SlideShare a Scribd company logo
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
1
IDENTIFIKASI LANDASAN GARAPAN TEP
DESKRIPSI SETIAP GARAPAN
1. LANDASAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Setiap pengetahuan mempunyai penopang dan landasan dasar yang akan
dijadikan tiang penyangga tubuh pengetahuan, termasuk juga teknologi
pembelajaran sebagai disiplin ilmu.Ke tujuh penyangga tubuh yang dimaksud
sebagai landasan teori dasar kita didalam mengambil suatu keputusan itu sebagai
berikut :
A. Landasan Filsafat
Tujuannya adalah untuk memperoleh pembenaran sebagai suatu
disiplin pengetahuan terapan yang berdiri sendiri.
Berdasarkan tinjauan filsafat ilmu, setiap pengetahuan mempunyai tiga
komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang
didukungnya, termasuk Teknologi Pembelajaran sebagai disiplin ilmu. Ketiga
tiang penyangga dimaksud yaitu landasan ontologi (apa), landasan
epistimologi (bagaimana) dan landasan aksiologi (siapa). Ontologi merupakan
azas dalam menetapkan ruang lingkup ujud yang menjadi objek penelaahan,
serta penafsiran tentang hakikat realitas dari objek tersebut. Epistemologi
merupakan azas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh
dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Sedangkan aksiologi
merupakan azas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan
disusun dalam tubuh pengetahuan.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka yang menjadi ruang
lingkup objek penelaahan (azas ontologi) teknologi pembelajaran sebagai
suatu bidang ilmu adalah masalah “BELAJAR” pada manusia, karena :
belajar merupakan hak semua orang dan berlangsung sepanjang hayat,
mengenai apa, dari siapa, bagaimana saja belajar tersebut. Akan tetapi
kesempatan belajar yang ada masih terbatas, sumber tradisional juga
semakin terbatas, serta sumber yang ada dan potensial belum
didayagunakan. Oleh karena itu, perlu adanya usaha khusus untuk
mewujudkan kesempatan belajar dengan mengoptimalkan sumber dan
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
2
potensial yang ada, perlu adanya pengelolaan yang inovatif, dan reformatif
tentang belajar pada manusia. Alasan lain, kenapa masalah belajar menjadi
objek formal kajian (azas ontologi) teknologi pembelajaran adalah tidak lepas
dari pemikiran tentang pendidikan itu sendiri. Dimana, agar pendidikan dalam
Praktik terbebas dari keragu-raguan, maka objek formal ilmu pendidikan
dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena atau situasi pendidikan.
Didalam situasi sosial manusia itu sering berperilaku tidak utuh, hanya
menjadi makhluk berperilaku individual dan/atau makhluk sosial yang
berperilaku kolektif. Hal itu boleh-boleh saja dan dapat diterima terbatas pada
ruang lingkup pendidikan makro yang berskala besar mengingat adanya
konteks sosio-budaya yang terstruktur oleh sistem nilai tertentu. Akan tetapi
pada latar mikro, sistem nilai harus terwujud dalam hubungan inter dan antar
pribadi yang menjadi syarat mutlak (conditio sine qua non) bagi terlaksananya
mendidik dan mengajar, yaitu kegiatan pendidikan yang berskala mikro.
Sedangkan Dasar epistemologis dari teknologi pembelajaran adalah
berangkat dari sebuah konsesi dasar filsafati bahwa dasar epistemologis
diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi mengembangkan
ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Demikianpula dalam
teknologi pembelajaran sebagai bidang kajian (bidang ilmu).
Dalam kaitan dengan ini, pendekatan dalam menyusun dan
membangun pengetahuan (azas pistemologis) yang dikembangkan dalam
teknologi pembelajaran memiliki ciri sebagai berikut:
a. Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya ditelaah secara
simultan. Semua situasi yang ada diperhatikan dan dikaji saling
kaitannya, dan bukannya dikaji secara terpisah-pisah
b. Unsur-unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses
kompleks secara sistemik, yaitu dirancang, dikembangkan, dinali dan
dikelola sebagai suatu kesatuan dan ditujukan untuk memecahkan
masalah
c. Penggabungan ke dalam proses yang kompleks dan perhatian atas gejala
secara menyeluruh, harus mengandung daya lipat atau sinergisme,
berbeda dengan hal di mana masing-masing fungsi berjalan sendiri-
sendiri. Kemudian, azas aksiologi teknologi pembelajaran di sini
berkenaan dengan kegunaan dan pemanfaatan pengetahuan yang telah
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
3
tersusun secara sistematis yang meliputi 5 kawasan teknologi
pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan tersebut, berikut kegunaan potensial
teknologi pembelajaran:
a. Meningkatkan produktifitas pendidikan dengan jalan memperlaju
penahapan belajar, membantu guru untuk menggunakan waktunya
secara lebih baik, dan mengurangi beban guru dalam menyajikan
informasi, sehingga guru dapat lebih banyak membina dan
mengembangkan kegairahan belaar anak
b. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual,
dengan jalan mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional,
memberikan kesempatan anak berkembang sesuai dengan
kemampuannya
c. Memberikan dasar pengajaran yang lebih ilmiah, dengan jalan
perencanaan program pengajaran yang lebih sistemik, pengembangan
bahan pengajaran yang dilandasi dengan penelitian tentang perilaku
d. Lebih memantapkan pengajaran, dengan jalan meningkatkan kapasitas
manusia dengan berbagai media komunikasi, penyajian informasi dan
data secara lebih kongkrit
e. Memungkinkan belajar secara lebih akrab karena dapat mengurangi
jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah,
memberikan pengetahuan tangan pertama
f. Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas dan merata, terutama
dengan jalan pemanfaatan bersama tenaga atau kejadian yang langka
secara lebih luas, penyajian informasi menembus batas geografi.
Disamping itu, manfaat lain yang dapat diambil dengan adanya bidang
teknologi pembelajaran ialah antara lain: Peningkatan mutu pendidikan
(menarik, efektif, efisien, relevan), penyempurnaan system pendidikan,
meluas dan meratanya kesempatan serta akses pendidikan, penyesuaian
dengan kondisi pembelajaran, penyelarasan dengan perkembangan
lingkungan, peningkatan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
4
Landasan Filsafat dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Ontologi yaitu Apa hakekat gejala yang dikaji,misalnya obyek formalnya “
belajar “ karena :
 Belajar merupakan hak semua orang
 Berlangsung sepanjang hayat
 Mengenai apa, dari siapa, bagaimana saja
 Kesempatan belajar terbatas
 Sumber tradisional makin terbatas
 Sumber yang ada dan potensial yang belum didayagunakan oleh
karena itu perlu dilakukan yakni : Perlu usaha khusus, perlu
pengelolaan yang inovatif dan reformatif.
Ontologi bertolak atas penyelidikan tentang hakekat ada (existence and
being) (Brameld, 1955: 28). Pandangan ontologi ini secara praktis akan
menjadi masalah utama di dalam pendidikan. Sebab, siswa (peserta
didik) bergaul dengan dunia lingkungan dan mempunyai dorongan yang
kuat untuk mengerti sesuatu. Oleh karena itu teknologi pendidikan dalam
posisi ini sebagai bagian pengembangan untuk memudahkan hubungan
siswa atau peserta didik dengan dunia lingkungannya. Peserta didik, baik
di masyarakat atau di sekolah selalu menghadapi realita dan obyek
pengalaman.
Secara tersusun Chaeruman dalam tulisannya (online, tersedia di:
http://fakultasluarkampus.net/2007/07/apa-ontologi-teknologi-pendidikan)
mengutip tulisan Prof. Yusuf Hadi Miarso bahwa ontology teknologi
pendidikan adalah :
 Adanya sejumlah besar orang belum terpenuhi kesempatan
belajarnya, baik yang diperoleh melalui suatu lembaga khusus,
maupun yang dapat diperoleh secara mandiri.
 Adanya berbagai sumber baik yang telah tersedia maupun yang
dapat direkayasa, tapi belum dimanfaatkan untuk keperluan
belajar.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
5
 Adanya suatu proses atau usaha khusus yang terarah dan
terencana untuk menggarap sumber-sumber tersebut agar dapat
terpenuhi hasrat belajar setiap orang dan organisasi.
 Perlu adanya keahlian dan pengelolaan atas kegiatan khusus
dalam mengembangkan dan memanfaatkan sumber untuk belajar
tersebut secara efektif, efisien, dan selaras.
Masalah-masalah utama “belajar”. Menurut Sir Eric Ashby (1972, h. 9-10) ada
terjadi empat Revolusi di dunia pendidikan yaitu:
Revolusi pertama terjadi pada saat orang tua atau keluarga menyerahkan
sebagian tanggungjawab dan pendidikannya kepada orang lain yang secara
khusus diberi tanggungjawab untuk itu. Pada revolusi pertama ini masih ada
kasus dimana orangtua atau keluarga masihmelakukan sendiri pendidikan
anak-anaknya. Dari beberapa literatur, seperti misalnya Seattler berusaha
menelusuri secara historik perkembangan revolusi ini dengan mengemukakan
bahwa kaum Sufi pada sekitar 500 SM menjadikan dirinya sebagai “penjual
ilmu pengetahuan”, yaitu memberikan pelajaran kepada siapa saja yang
bersedia memberinya upah atau imbalan.
Penyebab terjadinya revolusi pertama ini, karena orangtua/keluarga tidak
mampu lagi membelajarkan anak-anaknya sendiri.
Revolusi kedua terjadi pada saat guru sebagai orang yang dilimpahkan
tanggungjawab untuk mendidik. Pengajaran pada saat itu diberikan secara
verbal/lisan dan sementara itu kegiatan pendidikan dilembagakan dengan
berbagai ketentuan yang dibakukan.
Penyebab terjadinya revolusi kedua ini, karena guru ingin memberikan
pelajaran kepada lebih banyak anak didik dengan cara yang lebih cepat.
Revolusi ketiga muncul dengan ditemukannya mesin cetak yang
memungkinkan tersebarnya informasi iconic dan numeric dalam bentuk buku
atau media cetak lainnya. Buku hingga saat ini dianggap sebagai media
utama disamping guru untuk keperluan pendidikan. Revolusi ini masih
berlangsung bahkan beberapa pandangan falsafati berpendapat bahwa
masyarakat belajar adalah masyarakat membaca. Beberapa ahli menyatakan
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
6
bahwa pendidikan di Indonesia masih berlangsung budaya mendengarkan
belum sampai pada budaya membaca.
Penyebab terjadinya revolusi ketiga ini, karena guru ingin mengajarkan lebih
banyak lagi dan lebih cepat lagi, sementara itu kemampuan guru semakin
terbatas, sehingga diperlukan penggunaan pengatahuan yang telah diramuka
oleh orang lain.
Revolusi keempat berlangsung dengan perkembangan yang pesat di bidang
elektronik dimana yang paling menonjol diantaranya adalah media komunikasi
(radio, televisi, tape dan lain-lain) yang berhasil menembus batas geografi,
sosial dan politis secara lebih intens daripada media cetak. Pesan-pesan
dapat lebih cepat, bervariasi serta berpotensi untuk lebih berdaya guna bagi si
penerima. Pada revolusi ini muncullah konsep keterbacaan(Literacy) baru,
yang tidak sekedar menuntut pemahaman deretan huruf, angka, kata dan
kalimat, tetapi juga pemahaman visual. Beberapa orang ahli berpendapat
bahwa perkembangan media komunikasi ini menjadikan dunia semakin
“mengecil”, menjadi suatu “global Village” dimana semua warganya saling
mengenal, saling tahu dan saling bergantung satu sama lain. Dalam revolusi
keempat ini memang wujud yang sangat menonjol adalah peralatan yang
semakin canggih.
Penyebab terjadinya revolusi ini, karena guru menyadari bahwa tidaklah
mungkin bagi guru untuk memberikan semua ajaran yang diperlukan, dan
karena itu yang lebih penting adalah mengajarkan kepada anak didik tentang
bagaimana belajar. Ajaran selanjutnya akan diperoleh si pembelajar
sepanjang usia hidupnya melalui berbagai sumber dan saluran.
Berdasarkan penyebab dan kondisi perkembangan keempat revolusi yang
terjadi di dunia pendidikan yang terfokus pada masalah utama yaitu “belajar”
dapat disederhanakan, yaitu pada awalnya guru menghadapi anak didiknya
dengan bertatap muka langsung dan guru bertindak sebagai satu-satunya
sumber untuk belajar.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
7
Perkembangan berikutnya guru menggunakan sumber lain berupa buku yang
ditulis oleh orang lain, dalam keadaan ini guru masih mungkin melaksanakan
tugasnya menyeleksi buku dan mengawasi kegiatan belajar secara ketat.
Perkembangan selanjutnya media komunikasi mampu menyalurkan pesan
yang dirancang oleh suatu tim yang terpisah dari guru, langsung kepada anak
didik tanpa dapat dikendalikan oleh guru.Dapat disimpulkan dari
perkembangan revolusi yang terjadi bahwa tujuan pendidikanlah yang harus
menentukan sarana apa saja yang dipergunakan atau dengan kata lain media
komunikasi menentukan pesan (dan karena itu tujuan) yang perlu dikuasai.
Dengan ilustrasi diatas dapat disimpulkan bahwa adanya masalah-masalah
baru yaitu:
1. Adanya berbagai macam sumber untuk belajar termasuk orang (penulis
buku, prosedur media dll), pesan (yang tertulis dalam buku atau tersaji
lewat media), media (buku, program televisi, radio dll), alat (jaringan
televisi, radio, dll) cara-cara tertentu dalam mengolah/ menyajikan pesan
serta lingkungan dimana proses pendidikan itu berlangsung.
2. Perlunya sumber-sumber tersebut dikembangkan, baik secara
konseptual maupun faktual.
3. Perlu dikelolanya kegiatan pengembangan, maupun sumber-sumber
untuk belajar itu agar dapat digunakan seoptimal mungkin guna
keperluan belajar.
2. Epistomologi yaitu Bagaimana cara mengkajinya, mencakup :
 Someristik merupakan penggabungan berbagai disiplin menjadi
kebulatan tersendiri
 Sistematik, yang berurutan, terencana dan terarah
 Sinergistik, mempunyai nilai tambah
 Sistemik, yang menyeluruh / holistic
 Inovatif, adanya perubahan / pembaharuan
 Integratif, terjalin dalam semua bidang
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
8
3. Aksiologi yaitu Apa nilai/ Manfaat pengkajian yang bisa diaplikasikan
dalam beberapa hal, antara lain yakni :
 Peningkatan mutu pendidikan (menarik, efektif, efisien, relevan)
 Penyempurnaan system Pendidikan
 Meluas dan meratnya kesempatan serta akses pendidikan
 Penyesuaian dengan kondisi pembelajaran
 Penyelarasan dengan perkembangan lingkungan
 Peningkatan partisipasi masyarakat
B. Landasan Pendidikan
Landasan pendidikan mencakup Konsep, Prinsip, Prosedur dan Kebijakan
Pendidikan. Semua itu dapat diwujudkan antara lain dengan :
1. Usaha sadar dan terencana.
2. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran
3. Berkembangnya potensi peserta didik untuk memiliki serangkaian
kompetensi
4. Sistem terbuka dan multimakna
5. Proses pembudayaan dan pemberdayaan berlangsung sepanjang hayat
C. Landasan Psikologi
Landasan Psikologi mencakup :
1. Psikologi umum (intelegensi, motivasi, persepsi, minat, dsb)
2. Psikologi Terapan :
• Psikologi Pendidikan
• Psikologi Belajar
• Psikologi massa
• Psikologi komunikasi
D. Landasan Ekonomi
Ekonomi sebagai landasan Teknologi Pendidikan mencakup :
1. Manajemen sumberdaya manusia
2. Manajemen sumberdaya buatan
3. Manajemen sumberdaya lingkungan
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
9
4. Manajemen sumberdaya keuangan
5. manajemen sumberdaya peluang
6. manajemen organisasi
7. Manajemen pengetahuan
E. Landasan Informatika
Landasan ini meliputi sarana dan prasarana, system dan metode untuk :
1. Perolehan
2. Pengiriman
3. Penerimaan
4. Pengelolaan
5. Penafsiran
6. Penyimpanan
7. Pengorgaqnisasian
8. Penggunaan
Semuanya itu harus didasarkan data yang bermakna dalam bentuk analog
dan digital
F. Landasan Teknologi
Landasan ini meliputi :
1. Proses untuk memperoleh nilai tambah
2. Produk yang bermanfaat
3. Sistem dimana proses dan produk merupakan bagain integral
G. Landasan Komunikasi
Komunikasi yang dapat dijadikan landasan pendidikan harus memenuhi
persyaratan yang meliputi :
1. Sumber komunikasi
2. Isi komunikasi
3. Saluran komunikasi (media dsb)
4. Proses komunikasi
5. Hasil komunikasi
6. Dampak komunikasi
