada laporan dari korban maka tidak
akan diproses yaitu:
 Tindak Pidana kekerasan Fisik dan Psikis yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan
sehari-hari (Pasal 44 ayat (4) dan pasal 45 ayat (2))
 Tindak pidana pemaksaan seksual baik yang dilakukan
suami terhadap istri atau sebaliknya (Pasal 46)
KETENTUAN PIDANA KEKERASAN FISIK DALAM PASAL 44
o Perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah
tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp
15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
o Kekerasan Fisik yang mengakibatkan korban
mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun atau denda paling banyak Rp 30.000.000,00
(tiga puluh juta rupiah).
o Kekerasan Fisik mengakibatkan matinya korban,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp
45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).
o (Delik Aduan) Kekerasan Fisik dilakukan oleh
suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00
(lima juta rupiah)
Ketentuan Pidana Psikis dalam Pasal 45
Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam
lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf b dipidana denganpidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
atau denda paling banyak Rp 9.000.000,00 (sembilan juta
rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan dilakukan oleh suami terhadap isteri
atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian
atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp 3.000.000,00
(tiga juta rupiah)
Tindak Pidana Kekerasan Seksual Pasal 46, Pasal 47
pasal 48
a) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan
seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf
a dipidana dengan pidana penjara paling lama 12
(dua belas) tahun atau denda paling banyak Rp
36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah). (Suami
Istri DELIK ADUAN)
b) Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam
rumah tangganya melakukan hubungan seksual sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling sedikit
Rp 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) atau denda paling
banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Pidana Pemberatan Pasal 46 dan 47 UU PKDRT
- Mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak
memberi harapan akan sembuh sama sekali,
- Mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan
sekurangkurangnya selama 4 (empat) minggu terus
menerus atau 1 (satu) tahun tidak berturut-turut,
gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau
mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi,
Pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun
atau denda paling sedikit Rp 25.000.000,00 (dua
puluh lima juta rupiah) dan denda paling banyak
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Ketentuan Pidana Penelantaran Rumah Tangga
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas juta
rupiah), setiap orang yang :
a. menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1);
b. menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (2).
Pidana Tambahan
Selain pidana sebagaimana dimaksud hakim dapat
menjatuhkan pidana tambahan berupa :
a. pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk
menjauhkan pelaku dari korban dalam jarak dan
waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak
tertentu dari pelaku;
b. penetapan pelaku mengikuti program konseling di
bawah pengawasan lembaga tertentu.
Kekhususan dalam Proses Pemeriksaan
dan Persidangan
 Keterangan saksi korban saja sudah cukup
untuk dijadikan sebagai alat bukti yang sah.
 Dalam Pembuktian Keterangan korban dan
disertau satu alat bukti lainnya yang sah
dapat digunakan untuk membuktikan
kesalahan terdakwa.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam Perspektif Islam
Islam menegaskan bahwa tujuan berumah tangga adalah terjalinnya rasa
kasih sayang dan terpenuhinya ketentraman (sakinah) dalam rumah tangga. Oleh
karena itu Islam menolak tegas KDRT, meskipun kadang melakukan kompromi
karena beberapa bentuk KDRT tidak bisa dihapuskan seketika.
KDRT hanya berlaku dalam perkawinan atau rumah tangga hasil perkawinan yang
diakui oleh negara. Oleh karena itu, sebuah kekerasan hanya bisa diproses secara
hukum negara jika perkawinannya pun sah menurut negara, yakni sesuai dengan
agama masingmasing dan dicatatkan dalam catatan negara yang ditandai dengan
adanya buku nikah resmi dengan nomer registrasi tercatat.
KDRT muncul akibat relasi yang tidak setara antara pelaku dan korban dalam
sebuah rumah tangga. Misalnya dalam relasi suami dan istri, orang tua dan anak,
juga pengguna jasa dan pekerja rumah tangga.
KDRT dipicu oleh banyak faktor seperti ideologi atau pandangan dunia sebuah
