Dokumen tersebut membahas latar belakang berdirinya organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912 di Yogyakarta oleh KH Ahmad Dahlan. Muhammadiyah kemudian berperan aktif dalam pergerakan nasional Indonesia, terutama selama masa pendudukan Jepang dengan mendapat dukungan pemerintah untuk mengelola pendidikan Islam. Dokumen ini juga menjelaskan perkembangan dan peran Muhammadiyah hingga masa kontemporer.
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umumnya bangsa-bangsa yang mayoritas penduduknya beragama Islam tinggal di
negeri-negeri yang sedang berkembang, termasuk di Indonesia. Di Indonesia orang-orang
Islam mulai menyadari bahwa mereka tidak akan mungkin dapat berkompetisi
dengan kekuatan-kekuatan yang menantang dari pihak kolonialisme Belanda, penetrasi
Kristen dan perjuangan untuk maju di bagian-bagian lain di Asia apabila mereka terus
melanjutkan kegiatan dengan cara-cara tradisional dalam menegakkan Islam. Mereka
mulai menyadari perlunya perubahan-perubahan untuk mengatasi pengaruh Barat dalam
ilmu pengetahuan serta dalam memperluas daerah pengaruh atau dengan
mempergunakan metode-metode baru yang telah dibawa ke Indonesia oleh kekuasaan
kolonial serta pihak missi Kristen.
Orang-orang Indonesia melakukan berbagai Gerakan Islam di Indonesia. Gerakan Islam
di Indonesia tidaklah dimulai dengan tahun 1911 dengan berdirinya Sarekat Dagang
Islam, atau tahun 1912 dengan berdirinya Muhammadiyah, atau tahun 1906 dengan
terbitnya majalah Al-Imam (di Singapura), atau tahun 1911 dengan terbitnya majalah
Al-Munir di Padang, atau dengan dibangunya sekolah Adabiyah di kota tersebut, atau
tahun 1905 dengan berdirinya sekolah mi’at Khair (Djami’at Chair) di Jakarta. Tahun-tahun
ini adalah tahun-tahun resmi berdirinya organisasi, sekolah atau terbitnya majalah
yang bersangkutan. Namun pemikiran, gerakan permulaan baik berupa ajakan ataupun
anjuran yang baik dari perorangan atau kelompok masyarakat, umumnya lebih dahulu
dari tahun-tahun resmi tersebut.
Salah satu sebuah organisasi yang terpenting di Indonesia sebelum Perang Dunia II dan
mungkin juga sampai saat ini adalah Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai
organisasi Islam modern atau reformis jelas menempati posisi dan peran kesejarahan
yang khas di Indonesia maupun dunia. Untuk itu itu pada makalah ini akan mengkaji
lebih jelas mengenai perkembangan Muhammadiyah dalam pergerakan nasional
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Latar Belakang berdirinya Muhammadiyah ?
b. Bagaimana perkembangan Muhammadiyah dalam pergerakan nasional Indonesia ?
c. Bagaimana peran dan perkembangan Muhammadiyah dewasa ini ?
C. Tujuan
Menjelaskan mengenai perkembangan Muhammadiyah dari awal terbentuknya hingga
sekarang dan hubungannya dengan pergerkan nasional Indonesia.
2. BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah gerakan modernis Islam yang paling berpengaruh di Indonesia
dan gerakan ini lebih berhati-hati serta lentur dalam menghadapi gelombang perubahan
politik. Organisasi ini didirkan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh
Kyai Haji Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya dan beberapa
orang anggota Budi Utomo untuk medirikan suatu lembaga pendidikan yang bersifat
permanen.
1. Sejarah terbentuknya Muhammadiyah
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta pada tahun 1869 dengan nama
Muhammad Darwis, anak dari seorang Kyai Haji Abubakar bin Kyai Sulaiman yang
menjadi khatib di masjid Sultan di kota Yogyakarta. Ibunya adalah anak Haji Ibrahin
yang merupakan seorang penghulu. Setelah beliau menyeledaikan pendidikan dasarnya
dalam nahu, fiqh, dan tafsir di yogyakarta, beliau pergi ke Mekkah tahun 1890 dimana
beliau belajar selama setahun.