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
10
Sebagaimana telah dipahami bahwa teknologi pembelajaran tumbuh
dari Praktik pendidikan dan gerakan komunikasi audio visual. Edgar Dale
yang terkenal dengan “kerucut pengalamannya” (cone of exsperience)
menyatakan bahwa teori komunikasi merupakan suatu metode yang paling
berguna dalam usaha meningkatkan efektifitas bahan audiovisual. Pemikiran
Edgar Dale ini merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar
tentang keterkaitan antara teori belajar dan komunikasi audiovisual. Kerucut
pengalaman Edgar Dale dengan rentangan tingkat pengalaman dari yang
bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol komunikasi,
dari yang bersifat kongkrit ke yang abstrak telah menyatukan teori pendidikan
John Dewey dengan gagasan-gagasan dalam bidang psikologi. Selanjutnya,
teori komunikasi lainnya yang menjadi landasan perkembangan teknologi
pembelajaran sebagai bidang studi adalah teori komunikasi yang
dikemukakan oleh Shanon dan Weaver.
Teori komunikasi yang dikemukakan oleh Shanon dan Weaver bersifat
linear dengan arah tertentu dan tetap yaitu dari sumber (komunikator) kepada
penerima (komunikan). Satu unsur yang perlu diperhatikan menurut teori ini
bahwa dalam proses komunikasi pasti terdapat gangguan (noise), yang
senantiasa ada dalam setiap situasi komunikasi. Teori Shannon dan Weaver
ini kemudian disempurnakan oleh Schramm dengan menambahkan dua
unsur baru yaitu adanya lingkup pengalaman (field of experience) dan umpan
balik. Dengan adanya dua unsur baru ini Schramm menekankan pada adanya
kesaaan interpretasi akan arti lambang yang dipakai. Kemudian, teori
komunikasi berikutnya yang melandasi perkembangan teknologi
pembelajaran adalah teori komunikasi yang dikembangkan oleh Berlo dan
teori komunikasi konvergensi yang dikembangkan oleh Rogers dan Kincaid.
Teori komunikasi yang dikembangkan oleh Berlo membawa implikasi dalam
perkembangan teknologi pembelajaran, dimana dimasukkannya orang dan
bahan sebagai sumber yang merupakan bagian integral dari teknologi
pembelajaran. Isi pesan beserta struktur dan penggarapannya juga
merupakan bagian dari teknologi pembelajaran. Segala bentuk pesan
(lambang, verbal, taktil, serta ujud nyata) merupakan bagian dari keseluruhan
proses komunikasi, dan dengan demikian juga menjadi bagian dari teknologi
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
11
pembelajaran. Sedangkan dalam teori komunikasi konvergensi yang
dikembangkan oleh Rogers dan Kincaid mendasarkan pada sebuah prinsip
bahwa komunikasi itu berlangsung tanpa awal dan akhir, sepanjang manusia
sadar akan diri dan lingkungannya. Proses komunikasi tidak berlangsung
antar individu saja melainkan dalam suatu realitas sosial. Pengaruh teori ini
dalam pendidikan adalah: (1) pendidikan seumur hidup yang berlangsung
sepanjang orang sadar akan diri dan lingkungannya; (2) pendidikan gerak
cepat dan tepat yang lebih mengacu pada kemampuan untuk hidup di
masyarakat; (3) pendidikan yang mudah dicerna dan diresapi; (4) pendidikan
yang menarik perhatian dengan cara penyajian yang bervariasi dan
merangsang sebanyak mungkin indera; (5) pendidikan yang menyebar, baik
pelayanannya maupun peranannya; dan (6) pendidikan yang mustari (tepat
saat) menyusup tanpa niat sebelumnya, yaitu pada saat ada kekosongan
pikiran. Kesemunya itu, merupakan landasan strategis dalam perkembangan
teknologi pembelajaran sebagai sebuah bidang kajian. Pada bagian lain,
teknologi pembelajaran sebagai sebuah bidang profesi sekaligus sebagai
sebuah bidang kajian, tentunya mengalami proses pengkajian jati diri kearah
yang lebih baik.
H. Landasan Teoritik Dari Ilmu Perilaku
Lumsdaine menyatakan bahwa teori belajar behavioristik memiliki andil
besar dalam perkembangan teknologi pembelajaran. Bahkan Deterline
berpendapat bahwa teknolgi pembelajaran merupakan aplikasi teknologi
perilaku, yaitu untuk menghasilkan perilaku tertentu secara sistemik guna
keperluan pembelajaran. Selanjutnya, Saetler melalui studi penelusurannya
terhadap sejarah perkembangan teknologi pembelajaran kemudian sampai
kepada kesimpulan bahwa pemikiran Thorndike dengan teori psikologi
perkembangannya yang beraliran behavioristik merupakan landasan pertama
kearah teknologi pembelajaran. Tiga hukum utama yang diajukan oleh
thorndike yaitu:
a. Law of exercise (hukum latihan). Prinsip yang melekat pada hukum ini
yaitu bahwa makin sering diulang respons yang berasal dari stimulus
tertentu, makin besar kemungkinan dicamkan. Terkait dengan hukum ini,
Thorndike memperkenalkan dua prinsip yaitu prinsip law of use dan prinsip
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
12
law of disuse. Law of use atau hukum penggunaan ialah koneksi antara
stimulus dan respons akan menguat saat keduanya dipakai. Dengan kata
lain, melatih koneksi (hubungan) antara situasi yang menstimulasi dengan
suatu respons akan memperkuat koneksi diantara keduanya. Sementara
Law of disuse atau hukum ketidakgunaan ialah koneksi antara situasi dan
respons akan melemah apabila praktik hubungan dihentikan, atau jika
ikatan neural tidak dipakai
b. Law of Effect (hukum efek). Prinsip mendasar dari hukum effek ini adalah
bahwa suatu respon akan semakin diperkuat bilamana diikuti oleh rasa
senang, dan akan diperlemah bila diikuti rasa tidak senang
c. Law of Readiness (hukum kesiapan). Hukum kesiapan ini dikemukakan
oleh Thorndike dalam bukunya yang berjudul The Original Nature of Man,
(Thorndike 1913 a,p.125), dapat dijelaskan disini antara lain adalah; (1)
apabila suatu konduksi siap menyalurkan (to conduct), maka penyaluran
dengannya akan memuaskan, (2) apabila suatu konduksi siap untuk
menyalurkan, maka tidak menyalurkannya akan menjengkelkan, (3) apabila
suatu unit konduksi belum siap untuk penyaluran dan dipaksa untuk
menyalurkan, maka penyaluran dengannya akan menjengkelkan.
Selanjutnya, pemikiran inilah yang menjadi landasan awal perkembangan
teknologi pembelajaran.
Disamping itu, rumusannya tentang prinsip-prinsip aktivitas diri,
minat/motivasi, kesiapan mental, individualisasi dan sosialisasi pada fase
berikutnya “menurut Saettler” menjadi entri point dalam perkembangan
teknologi pembelajaran selanjutnya. Untuk melaksanakan prinsip-prinsip
tersebut seorang guru harus mengendalikan kegiatan belajar anak di dalam
kelas ke arah yang dikehendaki, namun tetap dengan memperhatikan
minat dan respons anak terhadap stimulus yang diberikan. Stimulus yang
diberikan tersebut perlu disesuaikan dengan kesiapan mental anak serta
perbedaan karakteristik masing-masing individu. Oleh karena itu situasi
dan lingkungan belajar perlu dirancang sedemikian rupa serta dalam
praksis pembelajarannya sedapat mungkin menggunakan media, agar
terjadi hubungan antara apa yang sudah diketahui anak dengan hal yang
baru. Kemudian, teori berikutnya yang menjadi landasan perkembangan
teknologi pembelajaran adalah teori penguatan (reinforcement) yang
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
13
dikemukakan oleh Skiner. Skiner menyaatakan bahwa belajar dengan
memperoleh jawaban yang tepat menjadi suatu hal yang tidak penting
dalam pendidikan. Dia menyatakan bahwa fokus nyata pada pendidikan
haruslah pada pemberian penguatan yang konsisten, segera dan positif
bagi tingkah laku yang tepat dan bagi pencapaian tujuan pendidikan yang
diinginkannya. Lebih lanjut dia menyimpulkan bahwa dari hasil-hasil
percobaannya menunjukkan bahwa siswa akan lebih mudah menjawabnya
apabila dilengkapi dengan suatu pengalaman belajar.
Pelajaran diawali dengan tugas-tugas yang relatif mudah dan sudah
dikenal kemudian meningkat secara perlahan-lahan melalui tugas-tugas
dan bahan baru. Berangkat dari pandangannya inilah kemudian Skiner
mengembangkan Mesin Pengajaran yang disebut dengan Theaching
Machine sebagai media untuk memberikan pengalaman belajar kepada
siswa. Prinsip kerja mesin ini, yaitu jika jawaban siswa salah maka mesin
tidak akan memberikan reaksi namun sebaliknya jika jawaban siswa benar
mesin akan memberikan reaksi dalam bentuk menghadirkan pertanyaan
baru. Reaksi pemberian pertanyaan baru ini lah yang kemudian disebut
dengan proses reinforcement. Dalam kaitannya dengan penguatan ini,
Skiner mengemukakan tiga variabel penting yaitu: (a) peristiwa dimana
perilaku berlangsung; (b) perilaku itu sendiri; (c) akibat dari perilaku itu.
Kalau semula mengajar hanya memperhatikan bagaimana mengatur
stimulus atau pesan yang disampaikan kepada siswa, maka dengan
pendapat ini yang lebih diperhatikan adalah respons dari siswa serta
tanggapan kepada siswa atas responsnya itu. Kemudian beberapa prinsip
yang dijabarkan dari teori penguatan ini, diantaranya adalah perilaku yang
diperkuat, cenderung untuk lebih bertahan; penguatan positif lebih berarti
dari yang negatif; penguatan langsung lebih efektif dari penguatan
tertunda; penguatan yang sering diberikan lebih efektif dari pada yang
jarang.
Berangkat dari paradigma Skiner inilah kemudian menjadi landasan
perkembangan teknologi pembelajaran sebagai teori dan Praktik dalam
desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi tentang
proses dan sumber untuk belajar. Teori selanjutnya yang menjadi landasan
perkembangan teknologi pembelajaran adalah teori kurikulum dan
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
14
pembelajaran. Teori ini mulai muncul pada sekitar akhir tahun 1950-an
bersamaan dengan gerakan pembaharuan kurikulum. Pada saat itu
dirasakan perlunya landasan yang lebih ilmiah dan sistematik untuk
penyusunan kurikulum. Brunner (1966) mengemukakan teori penyusunan
dan pelaksanaan kurikulum dengan suatu paradigma di mana suatu tim
besar yang terdiri dari ahli bidang studi, guru, dan ahli psikologi mulai
menyusun kurikulum yang kemudian dijadikan bahan untuk membuat buku,
media atau bahan lain dan saran kegiatan di kelas. Keseluruhan bahan ini
lebih lanjut oleh tim lokal (wilayah) untuk penyempurnaan dan penentuan
cara penyajian, yaitu melalui pembelajaran di kelas atau pembelajaran
bermedia, yang keduanya saling berkaitan. Bruner, mendasarkan
pandangannya ini pada dua premis dasar yaitu; (1) guru kelas tidak
mungkin dapat mengikuti perkembangan bidang studi sambil mengajar
dengan penuh; dan (2) guru kelas tidak mempunyai keterampilan
metodologi yang cukup untuk melaksanakan pendekatan pemecahan
masalah. Keterampilan ini akan diperoleh dengan melaksanakan suatu
model yang disajikan melalui pembelajaran bermedia.
I. Landasan Lain-lain
Landasan lainnya yang mempengaruhi Teknologi Pendidikan antara lain :
1. Agama, moral dan etika
2. Seni dan estetika
3. Bahasa
4. Sosiologi
Dalam perkembangan terakhir, Teknologi Pendidikan secara konseptual
didefinisikan sebagai : Teori dan Praktik dalam Desain, pengembangan,
pemenfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian proses, sumber dan system
belajar.
Perkembanagan penerapan konsep teknologi pembelajaran meliputi :
• Peragaan ajaran
• Media pembelajaran
• Teknologi kinerja
• Teknologi pendidikan.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
15
Dan hal–hal yang menjadi persyaratan penerapan atau aplikasi teknologi
pembelajaran dalam upaya pemecahan masalah pendidikan adalah antara lain :
1. Dukungan Teknologi atau infrastruktur
2. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam pengembangan isi
3. Dukungan kebijakan pemerintah
4. Kesiapan masyarakat pengguna
2. KAWASAN BIDANG GARAPAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2.1 Peran Kawasan
Association for Educational Communications and Technology (AECT)
mendefiniskan 5 domaian Teknologi Pembelajaran yaitu design, development,
utilization, management, and evaluation. Pada tiap domain juga terdiri dari
beberapa sub domain. Kawasan dari Teknologi Pendidikan membagi banyak
kesamaan perjungan dalam mendefinisikan nya dan memperkuat landasanya,
sebagaimana keilmuan social lainnya dan aplikasi keilmuan social (Luppicini,
2005). Definisi yang diikuti Luppicini (2005) tentang konsep kawasan Teknologi
Pendidikan adalah suatu tujuan yang berorientasi pada pendekatan sistem
pemecahan masalah memanfaatkan peralatan, teknik, teori, dan metode dari
berbagai banyak bidang pengetahuan, untuk (1) merancang, menembangkan,
dan menilai, efektifitas dan efisiensi sumber manusia dan mesin dalam hal untuk
memfasilitasi dan mempengaruhi semua aspek pembelajaran, dan (2) pedoman
agen perubahan dan perubahan sistem perubahan sistem dan Praktik dalam hal
untuk membagi dalam mempengaruhi perubahan dalam social.
Secara serempak dan dalam meliputi cara, suatu kawasan professional
baru menjadi suatu bidang pengetahuan baru (atau displin profesional ) yang
digabungkan. Fungsi suatu kawasan mencakup teori dan Praktik dan untuk
mengidentifikasi tugas-tugas para penyelenggara teknolog pembelajaran. Setiap
fungsi mempunyai tujuan dan komponen (Seels dan Richey, 1994).
Dalam perkembangan terkahir, teknologi pendidikan yang didefinisikan
sebagai teori dan praktik dalam desain, pengembangangan, pemanfaatan,
pengelolaan, penilaian dan penelitian proses, sumber, dan sistem untuk belajar.
Defini tersebut mengandung pengertian adanya empat komponen dalm teknologi
pembelajaran, yaitu:
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
16
 Teori dan praktik
 Desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian, dan
penelitian
 Proses, sumber dan sistem
 Untuk Belajar
2.2 Hubungan Antar Kawasan
Kawasan Teknologi Pembelajaran merupakan rangkungan tengan
wilayah utama yang merupakan dasar pengetahuan bagi setiap kawasan. Para
peneliti dapat berkonsentrasi pada satu kawasan, atau menjadi praktisi disemua
kawasan. Meskipun para peneliti tersebut dapat menfokuskan diri pada satu
kawasan atau cakupan dalam kawasan tersebut, mereka menarik manfaat teori
dan praktik dari kawasan yang lain. Hubungan antar kawsan bersifat senergistik
(Seel dan Richey, 1994)
2.3 Kawasan Teknologi Pembelajaran
2.3.1 Desain
Desain didefinisikan sebagai “penetapan kondisi untuk belajar” (Seel dan
Richey, pembelajaran, dan karakteristik pembelajar. Teori desain sepenuhnya
dikembangkan dibandingkan bidang yang lainnya yang mempunyai keyakinan
besar sejak Praktik 1994). Desain adalah fungsi perencanaan ketika strategi
ditentukan. Perencanaan mempengaruhi seluruh proses desain instrucsional.,
bentuk fisik pesan, strategi tradisional dibentuk berdasarkan pengetahuannya
sendiri. Tujuan desain adalah untuk menciptakan strategi dan produk pada
tingkat makro, seperti program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro seperti
pelajaran dan modul. Definisi ini adalah dalam persetujuan dengan definisi
sekarang tentang desain dimana menunjukkan pada penciptaan kehususan
(Ellington and Harris, 1986; Reigeluth, 1983; Richey, 1986).
Desain Sistem Pembelajaran (ISD) : Kata Desain mempunyai dua
makna yaitu tingkat makro dan tingkat mikro yang keduanya menunjukkan
pendekatan system dan langkah pada pendekatan system. Dalam
terminology sederhana, analisanya adalah proses pada definisi apa yang
harus dipelajari; desain adalah proses bagaimana mengkhusukan bagaimana
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
17
dipelajari; dikembangkan adalah proses memenulis dan produksi materi
pembelajaran, mengimplementasi penggunaan materi dan strategi dalam
konten yang actual dan mengevaluasi proses penentuan kecukupan materi.
ISD secara umum merupakan prosedur linier dan berulang-ulang dimana
permintaan seksama dan konsisten. Karakter proses pada semua langkah
harus di lengkapa dalam hal untuk melayani sebagai pemeriksaaan dan
keseimbangan satu sama lain. PAda ISD proses sangat penting sama seperti
produk karena kepercayaan produk berlandasakan pada proses.
Desain Pesan : Grabowski (1991) Menurut “termasuk
