SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
Download to read offline
1
RANGKUMAN MATERI, SOAL DAN PEMBAHASAN
BAB VII
SETENGAH PUTARAN
disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Geometri Transformasi
Dosen pengampu Bapak Ishaq Nuriadin, M.Pd
Oleh
Niamatus Saadah 1201125122
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR.HAMKA
2015
2
BAB VII
SETENGAH PUTARAN
Setengah Putaran mengelilingi sebuah titik adalah suatu involusi. Suatu
setengah putaran mencerminkan setiap titik bidang pada sebuah titik tertentu
sehingga disebut juga pencerminan pada suatu titik.
Definisi
Sebuah setengah putaran pada suatu titik 𝐎 adalah suatu padanan 𝑆𝐎 yang
didefinisikan untuk setiap titik pada bidang sebagai berikut :
1. Apabila 𝑃 ≠ 𝐎 maka 𝑆1(𝑃) = 𝑃′ sehingga 𝐎 titik tengah ruas garis 𝑃𝑃′̅̅̅̅̅.
2. 𝑆𝐎 = 𝐎
Setengah putaran adalah suatu transformasi
Bukti:
Akan dibuktikan 𝑆𝐎 Bijektif.
Untuk membuktikan 𝑆𝐎 Bijektif maka harus dibuktikan terlebih dahulu 𝑆𝐎
Surjektif dan Injektif.
(1) Akan dibuktikan 𝑆𝐎 Surjektif
Untuk menunjukkan 𝑆𝐎 Surjektif, akan ditunjukkan ∃𝑃′
∈ 𝑉 ∋ 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑃′
Ambil sebarang 𝑃′
∈ 𝑉
𝑃′
∈ 𝑉 ∋ 𝑃′
= 𝑆𝐎(𝑃)
𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑃 = 𝐎, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑆𝐎(𝐎) = 𝐎′
= 𝐎
Jadi, ∀ 𝑃′
∈ 𝑉 ∃ 𝑃′
= 𝑃 = 𝑆𝐎(𝑃)
Jika 𝑃 ≠ 𝐎 maka A menjadi sumbu ruas garis ′ , berarti 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑃′
Jadi, 𝑆𝐎 Surjektif
(2) Akan dibuktikan 𝑆𝐎 Injektif
Missal 𝐵1 ≠ 𝐵2
Kasus I
𝐵1 = 𝐵2 = 𝐎
Untuk 𝐵1 = 𝐎 maka 𝑆𝐎(𝐵1) = 𝐵1 = 𝐵1′      ..1*)
3
Untuk 𝐵2 = 𝐎 maka 𝑆𝐎(𝐵2) = 𝐵2 = 𝐵2′       2*)
Dari 1*) dan 2*) maka diperoleh 𝑆𝐎(𝐵1) ≠ 𝑆𝐎(𝐵2)
Kasus II
𝐵1 ≠ 𝐵2 ≠ 𝐎
Ambil sebarang 𝐵1, 𝐵2 ∈ 𝑉 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐵1 ≠ 𝐵2
𝐵1 ≠ 𝐎, 𝐵2 ≠ 𝐎, 𝐵2, 𝐵2, 𝐎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠
Sehingga 𝑆𝐎(𝐵1) = 𝐵1
′
dan 𝑆𝐎(𝐵2) = 𝐵2′
Andaikan 𝑆𝐎(𝐵1) = 𝑆 𝐎(𝐵2)
Karena 𝑆𝐎(𝐵1) = 𝑆 𝐎(𝐵2)
Maka 𝐵1
′
= 𝑆𝐎(𝐵1) = 𝑆𝐎(𝐵2) = 𝐵2′
Sehingga diperoleh 𝐵1
′
= 𝐵2′ dan ᒐ1 = 𝐵2
Menurut teorama, “Melalui dua titik hanya dapat dibuat satu garis”
Ini kontradiksi dengan pernyataan bahwa 𝐵1 ≠ 𝐵2
Pengandaian 𝐵1 ≠ 𝐵2 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑆𝐎(𝐵1) = 𝑆 𝐎(𝐵2) harus dibatalkan.
Jadi, 𝑆𝐎(𝐵1) ≠ 𝑆𝐎(𝐵2)
Jadi 𝑆𝐎 Injektif
Dari (1) dan (2) maka diperoleh 𝑆𝐎 Surjektif dan 𝑆𝐎 Injektif
Karena 𝑆𝐎 Surjektif dan 𝑆𝐎 Injektif, maka 𝑆𝐎 Bijektif
Karena 𝑆𝐎 Bijektif, maka 𝑆𝐎adalah suatu transformasi.
Jadi, terbukti bahwa suatu setengah putaran adalah transformasi.
Teorema 7.1
Andaikan 𝑚 sebuah titik, 𝒈 dan 𝒉 dua garis tegak lurus yang berpotongan di
𝑚. Maka 𝑺 𝑚 = 𝑎 𝒈 𝑎 𝒉.
Bukti :
Diketahui 𝐎 sebuah titik, 𝑔 dan ℎ dua garis tegak lurus yang berpotongan di 𝐎.
a) Kasus I : 𝑃 ≠ 𝐎
Karena 𝑔 ⊥ ℎ maka dapat dibentuk sebuah sistem sumbu orthogonal dengan 𝑔
sebagai sumbu X dan ℎ sebagai sumbu Y. 𝐎 sebagai titik asal.
Ambil titik 𝑃 ∈ 𝑉
Perhatikan Gambar 7.2
4
Ditunjukkan bahwa untuk setiap 𝑃 berlaku 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝑃)
Andaikan 𝑃(𝑥, 𝑊) ≠ 𝐎 dan 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑃′′(𝑥1, 𝑊1)
Karena 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑃′′ maka 𝐎 titik tengah 𝑃𝑃′ sehingga
(0,0) = (
𝑥1 + 𝑥
2
,
𝑊1 + 𝑊
2
)
Diperoleh 𝑥1 + 𝑥 = 0 ⟺ 𝑥1 = −𝑥 dan 〱1 + 𝑊 = 0 ⟺ 𝑊1 = −𝑊
Artinya 〱 𝐎(𝑃) = (−𝑥, −𝑊) 

















(1)
Komposisi pencerminan
𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝑃) = 𝑀𝑔[𝑀ℎ(𝑃)]
= 𝑀𝑔(−𝑥, 𝑊)
= (−𝑥, −𝑊)
Artinya 𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝑃) = (−𝑥, −𝑊) 
















(2)
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh _ 𝐎(𝑃) = 𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝑃).
Jadi, 𝑆𝐎 = 𝑀𝑔 𝑀ℎ
b) Kasus II : 𝑃 = 𝐎
Menurut Definisi, 𝑆𝐎(𝐎) = 𝐎 
















(1*)
𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝐎) = 𝑀𝑔(𝐎) = 𝐎 

















.(2*)
Dari persamaan (1*) dan (2*) diperoleh 𝑆𝐎(𝐎) = 𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝐎).
Jadi, 𝑆𝐎 = 𝑀𝑔 𝑀ℎ.
Teorema 7.2
Jika 𝒈 dan 𝒉 dua garis yang tegak lurus maka 𝑎 𝒈 𝑎 𝒉 = 𝑎 𝒉 𝑎 𝒈
Bukti
𝐎
𝑃′
′(−𝑥, −𝑊)
𝑃′
(−𝑥, 𝑊) P(x,y)
ℎ
𝑔 𝑋
5
a) Kasus I : 𝑃 ≠ 𝐎
Karena 𝑃 ≠ 𝐎, maka 𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝑃) = 𝑆𝐎(𝑃).
𝑀ℎ 𝑀𝑔(𝑃) = 𝑀ℎ (𝑀𝑔(𝑃)) = ᒐℎ((𝑥, −𝑊)) = (−𝐷, −𝑊) = 〰 𝐎(𝑃).
diperoleh 𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝑃) = 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑀ℎ 𝑀𝑔(𝑃)
Jadi, 𝑀𝑔 𝑀ℎ = 𝑀ℎ 𝑀𝑔
b) Kasus II : 𝑃 = 𝐎
Karena 𝑃 = 𝐎, maka 𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝐎) = 𝑀𝑔(𝐎) = 𝐎
𝑀ℎ 𝑀𝑔(𝐎) = 𝑀ℎ(𝐎) = 𝐎
Sehingga diperoleh 𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝐎) = 𝑀ℎ 𝑀𝑔(𝐎).
Jadi, 𝑀𝑔 𝑀ℎ = 𝑀ℎ 𝑀𝑔.
Teorema 7.3
Jika 𝑺 𝑚 setengah putaran, maka 𝑺−𝟏
𝑚 = 𝑺 𝑚.
Bukti
Andaikan 𝑔 dan ℎ dua garis yang tegak lurus maka 𝑀𝑔 𝑀ℎ = 𝑆𝐎 dengan 𝐎
titik potong antara 𝑔 dan ℎ.
(𝑀𝑔 𝑀ℎ)−1
= 𝑀−1
ℎ 𝑀−1
𝑔 = 𝑆−1
𝐎.
Karena 𝑀−1
ℎ = 𝑀ℎ dan 𝑀−1
𝑔 = 𝑀𝑔 maka 𝑀ℎ 𝑀𝑔 = 𝑆−1
𝐎.
Karena 𝑔 ⊥ ℎ, maka menurut teorema 7.2, 𝑀𝑔 𝑀ℎ = 𝑀ℎ 𝑀𝑔.
Sedangkan menurut teorema 7.1, 𝑆𝐎 = お 𝑔 𝑀ℎ.
Sehingga diperoleh 𝑆−1
𝐎 = 𝑀ℎ 𝑀𝑔 = 𝑀𝑔 𝑀ℎ = 𝑆𝐎.
Jadi, 𝑆−1
𝐎 = 𝑆𝐎.
Teorema 7.4
Jika 𝑚 = (𝒂, 𝒃) dan 𝑷 = (𝒙, 𝒚) maka 𝑺 𝑚(𝑷) = (𝟐𝒂 − 𝒙, 𝟐𝒃 − 𝒚).
Bukti
a) Kasus I : 𝑃 ≠ 𝐎
Misalkan 𝑃" = (𝑥1, 𝑊1) dan 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑃" maka 𝐎 titik tengah 𝑃𝑃" sehingga
diperoleh
(𝑎, 𝑏) = ((
𝑥1+𝑥
2
) , (
𝑊1+𝑊
2
))
6
Maka
𝑥1+𝑥
2
= 𝑎 dan
𝑊1+𝑊
2
= 𝑏 sehingga diperoleh
𝑥1+𝑥
2
= 𝑎 ⟺ 𝑥1 + 𝑥 = 2𝑎 ⟺ 𝑥1 = 2𝑎 − 𝑥 










..(1*)
𝑊1+𝑊
2
= 𝑏 ⟺ 𝑊1 + 𝑊 = 2𝑏 ⟺ 𝑊1 = 2𝑏 − 𝑊 











(2*)
Dari persamaan (1*) dan (2*) maka (𝑥1, 𝑊1) = ( 2𝑎 − 𝑥), (2𝑏 − 𝑊)
Karena 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑃", maka 𝑆𝐎(𝑃) = (𝑥1, 𝑊1) = ( 2𝑎 − 𝑥), (2𝑏 − 𝑊)
Jadi, 𝑆𝐎(𝑃) = (2𝑎 − 𝑥, 2𝑏 − 𝑊).
b) Kasus II : 𝑃 = 𝐎
Karena 𝑃 = 𝐎, maka (𝑥, 𝑊) = (𝑎, 𝑏) artinya 𝑎 = 𝑥 dan 𝑏 = 𝑊.
⍞ 𝐎(𝑃) = 𝑆𝐎(𝐎) = 𝐎 = (𝑎, 𝑏)
(𝑎, 𝑏) = ((2𝑎 − 𝑎), (2𝑏 − 𝑏))
= ((2𝑎 − 𝑥), (2𝑏 − 𝑊))
Jadi, 𝑆𝐎(𝑃) = (2𝑎 − 𝑥, 2𝑏 − 𝑊).
7.2 Lanjutan Setengah Putaran
Kita ingat kembali tentang refleksi atau pencerminan.
Definisi refleksi atau pencerminan ialah
1.   gAAAMg  ,
2.   'PPMg  , yang bersifat g adalah sumbu ruas garis 'PP
Jelas bahwa gA yang dicerminkan terhadap garis g maka A berimpit dengan
petanya. Titik yang demikian dinamakan titik tetap (invariant) refleksi.
Definisi
A dinamakan titik tetap (invariant) transformasi T apabila berlaku T(A) = A
Dari definisi tersebut, kita dapat memperoleh fakta bahwa sebuah refleksi garis g
memiliki tak hingga banyaknya titik tetap yaitu semua titik pada sumbu refleksi g
itu sendiri. Sedangkan pada sebuah setengah putaran di P (Sp), maka satu-satunya
titik varian adalah P, sebab Sp(P) = P dan Sp(X) = X’ dengan PX  dan P titik
tengah ruas garis 'XX .
7
Definisi
Sebuah transformasi T yang bersifat bahwa sebuah garis petanya juga garis
dinamakan kolineasi
Karena setiap isometric adalah suatu kolineasi maka refleksi dan setengah putaran
adalah suatu kolineasi. Diantara kolineasi tersebut ada yang disebut dilatasi
Definisi
Suatu kolineasi dinamakan suatu dilatasi  jika untuk setiap garis g berlaku
sifat ∆(𝑔)//𝑔.
Teorema 7.5
Andaikan SA suatu setengah putaran, dan g sebuah garis. Apabila 𝑚 ∉
𝒈, 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝑆𝐎(𝑔)//𝑔
Diketahui : SA sebuah garis g, gA
Buktikan bahwa 𝑆𝐎(𝑔)//𝑔
Bukti :
Misal 𝑃 ∈ 𝑔, 𝑑𝑎𝑛 𝑄 ∈ 𝑔
karena P ∈ g maka A titik tengah PP′
dengan P′
= SA(P)
karena Q ∈ g maka A titik tengah QQ′
dengan Q′
= SA(Q)
Perhatikan ∆APQ′ dan ∆AQP′
Untuk membuktikan bahwa g′ ∕∕ g maka harus ditunjukkan
∆APQ′ dan ∆AQP′ adalah kongruen.
m(< 𝑃𝐎Q′) = m(< 𝑄𝐎P′
) (sudut bertolak belakang)
PA = AP′ ( karena A titik tengah PP′
)
PQ
𝑆𝐎(𝑃) = 𝑃′
𝑔′
= 𝑆𝐎(𝑔)
A
𝑆𝐎(𝑄) = 𝑄′
𝑔
8
QA = AQ ( karena A titik tengah QQ′
)
Menurut definisi kekongruenan (S Sd S)
sehingga ∆APQ′ ≅ ∆AQP′
Karena ∆APQ′
≅ ∆AQP′
maka PQ′
= QP′
Karena PQ′
= QP′
maka g′ ∕∕ g
Jadi, 𝑆𝐎(𝑔)//𝑔
Contoh
Diketahui dua garis g dan h tidak sejajar. A sebuah titik yang tidak terletak pada g
atau h. Tentukan semua titik X pada g dan semua titik Y pada h sehingga A titik
tengah ruas garis XY .
Dipunyai : garis g dan h tidak sejajar
hAgA  ,
Ditanya : tentukan semua XYgahtitik ten, AhYgX 
Jawab :
Ambil gP
Jika  PSP A' maka  gSg A' melalui P’ dan PA=AP’, g’//g
Jika g’ memotong h di Y
Tarik YA memotong g di X
Maka X dan Y pasangan titik yang dicari
Ilustrasi :
Dari contoh di atas, buktikan bahwa X dan Y satu-satunya pasangan yang
memenuhi persyaratan, dan jika tidak menggunakan  gSg A' tapi  hSh A''
apakah akan memperoleh pasangan lain lalu jelaskan hal tersebut
A
g’
g
P
P’
Y
X
h
9
Dipunyai : garis g dan h tidak sejajar
hAgA  , ,
Ditanya : Adb X dan Y satu-satunya pasangan yang memenuhi persyaratan.
Bukti :
Ambil 𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑗𝑎𝑟 ℎ, 𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑘 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 ℎ, 𝑑𝑎𝑛 𝐎 ∉ ℎ
Karena 𝐎 ∉ ℎ, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑆𝐎(ℎ) = ℎ′ ∕∕ ℎ
ℎ′ akan memotong 𝑔 di titik 𝑋, sehingga 𝑋 ∈ ℎ′
karena 𝑆𝐎(ℎ) = ℎ′ ∕∕ ℎ, maka 𝑆𝐎(𝑋) = 𝑌 ∈ ℎ
Karena titik potong dari dua garis atau lebih akan hanya ada satu titik potong,
Maka 𝑋 dan 𝑌 satu-satunya pasangan .
sehingga 𝑋 ∈ ℎ′
, 𝑋 ∈ 𝑔, 𝑋 ∈ 𝑋𝑌, 𝑑𝑎𝑛 𝑌 ∈ ℎ, 𝑌 ∈ 𝑔′
, 𝑌 ∈ 𝑋𝑌
jadi, 𝑋 dan 𝑌 satu-satunya pasangan.
Dipunyai : garis g dan h tidak sejajar
hAgA  , ,  hSh A''
Ditanya : Apakah ada pasangan lain yang memenuhi persyaratan selain X
dan Y.
Bukti :
Teorema 7.6
Hasil kali dua setengah putaran dengan pusat yang berbeda, tidak memiliki
titik tetap
Bukti :
Misal BAVBA  ,,
ℎ ℎ′
𝑔′
𝑔
𝐎
𝑌
𝑋
10
Akan dibuktikan BASS tidak memiliki titik tetap
Misal g = AB
h AB di A, k AB di B
Akan ditunjukkan BASS = khMM
Karena hgA MMS  , kgB MMS 
Maka BASS =   kghg MMMM
  
 
 
  
 
kh
kh
kggh
kggh
kghg
kghg
MM
MIM
MMMM
MMMM
MMMM
MMMM






Akan ditunjukkan BASS tidak memiliki titik tetap
Misal X titik varian BASS
Jadi BASS (X) = X sehingga    XXMM kh 
Jadi
     
     2...)(
1...)(
XMXMMM
XMXMMM
hkhh
hkhh


Dari (1) dan (2) diperoleh
       XMXMXIMXM khkh 
Misal   1XXMk 
(i) Kasus 1 ( 1XX  )
Misal khXX  1
Karena h dan k adalah sumbu ruas garis XX1 dan ruas garis hanya
memiliki satu sumbu maka h=k
Hal ini tidak mungkin sebab BA 
(ii) Kasus 2 ( 1XX  )
Misal 1XX 
Maka Mh(X)=X dan Mk(X)=X
Jadi XhXkX dinberpotongakh,, 
11
Hal ini tidak mungkin sebab h//k
Jadi, tidak mungkin ada sebuah titik X sehingga
      XXSSXMXM BAkh  atau .
Jadi, BASS tidak memiliki titik tetap.
Ilustrasi teorema 7.6
Teorema 7.7
Jika BA  adalah dua titik maka hanya ada satu setengah putaran yang
memetakan A pada B
Bukti :
Dipunyai BA 
Akan dibuktikan   BAST  dengan T titik tengah ruas garis AB
Misal ada dua setengah putaran SD dan SE sehingga     BABASD  ESdan
Jadi    AASD ES
Maka      ASASS DDD E
11
S