Kyai Haji Ahmad Dahlan telah menghayati cita-cita pembaharuan sekembali dari
hajinya yang pertama. Tidak dapat kita buktikan dengan pasti, apakah ia sampai pada
pemikiran dan pembahruan itu secara perorangan atau dipengaruhi oleh orang-orang
lain dalam hal ini. beliau mulai mentrodusir cita-citanya itu mula-mula dengan
mengubah arah orang bersembahyang kepada kiblat yang sebenarnya (sebelumnya arah
sembahyang biasanya ke Barat). Beliau juga mulai mengorganisir teman-temannya di
daerah Kauman untuk melakukan pekerjaan suka rela dalam memperbaiki kondisi
daerahnya dengan mempernaiki dan membersihkan jalan-jalan dan parit-parit.
Perubahan-perubahan ini memperlihatkan kesadaran Kyai Haji Ahmad Dahlan tentang
perlunya membuang kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik dan menurut pendapatnya
memang tidak sesuai dengan Islam. Perubahan-perubahan ini tidak perlu datang dari
pengaruh orang-orang lain, sebab kaum tradisi (dan kitab-kitab mereja juga) mengakui
bahwa kiblat haruslah menuju ke arah ka’bah.
Pada saat itu, Kyai Haji Ahmad Dahlan gagl dalam merealisasikan perubahan kiblat di
masjid Sultan di Yogyakarta. Beliau memang dapat membangun langgarnya sendiri
dengan meletakan kiblat yang tepat, tetapi perubahan ini tidak disenangi oleh penghulu
Kyai Haji Mohammad Halil, yang memerintahkan untuk membinasakan langgar
tersevut. Setelah Kyai Haji Ahmad Dahlan merasa kecewa terhadap perlakuan tersebut,
beliau akhirnya meninggalkan Yogyakarta. Tetapi untunglah seorang keluarganya
3. menghalangi maksudnya dan membangunkan untuknya sebuah langgar yang lain
dengan jaminan bahwa beliau dapat mengajarkan dan mempraktekan agama menurut
keyakinannya sendiri. Kemudia beliau menggantikan ayahnya sebagai Khatib di masjid
Sultan. Tetapi inbi bukanlah satu-satunya pekerjaan beliau sebab be;iau juga aktif
berdagang batik.
Dalam tahun 1909, beliau masuk dalam Budi Utomo dengan maksud memberikan
pelajaran agama kepada angota-anggotanya. Dengan begitu, beliau berharap dapat
memberikan pelajaran agama di sekolah-seolah pemerintah, oleh sebab anggota-anggota
Budi Utomo itu pada umunya bekerja di sekolah-sekolah yang didirikan oleh
pemerintah dan juga kantor-kantor pemerintah. Beliau juga berharap agar guru-guru
sekolah yang diajarnya dapat meneruskan isi pelajarannya kepada murid-murid mereka.
Pelajaran-pelajaran yang diberikan Kyai Haji Ahmad Dahlan telah memenuhi
keperluan-keperluan anggota-anggota Budi Utomo, sebagai bukti dari saran mereka
agar ia membuka sebuah sekolah sendiri, yang diatur dengan rapi dan didukung oleh
organisasi yang bersifat permanen untuk menghindarkan nasib kebnyakan pesantren
tradisional yang terpaksa ditutup apabila Kyai yang bersangkutan meninggal.
2. Arti Nama Muhammadiyah
Kata Muhammadiyah secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”. Ketika
Kkelahiranya memakai ejaan lama ”Moehammadijah”, dalam keputusan Kongres ke-19
tahun 1330 di Minagkabau dengan merujuk pada Kongres ke-14, disebutkan bahwa
ejaan lafadz perhimupnan ialah ”Moehammadijah”. Setelah kemerdekaan kemudian
berubah menjadi ”Muhammadiyah” sebagaimana kini berlaku secara baku.
