Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Kemampuan keterampilan membaca, menulis dan menghitung (calistung) pada usia ...EducationCommunity
Dalam perkembangan kemampuan anak menjadi buah bibir bagi sebagian orang tua, kalau anaknya yang masih dini sudah pintar membaca, menulis ataupun berhitung. Padahal ini adalah sudah fitrah dari anak tersebut, kita hanya sebagai pendamping yang mengarahkan akan kemampuan yang dimiliki oleh seorang anak. Dari sisi negatif, jangan merasa menjadi masalah untuk yang buah hatinya belum bisa seperti anak-anak yang seusianya, karena setiap anak membawa bakat yang berbeda serta waktu yang berbeda. Apabila kita mengarahkan dan mendampingi dengan baik, apapun dalam perkembangannya itu sudah menjadi naluri dari si anak itu sendiri.
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh.
Kemampuan keterampilan membaca, menulis dan menghitung (calistung) pada usia ...EducationCommunity
Dalam perkembangan kemampuan anak menjadi buah bibir bagi sebagian orang tua, kalau anaknya yang masih dini sudah pintar membaca, menulis ataupun berhitung. Padahal ini adalah sudah fitrah dari anak tersebut, kita hanya sebagai pendamping yang mengarahkan akan kemampuan yang dimiliki oleh seorang anak. Dari sisi negatif, jangan merasa menjadi masalah untuk yang buah hatinya belum bisa seperti anak-anak yang seusianya, karena setiap anak membawa bakat yang berbeda serta waktu yang berbeda. Apabila kita mengarahkan dan mendampingi dengan baik, apapun dalam perkembangannya itu sudah menjadi naluri dari si anak itu sendiri.
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh.
Edisi Maret 2016 Majalah Kekuatan Sugesti
Bagaimana cara memperbaiki hubungan seks suami istri dengan hipnoterapi?
Bagaimana rasanya dihipnotis?
Bisakah alpha telepati digunakan untuk menagih hutang?
Bagaimana cara memotivasi diri agar selalu sehat?
Dapatkan semua penjelasannya di Majalah Kekuatan Sugesti edisi Bulan Maret 2016 ini..
Download dan Bagikan kepada teman-teman anda, kepada keluarga anda,dan siapapun yang anda kenal supaya mereka juga merasakan sugesti positif dari majalah kekuatan sugesti ini.
klik www.kekuatansugesti.com
Similar to RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH (20)
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh.
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Dakwah Islam penyambung Silaturrahmi antara Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dengan Donatur/Muzaki yang memuat beragam informasi, edukasi dan Progrest Report BMH sebagai Amil Zakat Nasional
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, Media dakwah yang terbit setiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh.
Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. JANUARI 2017/RABIUL TSANI 1438 67
Jendela
Keluarga
celah
sebut, lebih banyak perempuan di
banding laki-laki. Analisa survei men
duga penyebab keinginan bunuh diri
ini dipicu krisis komunikasi dengan
orangtua atau keluarga. Dari perta
nyaan yang diberikan, beberapa ja
waban murid mengaku selalu merasa
sendiri, kesepian, dan punya tekanan
mental, bahkan ingin bunuh diri.
Relasi dan keharmonisan antara
orangtua dan anak memegang peran
penting bagi perkembangan dan ke
sehatan mental anak. Pemicunya bisa
antara ayah dengan anak atau ibu
dengan anak. Pada kasus di atas, pe
nyebab utama adalah hubungan ibu
dengan anak.
Kehidupan di zaman sekarang
dengan segala tuntutan dan kompetisi yang tinggi sering
menjadi penyebab para ibu berperan ganda. Seorang
istri sangat mulia jika turut membantu suami menopang
kebutuhan keluarga. Namun, pastikan bahwa pekerjaan
itu tidak menelantarkan kesehatan mental diri sendiri
dan berdampak pada anak.
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa orangtua
yang mengalami depresi berpeluang tiga kali lipat untuk
menghasilkan anak-anak yang juga mudah depresi dan
rentan terhadap tekanan psikis serta fisik lainnya.