Karena S-1
D=SD maka   ASA D ES
Jadi jika ED  , maka berarti bahwa A adalah titik tetap dari EDSS
Hal ini tidak mungkin ada lebih dari satu setengah putaran yang memetakan A
pada B. Satu-satunya setengah putaran adalah ST(A) = B dengan T titik tengah
ruas garis AB
Teorema 7.8
Suatu setengah putaran adalah suatu dilatasi yang bersifat involutorik
Dipunyai titik VP
g
h k
A B
12
Akan dibuktikan
(1) g sebuah garis   ggSP //
(2) ISS PP  dengan I transformasi identitas
Bukti :
(1) Jelas SP(g) = g’ suatu garis.
Misal gBgA  ,
Maka ',' gBgA  dan PA = PA’, PB = PB’
Karena PA = PA’, PB = PB’, dan    ''PBAmAPBm  sehingga
BPAPAB ' (s sd s)
Jelas    BAPmPABm  ''
Jadi g//SP(g) dan SP sebuah dilatasi
(2) Karena     AASASS ppp  ' , maka    gIgSSgA PP 
Jadi, ISS PP  .
Hal ini berarti SP bersifat involuntorik
Dari pernyataan (1) dan (2) diperoleh fakta bahwa SP sebuah dilatasi bersifat
involuntorik. Atau dengan kata lain suatu setengah putaran adalah suatu
dilatasi yang bersifat involutorik.
Ilustrasi :
Teorema 7.9
Apabila T suatu transformasi. H himpunan titik-titik dan A sebuah titik,
maka     HATHTA  1
Bukti :
B
A
B’
A’
P
SP(g)=g’
g
13
Dipunyai T transformasi, H himpunan titik-titik, A sebuah titik
Akan dibuktikan     HATHTA  1
  Ambil  HTA
Jadi  XTAHX 
maka           XXIXTTXTTAT   111
Jadi,   HAT 1
  Ambil   HAT 1
Hal ini berarti       HTAatau1

HTATT
Contoh :
Dipunyai :   164, 22
 yxyxE
Misal A = (4,-3) dan C = (3,1)
g adalah sumbu X
Ditanya : Selidiki apakah  ESMA cg
Jawab :
Jelas   gcgccg MSMSSM   111
Ambil P = (x,y)
Jelas      yxPMyxP g  ,,
Jelas         yxyxPSc  2,61.2,3.2
Jadi          yxyxSPMSPSM cgccg 

2,6,
1
Sehingga            1,232,463,4
11


cgcg SMASM
Karena       EASM cg 

1,2
1
maka berarti bahwa   ESMA cg
Jadi,   ESMA cg
Dengan cara serupa, kita dpat menentukan persamaan peta suatu himpunan
apabila persamaan himpunan tela diketahui.
14
Menurut teorema 7.9,     HATHTA  1
. Jika transformasi T adalah
 ESM cg dengan   164, 22
 yxyxE , maka
      EPSMESMP cgcg 
1
. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
sebelumnya, jika  yxP , maka      yxPSM cg 

2,6
1
Jadi,         164,2,6 221


yxyxyxEPSM cg
Jadi haruslah     16246
22
 yx
Hal ini berarti bahwa      03616124, 22
 yxyxyxPESMP cg
Sehingga diperoleh fakta bahwa 03616124 22
 yxyx adalah persamaan
peta E oleh transformasi cg SM .
Latihan Soal halaman 68
1. Diket : titik A, B, P tak segaris dan berbeda.
Lukis :
a. 𝑆𝐎(𝑃)
b. 𝑅 ∋ 𝑆 𝐵(𝑅) = 𝑃
c. 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝑃)
d. 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝐷)
e. 𝑆𝐎
2
(𝑃)
Lukisan :
a. 𝑆ᒐ(𝑃)
b. 𝑅 ∋ 𝑆 𝐵(𝑅) = 𝑃
𝑆𝐎(𝑃)
B
P
A
15
c. 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝑃)
d. 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃)
e. 𝑆𝐎
2
(𝑃)
2. Diket : garis 𝑔 dan titik 𝐎, 𝐎 ∉ 𝑔
Ditanya :
a) Lukisan garis 𝑔1 = 𝑆𝐎(𝑔) dan mengapa 𝑔 sebuah garis?
b) Buktikan bahwa 𝑔′
//𝑔.
Jawab :
== 𝑆𝐎
2
(𝑃)
𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃)
B
P
A
R
B
P
A
R
𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝑃)
B
P
A
𝑆𝐎(𝑃)
B
P
A
𝑆𝐎(𝑃)
16
a. 𝑔′
= 𝑆𝐎(𝑔)
Karena 𝑔 sebuah garis, maka 𝑆𝐎(𝑔) juga merupakan sebuah garis
(isometri).
b. 𝑔′ ∕∕ 𝑔
Bukti :
𝑃 ∈ 𝑔, 𝑄 ∈ 𝑔
karena 𝑃 ∈ 𝑔 maka A titik tengah 𝑃𝑃′
dengan 𝑃′
= 𝑆𝐎(𝑃)
karena 𝑄 ∈ 𝑔 maka A titik tengah 𝑄𝑄′
dengan 𝑄′
= 𝑆 𝐎(𝑄)
Perhatikan ∆𝐎𝑃𝑄′ 𝑑𝑎𝑛 ∆𝐎𝑄𝑃′
Untuk membuktikan bahwa 𝑔′ ∕∕ 𝑔 maka harus ditunjukkan
∆𝐎𝑃𝑄′ 𝑑𝑎𝑛 ∆𝐎𝑄𝑃′ adalah kongruen.
𝑚(< 𝑃𝐎𝑄′) = 𝑚(< 𝑄𝐎𝑃′
) (sudut bertolak belakang)
𝑃𝐎 = 𝐎𝑃′ ( karena A titik tengah 𝑃𝑃′
)
𝑄′
𝐎 = 𝐎𝑄 ( karena A titik tengah 𝑄𝑄′
)
Menurut definisi kekongruenan (S Sd S)
sehingga ∆𝐎𝑃𝑄′ ≅ ∆𝐎𝑄𝑃′
Karena ∆𝐎𝑃𝑄′
≅ ∆𝐎𝑄𝑃′
maka 𝑃𝑄′
= 𝑄𝑃′
Karena 𝑃𝑄′
= 𝑄𝑃′
maka 𝑔′ ∕∕ 𝑔
3. Diket : ∆𝐎𝐵𝐶 dan jajargenjang 𝑊𝑋𝑌𝑍, K terletak diluar daerah ∆𝐎𝐵𝐶
dan diluar jajargenjang 𝑊𝑋𝑌𝑍.
Ditanya :
a) Lukisan 𝑆 𝐟(∆𝐎𝐵𝐶)
b) Titik J ∋ 𝑆𝐜(𝑊𝑋𝑌𝑍) = 𝑊𝑋𝑌𝑍
Jawab :
a) Lukisan 𝑆 𝐟(∆𝐎𝐵𝐶)
PQ
𝑆𝐎(𝑃) = 𝑃′ 𝑔′
= 𝑆𝐎(𝑔)
A
𝑆𝐎(𝑄) = 𝑄′
𝑔
17
b) 𝑆 (𝑊𝑋𝑌𝑍) = 𝑊𝑋𝑌𝑍
4. Diket : titik-titik A, B, C tak segaris
Lukis :
a) Garis 𝑔 dan ℎ sehingga 𝑀𝑔(𝐵) = 𝐵 dan 𝑆𝐎 = 𝑀𝑔 𝑀ℎ
b) Garis 𝑘 dan 𝑚 sehingga 𝑀−1
𝑘(𝐶) = 𝐶 dan 𝑆𝐎 = 𝑀 𝑘 𝑀 𝑚
Lukisan :
a) 𝑀𝑔(𝐵) = 𝐵 dan 𝑆𝐎 = お 𝑔 𝑀ℎ
b) 𝑀−1
𝑘(𝐶) = 𝐶 dan 𝑆@ = 𝑀 𝑘 𝑀 𝑚
5. Diket : A = (2,3)
Ditanya:
a. SA( C ) apabila C = (2,3)
b. SA( D ) apabila D = (-2,7)
c. SA( E ) apabila E= (4,-1)
d. SA( P ) apabila P = (x,y)
Jawab:
W X
YZ
C’ A’
B’
K
B
CA
𝑔
𝐎
ℎ
𝐵
18
a. C = (2,3)
SA( C ) = (2.2 - 2, 2.3 - 3)
= (2,3)
b. D = (-2,7)
SA( D ) = (2.2-(-2), 2.3-7)
= (6,-1)
c. E= (4,-1)
SA( E ) = (2.2-4, 2.3-(-1))
= (0,7)
d. P = (x,y)
SA( P ) = (2.2-x, 2.3-y)
= (4-x, 6-y)
6. Diket : B = (1, -3)
Tentukan :
a. SB(D) apabila D (-3, 4)
b. E apabila SB(E) = (-2, 5)
c. SB(P) apabila P = (x, y)
Jawab :
a. D (-3, 4)
SB(D) = (2.1-(-3), 2.(-3)-4)
= (5, -10)
b. SB(E) = (-2, 5)
Misal E = (x, y)
Maka, 2.1 - x = -2 2.(-3) - y = 5
⇔2 – x = -2 ⇔ -6 - y = 5
⇔ x = 4 ⇔ y = -11
jadi, E = (4, -11)
c. P= (x, y)
SB(P) = (2.1- x, 2.(-3) - y)
= (2 - x, - 6 - y)
7. Diket : D = (0, -3) dan B = (2, 6)
a. SB(B) = (2.2 - 2, 2.6 - 6)
19
= (2, 6)
SDSB(B) = SD(2,6)
= (2.0 - 2, 2.(-3) – 6)
= (-2, -12)
b. K = (1, -4)
SB(K) = (2.2-1, 2.6 - (-4)
= (3, 16)
SDSB(K) = SD(3,16)
= (2.0 - 3, 2.(-3) - 16)
= (-3, -22)
c. SD(K) = (2.0 - 1, 2.(-3) - (-4))
= (-1, -2)
SBSD(K) =SB(-1, -2)
= (2.2 - (-1), 2.6 - (-2))
= (5, 14)
d. Menurut teorema 7.3
jika SA setengah putaran, maka S-1
A = SA
maka, SD
-1
(K) = SD(K) = (-1,-2)
Dan, SB
-1
(K) = SB(K)
Sehingga, (SDSB)-1
(K) = SB
-1
SD
-1
(K)
= SB
-1
(-1, -2)
= SB(-1, -2)
= (2.2 - (-1), 2.6 - (-2))
= (5, 14)
e. P = (x, y)
SB(P) = (2.2 – x, 2.6 – y)
= (4 – x, 12 – y)
SDSB(P) = SD(4 – x, 12 – y)
= (2.0 – (4 – x), 2.(-3) – (12 – y))
= ( - 4 + x, - 6 – 12 + y)
=(x - 4, y - 18)
8. Diket : C = (−4,3)
20
𝑔 = {(𝑥, 𝑊)|𝑊 = −𝑥}
Tentukan :
a. 𝑀𝑔 𝑆𝑐(2, −1)
b. 𝑀𝑔 𝑆 𝐶(𝑃) jika 𝑃(𝑥, 𝑊)
c. (𝑀 𝑔 𝑆 𝐶)−1(𝑃), apakah 𝑀𝑔 𝑆𝑐 = 𝑆𝑐 = ᒐ 𝑐 𝑀𝑔?
Jawab :
a. 𝑀𝑔 𝑆𝑐(2, −1) = 𝑀𝑔(2. (−4) − 2,2.3— 1)
= 𝑀𝑔(−10,7)
= (−7,10)
b. 𝑃(𝑥, 𝑊)
𝑀𝑔 𝑆 𝐶(𝑃) = 𝑀𝑔(2. (−4) − 𝑥, 2.3 − 𝑊)
= 𝑀𝑔(−8 − 𝑥, 6 − 𝑊)
= (𝑊 − 6, 𝑥 + 8)
c. (𝑀 𝑔 𝑆 𝐶)−1(𝑃) = (𝑆 𝐶
−1
𝑀𝑔
−1
)(𝑃)
Berdasarkan teorema 7.3 dan 6.3 diperoleh 𝑆𝐎
−1
= 𝑆𝐎 dan
𝑀𝑔
−1
= 𝑀𝑔, sehingga diperoleh
(𝑀 𝑔 𝑆 𝐶)−1(𝑃) = (𝑆 𝐶
−1
𝑀𝑔
−1
)(𝑃)
= (𝑆 𝐶 𝑀𝑔)(𝑃)
= 𝑆 𝐶 𝑀 𝐺(階, 𝑌)
= 𝑆 𝐶(−𝑊, −𝑥)
= (2. (−4)— 𝑊), 2.3— 𝑥
= (𝑊 − 8, 6 + 𝑥)
9. a. SA(K) = SA(J)
Misal K = (x, y), A = (a, b), J = (u, v)
SA(K) = (2a − x, 2b − y)
SA(K) = (2a − u, 2b − v)
Karena SA(K) = SA(J) sehingga
2a − x = 2a − u
⇔ −x = −u
21
⇔ x = u
dan
2b − y = 2b − v
⇔ −y = −v
⇔ y = v
Sehingga K(x, y) = J(u, v)
Jadi K = J
b. SA(D) = SB(D)
Misal 𝐎 = (𝑎, 𝑏)
𝐵 = (𝑐, 𝑑)
𝐷 = (𝑥, 𝑊)
Karena SA(D) = SB(D)
maka (2𝑎 − 𝑥, 2𝑏 − 𝑊) = (2𝑐 − 𝑥, 2𝑑 − 𝑊)
diperoleh 2𝑎 − 𝑥 = 2𝑐 − 𝑥
⇔ 2𝑎 = 2𝑐
⇔ 𝑎 = 𝑐
dan 2𝑏 − 𝑊 = 2𝑑 − 𝑊
⟺ 2𝑏 = 2𝑑
⟺ 𝑏 = 𝑑
Karena 𝑎 = 𝑐 dan 𝑏 = 𝑑
Maka (𝑎, 𝑏) = (𝑐, 敡) sehingga 𝐎 = 𝐵
Jadi dapat ditarik suatu akibat yaitu 𝐎 = 𝐵
c. SA(E) = E ⟹ Misal A(a, b), E(x, y)
SA(E) = (2a − x, 2b − y)
Karena SA(E) = E maka
(2a − x, 2b − y) = (x, y)
diperoleh
2a − x = x
⟺ 2a = 2x
⟺ a = x
dan
2b − y = y
22
⟺ 2b = 2y
⟺ b = y
Sehingga A(a, b) = E(x, y)
Jadi A = E
10. a) Dipunyai : ABBA SSSSBA  ,
Ditanya : selidiki apakah pernyataan tersebut benar
Jawab :
Ambil     ),(,,,, yxPVdcBVbaA 
 
    
   1...22,22
22,22
2,2
ydbxca
ydbxca
ydxcSA



 
    
 
   2...22,22
22,22
22,22
2,2
ydbxca
ybdxac
ybdxac
ybxaSB




Dari (1) dan (2) diperoleh fakta bahwa
   
ABBA SSSS
ydbxcaydbxca

 22,2222,22
Jadi, ABBA SSSSBA  , merupakan pernyataan yang salah
b) Dipunyai : setiap setengah putaran adalah suatu isometric langsung
Ditanya : selidiki apakah pernyataan tersebut benar
Jawab :
Menurut definisi suatu transformasi isometric langsung apabila
transformasi itu mengawetkan orientasi.
Ambil tiga titik tak segaris      feCdcBbaA ,,,,, dan tiga titik tersebut
membentuk segitiga ABC
Akan ditunjukan ABC orientasinya sama dengan A’B’C’ dengan
A’=T(A),B’=T(B), C’=T(C)
Misal P(x,y) titik pusat setengah putaran
 PSS BA
 PSS AB
23
c) Dipunyai :    hSSgSShg BABA 
Ditanya : selidiki apakah pernyataan tersebut benar
Jawab :
d) Dipunyai :     ABBABSBASA AB 2, 1111 
Ditanya : selidiki apakah pernyataan tersebut benar
Jawab :
Ambil    2211 ,,, yxByxA
   2
21
2
21 yyxxAB 
     
     2121221
1212111
2,2,
2,2,
yyxxyxSBSB
yyxxyxSASA
AA
BB


         
   
   
   
   
AB3
3
99
3333
2222
2222
2
12
2
12
2
12
2
12
2
12
2
12
2
2112
2
2112
2
2112
2
211211






yyxx
yyxx
yyxx
yyyyxxxx
yyyyxxxxBA
Jadi,     ABBABSBASA AB 3, 1111 
Jadi,     ABBABSBASA AB 2, 1111  merupakan pernyataan salah
e) Dipunyai :     PPSggSPAgPgA AA  ,,,
Ditanya : selidiki apakah pernyataan tersebut benar
Jawab :
Jelas gAP 
Ambil A(a,b), P(x,y)
Akan ditunjukan bahwa     PPSggS AA  ,
   
   yxPPS
gPybxaPS
A
A
,Jadi,
'2,2


Karena gA , maka       ggSgPPSgAAS AAA  ',
24
Jadi,     PPSggSPAgPgA AA  ,,, merupakan pernyataan
salah.
11. Diket: A = (−1,0)
Ditanya: Tentukan persamaan garis-garis 𝑔 dan ℎ sehingga
𝐵(3,4) ∈ 𝑔 dan 𝑆𝐎 = 𝑀𝑔 𝑀ℎ
Jawab:
𝑆𝐎 = 𝑀𝑔 𝑀ℎ ⇒ 𝑔 ⊥ ℎ ⇒ 𝑚 𝑔. 𝑚ℎ = −1 ⟺ 𝑚 𝑔 =
1
𝑚ℎ
misal 𝑔 ⟹ 𝑊 = 𝑚 𝑔 𝑥 + 𝐶
ℎ ⟹ 𝑊 = 𝑚ℎ 𝑥 + 𝐶
titik potong g dan h ada di A(−1,0)
A titik potong g dan h
B(3,4) ∈ g
Sehingga A dan B ∈ g
Persamaaan garis g melalui A(−1,0) dan B(3,4)
g:
y − y1
y2 − y1
=
x − x1
x2 − x1
⇔
y − 4
0 − 4
=
x − 3
−1 − 3
⇔
y − 4
−4
=
x − 3
−4
⟺ y − 4 = x − 3
⟺ y = x + 1 ⟹ mg = 1
Karena mg. mh = −1 dan mg = 1 maka mh = −1
h melalui (−1,0) dan bergradien -1
y − y1 = m(x − x1)
y − 0 = −1(x + 1)
y = −x − 1
Jadi g: y = x + 1
h: y = −x − 1
13. Diketahui : titik VBA , , garis g
25
Titik R,S,T berbeda dan tak segaris sehingga ganda (R,S,T)
memiliki orientasi positif
Ditanya : Apakah dapat dikatakan tentang peta ganda tersebut oleh
transformasi :
a. SA
b. SA SB
c. MgSA
d. SAMgSB
e. S-1
A
f. (MgSB)-1
Selesaian :
14. Diketahui:tiga titik A, B, C
Buktikan:(𝑆𝐎 𝑆 𝐵)−1
= 𝑆 𝐵 𝑆𝐎
Bukti:
Adb (𝑆𝐎 𝑆 𝐵)−1
= 𝑆 𝐵 𝑆𝐎
(𝑆𝐎 𝑆 𝐵)−1
= 𝑆 𝐵
−1
𝑆𝐎
−1
Menurut teorema 7.3 “𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑆𝐎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑆𝐎
−1
= 𝑆𝐎”
Jadi SB
−1
= SB dan SA
−1
= SA
Karena 𝑆 𝐵
−1
= 𝑆〱 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝐎
−1
= 𝑆𝐎
Maka (𝑆𝐎 𝑆 𝐵)−1
= 𝑆 𝐵
−1
𝑆𝐎
−1
= 𝑆 𝐵 𝑆𝐎
Jadi, terbukti bahwa (SASB)−1
= SBSA
15. Diketahui : MgSA, MgSAMh, SAMh,SB, T-1
SA dengan T suatu transformasi
sebarang
Ditanya : tentukan dan sederhanakan balikannya
Selesaian :
a)   hhgghgAgAAg MIMMMMMSMSSM 
 11111
b)       ISSSSSSSMMMSM AAAAAAAhghAg 
 111111
c)        AhBAhBhABBhABhA SMSSMSMSSSMSSMS
11111111 