masyarakat yang kemudian berpengaruh pada cara pandang dan prilaku politik,
ekonomi, sosial, budaya termasuk tafsir agama (bukan agamanya itu sendiri).
Spirit Penghapusan KDRT dalam Islam
Masyarakat Arab pada masa kehadiran Islam adalah sebuah
masyarakat dengan ideologi patriarkhi yang sangat kuat.
Ketika itu perempuan diperjualbelikan seperti hewan dan barang. dipaksa untuk
kawin dan melacur.
Mereka diwariskan namun tidak mewarisi, dimiliki namun tidak memiliki, dan
perempuan yang memiliki sesuatu dihalangi untuk menggunakan apa yang
dimilikinya kecuali dengan izin laki-laki. Suami mempunyai hak untuk
menggunakan hartanya tanpa persetujuan isteri.
Respon Islam atas Kekerasan terhadap
Perempuan di luar dan di dalam Rumah Tangga
Mengembalikan Spirit Islam dalam Menghapus KDRT
Akar terjadinya KDRT adalah adanya relasi yang timpang dalam
keluarga, baik antara suami dan istri, maupun antara anak dan
keluarga. Dalam Islam relasi orang tua-anak diatur melalui
konsep wilayah (perwalian) dan relasi antara suami-istri melalui
konsep qiwamah (kepemimpinan dalam keluarga).
Kewajiban pada laki-laki, yaitu ayah dalam wilayah dan suami
dalam qiwamah, untuk memberikan perlindungan dan
pertanggungjawaban atas perempuan, yaitu anak perempuan
dalam wilayah dan istri dalam qiwamah.
PRA PERALIHAN NIKAH PASCA
Baligh Wali Kepala keluarga Thalaq
Kafaah Saksi Nafkah Ruju‟
Taaruf Penghulu Jima‟ Khulu‟
Khitbah Mahar Hamil Iddah
Izin menikah Akad Wiladah Ihdad
Mahram Walimah Nifas Waris
Nasab Dll Rodlo‟ah Mut‟ah
Dll Hadlonah
Hadlonah
Dll Dl
Beberapa Konsep Turunan Wilayah dan Qiwamah
1. Laki-laki dan perempuan adalah sama sama kedudukannya sebagai
hamba Allah dan khalifah di muka bumi (AdzDzariyat/51:56, al-
Ahzab/33:72),
2. Laki-laki dan perempuan diciptakan dari bahan dan melalui proses
yang sama (alMu‟minun/ 23:12-16),
3. Nilai manusia tidak ditentukan oleh jenis kelamin, melainkan oleh
ketaqwaan (alHujurat/49:13)
4. Laki-laki dan perempuan yang berbuat baik sama-sama akan
masuk sorga dan sebaliknya (Al-Nisa‟/4:124)
5. Laki-laki dan perempuan menjadi pelindung satu sama lain (at-
Taubah/9:71)
6. Laki-laki dan perempuan akan kembali pada Allah sebagai dirinya
sendiri (alAn‟am/6:94)
Keluarga sakinah perspektif dan nilai-nilai kesetaraan Isl
1. Al-qiyam bi hududillah/ berdasarkan ketentuan Allah, bukan
kemauan salah satu pihak (QS. 2:229, 230),
2. Ridlo/ dikehendaki dan disadari olehkedua belah pihak (QS. 2:232,
233, QS. 4:24) (tidak ada pemaksaan dalam perkawinan),
3. Ma‟ruf/layak (QS. 2:180, 228, 229, 231, 232, 233, 234, 235, 236,
240, 241, QS. 4:19, 25, QS. 65:2, 6), (tidak boleh sewenang-wenang)
4. Ihsan/menciptakan kondisi lebih baik (QS. 2:229, QS. 6:151)
5. Nihlah/ tulus (QS. 4:4): tidak boleh merendahkan karena support
ekonomi yang diberikan pada keluarga,
6. Musyawarah(QS. 2:233): tidak boleh sewenang-wenang memberi
keputusan dalam keluarga secara sepihak.
7. Ishlah/ perdamaian (QS. 2:228, QS. 4:35, 128): problem tidak boleh
diselesaikan dengan kekerasan.
Prinsip-Prinsip Relasi suami-istri dan orangtua anak dalam sebuah rumah
tangga
Nusyuz dan KDRT
Ajaran Islam tentang Nusyuz –syiqoq dan UU No. 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan KDRT memiliki tujuan dan semangat yang sama yaitu
menciptakan dan memeihara keutuhan rumah tangga yang terbebas dari
kekerasan. Akan tetapi perician dari tujuan dan semangat tersebut agak
berbeda.
Konsep nusyûz dalam hukum Islâm tidaklah melegalkan kekerasan
terhadap isteri. Pemukulan terhadap istri yang berbuat nusyûz yang
termuat dalam Q.S. surat al-Nisâ’ (4):34, hendaknya dimaknai sebagai
tindakan untuk memberi pelajaran, bukan untuk menyakiti bahkan
berbuat kekerasan, karena pemukulan tersebut tidak boleh melukai.
Demikian juga halnya pemukulan terhadap anak yang telah berumur
sepuluh tahun yang masih meninggalkan shalât seyogyanya dimaknai
sebagai sarana mendidik anak tersebut untuk menjadi orang yang shâlih.
Semua ini adalah bentuk tanggung jawab seorang suami/ayah sebagai
kepala keluarga untuk mengikuti perintah Allâh swt. agar selalu menjaga
diri keluarga dari api neraka.
Dalam hadist; istri yang menolak ajakan suami untuk bersetubuh dianggap
telah durhaka (Nusyuz). Dalam Al Quran terdapat cara
memperbaiki:dinasihati, pisah ranjang, dan dipukul, dengan pukulan yang
tidak membekas
Melalui pembahasan di atas, dapat ditarik
benang merah bahwa sesungguhnya suami
atau ayah berada di antara tuntutan untuk
melaksanakan perintah agama ‘berusaha
menghindarkan diri dan keluarga dari api
neraka’ sebagai hukum normatif seorang
Muslim dengan ketaatannya mengikuti
anjuran UU PKDRT sebagai hukum formatif
baginya untuk ‘menghidari kekerasan agar
tidak terjadi dalam keluarganya.
Wallohu Alam
Nasrunminallahwafathunqarib