perencanaa/manipulasi dari bentuk fisik pada pesan dimana termasuk
komunikasi antara pengirim dan penerima. ” (Seels& Richey, 1994). Fleming
and Levie (1993) batasan pesan pada pola-pola atau tanda-tanda atau
symbol yang memodifikasi kognitif, afektif, atau perilaku psikomotor. Desain
Pesan cocok dengan kebanyakan tingkat micro melalui unit kecil seperti
visual, urutan-urutan, halaman dan layar individu. Karakter lain rancangan
pesan adalah rangangan yang dirancang harus dikhususkan pada media dan
tugas pembelajaran. Ini artinya prinsip desain pesan akan berbeda tergantung
apakah media statis, dymanis, atau kombinasi dari keduanya (foto, film atau
gambar computer) dan apakah tugas termasu konsep atau formasi sikap,
keahlian atau pengembangan strategi pembelajaran atau penghafalan
(Fleming,1987; Fleming and Levie, 1993, Seel&Richey, 1994).
Strategi Pembelajaran: adalah pengkhususan untuk pemilihan dan uruta-
urutan kejadian dan aktivitas dalam satu pelajaran. Perancang
menggunakan teori strategi pembelajaran atau komponen sebagai prinsip
pembelajaran, karakteristik; strategi pembelajaran beriteraksi dengan situasi
pembelajaran. Situasi pembelajaran biasana menjelaskan model
pembelajaran. Model pembelajaran dan strategi pembelajaran membutuhakn
implementasi perbedaan model tergantung pada situasi waktu, isi yang alami
dan jenis keinginan belajar (Joyce and Weil, 1972; Merrill, Tennyson, and
Poscy, 1992; Reigeluth, 1987a, Seel&Richey, 1994).
Karakteristik Pembelajar : merupakan yang menjadi permukaan
pengalaman dasar pelajar yang berdampak pada efektifitas proses
pembelajaran. Penelitian pada karakteristik pebelajara biasanya penelitian
berlebihan pada strategi pembelajaran, tapi diselesaikan untuk perbedaan
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
18
tujuan: untuk menjelaskan permukaan pada pelajar yang membutuhkan
perhitungan untuk desain. Untuk itu karakteristik pembelajaran, berdampak
pada komponen studi pembelajaran dibawan strategi pembelajaran.
2.3.2 Pengembangan
Pengembangan didefinisikan sebagai “mengartikan kekhususan desain
kedalam bentuk fisik”. Pada proses pengembangan, teknologi pembelajaran
memproduksi item yang dipilih dalam dokumentasi desain. Produk tersebut mungkin
berupa, cetakm audio atau materi visual, dari sumber berbasis komuter, atau produk
yang memasukkan beberapa perbedaan media berbasis computer. Cabang bidang
development adalah dalam area produksi media, dan melalu tahun perubahan
kapabilitas media membawa pada perubahan domain. Meskipun perkembangan
teksbook dan tambahan pembelajaran lain mendahului film, timbulnya dilm menjadi
pusat utama pertama dalam kemajuan pergerakan audio visual pada era modern
Teknologi Pembelajaran. Pada dasarnya, domain perkembangan dapat dijelaskan
dengan:
the message which is content driven;
the instructional strategy which is theory driven; and
the physical manifestation of the technology—the hardware, software and
instructional materials.
Berikut sub domain dari Pengembangan ;
Teknologi Cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan
materi seperti materi stars visual, mesin dasar melali atau proses pencetakan
fotografi. Subkategori ini termasuk huruf, gafis, dan fotografi, disajikan dan
dibuat ulang. Materi cetak dan visual termasuk terdasar dan menembus
teknologi. Dua komponen pda teknologi ini adalah materi text verbal dan
materi visual.
Teknologi Audio/Visual adalah cara memproduksi atau menyampaikan
materi menggunakan mesin elektrik untuk menyajikan pesan audio dan visual
Pembelajaran Audiovisual adalah karakteristik yang paling nyata dengan
menggunakan perangkat keras dalam proses mengajar. Pembelajaran
Audiovisual didefinisikan sebagai produk dan pemanfaatan materi yang
termasuk pembelajaran melalui melihat dan mendengar dan yang tidak
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
19
tergantung secara eksklusif pada pemahaman kata atau symbol yang sama
lainnya. Biasanya, materi projek teknologi audiovisual, seperti film, slide dan
tranparasi.
Teknologi Berbasis Komputer adalah salah satu cara menyampaikan
amteri menggunakan micorprosesor sebagai sumber dasar. CBT berbeda
dengan teknologi lainnya karena informasi tersimpan secara elektronik dalam
bentuk data digital dibandingkan dengan cetak atau cisual. Pda dasarnya,
CBT menggunakan tamplan layar untuk menyajikan informasi pada siswa.
Berbagai jenis aplikasi computer biasanya disebut (CBI), computer-based
instruction (CBI), computer-assisted instruction (CAI) or computer-managed
instruction (CMI). Merupakan aplikasi kang dikembangkan sejalan dengan
teori beharior dan program pembelajaran, tapi saat ini lebih mencerminkan
teori berbasis kognitif (Jonassen, 1988) khusunya untuk 4 aplikasi specifically,
CBI. Aplikasinya adalah, tutorial, games, simulasi, dan data base.
Karakteristik CBT kedua-duanya adalah hardware dan software dan
umumnya memiliki karakter berikut:
Teknologi Terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan
menyampaikan materi dimana mencakupi beberapa media dibawah kendali
computer. Banyak yang percaya bahwa teknik yang paling canggih untuk
pembelajaran melibatkan integrasi beberapa bentuk media dibawah
pengaturan computer Sekeliling perangkat yang dikendalikan oleh komputer
akan termasuk pemain videodisc, menampilkan perangkat tambahan,
perangkat keras jaringan, dan sistem audio. Perangkat lunak mungkin
termasuk videodiscs, cakram kompak, jaringan lunak, dan informasi digital. Ini
semua dapat dikendalikan oleh pelajaran hypermedia berjalan dibawah
sistem authoring seperti HyperCardTM atau ToolbookTM. Ciri utama dari
teknologi ini adalah pelajar tingkat tinggi interaktivitas antara berbagai sumber
informasi.
2.3.3 Pemanfaatan
Pemanfaatan merupakan kawasan Teknologi Pembelajaran tertua diantara
kawasan-kawasan yang lain, karena penggunaan bahan audiovisual secara teratur
mendahului meluasnya perhatian terhadap desain dan produksi media pembelajaran
yang sistematis. Kawasan pemanfaatan berasal dari gerakan pendidikan visual yang
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
20
tumbuh subur selama dekade pertama abad ini dengan didirikannya museum-
museum sekolah.
Menurut Kevin Allen dalam Utilization Domain IT: 659 “Utilization is the act of
using processes and resources for learning” (Seels & Richey, 1994, p. 46).
Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar.
Fungsi pemanfaatan penting karena fungsi ini memperjelas hubungan pembelajar .
dengan bahan dan sistem pembelajaran. Keempat kategori dalam kawasan ini
adalah mengitegrasinkan dalam struktur dan kehidupan oraganisasi adalah
sebagai berikut;
Pemanfaatan media
Pemanfaatan media adalah penggunaan yang sistematis dari sumber untuk
belajar. Proses pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan
berdasarkan pada spesifikasi disain pembelajaran. Misalnya; bagaimana suatu
film didwesain sesuai dengan bentuk belajar ataukebutuhanyang diinginkan.
Difusi Inovasi
Inovasi
Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, Praktik atau objek yang
dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit
adopsi lain. Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama
dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan
instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan
sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat
dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Difusi
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu
terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai
suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu,
difusi juga dapat diangap sebaai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu
proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas
disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama
proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial
tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal,
organisasi dan atau sub sistem.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
21
Unsur-Unsur Difusi Inovasi
1) Komunikasi dan Salurannya
Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi
informasi satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama.
Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa difusi dapat dipandang
sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana informasi yang
dipertukarkannya adalah ide baru (inovasi). Dengan demikian, esensi dari
proses difusi adalah pertukaran informasi dimana seorang individu
mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang atau beberapa orang lain.
Rogers menyebutkan ada empat unsur dari proses komunikasi ini, meliputi:
1) inovasi itu sendiri; 2) seorang individu atau satu unit adopsi lain yang
mempunyai pengetahuan atau pengalaman dalam menggunakan inovasi; 3)
orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan
pengalaman dalam menggunakan inovasi; dan 4) saluran komunikasi yang
menghubungkan dua unit tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya
mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang
telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan
inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum
memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential
adopter) melalui saluran komunikasi tertentu. Sementara itu, saluran
komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: 1) saluran
media massa (mass media channel); dan 2) saluran antarpribadi
(interpersonal channel). Media massa dapat berupa radio, televisi, surat
kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau
audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber. Sedangkan saluran
antarpribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua
atau lebih individu.
2) Waktu
Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi
waktu, dalam proses difusi, berpengaruh dalam hal: 1) proses keputusan
inovasi, yaitu tahapan proses sejak seseorang menerima informasi pertama
sampai ia menerima atau menolak inovasi; 2) keinovativan individu atau unit
adopsi lain, yaitu kategori relatif tipe adopter (adopter awal atau akhir); dan
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
22
3) rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah
anggota suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu
tertentu.
3) Sistem Sosial
Sangat penting untuk diingat bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem
sosial. Sistem sosial adalah satu set unit yang saling berhubungan yang
tergabung dalam suatu upaya pemecahan masalah bersama untuk
mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu sistem sosial dapat berupa
individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Proses difusi
dalam kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial,
norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi
dan konsekuensi inovasi.
Implementasi dan Kelembagaan
Implementasi adalah penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam
keadaan yang sesungguhnya bukan tersimulasikan. Pelembagaan adalah
penggunaan secara rutin dan pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam
suatu struktur atau budaya organisasi. Tujuan dari implementasi adalah
menjamin penggunaan yang benar oleh individu dalam oraganisasi. Tujuan
dari pelembagaan
Kebijakan dan Regulasi
Kebijakan dan regulasi adalah atruran dan tindakan dari masyarakat atau
wakilnya yang mempengaruhi difusi atau penyebaran penggunaan teknologi
pembelajaran. Kebijakan dan peraturan biasanya dihambat oleh permasalahan
etika dan ekonomi. Keduanya timbul sebagai akibat dari tindakan yang
dilakukan individu atau kelompok dalam maupun luar. Dampak pengaruh
tersebut lebih pada Praktik dari pada teori. Teknologi pembelajaran telah ikut
berjasa dalam penentuan kebijakan tentang televisi pembelajaran dan televisi
maasyarakat, hukum hak cipta, standar peralatan dan program, serta
penentuan unit administrasi yang mendukung teknologi pembelajaran.
Kecenderungan dan permasalahan dalam kawasan pemanfaatan umumnya
berkisar pada kebijakan dan peraturan yang mempengaruhi penggunaan,
difusi, implementasi dan pelembagaan. Masalah lain yang berhubungan
dengan kawasan ini adalah bagaimana gerakan restrukturisasi sekolah dapat
mempengaruhi penggunaan sumber belajar. Pertumbuhan yang pesat dari
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
23
bahan dan sistem berasaskan komputer telah meningkatkan resiko politik dan
ekonomi bagi yang akan mengadakan adopsi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan diantaranya adalah; sikap pembelajar terhadap
teknologi, tingkat independensi pembelajar, dan faktor lain yang dapat
menghambat dan mendukung media dan materi pembelajaran dalam konteks
yang lebih luas.
2.3.4 Manajemen
Kawasan manajement termasuk manajemen proyek, sumber, system
penyampaian dan informasi. Sumber termasuk personel, pendanaa, suplay, wakti,
fasilitas, dan sumber pembelajaran. Sistem penyampaian dapat berupa produk
seperti hardware komputer/sotware atau teknis pendukung, seperti pedoman.
Manajemen Informasi tepat dengan “prencanaan, monitoring dan pengaturan
penyimpanan, transfer, dan pemrosesan informasi. Peran manajemen adalah
banyak mengadakan teknologi pembelajaran. Teknologi pembelajaran mungkin
termasuk dengan usaha seperi manajemen proyek pengembangan pembelajaran
atau manajemen pusat media sekolah.
Kawasan manajemen awalnya berkembang dari administrasi pusat media,
pelayanan dan program. Sebuah perpaduan antara perpustakaan dan media
menyebabkan program-program media perpustakaan sekolah dan pusat-pusat
spesialis. Definisi AECT 1977 membagi manajemen fungsi ke dalam manajemen
organisasi dan manajemen personalia sebagai dilakukan oleh administrator pusat
media dan program.
Manajemen melibatkan mengendalikan Instructional Technology melalui
perencanaan, pengorganisasian, koordinasi dan pengawasan. Manajemen
umumnya produk sistem nilai operasional. Kompleksitas pengelolaan sumber daya
beberapa penuaan, personalia, dan desain dan upaya pembangunan dikalikan
sebagai ukuran intervensi tumbuh dari kecil, satu-sekolah-departemen atau
perusahaan, untuk negara-lebar intervensi instruksional dan global perubahan
perusahaan multi-nasional. Berikut sub domain dari Kawasan manajemen:
Manjemen Proyek
Manajemen proyek termasuk perencanaan, monitoring, dan pebngaturan
desain pembelajaran dan pengembangan proyek. Menurut Rothwell and
Kazanas (1992) manajemen proyek berbeda dengan manajemen tradisional,
dimana garis dan staf manajement alasannya: (a) anggota proyek
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
24
kemungkinan baru, anggota team jangka pendek; (b) manajer proyek
biasanya kekurangan otoritas jangka panjang kepda orang-orang karena
mereka bos sementara, dan (c) manajer proyek menikmati lebih banyak
klendali dan fleksibilitas bibanding baisanya dan garis dan staf organisasi
(Seels&Richey, 1994).
Proyek manajer bertanggung jawab untuk perencanaan, penjadwasan, dan
pengaturan gunsit pada desain pembelajaran atau jenis proyek lainnya.
Mereka hari dinegosiasikan, dana, pemasanagan system pemantauan
informasi, dan evaluasi kemajuan. Manajemen proyek biasanya
berperan persetujuan dengan perlakukan untuk kesuksesan dan
merekomendsaikan perubahan internal
Manajemen Sumber
Manajemen sumber termasuk perencanaan, pemantaun, dan pengawasan
system sumber pendukung dan pelayanan. Manajemen sumber termasuk
personel, pendanaan, suplay, waktu, dan fasilitas, dan sumber pembelajaran.
Sumber pembelajaran mencakup semua penjelasn teknologi dalam bagian
pada kawasan pengembanga. Efektivitas biaya dan pembenaran efektivitas
belajar adalah dua penting karakteristik manajemen sumber.
Manajemen Sistem Penyampaian
Manajemen system penyapaian termasuk perencanaan, pengawasan, dan