26
gBghhBAhB MSMMMSSMS   11
Jadi,   gBBhA MSSMS 
1
    TSTSST AAA 
 11111
16. a. Apabila A=(0,0), B=(-4,1), tentukanlah K sehinga 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝐟) = (6,2)
b. Apabila 𝑀𝑔 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑅, nyatakan kootdinat P dengan koordinat-
koordinat R
Penyelesaian:
a. Diket : A=(0,0), B=(-4,1)
Ditanya : tentukanlah K sehinga 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝐟) = (6,2)
Jawab :
Misal 𝐟 = (𝑥, 𝑊)
𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝐟) = (6,2)
⇔ 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝑥, 𝑊) = (6,2)
⇔ 𝑆𝐎(2. (−4) − 𝑥, 2.1 − 𝑊) = (6,2)
⇔ 𝑆𝐎(−8 − 𝑥, 2 − 𝑊) = (6,2)
⇔ (2.0 − (−8 − 𝑥), 2.0 − (2 − 𝑊) = (6,2)
⇔ (8 + 𝑥, 𝑊 − 2) = (6,2) ⇒ 8 + 𝑥 = 6 ⇔ 𝑥 = −2
𝑊 − 2 = 2 ⇔ 𝑊 = 4
Jadi, 𝐟(−2,4)
b. Diket : 𝑀𝑔 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑅
Ditanya : nyatakan kootdinat P dengan koordinat-koordinat R
Jawab :
17. Diket: Titik 𝐎(−1,4)
Garis 𝑔 = {(𝑥, 𝑊)|𝑊 = 2𝑥 − 1}
Garis ℎ = {(𝑥, 𝑊)|𝑊 = −4𝑥}
Ditanya:
a. Persamaan 𝑆𝐎(𝑔) = 𝑔′
?
27
b. Persamaan 𝑆𝐎(ℎ) = ℎ′
?
c. Persamaan 𝑆𝐎(𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥)?
d. Apakah titik (−5,6) terletak pada 𝑆𝐎(𝑔) ? jelaskan !
Jawab:
a. Ambil titik 𝐺(1,1) ∈ 𝑔
曯 𝐎(𝑔) = 昹
′
, 𝐺 ∈ 𝑔, 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝐎(𝐺) = 𝐺′
Maka 𝐺′
∈ 𝑔′
𝑆𝐎(𝐺) = (2. (−1) − 1, 2.4 − 1)
= (−3, 7) = 𝐺′
∈ 𝑔′
Menurut teorema 7.5 maka 𝑔′
∕/𝑔
sehingga 𝑚𝑔′
= 𝑚𝑔 = 2
jadi, persamaan 𝑔′ melalui 𝐺′(−3, 7) dengan 𝑚=2
𝑊 − 𝑊1 = 𝑚(𝑥 − 𝑥1)
𝑊 − 7 = 2(𝑥— 3)
階 − 7 = 2𝑥 + 6
𝑊 = 2〰 + 13
Jadi, 𝑔′
= {(𝑥, 𝑊)| 𝑊 = 2𝑥 + 13}
b. Kasus I
Ambil titik 𝐻 = 𝐎
𝐻(−1,4) ∈ ℎ
SA(h) = h′
, H ∈ h, dan SA(H) = H′
Maka H′ ∈ h′
SA(H) = (2. (−1) − (−1), 2.4 − 4)
= (−1, 4) = H′
∈ h′
Menurut teorema 7.5 maka h′
∕/h
sehingga mh′
= mh = −4
jadi, persamaan h′ melalui G′(−1, 4) dengan m = −4
y − y1 = m(x − x1)
y − 4 = −4(x − (−1))
y − 4 = −4x − 4
y = −4x
Jadi, h′
= {(x, y)|y = −4}
28
Kasus II
Ambil titik 𝐻 ≠ 𝐎
𝐻(1, −4) ∈ ℎ
SA(h) = h′
, H ∈ h, dan SA(H) = H′
Maka H′ ∈ h′
SA(H) = (2. (−1) − 1, 2.4 − (−4))
= (−3, 12) = H′
∈ h′
Menurut teorema 7.5 maka h′
∕/h
sehingga mh′
= mh = −4
jadi, persamaan h′ melalui G′(−3, 12) dengan m = −4
y − y1 = m(x − x1)
y − 12 = −4(x − (−3))
y − 12 = −4x − 12
y = −4x
Jadi, h′
= {(x, y)|y = −4}
c. Sumbu 𝑥 ⇒ 𝑊 = 0 ⇒ 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑔
Ambil titik 𝐺(1,0) ∈ 𝑔 dan SA(𝑔) = 𝑔′
Maka SA(𝐺) = 𝐺′
= (2. (−1) − 1, 2.4 − 0) = (−3,8)
Sehingga 𝐺′
∈ g′
Karena 𝑔//𝑔′ ⇒ 𝑚𝑔 = 𝑚𝑔′
= 0
Persamaan himpunan melalui (−3,8) dengan 𝑚 = 0
𝑊 − 𝑊1 = 𝑚(𝑥 − 𝑥1)
⇔𝑊 − 8 = 0(𝑥 + 3)
⇔ 𝑊 = 8
Jadi, persamaan himpunan 𝑆𝐎(𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥) adalah 𝑊 = 8
d. 𝑆𝐎(𝑔) = 𝑔′
= {(𝑥, ᒐ)|@ = 2𝑥 + 13}
𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 = −5 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑊 = 2. (−5) + 13 = 3 ≠ 6
Jadi (−5,6) tidak terletak pada 𝑆𝐎(𝑔)
18. Diket: C = {(x, y)|x2
+ (y − 3)2
= 4
𝑔 = {(𝑥, 𝑊)|𝑊 = 𝑥}
𝐎(3,2)
29
Ditanya: Apakah 𝐷(2,5) ∈ 𝑀𝑔 𝑆𝐎(𝐶)?
Jawab:
𝐶 = {(𝑥, 𝑊)|𝑥2
+ (𝑊 − 3)2
= 4 dengan pusat 𝑀(0,3) dan berjari-jari 2
𝐎(3,2)
𝑆𝐎(𝑀) = 𝑀′
= (2.3 − 0,2.2 − 3) = (6,1)
𝑆𝐎(𝐶) = 𝐶′
𝐶′ adalah lingkaran dengan pusat M′
(6,1), jari-jari 2
Sehingga 𝐶′
= {(𝑥, 𝑊)|(𝑥 − 6)2
+ (𝑊 − 1)2
= 4}
𝑀𝑔(𝐶′) = 𝐶′′
⟺ 𝑀𝑔(6,1) = (1,6)
Jadi M′′(1,6) adalah pusat lingkaran C′′
𝐶′′
= (𝑥 − 1)2
+ (𝑊 − 6)2
= 4
Jadi, MgSA(C) = C′′
= (x − 1)2
+ (y − 6)2
= 4
Jika x = 2, dan y = 5
Maka (2 − 1)2
+ (5 − 6)2
= (1)2
+ (−1)2
= 1 + 1 = 2 ≠ 4
Jadi, D(2,5) ∉ MgSA(C)
20. Diket : 𝑔 = {(𝑥, 𝑊)|𝑊 = 5𝑥 + 7}
𝑃 = (−3,2)
Ditanya : 𝑆 𝑃(𝑔) = 𝑔′
?
Jawab:
Ambil sebarang titik 𝐎(𝑥, 𝑊) ∈ 𝑔
𝑥 = −1 ⇒ 𝑊 = −5 + 7 = 2
Misal 𝐎(−1,2), 𝐎 ∈ 𝑔
𝑆 𝑃(𝐎) = (2. (−3)— 1,2.2 − 2)
= (−6 + 1,4 − 2)
= (−5,2) = 𝐎′ ⟹ 𝐎′ ∈ 𝑔′
𝑔//𝑔′ ⟹ 𝑚 𝑔 = 𝑚 𝑔′ = 5
俎 − 𝑊1 = 𝑚(𝑥 − 𝑥1)
⇔ 𝑊 − 2 = 5(𝑥 + 5)
⇔ 𝑊 − 2 = 5𝑥 − 25
⇔ 𝑊 = 5𝑥 + 27
30
Jadi, 𝑆 𝑃(𝑔) = 𝑔′
= {(𝑥, 𝑊)|𝑊 = 5𝑥 + 27)
Tugas halaman 74
1. Diketahui : titik A dan B, garis 𝑔 ∋ 𝐎 ∉ 𝑔, 𝐵 ∉ 𝑔
Lukis :
a. 𝑔′
= 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝑔)
b. Garis 𝑘 ∋ 쭔 𝐎 𝑆 𝐵(𝑘) = 𝑔
c. Garis ℎ ∋ 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(ℎ) = ℎ
Lukisan :
a. 𝑔′
= 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(逜)
b. Garis 𝑘 ∋ 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝑘) = 𝑔
𝑔 = 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝑘)
𝑆 𝐵(𝑘)
𝐎 𝑘
𝑔′ = 𝑆 𝐎㉹ 𝐵
(𝑔)
𝑔 𝑆 𝐵(𝑔)
𝐵
𝐎
棚
31
c. Garis ℎ ∋ 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(ℎ) = ℎ
2. Diketahui : garis g dan h berpotongan. Titik A dan B tidak terletak pada garis
g dan h.
Lukis :
a. 𝑀𝑔 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(ℎ)
b. 昰 ∋ 𝑆𝐎 𝑆 𝐵 𝑀ℎ(ℎ) = 𝑔
Lukisan :
a. 𝑀𝑔 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(ℎ)
b. 𝑘 ∋ 𝑆𝐎 𝑆 𝐵 𝑀ℎ(ℎ) = 𝑔
3. Diketahui : 𝑔 = {(𝑥, 𝑊)│2𝑥 − 5𝑊 = 4} dan 𝐎 = (1,4)
Ditanya :
a. apakah 𝐶(−1,6) ∈ 𝑔′
= 𝑆𝐎(𝑔)
b. persamaan 𝑔′
Jawab :
a. 𝑔 ∶ 2𝑥 − 5𝑊 = 4
Karena 𝑔′
= 𝑆𝐎(𝑔) dan 𝐎 = (1,4) ∉ 𝑔 maka menurut teorema 7.5, 𝑔//𝑔′.
𝑔
ℎ
𝐵
𝐎
32
Untuk mengetahui apakah 𝐶(−1,6) ∈ 𝑔′
= 𝑆𝐎(𝑔) maka harus dicari
𝑆𝐎(𝐶) = (𝑥, 𝑊) lalu diselidiki apakah (𝑥, 𝑊) ∈ 𝑔
Menurut teorema 7.4 maka
𝑆𝐎(𝐶) = (2.1— 1,2.4 − 6)
⇔ (𝑥, 𝑊) = (2 − 1,8 − 6)
⇔ (𝑥, 𝑊) = (1,2)
Maka diperoleh 𝑥 = 1, 𝑊 = 2
Substitusikan nilai 𝑥 dan 𝑊 ke persamaan 𝑔
Diperoleh 2.1 − 5.2 = 2 − 10 = −8
Karena (𝑥, 𝑊) tidak memenuhi persamaan 𝑔 maka (𝑥, 𝑊) = 𝑆𝐎(𝐶) ∉ 𝑔
maka 𝐶 ∉ 𝑔′
= 𝑆𝐎(𝑔)
b. Untuk menentukan persamaan 𝑔′ maka dihitung gradien 𝑔′ dan diambil
salah satu titik 𝑃 ∈ 𝑔, misalnya 𝑃 = (7,2)
Maka 𝑆𝐎(𝑃) = (2.1 − 7,2.4 − 2)
⇔ 𝑆𝐎(𝑃) = (2 − 7,8 − 2)
⇔ 𝑆𝐎(𝑃) = (−5,6)
Karena 𝑃 ∈ 𝑔 dan 𝑔′
= 𝑆𝐎(𝑔) maka 𝑆𝐎(𝑃) ∈ 𝑔′.
𝑔 ∶ 2𝑥 − 5𝑊 = 4 maka gradient 𝑔 adalah
2
5
𝑔′
= 𝑆𝐎(𝑔) sehingga 𝑔//𝑔′ maka gradien 𝑔 = gradien 𝑔′
=
2
5
𝑊 − 7 =
2
5
(𝑥 − 2)
⇔ 𝑊 = 7 +
2
5
𝑥 −
2
5
. 2
⇔ 𝑊 = 7 +
2
5
𝑥 −
4
5
⇔ 𝑊 =
2
5
𝑥 +
31
5
⇔ 5𝑊 = 2𝑥 + 31
⇔ −2𝑥 + 5𝑊 = 31
Jadi, persamaan garis 𝑔′ adalah −2𝑥 + 5𝑊 = 31.
4. Diketahui :𝑔 = {(𝑥, 𝑊)│3𝑥 + 2𝑊 = 4} dan 𝐎 = (−2,1)
33
Ditanya :
a. 𝑘 ∋ 𝐷 = (3, 𝑘) ∈ 𝑔′
= 𝑆𝐎(𝑔)
b. Persamaan 𝑔′
c. Persamaan ℎ ∋ 𝑆𝐎(ℎ) = 𝑔
Jawab :
a. Untuk menentukan 𝑘 maka diambil titik 𝑃 = (𝑥, 𝑊) ∈ 𝑔 sehingga
2. −2 − 𝑥 = 3
⇔ −4 − 𝑥 = 3
⇔ 𝑥 = −7
Substitusikan 𝑥 = −70 pada persamaan 𝑔 maka 3𝑥 + 2𝑊 = 4
⇔ 3. −7 + 2𝑊 = 4
⇔ −21 + 2𝑊 = 4
⇔ 2𝑊 = 25
⇔ 𝑊 =
25
2
Maka 𝑃 = (𝑥, 𝑊) = (−7,
25
2
)
Karena 𝑃 = (−7,
25
2
) dan 𝐎 = (−2,1) maka menurut teorema 7.4 maka
𝑆𝐎(𝑃) = (2. −2— 7), 2.1 −
25
2
⇔ (3, 𝑘) = (−4 + 7,2 −
25
2
)
⇔ (3, 𝑘) = (3, −
21
5
)
Sehingga diperoleh 𝑘 = −
21
5
b. Untuk menentukan persamaan 𝑔′ maka harus ditentukan gradien 𝑔′
Karena 𝑔′
= 𝑆𝐎(𝑔) maka menurut teorema 7.5 𝑔//𝑔′ sehingga gradien
𝑔 = gradien 𝑔′
𝑔 ∶ 3𝑥 + 2𝑊 = 4 maka gradien 𝑔 adalah −
3
2
sehingga gradien 〱
′
= −
3
2
Berdasarkan jawaban soal a, maka 𝐷 = (3, −
21
5
) ∈ 𝑔′
Sehingga persamaan ᒐ′ adalah
𝑊 − 3 = −
3
2
(𝑥—
21
5
)
34
⇔ 𝑊 = −
3
2
(𝑥 +
21
5
) + 3
⇔ 𝑊 = −
3
2
𝑥 −
3
2
.
21
5
⇔ 𝑊 = −
3
2
𝑥 −
63
10
⇔ 10𝑊 = −15ㄎ − 63
⇔ 15𝑥 + 10𝑊 = 63
Jadi, persamaan 𝑔′ adalah 15𝑥 + 10𝑊 = 63.
c. 𝑆_(ℎ) = 𝑔 maka 𝑆−1
𝐎(𝑔) = ℎ
Menurut teorema 7.3 ᒐ−1
𝐎 = 𝑆𝐎 sehingga 𝑆−1
𝐎(𝑔) = 𝑆𝐎(𝑔) = ℎ
Dari jawaban soal b, 𝑔′
= 𝑆𝐎(𝑔) artinya 𝑔′
= 𝑆𝐎(𝑔) = ℎ sehingga
diperoleh 𝑔′
= ℎ
maka persamaan ℎ = persamaan 𝑔′ yaitu 15𝑥 + 10𝑊 = 63
Jadi, persamaan ℎ adalah 15𝑥 + 10𝑊 = 63.
5. Diketahui : kurva 𝑘 = {(𝑥, 𝑊)│@ = 𝑥2
} dan titik 𝐎 = (3,1)
Ditanya :
a. Apakah 𝐵 = (3, −7) ∈ 𝑘′
= 𝑆𝐎(𝑘)
b. Persamaan kurva 𝑘′
Jawab :
a. Untuk menyelidiki apakah 𝐵 = (3, −7) ∈ 𝑘′
= 𝑆𝐎(𝑘) maka harus dihitung
𝑆𝐎(𝐵)
Misalkan 𝑆𝐎(𝐵) = (𝑥′
, 𝑊′
) sehingga menurut teorema 7.4 diperoleh
𝑆𝐎(𝐵) = (2.3 − 3,2.1— 7)
⇔ (𝑥′
, 𝑊′) = (6 − 3,2 + 7)
⇔ (𝑥′
, 𝑊′) = (3,9)
Maka 𝑥′
= 3, 𝑊′
= 9
Substitusikan (𝑥′
, 𝑊′) = (3,9) ke persamaan 𝑘
diperoleh 9 = 32
memenuhi persamaan 𝑘 maka (𝑥′
, 𝑊′
) ∈ 𝑘
Karena 𝑆𝐎(𝐵) = (𝑥′
, 𝑊′
) ∈ 𝑘 dan 𝑘′
= 𝑆𝐎(𝑘) maka 𝐵 ∈ 𝑘′
Jadi, 𝐵 = (3, −7) ∈ 𝑘′
= 𝑆𝐎(𝑘)
35
b. Untuk menentukan persamaan 𝑘′ maka harus ditentukan koordinat titik
puncak kurva 𝑘′
Karena 𝑘 = {(𝑥, 𝑊)│𝑊 = 𝑥2
} maka titik puncak 𝑘 adalah (0,0) dan titik
fokus kurva 𝑘 adalah (0,
1
4
)
Misalkan titik puncak 𝑘 adalah titik 𝑀 maka 𝑀 = (0,0) sehingga menurut
teorema 7.4,
𝑆𝐎(𝑀) = (2.3 − 0,2.1 − 0) = (6,2)
Karena 𝑀 ∈ 𝑘 dan 𝑘′
= 𝑆𝐎(𝑘) maka 𝑆𝐎(𝑀) ∈ 𝑘′ dan karena 𝑀 adalah
titik puncak å°  maka 𝑆𝐎(𝑀) = (6,2) titik puncak 𝑘′.
Misalkan titik fokus 𝑘 adalah 𝑃 maka 𝑃 = (0,
1
4
) sehingga menurut
teorema 7.4,
𝑆𝐎(𝑃) = (2.3 − 0,2.1 −
1
4
) = (6,
7
4
)
Karena 𝑃 ∈ 𝑘 dan 𝑘′
= 𝑆𝐎(𝑘) maka 𝑆𝐎(𝑃) ∈ 𝑘′ dan karena 𝑃 adalah titik
fokus 𝑘 maka _ 𝐎(𝑃) = (6,
7
4
) titik fokus 𝑘′
Sehingga diperoleh titik puncak 𝑘′ adalah (6,2) dan titik puncak 𝑘′ adalah
(6,
7
4
) maka kurva 𝑘′ menghadap ke bawah sehingga persamaan kurva 𝑘′
adalah
(𝑥 − 6)2
= −4. −
1
4
(𝑊 − 2)
⇔ 𝑥2
− 12𝑥 + 36 = 𝑊 − 2
⇔ 𝑊 = 𝑥2
− 12《 + 38
Jadi, persamaan kurva 𝑘′
= 𝑆𝐎(𝑘) adalah 𝑊 = 𝑥2
− 12𝑥 + 38.
6. Diketahui :            kSMkxCyyxgAyyxk Agx
 ',6,,0,,0,2,, 1
Ditanya : a) nilai x sehingga 'kC  ; b) persamaan 'k
Selesaian :
a) Ambil P(m,n)
          nmnmMnmMnmSMPSM ggAgAg ,4,4,22, 
Hal ini berarti bahwa
36
    
























x
x
x
xM
x
xM
x
xSMkSM ggAgAg
1
,4
1
,4
1
,22
1
,
Maka
6
1
6
1
 x
x
yc ,
6
23
6
1
4 cx
Jadi, nilai x sehingga 'kC  adalah
6
23
b) Misal 'kD
Untuk nilai x = 1, maka   '1,3
1
1
,14 kD 