More Related Content

What's hot

STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptSTOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptBidangPPdanPA
 
Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2Afrizal Bob
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...Idik Saeful Bahri
 
Memahami Restorative Justice
Memahami Restorative JusticeMemahami Restorative Justice
Memahami Restorative JusticeLestari Moerdijat
 
UU No.23 th 2004 ttg KDRT
UU No.23 th 2004 ttg KDRTUU No.23 th 2004 ttg KDRT
UU No.23 th 2004 ttg KDRTSei Enim
 
Pornografi dan Pornoaksi dalam media
Pornografi dan Pornoaksi dalam mediaPornografi dan Pornoaksi dalam media
Pornografi dan Pornoaksi dalam mediaRezka Judittya
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.pptKEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.pptmasriani mahmud
 
Penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkotika
Penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkotikaPenyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkotika
Penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkotikaArif Kurniawan
 
Kekerasan pada anak dan aspek kuratif 2
Kekerasan pada anak dan aspek kuratif  2Kekerasan pada anak dan aspek kuratif  2
Kekerasan pada anak dan aspek kuratif 2Rita Pranawati
 
Bab 9 percobaan pidana
Bab 9   percobaan pidanaBab 9   percobaan pidana
Bab 9 percobaan pidanaNuelimmanuel22
 
Kenakalan remaja dan permasalahannya ppt
Kenakalan remaja dan permasalahannya pptKenakalan remaja dan permasalahannya ppt
Kenakalan remaja dan permasalahannya pptMughnibagus
 
Paradigma Baru dalam Pidana & Pemidanaan_KUHP dan UU PAS.pptx
Paradigma Baru dalam Pidana & Pemidanaan_KUHP dan UU PAS.pptxParadigma Baru dalam Pidana & Pemidanaan_KUHP dan UU PAS.pptx
Paradigma Baru dalam Pidana & Pemidanaan_KUHP dan UU PAS.pptxssuser1cbdad
 
Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower
Perlindungan Saksi & Korban Sebagai WhistleblowerPerlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower
Perlindungan Saksi & Korban Sebagai WhistleblowerAbdillah Mt
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanayudikrismen1
 
MATERI PENCEGAHAN PERKAWINAN USIA ANAK.pptx
MATERI PENCEGAHAN PERKAWINAN USIA ANAK.pptxMATERI PENCEGAHAN PERKAWINAN USIA ANAK.pptx
MATERI PENCEGAHAN PERKAWINAN USIA ANAK.pptxMardiaHanis
 
materi-ttg-perdagangan-orang.ppt
materi-ttg-perdagangan-orang.pptmateri-ttg-perdagangan-orang.ppt
materi-ttg-perdagangan-orang.pptmridhadjalil
 
Kejahatan Terhadap Kehormatan Orang
Kejahatan Terhadap Kehormatan OrangKejahatan Terhadap Kehormatan Orang
Kejahatan Terhadap Kehormatan OrangRudi Wijaya
 
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Seksual Terhadap Anak
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Seksual Terhadap AnakMenentang Pornografi dan Eksploitasi Seksual Terhadap Anak
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Seksual Terhadap AnakECPAT Indonesia
 

What's hot (20)

STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptSTOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
 
Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana psikotropika dan narkotika (Idik Saeful B...
 
