SlideShare a Scribd company logo
KEBIJAKAN DAN
MANAJEMEN KESEHATAN
1. HAERANI
(K012221003)
2. AVELINUS S. N. ERWIN
(K012221007)
3. LA ODE YUSRAN ONTA
(K012221008)
4. OCTARENS ALIK
(K012221012)
5. HASANUDDIN
(K012221013)
6. ARIASTUTI DARTHA
(K012221014)
7. FAJRIANA RAZAK
(K012221015)
8. ASLIM
(K012221020)
KELOMPOK 1, KELAS A – S2 IKM
KERANGKA KEBIJAKAN
KESEHATAN KONTEKS,
PROSES DAN PERILAKU
MODUL 1
Mengapa
Kebijakan
Kesehatan
penting?
 Sektor kesehatan merupakan bagian penting perekonomian di berbagai
negara. Sektor kesehatan seperti pembangkit perekonomian,
melalui inovasi dan investasi dibidang technologi bio‐medis atau
produksi dan penjualan obat‐obatan atau dengan menjamin
adanya populasi yang sehat yang produktif secara ekonomi.
 Pengambilan keputusan kesehatan berkaitan dengan hal kematian
dan keselamatan, kesehatan diletakkan dalam kedudukan yang
lebih istimewa dibanding dengan masalah sosial yang lainnya.
 Memahami hubungan antara kebijakan kesehatan dan kesehatan
itu sendiri menjadi sedemikian pentingnya sehingga
memungkinkan untuk menyelesaikan masalah kesehatan utama
yang terjadi saat ini – meningkatnya obesitas, wabah
HIV/AIDS, meningkatnya resistensi obat – sekaligus memahani
bagaimana perekonomian dan kebijakan lain berdampak pada
kesehatan.
DEFINISI
KEBIJAKAN
KESEHATAN
 kebijakan oleh Thomas Dye yang menyatakan bahwa kebijakan
umum adalah apa yang dilaksanakan dan tidak dilaksanakan oleh
pemerintah tampaknya berlawanan dengan asumsi yang lebih
formal bahwa segala kebijakan disusun untuk mencapai suatu
maksud atau tujuan tertentu.
 Menurut Walt, kebijakan kesehatan serupa dengan politik dan
segala penawaran terbuka kepada orang yang berpengaruh pada
penyusunan kebijakan, bagaimana mereka mengolah pengaruh
tersebut, dan dengan persyaratan apa.
Segitiga Kebijakan Kesehatan
Aktor
 Individu
 Grop
 Organisasi
Gambar Segitiga Analisis Kebijakan; Sumber: Walt and Gilson (1994)
Konteks
Isi
Konteks Proses
Segitiga kebijakan kesehatan merupakan
suatu pendekatan yang sudah sangat
disederhanakan untuk suatu tatanan
hubungan yang kompleks, dan segitiga ini
menunjukkan kesan bahwa ke‐empat faktor
dapat dipertimbangkan secara terpisah.
Pada kenyataannya, para pelaku dapat
dipengaruhi (sebagai seorang individu atau
seorang anggota suatu kelompok atau
organisasi) dalam konteks dimana mereka
tinggal dan bekerja; konteks dipengaruhi
oleh banyak faktor, seperti: ketidak‐stabilan
atau ideologi, dalam hal sejarah dan
budaya; serta proses penyusunan kebijakan
– bagaimana isu dapat menjadi suatu
agenda kebijakan.
FAKTOR
KONTEKSTUAL
YANG
MEMPENGARUHI
KEBIJAKAN
 Faktor Situasional, Kondisi yang tidak permanen atau khusus
yang dapat berdampak pada kebijakan (contoh: perang,
kekeringan).
 Faktror Struktural, Bagian dari masyarakat yang relatif tidak
berubah
 Faktor Budaya, Menyebabkan meningkatnya ketergantungan
antar negara
 Faktor Internasional, Menyebabkan meningkatnya
ketergantungan antar negara
PROSES PENYUSUNAN KEBIJAKAN
a. Identifikasi masalah dan isu menemukan bagaimana isu – isu yang ada dapat masuk kedalam agenda kebijakan,
mengapa isu – isu yang lain justru tidak pernah dibicarakan.
b. Perumusan kebijakan ,menemukan siapa saja yang terlibat dalam perumusan kebijakan, bagaimana kebijakan
dihasilkan, disetujui, dan dikomunikasikan
c. Pelaksanaan kebijakan ,tahap ini yang paling sering diacuhkan dan sering dianggap sebagai bagian yang terpisah dari
kedua tahap yang pertama.
d. Evaluasi kebijakan, temukan apa yang terjadi pada saat kebijakan dilaksanakan – bagaimana pengawasannya, apakah
tujuannya tercapai dan apakah terjadi akibat yang tidak diharapkan. Tahapan ini merupakan saat dimana kebijakan
dapat diubah atau dibatalkan serta kebijakan yang baru ditetapkan
KEKUASAAN DAN
KEBIJAKAN
MODUL 2
KEKUASAAN
 Adalah kemampuan untuk mencapai hasil yang
diharapkan – untuk ‘melakukan’ sesuatu.
 Contohnya, kekuasaan dilaksanakan pada saat A
meminta B melakukan sesuatu yang tidak akan
dilakukan B sebelumnya. Si A dapat meraih tujuan akhir
atas B ini melalui beberapa cara yang dikategorikan
menjadi tiga dimensi kekuasaan: kekuasaan dalam
pengambilan keputusan, kekuasaan untuk tidak
membuat keputusan; dan kekuasaan sebagai
pengendalian pikiran.
KEKUASAAN SEBAGAI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Kekuasaan dalam pengambilan keputusan menekankan pada tindakan individu atau kelompok yang mempengaruhi
pemutusan kebijakan.
KEKUASAAN SEBAGAI BAHAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KEKUASAAN SEBAGAI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Bachrach dan Barats (1962) berpendapat bahwa ‘kekuasaan juga dilakukan ketika A mengeluarkan tenaganya untuk
menciptakan atau memberlakukan nilai‐nilai sosial dan politik serta kegiatan‐kegiatan kelembagaan yang dapat membatasi
lingkup proses politik hanya pada pemikiran umum dari isu‐isu tersebut yang tidak membahayakan A’. Akibatnya,
