1. Oleh: Agus yasin
Program Kaderisasi Ulama’ (PKU) Gontor Ponorogo
bekerja sama dengan
Majlis Ulama’ Indonesia (MUI)
وبركاته هللاحمةرو عليكمألسالم
الرحيم الرحمن هللابسم
3. PengertianNikah Mut’ah
Referensi:
(Az-Zuwa>j al-’Urfi>: 109)
(Al-Ka>fi, hlm: 5)
(Nika>h} Mut’ah Dira>sah wa Tah}qi>q: 292-
293)
“Nikah mut’ah adalah nikah dg
waktu tertentu
tanpa wali
tanpa saksi
tidak ada waris
tidak ada talak”.
8. “Boleh melakukan akad
mut’ah lewat telepon”
http://www.alseraj.net/maktaba/kotob/feqh/serat1/html/bo/sirat/1/index.htm
Al-Khu’i: Maniyyatu as-Sa>il: 101
9. Boleh melakukan mut’ah dengan
PSK
Muhammad Shadiq Al-Husaini Ar-Ruhani: http://ar.rohani.ir/istefta-797.htm.
“............ Sayamut’ahkantubuh saya100 USD selama
sehari..........”
“Maka itu berarti telah terjadi
perkawinan mut’ah.”
10. “Barang siapa melakukan mut’ah
dengan wanita beriman maka dia
seperti menziarahi ka’bah
(berhaji/berumrah) 70 kali”
Muhammad Baqir Majlisi, Risalah Mut’ah, hlm. 16
Lihat juga: http://alshiaa.yoo7.com/t3354-topic
11. “Barangsiapa melakukan mut’ah
sekali, derajatnya seperti Husein,
yang melakukannya dua kali,
derajatnya seperti Hasan, yang
melakukannya tiga kali derajatnya
seperti Ali, dan yang melakukannya
empat kali seperti derajatnya Nabi”
Mulla Fathullah al-Kasyani, Tafsir Manhaj As-
Shadiqin, 2/492, 493
13. Penentuan anak mut’ah dengan cara diundi.
http://www.al-khoei.us/fatawa1/index.php?id=1928
FATWA-FATWA YANG LAIN.....
Boleh mut’ah dengan wanita bersuami.
Tahdhi>bu al-Ah}ka>m: 7/253
Ulama’ syi’ah membolehkan mut’ah, namun melarang
melakukannya dengan wanita dari keluarganya.
Furu>’ al-Ka>fi>, 3/455.
Boleh mut’ah dengan banyak wanita, bahkan 1000.
Furu>’ al-Ka>fi>, 3/458 lihat juga: Tahdhi>bu al-Ah}ka>m:
7/259
Mut’ah sebagai pengganti diharamkannya khamr.
Mustadrak Al-Wasa>il, 14/452
14.
15. Berhujjah dengan Surat
An-Nisa’: 24
“Maka isteri-isteri yang
telah kamu nikmati
(campuri) di antara
mereka, berikanlah
kepada mereka maharnya
(dengan sempurna),
sebagai suatu kewajiban;”
Syi’ah memberi
tambahan kalimat:
(Furu>’ al-Ka>fi>, 3/455)
“نُهْمن به ْمُتْعَتْمَتْاس اَمَف
ىَّمَسُم ٍلََجأ َإَل
ةَضْيرَف نُهَرْوُُجأ َّنُهْوُآتَف”
“ُتْعَتْمَتْاس اَمَفْنهم هههب ْمَّنُه
َرْوُُجأ َّنُهْوُآتَفَضْيرَف َّنُهة”
“Maka isteri-isteri yang telah kamu
nikmati (campuri) di antara
mereka, sampai batas
waktu tertentu.....”
16. Sanggahan atas Penggunaan ayat 24 : An-Nisa>’
Ayat 24 dari surat An-Nisa>’ bukan ayat mut’ah,
tapi ayat nikah mutlaq.
Referensi:
(Tah}ri>mu al-Mut’ah fi> al-Kita>b wa as-Sunnah:
hlm. 100-101).