Memahami Restorative Justice
Memahami Restorative JusticeMemahami Restorative Justice
Memahami Restorative Justice
 
UU No.23 th 2004 ttg KDRT
UU No.23 th 2004 ttg KDRTUU No.23 th 2004 ttg KDRT
UU No.23 th 2004 ttg KDRT
 
Pornografi dan Pornoaksi dalam media
Pornografi dan Pornoaksi dalam mediaPornografi dan Pornoaksi dalam media
Pornografi dan Pornoaksi dalam media
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
 
UU Perlindungan Anak
UU Perlindungan AnakUU Perlindungan Anak
UU Perlindungan Anak
 
KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.pptKEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
 
Penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkotika
Penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkotikaPenyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkotika
Penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkotika
 
Kekerasan pada anak dan aspek kuratif 2
Kekerasan pada anak dan aspek kuratif  2Kekerasan pada anak dan aspek kuratif  2
Kekerasan pada anak dan aspek kuratif 2
 
Bab 9 percobaan pidana
Bab 9   percobaan pidanaBab 9   percobaan pidana
Bab 9 percobaan pidana
 
Kenakalan remaja dan permasalahannya ppt
Kenakalan remaja dan permasalahannya pptKenakalan remaja dan permasalahannya ppt
Kenakalan remaja dan permasalahannya ppt
 
Paradigma Baru dalam Pidana & Pemidanaan_KUHP dan UU PAS.pptx
Paradigma Baru dalam Pidana & Pemidanaan_KUHP dan UU PAS.pptxParadigma Baru dalam Pidana & Pemidanaan_KUHP dan UU PAS.pptx
Paradigma Baru dalam Pidana & Pemidanaan_KUHP dan UU PAS.pptx
 
Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower
Perlindungan Saksi & Korban Sebagai WhistleblowerPerlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower
Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
 
MATERI PENCEGAHAN PERKAWINAN USIA ANAK.pptx
MATERI PENCEGAHAN PERKAWINAN USIA ANAK.pptxMATERI PENCEGAHAN PERKAWINAN USIA ANAK.pptx
MATERI PENCEGAHAN PERKAWINAN USIA ANAK.pptx
 
materi-ttg-perdagangan-orang.ppt
materi-ttg-perdagangan-orang.pptmateri-ttg-perdagangan-orang.ppt
materi-ttg-perdagangan-orang.ppt
 
Kejahatan Terhadap Kehormatan Orang
Kejahatan Terhadap Kehormatan OrangKejahatan Terhadap Kehormatan Orang
Kejahatan Terhadap Kehormatan Orang
 
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Seksual Terhadap Anak
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Seksual Terhadap AnakMenentang Pornografi dan Eksploitasi Seksual Terhadap Anak
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Seksual Terhadap Anak
 

Similar to KDRT

Ceramah Pernak Pernik Kdrt
Ceramah Pernak Pernik KdrtCeramah Pernak Pernik Kdrt
Ceramah Pernak Pernik KdrtPeople Power
 
Uu 2004 nomor 23 penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
Uu 2004 nomor 23 penghapusan kekerasan dalam rumah tanggaUu 2004 nomor 23 penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
Uu 2004 nomor 23 penghapusan kekerasan dalam rumah tanggaMystic333
 
Uu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrt
Uu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrtUu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrt
Uu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrtLegal Akses
 
uu pkdrt.pdf
uu pkdrt.pdfuu pkdrt.pdf
uu pkdrt.pdflenamaya
 
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan riUu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan riLegal Akses
 
Uu no.23 thn 2004 penghapusan kdrt ok
Uu no.23 thn 2004   penghapusan kdrt okUu no.23 thn 2004   penghapusan kdrt ok
Uu no.23 thn 2004 penghapusan kdrt okSulvi Suardi
 
Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdf
Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdfSalinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdf
Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdfIrawan Setyabudi
 
dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.ppt
dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.pptdokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.ppt
dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.pptyunimamaIrdinakelas7
 
UU no12 TPKS-2022
UU no12 TPKS-2022UU no12 TPKS-2022
UU no12 TPKS-2022LennyS12
 
Bimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdf
Bimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdfBimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdf
Bimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdfIrawan Setyabudi
 
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptxPerlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptxsatreskrimresbolmut
 
Pelanggaran hak
Pelanggaran hakPelanggaran hak
Pelanggaran hakVero Nika
 
Kekerasaan dalam Rumah Tangga
Kekerasaan dalam Rumah TanggaKekerasaan dalam Rumah Tangga
Kekerasaan dalam Rumah Tanggaangelaxmi
 

Similar to KDRT (20)