Oleh karena itu, bagi para ibu, tiga hal penting ini ha
rus diperhatikan. Pertama, pastikan pekerjaan yang se
suai dengan perintah Allah Ta’ala.
Kedua, pekerjaan yang digeluti adalah pekerjaan yang
disukai. Capek karena melakukan yang kita sukai, akan
menimbulkan rasa puas dan bahagia.
Ketiga, ikhlas melakukannya. Banyak ibu yang mera
sa jadi korban dalam keluarga harus mengerjakan pe
kerjaan rumah tangga sekaligus mencari nafkah. Hal ini
memicu depresi sehingga berdampak buruk bagi kese
hatan mental anak-anaknya. Penulis buku Serial Cata
tan Parenting Anak dari Surga Menuju Surga
S
eorang kakak perempuan
berusia remaja mengajak
berdialog pada adik laki-
lakinya, yang terpaut dua
tahun usianya. Yang diba
has adalah tentang masalah yang di
alaminya.
Si kakak bertanya, “Apakah adik
pernah merasa ingin bunuh diri?”
Jawaban si adik sangat menga
getkan, “Gue pernah masukin pistol
ke mulut, tinggal narik pelatuk, gue
udah good bye.”
Si kakak mengira selama ini
hanya dirinya yang memiliki pikiran
seperti itu. Ternyata orang lain juga.
Kisah di atas terjadi di Indonesia.
Di dalam keluarga yang tampak baik-
baik saja. Orang luar tak akan mengira bahwa pikiran
seperti itu ada di anak-anak tersebut.
Lalu apa penyebab adik-kakak tersebut ingin bunuh
diri? Ternyata masalahnya sama, yaitu ibunya. Mereka
menganggap ibunya pemarah dan sering membentak.
Menurut si kakak, ibunya bekerja. Namun, setiap pu
lang kerja sering mengeluh. Merasa capek sudah bekerja
keras melakukan segalanya demi anak-anak. Ketika meli
hat perilaku anak yang tidak sesuai keinginannya, maka
si ibu memarahi anak-anaknya. Ini membuat si anak me
rasa sedih, takut, bingung, dan serba salah.
Para ibu mungkin berpikir, apakah anak-anak kita
juga pernah punya pikiran seperti di atas? Mereka per
nah ingin pergi dari dunia ini karena kemarahan kita.
Ada survei tentang bunuh diri pada murid di In
donesia yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pe
ngembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian
Kesehatan. Hasilnya sebanyak 650 siswa SMP dan SMA
di Indonesia punya keinginan bunuh diri. Survei tahun
2015 ini melibatkan 10.300 siswa sebagai sampel dari se
luruh provinsi di Indonesia.
Dari 650 siswa yang punya keinginan bunuh diri ter
Kesehatan Mental Seorang Ibu
Oleh Ida S. Widayanti*
foto:rifaifadhly/suarahidayatullah
2. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com68
tarbiyah
godaan dari lingkungan saya berada.”
“Setelah tumbuh dewasa,
saya mengetahui sebabnya, yaitu
pengalaman saya menyaksikan
ibu berwudhu, shalat, dan shaum
sangat berbekas di hati sehingga
saya menyukai untuk melakukannya.
Pengalaman juga bahwa doa-doa,
shalat, dan shaum saya lihat dan dengar
dari ibu, diterima oleh jiwa dan fitrah
yang telah Allah ciptakan dalam diri
manusia. Ya Allah, ampunilah kedua
orangtua saya dan sayangilah mereka
sebagaimana mereka menyayangi saya
di waktu kecil.”
Anak, Peniru Ulung
Segala gerak-gerik orangtua dalam
menapaki hari-hari di tengah keluarga
akan mendapat pengamatan dari
buah hatinya. Tak hanya mengamati,
ternyata anak juga meniru segala
sesuatu yang diamatinya.
Demikianlah cara belajar anak-anak
kita. Dalam kebersamaannya dengan
orangtua, mereka akan belajar tentang
kata-kata, ekspresi wajah, gerakan
tubuh, perilaku, norma, keyakinan
agama, prinsip dan nilai-nilai luhur.