kekuasaan sebagai latar belakang agenda menyoroti cara para kelompok berkuasa mengendalikan agenda tetap menjadi isu
yang mengancam di bawah layar radar kebijakan.
Steven Lukes (1974) menggambarkan kekuasaan sebagai pengendali gagasan.
SIAPAYANG
MEMPUNYAI
KEKUASAAN ?
a. Pluralisme, Pluralisme merupakan kelompok dominan dari pemikiran teoritis dalam pembagian
kekuasaan dalam demokrasi liberal. Dalam bentuk klasik, pluralisme berpendapat bahwa kekuasaan
tersebar diseluruh masyarakat. Tidak ada satu kelompok yang memegang kekuasaan mutlak dan
negara memutuskan diantara kepentingan‐kepentingan yang bersaing dalam perkembangan kebijakan.
b. Pilihan Rakyat, Para ahli teori pilihan rakyat sepakat dengan para pluralis bahwa masyarakat
terbentuk dari kelompok‐kelompok yang bersaing untuk meraih tujuan masing‐masing. Tetapi mereka
mempermasalahkan kenetralan negara. Para ahli teori pilihan rakyat menyatakan bahwa negara
sendiri merupakan suatu kelompok berkepentingan yang berkuasa atas proses kebijakan untuk meraih
kepentingan pelaksana negara: para pejabat terpilih dan pegawai pemerintahan. Untuk tetap berkuasa,
para pejabat terpilih berusaha untuk memfasilitasi kelompok‐kelompok dengan anggaran, barang, jasa
dan peraturan yang mendukung dengan harapan bahwa kelompok‐kelompok ini akan tetap
menjadikannya berkuasa.
c. Elitisme Ahli teori elitisme menyatakan bahwa kebijakan didominasi oleh minoritas istimewa.
Mereka berpendapat kebijakan umum menggambarkan nilai dan kepentingan dari para elit atau
aristokrat, bukan “rakyat” seperti yang dianggap oleh pluralis. Para elit modern mempertanyakan
sampai dimana sistem politik modern mencapai cita‐cita demokrasi yang dinyatakan oleh kaum
pluralis liberal.
KEKUASAAN
DANSISTEM
POLITIK
1. Model ini gagal dalam membahas isu penyeimbangan kekuasaan dalam
masyarakat danbagaimana keseimbangan ini dapat mempengaruhi alokasi nilai
melalui sistem politik.
2. Model ini menunjukkan bahwa negara bersikap netral dalam alokasi nilai dalam
tuntutan yang saling bersaing.
3. Model ini tidak memberi tempat bagi negara untuk bertindak atas kepentingan
merekasendiri (seperti pendapat para ahli teori pilihan rakyat).
Upaya yang lebih baru dalam pengelompokkan sistem politik menambah suatu dimensibaru,
lima kelompok sistem politik berhasil dibedakan:
1. Rezim demokrasi liberal. Kategori ini ditandai dengan pemerintahan yang berkuasa dengan institusi politik yang relatif
stabil dengan kesempatan untuk berpartisipasi luas melalui sejumlah mekanisme dan kelompok: pemilihan umum, partai
politik, kelompok kepentingan,dan ‘media bebas’.
2. Egalitarian‐autoritarian. Ketegori ini memiliki elit pemimpin yang tertutup, birokrasi autoritarian dan partisipasi yang
diatur oleh negara (i.e. rezim partisipasi dan kurangnya kesempatan demokrasi dalam pengendalian sosial).
3. Traditional‐inegalitarian. Sistem ini memerintah dengan tradisi monarki yang hanya menyediakan partisipasi yang
terbatas.
4. Populis. Sistem ini berdasar pada satu partai politik yang dominan, nasionalisme yang tinggidan kepemimpinan cenderung
menjadi personal.
5. Authoritarian‐inegalitarian. Sistem politik ini seringkali muncul untuk menghadapi rezim populis dan liberal‐demokrasi.
Sistem ini sering dikaitkan dengan pemerintahan militer dan menggunakan kekerasaan.
Model
Pengambilan
Keputusan
Menurut Para
Ahli
 Model Rasional, Model Pengambilan keputusan bersifat Preskriptif di mana
prosedur pembuatan keputusan yang akan membimbing pada pilihan
alternatif yang paling efisien untuk pencapaian tujuan kebijakan.
Merupakan model pengambilan keputusan yang mengasumsikan bahwa
kebijakan‐kebijakan dan keputusan‐keputusan dibuat atau diambil melalui
cara yang rasional. Menurut Simon (1957) pilihan rasional melibatkan
pemilihan diantara pilihan‐pilihan berlaku yang paling memungkinkan dalam
pencapaian tujuan atau objektif yang ditentukan
 Model incremental. Model pengambilan keputusan bersifat Deskriptif
menerangakn bagimana kelompok mengambil keputusan tertentu dengan
merubah atau menambahkan sedikit kebijakan sudah. Hal yang paling
mendasar dari model inkramental adalah adanya keterbatasan-keterbatasan
yang ada dalam pembuat keputusan Model incremental hanya memusatkan
perhatiannya pada modifikasi atas kebijakan yang ada sebelumnya
 Model Pendekatan “mixed scanning”, Model pengambilan keputusan
bersifat Deskriptif dan Preskriptif yang memungkinkan para pembuat
keputusan untuk memanfaatkan model rasional komprhensif dan model
inkremental sekaligus pada situasi yg berbeda beda. Etzioni mengklaim
bahwa mixed scanning tidak hanya cara yang diinginkan untuk mengambil
keputusan tapi juga menyediakan gambaran yang baik atas praktek
pengambilan keputusan. Menerapkan model mixed scanning pada
pembuatan kebijakan penyakit sifilis bawaan mungkin menggambarkan
praktek model ini digunakan dibeberapa negara.
NEGARA DANSEKTOR
SWASTA DALAM