Ceramah Pernak Pernik Kdrt
Ceramah Pernak Pernik KdrtCeramah Pernak Pernik Kdrt
Ceramah Pernak Pernik Kdrt
 
Uu 2004 nomor 23 penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
Uu 2004 nomor 23 penghapusan kekerasan dalam rumah tanggaUu 2004 nomor 23 penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
Uu 2004 nomor 23 penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
 
Ppm iswi-kdrt
Ppm iswi-kdrtPpm iswi-kdrt
Ppm iswi-kdrt
 
Uu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrt
Uu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrtUu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrt
Uu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrt
 
uu pkdrt.pdf
uu pkdrt.pdfuu pkdrt.pdf
uu pkdrt.pdf
 
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan riUu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
 
Penghapusan kdrt
Penghapusan kdrtPenghapusan kdrt
Penghapusan kdrt
 
Uu no.23 thn 2004 penghapusan kdrt ok
Uu no.23 thn 2004   penghapusan kdrt okUu no.23 thn 2004   penghapusan kdrt ok
Uu no.23 thn 2004 penghapusan kdrt ok
 
penyuluhan KDRT.ppt
penyuluhan KDRT.pptpenyuluhan KDRT.ppt
penyuluhan KDRT.ppt
 
2004 23 penghapusan kdrt
2004 23 penghapusan kdrt2004 23 penghapusan kdrt
2004 23 penghapusan kdrt
 
Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdf
Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdfSalinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdf
Salinan_UU_Nomor_12_Tahun_2022 TPKS.pdf
 
dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.ppt
dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.pptdokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.ppt
dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.ppt
 
RUU TPKS
RUU TPKSRUU TPKS
RUU TPKS
 
Uu 23 2004
Uu 23 2004Uu 23 2004
Uu 23 2004
 
UU no12 TPKS-2022
UU no12 TPKS-2022UU no12 TPKS-2022
UU no12 TPKS-2022
 
Bimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdf
Bimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdfBimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdf
Bimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdf
 
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptxPerlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
 
Pelanggaran hak
Pelanggaran hakPelanggaran hak
Pelanggaran hak
 
Document1
Document1Document1
Document1
 
Kekerasaan dalam Rumah Tangga
Kekerasaan dalam Rumah TanggaKekerasaan dalam Rumah Tangga
Kekerasaan dalam Rumah Tangga
 

Recently uploaded

pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdfAgungIstri3
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaYogaJanuarR
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 

Recently uploaded (12)

pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 

KDRT

  • 1. (KDRT) Mata kuliah Diamika Hukum Perkawinan Dosen Pengampu: Dr. Ali Trigiyatno,M.Ag. Dadang Rohendi,SH NIM: 5120011 PASCA SARJANA IAIN PEKALONGAN
  • 2. Pendahuluan Istilah Kekerasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai ‘Perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain Kata ‘kekerasan’ merupakan padanan kata ‘violence’ dalam bahasa Inggris, meskipun keduanya memiliki konsep yang berbeda. Violence dalam bahasa Inggris diartikan sebagai suatu serangan atau invasi terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Sedangkan kata ‘kekerasan’ dalam bahasa Indonesia umumnya dipahami hanya menyangkut serangan secara fisik semata
  • 3. UU MENGATUR  Tindak KDRT  Prosedur penanganan perkara,  Perlindungan terhadap korban  Sanksi bagi para pelakunya. PP No.4 Tahun 2006 tentang penyelenggaraan dan kerjasama pemulihan korban KDRT LATAR BELAKANG DIUNDANGKANNYA UU No. 23 Tahun 2004  Adanya kesadaran akan diskriminasi,  Perlakuan tidak adil terhadap perempuan :dalam ruang publik dalam rumah tangga,  Adanya pelecehan terhadap anak dibawah umur dengan menjadi korban pelecehan seksual dan eksploitasi Anak.
  • 4. Pertimbangan-pertimbangan dilegislasikan UU No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) yang disahkan tanggal 22 September 2004 Pertama, bahwa setiap warga berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan Kedua, bahwa segala bentuk kekerasan,terutama kekerasan dalam rumah tangga, merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi yang harus dihapuskan. Ketiga, bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga, yang kebanyakan perempuan dan anak-anak, harus mendapatkan perlindungan dari Negara dan atau masyarakat agar terhindar dan terbebas dari segala bentuk kekerasan atau ancaman kekerasan, penyiksaaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan. Keempat, bahwa dalam kenyataannya kasus kekerasan dalam rumah tangga banyak terjadi, sedangkan sistem hukum Indonesia belum menjamin akan adanya perlindungan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga
  • 5. Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
  • 6. LINGKUP RUMAH TANGGA Pasal 2 a. suami, isteri, dan anak; b. orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga; dan/atau c. orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut. (2) Orang yang bekerja sebagaimana dimaksud pada huruf c dipandang sebagai anggota keluarga dalam jangka waktu selama berada dalam rumah tangga yang bersangkutan.
  • 7. Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dilaksanakan berdasarkan asas : a. Penghormatan hak asasi manusia; b. Keadilan dan kesetaraan gender; c. Nondiskriminasi; dan d. Perlindungan korban. Asas –Asas Penghapusan KDRT
  • 8. a. kekerasan fisik; b. kekerasan psikis; c. kekerasan seksual; atau d. penelantaran rumah tangga. Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Pengertian: Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. Kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
  • 9. Kekerasan seksual meliputi : a. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut; b. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu. Penelantaran Rumah Tangga adalah Pengabaian tentang kewajiban memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan termasuk bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali.
  • 10. a. Perlindungan dari  Pihak keluarga  Kepolisian  Kejaksaan  Pengadilan  Advokat, lembaga sosial atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan; b. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis; c. Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban; d. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan e. Pelayanan bimbingan rohani. Hak-hak Korban KDRT
  • 11. PERLINDUNGAN KORBAN KDRT Pasal 16,17,18 a. Dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam terhitung sejak mengetahui atau menerima laporan kekerasan dalam rumah tangga, kepolisian wajib segera memberikan perlindungan sementara pada korban. b. Perlindungan sementara sebagaimana diberikan paling lama 7 (tujuh) hari sejak korban diterima atau ditangani. c. Dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam terhitung sejak pemberian perlindungan sementara kepolisian wajib meminta surat penetapan perintah perlindungan dari pengadilan. d. Dalam memberikan perlindungan sementara, kepolisian dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan, pekerja sosial, relawan pendamping, dan/atau pembimbing rohani untuk mendampingi korban. e. Kepolisian wajib memberikan keterangan kepada korbantentang hak korban untuk mendapat pelayanan dan pendampingan.
  • 12. RUMAH AMAN Korban yang memerlukan perlindungan dengan Penetapan Pengadilan berada di RUMAH AMAN atau Tempat Tinggal alternatif RUMAH AMAN bisa milik Pemerintah, Pemerintah Daerah atau Masyarakat