Seorang anak sangat dipengaruhi oleh
kebiasaan orangtuanya. Tidak hanya
dalam hal yang terkait dengan perilaku
dan emosi, bahkan selera makan pun si
anak akan mengikuti.
Mildred Horodynski, peneliti dari
Michigan, Amerika Serikat, mengatakan
bahwa sesuatu yang dimakan oleh
anak-anak mencerminkan pola makan
ibunya. Apabila ibu tidak suka makan
sayur dan buah-buahan, anak juga
mengikuti kebiasaan itu.
Supaya anak mencintai makanan
sehat, ibu atau ayahnya hendaknya
tak hanya menghidangkan, tapi juga
bersama-sama memakannya. Bila
orangtua mencoba sesuatu makanan,
anak akan tertarik mencobanya juga.
Karena anak adalah peniru ulung,
maka orangtua patut berhati-hati
dalam bertutur kata, bersikap, dan
bertindak. Kesalahan yang diperbuat
orangtua akan menjadi pengetahuan
dan pada akhirnya si anak akan
melakukan kesalahan yang sama.
Sabda Rasulullah di bawah ini
patut untuk kita renungi:
“Barang siapa memulai dalam
agama Islam sunnah (perbuatan)
yang baik, maka baginya pahala
dari perbuatannya tersebut, dan
pahala dari orang yang mengikutinya
setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun
dari pahala mereka. Dan barang
siapa merintis dalam Islam sunnah
yang buruk, maka baginya dosa dari
perbuatannya tersebut, dan dosa dari
orang yang mengikutinya setelahnya
tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka
sedikitpun.” (Riwayat Muslim No 1016).
Teladan Kebaikan
Orangtua semestinya tak hanya
pintar memerintah, tapi harus cerdas
memberi uswatun hasanah. Ada
beberapa keteladanan yang mesti
dibangun oleh setiap orangtua ketika
membersamai anak-anak, di antaranya:
Pertama,taatkepadaAllah .
P
akar parenting dari Madinah
al-Munawwarah, Khalid
Ahmad asy-Syantut, dalam
kata pengantar bukunya
yang berjudul Daurul-Bait
fii Tarbiyatil-Athfalil-Muslim berkisah
tentang masa kecilnya.
“Ketika kecil saya menghafal doa
ini, ‘Dengan kuasa-Mu ya Allah, aku
bangun di Shubuh ini, dan hanya
milik-Mu-lah segala kerajaan. Segala
puji bagi Allah, tiada Tuhan selain
Allah, bagi-Nya segala kerajaan, dan
Dia berkuasa atas segala sesuatu. Ya
Allah, putihkanlah wajahku ketika
menghadap-Mu. Ya Allah, berikanlah
catatan amalku dengan tangan
kananku dan jadikanlah Muhammad
sebagai syafaatku di hari kiamat. Ya
Allah, permudahlah urusanku ketika
menghadap-Mu dan jadikanlah beserta
kesulitan ada kemudahan. Ya Allah,
teguhkanlah aku dan orang tuaku pada
jalan-Mu yang lurus.’”
“Doa-doa ini saya hafal sejak usia
empat tahun, meski tiada seorangpun
yang mengajarkan. Saya hanya
mendengar ketika ibu membacanya.
Semoga Allah memberi pahala
kepada ibu atas doa yang saya hafal
sepanjang hidup, begitu juga semua
anak-anak.”
“Sejak kecil saya selalu terpanggil
untuk melakukan wudhu, shalat, dan
shaum, walau tidak diperintah oleh
seorangpun. Dari lubuk hati yang paling
dalam, seolah-olah ada dorongan yang
kuat untuk melakukannya. Dan saya
selalu berhasil menghadapi godaan-
Dahsyatnya
Keteladanan
3. JANUARI 2017/RABIUL TSANI 1438 69
Jendela keluarga
ini, bahkan dianggap biasa, bisa jadi
semua ini karena bermula dari sikap
dusta yang dibiasakan dari lingkungan
keluarga. Anak-anak ketika dewasa
terbiasa melakukannya.