3. Tujuan
Sebagai sebuah gerakan Islam, Muhammadiyah mendasri gerakannya kepada sumber
poko ajaran Islam yaitu al-Quran dan as-Sunnah. Organisasi memepunyai maksud
menyebarkan ajaran Nabi Muhammad saw kepada penduduk bumiputera dan
memajukan hal agama Islam kepada angota-anggotanya. Untuk mencapai hal tersebut,
organisasi ini bermaksud mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat
dan tabliqh dimana dibicarakab masalah-masalah Islam, mendirikan wakaf dan
masjid-masjid serta menerbitkan buku-buku, brosur-brosur, surat-surat kabar dan
majalah.
B. Perkembangan Muhammadiyah dalam Pergerakan Nasional Indonesia
Pada waktu Muhammadiyah didirikan, keadaan masyarakat Islam sangat menyedihkan,
baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi, maupun kultural akibat penjajahan Belandsa
di Indonesia. Dalam bidang agama, kehidupan beragama menurut tuntunan al-Quran
dan as-Sunnah tidak berjalan karena adanya perbuatan syirik, bid’ah, kurafat, dan
tahayul sehingga agama Islam berada dalam keadaan beku. Di bidang pendidikan,
4. lembaga pendidikan Islam yang ada tidak dapat memenuhi tuntutan dan kemajuan
zaman, disebabkan sikap mengisolasi diri dari pengaruh luar serta adanya sistem
pendidikan yang tidak sesuai dengan panggilan zaman.
Muhammadiyah memiliki beberapa organisasi otonom yang berdiri sendiri dalam
lingkungan Muhammadiyah. Organisasi otonom tersebut betul-betul otonom dalam
ruang lingkup masing-masing. Mungkin saja organisasi otonom tersebut dapat
digolongkan menjadi organisasi pendamping dan organisasi kader. Yang dimaksud
dengan organisasi pendamping ialah Aisyah 9wanita) yang bahu-membahu dengan
Muhammadiyah dalam mencapai cita-cita organisasi. Sedangkan organisasi kader yang
akan melanjutkan perjuangan Muhammadiyah di masa depan. Organisasi otonom
tersebut ialah :
· Aisyah (wanita)
· Pemuda Muhammadiyah
· Nasyitul ’Aisyah (puteri)
· Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
· Ikatan Remaja Muhammadiyah
· Tapak suci Putera Muhammadiyah (perguruan pencak silat)
Muhammadiyah dalam perkembangan berikutnya dikenal luas oleh masyarakat maupun
para peneliti dan penulis sebagai gerakan Islam pembaruan atau gerakan tajdid.
Muhammadiyah karena memiliki watak pembaruan dikenal pula sebagai gerakan
reformasi dan gerakan modernisme Islam, yang berkiprah dalam mewujudkan ajaean
Islam senafas dengan semangat kemajuan dan kemoderenan saat itu. Selain itu
Muhammadiyah dikenal juga sebagai gerakan dakwahyang bergerak dalam
menyebarluaskan dan mewujudkan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat. dan tidak bergerak dalam lapangan politik. Sifat-sifat sosial dan pendidikan
Muhammadiyah memanglah telah ada pada masa-masa ini.
Daerah operasi oragnisasi Muhammadiyah mulai diluaskan setelah tahun 1917. Pada
tahun itu Budi Utomo mengadakan kongresnya di Yogyakarta ketika Kyai Haji Ahmad
Dahlan mendapatkan simpati dalam kongres tersebut.
C. Muhammadiyah Masa Kependudukan Jepang
Pada masa kependudukan Jepang, Muhammadiyah sebagai organisasi agama di
Indonesia mendapatkan dukungan dari pemerintah Jepang. Sebaliknya banyak partai
politik yang ada dibubarkan, sedangkan Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama’ diberi
izin untuk mengelola pendidikan Muslim di atas tingkat pendidikan dasar. Pemerintah
Jepang juga mendirikan kelompok milisi Muslim dengan lambing bulan sabit dan
matahari terbit yang melambangkan perjuangna jihad bersama Jepang dalam
menghadapi kekuatan Barat.
