2. Profil pendiri Muhammadiyah
• KH.Ahmad Dahlan,lahir di Kauman,Yogyakarta
pada 1868 dengan nama Muhammad
Darwis.Merupakan Anak ke empat dari enam
bersaudara,dari Ayah KH.Abu Baakar dan Ibu Siti
Aminah.
• Pada 1889,menikah dengan Siti Walidah dan
menunaikan haji pada 1890.Pada 1896 Ia diangkat
menjadi Khatib Masjid Besar oleh Kesultanan
Yogyakarta dengan gelar “Khatib Amin”.
• Pada 1909,Ia bertemu dengan Dr.Wahidin
Sudirohusodo,Pendiri organisasi Budi
Utomo,kemudian bergabung dan mulai belajar
berorganisasi.
3. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
• Muhammadiyah berasal dari kata bahasa arab “
Muhammadiyah” yaitu nama nabi dan rasul
Allah yang terakhir, kemudian mendapatkan
“ya” dengan bentuk “nisbiyah” yang artinya
menjeniskan. Jadi Muhammadiyah berarti “
Umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam”, yaitu semua orang yang mengakui dan
meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW
adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir.
Sementara menurut istilah [terminology],
Muhammadiyah merupakan gerakan islam,
dakwah amar makruf nahi munkar, berakidah
islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan as-
Sunnah.
4. • Muhammadiyah didirikan pada 18 Nov 1912
M,atau pada 8 Dzulhijah 1330 H di
Yogyakarta.
• Gerakan ini diberi nama Muhamaddiyah
dengan maksud untuk berpengharapan baik,
dapat mencontoh dan meneladani jejak
perjalanan Rasullullah SAW dalam rangka
menegakan dan menjujung tinggi agama
islam.
5. • Tujuan berdirinya Muhammadiyah yaitu
terbentukanya perilaku individu, kolektif
seluruh anggota Muhammadiyah yang
menunjukkan keteladanan yang baik (uswah
hasanah) menuju terwujudnya masyarakat
islam yang sebenar-benarnya.Dimaksud dapat
ditafsirkan sebagai citraan masyarakat utama
yaitu masyarakat yang unggul di berbagai
bidang, utamanya akhlak masyarakatnya dan
unggul dari sudut politik, ekonomi dan budaya.
• Fenomena baru yang juga tampak menonjol dari
kehadiran Muhamaddiyah ialah, gerakan islam
yang murni dan berkemajuan itu dihadirkan
bukan lewat jalur individu, tetapi melalui
sebuah sistem organisasi
6. Maksud Berdirinya Muhammadiyah
Berdirinya Muhammadiyah Memiliki Maksud
Sebagai Berikut :
• Menyebarkan pengajaran Nabi Muhammad
SAW kepada seluruh penduduk, di dalam
residensi Yogyakarta
• Memajukan hal agama islam kepada
anggota-anggotanya
7. Perkembangan Muhammadiyah
Perkembangan Muhammadiyah Dan Ekonomi
Dibagi Menjadi Dua Yaitu :
Perkembangan secara Vertikal
• Perkembangan Muhammadiyah sedikit
lebih lambat dengan Nu,hal ini dikarenakan
usaha Muhammadiyah dalam mengikis adat
istiadat yang mendarah daging di kalangan
masyarakat, sehingga banyak memenuhi
tantangan dari masyarakat
8. Perkembangan secara Horizontal
• Perkembangan Muhammadiyah dalam
bidang keagamaan terlihat dalam upaya -
upaya, seperti terbentuknya majelis tarjih
(1927), yaitu lembaga yang menghimpun
ulama – ulama dalam Muhammadiyah yang
secara tetap mengadakan permusyawaratan
dan memberi fatwa – fatwa dalam bidang
keagamaan serta memberi tuntunan
mengenai hukum.
9. Tiga Identitas Muhammadiyah
• Muhammadiyah sebagai Gerakan islam
• Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah
Islam
• Muhammadiyah sebagai gerakan Tajdid
10. Sebab – Sebab Muhammadiyah
a. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan
al – Qur’an dan Sunnah Nabi, sehingga
menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah dan
khurafat. Akibatnya umat Islam tidak
merupakan suatu golongan yang terhormat
dalam masyarakat, demikian pula agama Islam
tidak memancarkan kemurniannya lagi.
b. Ketiadaan persatuan dan kesautan di antara
umat Islam, akibat dari tidak tegaknuya
ukuawah Islamiyah serta ketiadaan suatu
organisasi yang kuat
11. c. Kegagalan dari sebagian lembaga – lembaga
pendidikan Islam dalam memproduksi kader – kader
Islam karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan
zaman.
d. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam
fanatisme yang sempit, bertaqlid buta serta berpikir
secara dogmatis. Kehidupan umat Islam boleh
dikatakan masih dihinggapi konservatisme,
formalisme, dan tradisionalisme.
e. Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam
kehidupan dan pengaruh agama Islam, berhubung
dengan kegiatan dari misi dan zending Kristen di
Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya
di kalangan rakyat.
12. g. Adanya tantangan dan sikap acuh tak acuh
atau rasa kebencian di kalangan intelijensia
kita terhadap agama Islam, yang oleh mereka
dianggap sudah kolot dan tidak up to date
lagi.
h. Ingin membentuk suatu masyarakat, dimana
di dalamnya benar – benar berlaku segala
ajaran dan hukum – hukum Islam.
13. Sikap, perilaku, cita-cita dan perjuangan K.H. Ahmad
Dahlan sebelum dan sesudah mendirikan
Muhammadiyah senantiasa berada dalam delapan
acuan, yaitu:
• Keimanan dan tauhid yang bersih kepada Allah.
• Beribadat yang wajar menurut tuntutan Rasulullah
saw.