Maka untuk mencari persaman 'k dapat diperoleh dari dua titik yaitu
   1,3dan6,6
23
DC
176
2366
5
236
5
6
6
2318
6
236
5
6
6
23
3
6
23
61
6
12
1
12
1

























xy
xy
xy
x
y
x
y
xx
xx
yy
yy
7. Diketahui : Q titik tengah PR
Ditanya : Buktikan bahwa QRPQ SSSS 
Bukti :
Ambil A(x,y), P(a,b), R(c,d), Q(e,f)
Karena Q titik tengah PR , maka    dbfcae  2
1
2
1
,
                ybdbxacaybxaSyxSSASS QPQPQ  22,222,2, 2
1
2
1
 ydbxca  ,
37
a.             ydbdxcacydbxcaSyxSSASS RQRQR  2,22,2, 2
1
2
1
 ydbxca  3,3 Nilai 𝑥 ∋ 𝐶 = (𝑥, 6) ∈ 𝑘′
= 𝑀𝑔 𝑆𝐎(𝑘)
b. Persamaan 𝑘′
Jawab :
a. Untuk menyelidiki apakah 𝑥 ∋ 𝐶 = (𝑥, 6) ∈ 𝑘′
= 𝑀𝑔 𝑆𝐎(𝑘) maka harus
diambil
b. Untuk mencari persamaan 𝑘′ maka
8. Diketahui : 𝐶 = (2, −1), 𝑔 = {(𝑥, 𝑊)│𝑊 = 𝑥}, ℎ = {(𝑥, 𝑊)│𝑊 = 3𝑥 − 2}
Ditanya : persamaan garis 𝑘 = 𝑆 𝐶 𝑀𝑔(ℎ)
Jawab :
Ambil titik 𝐎 (2,4) ∈ ℎ
Maka 𝑀𝑔(𝐎) = 𝑀𝑔(2,4) = (4,2) = 𝐎′
Karena 𝑀𝑔(ℎ) = ℎ′
, 階 ∈ ℎ, 𝑑𝑎𝑛 𝑀𝑔(𝐎) = 𝐎′
Maka 𝐎′ ∈ ℎ′
Mencari titik potong garis 𝑔 dan garis ℎ
ℎ: 𝑊1 = 3𝑥 − 2
𝑔: 𝑊2 = 𝑥
Titik potong garis _ dan garis ℎ adalah
𝑊1 = 𝑊2
3𝑥 − 2 = 𝑥
2𝑥 = 2
𝑥 = 1
Maka, 𝑊 = 1
Jadi, titik potong garis 𝑔 dan garis ℎ adalah di (1,1)
Karena 𝑀𝑔(ℎ) = ℎ′
Maka (1,1) ∈ ℎ′
Sehingga garis ℎ′
melalui titik (4,2) dan titik (1,1)
𝑊2 − 𝑊1
𝑊 − 𝑊1
=
𝑥2 − 𝑥1
𝑥 − 𝑥1
1 − 2
𝑊 − 2
=
1 − 4
𝑥 − 4
38
−1
𝑊 − 2
=
−3
𝑥 − 4
−3𝑊 + 6 = −𝑥 + 4
−3𝑊 + 𝑥 = −2
𝑥 − 3𝑊 + 2 = 0
Jadi persamaan ℎ′
: 𝑥 − 3𝑊 + 2 = 0
Ambil titik 𝐵 = (7,3) ∈ ℎ′
Maka 𝑆 𝐶(𝐵) = 𝑆 𝐶(7,3)
= (2.2 − 7,2. (−1) − 3)
= (−3, −5) = 𝐵′
Karena 𝑘 = 𝑆 𝐶 𝑀𝑔ℎ
Atau 𝑘 = 𝑆 𝐶(ℎ′), 𝐵 ∈ ℎ′
dan 𝑆 𝐶(𝐵) = 𝐵′
Maka 𝐵′ ∈ 𝑘
Sehingga 𝑘 melalui 𝐵′
= (−3, −5) dan 𝑘//ℎ′
dengan 𝑚 =
1
3
− 𝑊1 = 𝑚(𝑥 − 𝑥1)
𝑊 + 5 =
1
3
(𝑥 + 3)
𝑊 + 5 =
1
3
𝑥 + 1
ᒐ =
1
3
𝑥 − 4
3𝑊 = 𝑥 − 12
Jadi persamaan garis 𝑘 = 𝑆 𝐶 𝑀𝑔(ℎ) adalah 3𝑊 = 𝑥 − 12.
9.a)Diketahui : garis g dan h
Ditanya : buktikan jika g//h maka transformasi MgMh tidak memiliki titik
tetap
Bukti :
Misal AA ''
Jelas     ''' AAMAMM ghg 
Karena g//h maka AA '' sehingga   'AAMM hg 
Hal ini sebuah kontradiksi
39
Maka pengandaian harus dibatalkan.
Karena menurut definisi A dinamakan titik tetap transformasi T apabila
berlaku T(A)=A dan sebuah setengah putar SA hanya memiliki satu titik tetap
yaitu A, sedangkan jika g//h diperoleh fakta bahwa   'AAMM hg  dan
  Ahg SAMM  maka transformasi MgMh tidak memiliki titik tetap.
Jadi, jika g//h maka transformasi MgMh tidak memiliki titik tetap.
9.b)Diketahui : garis g, titik gA
Ditanya : buktikan SAMg tidak memiliki titik tetap
Bukti :
10. Diketahui : ∆𝐎𝐵𝐶, garis 𝑔 dan sebuah titik 𝐟 ∉ 𝑔, 𝐟 diluar daerah ∆𝐎𝐵𝐶.
Tentukan semua pasangan titik 𝑋 dan 𝑌 dengan 𝑋 ∈ 𝑔, 𝑌 ∈ ∆𝐎𝐵𝐶 sehingga
𝐟 titik tengah 𝑋𝑌̅̅̅̅?
Jawab:
11. Diketahui : lingkaran 𝐿1 dan 𝐿2. Salah satu titik potongnya adalah 𝐎.
𝐶 ∈ 𝐿1 dan 𝐷 ∈ 𝐿2
Ditanya : Lukisan ruas garis 𝐶𝐷̅̅̅̅ sehingga A titik tengah ruas garis 𝐶𝐷̅̅̅̅?
Jelaskan lukisan tersebut?
Jawab :
A titik tengah 𝐶𝐷̅̅̅̅ , berarti 𝐎𝐶 = 𝐎𝐷
Jadi, 𝐿1 = 𝐿2 atau lingkaran pertama sama dengan lingkaran kedua.
𝑔𝐵
𝐟
𝐶
𝐎
𝑌
𝑋
𝐶 𝐷 𝐷
𝐿2 𝐿1
40
12. Diketahui: titik 𝐎 dan garis 𝑔, 𝐎 ∈ 𝑔
Ditanya :
a. Buktikan bahwa transformasi 𝑆𝐎 𝐷𝑔 adalah sebuah refleksi pada suatu garis
dan garis mana yang menjadi sumbu refleksi ini?
b. Jika 𝑔 tegak lurus ℎ di titik 𝐎 dan 𝑔 tegak lurus 𝑘 di titik B, buktikan
bahwa 𝑆𝐎 𝑀 𝑘 = 𝑀ℎ 𝑆 𝐵?
Jawab :
a. Ambil sebarang titik 𝑃 ∈ 𝑉
Diperoleh Ó 𝐎 𝑀𝑔(𝑃) = 𝑃′
Tarik garis ℎ ⊥ 𝑔 yang melalui A
Tarik garis 𝑃𝑃′′ yang memotong garis ℎ dititik B,
sehingga 𝐶𝐎 = 𝑃𝐵 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝐶 = 𝐵𝐎
Lihat ∆𝐶𝐎𝑃′
𝑑𝑎𝑛 ∆𝐶𝐎𝑃
𝐶𝐎 = 𝐶𝐎 (berhimpit)
𝐶𝑃 = 𝐶𝑃′ (Refleksi)
< 𝑃𝐶𝐎 =< ㌱′𝐶𝐎 (Siku-Siku)
Berdasarkan teorema kekongruenan (S, Sd, S)
Sehingga dapat disimpulkan ∆𝐶𝐎𝑃′
≅ ∆𝐶𝐎𝑃
Salah satu akibatnya 𝐎𝑃′
= 𝐎𝑃
Lihat ∆𝐎𝑃𝐵 𝑑𝑎𝑛 ∆𝐎𝑃′′𝐵
𝐎〰 = 𝐎𝐵 (berhimpit)
𝐎𝑝′ = 𝐎𝑃′′ (setengah putaran)
𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝐎𝑃 = 〰 𝑃′
= 𝐎𝑃′′
𝑃𝐵2
= 𝐎𝑃2
− 𝐎𝐵2
= 𝐎𝑃′′2
− 𝐎𝐵2
= 𝑃′′𝐵2
Karena 𝐎𝑃 = 𝐎𝑃′
= 𝐎𝑃′′
, maka 𝑃𝐵 = 𝑃′′
𝐵
Berdasarkan teorema kekongruenan (S, S, S)
Maka dapat disimpulkan ∆𝐎𝑃𝐵 ≅ ∆𝐎𝑃′′𝐵
𝑃′′
𝐵
𝑃𝐎
𝑃′
𝑃
𝐶
ℎ
𝑔
41
Akibatnya 𝑃𝐵 = 𝑃′′
𝐵
Karena O merupakan titik tengah 𝑃𝑃′′, maka 𝑆𝐎 𝑀𝑔(𝑃) = 𝑃′′ merupakan
refleksi dari P dengan sumbu refleksi adalah garis yang melalui titik 𝐵 ⊥ 𝑔.
Jadi, 𝑆𝐎 𝑀𝑔 merupakan sebuah refleksi pada suatu garis, dan garis itu adalah
garis yang melalui A tegak lurus dengan 𝑔.
b. Ambil garis 𝑔 tegak lurus ℎ di titik 𝐎 dan 𝑔 tegak lurus 𝑘 di titik 𝐵.
Adb 𝑆𝐎 𝑀 𝑘 = 𝑀ℎ 𝑆 𝐵
Menurut teorema 7.1 : “andaikan A sebuah titik, dan 𝑔 𝑑𝑎𝑛 ℎ dua garis tegak
lurus yang berpotongan di A, maka 𝑆𝐎 = ç­œ 𝑔 𝑀ℎ”
Maka 𝑆𝐎 = 𝑀𝑔 𝑀ℎ dan 𝑆 𝐵 = 𝑀𝑔 𝑀 𝑘
Sehingga 𝑆𝐎 𝑀 𝑘 = (𝑀𝑔 𝑀ℎ)𝑀 𝑘
Karena 𝑀𝑔 𝑀ℎ = 𝑀ℎ 𝑀𝑔, maka diperoleh:
(𝑀𝑔 𝑀ℎ)𝑀 𝑘 = (𝑀ℎ 𝑀𝑔)𝑀 𝑘 = 𝑀ℎ 𝑀𝑔 𝑀 𝑘
Sehingga
𝑆𝐎 𝑀ᒐ = (𝑀𝑔 𝑀ℎ)𝑀 𝑘 = (𝑀ℎ 𝑀𝑔)𝑀 𝑘 = 𝑀ℎ 𝑀𝑔 𝑀 𝑘 = 𝑀ℎ(𝑀 𝑔 𝑀 𝑘) = 𝑀ℎ 𝑆 𝐵
Jadi terbukti bahwa 𝑆𝐎 𝑀 𝑘 = 𝑀ℎ 𝑆 𝐵
13. Diketahui : 𝐎, 𝐵, 𝐶 tak segaris
Ditanya:
a. Pilih sebuah titik 𝑃 dan lukislah titik 𝑃′
= 𝑆𝐎 𝐵 𝑆 𝐶(𝑃) !
b. Jika 𝑀 titik tengah 𝑃𝑃′̅̅̅̅̅ , lukislah 𝑀′
= 𝑆𝐎 𝑆 𝐵 𝑆 𝐶(𝑀) !
c. Perhatikan hubungan antara 𝑀 dan 𝑀′
. Apakah dugaan kita mengenai
jenis transformasi 𝑆𝐎 𝑆 𝐵 𝑆 𝐶 ?
Jawab:
𝑔
𝐎
h
𝐵
𝑘
42
a.
b.
c. Karena 𝑀 = 𝑆𝐎 𝑆 𝐵 𝑆 𝐶 = 𝑀−1
maka transformasi 𝑆𝐎 𝑆 𝐵 𝑆 𝐶 merupakan
transformasi identitas.
14. Diketahui : ∆𝐎𝐵𝐶, ∠𝐵 = 90°
15. Diketahui : 𝐎 = (0,0), 𝐵 = (3, −1)
Ditanya :
a) 𝐶′
= 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝐶) jika 𝐶 = (−2,4)
b) 𝑃′
= 𝑆 𝐵 𝑠 𝐎(𝐶) jika 𝑃 = (𝑥, ᒐ)
c) Apa yang dapat kami katakan tentang 𝐶𝐶′
, 𝑃𝑃′, 𝐎𝐵
Jawab :
a) Menurut teorema 7.4 maka
𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝐶) = 𝑆𝐎(𝑆 𝑩(𝐶))
⇔ 𝑆𝐎 𝑠 𝐵(𝐶) = 𝑆𝐎(2.3— 2), 2. (−1) − 4
⇔ 𝑆𝐎 𝑠 𝐵(𝐶) = 𝑆𝐎(6 + 2, −2 − 4)
⇔ 𝑆𝐎 𝑠 𝐵(𝐶) = 𝑆𝐎(8, −6)
⇔ 𝑆𝐎 𝑠 𝐵(𝐶) = (2.0 − 8,2.0— 6)
⇔ 𝑆𝐎 𝑠 𝐵(𝐶) = (0 − 8,0 + 6)
⇔ 𝑆𝐎 𝑠 𝐵(𝐶) = (−8,6)
Jadi, 𝐶′
= 𝑆〱 𝑆 𝐵(𝐶) = (−8,6)
b) Menurut teorema 7.4 maka
𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑆 𝐵 (〱 𝑚(𝑃))
⇔ 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑆 𝐵(2.0 − 𝑥, 2.0 − 𝑊)
⇔ 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑆 𝐵(0 − 𝑥, 0 − 𝑊)
⇔ 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑆 𝐵(−𝑥, −𝑊)
⇔ 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃) = (2.3 − (−𝑥), 2. (−1)—(−𝑊))
A
B
C
P 'P
''P
''P
M
'M
''M
43
⇔ 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃) = (6 + 𝑥, −2 + 𝑊)
⇔ 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃) = (𝑥 + 6, 𝑊 − 2)
Jadi, 𝑃′
= 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃) = (𝑥 + 6, 𝑊 − 2)
c) Karena 𝐶 = (−2,4) dan 𝐶′
= (−8,6)
Maka persamaan 𝐶𝐶′
:
𝑥 − 〱1
𝑥2 − 𝑥1
=
𝑊 − 𝑊1
𝑊2 − 𝑊1
⇔
𝑥 + 2
−8 + 2
=
𝑊 − 4
6 − 4
⇔
𝑥 + 2
−6
=
𝑊 − 4
2
⇔ −6𝑊 = 2𝑥 + 4 − 24 ⇔ 𝑊 = −
1
3
𝑥 +
10
3
Karena 𝑃 = (𝑥, 〱) dan 𝑃′
= (𝑥 + 6, 𝑊 − 2)
Untuk tidak membuat rancu,
dimisalkan titik 𝑃 = (𝑎, 𝑏) dan 𝑃′
= (𝑎 + 6, 𝑏 − 2)
Maka persamaan 𝑃𝑃′
:
𝑥 − 𝑥1
𝑥2 − 𝑥1
=
𝑊 − 𝑊1
𝑊2 − 𝑊1
⇔
𝑥 − 𝑎
𝑎 + 6 − 𝑎
=
𝑊 − 𝑏
𝑏 − 2 − 𝑏
⇔
𝑥 − 𝑎
6
=
𝑊 − 𝑏
−2
⇔ 6𝑊 = −2𝑥 + 2𝑎 + 6𝑏 ⇔ 𝑊 = −
1
3
𝑥 +
1
3
𝑎 + 𝑏
Karena 𝐎 = (0,0) 𝑑𝑎𝑛 𝐵 = (3, −1)
Maka persamaan 𝐎𝐵:
𝑥 − 𝑥1
𝑥2 − 𝑥1
=
𝑊 − 𝑊1
𝑊2 − ‫ﰰ‬1
⇔
𝑥 − 0
3 − 0
=
𝑊 − 0
−1 − 0
⇔
𝑥
3
=
𝑊
−1
⇔ 3𝑊 = −𝑥 ⇔ 𝑊 = −
1
3
𝑥
Dari persamaan–persamaan di atas, dapat dikatakan bahwa persamaan
𝐶𝐶′
, 𝑃𝑃′
, dan 𝐎𝐵 mempunyai gradien yang sama, yaitu −
1
3
16. Buktikan :
17. Diketahui : ∆𝐎𝐵𝐶 dan sebuah titik 𝑃 ∈ ‫ﵔ‬ 𝐶̅̅̅̅̅̅
Lukis : di dalam ∆𝐎𝐵𝐶, sebuah ∆𝑃𝑄0 yang kelilingnya paling pendek

More Related Content

What's hot

Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Arvina Frida Karela
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Safran Nasoha
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Arvina Frida Karela
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiSeptian Amri
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cUmmu Zuhry
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linierAcika Karunila
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoYadi Pura
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupKabhi Na Kehna
 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensiAcika Karunila
 
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri TransformasiSetengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri TransformasiJujun Muhamad Jubaerudin
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Arvina Frida Karela
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilanganDia Cahyawati
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grupYadi Pura
 

What's hot (20)

Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab ii
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Ring
RingRing
Ring
 
Teori Group
Teori GroupTeori Group
Teori Group
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
 
Grup siklik
Grup siklikGrup siklik
Grup siklik
 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
 
Grup siklik
Grup siklikGrup siklik
Grup siklik
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
 
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri TransformasiSetengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
 
Transformasi elementer
Transformasi elementerTransformasi elementer
Transformasi elementer
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grup
 

Viewers also liked

Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi KesebangunanRangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi KesebangunanNia Matus
 
Rangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutanRangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutanNia Matus
 
21. soal soal transformasi geometri
21. soal soal transformasi geometri21. soal soal transformasi geometri
21. soal soal transformasi geometriDian Fery Irawan
 
Rotasi - Geometri Transformasi
Rotasi - Geometri TransformasiRotasi - Geometri Transformasi
Rotasi - Geometri TransformasiRitsa Faiza
 
Geometri transformasi oleh rawuh
Geometri transformasi   oleh rawuhGeometri transformasi   oleh rawuh
Geometri transformasi oleh rawuhRito Codlan
 
Rangkuman Geometri Transformasi
Rangkuman Geometri TransformasiRangkuman Geometri Transformasi
Rangkuman Geometri TransformasiIndah Wijayanti
 
Komposisi transformasi SMA
Komposisi transformasi SMAKomposisi transformasi SMA
Komposisi transformasi SMAIrhuel_Abal2
 

Viewers also liked (7)

Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi KesebangunanRangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
 
Rangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutanRangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutan
 
21. soal soal transformasi geometri
21. soal soal transformasi geometri21. soal soal transformasi geometri
21. soal soal transformasi geometri
 
Rotasi - Geometri Transformasi
Rotasi - Geometri TransformasiRotasi - Geometri Transformasi
Rotasi - Geometri Transformasi
 
Geometri transformasi oleh rawuh
Geometri transformasi   oleh rawuhGeometri transformasi   oleh rawuh
Geometri transformasi oleh rawuh
 
Rangkuman Geometri Transformasi
Rangkuman Geometri TransformasiRangkuman Geometri Transformasi
Rangkuman Geometri Transformasi
 
Komposisi transformasi SMA
Komposisi transformasi SMAKomposisi transformasi SMA
Komposisi transformasi SMA
 

Similar to Setengah Putaran Bab VII

Teorema Nilai Rata-Rata Cauchy
Teorema Nilai Rata-Rata CauchyTeorema Nilai Rata-Rata Cauchy
Teorema Nilai Rata-Rata CauchyAndina Aulia Rachma
 
materi-ajar-geometri-transformasi.ppt
materi-ajar-geometri-transformasi.pptmateri-ajar-geometri-transformasi.ppt
materi-ajar-geometri-transformasi.pptFarida136429
 