5. Melalui K.H Mas Mansur, Muhammadiyah memiliki wakil dan peranan penting dalam
Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Selain itu, melalui Ki Bagus Hadikusumo
Muhammadiyah tetap dapat menunjukkan sikap kritis, yakni terkait dengan penolakan
pada aturan-aturan penghormatan kepada Tenno Haika dengan membungkukkan badan
kearah matahari terbit (seikirei). Atas ultimatum Ki Bagus Hadikusumo segera
dipanggil Gunseikan atau Gubernur Militer di Yogyakarta. Akhirnya persoalan pelik
tersebut dapat diatasi.
Menjelang meletusnya Perang Dunia II tahun 1939, kedududkan Pemerintah Hindia –
Belanda goyah karenan semakin gencarnya desakan perjuangan kebangsaan Indonesia.
Sebelum melakukan ekspansi ke Negara-negara di Asia Tenggara, Jepang telah
mengambil langkah awal yaitu sejak pertengahan tahun 1920-an. Sejak pertengan tahun
1920-an dan seterusnya, lembaga-lembaga Islam dan majalah-majalah Islam mulai
muncul di Jepang. Pada tahun 1938 Jepang mengundang tokoh-tokoh Islam dari
beberapa Negara, termasuk Indonesia untuk menghadiri peresmian masjid di Tokyo.
Usaha-usaha Jepang tersebut merupakan rencana awal ekspansiinisme Dai Nippon.
Pada saat Muhammadiyah dibawah pimpinan Mas Mansur, Jepang menyerbiu
Indonesia. Jepang menyatakan perang kepada Sekutu setelah menyerang pangkalan
Armada Amerika Serikat di Pearl Harbour. Akhirnya sekutu menyerah tanpa syarat
pada 8 Maret 1942 di Kalijati.
Agar mendapat simpati dari umat Islam, maka Jepang berlalku lunak kepada
Muhammadiyah. Gerakan dakwah Islam yang dilakukan Mughammadiyah berjalan
biasa. Organisasi Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Hizbul Wathan, diberi
kesempatan mengembangkan dirinya. Lain halnya dengan umat Katolik dan Kristen,
yang pada waktu itu yang mendapatkan perlakuan yang sama dengan orang-orang
Belanda yang seagama.
Jepang berusaha menghilangkan kesan bahwa kehadiran mereka tidaklah untuk
menjajah, melanikan sebagai pelindung Asia atau saudara Tua Indonesia. Upaya
Jepang terdiri atas, yang pertama Jepang mengikutsertakan tokoh-tokoh kebangsaan
organisasi atau lembaga dalam pemerintahan Jepang. Kedua, penggunaan bahasa
Indonesia disamping bahasa Jepang sebagai bahasa resmi dalam lembaga-lembaga
pemerintahan. Pada tanggal 20 Mei 1942 Jepang mengeluarkan UU Nomor 3 dan 4
yang melarang organisasi pergerakan rakyat Indonesia aktif. Sebagai penggantinya
Jepang memebentuk Putera yang dipimpin empat serangkai. Salah satu empat serangkai
tersebut adalah Mas Mansur, sehingga jabatan pengurus Besar Muhammadiyah
diserahkan kepada wakil ketua, yaitu Ki Bagus Hadikusumo.
Selain aktif di Putera, banyak orang Muhammadiyah yang diangkat dan menduduki
pasukan Pembela Tanah Air (Peta), menjadi Cu Dan Co, latihan militer (sainendan dan
6. keibondan). Dalam menempuh perjuangan Muhammadiyah tidak melepaskan diri dari
organisasi-organisasi Islam yang senafas.
Pada 10 September 1943 Pemerintahan Jepang mengumumkan status hokum
Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama’. Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama’ tetap
melakukan kegiatan dan MIAI sejak Oktober telah dilarang oleh pemerintah tanpa alas
an yang jelas. Pada 6 April 1943 Muhammadiyah mengubah tujuannya sesuai dengan
kepercayaan untuk mendirikan kemakmuran bersama seluruh Asia Raya, dibawah
pimpinan Dai Nippon. Tujuan tersebut terdiri atas:
a. Hendak mengajarkan agama Islam serta melatih hidup yang selaras dengan
tuntunannya.
b. Hendak melakukan pekerjaan perbaikan umum.
c. Hendak memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi pekerti yang baik kepada
anggota-anggotanya.