  • 13. Dalam memberikan pelayanan, relawan pendamping dapat : a. Menginformasikan kepada korban akan haknya untuk mendapatkan seorang atau beberapa orang pendamping; b. Mendampingi korban di tingkat penyidikan, penuntutan atau tingkat pemeriksaan pengadilan dengan membimbing korban untuk secara objektif dan lengkap memaparkan kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya; c. Mendengarkan secara empati segala penuturan korban sehingga korban merasa aman didampingi oleh pendamping; dan d. Memberikan dengan aktif penguatan secara psikologis dan fisik kepada korban.
  • 14. Perlindungan Korban oleh ADVOKAT (Pasal 25) Dalam hal memberikan perlindungan dan pelayanan advokat wajib : a. memberikan konsultasi hukum yang mencakup informasi mengenai hak-hak korban dan proses peradilan; b. Mendampingi korban di tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan dalam sidang pengadilan dan membantu korban untuk secara lengkap memaparkan kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya; atau c. Melakukan koordinasi dengan sesama penegak hukum, relawan pendamping, dan pekerja sosial agar proses peradilan berjalan sebagaimana mestinya.
  • 15. PELAPORAN TINDAK PIDANA Korban berhak melaporkan secara langsung kekerasan dalam rumah tangga kepada kepolisian baik di tempat korban berada maupun di tempat kejadian perkara. Korban dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau orang lain untuk melaporkan kekerasan dalam rumah tangga kepada pihak kepolisian. Dalam hal korban adalah seorang anak, laporan dapat dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh, atau anak yang bersangkutan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tempat Pelaporan: Di Kepolisian di tempat korban berada maupun di tempat kejadian perkara.
  • 16. Ketentuan Pidana Ketentuan Pidana diatur dalam Pasal 44 sampai dengan pasal 49 UU No. 23 Tahun 2004 Di dalam ketentuan ada yang merupakan Kategori Delik Aduan yaitu jika tidak ada laporan dari korban maka tidak akan diproses yaitu:  Tindak Pidana kekerasan Fisik dan Psikis yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari (Pasal 44 ayat (4) dan pasal 45 ayat (2))  Tindak pidana pemaksaan seksual baik yang dilakukan suami terhadap istri atau sebaliknya (Pasal 46)
  • 17. KETENTUAN PIDANA KEKERASAN FISIK DALAM PASAL 44 o Perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah). o Kekerasan Fisik yang mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
  • 18. o Kekerasan Fisik mengakibatkan matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah). o (Delik Aduan) Kekerasan Fisik dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah)
  • 19. Ketentuan Pidana Psikis dalam Pasal 45 Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b dipidana denganpidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp 9.000.000,00 (sembilan juta rupiah). (2) Dalam hal perbuatan dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah)
  • 20. Tindak Pidana Kekerasan Seksual Pasal 46, Pasal 47 pasal 48 a) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling banyak Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah). (Suami Istri DELIK ADUAN) b) Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling sedikit Rp 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
  • 21. Pidana Pemberatan Pasal 46 dan 47 UU PKDRT - Mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, - Mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurangkurangnya selama 4 (empat) minggu terus menerus atau 1 (satu) tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi, Pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau denda paling sedikit Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
  • 22. Ketentuan Pidana Penelantaran Rumah Tangga Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), setiap orang yang : a. menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1); b. menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2).
  • 23. Pidana Tambahan Selain pidana sebagaimana dimaksud hakim dapat menjatuhkan pidana tambahan berupa : a. pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan pelaku dari korban dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak tertentu dari pelaku; b. penetapan pelaku mengikuti program konseling di bawah pengawasan lembaga tertentu.
  • 24. Kekhususan dalam Proses Pemeriksaan dan Persidangan  Keterangan saksi korban saja sudah cukup untuk dijadikan sebagai alat bukti yang sah.  Dalam Pembuktian Keterangan korban dan disertau satu alat bukti lainnya yang sah dapat digunakan untuk membuktikan kesalahan terdakwa.
  • 25. Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam Perspektif Islam Islam menegaskan bahwa tujuan berumah tangga adalah terjalinnya rasa kasih sayang dan terpenuhinya ketentraman (sakinah) dalam rumah tangga. Oleh karena itu Islam menolak tegas KDRT, meskipun kadang melakukan kompromi karena beberapa bentuk KDRT tidak bisa dihapuskan seketika. KDRT hanya berlaku dalam perkawinan atau rumah tangga hasil perkawinan yang diakui oleh negara. Oleh karena itu, sebuah kekerasan hanya bisa diproses secara hukum negara jika perkawinannya pun sah menurut negara, yakni sesuai dengan agama masingmasing dan dicatatkan dalam catatan negara yang ditandai dengan adanya buku nikah resmi dengan nomer registrasi tercatat. KDRT muncul akibat relasi yang tidak setara antara pelaku dan korban dalam sebuah rumah tangga. Misalnya dalam relasi suami dan istri, orang tua dan anak, juga pengguna jasa dan pekerja rumah tangga. KDRT dipicu oleh banyak faktor seperti ideologi atau pandangan dunia sebuah masyarakat yang kemudian berpengaruh pada cara pandang dan prilaku politik, ekonomi, sosial, budaya termasuk tafsir agama (bukan agamanya itu sendiri).