KEBIJAKAN KESEHATAN
MODUL 3
SEKTOR
SWASTA
 organisasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan Dalam
beberapa lingkup kesehatan juga termasuk dalam sektor swasta
contohnya dokter pribadi, produsen obat dan penyedia alkes,
bgitu pula rumah sakit.
 Peran sektor swasta pada kebijakan politik bertujuan untuk
memperluas cakupan organisasi-organisasi yang terdaftar
kedalam kelompok yang tidak hanya berorientasi pada
keuntungan saja tetapi juga mempunyai status organisasi amal
tentu saja hal ini bertujuan untuk mendukung kepentingan
perusahaan/indsiutri perdagangan.
Sektor berorientasi keuntungan dan kebijakan
kesehatan
Peran Negara
dalam system
Kesehatan
 Untuk mengatur jumlah dan distribusi pelayanan, negara telah memberi
perijinan para penyedia jasa dan fasilitas, mengendalikan jumlah dan
besarnya sekolah medis, serta menyediakan insentif untuk praktek daerah
terpencil.
 Untuk mengatur kualitas pelayanan kesehatan, pemerintah telah memberi
ijin para praktisi Kesehatan, mendaftar fasilitas‐fasilitas Kesehatan,
mengendalikan jenis pelayanan yang disediakan, mensyaratkan para
penyedia jasa untuk membuat prosedur penanganan keluhan, mensyaratkan
adanya informasi untuk mengawasi kualitas, mengendalikan pelatihan
kurikulum, enetapkan syarat‐syarat untuk melanjutkan Pendidikan,
memperkenalkan akreditasi untuk fasilitas Kesehatan.
 Peranan negara pada pendanaan dan pengawaasan pelayanan Kesehatan
berbeda ditiap negara tergantung pada pasar swasta berkembang untuk
penjamin asuransi dan penyedia jasa dan apakah negara telah
mengambil tanggung jawab untuk menjamin seluruh warga.
Kritik Kepada
Negara
 Ketidakpuasan pada negara berlangsung selama 1980-an yang mengarah ke
sektor pelayanan Kesehatan. Hal ini terjadi dalam konteks resesi
ekonomi dunia, meningkatkan utang pemerintah dan meningkatnya
pengeluaran pemerintah. Negara dianggap gagal menyediakan pelayanan
bagi semua orang, malah menaikan tingkat pengeluaran Tekanan politik
menghasilkan pendanaan masyarakat pada pelayanan kesehatan yang
tidak cost‐ effective, sedangkan pelayanan yang lebih cost‐efektif
tidak tersedia. Tuntutan politik dari para elit ekonomi dan kepentingan
pribadi birokrat kota menghasilkan alokasi sumber‐sumber daya yang
tidak proporsional untuk fasilitas‐fasilitas tersier kota yang
mengesampingkan pelayanan dasar bagi sebagian besar populasi.
Pengagasan
Kembali
Pemerintah
reformasi
sector
kesehatan
 Melihat permasalahan‐permasalahan luas di sektor kesehatan ini,
tidaklah mengejutkan bahwa ide reformasi siap digunakan. Maksud
reformasi sangat dipengaruhi oleh ideologi yang berlaku tentang
peran pemerintah yang sepatutnya dan pemberian pelayanan kesehatan
pemerintah
 Pemikiran ekonomi neo‐liberal dipakai sebagai penunjang untuk
mengerti akar permasalahan di sektor kesehatan dan sangat
mempengaruhi gambaran peran negara yang sesuai.
 Menteri Kesehatan diharap memfokuskan diri pada kebijakan dan
pengawasan. Pada kasus lain, kekuasaan ditransfer ke kabupaten atau
tingkat daerah. Desentralisasi meliputi pemberian otonomi pada rumah
sakit dengan memberi mereka kontrol atas budget mereka
SEKTOR
SWASTA
Kekuatan adalah kemampuan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Sumber‐sumber daya sering memberikan kekuatan dan, dengan dasar
tersebut, kekuatan beberapa industri dan firma mungkin menjadi jelas bagi
kita. Perusahaan‐perusahaan memberi pemerintah berupa pendapatan
pajak, beberapa adalah perusahaan besar di perekonomian, dan
pemerintah mendapatkan pengaruh dalam masalah‐ masalah internasional
dengan menggunakan keistimewaan perusahaan‐perusahaan besar. Karena
itu pemerintah tertarik pada kesuksesan mereka. Di banyak sektor,
perusahaan‐perusahaan mempunyai kemampuan khusus yang diandalkan
pemerintah dalam pembuat kebijakan dan peraturan. Karena alasan ini,
bisnis besar dan kecil sering mempunyai peran penting dalam perdebatan
kebijakan
Apa yang membuat sektor swasta pelaku yang
kuat dalam kebijakan politik?
SEKTOR
SWASTA
Contoh sektor swasta terlibat dalam kebijakan kesehatan dengan cara
sektor swasta mengembangkan kebijakan kesehatan seperti menetapkan
peraturan yang keras bagi para pekerjanya (contoh: cuti sakit) atau asosiasi
industri membuat kebijakan untuk para anggotanya (contoh: sehubungan
dengan polusi lingkungan). Hal ini adalah salah satu cara sektor swasta
terlibat dalam kebijakan kesehatan. keterlibatan sektor swasta dalam
pembuatan kebijakan publik melalui kerjasama, disebut ‘ko‐regulasi’,
memberikan jalan tengah antara self‐ regulation dan kebijakan publik.
KESIMPULAN
 Meskipun penting untuk memahami peran negara
dalam pembuatan kebijakan,namun analisis yang
dipusatkan seluruhnya pada negara tidak cukup. Hal ini
terjadi karena peran negara telah berubah dan sektor
swasta sekarang berperan lebih menonjol dalam
pembuatan kebijakan kesehatan secara independen
atau bekerja sama dengan negara.
TERIMAKASIH