Rasulullah mengingatkan agar
orangtua tidak berdusta, misalnya
ketika berjanji hendak memberikan
sesuatu. “Barangsiapa yang
mengatakan kepada seorang anak kecil,
‘Kemarilah aku beri sesuatu’ namun dia
tidak memberinya, maka itu adalah
sesuatu kedustaan.” (Riwayat Ahmad).
Ketiga, beradab Islami. Tempat
untuk mendidik adab yang paling baik
adalah keluarga. Di sinilah anak-anak
pertama kali belajar. Orangtua adalah
guru pertama, sebelum anak belajar
kepada guru di sekolahnya.
Orangtua perlu meneladankan adab
sejak anak usia dini. Misalnya adab ketika
berbicara kepada orangtua, guru, teman
sebaya, maupun teman yang di bawah
usianya. Juga adab ketika makan, minum,
belajar di majelis ilmu, dan lainnya.
Sungguh memprihatikan melihat
anak di zaman ini yang krisis adab. Me
reka tak canggung berbicara kasar mes
ki kepada orangtuanya sendiri. Mereka
meremehkan dan tak sopan di majelis
ilmu. Agar krisis adab ini tak terus-
menerus menimpa generasi ini, maka
kiranya setiap orangtua mesti menela
dankan adab yang Islami sejak dini.
Keempat, cinta ilmu. Hal ini
bisa ditempuh dengan melazimkan
beriteraksi dengan buku, hadir
di majelis ilmu, atau membuat
perpustakaan keluarga. Dengan
begitu diharapkan anak akan tumbuh
kecintaan terhadap ilmu.
Rasanya sulit generasi ini menjadi
ahli ilmu, jikalau dari lingkungan
keluarga tidak terbangun suasana
keilmuan. Untuk itu, orangtua berperan
penting dalam mendorong putra-
putrinya untuk terus bersemangat
dalam belajar. Dan sebelum
memerintahkan hal itu, orangtua perlu
menjadi teladan dalam hal semangat
menuntut ilmu. Masrokan/Suara
Hidayatullah
Teladankancintaibadahdanpatuhpada
syariah.Dengan demikian, anak akan
senang dan ringan untuk beribadah
dan melaksanakan syariah. Sungguh
sikap yang tak tepat bila orangtua
mengharapkan anak-anaknya men
jadi ahli ibadah dan taat syariah tapi
orangtua sendiri justru jauh dari kebia
saan itu.
Contoh keteladan ibadah adalah
apa yang dilakukan oleh Rasulullah
seperti dikisahkan oleh Ibnu Abbas RA:
“Aku menginap di rumah bibiku,
Maimunah, Nabi Muhammad biasa
bangun untuk shalat malam. Suatu
FOTO:RIFA’IFADHLY/SUARAHIDAYATULLAH
malam, Nabi bangun, kemudian
berwudhu dengan wudhu yang
ringan dengan kendi yang digantung.
Setelah itu, beliau shalat. Aku pun
berwudhu seperti berwudhu beliau.
Kemudian aku berdiri di samping kiri
beliau, namun beliau menarikku dan
meletakkanku di samping kanan beliau.
Kemudian beliau shalat beberapa
rakaat...” (Riwayat Bukhari).
Kedua, tampilkanlah kejujuran.
Bila anak menyaksikan kedustaan,
maka besar kemungkinan si anak akan
menirunya. Patut menjadi renungan,
ketika kedustaan merajalela di zaman
4. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com70
mar’ah
“Assalamu‘alaikum Mbak.”
“Wa‘alaikum salam wa
rahmatullahi wa barakatuh. Ada apa
dik, kok kelihatan panik?”
“Iya, suamiku suka betul makan
pakai sambel. Pekan lalu minta
dibuatkan sambel kacang, kemarin
sambel tomat, dan tadi pesan
agar dibuatkan sambel terasi. Aku
bingung gimana cara membuat
sambel terasi?”