pengaturan “motode dimana penyebaran materi pembelajaran yang
diorganisasi…ini merupakan perpaduan penggunan media dan metode yang
dikerjakan untuk menyajikan informasi pembalajaran pada siswa” (Ellington
and Harris, 19S6, p.47, Barbara and Seels 1994).
Manajemen system penyamapaian berfokus pada issu produkm seperti
hardware/software, dan issu proses, seperti pedoman untuk perancang dan
instruktur. Dengan parameter keputusan harus dibuat bahwa ketepatan
perangkat terknologi dengan tujuan pembelajaran. Keputusan tengan
manajemen system penyampaian biasanya tegantung pada manajemen
system sumber.
Manajemen Informasi
Manajemen informasi juga termasuk perencanaan, pemantauan,
danpengawasn dan penyimpanan, transfer atau pemrosesan informasi dalam
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
25
hal untuk menyediakan sumber belajar. Penjelasan teknologi dalam domain
pengembangan adalah metode penyimpanan dan pengiriman.
Trasnmisi atau transfer informasi biasanya terjadi melalui teknologi terpadu.
“Pemrosesan terdiri dari perubahan beberapa aspek informasi (melalui
program computer)…membuat lebih cocok untuk beberapa tujuan”
(Lindenmayer, 1988, p. 317). Manajemen informasi lebih penting untuk
menyediaan akses dan mudah digunakan. Perkembangan pengetahuan dan
industry pengetahuan di luar ruang lingkup bahwa sistem pendidikan saat ini
dapat mengakomodasi; berarti bahwa ini adalah daerah yang sangat penting
bagi Teknologi Pembelajaran di masa depan. Sebuah komponen penting dari
kawasanakan terus menjadi manajemen sistem penyimpanan informasi untuk
tujuan pembelajaran.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi terdiri dari analisis masalah, referensi criteria, fomativ, dan sumatif
yang merupakan kawasan evaluasi. Hasil dari evaluasi dibawa untuk pemahaman
yang lebih baik masalah, penguasaan informasi, serta individu menginformasikan
pada potensi pembelian. Kawasan dan evaluasi berkembang sebagai penelitian
pendidikan dan bidang metodelogy yang berkembang, biasanya bersamaan atau
paralel dengan bidang.
Evaluasi adalah proses penentuan kecukupan pada instruksi dan belajar.
Evaluasi dimilai dengan menganalisis masalah. Ini adalah langkah awal yang
penting dalam pengembangan dan evaluasi untuk pembelajara karena tujuan dan
kendala dijelaskan pada tahap ini. Menurut Worthen and Sanders (1987) “Evaluasi
menentukan hal yang dinilai” Dalam Pendidikan, hal ini penentuan formal untuk
kualitas, efektivitas atau nilai program, produk, proyek, proses, tujuan atau kurilum.
Penjelasan dari sub domain adalah sebagai berikut:
Analisis masalah : Termasuk penentuann sifat dan parameter masalah
dengan menggunakan pengumpulan-informasi dan pengambilan keputusan
strategi. Dengan demikian upaya evaluasi termasuk identifikasi kebutuhan
untuk menentukan sejauh mana masalah dapat dikelaskan sebagai
pembelajaran dalam alami, mengindetifikasi kendala, sumber daya
karakteristik peserta didik, dan menentukan tujuan dan prioritas (Seels dan
Glasgow, 1990). Keperluan didefinisikan sebagai "kesenjangan antara 'apa'
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
26
dan 'apa yang harus" dalam hal hasil "(Kaufman, 1972), dan kebutuhan
penilaian merupakan studi sistematis kebutuhan tersebut. Sebuah perbedaan
penting harus diberikan di sini. Analisis kebutuhan tidak dilakukan untuk
melakukan lebih dipertahankan evaluasi sebagai kemajuan proyek
Criterion-Referenced Measurement. Kriteria pengukuran penilaian
melibatkan teknik untuk menentukan penguasaan materi pelajar yang telah
ditentukan sebelumnya. Kriteria referensi penilaian menyedukan informasi
tentang penguasaan seseorang terhadap pengetahuan, sikap dan
keterampilan relative terhadap tujuan. Kesuksesan pada criteria referensi
penilalan sering berpedoman pada dapat melakukan suatu kompetensi
tertentu.
Evaluasi Formative and Summative. Evaluasi Formatif melibatkan
pengumpulan informasi tentang kecukupan dan menggunakan informasi ini
sebagai dasar untuk pengembangan lebih lanjut. Evaluasi sumatif melibatkan
pengumpulan informasi tentang kecukupan dan menggunakan informasi ini
untuk membuat keputusan tentang pemanfaatan. Metode evaluasi sumatif
dan formatif berbeda. Evaluasi formatif tegantug pada teknis (isi) review dan
tutorial, uji coba kelomok kecil atau besar.Metode pengumpuland ata
biasanya informal seperti observasi, wawancara dan test pendek. Evaluasi
sumatif dalam bentuk lain membutuhkan prosedur lebih formal dan metode
pengumpulan data. Evaluasi sumatif biasanya studi perbandingan kelompok
dalam desain quasi eksperimen. Keduanya evaluasi formatif dan suamtif
membutuhkan pertimbangan perhatian untuk menyeimbangkan penilaian
kualitatif dan kuantitatif.
2.3.6 Penelitian
Perkembangan landasan lmiah dan definisi tersebut kemudian telah
membentuk landasan ilmiah tersendiri, berupa teori, model, konsep, prinsip,
proposisi dan prosedur yang merupakan cirri unik teknologi pendidikan. Pengkajian
ilmiah dalam teknologi pendidikan/pembelajaran tidak hanya mempersoalkan
unsure-unsur yang terkandung dalam objek formal, yaitu belajar, melainkan juga
pendekatannya yaitu teknik intelektual atau tata cara ilmiah yang digunakan dalam
mencari pembenaran atas objek yang dipermasalahkan.(Miarso , 2004)
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
27
Pada awal perkembangan teknologi pendidikan, dimana media merupakan
unsur yang menonjol, mayoritas penelitian dilakukan yang berkaitan dengan media.
Penelitian yang berkaitan dengan media sendiri telah berlangsung dalam lima fase.
Kelima fase itu memepermasalahkan hal-hal berikut :
a. Apakah pengajaran dengan media ada hasilnya
b. Seberapa besar hasil pengajaran dengan ilmiah
c. Dalam kondisi bagaimana dapat diperoleh hasil yang terbaik dari media
d. Siapa saja yang akan memperoleh manfaat dari media
e. Karakteristik pembelajar (learner) seperti apa, dan dalam kondisi dan situasi
bagaimana dapat diperoleh manfaat maksimal dari media.
Bertolak dari uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kawasan
penelitian teknologi pendidikan sangat luas sekali bahkan boleh dikatakan hamper
tidak terbatas, sepanjang penelitian itu berkaitan dengan pemecahan masalah
belajar.
Meurut Amiel, T., & Reeves, T. C. (2008). Penelitian teknologi pendidikan bertujuan
untuk memeriksa pengaruh peralatan dalam proses pendidikan telah menunjuk
sistematis kecil saran kepada praktisi. Pengalan teknologi sebagai proses telah
berimplikasi bagaimana teknolog pendidikan menghubungkan penelitian. Sekali
mengnali proses, tujuan/akhir tekbnologi menjadi latardepan.
2.3.5 Kawasan Berdasarkan Definisi Teknologi Pendidikan dari AECT Tahun
2008
Definisi terbaru tahun 2008 merupakan pengembangan dari kawasan
sebelumnya, dan tiap kawasan melanjutkan perkembangannya. Definisi 2008 sudah
lebih spesifik karena menekankan pada studi & etika Praktik. Berikut definisi
Teknologi Pendidikan dari AECT Tahun 2008 “Educational Technology is the study
an d ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating,
using, and managing appropriate technological process and resources”. Teknologi
Pembelajaran adalah studi dan etika Praktik untuk memfasilitasi pembelajaran dan
meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan
sumber daya teknologi. (Januszewski and Molenda, 2008: 1).
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
28
o Study : pemahaman secara teoritis sebagaimana Praktik, teknologi
pendidikan, membutuhkan pembangunan kelanjutan pengetahuan dan
perbikan melalu penelitian dan merefleksikan Praktik, dimana tercakup dalam
terminologi study. Studi menujukkan pengumpulan ifnormasi dan analisis
melalu konsep tradisional penelitian
o Praktik Etis: Merupakan kegiatan yang tidak bertentangan dengan norma
dan nilai yang berhubungan dengan nilai profesi yang akan
dilakukan. Seperti kode etik dalam suatu pekerjaan. Komite Etika AECT telah
aktif mendefinisikan kawasan stadar etika dan asalkan dalam contoh kasus
dimana mendiskusikan dan memahami implikasi focus etika untuk Praktik.
Berdasarkan hasil penelitian analisis tentang etika salah satu profesi teknologi
pendidikan sebagian konsultan adalah (1) being professional, (2) going
maintaining personal integrity, and (4) being willing to learn in consulting
practices above and beyond expectations, (3) (Charles Xiaoxue Wang).
Komite Etika AECT telah menjadi trend kerja untuk meningkatkan
kewaspadaan etika professional diantara anggota AECT (Yeaman et al.,
2008).
Kode etik professional dari AECT termasuk prinsip “ berniat member bantuan
anggota secara individu atau kolektif dalam memelihara hubungan
professional tingkat tinggi “(Wlliver, 2001….) Di AECT kode Etik dibedakan
menjadi 3 kategori yaitu: Komiter individu, seperti perlindungan hak untuk
mendapatkan materi dan hasil untuk dilindungi keselamatan dan kesehatan
pada profesioanl; komuter pada social, seperti kejujuran penuh pada
pernytaan public berdasarkan masalah pendidikan atau adil dan Praktik yang
patut dengan sumbangan pelaynana pada profesi.; dan komiter profesi,
seperti meningkatkan pengetahuan profrsioal; dan keterampilan memberikan
ketepatan kredit untuk bekerja dan publikasi ide.
o Memfasilitasi: Termasuk desain lingkungan, mengorganisasi sumber, dan
menyediakan peralatan. Peristiwa pembelajaran dapat dilakukan diatur face-
to-face atau lingkngan virtual, sebagaimana di jarak jauh. Teknologi
Pendidikan mengklaim fasilitas pembelajaran karena mengatur pembelajaran
dan dapat membantu menciptakan lingkungan belajar lebih mudah dan dapat
terjadi.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
29
o Pembelajaran: Pembelajaran daapt dikategorikan menurut berbagai
taksonomi. Langsung salah satu dinyatakan oleh Perkins (1992). Jenis
pembelajaran sederhana dalah penyimpanan (retention) informasi. Tujuan
pembelaajran dapat termasuk pemahaman (understanding) sebagiamana
penyimpanan.
o Improving: Pada Teknologi Pendidikan meningkatan performance biasanya
paling perlu satu pengakuan pada efektifitas; bahwa proses mengarah
penaksiran kualitas produk, dan produk membawa prediksi efektifitas
pembelajaran, berubah dalam kapabilitas membawa aplikasi keluar keadaan
dunia nyata.
o Performance(Meningkatkan): Performance mengcu pada kemampuan
pelajar untuk menggunakan kapabilitas baru yang diperoleh. Definisi
Improving Performance berhubungan pada teknologi kinerja manusia.
Definisi ini juga menyebutkan menciptkan, memanfaatkan dan
mengelola. Menciptakan menunjukkan pada penelitian, teori dan Praktik
termasuk dalam generasi materi pembelajaran, lingkungan pembelaajranm
dan system belajar mengajar yang luas dalam banyak perbedaan aturan,
formal dan nonformal. Menciptakan dapat termasuk berbagai kegiatan,
tergantung pada pedekatan desain yang digunakan. Pemanfaatan
menunjukkan terori dan Praktik berhubungan dengan membawa pelajar
kepada kontak dengan kondisi dan sumber belajar. Penggunaan dimulai
dengan memilih sumber dan proses yang layak-metode dan materi, dengan
kata lain selama pemilihan dilakukan oleh pelajar atau instruktur. Pengelolaan
emrupakan salah satu tanggung jawab professional dalam kawasan teknologi
pendidikan . Proses produksi media, dan pengembangan instruksional yang
menjadi semakin rumit dalam skala besar, membutuhkan kemaampuan dan
keterampilan ahli manajement proyek.
o Appropriate (yang layak): terminology ini berarti untuk mengaplikasikan
proses dan sumber, penandaaan ke pantas tidaknya dan kecocokan dengan
tujuan yang diharapkan mereka. Terminology kelayakan teknologi digunakan
secara luas iternasional di akwasan komunitas pengembangan dibandingkan
alat atau Praktik yang sederhana and kebanyakan memulai pemecahan
masalah.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
30
o Technologi: merupakan terminology pendek yang menjelaskna pendekatan
kegiatan manusia berdasarkan pengertian teknologi sebagai “aplikasi
sistematis atau keilmuan atau mengorganisasi keilmuan untuk tugas Praktik”
(Galbraith, 1967, p12, Janusweski and Molenda, 2008 ; 11)
o Proses: Definisi Proses sebagai seri aktivitas yang mengarah terhadap hasil
khus. Teknologi Pendidikan biasanya memakai proses khusu untuk
merancang, emngembangkan, dan memproduksi sumber belajar,
digolongkan pada proses besar pengembangan pembelajaran.
o Sumber: Banyak sumber belajar yang terpusat untuk mengidentifikasi
kawasan. Sumber adlah orang, alat, teknologui, dan desai materi untuk
membantu pelajar. Sumber dapat termasuk system ICT canggih, sumber
komunikas seperti perpustakaan, kebun binatang, museum, dam orang-orang
dengan pengetahuan khusus atau expert
C. Bidang Garapan Teknologi Pendidikan
Berdasarkan uraian terdahulu tentang obyek formal teknologi pendidikan dan
profesi teknolog pendidikan, dapat disimpulkan bahwa bidang garapan atau disebut
pula Praktik teknologi pendidikan meliputi segala sesuatu dimana ada masalah
belajar yang perlu dipecahkan. (Miarso, 2007). Mereka yang berprofesi atau
bergerak dalam bidang teknologi pendidikan atau singkatnya disebut Teknologi
Pendidikan, harus mempunyai komitmen dalam melaksanakan tugas profesionalnya
yang utama yaitu terselenggaranya proses belajar bagi setiap orang, dengan
dikembangkan dan digunakannya berbagai sumber belajar selaras dengan
karakteristik masing-masing pebelajar (learners) serta perkembangan lingkungan.
Karena lingkungan itu senantiasa berubah, maka para Teknolog Pendidikan harus
senantiasa mengikuti perkembangan atau perubahan itu, dan oleh karena itu ia
dtuntut untuk selalu mengembangkan diri sesuai dengan kondisi lingkungan dan
tuntutan zaman, termasuk selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.
(Miarso, 2007)
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
31
DAFTAR PUSTAKA
AECT(2004) Definition and Terminology Committee document #MM4.0
June 1, 2004 [Online] Tersedia: http://www.indiana.edu/~molpage
,/Meanings%20of%20ET_4.0.pdf [10 Desember 2012]
Amiel, T., & Reeves, T. C. (2008). Design-Based Research and Educational
Technology: Rethinking Technology and the Research Agenda. Educational
Technology & Society, 11 (4), 29–40.
Januszewski, & M. Molenda (2008), Educational Technology: A Definition with
Commentary New York & London: Lawrence Erlbaum Associates.
Luppicini, R. (2008). Educational Technology at a Crossroads: Examining the
Development of the Academic Field in Canada. Educational Technology &
Society, 11 (4), 281–296. [Online] Tersedia:
http://www.ifets.info/journals/8_3/10.pdf [10 Desember 2012]
Luppicini, R. (2005). A Systems Definition of Educational Technology in Society.
Journal Educational Technology & Society, 8 (3), 103-109. [Online]
Tersedia: http://www.ifets.info/journals/5_3/6.pdf [10 Desember 2012]
Miarso, Yusuf Hadi (2007) Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam Pembangunan
Pendidikan [Online] Tersedia: yusufhadi.net/wp.../kontribusi-teknologi-
pendidikan-dalam-2.doc [10 Desember 2012
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group
Prawiradilaga, Dewi S. 2007. Konsep Teknologi Pendidikan Dari Masa ke Masa. No.
20/XI/TEKNODIK/April/2007, 41-55.
Seels, B. B., & Richey, R. C. (1994). Instructional technology: the definition and
Domains Of The Field. Washington, DC: Association for Educational
Communications and Technology.
Simsek, N. (2005). Perceptions and Opinions of Educational Technologists Related
to Educational Technology. Educational Technology & Society, 8 (4), 178-
190. [Online] Tersedia:
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.101.4965&rep=rep
1&type=pdf [10 Desember 2012]
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
32
Diperiksa dan dinilai oleh
Dosen Pembina Mata Kuliah
Teknologi Pendidikan
Prof. Dr. I Nyoman Sudana Degeng, M.Pd.