More Related Content

What's hot

MFK Puskesmas-pptx.pptx
MFK Puskesmas-pptx.pptxMFK Puskesmas-pptx.pptx
MFK Puskesmas-pptx.pptx
EKOBUDIARJO1
 
Sistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan NasionalSistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan Nasional
Candra Wiguna
 
SK PROGRAM PENINGKATN MUTU.docx
SK PROGRAM PENINGKATN MUTU.docxSK PROGRAM PENINGKATN MUTU.docx
SK PROGRAM PENINGKATN MUTU.docx
MufidanaAzis1
 
Analisa hva rs 2
Analisa hva rs 2Analisa hva rs 2
Analisa hva rs 2
anitatheresia18
 
PPS (contoh).docx
PPS (contoh).docxPPS (contoh).docx
PPS (contoh).docx
RizkiKurniawan135833
 
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang KesehatanPermenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Muh Saleh
 
Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)
Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)
Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)
sehatnegeriku
 
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan MasyarakatPromosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Tini Wartini
 
SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012
SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012
SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012
Zakiah dr
 
Manfaat Advokasi Kesehatan
Manfaat Advokasi KesehatanManfaat Advokasi Kesehatan
Manfaat Advokasi Kesehatan
Jabfungkes
 
Dasar-dasar Ekonomi Kesehatan
Dasar-dasar Ekonomi KesehatanDasar-dasar Ekonomi Kesehatan
Dasar-dasar Ekonomi Kesehatan
Kristyawan Sutriyanto
 
Manajemen kesehatan
Manajemen kesehatanManajemen kesehatan
Manajemen kesehatan
Zakiah dr
 
PPT Promosi Kesehatan
PPT Promosi KesehatanPPT Promosi Kesehatan
PPT Promosi Kesehatan
Riski Eka
 
Kmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasaboga
Kmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasabogaKmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasaboga
Kmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasaboga
IKAMAGI (Ikatan Keluarga Mahasiswa Diploma Gizi Indonesia)
 
12. contoh kuesioner smd
12. contoh kuesioner smd12. contoh kuesioner smd
12. contoh kuesioner smd
Mhd ansyari
 
#1 Standar Akreditasi Klinik- Astri (3)(1).pptx
#1 Standar Akreditasi Klinik- Astri (3)(1).pptx#1 Standar Akreditasi Klinik- Astri (3)(1).pptx
#1 Standar Akreditasi Klinik- Astri (3)(1).pptx
MelisaEkawati
 
3.1.1.3 Pedoman Manual Mutu.docx
3.1.1.3 Pedoman Manual Mutu.docx3.1.1.3 Pedoman Manual Mutu.docx
3.1.1.3 Pedoman Manual Mutu.docx
SuMarni41
 
Siaga bencana rs
Siaga bencana rsSiaga bencana rs
Siaga bencana rs
Joni Iswanto
 
BAB 1 KMP.pdf
BAB 1 KMP.pdfBAB 1 KMP.pdf
BAB 1 KMP.pdf
DedeRusmana5
 
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
novitawanget
 

What's hot (20)

MFK Puskesmas-pptx.pptx
MFK Puskesmas-pptx.pptxMFK Puskesmas-pptx.pptx
MFK Puskesmas-pptx.pptx
 
Sistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan NasionalSistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan Nasional
 
SK PROGRAM PENINGKATN MUTU.docx
SK PROGRAM PENINGKATN MUTU.docxSK PROGRAM PENINGKATN MUTU.docx
SK PROGRAM PENINGKATN MUTU.docx
 
Analisa hva rs 2
Analisa hva rs 2Analisa hva rs 2
Analisa hva rs 2
 
PPS (contoh).docx
PPS (contoh).docxPPS (contoh).docx
PPS (contoh).docx
 
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang KesehatanPermenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
 
Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)
Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)
Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)
 
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan MasyarakatPromosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
 
SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012
SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012
SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012
 
Manfaat Advokasi Kesehatan
Manfaat Advokasi KesehatanManfaat Advokasi Kesehatan
Manfaat Advokasi Kesehatan
 
Dasar-dasar Ekonomi Kesehatan
Dasar-dasar Ekonomi KesehatanDasar-dasar Ekonomi Kesehatan
Dasar-dasar Ekonomi Kesehatan
 
Manajemen kesehatan
Manajemen kesehatanManajemen kesehatan
Manajemen kesehatan
 
PPT Promosi Kesehatan
PPT Promosi KesehatanPPT Promosi Kesehatan
PPT Promosi Kesehatan
 
Kmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasaboga
Kmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasabogaKmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasaboga
Kmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasaboga
 
12. contoh kuesioner smd
12. contoh kuesioner smd12. contoh kuesioner smd
12. contoh kuesioner smd
 
#1 Standar Akreditasi Klinik- Astri (3)(1).pptx
#1 Standar Akreditasi Klinik- Astri (3)(1).pptx#1 Standar Akreditasi Klinik- Astri (3)(1).pptx
#1 Standar Akreditasi Klinik- Astri (3)(1).pptx
 
3.1.1.3 Pedoman Manual Mutu.docx
3.1.1.3 Pedoman Manual Mutu.docx3.1.1.3 Pedoman Manual Mutu.docx
3.1.1.3 Pedoman Manual Mutu.docx
 
Siaga bencana rs
Siaga bencana rsSiaga bencana rs
Siaga bencana rs
 
BAB 1 KMP.pdf
BAB 1 KMP.pdfBAB 1 KMP.pdf
BAB 1 KMP.pdf
 
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
 

Similar to Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx

Nasrun public policy-revised
Nasrun public policy-revisedNasrun public policy-revised
Nasrun public policy-revised
Nasrun Annahar
 