“Alhamdulillah, bagus kalau
suamimu seperti itu.”
“kok, bagus?”
“Iya, itu artinya kepercayaan dan
kesempatan untuk menyenangkan
hati suami. sungguh pahala besar
bagi istri yang bisa membahagiakan
suaminya.”
***
P
engalaman seperti di atas
biasa dialami oleh pasangan
yang baru menikah.
Terkadang yang sudah lama
juga merasakan. Sebenarnya
tidak ada masalah ketika seorang
istri memahami tentang mulianya
tugas memasak untuk suami. Oleh
karena itu, penting bagi seorang istri
membekali diri dan meningkatkan
keterampilannya dalam memasak.
Memasak merupakan pekerjaan
rutin harian dan tidak pernah berhenti,
bahkan sehari bisa tiga kali. Peran itu
sejak dulu sudah melekat pada seorang
istri atau wanita.
Memang di era modern seperti
sekarang ini banyak tempat kuliner. Di
rumah pun ada pembantu. Peralatan
juga canggih, resep bisa dicari di
internet. Seolah memasak menjadi
hal yang ringan dan sepele. Ternyata
kenyataannya tidak semudah itu.
Banyak wanita yang mengaku
pintar memasak terkadang dihampiri
rasa tak percaya diri ketika masakannya
dicicipi orang lain. Tidak sedikit istri
yang bingung kalau ada tamu atau
acara makanmakan di rumah, “Mau
menu apa? Masak apa ya?”
Begitu pentingnya memasak,
karena memang makan adalah
kebutuhan primer. Tidak mungkin
wisata kuliner terus atau selalu pesan
ADA BAU
sURGAdIdAPUR
5. JANUARI 2017/RABIUL TSANI 1438 71
Jendela keluarga
dan membutuhkan banyak biaya
perawatan.
Oleh karena itu, istri harus
memastikan bahwa makanan yang
dimasak adalah halal dan thayyib. Hal
ini amat berpengaruh pada ibadah
seseorang.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah
bersabda, “Sesungguhnya Allah itu baik,
Dia tidak menerima kecuali yang baik.
Sesungguhnya Allah memerintahkan
orang-orang beriman dengan apa yang
diperintahkan kepada para Rasul. Maka
Allah berfirman, ‘Wahai para Rasul,
makanlah makanan yang baik-baik
dan beramallah dengan amalan yang
shalih…” (Riwayat Muslim).
Kodrat, Bukan Sekadar
Bakat
Hari ini banyak wanita yang
termakan provokasi program
emansipasi sehingga banyak istri yang
lebih memilih meniti karier di luar
rumah. Dengan berbagai dalih untuk
aktualisasi diri, pengabdian kepada
masyarakat atau membantu suami
dianggap tak penting lagi.
Betapa ruginya yang berpikir bah
wa dapur bukanlah tempat wanita
modern dalam berkarier. Banyak yang
membuang kesempatan emas ini dan
memberikannya kepada pembantu atau
katering. Padahal salah satu karir istri
yang menjanjikan surga adalah di dapur.
Masakan yang disiapkan dengan
penuh keikhlasan dan dedikasi dari
istri akan menjadi sebab terwujudnya
suasana sakinah, mawadah, rahmah,
dan berkah. Sebaliknya, keretakan
rumah tangga bisa saja bermula dari
istri yang tidak pandai memasak.
Tidak ada kata terlambat untuk
terus belajar dan berlatih agar lihai
memasak. Ini bukanlah soal bakat,
tapi kodrat bagi seluruh wanita.
Apalagi ada motivasi keimanan untuk
membahagiakan suami. Tunggu apa
lagi? Abdul Ghofar Hadi, Ketua
Lembaga Pendidikan Pengkaderan
Hidayatullah Balikpapan/Suara
Hidayatullah
Memasak adalah Ibadah
Dapur bukan hanya tempat
untuk meramu bumbu dan bahan
makanan hingga terciptalah masakan
lezat yang siap santap. Memasak bisa
bernilai ibadah jika diniatkan untuk
menyenangkan suami dan agar anggota
keluarga bisa khusyu’ beribadah.
