Kisah ayah dan anak yang berpergian dengan keledai menunjukkan pentingnya konsistensi dalam berbuat kebaikan meskipun dikritik orang lain. Mereka tidak tahu mana cara terbaik untuk bepergian bersama keledai karena terus menerus mengikuti saran orang. Istiqomah mensyaratkan keteguhan meskipun diuji dengan berbagai cara seperti membaca Al-Quran, menjauhi maksiat, dan berdoa kepada Allah.
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Latihan beristiqomah
1. LATIHAN BERISTIQOMAH
Syahdan, ada seorang ayah dan anak yang sedang bepergian dengan membawa
khimar/keledai. Awalnya, yang menaiki keledai itu adalah ayah, sementara anaknya berjalan
di belakangnya. Dalam perjalanannya, mereka bertemu dengan orang yang mencemooh
perbuatan ayah tersebut, karena ia membiarkan sang anak berjalan. Sementara dia enak-
enakan menaiki keledainya. Mendengar cemoohan tersebut, sang ayah pun turun dari keledai
dan menyuruh si anak untuk menaikinya.
Dalam perjalanan selanjutnya, mereka bertemu lagi dengan orang dan mengatakan
bahwa dengan membiarkan anaknya menaiki keledai, sementara sang ayah berjalan, berarti
dia telah mengajari anaknya untuk tidak sopan santun. Akhirnya mereka berdua sama-sama
menaiki keledainya. Namun, hal itu tetap disalahkan oleh orang yang begitu peduli terhadap
binatang. Menurutnya, mereka telah melakukan penyiksaan terhadap keledai peliharaannya,
dengan menungganginya bersama-sama. Mendapat peringatan tersebut, ayah dan anaknya
pun berinisiatif untuk menggendong keledai itu sama-sama. Sontak, orang-orang yang
menyaksikan kejadian itu dibuatnya tertawa dan akhirnya mereka ditangkap lalu di bawa ke
rumah sakit jiwa, karena dianggap tidak waras.
Kisah di atas menunjukkan, bahwa ayah maupun anaknya tidak tahu mana yang baik
untuk dikerjakan, di antara empat cara bepergian bersama keledainya itu. Disinilah
pentingnya sebuah ilmu bagi seseorang. Itupun belum cukup, karena masih dibutuhkan
konsistensi dan pendirian yang kuat. Seandainya mereka bergantian naiknya, dan tidak
memperdulikan komentar orang, pasti tidak mengalami kejadian seperti itu.
Pelajaran yang kita petik dari kisah di atas, bahwa baik menurut orang lain belum
tentu baik bagi yang melakukannya, begitu juga sebaliknya. Yang benar, selalu konsisten
dalam melakukan kebaikan, meskipun banyak yang mencelanya. Inilah yang disebut dengan
istiqomah dalam berbuat kebaikan.
Islam menyuruh umatnya agar ber-istiqâmah, baik dalam menuntut ilmu, mencari
rizki maupun dalam melakukan ibadah kepada Allah swt. Sebab itu adalah kunci kesuksesan.
Meskipun tidak mudah dalam prakteknya, namun dalam istiqâmah yang dituntut adalah
konsistensi meskipun sedikit bentuknya. Sebagaimana yang dikatakan Sayyidah ‘Aisyah ra.
bahwa pekerjaan yang dicintai Allah swt. adalah yang dawâm, terus menerus meskipun hanya
sedikit. Sebagai gambaran, orang yang bekerja dalam sehari hanya mendapatkan uang Rp.
5000, tapi tidak pernah absen selama 1 bulan, akan mendapat hasil lebih banyak dari orang
yang seharinya bisa mendapatkan Rp. 50.000 tapi hanya masuk kerja satu kali ataupun dua
kali saja.
Dalam beristiqomah perlu latihan dan pembiasaan, bahkan paksaan. Terutama bagi
yang baru mencoba untuk istiqâmah. Untuk bisa beristiqomah, perlu memperhatikan hal-hal
berikut:
Pertama, memperbanyak membacaan Al-Qur’an serta menghayati isinya. Membaca
Al-Qur’an dengan cara ini sangat mempengaruhi hati pembacanya. Selama hati seseorang
penuh dengan kegelisahan, sangat sulit untuk bisa beristiqomah.
Kedua, menjauhkan diri dari maksiat. Termasuk yang menghalangi seseorang dari
mendapatkan hidayah Allah swt. adalah sering melakukan maksiat. Seperti kata Imam Syafi’i
bahwa nurullah (hidayah) tidak akan diberikan kepada pelaku maksiat.
2. Ketiga, menghindari kebiasaan malas dan lemah, Rasulullah saw. selalu berdo’a agar
dilindungi dari dua “penyakit” tersebut. Banyak orang tidak tercapai keinginannya karena
tidak bisa membuang rasa malas dan lemah.
Keempat, bergaul dengan ahli khair. Teman yang baik pengaruhnya juga baik. Begitu
juga sebaliknya. Rasulullah saw. mencontohkan teman yang baik itu seperti orang membawa
minyak wangi, kalau tidak dipakai sendiri, mungkin dijual. Kalau tidak untuk keduanya, ia
telah mencium wanginya minyak tersebut.
Kelima, ketika dalam hati timbul rasa pesimis bahkan frustasi, tetaplah yakin sambil
bersabar, dan ingatlah bahwa setiap kebahagiaan itu selalu diawali dengan kesusahan.
Sebagaimana surga yang diselimuti dengan ketidak enakan dan neraka dengan kenikmatan.
Keenam, berdo’a kepada Allah swt. memohon tuntunannya agar bisa ber-istiqâmah.
Berdo’a berarti memohon pertolongan. Tanpa pertolongan Allah swt. usaha yang kita
lakukan hanya akan sia-sia.
Bagi orang yang beristiqomah Allah akan berikan jaminan. Selama dia teguh
pendiriannya dalam bertauhid dan beramal shaleh. Dia akan hindarkan orang tersebut dari
perasaan takut dan sedih. Takut dalam arti tidak pernah gentar terhadap musuh-musuh Allah
swt. sebagaimana ia tidak sedih ketika Allah swt. berikan cobaan kepadanya. Lihat surat Al-
Ahqaf : 13.
Orang yang ber-istiqâmah juga akan mendapatkan kemulyaan dan derajat yang tinggi.
Sebab, orang mengerjakan suatu kebaikan akan mendapatkan imbalan kebaikan. Jika
kebaikan itu dilakukan terus menerus berarti imbalannya pun berlipat ganda pula. Karena
itulah, Abu bakar As-Shiddiq berkata:
ْاِْلْسِْتْقْامْةْْخْريِْْمْنْْأْلْ ِفْْكْرْامْة
“Istiqâmah itu lebih baik daripada seribu karâmah”
Wallâhua’lam.
Penulis : Agus Yasin
Peserta Program Kaderisasi Ulama (PKU) ISID-GONTOR.