More Related Content

What's hot

Model pengembangan dick and carrey
Model pengembangan dick and carreyModel pengembangan dick and carrey
Model pengembangan dick and carrey
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
kelompok 1 topik 1 prinsip pengajaran dan asesmen.pptx
kelompok 1 topik 1 prinsip pengajaran dan asesmen.pptxkelompok 1 topik 1 prinsip pengajaran dan asesmen.pptx
kelompok 1 topik 1 prinsip pengajaran dan asesmen.pptx
Wika Usiana
 
MERANCANG PEMBELAJARAN.pptx
MERANCANG PEMBELAJARAN.pptxMERANCANG PEMBELAJARAN.pptx
MERANCANG PEMBELAJARAN.pptx
sayyidAbdHalid
 
Taksonomi bloom revisi new
Taksonomi bloom revisi newTaksonomi bloom revisi new
Taksonomi bloom revisi new
Swa Mini
 
Topik 6 Koneksi Antar Materi
Topik 6 Koneksi Antar MateriTopik 6 Koneksi Antar Materi
Topik 6 Koneksi Antar Materi
AlvianNovitaDamayant1
 
6 Paragraf
6 Paragraf6 Paragraf
6 Paragraf
Simon Patabang
 
ATP_ Bahasa Indonesia.docx
ATP_ Bahasa Indonesia.docxATP_ Bahasa Indonesia.docx
ATP_ Bahasa Indonesia.docx
FebriAndicka1
 
Kisi-Kisi, Soal Pengetahuan, Kunci Jawaban, dan Cara Pengolahan Nilai Mata Pe...
Kisi-Kisi, Soal Pengetahuan, Kunci Jawaban, dan Cara Pengolahan Nilai Mata Pe...Kisi-Kisi, Soal Pengetahuan, Kunci Jawaban, dan Cara Pengolahan Nilai Mata Pe...
Kisi-Kisi, Soal Pengetahuan, Kunci Jawaban, dan Cara Pengolahan Nilai Mata Pe...
Desa Sukahaji Kidul Kec. Patrol - Indramayu - Jawa Barat - Indonesia
 
PPT Materi Teks Eksposisi Kelas X oleh juprianto S.Pd..pptx
PPT Materi Teks Eksposisi Kelas X oleh juprianto S.Pd..pptxPPT Materi Teks Eksposisi Kelas X oleh juprianto S.Pd..pptx
PPT Materi Teks Eksposisi Kelas X oleh juprianto S.Pd..pptx
JupriRokanChannel
 
Rpp ips-7-k13-1617-bab-4
Rpp ips-7-k13-1617-bab-4Rpp ips-7-k13-1617-bab-4
Rpp ips-7-k13-1617-bab-4
zaharakoto
 
Ppt modul 6 kb 2
Ppt modul 6 kb 2Ppt modul 6 kb 2
Ppt modul 6 kb 2
PPGhybrid3
 
MA - BAB 8.pdf bahasa indonesia kelas 4 a
MA - BAB 8.pdf bahasa indonesia kelas 4 aMA - BAB 8.pdf bahasa indonesia kelas 4 a
MA - BAB 8.pdf bahasa indonesia kelas 4 a
WarisWaris6
 
Memahami Pembinaan Kompetensi Mengajar
Memahami Pembinaan Kompetensi MengajarMemahami Pembinaan Kompetensi Mengajar
Memahami Pembinaan Kompetensi Mengajar
Nini Ibrahim01
 
RPP BLENDED LEARNING TEMATIK KELAS IV
RPP BLENDED LEARNING TEMATIK KELAS IVRPP BLENDED LEARNING TEMATIK KELAS IV
RPP BLENDED LEARNING TEMATIK KELAS IV
MustikaWulandari3
 
Elaborasi Topik 4 MutiaraTF.pdf
Elaborasi Topik 4 MutiaraTF.pdfElaborasi Topik 4 MutiaraTF.pdf
Elaborasi Topik 4 MutiaraTF.pdf
RinaaRahmaa
 
PPT KOMUNITAS BELAJAR 1 PSP1 LURING.pptx
PPT KOMUNITAS BELAJAR 1 PSP1 LURING.pptxPPT KOMUNITAS BELAJAR 1 PSP1 LURING.pptx
PPT KOMUNITAS BELAJAR 1 PSP1 LURING.pptx
NurWidyaningrum3
 
Modul 3 pembelajaran p kn di sd
Modul 3 pembelajaran p kn di sdModul 3 pembelajaran p kn di sd
Modul 3 pembelajaran p kn di sd
Yoni Mahardhika
 
Ppt pemanfaatan-perpustakaan-sebagai-sumber-belajar. kelompok 5 PAI 4 A
Ppt pemanfaatan-perpustakaan-sebagai-sumber-belajar. kelompok 5 PAI 4 A Ppt pemanfaatan-perpustakaan-sebagai-sumber-belajar. kelompok 5 PAI 4 A
Ppt pemanfaatan-perpustakaan-sebagai-sumber-belajar. kelompok 5 PAI 4 A
AristaCahyaningrum
 
Pendidikan konservasi kelompok 3
Pendidikan konservasi kelompok 3Pendidikan konservasi kelompok 3
Pendidikan konservasi kelompok 3
Kelompok3PendidikanK
 

What's hot (20)

Model pengembangan dick and carrey
Model pengembangan dick and carreyModel pengembangan dick and carrey
Model pengembangan dick and carrey
 
kelompok 1 topik 1 prinsip pengajaran dan asesmen.pptx
kelompok 1 topik 1 prinsip pengajaran dan asesmen.pptxkelompok 1 topik 1 prinsip pengajaran dan asesmen.pptx
kelompok 1 topik 1 prinsip pengajaran dan asesmen.pptx
 
MERANCANG PEMBELAJARAN.pptx
MERANCANG PEMBELAJARAN.pptxMERANCANG PEMBELAJARAN.pptx
MERANCANG PEMBELAJARAN.pptx
 
Taksonomi bloom revisi new
Taksonomi bloom revisi newTaksonomi bloom revisi new
Taksonomi bloom revisi new
 
Topik 6 Koneksi Antar Materi
Topik 6 Koneksi Antar MateriTopik 6 Koneksi Antar Materi
Topik 6 Koneksi Antar Materi
 
Contoh rpp inkuiri
Contoh rpp inkuiriContoh rpp inkuiri
Contoh rpp inkuiri
 
6 Paragraf
6 Paragraf6 Paragraf
6 Paragraf
 
ATP_ Bahasa Indonesia.docx
ATP_ Bahasa Indonesia.docxATP_ Bahasa Indonesia.docx
ATP_ Bahasa Indonesia.docx
 
Kisi-Kisi, Soal Pengetahuan, Kunci Jawaban, dan Cara Pengolahan Nilai Mata Pe...
Kisi-Kisi, Soal Pengetahuan, Kunci Jawaban, dan Cara Pengolahan Nilai Mata Pe...Kisi-Kisi, Soal Pengetahuan, Kunci Jawaban, dan Cara Pengolahan Nilai Mata Pe...
Kisi-Kisi, Soal Pengetahuan, Kunci Jawaban, dan Cara Pengolahan Nilai Mata Pe...
 