• Bermusyawarah dan bermufakat.
• Perikemanusiaan.
• Bebas berpikir untuk menegakkan kebenaran.
• Beramal shaleh dan beramar ma’ruf nahi munkar.
• Kerukunan dan gotong royong menuju Ukhuwah
Islamiyah.
• Kesediaan berkorban untuk menegakkan agama.
14. Tahap-Tahap Perkembangan
• 1969,KH Mas Mansyur untuk kali kedua,datang
ke rumah KH.Ahmad Dahlan di Yogyakarta K.H.
Mas Mansur nampaknya amat terkesan dengan
kepiawaian K.H. Ahmad Dahlan dalam menafsirkan
Al-Qur’an, yang dinilai sangat cermat, sehingga
keterangannya hebat dan dalam serta tepat.
• Berangkat dari kekagumannya kepada K.H. Ahmad
Dahlan dan didorong oleh gelora jiwanya sebagai
pejuang dan intelektual muda, pada 1920 K.H. Mas
Mansur menerima ajakan K.H. Ahmad Dahlan
untuk mendirikan Muhammadiyah di Surabaya.
Maka dengan dukungan oleh beberapa tokoh yang
menerima paham pembaruan, antara lain H. Ali, H.
Azhari Rawi, H. Ali Ismail dan Kyai Usman,
Muhammadiyah dapat berdiri di Surabaya.
15. Era pertumbuhan Muhammadiyah di Jawa Timur
dapat dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu
tahap perintisan, tahap persebaran, dan tahap
perluasan.
a.Tahap perintisan, Tahap perintisan ini berarti
bahwa benih paham pembaharuan yang
disebarkan K.H. Ahmad Dahlan telah mulai
tumbuh di Jawa Timur.
b.Tahap Persebaran,Pada tahap ini Muhammadiyah
tersebar ke berbagai tempat di Jawa Timur,
yaitu Madiun, Ngawi, Situbondo, Gresik,
Jember, Lumajang, Probolinggo, Trenggalek,
Bondowoso, Bangkalan, Sumenep, dan
Sampang
16. c. Tahap Perluasan
• Pada tahap ini Muhammadiyah tersebar luas
sampai ke Pamekasan, Kediri, Tulungagung,
Banyuwangi, Magetan, Nganjuk, Pacitan,
Tuban, Mojokerto dan Sidoarjo.
Aset Gerakan
• Sampai dengan berakhirnya masa penjajahan
Belanda di Indonesia (1942), Muhammadiyah di
Jawa Timur telah telah tumbuh amat pesat.
Tahun 1921, berdiri di dua tempa, yaitu
Surabaya dengan status cabang dan Kepanjen
(Malang) dengan status groep/gerombolan
(sekarang disebut ranting). Pada 1941, di Jawa
Timur telah tercatat enam Daerah, yaitu
Surabaya, Madura, Besuki, Pasuruan, Madiun
dan Kediri.
17. Peta Gerak Pertumbuhan
• Pertumbuhan Muhammadiyah di Jawa Timur
dapat dipetakan secara kronikal. Pangkal tolak
gerak pertumbuhan itu adalah berdirinya
Muhammadiyah di Surabaya dan Kepanjen
pada 1921.
Dinamika Organisasi
Aktivitas dan Dinamika di Daerahdan Cabang
Muhammadiyah di Jawa Timur ditandai
dengan kegiatan para pengurus dan gerak
daerah atau cabang dalam penyelenggaraan
konperensi serta program-program kerja yang
dilaksanakan.
18. Beramal untuk Kejayaan Islam dan Umat
• Sejak kelahirannya, Muhammadiyah sudah
ditakdirkan sebagai persyarikatan yang
bergerak untuk izz al-islam wa al-muslimin
(kejayaan islam dan umat). Ini terbukti,
ketika berdiri, sebuah Ranting
Muhammadiyah langsung menggeliat
beramal untuk menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam dan kesejahtereaan umat.
19. Pendidikan
Salah satu amal usaha Muhammadiyah yang
permanen, berkesinambungan, sistematik
dan fundamental adalah pendidikan.
Pendidikan yang diselenggarakan oleh
Muhammadiyah sejak awal sudah
menggunakan sistem klasikal. Seperti telah
disinggung oleh Nieuwenhuijze, kurikulum
sekolah-sekolah Muhammadiyah banyak
mengikuti sekolah-sekolah pemerintah
20. Perpustakaan
Amal usaha Muhammadiyah untuk mencerdaskan
rakyat tidak hanya dilakukan melalui pendidikan
formal, tetapi juga melalui perpustakaan.
H. Hubungan berdirinya Muhammadiyah dengan Budi
Utomo
Perjuangan Indonesia mulai awal abad ke – 20
memasuki jaman modern. Maksudnya perjuangan
yang mereka lakukan mulai menggunakan cara-cara
organisasi modern. Hal ini di tandai dengan lahirnya
organisasi Boedi Oetomo.
Masuk nya K.H. Ahmad Dahlan dalam Boedi Oetomo
medapat manfaat antara kedua belah pihak, Boedi
Oetomo memperoleh ilmu agama , sedang K.H.
Ahmad Dahlan memperoleh ilmu berorganisasi
21. • Kedekatan K.H. Ahmad Dahlan dengan Boedi
Oetomo terbukti setelah Muhammadiyah
berdiri , antara lain kongres Boedi Oetomo pada
tahun 1917 di rumah K.H. Ahmad Dahlan ,
beliau bertabligh dan memukau para anggota
kongres, setelah kongres banyak surat yang
dikirim ke tempat Pengurus Besar
Muhammadiyah yang meminta untuk didirikan
cabang-cabang Muhammadiyah di berbagai
tempat, dan Muhammadiyah berkembang dari
hari ke hari.