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturmBedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturmrukmono budi utomo
 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARNailul Hasibuan
 
Teori pappus
Teori pappusTeori pappus
Teori pappusradar radius
 
Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)
Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)
Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)FarHan102
 
materi Transformasi
materi Transformasimateri Transformasi
materi Transformasifauz1
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilanganAndry Lalang
 
Tugas kelompok transformaus
Tugas kelompok transformausTugas kelompok transformaus
Tugas kelompok transformausRusmaini Mini
 
Ringkasan pencerminan1
Ringkasan pencerminan1Ringkasan pencerminan1
Ringkasan pencerminan1taofikzikri
 
Ringkasan pencerminan1
Ringkasan pencerminan1Ringkasan pencerminan1
Ringkasan pencerminan1taofikzikri
 
2018 Geometri Transformasi Perkalian 5 Isometri Kelompok 6 Rombel 3
2018 Geometri Transformasi Perkalian 5 Isometri Kelompok 6 Rombel 32018 Geometri Transformasi Perkalian 5 Isometri Kelompok 6 Rombel 3
2018 Geometri Transformasi Perkalian 5 Isometri Kelompok 6 Rombel 3Yosia Adi Setiawan
 
proving and disproving in logic
proving and disproving in logicproving and disproving in logic
proving and disproving in logicadi wibawa
 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksRochimatulLaili
 
Relasi rekursif
Relasi rekursifRelasi rekursif
Relasi rekursifEssa Novalia
 
Matematika refleksi
Matematika refleksi Matematika refleksi
Matematika refleksi sartikot
 
Lingkaran
Lingkaran Lingkaran
Lingkaran fauz1
 

Similar to Setengah Putaran Bab VII (20)

Aturan rantai 2 variable
Aturan rantai 2 variableAturan rantai 2 variable
Aturan rantai 2 variable
 
Teorema Nilai Rata-Rata Cauchy
Teorema Nilai Rata-Rata CauchyTeorema Nilai Rata-Rata Cauchy
Teorema Nilai Rata-Rata Cauchy
 
materi-ajar-geometri-transformasi.ppt
materi-ajar-geometri-transformasi.pptmateri-ajar-geometri-transformasi.ppt
materi-ajar-geometri-transformasi.ppt
 
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturmBedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
 
1-12.docx
1-12.docx1-12.docx
1-12.docx
 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
 
Teori pappus
Teori pappusTeori pappus
Teori pappus
 
Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)
Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)
Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)
 
materi Transformasi
materi Transformasimateri Transformasi
materi Transformasi
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
 
Tugas kelompok transformaus
Tugas kelompok transformausTugas kelompok transformaus
Tugas kelompok transformaus
 
2010 osnk fisika (tkunci)
2010 osnk fisika (tkunci)2010 osnk fisika (tkunci)
2010 osnk fisika (tkunci)
 
Ringkasan pencerminan1
Ringkasan pencerminan1Ringkasan pencerminan1
Ringkasan pencerminan1
 
Ringkasan pencerminan1
Ringkasan pencerminan1Ringkasan pencerminan1
Ringkasan pencerminan1
 
2018 Geometri Transformasi Perkalian 5 Isometri Kelompok 6 Rombel 3
2018 Geometri Transformasi Perkalian 5 Isometri Kelompok 6 Rombel 32018 Geometri Transformasi Perkalian 5 Isometri Kelompok 6 Rombel 3
2018 Geometri Transformasi Perkalian 5 Isometri Kelompok 6 Rombel 3
 
proving and disproving in logic
proving and disproving in logicproving and disproving in logic
proving and disproving in logic
 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
 
Relasi rekursif
Relasi rekursifRelasi rekursif
Relasi rekursif
 
Matematika refleksi
Matematika refleksi Matematika refleksi
Matematika refleksi
 
Lingkaran
Lingkaran Lingkaran
Lingkaran
 

Recently uploaded

aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 

Recently uploaded (20)

aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 

Setengah Putaran Bab VII

  • 1. 1 RANGKUMAN MATERI, SOAL DAN PEMBAHASAN BAB VII SETENGAH PUTARAN disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Geometri Transformasi Dosen pengampu Bapak Ishaq Nuriadin, M.Pd Oleh Niamatus Saadah 1201125122 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR.HAMKA 2015
  • 2. 2 BAB VII SETENGAH PUTARAN Setengah Putaran mengelilingi sebuah titik adalah suatu involusi. Suatu setengah putaran mencerminkan setiap titik bidang pada sebuah titik tertentu sehingga disebut juga pencerminan pada suatu titik. Definisi Sebuah setengah putaran pada suatu titik 𝐎 adalah suatu padanan 𝑆𝐎 yang didefinisikan untuk setiap titik pada bidang sebagai berikut : 1. Apabila 𝑃 ≠ 𝐎 maka 𝑆1(𝑃) = 𝑃′ sehingga 𝐎 titik tengah ruas garis 𝑃𝑃′̅̅̅̅̅. 2. 𝑆𝐎 = 𝐎 Setengah putaran adalah suatu transformasi Bukti: Akan dibuktikan 𝑆𝐎 Bijektif. Untuk membuktikan 𝑆𝐎 Bijektif maka harus dibuktikan terlebih dahulu 𝑆𝐎 Surjektif dan Injektif. (1) Akan dibuktikan 𝑆𝐎 Surjektif Untuk menunjukkan 𝑆𝐎 Surjektif, akan ditunjukkan ∃𝑃′ ∈ 𝑉 ∋ 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑃′ Ambil sebarang 𝑃′ ∈ 𝑉 𝑃′ ∈ 𝑉 ∋ 𝑃′ = 𝑆𝐎(𝑃) 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑃 = 𝐎, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑆𝐎(𝐎) = 𝐎′ = 𝐎 Jadi, ∀ 𝑃′ ∈ 𝑉 ∃ 𝑃′ = 𝑃 = 𝑆𝐎(𝑃) Jika 𝑃 ≠ 𝐎 maka A menjadi sumbu ruas garis ′ , berarti 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑃′ Jadi, 𝑆𝐎 Surjektif (2) Akan dibuktikan 𝑆𝐎 Injektif Missal 𝐵1 ≠ 𝐵2 Kasus I 𝐵1 = 𝐵2 = 𝐎 Untuk 𝐵1 = 𝐎 maka 𝑆𝐎(𝐵1) = 𝐵1 = 𝐵1′      ..1*)
  • 3. 3 Untuk 𝐵2 = 𝐎 maka 𝑆𝐎(𝐵2) = 𝐵2 = 𝐵2′       2*) Dari 1*) dan 2*) maka diperoleh 𝑆𝐎(𝐵1) ≠ 𝑆𝐎(𝐵2) Kasus II 𝐵1 ≠ 𝐵2 ≠ 𝐎 Ambil sebarang 𝐵1, 𝐵2 ∈ 𝑉 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐵1 ≠ 𝐵2 𝐵1 ≠ 𝐎, 𝐵2 ≠ 𝐎, 𝐵2, 𝐵2, 𝐎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 Sehingga 𝑆𝐎(𝐵1) = 𝐵1 ′ dan 𝑆𝐎(𝐵2) = 𝐵2′ Andaikan 𝑆𝐎(𝐵1) = 𝑆 𝐎(𝐵2) Karena 𝑆𝐎(𝐵1) = 𝑆 𝐎(𝐵2) Maka 𝐵1 ′ = 𝑆𝐎(𝐵1) = 𝑆𝐎(𝐵2) = 𝐵2′ Sehingga diperoleh 𝐵1 ′ = 𝐵2′ dan ᒐ1 = 𝐵2 Menurut teorama, “Melalui dua titik hanya dapat dibuat satu garis” Ini kontradiksi dengan pernyataan bahwa 𝐵1 ≠ 𝐵2 Pengandaian 𝐵1 ≠ 𝐵2 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑆𝐎(𝐵1) = 𝑆 𝐎(𝐵2) harus dibatalkan. Jadi, 𝑆𝐎(𝐵1) ≠ 𝑆𝐎(𝐵2) Jadi 𝑆𝐎 Injektif Dari (1) dan (2) maka diperoleh 𝑆𝐎 Surjektif dan 𝑆𝐎 Injektif Karena 𝑆𝐎 Surjektif dan 𝑆𝐎 Injektif, maka 𝑆𝐎 Bijektif Karena 𝑆𝐎 Bijektif, maka 𝑆𝐎adalah suatu transformasi. Jadi, terbukti bahwa suatu setengah putaran adalah transformasi. Teorema 7.1 Andaikan 𝑚 sebuah titik, 𝒈 dan 𝒉 dua garis tegak lurus yang berpotongan di 𝑚. Maka 𝑺 𝑚 = 𝑎 𝒈 𝑎 𝒉. Bukti : Diketahui 𝐎 sebuah titik, 𝑔 dan ℎ dua garis tegak lurus yang berpotongan di 𝐎. a) Kasus I : 𝑃 ≠ 𝐎 Karena 𝑔 ⊥ ℎ maka dapat dibentuk sebuah sistem sumbu orthogonal dengan 𝑔 sebagai sumbu X dan ℎ sebagai sumbu Y. 𝐎 sebagai titik asal. Ambil titik 𝑃 ∈ 𝑉 Perhatikan Gambar 7.2
  • 4. 4 Ditunjukkan bahwa untuk setiap 𝑃 berlaku 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝑃) Andaikan 𝑃(𝑥, 𝑊) ≠ 𝐎 dan 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑃′′(𝑥1, 𝑊1) Karena 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑃′′ maka 𝐎 titik tengah 𝑃𝑃′ sehingga (0,0) = ( 𝑥1 + 𝑥 2 , 𝑊1 + 𝑊 2 ) Diperoleh 𝑥1 + 𝑥 = 0 ⟺ 𝑥1 = −𝑥 dan 〱1 + 𝑊 = 0 ⟺ 𝑊1 = −𝑊 Artinya 〱 𝐎(𝑃) = (−𝑥, −𝑊) 

















(1) Komposisi pencerminan 𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝑃) = 𝑀𝑔[𝑀ℎ(𝑃)] = 𝑀𝑔(−𝑥, 𝑊) = (−𝑥, −𝑊) Artinya 𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝑃) = (−𝑥, −𝑊) 
















(2) Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh _ 𝐎(𝑃) = 𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝑃). Jadi, 𝑆𝐎 = 𝑀𝑔 𝑀ℎ b) Kasus II : 𝑃 = 𝐎 Menurut Definisi, 𝑆𝐎(𝐎) = 𝐎 
















(1*) 𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝐎) = 𝑀𝑔(𝐎) = 𝐎 

















.(2*) Dari persamaan (1*) dan (2*) diperoleh 𝑆𝐎(𝐎) = 𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝐎). Jadi, 𝑆𝐎 = 𝑀𝑔 𝑀ℎ. Teorema 7.2 Jika 𝒈 dan 𝒉 dua garis yang tegak lurus maka 𝑎 𝒈 𝑎 𝒉 = 𝑎 𝒉 𝑎 𝒈 Bukti 𝐎 𝑃′ ′(−𝑥, −𝑊) 𝑃′ (−𝑥, 𝑊) P(x,y) ℎ 𝑔 𝑋
  • 5. 5 a) Kasus I : 𝑃 ≠ 𝐎 Karena 𝑃 ≠ 𝐎, maka 𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝑃) = 𝑆𝐎(𝑃). 𝑀ℎ 𝑀𝑔(𝑃) = 𝑀ℎ (𝑀𝑔(𝑃)) = ᒐℎ((𝑥, −𝑊)) = (−𝐷, −𝑊) = 〰 𝐎(𝑃). diperoleh 𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝑃) = 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑀ℎ 𝑀𝑔(𝑃) Jadi, 𝑀𝑔 𝑀ℎ = 𝑀ℎ 𝑀𝑔 b) Kasus II : 𝑃 = 𝐎 Karena 𝑃 = 𝐎, maka 𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝐎) = 𝑀𝑔(𝐎) = 𝐎 𝑀ℎ 𝑀𝑔(𝐎) = 𝑀ℎ(𝐎) = 𝐎 Sehingga diperoleh 𝑀𝑔 𝑀ℎ(𝐎) = 𝑀ℎ 𝑀𝑔(𝐎). Jadi, 𝑀𝑔 𝑀ℎ = 𝑀ℎ 𝑀𝑔. Teorema 7.3 Jika 𝑺 𝑚 setengah putaran, maka 𝑺−𝟏 𝑚 = 𝑺 𝑚. Bukti Andaikan 𝑔 dan ℎ dua garis yang tegak lurus maka 𝑀𝑔 𝑀ℎ = 𝑆𝐎 dengan 𝐎 titik potong antara 𝑔 dan ℎ. (𝑀𝑔 𝑀ℎ)−1 = 𝑀−1 ℎ 𝑀−1 𝑔 = 𝑆−1 𝐎. Karena 𝑀−1 ℎ = 𝑀ℎ dan 𝑀−1 𝑔 = 𝑀𝑔 maka 𝑀ℎ 𝑀𝑔 = 𝑆−1 𝐎. Karena 𝑔 ⊥ ℎ, maka menurut teorema 7.2, 𝑀𝑔 𝑀ℎ = 𝑀ℎ 𝑀𝑔. Sedangkan menurut teorema 7.1, 𝑆𝐎 = お 𝑔 𝑀ℎ. Sehingga diperoleh 𝑆−1 𝐎 = 𝑀ℎ 𝑀𝑔 = 𝑀𝑔 𝑀ℎ = 𝑆𝐎. Jadi, 𝑆−1 𝐎 = 𝑆𝐎. Teorema 7.4 Jika 𝑚 = (𝒂, 𝒃) dan 𝑷 = (𝒙, 𝒚) maka 𝑺 𝑚(𝑷) = (𝟐𝒂 − 𝒙, 𝟐𝒃 − 𝒚). Bukti a) Kasus I : 𝑃 ≠ 𝐎 Misalkan 𝑃" = (𝑥1, 𝑊1) dan 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑃" maka 𝐎 titik tengah 𝑃𝑃" sehingga diperoleh (𝑎, 𝑏) = (( 𝑥1+𝑥 2 ) , ( 𝑊1+𝑊 2 ))
  • 6. 6 Maka 𝑥1+𝑥 2 = 𝑎 dan 𝑊1+𝑊 2 = 𝑏 sehingga diperoleh 𝑥1+𝑥 2 = 𝑎 ⟺ 𝑥1 + 𝑥 = 2𝑎 ⟺ 𝑥1 = 2𝑎 − 𝑥 