Pada tahun 1944 diselenggarakan kongres darurat di Yogyakarta untuk mengetahui
perkembangan organisasi Muhammadiya. Muhammadiyah telah menggunakan istilah
Indonesia dalam anggaran dasar sejak tahun 1941. Hal tersebut merupakan upaya untuk
memperjuangkan Indonesia yang berdaulat. Sebelum tahun 1940-an istilah Indonesia
belum digunakan, tetapi setelah tahun 1940 kalangan Islam dan kebangsaan mulai
mempergunakan istilah Indonesia. Dalam perjalannya Muhammadiyah sebagai
oerganisasi Islam di Indonesia berperan penting dalam membangun masyarakat
Indonesia, seperti:
a. Mendirikan masjid-masjid dan pendirian-pendirian lain untuk tempat ibadah.
b. Mendirikan dan mengatur pendirian-pendirian untuk pengajaran agama Islam dan
Umum.
c. Menyiarkan citakan buat tablig dan pendidikan umum.
d. Mengadakan rapat tentang agama.
e. Mengusahakan rumah yatim, rumah miskin, balai kesehatan, dan lain-lain pekerjaan
amal yang baik dan umum.
f. Melakukan lain-lain pekerjaan juga yang perlu untuk menyampaikan tujuannya.
Dalam kondisi politik yang tidak menentu, di mana posisi organisasi social pribumi
sangat memungkinkan sikap-sikap politik ormas seperti Muhammadiyah hanya
formalitas. Muhammadiyah mengakui kekuatan pemerintah, tetapi bersifat
simbolik. Dukungan terhadap Dai Nippon diberikan kepada Jepang dengan syarat
bahwa Jepang dilarang menghina agama Islam. Kerjasama yang di galang
pemerintah Jepang diterima oleh pemuda Muhammadiyah asalkan tidak
bekerjasama dalam bidang keagamaan.
7. Pada November 1943 Jepang mendirikan Masyumi untuk menyatukan dan
mengkoordinir seluruh pergerakan muslim.beberapa fungsi administrasi dan kemiliteran
yang diberikan kepada sejumlah muslim menguatkan posisi muslim di masa
selanjutnya. Muhhamdiyah pun tetap aktif hingga saat ini.
D. Muhhamadiyah Dewasa Ini
Setelah satu abad berdirinya Muhammadiyah, organisasi keagamaan ini tetap eksis
hingga sekarang. Posisi Muhammadiyah dalam dinamika dan permasalahan kehidupan
nasional, global, dan dunia Islam memegang peran penting dalam kemajuan bangsa, hal
ini dapat dilihat dari peran Muhammadiyah secara umum, yaitu:
a. Pertama, Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid terus mendorong tumbuhnya
gerakan pemurnian ajaran Islam dalam masalah yang baku (al-tsawabit) dan
pengembangan pemikiran dalam masalah-masalah ijtihadiyah yang menitikberatkan
aktivitasnya pada dakwah amar makruf nahi munkar.
b. Kedua, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dengan semangat tajdid yang
dimilikinya terus mendorong tumbuhnya pemikiran Islam secara sehat dalam
berbagai bidang kehidupan.
c. Ketiga, sebagai salah satu komponen bangsa, Muhammadiyah bertanggung jawab
atas berbagai upaya untuk tercapainya cita-cita bangsa dan Negara.
d. Keempat, sebagai warga Dunia Islam, Muhammadiyah bertanggung jawab atas
terwujudnya kemajuan umat Islam di segala bidang kehidupan, bebas dari
ketertinggalan, keterasingan, dan keteraniayaan dalam percaturan dan peradaban
global.
e. Kelima, sebagai warga dunia, Muhammadiyah senantiasa bertanggungjawab atas
terciptanya tatanan dunia yang adil, sejahtera, dan berperadaban tinggi sesuai dengan
misi membawa pesan Islam sebagai rahmatan lil-alamin.