  • 26. Spirit Penghapusan KDRT dalam Islam Masyarakat Arab pada masa kehadiran Islam adalah sebuah masyarakat dengan ideologi patriarkhi yang sangat kuat. Ketika itu perempuan diperjualbelikan seperti hewan dan barang. dipaksa untuk kawin dan melacur. Mereka diwariskan namun tidak mewarisi, dimiliki namun tidak memiliki, dan perempuan yang memiliki sesuatu dihalangi untuk menggunakan apa yang dimilikinya kecuali dengan izin laki-laki. Suami mempunyai hak untuk menggunakan hartanya tanpa persetujuan isteri.
  • 27. Respon Islam atas Kekerasan terhadap Perempuan di luar dan di dalam Rumah Tangga
  • 28. Mengembalikan Spirit Islam dalam Menghapus KDRT Akar terjadinya KDRT adalah adanya relasi yang timpang dalam keluarga, baik antara suami dan istri, maupun antara anak dan keluarga. Dalam Islam relasi orang tua-anak diatur melalui konsep wilayah (perwalian) dan relasi antara suami-istri melalui konsep qiwamah (kepemimpinan dalam keluarga). Kewajiban pada laki-laki, yaitu ayah dalam wilayah dan suami dalam qiwamah, untuk memberikan perlindungan dan pertanggungjawaban atas perempuan, yaitu anak perempuan dalam wilayah dan istri dalam qiwamah.
  • 29. PRA PERALIHAN NIKAH PASCA Baligh Wali Kepala keluarga Thalaq Kafaah Saksi Nafkah Ruju‟ Taaruf Penghulu Jima‟ Khulu‟ Khitbah Mahar Hamil Iddah Izin menikah Akad Wiladah Ihdad Mahram Walimah Nifas Waris Nasab Dll Rodlo‟ah Mut‟ah Dll Hadlonah Hadlonah Dll Dl Beberapa Konsep Turunan Wilayah dan Qiwamah
  • 30. 1. Laki-laki dan perempuan adalah sama sama kedudukannya sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi (AdzDzariyat/51:56, al- Ahzab/33:72), 2. Laki-laki dan perempuan diciptakan dari bahan dan melalui proses yang sama (alMu‟minun/ 23:12-16), 3. Nilai manusia tidak ditentukan oleh jenis kelamin, melainkan oleh ketaqwaan (alHujurat/49:13) 4. Laki-laki dan perempuan yang berbuat baik sama-sama akan masuk sorga dan sebaliknya (Al-Nisa‟/4:124) 5. Laki-laki dan perempuan menjadi pelindung satu sama lain (at- Taubah/9:71) 6. Laki-laki dan perempuan akan kembali pada Allah sebagai dirinya sendiri (alAn‟am/6:94) Keluarga sakinah perspektif dan nilai-nilai kesetaraan Isl
  • 31. 1. Al-qiyam bi hududillah/ berdasarkan ketentuan Allah, bukan kemauan salah satu pihak (QS. 2:229, 230), 2. Ridlo/ dikehendaki dan disadari olehkedua belah pihak (QS. 2:232, 233, QS. 4:24) (tidak ada pemaksaan dalam perkawinan), 3. Ma‟ruf/layak (QS. 2:180, 228, 229, 231, 232, 233, 234, 235, 236, 240, 241, QS. 4:19, 25, QS. 65:2, 6), (tidak boleh sewenang-wenang) 4. Ihsan/menciptakan kondisi lebih baik (QS. 2:229, QS. 6:151) 5. Nihlah/ tulus (QS. 4:4): tidak boleh merendahkan karena support ekonomi yang diberikan pada keluarga, 6. Musyawarah(QS. 2:233): tidak boleh sewenang-wenang memberi keputusan dalam keluarga secara sepihak. 7. Ishlah/ perdamaian (QS. 2:228, QS. 4:35, 128): problem tidak boleh diselesaikan dengan kekerasan. Prinsip-Prinsip Relasi suami-istri dan orangtua anak dalam sebuah rumah tangga
  • 32. Nusyuz dan KDRT Ajaran Islam tentang Nusyuz –syiqoq dan UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT memiliki tujuan dan semangat yang sama yaitu menciptakan dan memeihara keutuhan rumah tangga yang terbebas dari kekerasan. Akan tetapi perician dari tujuan dan semangat tersebut agak berbeda. Konsep nusyûz dalam hukum Islâm tidaklah melegalkan kekerasan terhadap isteri. Pemukulan terhadap istri yang berbuat nusyûz yang termuat dalam Q.S. surat al-Nisâ’ (4):34, hendaknya dimaknai sebagai tindakan untuk memberi pelajaran, bukan untuk menyakiti bahkan berbuat kekerasan, karena pemukulan tersebut tidak boleh melukai. Demikian juga halnya pemukulan terhadap anak yang telah berumur sepuluh tahun yang masih meninggalkan shalât seyogyanya dimaknai sebagai sarana mendidik anak tersebut untuk menjadi orang yang shâlih. Semua ini adalah bentuk tanggung jawab seorang suami/ayah sebagai kepala keluarga untuk mengikuti perintah Allâh swt. agar selalu menjaga diri keluarga dari api neraka. Dalam hadist; istri yang menolak ajakan suami untuk bersetubuh dianggap telah durhaka (Nusyuz). Dalam Al Quran terdapat cara memperbaiki:dinasihati, pisah ranjang, dan dipukul, dengan pukulan yang tidak membekas
  • 33. Melalui pembahasan di atas, dapat ditarik benang merah bahwa sesungguhnya suami atau ayah berada di antara tuntutan untuk melaksanakan perintah agama ‘berusaha menghindarkan diri dan keluarga dari api neraka’ sebagai hukum normatif seorang Muslim dengan ketaatannya mengikuti anjuran UU PKDRT sebagai hukum formatif baginya untuk ‘menghidari kekerasan agar tidak terjadi dalam keluarganya.