..(1*) 𝑊1+𝑊 2 = 𝑏 ⟺ 𝑊1 + 𝑊 = 2𝑏 ⟺ 𝑊1 = 2𝑏 − 𝑊 











(2*) Dari persamaan (1*) dan (2*) maka (𝑥1, 𝑊1) = ( 2𝑎 − 𝑥), (2𝑏 − 𝑊) Karena 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑃", maka 𝑆𝐎(𝑃) = (𝑥1, 𝑊1) = ( 2𝑎 − 𝑥), (2𝑏 − 𝑊) Jadi, 𝑆𝐎(𝑃) = (2𝑎 − 𝑥, 2𝑏 − 𝑊). b) Kasus II : 𝑃 = 𝐎 Karena 𝑃 = 𝐎, maka (𝑥, 𝑊) = (𝑎, 𝑏) artinya 𝑎 = 𝑥 dan 𝑏 = 𝑊. ⍞ 𝐎(𝑃) = 𝑆𝐎(𝐎) = 𝐎 = (𝑎, 𝑏) (𝑎, 𝑏) = ((2𝑎 − 𝑎), (2𝑏 − 𝑏)) = ((2𝑎 − 𝑥), (2𝑏 − 𝑊)) Jadi, 𝑆𝐎(𝑃) = (2𝑎 − 𝑥, 2𝑏 − 𝑊). 7.2 Lanjutan Setengah Putaran Kita ingat kembali tentang refleksi atau pencerminan. Definisi refleksi atau pencerminan ialah 1.   gAAAMg  , 2.   'PPMg  , yang bersifat g adalah sumbu ruas garis 'PP Jelas bahwa gA yang dicerminkan terhadap garis g maka A berimpit dengan petanya. Titik yang demikian dinamakan titik tetap (invariant) refleksi. Definisi A dinamakan titik tetap (invariant) transformasi T apabila berlaku T(A) = A Dari definisi tersebut, kita dapat memperoleh fakta bahwa sebuah refleksi garis g memiliki tak hingga banyaknya titik tetap yaitu semua titik pada sumbu refleksi g itu sendiri. Sedangkan pada sebuah setengah putaran di P (Sp), maka satu-satunya titik varian adalah P, sebab Sp(P) = P dan Sp(X) = X’ dengan PX  dan P titik tengah ruas garis 'XX .
  • 7. 7 Definisi Sebuah transformasi T yang bersifat bahwa sebuah garis petanya juga garis dinamakan kolineasi Karena setiap isometric adalah suatu kolineasi maka refleksi dan setengah putaran adalah suatu kolineasi. Diantara kolineasi tersebut ada yang disebut dilatasi Definisi Suatu kolineasi dinamakan suatu dilatasi  jika untuk setiap garis g berlaku sifat ∆(𝑔)//𝑔. Teorema 7.5 Andaikan SA suatu setengah putaran, dan g sebuah garis. Apabila 𝑚 ∉ 𝒈, 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝑆𝐎(𝑔)//𝑔 Diketahui : SA sebuah garis g, gA Buktikan bahwa 𝑆𝐎(𝑔)//𝑔 Bukti : Misal 𝑃 ∈ 𝑔, 𝑑𝑎𝑛 𝑄 ∈ 𝑔 karena P ∈ g maka A titik tengah PP′ dengan P′ = SA(P) karena Q ∈ g maka A titik tengah QQ′ dengan Q′ = SA(Q) Perhatikan ∆APQ′ dan ∆AQP′ Untuk membuktikan bahwa g′ ∕∕ g maka harus ditunjukkan ∆APQ′ dan ∆AQP′ adalah kongruen. m(< 𝑃𝐎Q′) = m(< 𝑄𝐎P′ ) (sudut bertolak belakang) PA = AP′ ( karena A titik tengah PP′ ) PQ 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑃′ 𝑔′ = 𝑆𝐎(𝑔) A 𝑆𝐎(𝑄) = 𝑄′ 𝑔
  • 8. 8 QA = AQ ( karena A titik tengah QQ′ ) Menurut definisi kekongruenan (S Sd S) sehingga ∆APQ′ ≅ ∆AQP′ Karena ∆APQ′ ≅ ∆AQP′ maka PQ′ = QP′ Karena PQ′ = QP′ maka g′ ∕∕ g Jadi, 𝑆𝐎(𝑔)//𝑔 Contoh Diketahui dua garis g dan h tidak sejajar. A sebuah titik yang tidak terletak pada g atau h. Tentukan semua titik X pada g dan semua titik Y pada h sehingga A titik tengah ruas garis XY . Dipunyai : garis g dan h tidak sejajar hAgA  , Ditanya : tentukan semua XYgahtitik ten, AhYgX  Jawab : Ambil gP Jika  PSP A' maka  gSg A' melalui P’ dan PA=AP’, g’//g Jika g’ memotong h di Y Tarik YA memotong g di X Maka X dan Y pasangan titik yang dicari Ilustrasi : Dari contoh di atas, buktikan bahwa X dan Y satu-satunya pasangan yang memenuhi persyaratan, dan jika tidak menggunakan  gSg A' tapi  hSh A'' apakah akan memperoleh pasangan lain lalu jelaskan hal tersebut A g’ g P P’ Y X h
  • 9. 9 Dipunyai : garis g dan h tidak sejajar hAgA  , , Ditanya : Adb X dan Y satu-satunya pasangan yang memenuhi persyaratan. Bukti : Ambil 𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑗𝑎𝑟 ℎ, 𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑘 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 ℎ, 𝑑𝑎𝑛 𝐎 ∉ ℎ Karena 𝐎 ∉ ℎ, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑆𝐎(ℎ) = ℎ′ ∕∕ ℎ ℎ′ akan memotong 𝑔 di titik 𝑋, sehingga 𝑋 ∈ ℎ′ karena 𝑆𝐎(ℎ) = ℎ′ ∕∕ ℎ, maka 𝑆𝐎(𝑋) = 𝑌 ∈ ℎ Karena titik potong dari dua garis atau lebih akan hanya ada satu titik potong, Maka 𝑋 dan 𝑌 satu-satunya pasangan . sehingga 𝑋 ∈ ℎ′ , 𝑋 ∈ 𝑔, 𝑋 ∈ 𝑋𝑌, 𝑑𝑎𝑛 𝑌 ∈ ℎ, 𝑌 ∈ 𝑔′ , 𝑌 ∈ 𝑋𝑌 jadi, 𝑋 dan 𝑌 satu-satunya pasangan. Dipunyai : garis g dan h tidak sejajar hAgA  , ,  hSh A'' Ditanya : Apakah ada pasangan lain yang memenuhi persyaratan selain X dan Y. Bukti : Teorema 7.6 Hasil kali dua setengah putaran dengan pusat yang berbeda, tidak memiliki titik tetap Bukti : Misal BAVBA  ,, ℎ ℎ′ 𝑔′ 𝑔 𝐎 𝑌 𝑋
  • 10. 10 Akan dibuktikan BASS tidak memiliki titik tetap Misal g = AB h AB di A, k AB di B Akan ditunjukkan BASS = khMM Karena hgA MMS  , kgB MMS  Maka BASS =   kghg MMMM             kh kh kggh kggh kghg kghg MM MIM MMMM MMMM MMMM MMMM       Akan ditunjukkan BASS tidak memiliki titik tetap Misal X titik varian BASS Jadi BASS (X) = X sehingga    XXMM kh  Jadi            2...)( 1...)( XMXMMM XMXMMM hkhh hkhh   Dari (1) dan (2) diperoleh        XMXMXIMXM khkh  Misal   1XXMk  (i) Kasus 1 ( 1XX  ) Misal khXX  1 Karena h dan k adalah sumbu ruas garis XX1 dan ruas garis hanya memiliki satu sumbu maka h=k Hal ini tidak mungkin sebab BA  (ii) Kasus 2 ( 1XX  ) Misal 1XX  Maka Mh(X)=X dan Mk(X)=X Jadi XhXkX dinberpotongakh,, 
  • 11. 11 Hal ini tidak mungkin sebab h//k Jadi, tidak mungkin ada sebuah titik X sehingga       XXSSXMXM BAkh  atau . Jadi, BASS tidak memiliki titik tetap. Ilustrasi teorema 7.6 Teorema 7.7 Jika BA  adalah dua titik maka hanya ada satu setengah putaran yang memetakan A pada B Bukti : Dipunyai BA  Akan dibuktikan   BAST  dengan T titik tengah ruas garis AB Misal ada dua setengah putaran SD dan SE sehingga     BABASD  ESdan Jadi    AASD ES Maka      ASASS DDD E 11 S  Karena S-1 D=SD maka   ASA D ES Jadi jika ED  , maka berarti bahwa A adalah titik tetap dari EDSS Hal ini tidak mungkin ada lebih dari satu setengah putaran yang memetakan A pada B. Satu-satunya setengah putaran adalah ST(A) = B dengan T titik tengah ruas garis AB Teorema 7.8 Suatu setengah putaran adalah suatu dilatasi yang bersifat involutorik Dipunyai titik VP g h k A B
  • 12. 12 Akan dibuktikan (1) g sebuah garis   ggSP // (2) ISS PP  dengan I transformasi identitas Bukti : (1) Jelas SP(g) = g’ suatu garis. Misal gBgA  , Maka ',' gBgA  dan PA = PA’, PB = PB’ Karena PA = PA’, PB = PB’, dan    ''PBAmAPBm  sehingga BPAPAB ' (s sd s) Jelas    BAPmPABm  '' Jadi g//SP(g) dan SP sebuah dilatasi (2) Karena     AASASS ppp  ' , maka    gIgSSgA PP  Jadi, ISS PP  . Hal ini berarti SP bersifat involuntorik Dari pernyataan (1) dan (2) diperoleh fakta bahwa SP sebuah dilatasi bersifat involuntorik. Atau dengan kata lain suatu setengah putaran adalah suatu dilatasi yang bersifat involutorik. Ilustrasi : Teorema 7.9 Apabila T suatu transformasi. H himpunan titik-titik dan A sebuah titik, maka     HATHTA  1 Bukti : B A B’ A’ P SP(g)=g’ g
  • 13. 13 Dipunyai T transformasi, H himpunan titik-titik, A sebuah titik Akan dibuktikan     HATHTA  1   Ambil  HTA Jadi  XTAHX  maka           XXIXTTXTTAT   111 Jadi,   HAT 1   Ambil   HAT 1 Hal ini berarti       HTAatau1  HTATT Contoh : Dipunyai :   164, 22  yxyxE Misal A = (4,-3) dan C = (3,1) g adalah sumbu X Ditanya : Selidiki apakah  ESMA cg Jawab : Jelas   gcgccg MSMSSM   111 Ambil P = (x,y) Jelas      yxPMyxP g  ,, Jelas         yxyxPSc  2,61.2,3.2 Jadi          yxyxSPMSPSM cgccg   2,6, 1 Sehingga            1,232,463,4 11   cgcg SMASM Karena       EASM cg   1,2 1 maka berarti bahwa   ESMA cg Jadi,   ESMA cg Dengan cara serupa, kita dpat menentukan persamaan peta suatu himpunan apabila persamaan himpunan tela diketahui.
  • 14. 14 Menurut teorema 7.9,     HATHTA  1 . Jika transformasi T adalah  ESM cg dengan   164, 22  yxyxE , maka       EPSMESMP cgcg  1 . Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, jika  yxP , maka      yxPSM cg   2,6 1 Jadi,         164,2,6 221   yxyxyxEPSM cg Jadi haruslah     16246 22  yx Hal ini berarti bahwa      03616124, 22  yxyxyxPESMP cg Sehingga diperoleh fakta bahwa 03616124 22  yxyx adalah persamaan peta E oleh transformasi cg SM . Latihan Soal halaman 68 1. Diket : titik A, B, P tak segaris dan berbeda. Lukis : a. 𝑆𝐎(𝑃) b. 𝑅 ∋ 𝑆 𝐵(𝑅) = 𝑃 c. 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝑃) d. 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝐷) e. 𝑆𝐎 2 (𝑃) Lukisan : a. 𝑆ᒐ(𝑃) b. 𝑅 ∋ 𝑆 𝐵(𝑅) = 𝑃 𝑆𝐎(𝑃) B P A
  • 15. 15 c. 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝑃) d. 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃) e. 𝑆𝐎 2 (𝑃) 2. Diket : garis 𝑔 dan titik 𝐎, 𝐎 ∉ 𝑔 Ditanya : a) Lukisan garis 𝑔1 = 𝑆𝐎(𝑔) dan mengapa 𝑔 sebuah garis? b) Buktikan bahwa 𝑔′ //𝑔. Jawab : == 𝑆𝐎 2 (𝑃) 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃) B P A R B P A R 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝑃) B P A 𝑆𝐎(𝑃) B P A 𝑆𝐎(𝑃)
  • 16. 16 a. 𝑔′ = 𝑆𝐎(𝑔) Karena 𝑔 sebuah garis, maka 𝑆𝐎(𝑔) juga merupakan sebuah garis (isometri). b. 𝑔′ ∕∕ 𝑔 Bukti : 𝑃 ∈ 𝑔, 𝑄 ∈ 𝑔 karena 𝑃 ∈ 𝑔 maka A titik tengah 𝑃𝑃′ dengan 𝑃′ = 𝑆𝐎(𝑃) karena 𝑄 ∈ 𝑔 maka A titik tengah 𝑄𝑄′ dengan 𝑄′ = 𝑆 𝐎(𝑄) Perhatikan ∆𝐎𝑃𝑄′ 𝑑𝑎𝑛 ∆𝐎𝑄𝑃′ Untuk membuktikan bahwa 𝑔′ ∕∕ 𝑔 maka harus ditunjukkan ∆𝐎𝑃𝑄′ 𝑑𝑎𝑛 ∆𝐎𝑄𝑃′ adalah kongruen. 𝑚(< 𝑃𝐎𝑄′) = 𝑚(< 𝑄𝐎𝑃′ ) (sudut bertolak belakang) 𝑃𝐎 = 𝐎𝑃′ ( karena A titik tengah 𝑃𝑃′ ) 𝑄′ 𝐎 = 𝐎𝑄 ( karena A titik tengah 𝑄𝑄′ ) Menurut definisi kekongruenan (S Sd S) sehingga ∆𝐎𝑃𝑄′ ≅ ∆𝐎𝑄𝑃′ Karena ∆𝐎𝑃𝑄′ ≅ ∆𝐎𝑄𝑃′ maka 𝑃𝑄′ = 𝑄𝑃′ Karena 𝑃𝑄′ = 𝑄𝑃′ maka 𝑔′ ∕∕ 𝑔 3. Diket : ∆𝐎𝐵𝐶 dan jajargenjang 𝑊𝑋𝑌𝑍, K terletak diluar daerah ∆𝐎𝐵𝐶 dan diluar jajargenjang 𝑊𝑋𝑌𝑍. Ditanya : a) Lukisan 𝑆 𝐟(∆𝐎𝐵𝐶) b) Titik J ∋ 𝑆𝐜(𝑊𝑋𝑌𝑍) = 𝑊𝑋𝑌𝑍 Jawab : a) Lukisan 𝑆 𝐟(∆𝐎𝐵𝐶) PQ 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑃′ 𝑔′ = 𝑆𝐎(𝑔) A 𝑆𝐎(𝑄) = 𝑄′ 𝑔
  • 17. 17 b) 𝑆 (𝑊𝑋𝑌𝑍) = 𝑊𝑋𝑌𝑍 4. Diket : titik-titik A, B, C tak segaris Lukis : a) Garis 𝑔 dan ℎ sehingga 𝑀𝑔(𝐵) = 𝐵 dan 𝑆𝐎 = 𝑀𝑔 𝑀ℎ b) Garis 𝑘 dan 𝑚 sehingga 𝑀−1 𝑘(𝐶) = 𝐶 dan 𝑆𝐎 = 𝑀 𝑘 𝑀 𝑚 Lukisan : a) 𝑀𝑔(𝐵) = 𝐵 dan 𝑆𝐎 = お 𝑔 𝑀ℎ b) 𝑀−1 𝑘(𝐶) = 𝐶 dan 𝑆@ = 𝑀 𝑘 𝑀 𝑚 5. Diket : A = (2,3) Ditanya: a. SA( C ) apabila C = (2,3) b. SA( D ) apabila D = (-2,7) c. SA( E ) apabila E= (4,-1) d. SA( P ) apabila P = (x,y) Jawab: W X YZ C’ A’ B’ K B CA 𝑔 𝐎 ℎ 𝐵
  • 18. 18 a. C = (2,3) SA( C ) = (2.2 - 2, 2.3 - 3) = (2,3) b. D = (-2,7) SA( D ) = (2.2-(-2), 2.3-7) = (6,-1) c. E= (4,-1) SA( E ) = (2.2-4, 2.3-(-1)) = (0,7) d. P = (x,y) SA( P ) = (2.2-x, 2.3-y) = (4-x, 6-y) 6. Diket : B = (1, -3) Tentukan : a. SB(D) apabila D (-3, 4) b. E apabila SB(E) = (-2, 5) c. SB(P) apabila P = (x, y) Jawab : a. D (-3, 4) SB(D) = (2.1-(-3), 2.(-3)-4) = (5, -10) b. SB(E) = (-2, 5) Misal E = (x, y) Maka, 2.1 - x = -2 2.(-3) - y = 5 ⇔2 – x = -2 ⇔ -6 - y = 5 ⇔ x = 4 ⇔ y = -11 jadi, E = (4, -11) c. P= (x, y) SB(P) = (2.1- x, 2.(-3) - y) = (2 - x, - 6 - y) 7. Diket : D = (0, -3) dan B = (2, 6) a. SB(B) = (2.2 - 2, 2.6 - 6)