17. Sanggahan atas Penggunaan ayat 24 : An-Nisa>’
Tambahan kalimat (sampai batas waktu
tertentu)
itu tidak dapat diterima
Referensi:
- Sharh} Muslim li An-Nawa>wi, (179/9) Bab Nikah Mut’ah
- Ibnu Jari>r at-T}aba>ri: Ja>mi’ al-Baya>n: 4/15
- Al-Qi>si>: al-I>d}a>h}: 222
18. Sanggahan atas Penggunaan ayat 24 : An-Nisa>’
Tidak ada protes dari para sahabat ketika
Umar ra. melarang mut’ah.
19. Ibnu Umar ditanya tentang nikah mut’ah,
lalu beliau menjawab:
“HALAL”
(Al-H}ulli: Nahju Al-H}aqq wa Kashfu as-S}idq: 283)
Memakai Riwayat
Abdullah bin Umar
20. KRITIK
Muhammad ‘Isa At-Tirmidhi>, Ja>mi’At-Tirmidhi,
Da>r at-Tura>th al-‘Arabi, Beirut, Cet. I, hlm. 318, No.
752.
Abdullah bin Umar tidak ditanya
Nikah Mut’ah
tetapi
Haji Tamattu’
KRITIK atas Penggunaan
Riwayat Ibnu Umar
«.........َِوُهَوَُلأْسَيَدْبَعَاّللَنْبرَمُع،
نَعهِهعُّتََّمتالهبهةَرْمُْعلََلهإ
هجَْْلا،
َالَقَفُدْبَعَاّللُنْبَرَمُع:هيحاللٌ»
Al-H}ulli: Nahju al-H}aqq wa Kashfu as}-S}idq: 283
23. “Wahai manusia,
sesungguhnya aku
pernah membolehkan
mut’ah kepada wanita,
tahukah kalian bahwa
Allah swt. telah
melarangnya sampai
hari Kiamat....”.
Referensi:
Ahmad bin Hambal, Musnad
Ahmad bin Hanbal, hlm. 3.681,
No. 15. 051.
Lihat juga dalam Shahih Muslim,
No: 2.517.
STATUS
SHAHIH
24. Sunan Ibnu Majah, Cet. I,
hlm. 488, No. 1949
Umar bin Khattab ra:
“....Demi Allah, saya tidak
melihat seseorang
melakukan mut’ah sedang
ia adalah muhshan, kecuali
aku akan merajamnya...”
25. Shahih Bukhari
(3919, 4748, dan 5124)
Ali ra. :
“Rasulullah saw. telah
melarang mut’ah
pada perang Khaibar
dan daging keledai
peliaraan”
Shahih Muslim
(2518, 2519, 2521, dan 3588)
26. >> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >>
Larangan dari Kitab mereka sendiri
Tahdhi>bul Ah}ka>m, 7/251
Al-Istibs}a>r, 3/202
“Rasulullah saw.
mengharamkan pada
perang Khaibar
daging keledai jinak
dan nikah mut’ah”
Muhammad bin
Yahya
Abu Ja’far
Abu Al-Jauzi
Husen bin Alwan
Amr bin Khalid
Zaid bin Ali
Husein
Ali ra.
Rija>l Syi’ah fil Mi>za>n
Mu’jam Rija>l Hadi>th
Rija>l Naja>shi
29. Mut’ah Prostitusi
1. Wanita
2. Dibayar/disewa
4. Waktu yang terbatas
3. Tanpa wali dan saksi
1. Wanita
2. Dibayar/disewa
4. Waktu yang terbatas
3. Tanpa wali dan saksi
5. Tidak ada waris 5. Tidak ada waris
6. Tidak ada talak 6. Tidak ada talak
7. Sekedar cari
kenikmatan
7. Sekedar cari
kenikmatan
31. KESIMPULAN
Dari pemaparan tadi dapat disimpulkan,
bahwa:
1. Dalil nikah mut’ah yang dipakai Syi’ah
terbukti TIDAK BENAR.
2. Larangan Nikah Mut’ah sudah menjadi
KESEPAKATAN Ulama’ Ahli Sunnah yang
bersandarkan kepada Al-Qur’an dan Al-
Hadits.