TEORI-KEBIJAKAN-PUBLIK-2018 dalam ilmu politik
TEORI-KEBIJAKAN-PUBLIK-2018 dalam ilmu politikTEORI-KEBIJAKAN-PUBLIK-2018 dalam ilmu politik
TEORI-KEBIJAKAN-PUBLIK-2018 dalam ilmu politik
YafiAlghifari
 
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Tri Widodo W. UTOMO
 
Presentasi kebijakan publik.pptx
Presentasi kebijakan publik.pptxPresentasi kebijakan publik.pptx
Presentasi kebijakan publik.pptx
Poinid
 
Public-Policy-Revised.ppt
Public-Policy-Revised.pptPublic-Policy-Revised.ppt
Public-Policy-Revised.ppt
NadiaEunike1
 
Public-Policy-Revised (2).ppt
Public-Policy-Revised (2).pptPublic-Policy-Revised (2).ppt
Public-Policy-Revised (2).ppt
AmirHamzah90196
 
Public-Policy-Revised.ppt
Public-Policy-Revised.pptPublic-Policy-Revised.ppt
Public-Policy-Revised.ppt
Mukhamad Shokheh
 
Administrasi Negara &Public Policy
Administrasi Negara &Public Policy Administrasi Negara &Public Policy
Administrasi Negara &Public Policy
Kasmiah Ali
 
Model model dalam public policy
Model model dalam public policyModel model dalam public policy
Model model dalam public policy
nurul khaiva
 
Transparansi kebijakan publik ii revisi (agustus 2011)
Transparansi kebijakan publik ii revisi (agustus 2011)Transparansi kebijakan publik ii revisi (agustus 2011)
Transparansi kebijakan publik ii revisi (agustus 2011)BKPP kabupaten Bandung
 
Transparansi kebijakan publik II
Transparansi kebijakan publik IITransparansi kebijakan publik II
Transparansi kebijakan publik II
BKPP kabupaten Bandung
 
Transparansi kebijakan publik II
Transparansi kebijakan publik IITransparansi kebijakan publik II
Transparansi kebijakan publik II
BKPP kabupaten Bandung
 
Pkn bu evi presentasi!!
Pkn bu evi presentasi!!Pkn bu evi presentasi!!
Pkn bu evi presentasi!!
jesslynJC
 
Public Policy dan Administrasi Negara
Public Policy dan Administrasi NegaraPublic Policy dan Administrasi Negara
Public Policy dan Administrasi Negara
Kasmiah Ali
 
Otonomi dan desentralisasi Budaya P.pptx
Otonomi dan desentralisasi Budaya P.pptxOtonomi dan desentralisasi Budaya P.pptx
Otonomi dan desentralisasi Budaya P.pptx
BembengTata2
 
Aktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docx
Aktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docxAktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docx
Aktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docx
dian980016
 
2. TEORI KEBIJAKAN PUBLIK.pptx
2. TEORI KEBIJAKAN PUBLIK.pptx2. TEORI KEBIJAKAN PUBLIK.pptx
2. TEORI KEBIJAKAN PUBLIK.pptx
KhyrulRizal1
 
TP Pertemuan ke-2.pptx
TP Pertemuan ke-2.pptxTP Pertemuan ke-2.pptx
TP Pertemuan ke-2.pptx
AlqiAsaoka
 

Similar to Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx (20)

Nasrun public policy-revised
Nasrun public policy-revisedNasrun public policy-revised
Nasrun public policy-revised
 
TEORI-KEBIJAKAN-PUBLIK-2018 dalam ilmu politik
TEORI-KEBIJAKAN-PUBLIK-2018 dalam ilmu politikTEORI-KEBIJAKAN-PUBLIK-2018 dalam ilmu politik
TEORI-KEBIJAKAN-PUBLIK-2018 dalam ilmu politik
 
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
 
Presentasi kebijakan publik.pptx
Presentasi kebijakan publik.pptxPresentasi kebijakan publik.pptx
Presentasi kebijakan publik.pptx
 
Public-Policy-Revised.ppt
Public-Policy-Revised.pptPublic-Policy-Revised.ppt
Public-Policy-Revised.ppt
 
Public-Policy-Revised (2).ppt
Public-Policy-Revised (2).pptPublic-Policy-Revised (2).ppt
Public-Policy-Revised (2).ppt
 
Public-Policy-Revised.ppt
Public-Policy-Revised.pptPublic-Policy-Revised.ppt
Public-Policy-Revised.ppt
 
Administrasi Negara &Public Policy
Administrasi Negara &Public Policy Administrasi Negara &Public Policy
Administrasi Negara &Public Policy
 
Model model dalam public policy
Model model dalam public policyModel model dalam public policy
Model model dalam public policy
 
Dimensi kebpub
Dimensi kebpubDimensi kebpub
Dimensi kebpub
 
Transparansi kebijakan publik ii revisi (agustus 2011)
Transparansi kebijakan publik ii revisi (agustus 2011)Transparansi kebijakan publik ii revisi (agustus 2011)
Transparansi kebijakan publik ii revisi (agustus 2011)
 
Transparansi kebijakan publik II
Transparansi kebijakan publik IITransparansi kebijakan publik II
Transparansi kebijakan publik II
 
Transparansi kebijakan publik II
Transparansi kebijakan publik IITransparansi kebijakan publik II
Transparansi kebijakan publik II
 
Pkn bu evi presentasi!!
Pkn bu evi presentasi!!Pkn bu evi presentasi!!
Pkn bu evi presentasi!!
 