Bahkan memasak bisa dikatagorikan
wajib untuk menguatkan ibadah.
Memang istri akan repot dan
kelelahan. Dari mulai mempersiapkan
segala sesuatunya, perapian, peralatan,
sampai bahan. Belum nanti jika sudah
selesai harus membereskan semuanya.
Namun kelelahan itu tidak ada yang
sia-sia melainkan ada ganjaran berkah
serta pahala.
Bunyi dentingan peralatan dapur,
setiap keringat yang jatuh akibat panas
kompor, atau terkadang tangan sedikit
lecet. Sendok, garpu, pisau, panci, dan
peralatan dapur yang tersentuh saat
seorang istri memasak untuk suami dan
keluarganya menjadi saksi cinta dan
ketulusan. Oleh karena itu, memasak
di dapur itu orientasinya harus akhirat.
Dengan demikian, akan terasalah
aroma surga.
Dapur, Awal Kesehatan
Ada yang mengatakan bahwa
“sehat dapat dimulai dari dapur”.
Tampaknya tidak salah.
Jika seorang istri memiliki
pengetahuan tentang bumbu, nutrisi,
dan khasiat dari setiap bumbu dan
bahan yang akan dimasak, maka
makanan yang masuk ke dalam tubuh
anggota keluarganya akan menjadi
bekal kesehatan yang tidak ternilai
harganya. Sementara makanan yang
dibeli di warung atau restoran tidak
bisa dijamin. Baik dari segi bumbu,
perasa, pewarna, pengawet, dan
berbagai bahan kimia buatan yang
berbahaya bagi kesehatan.
Kesehatan sangat mahal. Gaya
hidup serta pola makan sembarangan
akibat malas memasak sendiri
bisa mendatangkan malapetaka di
kemudian hari. Ketika tua sakit-sakitan
katering. Memasak adalah bagian dari
tugas istri yang berdimensi ibadah.
Bumbu Cinta
Istri dengan keahliannya dalam
memasak akan membuat suaminya
betah di rumah. Masakan yang enak
bisa menjadi salah satu perekat cinta
seorang suami kepada istri atau sebagai
perwujudan cinta seorang istri kepada
suami.
Tentu sangat berbeda rasa masakan
istri dengan koki restoran ternama.
Mungkin sepertinya makanan di
restoran lebih mewah, lezat, dan
mahal, tapi sesungguhnya masakan
istri di dapur jauh lebih nikmat karena
ada keikhlasan bercampur doa dalam
bumbu masaknya. Masakan istri berasa
cinta, kasih sayang, penghormatan,
pemuliaan, dan pelayanan yang
bermula dari dasar hati.
Hendaknya istri memasak apa yang
menjadi kesukaan suami dan anak-anak
serta keluarga. Ini semua dilakukan
dengan harapan dapat membuat suami
dan keluarga bahagia, demi wujud
ketaatan kepada Allah SWT. Cobalah
tanya atau perhatikan makanan apa
yang disukai dan yang tidak.
Makanan memang seringkali
bukan untuk mengenyangkan atau
semata pengisi perut. There’s love in
the food. Orangtua dulu berpesan
kepada anak perempuannya
yang baru menikah, “Cinta suami
bermula dari perut.” Konon banyak
suami yang senang dimanjakan
istri dengan masakan istimewa
kesukaannya.
Ketekunan seorang istri dalam
memberikan hidangan makanan
yang memanjakan lidah, tidak hanya
akan memuaskan suami. Lebih dari
itu juga terbukti bisa menghidangkan
kebahagiaan dalam rumah tangga.
Pada banyak hal, makanan
terkadang mencerminkan rasa cinta
pada orang-orang terkasih. Istri
terkadang sudah merasa kenyang
ketika melihat suami dan keluarga
lahap menyantap masakannya.
6. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com72
kita untuk berubah. Jika ada komunitas
kecil yang dapat dipercaya, saling
terbuka dalam hal mendidik anak
terhadap sesama anggota komunitas
dan sekaligus saling menjaga rahasia
dengan tidak menceritakan kepada
orang lain, akan lebih bagus lagi.