  • 19. 19 = (2, 6) SDSB(B) = SD(2,6) = (2.0 - 2, 2.(-3) – 6) = (-2, -12) b. K = (1, -4) SB(K) = (2.2-1, 2.6 - (-4) = (3, 16) SDSB(K) = SD(3,16) = (2.0 - 3, 2.(-3) - 16) = (-3, -22) c. SD(K) = (2.0 - 1, 2.(-3) - (-4)) = (-1, -2) SBSD(K) =SB(-1, -2) = (2.2 - (-1), 2.6 - (-2)) = (5, 14) d. Menurut teorema 7.3 jika SA setengah putaran, maka S-1 A = SA maka, SD -1 (K) = SD(K) = (-1,-2) Dan, SB -1 (K) = SB(K) Sehingga, (SDSB)-1 (K) = SB -1 SD -1 (K) = SB -1 (-1, -2) = SB(-1, -2) = (2.2 - (-1), 2.6 - (-2)) = (5, 14) e. P = (x, y) SB(P) = (2.2 – x, 2.6 – y) = (4 – x, 12 – y) SDSB(P) = SD(4 – x, 12 – y) = (2.0 – (4 – x), 2.(-3) – (12 – y)) = ( - 4 + x, - 6 – 12 + y) =(x - 4, y - 18) 8. Diket : C = (−4,3)
  • 20. 20 𝑔 = {(𝑥, 𝑊)|𝑊 = −𝑥} Tentukan : a. 𝑀𝑔 𝑆𝑐(2, −1) b. 𝑀𝑔 𝑆 𝐶(𝑃) jika 𝑃(𝑥, 𝑊) c. (𝑀 𝑔 𝑆 𝐶)−1(𝑃), apakah 𝑀𝑔 𝑆𝑐 = 𝑆𝑐 = ᒐ 𝑐 𝑀𝑔? Jawab : a. 𝑀𝑔 𝑆𝑐(2, −1) = 𝑀𝑔(2. (−4) − 2,2.3— 1) = 𝑀𝑔(−10,7) = (−7,10) b. 𝑃(𝑥, 𝑊) 𝑀𝑔 𝑆 𝐶(𝑃) = 𝑀𝑔(2. (−4) − 𝑥, 2.3 − 𝑊) = 𝑀𝑔(−8 − 𝑥, 6 − 𝑊) = (𝑊 − 6, 𝑥 + 8) c. (𝑀 𝑔 𝑆 𝐶)−1(𝑃) = (𝑆 𝐶 −1 𝑀𝑔 −1 )(𝑃) Berdasarkan teorema 7.3 dan 6.3 diperoleh 𝑆𝐎 −1 = 𝑆𝐎 dan 𝑀𝑔 −1 = 𝑀𝑔, sehingga diperoleh (𝑀 𝑔 𝑆 𝐶)−1(𝑃) = (𝑆 𝐶 −1 𝑀𝑔 −1 )(𝑃) = (𝑆 𝐶 𝑀𝑔)(𝑃) = 𝑆 𝐶 𝑀 𝐺(階, 𝑌) = 𝑆 𝐶(−𝑊, −𝑥) = (2. (−4)— 𝑊), 2.3— 𝑥 = (𝑊 − 8, 6 + 𝑥) 9. a. SA(K) = SA(J) Misal K = (x, y), A = (a, b), J = (u, v) SA(K) = (2a − x, 2b − y) SA(K) = (2a − u, 2b − v) Karena SA(K) = SA(J) sehingga 2a − x = 2a − u ⇔ −x = −u
  • 21. 21 ⇔ x = u dan 2b − y = 2b − v ⇔ −y = −v ⇔ y = v Sehingga K(x, y) = J(u, v) Jadi K = J b. SA(D) = SB(D) Misal 𝐎 = (𝑎, 𝑏) 𝐵 = (𝑐, 𝑑) 𝐷 = (𝑥, 𝑊) Karena SA(D) = SB(D) maka (2𝑎 − 𝑥, 2𝑏 − 𝑊) = (2𝑐 − 𝑥, 2𝑑 − 𝑊) diperoleh 2𝑎 − 𝑥 = 2𝑐 − 𝑥 ⇔ 2𝑎 = 2𝑐 ⇔ 𝑎 = 𝑐 dan 2𝑏 − 𝑊 = 2𝑑 − 𝑊 ⟺ 2𝑏 = 2𝑑 ⟺ 𝑏 = 𝑑 Karena 𝑎 = 𝑐 dan 𝑏 = 𝑑 Maka (𝑎, 𝑏) = (𝑐, 敡) sehingga 𝐎 = 𝐵 Jadi dapat ditarik suatu akibat yaitu 𝐎 = 𝐵 c. SA(E) = E ⟹ Misal A(a, b), E(x, y) SA(E) = (2a − x, 2b − y) Karena SA(E) = E maka (2a − x, 2b − y) = (x, y) diperoleh 2a − x = x ⟺ 2a = 2x ⟺ a = x dan 2b − y = y
  • 22. 22 ⟺ 2b = 2y ⟺ b = y Sehingga A(a, b) = E(x, y) Jadi A = E 10. a) Dipunyai : ABBA SSSSBA  , Ditanya : selidiki apakah pernyataan tersebut benar Jawab : Ambil     ),(,,,, yxPVdcBVbaA            1...22,22 22,22 2,2 ydbxca ydbxca ydxcSA                2...22,22 22,22 22,22 2,2 ydbxca ybdxac ybdxac ybxaSB     Dari (1) dan (2) diperoleh fakta bahwa     ABBA SSSS ydbxcaydbxca   22,2222,22 Jadi, ABBA SSSSBA  , merupakan pernyataan yang salah b) Dipunyai : setiap setengah putaran adalah suatu isometric langsung Ditanya : selidiki apakah pernyataan tersebut benar Jawab : Menurut definisi suatu transformasi isometric langsung apabila transformasi itu mengawetkan orientasi. Ambil tiga titik tak segaris      feCdcBbaA ,,,,, dan tiga titik tersebut membentuk segitiga ABC Akan ditunjukan ABC orientasinya sama dengan A’B’C’ dengan A’=T(A),B’=T(B), C’=T(C) Misal P(x,y) titik pusat setengah putaran  PSS BA  PSS AB
  • 23. 23 c) Dipunyai :    hSSgSShg BABA  Ditanya : selidiki apakah pernyataan tersebut benar Jawab : d) Dipunyai :     ABBABSBASA AB 2, 1111  Ditanya : selidiki apakah pernyataan tersebut benar Jawab : Ambil    2211 ,,, yxByxA    2 21 2 21 yyxxAB             2121221 1212111 2,2, 2,2, yyxxyxSBSB yyxxyxSASA AA BB                             AB3 3 99 3333 2222 2222 2 12 2 12 2 12 2 12 2 12 2 12 2 2112 2 2112 2 2112 2 211211       yyxx yyxx yyxx yyyyxxxx yyyyxxxxBA Jadi,     ABBABSBASA AB 3, 1111  Jadi,     ABBABSBASA AB 2, 1111  merupakan pernyataan salah e) Dipunyai :     PPSggSPAgPgA AA  ,,, Ditanya : selidiki apakah pernyataan tersebut benar Jawab : Jelas gAP  Ambil A(a,b), P(x,y) Akan ditunjukan bahwa     PPSggS AA  ,        yxPPS gPybxaPS A A ,Jadi, '2,2   Karena gA , maka       ggSgPPSgAAS AAA  ',
  • 24. 24 Jadi,     PPSggSPAgPgA AA  ,,, merupakan pernyataan salah. 11. Diket: A = (−1,0) Ditanya: Tentukan persamaan garis-garis 𝑔 dan ℎ sehingga 𝐵(3,4) ∈ 𝑔 dan 𝑆𝐎 = 𝑀𝑔 𝑀ℎ Jawab: 𝑆𝐎 = 𝑀𝑔 𝑀ℎ ⇒ 𝑔 ⊥ ℎ ⇒ 𝑚 𝑔. 𝑚ℎ = −1 ⟺ 𝑚 𝑔 = 1 𝑚ℎ misal 𝑔 ⟹ 𝑊 = 𝑚 𝑔 𝑥 + 𝐶 ℎ ⟹ 𝑊 = 𝑚ℎ 𝑥 + 𝐶 titik potong g dan h ada di A(−1,0) A titik potong g dan h B(3,4) ∈ g Sehingga A dan B ∈ g Persamaaan garis g melalui A(−1,0) dan B(3,4) g: y − y1 y2 − y1 = x − x1 x2 − x1 ⇔ y − 4 0 − 4 = x − 3 −1 − 3 ⇔ y − 4 −4 = x − 3 −4 ⟺ y − 4 = x − 3 ⟺ y = x + 1 ⟹ mg = 1 Karena mg. mh = −1 dan mg = 1 maka mh = −1 h melalui (−1,0) dan bergradien -1 y − y1 = m(x − x1) y − 0 = −1(x + 1) y = −x − 1 Jadi g: y = x + 1 h: y = −x − 1 13. Diketahui : titik VBA , , garis g
  • 25. 25 Titik R,S,T berbeda dan tak segaris sehingga ganda (R,S,T) memiliki orientasi positif Ditanya : Apakah dapat dikatakan tentang peta ganda tersebut oleh transformasi : a. SA b. SA SB c. MgSA d. SAMgSB e. S-1 A f. (MgSB)-1 Selesaian : 14. Diketahui:tiga titik A, B, C Buktikan:(𝑆𝐎 𝑆 𝐵)−1 = 𝑆 𝐵 𝑆𝐎 Bukti: Adb (𝑆𝐎 𝑆 𝐵)−1 = 𝑆 𝐵 𝑆𝐎 (𝑆𝐎 𝑆 𝐵)−1 = 𝑆 𝐵 −1 𝑆𝐎 −1 Menurut teorema 7.3 “𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑆𝐎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑆𝐎 −1 = 𝑆𝐎” Jadi SB −1 = SB dan SA −1 = SA Karena 𝑆 𝐵 −1 = 𝑆〱 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝐎 −1 = 𝑆𝐎 Maka (𝑆𝐎 𝑆 𝐵)−1 = 𝑆 𝐵 −1 𝑆𝐎 −1 = 𝑆 𝐵 𝑆𝐎 Jadi, terbukti bahwa (SASB)−1 = SBSA 15. Diketahui : MgSA, MgSAMh, SAMh,SB, T-1 SA dengan T suatu transformasi sebarang Ditanya : tentukan dan sederhanakan balikannya Selesaian : a)   hhgghgAgAAg MIMMMMMSMSSM   11111 b)       ISSSSSSSMMMSM AAAAAAAhghAg   111111 c)        AhBAhBhABBhABhA SMSSMSMSSSMSSMS 11111111  
  • 26. 26 gBghhBAhB MSMMMSSMS   11 Jadi,   gBBhA MSSMS  1     TSTSST AAA   11111 16. a. Apabila A=(0,0), B=(-4,1), tentukanlah K sehinga 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝐟) = (6,2) b. Apabila 𝑀𝑔 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑅, nyatakan kootdinat P dengan koordinat- koordinat R Penyelesaian: a. Diket : A=(0,0), B=(-4,1) Ditanya : tentukanlah K sehinga 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝐟) = (6,2) Jawab : Misal 𝐟 = (𝑥, 𝑊) 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝐟) = (6,2) ⇔ 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝑥, 𝑊) = (6,2) ⇔ 𝑆𝐎(2. (−4) − 𝑥, 2.1 − 𝑊) = (6,2) ⇔ 𝑆𝐎(−8 − 𝑥, 2 − 𝑊) = (6,2) ⇔ (2.0 − (−8 − 𝑥), 2.0 − (2 − 𝑊) = (6,2) ⇔ (8 + 𝑥, 𝑊 − 2) = (6,2) ⇒ 8 + 𝑥 = 6 ⇔ 𝑥 = −2 𝑊 − 2 = 2 ⇔ 𝑊 = 4 Jadi, 𝐟(−2,4) b. Diket : 𝑀𝑔 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑅 Ditanya : nyatakan kootdinat P dengan koordinat-koordinat R Jawab : 17. Diket: Titik 𝐎(−1,4) Garis 𝑔 = {(𝑥, 𝑊)|𝑊 = 2𝑥 − 1} Garis ℎ = {(𝑥, 𝑊)|𝑊 = −4𝑥} Ditanya: a. Persamaan 𝑆𝐎(𝑔) = 𝑔′ ?
  • 27. 27 b. Persamaan 𝑆𝐎(ℎ) = ℎ′ ? c. Persamaan 𝑆𝐎(𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥)? d. Apakah titik (−5,6) terletak pada 𝑆𝐎(𝑔) ? jelaskan ! Jawab: a. Ambil titik 𝐺(1,1) ∈ 𝑔 曯 𝐎(𝑔) = 昹 ′ , 𝐺 ∈ 𝑔, 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝐎(𝐺) = 𝐺′ Maka 𝐺′ ∈ 𝑔′ 𝑆𝐎(𝐺) = (2. (−1) − 1, 2.4 − 1) = (−3, 7) = 𝐺′ ∈ 𝑔′ Menurut teorema 7.5 maka 𝑔′ ∕/𝑔 sehingga 𝑚𝑔′ = 𝑚𝑔 = 2 jadi, persamaan 𝑔′ melalui 𝐺′(−3, 7) dengan 𝑚=2 𝑊 − 𝑊1 = 𝑚(𝑥 − 𝑥1) 𝑊 − 7 = 2(𝑥— 3) 階 − 7 = 2𝑥 + 6 𝑊 = 2〰 + 13 Jadi, 𝑔′ = {(𝑥, 𝑊)| 𝑊 = 2𝑥 + 13} b. Kasus I Ambil titik 𝐻 = 𝐎 𝐻(−1,4) ∈ ℎ SA(h) = h′ , H ∈ h, dan SA(H) = H′ Maka H′ ∈ h′ SA(H) = (2. (−1) − (−1), 2.4 − 4) = (−1, 4) = H′ ∈ h′ Menurut teorema 7.5 maka h′ ∕/h sehingga mh′ = mh = −4 jadi, persamaan h′ melalui G′(−1, 4) dengan m = −4 y − y1 = m(x − x1) y − 4 = −4(x − (−1)) y − 4 = −4x − 4 y = −4x Jadi, h′ = {(x, y)|y = −4}
  • 28. 28 Kasus II Ambil titik 𝐻 ≠ 𝐎 𝐻(1, −4) ∈ ℎ SA(h) = h′ , H ∈ h, dan SA(H) = H′ Maka H′ ∈ h′ SA(H) = (2. (−1) − 1, 2.4 − (−4)) = (−3, 12) = H′ ∈ h′ Menurut teorema 7.5 maka h′ ∕/h sehingga mh′ = mh = −4 jadi, persamaan h′ melalui G′(−3, 12) dengan m = −4 y − y1 = m(x − x1) y − 12 = −4(x − (−3)) y − 12 = −4x − 12 y = −4x Jadi, h′ = {(x, y)|y = −4} c. Sumbu 𝑥 ⇒ 𝑊 = 0 ⇒ 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑔 Ambil titik 𝐺(1,0) ∈ 𝑔 dan SA(𝑔) = 𝑔′ Maka SA(𝐺) = 𝐺′ = (2. (−1) − 1, 2.4 − 0) = (−3,8) Sehingga 𝐺′ ∈ g′ Karena 𝑔//𝑔′ ⇒ 𝑚𝑔 = 𝑚𝑔′ = 0 Persamaan himpunan melalui (−3,8) dengan 𝑚 = 0 𝑊 − 𝑊1 = 𝑚(𝑥 − 𝑥1) ⇔𝑊 − 8 = 0(𝑥 + 3) ⇔ 𝑊 = 8 Jadi, persamaan himpunan 𝑆𝐎(𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥) adalah 𝑊 = 8 d. 𝑆𝐎(𝑔) = 𝑔′ = {(𝑥, ᒐ)|@ = 2𝑥 + 13} 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 = −5 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑊 = 2. (−5) + 13 = 3 ≠ 6 Jadi (−5,6) tidak terletak pada 𝑆𝐎(𝑔) 18. Diket: C = {(x, y)|x2 + (y − 3)2 = 4 𝑔 = {(𝑥, 𝑊)|𝑊 = 𝑥} 𝐎(3,2)
  • 29. 29 Ditanya: Apakah 𝐷(2,5) ∈ 𝑀𝑔 𝑆𝐎(𝐶)? Jawab: 𝐶 = {(𝑥, 𝑊)|𝑥2 + (𝑊 − 3)2 = 4 dengan pusat 𝑀(0,3) dan berjari-jari 2 𝐎(3,2) 𝑆𝐎(𝑀) = 𝑀′ = (2.3 − 0,2.2 − 3) = (6,1) 𝑆𝐎(𝐶) = 𝐶′ 𝐶′ adalah lingkaran dengan pusat M′ (6,1), jari-jari 2 Sehingga 𝐶′ = {(𝑥, 𝑊)|(𝑥 − 6)2 + (𝑊 − 1)2 = 4} 𝑀𝑔(𝐶′) = 𝐶′′ ⟺ 𝑀𝑔(6,1) = (1,6) Jadi M′′(1,6) adalah pusat lingkaran C′′ 𝐶′′ = (𝑥 − 1)2 + (𝑊 − 6)2 = 4 Jadi, MgSA(C) = C′′ = (x − 1)2 + (y − 6)2 = 4 Jika x = 2, dan y = 5 Maka (2 − 1)2 + (5 − 6)2 = (1)2 + (−1)2 = 1 + 1 = 2 ≠ 4 Jadi, D(2,5) ∉ MgSA(C) 20. Diket : 𝑔 = {(𝑥, 𝑊)|𝑊 = 5𝑥 + 7} 𝑃 = (−3,2) Ditanya : 𝑆 𝑃(𝑔) = 𝑔′ ? Jawab: Ambil sebarang titik 𝐎(𝑥, 𝑊) ∈ 𝑔 𝑥 = −1 ⇒ 𝑊 = −5 + 7 = 2 Misal 𝐎(−1,2), 𝐎 ∈ 𝑔 𝑆 𝑃(𝐎) = (2. (−3)— 1,2.2 − 2) = (−6 + 1,4 − 2) = (−5,2) = 𝐎′ ⟹ 𝐎′ ∈ 𝑔′ 𝑔//𝑔′ ⟹ 𝑚 𝑔 = 𝑚 𝑔′ = 5 俎 − 𝑊1 = 𝑚(𝑥 − 𝑥1) ⇔ 𝑊 − 2 = 5(𝑥 + 5) ⇔ 𝑊 − 2 = 5𝑥 − 25 ⇔ 𝑊 = 5𝑥 + 27
  • 30. 30 Jadi, 𝑆 𝑃(𝑔) = 𝑔′ = {(𝑥, 𝑊)|𝑊 = 5𝑥 + 27) Tugas halaman 74 1. Diketahui : titik A dan B, garis 𝑔 ∋ 𝐎 ∉ 𝑔, 𝐵 ∉ 𝑔 Lukis : a. 𝑔′ = 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝑔) b. Garis 𝑘 ∋ 쭔 𝐎 𝑆 𝐵(𝑘) = 𝑔 c. Garis ℎ ∋ 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(ℎ) = ℎ Lukisan : a. 𝑔′ = 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(逜) b. Garis 𝑘 ∋ 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝑘) = 𝑔 𝑔 = 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝑘) 𝑆 𝐵(𝑘) 𝐎 𝑘 𝑔′ = 𝑆 𝐎㉹ 𝐵 (𝑔) 𝑔 𝑆 𝐵(𝑔) 𝐵 𝐎 棚
  • 31. 31 c. Garis ℎ ∋ 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(ℎ) = ℎ 2. Diketahui : garis g dan h berpotongan. Titik A dan B tidak terletak pada garis g dan h. Lukis : a. 𝑀𝑔 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(ℎ) b. 昰 ∋ 𝑆𝐎 𝑆 𝐵 𝑀ℎ(ℎ) = 𝑔 Lukisan : a. 𝑀𝑔 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(ℎ) b. 𝑘 ∋ 𝑆𝐎 𝑆 𝐵 𝑀ℎ(ℎ) = 𝑔 3. Diketahui : 𝑔 = {(𝑥, 𝑊)│2𝑥 − 5𝑊 = 4} dan 𝐎 = (1,4) Ditanya : a. apakah 𝐶(−1,6) ∈ 𝑔′ = 𝑆𝐎(𝑔) b. persamaan 𝑔′ Jawab : a. 𝑔 ∶ 2𝑥 − 5𝑊 = 4 Karena 𝑔′ = 𝑆𝐎(𝑔) dan 𝐎 = (1,4) ∉ 𝑔 maka menurut teorema 7.5, 𝑔//𝑔′. 𝑔 ℎ 𝐵 𝐎
  • 32. 32 Untuk mengetahui apakah 𝐶(−1,6) ∈ 𝑔′ = 𝑆𝐎(𝑔) maka harus dicari 𝑆𝐎(𝐶) = (𝑥, 𝑊) lalu diselidiki apakah (𝑥, 𝑊) ∈ 𝑔 Menurut teorema 7.4 maka 𝑆𝐎(𝐶) = (2.1— 1,2.4 − 6) ⇔ (𝑥, 𝑊) = (2 − 1,8 − 6) ⇔ (𝑥, 𝑊) = (1,2) Maka diperoleh 𝑥 = 1, 𝑊 = 2 Substitusikan nilai 𝑥 dan 𝑊 ke persamaan 𝑔 Diperoleh 2.1 − 5.2 = 2 − 10 = −8 Karena (𝑥, 𝑊) tidak memenuhi persamaan 𝑔 maka (𝑥, 𝑊) = 𝑆𝐎(𝐶) ∉ 𝑔 maka 𝐶 ∉ 𝑔′ = 𝑆𝐎(𝑔) b. Untuk menentukan persamaan 𝑔′ maka dihitung gradien 𝑔′ dan diambil salah satu titik 𝑃 ∈ 𝑔, misalnya 𝑃 = (7,2) Maka 𝑆𝐎(𝑃) = (2.1 − 7,2.4 − 2) ⇔ 𝑆𝐎(𝑃) = (2 − 7,8 − 2) ⇔ 𝑆𝐎(𝑃) = (−5,6) Karena 𝑃 ∈ 𝑔 dan 𝑔′ = 𝑆𝐎(𝑔) maka 𝑆𝐎(𝑃) ∈ 𝑔′. 𝑔 ∶ 2𝑥 − 5𝑊 = 4 maka gradient 𝑔 adalah 2 5 𝑔′ = 𝑆𝐎(𝑔) sehingga 𝑔//𝑔′ maka gradien 𝑔 = gradien 𝑔′ = 2 5 𝑊 − 7 = 2 5 (𝑥 − 2) ⇔ 𝑊 = 7 + 2 5 𝑥 − 2 5 . 2 ⇔ 𝑊 = 7 + 2 5 𝑥 − 4 5 ⇔ 𝑊 = 2 5 𝑥 + 31 5 ⇔ 5𝑊 = 2𝑥 + 31 ⇔ −2𝑥 + 5𝑊 = 31 Jadi, persamaan garis 𝑔′ adalah −2𝑥 + 5𝑊 = 31. 4. Diketahui :𝑔 = {(𝑥, 𝑊)│3𝑥 + 2𝑊 = 4} dan 𝐎 = (−2,1)