Public Policy dan Administrasi Negara
Public Policy dan Administrasi NegaraPublic Policy dan Administrasi Negara
Public Policy dan Administrasi Negara
 
Otonomi dan desentralisasi Budaya P.pptx
Otonomi dan desentralisasi Budaya P.pptxOtonomi dan desentralisasi Budaya P.pptx
Otonomi dan desentralisasi Budaya P.pptx
 
Aktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docx
Aktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docxAktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docx
Aktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docx
 
2. TEORI KEBIJAKAN PUBLIK.pptx
2. TEORI KEBIJAKAN PUBLIK.pptx2. TEORI KEBIJAKAN PUBLIK.pptx
2. TEORI KEBIJAKAN PUBLIK.pptx
 
Materi ilmu politik
Materi ilmu politikMateri ilmu politik
Materi ilmu politik
 
TP Pertemuan ke-2.pptx
TP Pertemuan ke-2.pptxTP Pertemuan ke-2.pptx
TP Pertemuan ke-2.pptx
 

Recently uploaded

Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
MFCorp
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
nurulkarunia4
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
ssusera85899
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
lala263132
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 

Recently uploaded (20)

Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 

Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx

  • 1. KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN KESEHATAN 1. HAERANI (K012221003) 2. AVELINUS S. N. ERWIN (K012221007) 3. LA ODE YUSRAN ONTA (K012221008) 4. OCTARENS ALIK (K012221012) 5. HASANUDDIN (K012221013) 6. ARIASTUTI DARTHA (K012221014) 7. FAJRIANA RAZAK (K012221015) 8. ASLIM (K012221020) KELOMPOK 1, KELAS A – S2 IKM
  • 3. Mengapa Kebijakan Kesehatan penting?  Sektor kesehatan merupakan bagian penting perekonomian di berbagai negara. Sektor kesehatan seperti pembangkit perekonomian, melalui inovasi dan investasi dibidang technologi bio‐medis atau produksi dan penjualan obat‐obatan atau dengan menjamin adanya populasi yang sehat yang produktif secara ekonomi.  Pengambilan keputusan kesehatan berkaitan dengan hal kematian dan keselamatan, kesehatan diletakkan dalam kedudukan yang lebih istimewa dibanding dengan masalah sosial yang lainnya.  Memahami hubungan antara kebijakan kesehatan dan kesehatan itu sendiri menjadi sedemikian pentingnya sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan masalah kesehatan utama yang terjadi saat ini – meningkatnya obesitas, wabah HIV/AIDS, meningkatnya resistensi obat – sekaligus memahani bagaimana perekonomian dan kebijakan lain berdampak pada kesehatan.
  • 4. DEFINISI KEBIJAKAN KESEHATAN  kebijakan oleh Thomas Dye yang menyatakan bahwa kebijakan umum adalah apa yang dilaksanakan dan tidak dilaksanakan oleh pemerintah tampaknya berlawanan dengan asumsi yang lebih formal bahwa segala kebijakan disusun untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu.  Menurut Walt, kebijakan kesehatan serupa dengan politik dan segala penawaran terbuka kepada orang yang berpengaruh pada penyusunan kebijakan, bagaimana mereka mengolah pengaruh tersebut, dan dengan persyaratan apa.
  • 5. Segitiga Kebijakan Kesehatan Aktor  Individu  Grop  Organisasi Gambar Segitiga Analisis Kebijakan; Sumber: Walt and Gilson (1994) Konteks Isi Konteks Proses Segitiga kebijakan kesehatan merupakan suatu pendekatan yang sudah sangat disederhanakan untuk suatu tatanan hubungan yang kompleks, dan segitiga ini menunjukkan kesan bahwa ke‐empat faktor dapat dipertimbangkan secara terpisah. Pada kenyataannya, para pelaku dapat dipengaruhi (sebagai seorang individu atau seorang anggota suatu kelompok atau organisasi) dalam konteks dimana mereka tinggal dan bekerja; konteks dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti: ketidak‐stabilan atau ideologi, dalam hal sejarah dan budaya; serta proses penyusunan kebijakan – bagaimana isu dapat menjadi suatu agenda kebijakan.
  • 6. FAKTOR KONTEKSTUAL YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN  Faktor Situasional, Kondisi yang tidak permanen atau khusus yang dapat berdampak pada kebijakan (contoh: perang, kekeringan).  Faktror Struktural, Bagian dari masyarakat yang relatif tidak berubah  Faktor Budaya, Menyebabkan meningkatnya ketergantungan antar negara  Faktor Internasional, Menyebabkan meningkatnya ketergantungan antar negara
  • 7. PROSES PENYUSUNAN KEBIJAKAN a. Identifikasi masalah dan isu menemukan bagaimana isu – isu yang ada dapat masuk kedalam agenda kebijakan, mengapa isu – isu yang lain justru tidak pernah dibicarakan. b. Perumusan kebijakan ,menemukan siapa saja yang terlibat dalam perumusan kebijakan, bagaimana kebijakan dihasilkan, disetujui, dan dikomunikasikan c. Pelaksanaan kebijakan ,tahap ini yang paling sering diacuhkan dan sering dianggap sebagai bagian yang terpisah dari kedua tahap yang pertama. d. Evaluasi kebijakan, temukan apa yang terjadi pada saat kebijakan dilaksanakan – bagaimana pengawasannya, apakah tujuannya tercapai dan apakah terjadi akibat yang tidak diharapkan. Tahapan ini merupakan saat dimana kebijakan dapat diubah atau dibatalkan serta kebijakan yang baru ditetapkan
  • 9. KEKUASAAN  Adalah kemampuan untuk mencapai hasil yang diharapkan – untuk ‘melakukan’ sesuatu.  Contohnya, kekuasaan dilaksanakan pada saat A meminta B melakukan sesuatu yang tidak akan dilakukan B sebelumnya. Si A dapat meraih tujuan akhir atas B ini melalui beberapa cara yang dikategorikan menjadi tiga dimensi kekuasaan: kekuasaan dalam pengambilan keputusan, kekuasaan untuk tidak membuat keputusan; dan kekuasaan sebagai pengendalian pikiran.