Menjadi orangtua ideal memang
luar biasa hebat. Tetapi banyak dari
kita yang tidak bisa tiba-tiba ideal. Kita
melakukan kesalahan, bahkan yang
sangat tidak kita harapkan, dalam
mengasuh anak-anak. Itu merupakan
hal yang lumrah. Yang paling penting,
hati kita harus tetap jernih; berusaha
untuk senantiasa berbenah. Ingatlah
perkataan yang ditulis oleh Hisham
Attalib dan kawan-kawan tersebut,
“Keep parenting lighthearted. Tell
yourself that although we may commit
‘stupid’ mistakes innocently, you cannot
spell ‘STUPID’ without U & I.”
Kerapkali kita mendengar nasehat
baik yang kadang bikin orangtua justru
serasa berputus asa; menguburkan
cita-cita memiliki anak yang bahagia
Oleh Mohammad fauzil adhim
kolom parenting
berlimpah kebaikan. Kita mendengar
nasehat bijak yang mengatakan, “Kalau
ingin mempunyai anak yang rakus
membaca, kita sendiri yang lebih dulu
harus rakus membaca. Kalau kita ingin
mempunyai anak hafal al-Qur’an, kita
sendiri harus hafal al-Qur’an. Kalau kita
ingin mempunyai anak yang hebat,
maka kita harus memantaskan diri
dengan menjadi orangtua yang hebat.”
Kalimat di atas maksudnya barang
kali untuk memotivasi orangtua.
Tetapi adakalanya justru membuat
ciut nyali. Padahal kita melihat betapa
banyak anak-anak hebat yang lahir dari
keluarga buta huruf. Kita mendengar
betapa banyak anak-anak yang sangat
tinggi keluhurannya, padahal salah satu
atau kedua orangtuanya memiliki masa
lalu yang kelam.
Lalu mengapa bisa demikian?
Teladan berupa semangat, kecintaan,
serta dorongan kepada kebaikan itu
sama pentingnya dan bahkan bisa lebih
penting daripada kebaikan itu sendiri,
sebagaimana niat lebih menentukan
Menikmati
Beban Mengeluh
Kemudahan
P
ada edisi lalu kita telah
berbincang tentang
bagaimana orangtua yang
berpengaruh. Sekarang
kita akan membahas
bahwa mengasuh anak itu merupakan
perjalanan panjang. Parenting is a
journey, not travelling. Mengapa
demikian?
Banyak yang ingin menjadi
orangtua ideal, tetapi yang dilakukan
saat mengasuh dan mendidik anak
justru sering bikin kesal. Orangtua
belajar banyak hal, tetapi rasanya jauh
sekali dari kenyataan. Ingin sekali sabar,
tetapi yang kerap keluar justru ekspresi
gusar. Ingin sekali lembut, tetapi yang
dirasakan oleh anak justru orangtua
yang kerap bikin cemberut.
Jika sekiranya kita termasuk yang
mengalami kondisi tersebut, mari kita
buka buku Parent-Child Relations: A
Guide to Raising Children (2013) karya
Hisham Attalib dan kawan-kawan.
Buku ini menyarankan agar orangtua
lebih sering bertemu dan berbagi de
ngan orangtua lain yang lebih berpe
ngalaman.
Belajar dari orangtua sukses yang
berpengalaman sangat bermanfaat
untuk memberi gambaran kepada kita
bagaimana menerapkan ilmu yang
sudah kita miliki dalam mengasuh
anak setiap hari. Pengalaman dan cara
pandang kita bukan ada yang berbeda,
dan itu sangat wajar, tetapi pengalaman
mereka sangat bermanfaat bagi upaya
Kita perlu memperhatikan apakah
anak telah merasa kita cintai atau
belum. Ada anak yang sangat dicintai
orangtua, tetapi ia tidak merasa
dicintai atau bahkan merasa tidak
dicintai orangtuanya.