PPT Materi Teks Eksposisi Kelas X oleh juprianto S.Pd..pptx
PPT Materi Teks Eksposisi Kelas X oleh juprianto S.Pd..pptxPPT Materi Teks Eksposisi Kelas X oleh juprianto S.Pd..pptx
PPT Materi Teks Eksposisi Kelas X oleh juprianto S.Pd..pptx
 
Rpp ips-7-k13-1617-bab-4
Rpp ips-7-k13-1617-bab-4Rpp ips-7-k13-1617-bab-4
Rpp ips-7-k13-1617-bab-4
 
Ppt modul 6 kb 2
Ppt modul 6 kb 2Ppt modul 6 kb 2
Ppt modul 6 kb 2
 
MA - BAB 8.pdf bahasa indonesia kelas 4 a
MA - BAB 8.pdf bahasa indonesia kelas 4 aMA - BAB 8.pdf bahasa indonesia kelas 4 a
MA - BAB 8.pdf bahasa indonesia kelas 4 a
 
Memahami Pembinaan Kompetensi Mengajar
Memahami Pembinaan Kompetensi MengajarMemahami Pembinaan Kompetensi Mengajar
Memahami Pembinaan Kompetensi Mengajar
 
RPP BLENDED LEARNING TEMATIK KELAS IV
RPP BLENDED LEARNING TEMATIK KELAS IVRPP BLENDED LEARNING TEMATIK KELAS IV
RPP BLENDED LEARNING TEMATIK KELAS IV
 
Elaborasi Topik 4 MutiaraTF.pdf
Elaborasi Topik 4 MutiaraTF.pdfElaborasi Topik 4 MutiaraTF.pdf
Elaborasi Topik 4 MutiaraTF.pdf
 
PPT KOMUNITAS BELAJAR 1 PSP1 LURING.pptx
PPT KOMUNITAS BELAJAR 1 PSP1 LURING.pptxPPT KOMUNITAS BELAJAR 1 PSP1 LURING.pptx
PPT KOMUNITAS BELAJAR 1 PSP1 LURING.pptx
 
Modul 3 pembelajaran p kn di sd
Modul 3 pembelajaran p kn di sdModul 3 pembelajaran p kn di sd
Modul 3 pembelajaran p kn di sd
 
Ppt pemanfaatan-perpustakaan-sebagai-sumber-belajar. kelompok 5 PAI 4 A
Ppt pemanfaatan-perpustakaan-sebagai-sumber-belajar. kelompok 5 PAI 4 A Ppt pemanfaatan-perpustakaan-sebagai-sumber-belajar. kelompok 5 PAI 4 A
Ppt pemanfaatan-perpustakaan-sebagai-sumber-belajar. kelompok 5 PAI 4 A
 
Pendidikan konservasi kelompok 3
Pendidikan konservasi kelompok 3Pendidikan konservasi kelompok 3
Pendidikan konservasi kelompok 3
 

Viewers also liked

Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008
Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008
Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Kompetensi TEP s1 s2 s3
Kompetensi TEP s1 s2 s3Kompetensi TEP s1 s2 s3
Kompetensi TEP s1 s2 s3
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Wilayah kerja lulusan tep
Wilayah kerja lulusan tepWilayah kerja lulusan tep
Wilayah kerja lulusan tep
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Manajemen organisasi sma
Manajemen organisasi smaManajemen organisasi sma
Manajemen organisasi sma
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasiKomunikasi organisasi
Komunikasi organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Relaxation
RelaxationRelaxation
Langkah 2 conducting instructional analysis
Langkah 2  conducting instructional analysisLangkah 2  conducting instructional analysis
Langkah 2 conducting instructional analysis
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Camera
CameraCamera
Synectic
SynecticSynectic
Cognitive growth
Cognitive growthCognitive growth
Cognitive growth
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Definisi tep tahun 1977 1994 2008
Definisi tep tahun 1977 1994 2008Definisi tep tahun 1977 1994 2008
Definisi tep tahun 1977 1994 2008
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Rancangan pembelajaran
Rancangan pembelajaranRancangan pembelajaran
Rancangan pembelajaran
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Efektivitas organisasi
Efektivitas organisasiEfektivitas organisasi
Efektivitas organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Advance organizer
Advance organizerAdvance organizer
Advance organizer
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 

Viewers also liked (15)

Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008
Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008
Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008
 
Kompetensi TEP s1 s2 s3
Kompetensi TEP s1 s2 s3Kompetensi TEP s1 s2 s3
Kompetensi TEP s1 s2 s3
 
Wilayah kerja lulusan tep
Wilayah kerja lulusan tepWilayah kerja lulusan tep
Wilayah kerja lulusan tep
 
Manajemen organisasi sma
Manajemen organisasi smaManajemen organisasi sma
Manajemen organisasi sma
 
Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasiKomunikasi organisasi
Komunikasi organisasi
 
Relaxation
RelaxationRelaxation
Relaxation
 
Langkah 2 conducting instructional analysis
Langkah 2  conducting instructional analysisLangkah 2  conducting instructional analysis
Langkah 2 conducting instructional analysis
 
Camera
CameraCamera
Camera
 
Synectic
SynecticSynectic
Synectic
 
Cognitive growth
Cognitive growthCognitive growth
Cognitive growth
 
Definisi tep tahun 1977 1994 2008
Definisi tep tahun 1977 1994 2008Definisi tep tahun 1977 1994 2008
Definisi tep tahun 1977 1994 2008
 
Rancangan pembelajaran
Rancangan pembelajaranRancangan pembelajaran
Rancangan pembelajaran
 
Efektivitas organisasi
Efektivitas organisasiEfektivitas organisasi
Efektivitas organisasi
 
Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3
 
Advance organizer
Advance organizerAdvance organizer
Advance organizer
 

Similar to Landasan garapan tep

Makalah Pendidikan Sebagai Ilmu
Makalah Pendidikan Sebagai IlmuMakalah Pendidikan Sebagai Ilmu
Makalah Pendidikan Sebagai Ilmu
Wiwiet Imania
 
Landasan ilmiah dan penelitian teknologi pendidikan
Landasan ilmiah dan penelitian teknologi pendidikanLandasan ilmiah dan penelitian teknologi pendidikan
Landasan ilmiah dan penelitian teknologi pendidikan
Dedi Yulianto
 
nota SPP Bab 5
nota SPP Bab 5nota SPP Bab 5
nota SPP Bab 5
Rainne Lee
 
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanDasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
Rizki Lia Ismawati
 
Pengembangan Kurikulum
Pengembangan KurikulumPengembangan Kurikulum
Pengembangan Kurikulumpapih
 
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptxPP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
FirmanRengel
 
Pengembangan kurikulum semiters iii
Pengembangan kurikulum semiters iiiPengembangan kurikulum semiters iii
Pengembangan kurikulum semiters iii
hartoni tastie
 
Landasan Falsafah dan Rasional TP
Landasan Falsafah dan Rasional TPLandasan Falsafah dan Rasional TP
Landasan Falsafah dan Rasional TP
LP3I Palembang
 
Filsafat ilmu konservasi pendidikan
Filsafat ilmu   konservasi pendidikanFilsafat ilmu   konservasi pendidikan
Filsafat ilmu konservasi pendidikan
Angga Debby Frayudha
 
ILMU PENDIDIKAN
ILMU PENDIDIKANILMU PENDIDIKAN
ILMU PENDIDIKAN
Nur Arifaizal Basri
 
Landasan teori
Landasan teoriLandasan teori
Landasan teori
Romi Dwi Syahri
 
peng_pendk_8.ppt
peng_pendk_8.pptpeng_pendk_8.ppt
peng_pendk_8.ppt
isembel
 
NANDA SAFITRI_2021 B_Analisa Kritis Jurnal.pdf
NANDA SAFITRI_2021 B_Analisa Kritis Jurnal.pdfNANDA SAFITRI_2021 B_Analisa Kritis Jurnal.pdf
NANDA SAFITRI_2021 B_Analisa Kritis Jurnal.pdf
Nanda Safitri
 
Landasan Kependidikan
Landasan KependidikanLandasan Kependidikan
Landasan Kependidikan
Ady Setiawan
 
Esei
EseiEsei
Bab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asasBab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asas
Rizmanz Rizky
 

Similar to Landasan garapan tep (20)

Makalah Pendidikan Sebagai Ilmu
Makalah Pendidikan Sebagai IlmuMakalah Pendidikan Sebagai Ilmu
Makalah Pendidikan Sebagai Ilmu
 
Power point filsafat tp
Power point filsafat tpPower point filsafat tp
Power point filsafat tp
 
Landasan ilmiah dan penelitian teknologi pendidikan
Landasan ilmiah dan penelitian teknologi pendidikanLandasan ilmiah dan penelitian teknologi pendidikan
Landasan ilmiah dan penelitian teknologi pendidikan
 
Bab 1 2 3
Bab 1 2 3Bab 1 2 3
Bab 1 2 3
 
nota SPP Bab 5
nota SPP Bab 5nota SPP Bab 5
nota SPP Bab 5
 
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuanPendidikan sebagai ilmu pengetahuan
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan
 
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanDasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
 
Pengembangan Kurikulum
Pengembangan KurikulumPengembangan Kurikulum
Pengembangan Kurikulum
 
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptxPP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
PP3 Landasan dan Asas-asas Pendidikan.pptx
 
Pengembangan kurikulum semiters iii
Pengembangan kurikulum semiters iiiPengembangan kurikulum semiters iii
Pengembangan kurikulum semiters iii
 
Landasan Falsafah dan Rasional TP
Landasan Falsafah dan Rasional TPLandasan Falsafah dan Rasional TP
Landasan Falsafah dan Rasional TP
 
Filsafat ilmu konservasi pendidikan
Filsafat ilmu   konservasi pendidikanFilsafat ilmu   konservasi pendidikan
Filsafat ilmu konservasi pendidikan
 
ILMU PENDIDIKAN
ILMU PENDIDIKANILMU PENDIDIKAN
ILMU PENDIDIKAN
 
Landasan teori
Landasan teoriLandasan teori
Landasan teori
 
peng_pendk_8.ppt
peng_pendk_8.pptpeng_pendk_8.ppt
peng_pendk_8.ppt
 
Kurikulum pembelajaran
Kurikulum pembelajaranKurikulum pembelajaran
Kurikulum pembelajaran
 
NANDA SAFITRI_2021 B_Analisa Kritis Jurnal.pdf
NANDA SAFITRI_2021 B_Analisa Kritis Jurnal.pdfNANDA SAFITRI_2021 B_Analisa Kritis Jurnal.pdf
NANDA SAFITRI_2021 B_Analisa Kritis Jurnal.pdf
 
Landasan Kependidikan
Landasan KependidikanLandasan Kependidikan
Landasan Kependidikan
 
Esei
EseiEsei
Esei
 
Bab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asasBab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asas
 

More from EDUCATIONAL TECHNOLOGY

Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Kamus istilah komputer
Kamus istilah komputerKamus istilah komputer
Kamus istilah komputer
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Bahan ajar TIK
Bahan ajar TIKBahan ajar TIK
Bahan ajar TIK
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Artikel henry
Artikel henryArtikel henry
Artikel henry
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Kumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibranKumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibran
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Teamwork dalam organisasi
Teamwork dalam  organisasiTeamwork dalam  organisasi
Teamwork dalam organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Pengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan OrganisasiPengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan Organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Manajemen waktu
Manajemen waktuManajemen waktu
Manajemen waktu
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Manajemen pembaharuan
Manajemen pembaharuanManajemen pembaharuan
Manajemen pembaharuan
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Manajemen organisasi
Manajemen organisasiManajemen organisasi
Manajemen organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Manajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasiManajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Manajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasiManajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Manajemen forum
Manajemen forumManajemen forum
Manajemen forum
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Manajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasiManajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasionalKepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
Kepemimpinan dan perilaku  organisasiKepemimpinan dan perilaku  organisasi
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Iklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasiIklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Dinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasiDinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
5 pilar manajemen organisasi
5 pilar manajemen organisasi5 pilar manajemen organisasi
5 pilar manajemen organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 

More from EDUCATIONAL TECHNOLOGY (20)

Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9
 
Kamus istilah komputer
Kamus istilah komputerKamus istilah komputer
Kamus istilah komputer
 
Bahan ajar TIK
Bahan ajar TIKBahan ajar TIK
Bahan ajar TIK
 
Artikel henry
Artikel henryArtikel henry
Artikel henry
 
Artikel paulina jd
Artikel paulina jdArtikel paulina jd
Artikel paulina jd
 
Kumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibranKumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibran
 
Teamwork dalam organisasi
Teamwork dalam  organisasiTeamwork dalam  organisasi
Teamwork dalam organisasi
 
Pengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan OrganisasiPengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan Organisasi
 
Manajemen waktu
Manajemen waktuManajemen waktu
Manajemen waktu
 
Manajemen pembaharuan
Manajemen pembaharuanManajemen pembaharuan
Manajemen pembaharuan
 
Manajemen organisasi
Manajemen organisasiManajemen organisasi
Manajemen organisasi
 
Manajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasiManajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasi
 
Manajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasiManajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasi
 
Manajemen forum
Manajemen forumManajemen forum
Manajemen forum
 
Manajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasiManajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasi
 
Kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasionalKepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional
 
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
Kepemimpinan dan perilaku  organisasiKepemimpinan dan perilaku  organisasi
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
 
Iklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasiIklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasi
 
Dinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasiDinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasi
 
5 pilar manajemen organisasi
5 pilar manajemen organisasi5 pilar manajemen organisasi
5 pilar manajemen organisasi
 

Recently uploaded

Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
abdinahyan
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudahrefleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
muhamadsufii48
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
PreddySilitonga
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
Annisa Syahfitri
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 

Recently uploaded (20)

Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudahrefleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 