  • 10. KEKUASAAN SEBAGAI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Kekuasaan dalam pengambilan keputusan menekankan pada tindakan individu atau kelompok yang mempengaruhi pemutusan kebijakan. KEKUASAAN SEBAGAI BAHAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEKUASAAN SEBAGAI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Bachrach dan Barats (1962) berpendapat bahwa ‘kekuasaan juga dilakukan ketika A mengeluarkan tenaganya untuk menciptakan atau memberlakukan nilai‐nilai sosial dan politik serta kegiatan‐kegiatan kelembagaan yang dapat membatasi lingkup proses politik hanya pada pemikiran umum dari isu‐isu tersebut yang tidak membahayakan A’. Akibatnya, kekuasaan sebagai latar belakang agenda menyoroti cara para kelompok berkuasa mengendalikan agenda tetap menjadi isu yang mengancam di bawah layar radar kebijakan. Steven Lukes (1974) menggambarkan kekuasaan sebagai pengendali gagasan.
  • 11. SIAPAYANG MEMPUNYAI KEKUASAAN ? a. Pluralisme, Pluralisme merupakan kelompok dominan dari pemikiran teoritis dalam pembagian kekuasaan dalam demokrasi liberal. Dalam bentuk klasik, pluralisme berpendapat bahwa kekuasaan tersebar diseluruh masyarakat. Tidak ada satu kelompok yang memegang kekuasaan mutlak dan negara memutuskan diantara kepentingan‐kepentingan yang bersaing dalam perkembangan kebijakan. b. Pilihan Rakyat, Para ahli teori pilihan rakyat sepakat dengan para pluralis bahwa masyarakat terbentuk dari kelompok‐kelompok yang bersaing untuk meraih tujuan masing‐masing. Tetapi mereka mempermasalahkan kenetralan negara. Para ahli teori pilihan rakyat menyatakan bahwa negara sendiri merupakan suatu kelompok berkepentingan yang berkuasa atas proses kebijakan untuk meraih kepentingan pelaksana negara: para pejabat terpilih dan pegawai pemerintahan. Untuk tetap berkuasa, para pejabat terpilih berusaha untuk memfasilitasi kelompok‐kelompok dengan anggaran, barang, jasa dan peraturan yang mendukung dengan harapan bahwa kelompok‐kelompok ini akan tetap menjadikannya berkuasa. c. Elitisme Ahli teori elitisme menyatakan bahwa kebijakan didominasi oleh minoritas istimewa. Mereka berpendapat kebijakan umum menggambarkan nilai dan kepentingan dari para elit atau aristokrat, bukan “rakyat” seperti yang dianggap oleh pluralis. Para elit modern mempertanyakan sampai dimana sistem politik modern mencapai cita‐cita demokrasi yang dinyatakan oleh kaum pluralis liberal.
  • 12. KEKUASAAN DANSISTEM POLITIK 1. Model ini gagal dalam membahas isu penyeimbangan kekuasaan dalam masyarakat danbagaimana keseimbangan ini dapat mempengaruhi alokasi nilai melalui sistem politik. 2. Model ini menunjukkan bahwa negara bersikap netral dalam alokasi nilai dalam tuntutan yang saling bersaing. 3. Model ini tidak memberi tempat bagi negara untuk bertindak atas kepentingan merekasendiri (seperti pendapat para ahli teori pilihan rakyat).
  • 13. Upaya yang lebih baru dalam pengelompokkan sistem politik menambah suatu dimensibaru, lima kelompok sistem politik berhasil dibedakan: 1. Rezim demokrasi liberal. Kategori ini ditandai dengan pemerintahan yang berkuasa dengan institusi politik yang relatif stabil dengan kesempatan untuk berpartisipasi luas melalui sejumlah mekanisme dan kelompok: pemilihan umum, partai politik, kelompok kepentingan,dan ‘media bebas’. 2. Egalitarian‐autoritarian. Ketegori ini memiliki elit pemimpin yang tertutup, birokrasi autoritarian dan partisipasi yang diatur oleh negara (i.e. rezim partisipasi dan kurangnya kesempatan demokrasi dalam pengendalian sosial). 3. Traditional‐inegalitarian. Sistem ini memerintah dengan tradisi monarki yang hanya menyediakan partisipasi yang terbatas. 4. Populis. Sistem ini berdasar pada satu partai politik yang dominan, nasionalisme yang tinggidan kepemimpinan cenderung menjadi personal. 5. Authoritarian‐inegalitarian. Sistem politik ini seringkali muncul untuk menghadapi rezim populis dan liberal‐demokrasi. Sistem ini sering dikaitkan dengan pemerintahan militer dan menggunakan kekerasaan.
  • 14. Model Pengambilan Keputusan Menurut Para Ahli  Model Rasional, Model Pengambilan keputusan bersifat Preskriptif di mana prosedur pembuatan keputusan yang akan membimbing pada pilihan alternatif yang paling efisien untuk pencapaian tujuan kebijakan. Merupakan model pengambilan keputusan yang mengasumsikan bahwa kebijakan‐kebijakan dan keputusan‐keputusan dibuat atau diambil melalui cara yang rasional. Menurut Simon (1957) pilihan rasional melibatkan pemilihan diantara pilihan‐pilihan berlaku yang paling memungkinkan dalam pencapaian tujuan atau objektif yang ditentukan  Model incremental. Model pengambilan keputusan bersifat Deskriptif menerangakn bagimana kelompok mengambil keputusan tertentu dengan merubah atau menambahkan sedikit kebijakan sudah. Hal yang paling mendasar dari model inkramental adalah adanya keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam pembuat keputusan Model incremental hanya memusatkan perhatiannya pada modifikasi atas kebijakan yang ada sebelumnya  Model Pendekatan “mixed scanning”, Model pengambilan keputusan bersifat Deskriptif dan Preskriptif yang memungkinkan para pembuat keputusan untuk memanfaatkan model rasional komprhensif dan model inkremental sekaligus pada situasi yg berbeda beda. Etzioni mengklaim bahwa mixed scanning tidak hanya cara yang diinginkan untuk mengambil keputusan tapi juga menyediakan gambaran yang baik atas praktek pengambilan keputusan. Menerapkan model mixed scanning pada pembuatan kebijakan penyakit sifilis bawaan mungkin menggambarkan praktek model ini digunakan dibeberapa negara.