Dewasa ini Muhammadiyah sebagai salah satu organiusasi Islam terbesar di Indonesia
banyak melaksanakan kegiatan-kegiatan, seperti peningkatan kesehatan dengan
mendirikan rumahsakit-rumasakit Islam, dalam pendidikan Muhammadiyah juga
,mendirikan sekolah dari tingkat TK hingga erguruan tinggi. Muhammadaiyah tumbuh
menjadi organisasi yang penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Meskipun
Muhammadiyah tidak terlibat politik kekuasaan, tetapi Muhammadiyah terlibat dalam
politik cultural. Muhammadiyah yang saat ini lebih banyak memberikan saran moral
dan tidak akan pernah terlibat politik praktis.
8. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammadiyah adalah gerakan modernis Islam yang paling berpengaruh di Indonesia
dan gerakan ini lebih berhati-hati serta lentur dalam menghadapi gelombang perubahan
politik. Organisasi ini didirkan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh
Kyai Haji Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya dan beberapa
orang anggota Budi Utomo.
Muhammadiyah dalam perkembangan berikutnya dikenal luas oleh masyarakat maupun
para peneliti dan penulis sebagai gerakan Islam pembaruan atau gerakan tajdid.
Muhammadiyah karena memiliki watak pembaruan dikenal pula sebagai gerakan
reformasi dan gerakan modernisme Islam, yang berkiprah dalam mewujudkan ajaean
Islam senafas dengan semangat kemajuan dan kemoderenan saat itu. Selain itu
Muhammadiyah dikenal juga sebagai gerakan dakwah yang bergerak dalam
menyebarluaskan dan mewujudkan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat. dan tidak bergerak dalam lapangan politik. Pada masa kependudukan
Jepang, Muhammadiyah sebagai organisasi agama di Indonesia mendapatkan dukungan
dari pemerintah Jepang.
Dewasa ini Muhammadiyah sebagai organisasi agama lebih cenderung ikut dalam
politik cultural ketimbang politik yang sesungguhnya. Muhammadiyah tidak ikut dalam
percatuan politik Indonesia, Muhammadiyah lebih memilih memberikan saran moral
dan tidak akan pernah terlibat politik praktis.
B. Saran
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
9. DAFTAR PUSTAKA
Benda, Harry J. 1985. The Crescent and the Risisng Sun, Indonesia Islam Under
the Japanese Occupation, 1942-1945. Diterjemahkan Daniel Dhakida. Jakarta:
Dunia Pustakan Jaya.
Ira M Lapidus. 2000. Sejarah Sosial Ummat Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Nashir, Haedar. 2010. Muhammadiyah Gerakan Pembaruan.Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah.
Noer, Deliar. 1973. Gerakan Modernisasi Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta:
LP3ES.
Raiz, Amin dan Syafi’i Ma’arif. 1996. Dinamika Pemikiran Islam dan
Muhammadiyah (Almanak Muhammadiyah Tahun 1997 M./1417-1418 H.).
Yogyakarta: Lembaga Pustaka dan Dokumentasi Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.
Suhartono. 2001. Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai
Proklamasi 1908-1945. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syarifuddin Jurdi. 2010. 1 Abad Muhammadiyah. Jakarta: Kompas.
Internet:
10. KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belum dapat
dikatakan sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta
salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana
Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan
sampai kepada kita selaku umatnya.
makalah ini penulis membahas mengenai “FAKTOR-FAKTOR LAHIRNYA
MUHAMMADIYAH”, dengan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat
membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.
Raha, Juli 2013
Penyusun
11. DAFTAR ISI
Kata pengantar......................................................................................................... i
Daftar isi.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah........................................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
A. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah.................................................. 2
B. Perkembangan Muhammadiyah Dalam Pergerakan Nasional Indonesia............ 3
C. Muhammadiyah Masa Kependudukan Jepang ................................................... 4
D. Muhammadiyah Dewasa Ini........................................................................ 7
BAB III PENUTUP................................................................................................. 8
A. Kesimpulan......................................................................................................... 8
B. Saran................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 9
12. FAKTOR-FAKTOR LAHIRNYA
MUHAMMADIYAH
DISUSUN OLEH :
NAMA : LA IDI
STAMBUK : 21208260
JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KENDARI