Landasan garapan tep

  • 1. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 1 IDENTIFIKASI LANDASAN GARAPAN TEP DESKRIPSI SETIAP GARAPAN 1. LANDASAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN Setiap pengetahuan mempunyai penopang dan landasan dasar yang akan dijadikan tiang penyangga tubuh pengetahuan, termasuk juga teknologi pembelajaran sebagai disiplin ilmu.Ke tujuh penyangga tubuh yang dimaksud sebagai landasan teori dasar kita didalam mengambil suatu keputusan itu sebagai berikut : A. Landasan Filsafat Tujuannya adalah untuk memperoleh pembenaran sebagai suatu disiplin pengetahuan terapan yang berdiri sendiri. Berdasarkan tinjauan filsafat ilmu, setiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang didukungnya, termasuk Teknologi Pembelajaran sebagai disiplin ilmu. Ketiga tiang penyangga dimaksud yaitu landasan ontologi (apa), landasan epistimologi (bagaimana) dan landasan aksiologi (siapa). Ontologi merupakan azas dalam menetapkan ruang lingkup ujud yang menjadi objek penelaahan, serta penafsiran tentang hakikat realitas dari objek tersebut. Epistemologi merupakan azas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Sedangkan aksiologi merupakan azas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka yang menjadi ruang lingkup objek penelaahan (azas ontologi) teknologi pembelajaran sebagai suatu bidang ilmu adalah masalah “BELAJAR” pada manusia, karena : belajar merupakan hak semua orang dan berlangsung sepanjang hayat, mengenai apa, dari siapa, bagaimana saja belajar tersebut. Akan tetapi kesempatan belajar yang ada masih terbatas, sumber tradisional juga semakin terbatas, serta sumber yang ada dan potensial belum didayagunakan. Oleh karena itu, perlu adanya usaha khusus untuk mewujudkan kesempatan belajar dengan mengoptimalkan sumber dan
  • 2. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 2 potensial yang ada, perlu adanya pengelolaan yang inovatif, dan reformatif tentang belajar pada manusia. Alasan lain, kenapa masalah belajar menjadi objek formal kajian (azas ontologi) teknologi pembelajaran adalah tidak lepas dari pemikiran tentang pendidikan itu sendiri. Dimana, agar pendidikan dalam Praktik terbebas dari keragu-raguan, maka objek formal ilmu pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena atau situasi pendidikan. Didalam situasi sosial manusia itu sering berperilaku tidak utuh, hanya menjadi makhluk berperilaku individual dan/atau makhluk sosial yang berperilaku kolektif. Hal itu boleh-boleh saja dan dapat diterima terbatas pada ruang lingkup pendidikan makro yang berskala besar mengingat adanya konteks sosio-budaya yang terstruktur oleh sistem nilai tertentu. Akan tetapi pada latar mikro, sistem nilai harus terwujud dalam hubungan inter dan antar pribadi yang menjadi syarat mutlak (conditio sine qua non) bagi terlaksananya mendidik dan mengajar, yaitu kegiatan pendidikan yang berskala mikro. Sedangkan Dasar epistemologis dari teknologi pembelajaran adalah berangkat dari sebuah konsesi dasar filsafati bahwa dasar epistemologis diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Demikianpula dalam teknologi pembelajaran sebagai bidang kajian (bidang ilmu). Dalam kaitan dengan ini, pendekatan dalam menyusun dan membangun pengetahuan (azas pistemologis) yang dikembangkan dalam teknologi pembelajaran memiliki ciri sebagai berikut: a. Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya ditelaah secara simultan. Semua situasi yang ada diperhatikan dan dikaji saling kaitannya, dan bukannya dikaji secara terpisah-pisah b. Unsur-unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses kompleks secara sistemik, yaitu dirancang, dikembangkan, dinali dan dikelola sebagai suatu kesatuan dan ditujukan untuk memecahkan masalah c. Penggabungan ke dalam proses yang kompleks dan perhatian atas gejala secara menyeluruh, harus mengandung daya lipat atau sinergisme, berbeda dengan hal di mana masing-masing fungsi berjalan sendiri- sendiri. Kemudian, azas aksiologi teknologi pembelajaran di sini berkenaan dengan kegunaan dan pemanfaatan pengetahuan yang telah
  • 3. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 3 tersusun secara sistematis yang meliputi 5 kawasan teknologi pembelajaran. Dalam kaitannya dengan tersebut, berikut kegunaan potensial teknologi pembelajaran: a. Meningkatkan produktifitas pendidikan dengan jalan memperlaju penahapan belajar, membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik, dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat lebih banyak membina dan mengembangkan kegairahan belaar anak b. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual, dengan jalan mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional, memberikan kesempatan anak berkembang sesuai dengan kemampuannya c. Memberikan dasar pengajaran yang lebih ilmiah, dengan jalan perencanaan program pengajaran yang lebih sistemik, pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi dengan penelitian tentang perilaku d. Lebih memantapkan pengajaran, dengan jalan meningkatkan kapasitas manusia dengan berbagai media komunikasi, penyajian informasi dan data secara lebih kongkrit e. Memungkinkan belajar secara lebih akrab karena dapat mengurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah, memberikan pengetahuan tangan pertama f. Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas dan merata, terutama dengan jalan pemanfaatan bersama tenaga atau kejadian yang langka secara lebih luas, penyajian informasi menembus batas geografi. Disamping itu, manfaat lain yang dapat diambil dengan adanya bidang teknologi pembelajaran ialah antara lain: Peningkatan mutu pendidikan (menarik, efektif, efisien, relevan), penyempurnaan system pendidikan, meluas dan meratanya kesempatan serta akses pendidikan, penyesuaian dengan kondisi pembelajaran, penyelarasan dengan perkembangan lingkungan, peningkatan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan.
  • 4. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 4 Landasan Filsafat dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu : 1. Ontologi yaitu Apa hakekat gejala yang dikaji,misalnya obyek formalnya “ belajar “ karena :  Belajar merupakan hak semua orang  Berlangsung sepanjang hayat  Mengenai apa, dari siapa, bagaimana saja  Kesempatan belajar terbatas  Sumber tradisional makin terbatas  Sumber yang ada dan potensial yang belum didayagunakan oleh karena itu perlu dilakukan yakni : Perlu usaha khusus, perlu pengelolaan yang inovatif dan reformatif. Ontologi bertolak atas penyelidikan tentang hakekat ada (existence and being) (Brameld, 1955: 28). Pandangan ontologi ini secara praktis akan menjadi masalah utama di dalam pendidikan. Sebab, siswa (peserta didik) bergaul dengan dunia lingkungan dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengerti sesuatu. Oleh karena itu teknologi pendidikan dalam posisi ini sebagai bagian pengembangan untuk memudahkan hubungan siswa atau peserta didik dengan dunia lingkungannya. Peserta didik, baik di masyarakat atau di sekolah selalu menghadapi realita dan obyek pengalaman. Secara tersusun Chaeruman dalam tulisannya (online, tersedia di: http://fakultasluarkampus.net/2007/07/apa-ontologi-teknologi-pendidikan) mengutip tulisan Prof. Yusuf Hadi Miarso bahwa ontology teknologi pendidikan adalah :  Adanya sejumlah besar orang belum terpenuhi kesempatan belajarnya, baik yang diperoleh melalui suatu lembaga khusus, maupun yang dapat diperoleh secara mandiri.  Adanya berbagai sumber baik yang telah tersedia maupun yang dapat direkayasa, tapi belum dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
  • 5. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 5  Adanya suatu proses atau usaha khusus yang terarah dan terencana untuk menggarap sumber-sumber tersebut agar dapat terpenuhi hasrat belajar setiap orang dan organisasi.  Perlu adanya keahlian dan pengelolaan atas kegiatan khusus dalam mengembangkan dan memanfaatkan sumber untuk belajar tersebut secara efektif, efisien, dan selaras. Masalah-masalah utama “belajar”. Menurut Sir Eric Ashby (1972, h. 9-10) ada terjadi empat Revolusi di dunia pendidikan yaitu: Revolusi pertama terjadi pada saat orang tua atau keluarga menyerahkan sebagian tanggungjawab dan pendidikannya kepada orang lain yang secara khusus diberi tanggungjawab untuk itu. Pada revolusi pertama ini masih ada kasus dimana orangtua atau keluarga masihmelakukan sendiri pendidikan anak-anaknya. Dari beberapa literatur, seperti misalnya Seattler berusaha menelusuri secara historik perkembangan revolusi ini dengan mengemukakan bahwa kaum Sufi pada sekitar 500 SM menjadikan dirinya sebagai “penjual ilmu pengetahuan”, yaitu memberikan pelajaran kepada siapa saja yang bersedia memberinya upah atau imbalan. Penyebab terjadinya revolusi pertama ini, karena orangtua/keluarga tidak mampu lagi membelajarkan anak-anaknya sendiri. Revolusi kedua terjadi pada saat guru sebagai orang yang dilimpahkan tanggungjawab untuk mendidik. Pengajaran pada saat itu diberikan secara verbal/lisan dan sementara itu kegiatan pendidikan dilembagakan dengan berbagai ketentuan yang dibakukan. Penyebab terjadinya revolusi kedua ini, karena guru ingin memberikan pelajaran kepada lebih banyak anak didik dengan cara yang lebih cepat. Revolusi ketiga muncul dengan ditemukannya mesin cetak yang memungkinkan tersebarnya informasi iconic dan numeric dalam bentuk buku atau media cetak lainnya. Buku hingga saat ini dianggap sebagai media utama disamping guru untuk keperluan pendidikan. Revolusi ini masih berlangsung bahkan beberapa pandangan falsafati berpendapat bahwa masyarakat belajar adalah masyarakat membaca. Beberapa ahli menyatakan
  • 6. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 6 bahwa pendidikan di Indonesia masih berlangsung budaya mendengarkan belum sampai pada budaya membaca. Penyebab terjadinya revolusi ketiga ini, karena guru ingin mengajarkan lebih banyak lagi dan lebih cepat lagi, sementara itu kemampuan guru semakin terbatas, sehingga diperlukan penggunaan pengatahuan yang telah diramuka oleh orang lain. Revolusi keempat berlangsung dengan perkembangan yang pesat di bidang elektronik dimana yang paling menonjol diantaranya adalah media komunikasi (radio, televisi, tape dan lain-lain) yang berhasil menembus batas geografi, sosial dan politis secara lebih intens daripada media cetak. Pesan-pesan dapat lebih cepat, bervariasi serta berpotensi untuk lebih berdaya guna bagi si penerima. Pada revolusi ini muncullah konsep keterbacaan(Literacy) baru, yang tidak sekedar menuntut pemahaman deretan huruf, angka, kata dan kalimat, tetapi juga pemahaman visual. Beberapa orang ahli berpendapat bahwa perkembangan media komunikasi ini menjadikan dunia semakin “mengecil”, menjadi suatu “global Village” dimana semua warganya saling mengenal, saling tahu dan saling bergantung satu sama lain. Dalam revolusi keempat ini memang wujud yang sangat menonjol adalah peralatan yang semakin canggih. Penyebab terjadinya revolusi ini, karena guru menyadari bahwa tidaklah mungkin bagi guru untuk memberikan semua ajaran yang diperlukan, dan karena itu yang lebih penting adalah mengajarkan kepada anak didik tentang bagaimana belajar. Ajaran selanjutnya akan diperoleh si pembelajar sepanjang usia hidupnya melalui berbagai sumber dan saluran. Berdasarkan penyebab dan kondisi perkembangan keempat revolusi yang terjadi di dunia pendidikan yang terfokus pada masalah utama yaitu “belajar” dapat disederhanakan, yaitu pada awalnya guru menghadapi anak didiknya dengan bertatap muka langsung dan guru bertindak sebagai satu-satunya sumber untuk belajar.
  • 7. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 7 Perkembangan berikutnya guru menggunakan sumber lain berupa buku yang ditulis oleh orang lain, dalam keadaan ini guru masih mungkin melaksanakan tugasnya menyeleksi buku dan mengawasi kegiatan belajar secara ketat. Perkembangan selanjutnya media komunikasi mampu menyalurkan pesan yang dirancang oleh suatu tim yang terpisah dari guru, langsung kepada anak didik tanpa dapat dikendalikan oleh guru.Dapat disimpulkan dari perkembangan revolusi yang terjadi bahwa tujuan pendidikanlah yang harus menentukan sarana apa saja yang dipergunakan atau dengan kata lain media komunikasi menentukan pesan (dan karena itu tujuan) yang perlu dikuasai. Dengan ilustrasi diatas dapat disimpulkan bahwa adanya masalah-masalah baru yaitu: 1. Adanya berbagai macam sumber untuk belajar termasuk orang (penulis buku, prosedur media dll), pesan (yang tertulis dalam buku atau tersaji lewat media), media (buku, program televisi, radio dll), alat (jaringan televisi, radio, dll) cara-cara tertentu dalam mengolah/ menyajikan pesan serta lingkungan dimana proses pendidikan itu berlangsung. 2. Perlunya sumber-sumber tersebut dikembangkan, baik secara konseptual maupun faktual. 3. Perlu dikelolanya kegiatan pengembangan, maupun sumber-sumber untuk belajar itu agar dapat digunakan seoptimal mungkin guna keperluan belajar. 2. Epistomologi yaitu Bagaimana cara mengkajinya, mencakup :  Someristik merupakan penggabungan berbagai disiplin menjadi kebulatan tersendiri  Sistematik, yang berurutan, terencana dan terarah  Sinergistik, mempunyai nilai tambah  Sistemik, yang menyeluruh / holistic  Inovatif, adanya perubahan / pembaharuan  Integratif, terjalin dalam semua bidang
  • 8. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 8 3. Aksiologi yaitu Apa nilai/ Manfaat pengkajian yang bisa diaplikasikan dalam beberapa hal, antara lain yakni :  Peningkatan mutu pendidikan (menarik, efektif, efisien, relevan)  Penyempurnaan system Pendidikan  Meluas dan meratnya kesempatan serta akses pendidikan  Penyesuaian dengan kondisi pembelajaran  Penyelarasan dengan perkembangan lingkungan  Peningkatan partisipasi masyarakat B. Landasan Pendidikan Landasan pendidikan mencakup Konsep, Prinsip, Prosedur dan Kebijakan Pendidikan. Semua itu dapat diwujudkan antara lain dengan : 1. Usaha sadar dan terencana. 2. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran 3. Berkembangnya potensi peserta didik untuk memiliki serangkaian kompetensi 4. Sistem terbuka dan multimakna 5. Proses pembudayaan dan pemberdayaan berlangsung sepanjang hayat C. Landasan Psikologi Landasan Psikologi mencakup : 1. Psikologi umum (intelegensi, motivasi, persepsi, minat, dsb) 2. Psikologi Terapan : • Psikologi Pendidikan • Psikologi Belajar • Psikologi massa • Psikologi komunikasi D. Landasan Ekonomi Ekonomi sebagai landasan Teknologi Pendidikan mencakup : 1. Manajemen sumberdaya manusia 2. Manajemen sumberdaya buatan 3. Manajemen sumberdaya lingkungan
  • 9. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 9 4. Manajemen sumberdaya keuangan 5. manajemen sumberdaya peluang 6. manajemen organisasi 7. Manajemen pengetahuan E. Landasan Informatika Landasan ini meliputi sarana dan prasarana, system dan metode untuk : 1. Perolehan 2. Pengiriman 3. Penerimaan 4. Pengelolaan 5. Penafsiran 6. Penyimpanan 7. Pengorgaqnisasian 8. Penggunaan Semuanya itu harus didasarkan data yang bermakna dalam bentuk analog dan digital F. Landasan Teknologi Landasan ini meliputi : 1. Proses untuk memperoleh nilai tambah 2. Produk yang bermanfaat 3. Sistem dimana proses dan produk merupakan bagain integral G. Landasan Komunikasi Komunikasi yang dapat dijadikan landasan pendidikan harus memenuhi persyaratan yang meliputi : 1. Sumber komunikasi 2. Isi komunikasi 3. Saluran komunikasi (media dsb) 4. Proses komunikasi 5. Hasil komunikasi 6. Dampak komunikasi
