2. A. Jamiatul Khair dan Al-Irsyad
Al-Irsyad lahir dari sebuah konik dan perpecahan di tubuh
Jamiatul Khair, yang dipicu oleh perbedaan pandangan mengenai
masalah agama. Mereka yang kecewa dan tidak sejalan dengan
pandangan-padangan para elite Jamiatul Khair memilih ke luar dan
mendirikan organisasi sendiri yang diberi nama Al-Irsyad.
Salah satu tokoh pendirinya adalah Ahmad Surkati, seorang
ulama asal Arab yang memilih menetap di Indonesia. Kedua,
gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Al-Irsyad sejak awal berdirinya
adalah gerakan pendidikan. Al-Irsyad mempunyai keyakinan bahwa
pendidikan adalah modal utama bagi sebuah bangsa agar menjadi
bangsa yang merdeka, maju, dan berdaulat.
3. B. Sarekat Islam
Sarekat Islam (SI) didirikan di Solo pada tanggal 11 November
1912. Sarekat Islam tumbuh dari organisasi yang mendahuluinya yang
bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Ada dua macam sebab mengapa
organisasi ini (SDI) didirikan. Pertama, kompetisi yang meningkat
dalam bidang perdagangan batik terutama dengan golongan Cina,dan
kedua sikap superioitas orang-orang Cina terhadap orang-orang
Indonesia.
Namun, untuk kasus ini bukan berarti tidak ada pergesekan
terhadap orang-orang Cina. Salah satu yang bisa dilihat adalah adanya
kerusuhan jalanan yang dilakukan oleh anggota Sarekat Islam yang
ditujukan terhadap orang-orang Cina yang tidak bisa ditoleransi lagi.
Suasana ini juga ternyata membawa masyarakat di luar anggota Sarekat
Islam untuk melakukan hal yang sama (Stibbedan Stroomberg, 1932).
4. C. Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama memiliki arti kebangkitan para ulama.
Istilah“kebangkitan” itu sendiri pada dasarnya mengandung arti yang
lebih aktif jika dibandingkan dengan kata “perkumpulan” atau
“perhimpunan”.
Seperti kitaketahui, para ulama merupakan panutan umat
dimana umat akan mengikutinya. Oleh karena itu, dengan
kepemimpinan para ulama, diharapkan arah kebangkitan dan
kejayaan umat islam serta kaum muslimin akan lebih terlihat jelas
dan nyata.
5. D. Persatuan Islam di Indonesia
Persatuan Islam (Persis) didirikan di Bandung pada 17
September 1923 oleh K.H. Zamzam, seorang ulama berasal
dari Palembang. Persis bertujuan mengembalikan kaum
muslimin kepada pimpinan AL-Qur’an dan sunnah Nabi
dengan jalan mendirikan madrasah-madrasah, pesantren dan
tabliqh pidato ataupun tulisan.
Selain itu, menerbitkan pula majalah yang cukup
menonjol pada zamannya, yaitu “Pembela Islam” dan majalah
Al Muslimin.