(Bagian terakhir)
7. JANUARI 2017/RABIUL TSANI 1438 73
Jendela keluarga
Ini dibangun dengan tiga hal: berbicara
dengan qaulan sadiidan (bukan
sekadar jujur), acuan nilai yang jelas,
dan konsistensi terhadap nilai yang
dipegangi dan diajarkannya.
Kualitas berikutnya yang
harus dimiliki orangtua adalah
respect (penghormatan) dari anak
terhadapnya. Kita tidak dapat
memerintahkan anak agar hormat
dan menghargai kita. Penghormatan
(hurmat, takzim) itu lahir dalam diri
anak. Itu lebih baik daripada ketaatan.
Anak yang memiliki sikap takzim
akan cenderung taat kepada orangtua,
meskipun sedang tidak ada. Itu
sebabnya, menyemai rasa hormat
dalam diri anak terhadap orangtua
merupakan hal yang sangat penting.
Apa yang diperlukan?
Tiga hal, yaitu kedekatan
orangtua dengan anak, perhatian dan
kesungguhan orangtua menyayangi
anak, serta komitmen orangtua
terhadap kebenaran dan perbaikan
diri. Khusus mengenai perhatian serta
kesungguhan orangtua menyayangi
anak, kita perlu memperhatikan
apakah anak telah merasa kita cintai
atau belum. Ada anak yang sangat
dicintai orangtua, tetapi ia tidak
merasa dicintai atau bahkan merasa
tidak dicintai orangtuanya.
Jika dua hal ini ada pada orangtua,
akan lebih mudah baginya untuk me
numbuhkan penerimaan diri yang baik
pada anak. Inilah bekal penting yang
perlu kita perhatikan. Yang menjadikan
bahagia itu bukan ketampanan atau
dapat mencapai sesuatu yang tidak
dapat diraih oleh orang lain, tetapi
yang paling awal adalah menerima
diri sendiri apa adanya, kemudian
mensyukuri keadaan diri. Kita perlu
menanamkan keinginan, kecintaan,
dan kebanggaan terhadap kebaikan,
termasuk di dalamnya soal agama.
Sesungguhnya masih banyak hal
yang ingin saya perbincangkan. Ini
adalah sebagian hal-hal pokok yang
perlu kita perhatikan sebagai orangtua,
sebelum melangkah kepada aspek yang
lebih praktis.
FOTO:RIFA’IFADHLI/SUARAHIDAYATULLAH
dibandingkan amal kita. Keinginan
kuat orangtua kepada kebaikan,
kemuliaan, dan kecemerlangan beserta
kerinduan untuk berbenah dapat
memberi pengaruh yang lebih besar
dibandingkan kebaikan itu sendiri.
Inilah pelajaran lain yang dapat kita
petik dari buku Parent-Child Relations.
Jadi, kalau hari ini kita masih
teramat jauh dari kriteria minimal
sebagai orangtua yang baik, itu
bukanlah pertanda kiamat. Ingatlah,
mengasuh anak merupakan perjalanan
panjang. Parenting is a journey, not
travelling. Parenting adalah perjalanan
panjang, bukan jalan-jalan.
Jika ada yang mengatakan, sekali
berbuat salah selamanya tidak dapat
kita perbaiki, maka ingatlah bahwa
dia bukan Tuhan. Kita bukan ingin
memudah-mudahkan diri berbuat
salah. Bukan pula meremehkan
kesalahan. Tetapi kita perlu ingat
bahwa jika Allah senantiasa
membuka pintu kesempatan untuk
berbenah bertaubat, maka apa hak
manusia untuk menutup pintu
perbaikan? Mengapa kita harus
berputus asa?
Kualitas Orangtua
Kecakapan berkomunikasi dengan
anak adalah hal yang sangat penting.
Tetapi ada yang jauh lebih penting, yakni
seberapa besar orangtua memiliki trus
tworthiness (kepatutan untuk dipercaya).
Anak yang betul-betul tsiqah
(percaya) kepada orangtuanya akan
lebih mudah menerima nasehat, lebih
mendengarkan perkataan orangtua.