  • 16. SEKTOR SWASTA  organisasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan Dalam beberapa lingkup kesehatan juga termasuk dalam sektor swasta contohnya dokter pribadi, produsen obat dan penyedia alkes, bgitu pula rumah sakit.  Peran sektor swasta pada kebijakan politik bertujuan untuk memperluas cakupan organisasi-organisasi yang terdaftar kedalam kelompok yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan saja tetapi juga mempunyai status organisasi amal tentu saja hal ini bertujuan untuk mendukung kepentingan perusahaan/indsiutri perdagangan. Sektor berorientasi keuntungan dan kebijakan kesehatan
  • 17. Peran Negara dalam system Kesehatan  Untuk mengatur jumlah dan distribusi pelayanan, negara telah memberi perijinan para penyedia jasa dan fasilitas, mengendalikan jumlah dan besarnya sekolah medis, serta menyediakan insentif untuk praktek daerah terpencil.  Untuk mengatur kualitas pelayanan kesehatan, pemerintah telah memberi ijin para praktisi Kesehatan, mendaftar fasilitas‐fasilitas Kesehatan, mengendalikan jenis pelayanan yang disediakan, mensyaratkan para penyedia jasa untuk membuat prosedur penanganan keluhan, mensyaratkan adanya informasi untuk mengawasi kualitas, mengendalikan pelatihan kurikulum, enetapkan syarat‐syarat untuk melanjutkan Pendidikan, memperkenalkan akreditasi untuk fasilitas Kesehatan.  Peranan negara pada pendanaan dan pengawaasan pelayanan Kesehatan berbeda ditiap negara tergantung pada pasar swasta berkembang untuk penjamin asuransi dan penyedia jasa dan apakah negara telah mengambil tanggung jawab untuk menjamin seluruh warga.
  • 18. Kritik Kepada Negara  Ketidakpuasan pada negara berlangsung selama 1980-an yang mengarah ke sektor pelayanan Kesehatan. Hal ini terjadi dalam konteks resesi ekonomi dunia, meningkatkan utang pemerintah dan meningkatnya pengeluaran pemerintah. Negara dianggap gagal menyediakan pelayanan bagi semua orang, malah menaikan tingkat pengeluaran Tekanan politik menghasilkan pendanaan masyarakat pada pelayanan kesehatan yang tidak cost‐ effective, sedangkan pelayanan yang lebih cost‐efektif tidak tersedia. Tuntutan politik dari para elit ekonomi dan kepentingan pribadi birokrat kota menghasilkan alokasi sumber‐sumber daya yang tidak proporsional untuk fasilitas‐fasilitas tersier kota yang mengesampingkan pelayanan dasar bagi sebagian besar populasi.
  • 19. Pengagasan Kembali Pemerintah reformasi sector kesehatan  Melihat permasalahan‐permasalahan luas di sektor kesehatan ini, tidaklah mengejutkan bahwa ide reformasi siap digunakan. Maksud reformasi sangat dipengaruhi oleh ideologi yang berlaku tentang peran pemerintah yang sepatutnya dan pemberian pelayanan kesehatan pemerintah  Pemikiran ekonomi neo‐liberal dipakai sebagai penunjang untuk mengerti akar permasalahan di sektor kesehatan dan sangat mempengaruhi gambaran peran negara yang sesuai.  Menteri Kesehatan diharap memfokuskan diri pada kebijakan dan pengawasan. Pada kasus lain, kekuasaan ditransfer ke kabupaten atau tingkat daerah. Desentralisasi meliputi pemberian otonomi pada rumah sakit dengan memberi mereka kontrol atas budget mereka
  • 20. SEKTOR SWASTA Kekuatan adalah kemampuan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sumber‐sumber daya sering memberikan kekuatan dan, dengan dasar tersebut, kekuatan beberapa industri dan firma mungkin menjadi jelas bagi kita. Perusahaan‐perusahaan memberi pemerintah berupa pendapatan pajak, beberapa adalah perusahaan besar di perekonomian, dan pemerintah mendapatkan pengaruh dalam masalah‐ masalah internasional dengan menggunakan keistimewaan perusahaan‐perusahaan besar. Karena itu pemerintah tertarik pada kesuksesan mereka. Di banyak sektor, perusahaan‐perusahaan mempunyai kemampuan khusus yang diandalkan pemerintah dalam pembuat kebijakan dan peraturan. Karena alasan ini, bisnis besar dan kecil sering mempunyai peran penting dalam perdebatan kebijakan Apa yang membuat sektor swasta pelaku yang kuat dalam kebijakan politik?
  • 21. SEKTOR SWASTA Contoh sektor swasta terlibat dalam kebijakan kesehatan dengan cara sektor swasta mengembangkan kebijakan kesehatan seperti menetapkan peraturan yang keras bagi para pekerjanya (contoh: cuti sakit) atau asosiasi industri membuat kebijakan untuk para anggotanya (contoh: sehubungan dengan polusi lingkungan). Hal ini adalah salah satu cara sektor swasta terlibat dalam kebijakan kesehatan. keterlibatan sektor swasta dalam pembuatan kebijakan publik melalui kerjasama, disebut ‘ko‐regulasi’, memberikan jalan tengah antara self‐ regulation dan kebijakan publik.
  • 22. KESIMPULAN  Meskipun penting untuk memahami peran negara dalam pembuatan kebijakan,namun analisis yang dipusatkan seluruhnya pada negara tidak cukup. Hal ini terjadi karena peran negara telah berubah dan sektor swasta sekarang berperan lebih menonjol dalam pembuatan kebijakan kesehatan secara independen atau bekerja sama dengan negara.