  • 33. 33 Ditanya : a. 𝑘 ∋ 𝐷 = (3, 𝑘) ∈ 𝑔′ = 𝑆𝐎(𝑔) b. Persamaan 𝑔′ c. Persamaan ℎ ∋ 𝑆𝐎(ℎ) = 𝑔 Jawab : a. Untuk menentukan 𝑘 maka diambil titik 𝑃 = (𝑥, 𝑊) ∈ 𝑔 sehingga 2. −2 − 𝑥 = 3 ⇔ −4 − 𝑥 = 3 ⇔ 𝑥 = −7 Substitusikan 𝑥 = −70 pada persamaan 𝑔 maka 3𝑥 + 2𝑊 = 4 ⇔ 3. −7 + 2𝑊 = 4 ⇔ −21 + 2𝑊 = 4 ⇔ 2𝑊 = 25 ⇔ 𝑊 = 25 2 Maka 𝑃 = (𝑥, 𝑊) = (−7, 25 2 ) Karena 𝑃 = (−7, 25 2 ) dan 𝐎 = (−2,1) maka menurut teorema 7.4 maka 𝑆𝐎(𝑃) = (2. −2— 7), 2.1 − 25 2 ⇔ (3, 𝑘) = (−4 + 7,2 − 25 2 ) ⇔ (3, 𝑘) = (3, − 21 5 ) Sehingga diperoleh 𝑘 = − 21 5 b. Untuk menentukan persamaan 𝑔′ maka harus ditentukan gradien 𝑔′ Karena 𝑔′ = 𝑆𝐎(𝑔) maka menurut teorema 7.5 𝑔//𝑔′ sehingga gradien 𝑔 = gradien 𝑔′ 𝑔 ∶ 3𝑥 + 2𝑊 = 4 maka gradien 𝑔 adalah − 3 2 sehingga gradien 〱 ′ = − 3 2 Berdasarkan jawaban soal a, maka 𝐷 = (3, − 21 5 ) ∈ 𝑔′ Sehingga persamaan ᒐ′ adalah 𝑊 − 3 = − 3 2 (𝑥— 21 5 )
  • 34. 34 ⇔ 𝑊 = − 3 2 (𝑥 + 21 5 ) + 3 ⇔ 𝑊 = − 3 2 𝑥 − 3 2 . 21 5 ⇔ 𝑊 = − 3 2 𝑥 − 63 10 ⇔ 10𝑊 = −15ㄎ − 63 ⇔ 15𝑥 + 10𝑊 = 63 Jadi, persamaan 𝑔′ adalah 15𝑥 + 10𝑊 = 63. c. 𝑆_(ℎ) = 𝑔 maka 𝑆−1 𝐎(𝑔) = ℎ Menurut teorema 7.3 ᒐ−1 𝐎 = 𝑆𝐎 sehingga 𝑆−1 𝐎(𝑔) = 𝑆𝐎(𝑔) = ℎ Dari jawaban soal b, 𝑔′ = 𝑆𝐎(𝑔) artinya 𝑔′ = 𝑆𝐎(𝑔) = ℎ sehingga diperoleh 𝑔′ = ℎ maka persamaan ℎ = persamaan 𝑔′ yaitu 15𝑥 + 10𝑊 = 63 Jadi, persamaan ℎ adalah 15𝑥 + 10𝑊 = 63. 5. Diketahui : kurva 𝑘 = {(𝑥, 𝑊)│@ = 𝑥2 } dan titik 𝐎 = (3,1) Ditanya : a. Apakah 𝐵 = (3, −7) ∈ 𝑘′ = 𝑆𝐎(𝑘) b. Persamaan kurva 𝑘′ Jawab : a. Untuk menyelidiki apakah 𝐵 = (3, −7) ∈ 𝑘′ = 𝑆𝐎(𝑘) maka harus dihitung 𝑆𝐎(𝐵) Misalkan 𝑆𝐎(𝐵) = (𝑥′ , 𝑊′ ) sehingga menurut teorema 7.4 diperoleh 𝑆𝐎(𝐵) = (2.3 − 3,2.1— 7) ⇔ (𝑥′ , 𝑊′) = (6 − 3,2 + 7) ⇔ (𝑥′ , 𝑊′) = (3,9) Maka 𝑥′ = 3, 𝑊′ = 9 Substitusikan (𝑥′ , 𝑊′) = (3,9) ke persamaan 𝑘 diperoleh 9 = 32 memenuhi persamaan 𝑘 maka (𝑥′ , 𝑊′ ) ∈ 𝑘 Karena 𝑆𝐎(𝐵) = (𝑥′ , 𝑊′ ) ∈ 𝑘 dan 𝑘′ = 𝑆𝐎(𝑘) maka 𝐵 ∈ 𝑘′ Jadi, 𝐵 = (3, −7) ∈ 𝑘′ = 𝑆𝐎(𝑘)
  • 35. 35 b. Untuk menentukan persamaan 𝑘′ maka harus ditentukan koordinat titik puncak kurva 𝑘′ Karena 𝑘 = {(𝑥, 𝑊)│𝑊 = 𝑥2 } maka titik puncak 𝑘 adalah (0,0) dan titik fokus kurva 𝑘 adalah (0, 1 4 ) Misalkan titik puncak 𝑘 adalah titik 𝑀 maka 𝑀 = (0,0) sehingga menurut teorema 7.4, 𝑆𝐎(𝑀) = (2.3 − 0,2.1 − 0) = (6,2) Karena 𝑀 ∈ 𝑘 dan 𝑘′ = 𝑆𝐎(𝑘) maka 𝑆𝐎(𝑀) ∈ 𝑘′ dan karena 𝑀 adalah titik puncak å°  maka 𝑆𝐎(𝑀) = (6,2) titik puncak 𝑘′. Misalkan titik fokus 𝑘 adalah 𝑃 maka 𝑃 = (0, 1 4 ) sehingga menurut teorema 7.4, 𝑆𝐎(𝑃) = (2.3 − 0,2.1 − 1 4 ) = (6, 7 4 ) Karena 𝑃 ∈ 𝑘 dan 𝑘′ = 𝑆𝐎(𝑘) maka 𝑆𝐎(𝑃) ∈ 𝑘′ dan karena 𝑃 adalah titik fokus 𝑘 maka _ 𝐎(𝑃) = (6, 7 4 ) titik fokus 𝑘′ Sehingga diperoleh titik puncak 𝑘′ adalah (6,2) dan titik puncak 𝑘′ adalah (6, 7 4 ) maka kurva 𝑘′ menghadap ke bawah sehingga persamaan kurva 𝑘′ adalah (𝑥 − 6)2 = −4. − 1 4 (𝑊 − 2) ⇔ 𝑥2 − 12𝑥 + 36 = 𝑊 − 2 ⇔ 𝑊 = 𝑥2 − 12《 + 38 Jadi, persamaan kurva 𝑘′ = 𝑆𝐎(𝑘) adalah 𝑊 = 𝑥2 − 12𝑥 + 38. 6. Diketahui :            kSMkxCyyxgAyyxk Agx  ',6,,0,,0,2,, 1 Ditanya : a) nilai x sehingga 'kC  ; b) persamaan 'k Selesaian : a) Ambil P(m,n)           nmnmMnmMnmSMPSM ggAgAg ,4,4,22,  Hal ini berarti bahwa
  • 36. 36                              x x x xM x xM x xSMkSM ggAgAg 1 ,4 1 ,4 1 ,22 1 , Maka 6 1 6 1  x x yc , 6 23 6 1 4 cx Jadi, nilai x sehingga 'kC  adalah 6 23 b) Misal 'kD Untuk nilai x = 1, maka   '1,3 1 1 ,14 kD        Maka untuk mencari persaman 'k dapat diperoleh dari dua titik yaitu    1,3dan6,6 23 DC 176 2366 5 236 5 6 6 2318 6 236 5 6 6 23 3 6 23 61 6 12 1 12 1                          xy xy xy x y x y xx xx yy yy 7. Diketahui : Q titik tengah PR Ditanya : Buktikan bahwa QRPQ SSSS  Bukti : Ambil A(x,y), P(a,b), R(c,d), Q(e,f) Karena Q titik tengah PR , maka    dbfcae  2 1 2 1 ,                 ybdbxacaybxaSyxSSASS QPQPQ  22,222,2, 2 1 2 1  ydbxca  ,
  • 37. 37 a.             ydbdxcacydbxcaSyxSSASS RQRQR  2,22,2, 2 1 2 1  ydbxca  3,3 Nilai 𝑥 ∋ 𝐶 = (𝑥, 6) ∈ 𝑘′ = 𝑀𝑔 𝑆𝐎(𝑘) b. Persamaan 𝑘′ Jawab : a. Untuk menyelidiki apakah 𝑥 ∋ 𝐶 = (𝑥, 6) ∈ 𝑘′ = 𝑀𝑔 𝑆𝐎(𝑘) maka harus diambil b. Untuk mencari persamaan 𝑘′ maka 8. Diketahui : 𝐶 = (2, −1), 𝑔 = {(𝑥, 𝑊)│𝑊 = 𝑥}, ℎ = {(𝑥, 𝑊)│𝑊 = 3𝑥 − 2} Ditanya : persamaan garis 𝑘 = 𝑆 𝐶 𝑀𝑔(ℎ) Jawab : Ambil titik 𝐎 (2,4) ∈ ℎ Maka 𝑀𝑔(𝐎) = 𝑀𝑔(2,4) = (4,2) = 𝐎′ Karena 𝑀𝑔(ℎ) = ℎ′ , 階 ∈ ℎ, 𝑑𝑎𝑛 𝑀𝑔(𝐎) = 𝐎′ Maka 𝐎′ ∈ ℎ′ Mencari titik potong garis 𝑔 dan garis ℎ ℎ: 𝑊1 = 3𝑥 − 2 𝑔: 𝑊2 = 𝑥 Titik potong garis _ dan garis ℎ adalah 𝑊1 = 𝑊2 3𝑥 − 2 = 𝑥 2𝑥 = 2 𝑥 = 1 Maka, 𝑊 = 1 Jadi, titik potong garis 𝑔 dan garis ℎ adalah di (1,1) Karena 𝑀𝑔(ℎ) = ℎ′ Maka (1,1) ∈ ℎ′ Sehingga garis ℎ′ melalui titik (4,2) dan titik (1,1) 𝑊2 − 𝑊1 𝑊 − 𝑊1 = 𝑥2 − 𝑥1 𝑥 − 𝑥1 1 − 2 𝑊 − 2 = 1 − 4 𝑥 − 4
  • 38. 38 −1 𝑊 − 2 = −3 𝑥 − 4 −3𝑊 + 6 = −𝑥 + 4 −3𝑊 + 𝑥 = −2 𝑥 − 3𝑊 + 2 = 0 Jadi persamaan ℎ′ : 𝑥 − 3𝑊 + 2 = 0 Ambil titik 𝐵 = (7,3) ∈ ℎ′ Maka 𝑆 𝐶(𝐵) = 𝑆 𝐶(7,3) = (2.2 − 7,2. (−1) − 3) = (−3, −5) = 𝐵′ Karena 𝑘 = 𝑆 𝐶 𝑀𝑔ℎ Atau 𝑘 = 𝑆 𝐶(ℎ′), 𝐵 ∈ ℎ′ dan 𝑆 𝐶(𝐵) = 𝐵′ Maka 𝐵′ ∈ 𝑘 Sehingga 𝑘 melalui 𝐵′ = (−3, −5) dan 𝑘//ℎ′ dengan 𝑚 = 1 3 − 𝑊1 = 𝑚(𝑥 − 𝑥1) 𝑊 + 5 = 1 3 (𝑥 + 3) 𝑊 + 5 = 1 3 𝑥 + 1 ᒐ = 1 3 𝑥 − 4 3𝑊 = 𝑥 − 12 Jadi persamaan garis 𝑘 = 𝑆 𝐶 𝑀𝑔(ℎ) adalah 3𝑊 = 𝑥 − 12. 9.a)Diketahui : garis g dan h Ditanya : buktikan jika g//h maka transformasi MgMh tidak memiliki titik tetap Bukti : Misal AA '' Jelas     ''' AAMAMM ghg  Karena g//h maka AA '' sehingga   'AAMM hg  Hal ini sebuah kontradiksi
  • 39. 39 Maka pengandaian harus dibatalkan. Karena menurut definisi A dinamakan titik tetap transformasi T apabila berlaku T(A)=A dan sebuah setengah putar SA hanya memiliki satu titik tetap yaitu A, sedangkan jika g//h diperoleh fakta bahwa   'AAMM hg  dan   Ahg SAMM  maka transformasi MgMh tidak memiliki titik tetap. Jadi, jika g//h maka transformasi MgMh tidak memiliki titik tetap. 9.b)Diketahui : garis g, titik gA Ditanya : buktikan SAMg tidak memiliki titik tetap Bukti : 10. Diketahui : ∆𝐎𝐵𝐶, garis 𝑔 dan sebuah titik 𝐟 ∉ 𝑔, 𝐟 diluar daerah ∆𝐎𝐵𝐶. Tentukan semua pasangan titik 𝑋 dan 𝑌 dengan 𝑋 ∈ 𝑔, 𝑌 ∈ ∆𝐎𝐵𝐶 sehingga 𝐟 titik tengah 𝑋𝑌̅̅̅̅? Jawab: 11. Diketahui : lingkaran 𝐿1 dan 𝐿2. Salah satu titik potongnya adalah 𝐎. 𝐶 ∈ 𝐿1 dan 𝐷 ∈ 𝐿2 Ditanya : Lukisan ruas garis 𝐶𝐷̅̅̅̅ sehingga A titik tengah ruas garis 𝐶𝐷̅̅̅̅? Jelaskan lukisan tersebut? Jawab : A titik tengah 𝐶𝐷̅̅̅̅ , berarti 𝐎𝐶 = 𝐎𝐷 Jadi, 𝐿1 = 𝐿2 atau lingkaran pertama sama dengan lingkaran kedua. 𝑔𝐵 𝐟 𝐶 𝐎 𝑌 𝑋 𝐶 𝐷 𝐷 𝐿2 𝐿1
  • 40. 40 12. Diketahui: titik 𝐎 dan garis 𝑔, 𝐎 ∈ 𝑔 Ditanya : a. Buktikan bahwa transformasi 𝑆𝐎 𝐷𝑔 adalah sebuah refleksi pada suatu garis dan garis mana yang menjadi sumbu refleksi ini? b. Jika 𝑔 tegak lurus ℎ di titik 𝐎 dan 𝑔 tegak lurus 𝑘 di titik B, buktikan bahwa 𝑆𝐎 𝑀 𝑘 = 𝑀ℎ 𝑆 𝐵? Jawab : a. Ambil sebarang titik 𝑃 ∈ 𝑉 Diperoleh Ó 𝐎 𝑀𝑔(𝑃) = 𝑃′ Tarik garis ℎ ⊥ 𝑔 yang melalui A Tarik garis 𝑃𝑃′′ yang memotong garis ℎ dititik B, sehingga 𝐶𝐎 = 𝑃𝐵 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝐶 = 𝐵𝐎 Lihat ∆𝐶𝐎𝑃′ 𝑑𝑎𝑛 ∆𝐶𝐎𝑃 𝐶𝐎 = 𝐶𝐎 (berhimpit) 𝐶𝑃 = 𝐶𝑃′ (Refleksi) < 𝑃𝐶𝐎 =< ㌱′𝐶𝐎 (Siku-Siku) Berdasarkan teorema kekongruenan (S, Sd, S) Sehingga dapat disimpulkan ∆𝐶𝐎𝑃′ ≅ ∆𝐶𝐎𝑃 Salah satu akibatnya 𝐎𝑃′ = 𝐎𝑃 Lihat ∆𝐎𝑃𝐵 𝑑𝑎𝑛 ∆𝐎𝑃′′𝐵 𝐎〰 = 𝐎𝐵 (berhimpit) 𝐎𝑝′ = 𝐎𝑃′′ (setengah putaran) 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝐎𝑃 = 〰 𝑃′ = 𝐎𝑃′′ 𝑃𝐵2 = 𝐎𝑃2 − 𝐎𝐵2 = 𝐎𝑃′′2 − 𝐎𝐵2 = 𝑃′′𝐵2 Karena 𝐎𝑃 = 𝐎𝑃′ = 𝐎𝑃′′ , maka 𝑃𝐵 = 𝑃′′ 𝐵 Berdasarkan teorema kekongruenan (S, S, S) Maka dapat disimpulkan ∆𝐎𝑃𝐵 ≅ ∆𝐎𝑃′′𝐵 𝑃′′ 𝐵 𝑃𝐎 𝑃′ 𝑃 𝐶 ℎ 𝑔
  • 41. 41 Akibatnya 𝑃𝐵 = 𝑃′′ 𝐵 Karena O merupakan titik tengah 𝑃𝑃′′, maka 𝑆𝐎 𝑀𝑔(𝑃) = 𝑃′′ merupakan refleksi dari P dengan sumbu refleksi adalah garis yang melalui titik 𝐵 ⊥ 𝑔. Jadi, 𝑆𝐎 𝑀𝑔 merupakan sebuah refleksi pada suatu garis, dan garis itu adalah garis yang melalui A tegak lurus dengan 𝑔. b. Ambil garis 𝑔 tegak lurus ℎ di titik 𝐎 dan 𝑔 tegak lurus 𝑘 di titik 𝐵. Adb 𝑆𝐎 𝑀 𝑘 = 𝑀ℎ 𝑆 𝐵 Menurut teorema 7.1 : “andaikan A sebuah titik, dan 𝑔 𝑑𝑎𝑛 ℎ dua garis tegak lurus yang berpotongan di A, maka 𝑆𝐎 = ç­œ 𝑔 𝑀ℎ” Maka 𝑆𝐎 = 𝑀𝑔 𝑀ℎ dan 𝑆 𝐵 = 𝑀𝑔 𝑀 𝑘 Sehingga 𝑆𝐎 𝑀 𝑘 = (𝑀𝑔 𝑀ℎ)𝑀 𝑘 Karena 𝑀𝑔 𝑀ℎ = 𝑀ℎ 𝑀𝑔, maka diperoleh: (𝑀𝑔 𝑀ℎ)𝑀 𝑘 = (𝑀ℎ 𝑀𝑔)𝑀 𝑘 = 𝑀ℎ 𝑀𝑔 𝑀 𝑘 Sehingga 𝑆𝐎 𝑀ᒐ = (𝑀𝑔 𝑀ℎ)𝑀 𝑘 = (𝑀ℎ 𝑀𝑔)𝑀 𝑘 = 𝑀ℎ 𝑀𝑔 𝑀 𝑘 = 𝑀ℎ(𝑀 𝑔 𝑀 𝑘) = 𝑀ℎ 𝑆 𝐵 Jadi terbukti bahwa 𝑆𝐎 𝑀 𝑘 = 𝑀ℎ 𝑆 𝐵 13. Diketahui : 𝐎, 𝐵, 𝐶 tak segaris Ditanya: a. Pilih sebuah titik 𝑃 dan lukislah titik 𝑃′ = 𝑆𝐎 𝐵 𝑆 𝐶(𝑃) ! b. Jika 𝑀 titik tengah 𝑃𝑃′̅̅̅̅̅ , lukislah 𝑀′ = 𝑆𝐎 𝑆 𝐵 𝑆 𝐶(𝑀) ! c. Perhatikan hubungan antara 𝑀 dan 𝑀′ . Apakah dugaan kita mengenai jenis transformasi 𝑆𝐎 𝑆 𝐵 𝑆 𝐶 ? Jawab: 𝑔 𝐎 h 𝐵 𝑘
  • 42. 42 a. b. c. Karena 𝑀 = 𝑆𝐎 𝑆 𝐵 𝑆 𝐶 = 𝑀−1 maka transformasi 𝑆𝐎 𝑆 𝐵 𝑆 𝐶 merupakan transformasi identitas. 14. Diketahui : ∆𝐎𝐵𝐶, ∠𝐵 = 90° 15. Diketahui : 𝐎 = (0,0), 𝐵 = (3, −1) Ditanya : a) 𝐶′ = 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝐶) jika 𝐶 = (−2,4) b) 𝑃′ = 𝑆 𝐵 𝑠 𝐎(𝐶) jika 𝑃 = (𝑥, ᒐ) c) Apa yang dapat kami katakan tentang 𝐶𝐶′ , 𝑃𝑃′, 𝐎𝐵 Jawab : a) Menurut teorema 7.4 maka 𝑆𝐎 𝑆 𝐵(𝐶) = 𝑆𝐎(𝑆 𝑩(𝐶)) ⇔ 𝑆𝐎 𝑠 𝐵(𝐶) = 𝑆𝐎(2.3— 2), 2. (−1) − 4 ⇔ 𝑆𝐎 𝑠 𝐵(𝐶) = 𝑆𝐎(6 + 2, −2 − 4) ⇔ 𝑆𝐎 𝑠 𝐵(𝐶) = 𝑆𝐎(8, −6) ⇔ 𝑆𝐎 𝑠 𝐵(𝐶) = (2.0 − 8,2.0— 6) ⇔ 𝑆𝐎 𝑠 𝐵(𝐶) = (0 − 8,0 + 6) ⇔ 𝑆𝐎 𝑠 𝐵(𝐶) = (−8,6) Jadi, 𝐶′ = 𝑆〱 𝑆 𝐵(𝐶) = (−8,6) b) Menurut teorema 7.4 maka 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑆 𝐵 (〱 𝑚(𝑃)) ⇔ 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑆 𝐵(2.0 − 𝑥, 2.0 − 𝑊) ⇔ 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑆 𝐵(0 − 𝑥, 0 − 𝑊) ⇔ 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃) = 𝑆 𝐵(−𝑥, −𝑊) ⇔ 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃) = (2.3 − (−𝑥), 2. (−1)—(−𝑊)) A B C P 'P ''P ''P M 'M ''M
  • 43. 43 ⇔ 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃) = (6 + 𝑥, −2 + 𝑊) ⇔ 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃) = (𝑥 + 6, 𝑊 − 2) Jadi, 𝑃′ = 𝑆 𝐵 𝑆𝐎(𝑃) = (𝑥 + 6, 𝑊 − 2) c) Karena 𝐶 = (−2,4) dan 𝐶′ = (−8,6) Maka persamaan 𝐶𝐶′ : 𝑥 − 〱1 𝑥2 − 𝑥1 = 𝑊 − 𝑊1 𝑊2 − 𝑊1 ⇔ 𝑥 + 2 −8 + 2 = 𝑊 − 4 6 − 4 ⇔ 𝑥 + 2 −6 = 𝑊 − 4 2 ⇔ −6𝑊 = 2𝑥 + 4 − 24 ⇔ 𝑊 = − 1 3 𝑥 + 10 3 Karena 𝑃 = (𝑥, 〱) dan 𝑃′ = (𝑥 + 6, 𝑊 − 2) Untuk tidak membuat rancu, dimisalkan titik 𝑃 = (𝑎, 𝑏) dan 𝑃′ = (𝑎 + 6, 𝑏 − 2) Maka persamaan 𝑃𝑃′ : 𝑥 − 𝑥1 𝑥2 − 𝑥1 = 𝑊 − 𝑊1 𝑊2 − 𝑊1 ⇔ 𝑥 − 𝑎 𝑎 + 6 − 𝑎 = 𝑊 − 𝑏 𝑏 − 2 − 𝑏 ⇔ 𝑥 − 𝑎 6 = 𝑊 − 𝑏 −2 ⇔ 6𝑊 = −2𝑥 + 2𝑎 + 6𝑏 ⇔ 𝑊 = − 1 3 𝑥 + 1 3 𝑎 + 𝑏 Karena 𝐎 = (0,0) 𝑑𝑎𝑛 𝐵 = (3, −1) Maka persamaan 𝐎𝐵: 𝑥 − 𝑥1 𝑥2 − 𝑥1 = 𝑊 − 𝑊1 𝑊2 − ‫ﰰ‬1 ⇔ 𝑥 − 0 3 − 0 = 𝑊 − 0 −1 − 0 ⇔ 𝑥 3 = 𝑊 −1 ⇔ 3𝑊 = −𝑥 ⇔ 𝑊 = − 1 3 𝑥 Dari persamaan–persamaan di atas, dapat dikatakan bahwa persamaan 𝐶𝐶′ , 𝑃𝑃′ , dan 𝐎𝐵 mempunyai gradien yang sama, yaitu − 1 3 16. Buktikan : 17. Diketahui : ∆𝐎𝐵𝐶 dan sebuah titik 𝑃 ∈ ‫ﵔ‬ 𝐶̅̅̅̅̅̅ Lukis : di dalam ∆𝐎𝐵𝐶, sebuah ∆𝑃𝑄0 yang kelilingnya paling pendek