  • 10. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 10 Sebagaimana telah dipahami bahwa teknologi pembelajaran tumbuh dari Praktik pendidikan dan gerakan komunikasi audio visual. Edgar Dale yang terkenal dengan “kerucut pengalamannya” (cone of exsperience) menyatakan bahwa teori komunikasi merupakan suatu metode yang paling berguna dalam usaha meningkatkan efektifitas bahan audiovisual. Pemikiran Edgar Dale ini merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dan komunikasi audiovisual. Kerucut pengalaman Edgar Dale dengan rentangan tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol komunikasi, dari yang bersifat kongkrit ke yang abstrak telah menyatukan teori pendidikan John Dewey dengan gagasan-gagasan dalam bidang psikologi. Selanjutnya, teori komunikasi lainnya yang menjadi landasan perkembangan teknologi pembelajaran sebagai bidang studi adalah teori komunikasi yang dikemukakan oleh Shanon dan Weaver. Teori komunikasi yang dikemukakan oleh Shanon dan Weaver bersifat linear dengan arah tertentu dan tetap yaitu dari sumber (komunikator) kepada penerima (komunikan). Satu unsur yang perlu diperhatikan menurut teori ini bahwa dalam proses komunikasi pasti terdapat gangguan (noise), yang senantiasa ada dalam setiap situasi komunikasi. Teori Shannon dan Weaver ini kemudian disempurnakan oleh Schramm dengan menambahkan dua unsur baru yaitu adanya lingkup pengalaman (field of experience) dan umpan balik. Dengan adanya dua unsur baru ini Schramm menekankan pada adanya kesaaan interpretasi akan arti lambang yang dipakai. Kemudian, teori komunikasi berikutnya yang melandasi perkembangan teknologi pembelajaran adalah teori komunikasi yang dikembangkan oleh Berlo dan teori komunikasi konvergensi yang dikembangkan oleh Rogers dan Kincaid. Teori komunikasi yang dikembangkan oleh Berlo membawa implikasi dalam perkembangan teknologi pembelajaran, dimana dimasukkannya orang dan bahan sebagai sumber yang merupakan bagian integral dari teknologi pembelajaran. Isi pesan beserta struktur dan penggarapannya juga merupakan bagian dari teknologi pembelajaran. Segala bentuk pesan (lambang, verbal, taktil, serta ujud nyata) merupakan bagian dari keseluruhan proses komunikasi, dan dengan demikian juga menjadi bagian dari teknologi
  • 11. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 11 pembelajaran. Sedangkan dalam teori komunikasi konvergensi yang dikembangkan oleh Rogers dan Kincaid mendasarkan pada sebuah prinsip bahwa komunikasi itu berlangsung tanpa awal dan akhir, sepanjang manusia sadar akan diri dan lingkungannya. Proses komunikasi tidak berlangsung antar individu saja melainkan dalam suatu realitas sosial. Pengaruh teori ini dalam pendidikan adalah: (1) pendidikan seumur hidup yang berlangsung sepanjang orang sadar akan diri dan lingkungannya; (2) pendidikan gerak cepat dan tepat yang lebih mengacu pada kemampuan untuk hidup di masyarakat; (3) pendidikan yang mudah dicerna dan diresapi; (4) pendidikan yang menarik perhatian dengan cara penyajian yang bervariasi dan merangsang sebanyak mungkin indera; (5) pendidikan yang menyebar, baik pelayanannya maupun peranannya; dan (6) pendidikan yang mustari (tepat saat) menyusup tanpa niat sebelumnya, yaitu pada saat ada kekosongan pikiran. Kesemunya itu, merupakan landasan strategis dalam perkembangan teknologi pembelajaran sebagai sebuah bidang kajian. Pada bagian lain, teknologi pembelajaran sebagai sebuah bidang profesi sekaligus sebagai sebuah bidang kajian, tentunya mengalami proses pengkajian jati diri kearah yang lebih baik. H. Landasan Teoritik Dari Ilmu Perilaku Lumsdaine menyatakan bahwa teori belajar behavioristik memiliki andil besar dalam perkembangan teknologi pembelajaran. Bahkan Deterline berpendapat bahwa teknolgi pembelajaran merupakan aplikasi teknologi perilaku, yaitu untuk menghasilkan perilaku tertentu secara sistemik guna keperluan pembelajaran. Selanjutnya, Saetler melalui studi penelusurannya terhadap sejarah perkembangan teknologi pembelajaran kemudian sampai kepada kesimpulan bahwa pemikiran Thorndike dengan teori psikologi perkembangannya yang beraliran behavioristik merupakan landasan pertama kearah teknologi pembelajaran. Tiga hukum utama yang diajukan oleh thorndike yaitu: a. Law of exercise (hukum latihan). Prinsip yang melekat pada hukum ini yaitu bahwa makin sering diulang respons yang berasal dari stimulus tertentu, makin besar kemungkinan dicamkan. Terkait dengan hukum ini, Thorndike memperkenalkan dua prinsip yaitu prinsip law of use dan prinsip
  • 12. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 12 law of disuse. Law of use atau hukum penggunaan ialah koneksi antara stimulus dan respons akan menguat saat keduanya dipakai. Dengan kata lain, melatih koneksi (hubungan) antara situasi yang menstimulasi dengan suatu respons akan memperkuat koneksi diantara keduanya. Sementara Law of disuse atau hukum ketidakgunaan ialah koneksi antara situasi dan respons akan melemah apabila praktik hubungan dihentikan, atau jika ikatan neural tidak dipakai b. Law of Effect (hukum efek). Prinsip mendasar dari hukum effek ini adalah bahwa suatu respon akan semakin diperkuat bilamana diikuti oleh rasa senang, dan akan diperlemah bila diikuti rasa tidak senang c. Law of Readiness (hukum kesiapan). Hukum kesiapan ini dikemukakan oleh Thorndike dalam bukunya yang berjudul The Original Nature of Man, (Thorndike 1913 a,p.125), dapat dijelaskan disini antara lain adalah; (1) apabila suatu konduksi siap menyalurkan (to conduct), maka penyaluran dengannya akan memuaskan, (2) apabila suatu konduksi siap untuk menyalurkan, maka tidak menyalurkannya akan menjengkelkan, (3) apabila suatu unit konduksi belum siap untuk penyaluran dan dipaksa untuk menyalurkan, maka penyaluran dengannya akan menjengkelkan. Selanjutnya, pemikiran inilah yang menjadi landasan awal perkembangan teknologi pembelajaran. Disamping itu, rumusannya tentang prinsip-prinsip aktivitas diri, minat/motivasi, kesiapan mental, individualisasi dan sosialisasi pada fase berikutnya “menurut Saettler” menjadi entri point dalam perkembangan teknologi pembelajaran selanjutnya. Untuk melaksanakan prinsip-prinsip tersebut seorang guru harus mengendalikan kegiatan belajar anak di dalam kelas ke arah yang dikehendaki, namun tetap dengan memperhatikan minat dan respons anak terhadap stimulus yang diberikan. Stimulus yang diberikan tersebut perlu disesuaikan dengan kesiapan mental anak serta perbedaan karakteristik masing-masing individu. Oleh karena itu situasi dan lingkungan belajar perlu dirancang sedemikian rupa serta dalam praksis pembelajarannya sedapat mungkin menggunakan media, agar terjadi hubungan antara apa yang sudah diketahui anak dengan hal yang baru. Kemudian, teori berikutnya yang menjadi landasan perkembangan teknologi pembelajaran adalah teori penguatan (reinforcement) yang
  • 13. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 13 dikemukakan oleh Skiner. Skiner menyaatakan bahwa belajar dengan memperoleh jawaban yang tepat menjadi suatu hal yang tidak penting dalam pendidikan. Dia menyatakan bahwa fokus nyata pada pendidikan haruslah pada pemberian penguatan yang konsisten, segera dan positif bagi tingkah laku yang tepat dan bagi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkannya. Lebih lanjut dia menyimpulkan bahwa dari hasil-hasil percobaannya menunjukkan bahwa siswa akan lebih mudah menjawabnya apabila dilengkapi dengan suatu pengalaman belajar. Pelajaran diawali dengan tugas-tugas yang relatif mudah dan sudah dikenal kemudian meningkat secara perlahan-lahan melalui tugas-tugas dan bahan baru. Berangkat dari pandangannya inilah kemudian Skiner mengembangkan Mesin Pengajaran yang disebut dengan Theaching Machine sebagai media untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Prinsip kerja mesin ini, yaitu jika jawaban siswa salah maka mesin tidak akan memberikan reaksi namun sebaliknya jika jawaban siswa benar mesin akan memberikan reaksi dalam bentuk menghadirkan pertanyaan baru. Reaksi pemberian pertanyaan baru ini lah yang kemudian disebut dengan proses reinforcement. Dalam kaitannya dengan penguatan ini, Skiner mengemukakan tiga variabel penting yaitu: (a) peristiwa dimana perilaku berlangsung; (b) perilaku itu sendiri; (c) akibat dari perilaku itu. Kalau semula mengajar hanya memperhatikan bagaimana mengatur stimulus atau pesan yang disampaikan kepada siswa, maka dengan pendapat ini yang lebih diperhatikan adalah respons dari siswa serta tanggapan kepada siswa atas responsnya itu. Kemudian beberapa prinsip yang dijabarkan dari teori penguatan ini, diantaranya adalah perilaku yang diperkuat, cenderung untuk lebih bertahan; penguatan positif lebih berarti dari yang negatif; penguatan langsung lebih efektif dari penguatan tertunda; penguatan yang sering diberikan lebih efektif dari pada yang jarang. Berangkat dari paradigma Skiner inilah kemudian menjadi landasan perkembangan teknologi pembelajaran sebagai teori dan Praktik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar. Teori selanjutnya yang menjadi landasan perkembangan teknologi pembelajaran adalah teori kurikulum dan
  • 14. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 14 pembelajaran. Teori ini mulai muncul pada sekitar akhir tahun 1950-an bersamaan dengan gerakan pembaharuan kurikulum. Pada saat itu dirasakan perlunya landasan yang lebih ilmiah dan sistematik untuk penyusunan kurikulum. Brunner (1966) mengemukakan teori penyusunan dan pelaksanaan kurikulum dengan suatu paradigma di mana suatu tim besar yang terdiri dari ahli bidang studi, guru, dan ahli psikologi mulai menyusun kurikulum yang kemudian dijadikan bahan untuk membuat buku, media atau bahan lain dan saran kegiatan di kelas. Keseluruhan bahan ini lebih lanjut oleh tim lokal (wilayah) untuk penyempurnaan dan penentuan cara penyajian, yaitu melalui pembelajaran di kelas atau pembelajaran bermedia, yang keduanya saling berkaitan. Bruner, mendasarkan pandangannya ini pada dua premis dasar yaitu; (1) guru kelas tidak mungkin dapat mengikuti perkembangan bidang studi sambil mengajar dengan penuh; dan (2) guru kelas tidak mempunyai keterampilan metodologi yang cukup untuk melaksanakan pendekatan pemecahan masalah. Keterampilan ini akan diperoleh dengan melaksanakan suatu model yang disajikan melalui pembelajaran bermedia. I. Landasan Lain-lain Landasan lainnya yang mempengaruhi Teknologi Pendidikan antara lain : 1. Agama, moral dan etika 2. Seni dan estetika 3. Bahasa 4. Sosiologi Dalam perkembangan terakhir, Teknologi Pendidikan secara konseptual didefinisikan sebagai : Teori dan Praktik dalam Desain, pengembangan, pemenfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian proses, sumber dan system belajar. Perkembanagan penerapan konsep teknologi pembelajaran meliputi : • Peragaan ajaran • Media pembelajaran • Teknologi kinerja • Teknologi pendidikan.
  • 15. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 15 Dan hal–hal yang menjadi persyaratan penerapan atau aplikasi teknologi pembelajaran dalam upaya pemecahan masalah pendidikan adalah antara lain : 1. Dukungan Teknologi atau infrastruktur 2. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam pengembangan isi 3. Dukungan kebijakan pemerintah 4. Kesiapan masyarakat pengguna 2. KAWASAN BIDANG GARAPAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 2.1 Peran Kawasan Association for Educational Communications and Technology (AECT) mendefiniskan 5 domaian Teknologi Pembelajaran yaitu design, development, utilization, management, and evaluation. Pada tiap domain juga terdiri dari beberapa sub domain. Kawasan dari Teknologi Pendidikan membagi banyak kesamaan perjungan dalam mendefinisikan nya dan memperkuat landasanya, sebagaimana keilmuan social lainnya dan aplikasi keilmuan social (Luppicini, 2005). Definisi yang diikuti Luppicini (2005) tentang konsep kawasan Teknologi Pendidikan adalah suatu tujuan yang berorientasi pada pendekatan sistem pemecahan masalah memanfaatkan peralatan, teknik, teori, dan metode dari berbagai banyak bidang pengetahuan, untuk (1) merancang, menembangkan, dan menilai, efektifitas dan efisiensi sumber manusia dan mesin dalam hal untuk memfasilitasi dan mempengaruhi semua aspek pembelajaran, dan (2) pedoman agen perubahan dan perubahan sistem perubahan sistem dan Praktik dalam hal untuk membagi dalam mempengaruhi perubahan dalam social. Secara serempak dan dalam meliputi cara, suatu kawasan professional baru menjadi suatu bidang pengetahuan baru (atau displin profesional ) yang digabungkan. Fungsi suatu kawasan mencakup teori dan Praktik dan untuk mengidentifikasi tugas-tugas para penyelenggara teknolog pembelajaran. Setiap fungsi mempunyai tujuan dan komponen (Seels dan Richey, 1994). Dalam perkembangan terkahir, teknologi pendidikan yang didefinisikan sebagai teori dan praktik dalam desain, pengembangangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian proses, sumber, dan sistem untuk belajar. Defini tersebut mengandung pengertian adanya empat komponen dalm teknologi pembelajaran, yaitu:
  • 16. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 16  Teori dan praktik  Desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian, dan penelitian  Proses, sumber dan sistem  Untuk Belajar 2.2 Hubungan Antar Kawasan Kawasan Teknologi Pembelajaran merupakan rangkungan tengan wilayah utama yang merupakan dasar pengetahuan bagi setiap kawasan. Para peneliti dapat berkonsentrasi pada satu kawasan, atau menjadi praktisi disemua kawasan. Meskipun para peneliti tersebut dapat menfokuskan diri pada satu kawasan atau cakupan dalam kawasan tersebut, mereka menarik manfaat teori dan praktik dari kawasan yang lain. Hubungan antar kawsan bersifat senergistik (Seel dan Richey, 1994) 2.3 Kawasan Teknologi Pembelajaran 2.3.1 Desain Desain didefinisikan sebagai “penetapan kondisi untuk belajar” (Seel dan Richey, pembelajaran, dan karakteristik pembelajar. Teori desain sepenuhnya dikembangkan dibandingkan bidang yang lainnya yang mempunyai keyakinan besar sejak Praktik 1994). Desain adalah fungsi perencanaan ketika strategi ditentukan. Perencanaan mempengaruhi seluruh proses desain instrucsional., bentuk fisik pesan, strategi tradisional dibentuk berdasarkan pengetahuannya sendiri. Tujuan desain adalah untuk menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro, seperti program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro seperti pelajaran dan modul. Definisi ini adalah dalam persetujuan dengan definisi sekarang tentang desain dimana menunjukkan pada penciptaan kehususan (Ellington and Harris, 1986; Reigeluth, 1983; Richey, 1986). Desain Sistem Pembelajaran (ISD) : Kata Desain mempunyai dua makna yaitu tingkat makro dan tingkat mikro yang keduanya menunjukkan pendekatan system dan langkah pada pendekatan system. Dalam terminology sederhana, analisanya adalah proses pada definisi apa yang harus dipelajari; desain adalah proses bagaimana mengkhusukan bagaimana
  • 17. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 17 dipelajari; dikembangkan adalah proses memenulis dan produksi materi pembelajaran, mengimplementasi penggunaan materi dan strategi dalam konten yang actual dan mengevaluasi proses penentuan kecukupan materi. ISD secara umum merupakan prosedur linier dan berulang-ulang dimana permintaan seksama dan konsisten. Karakter proses pada semua langkah harus di lengkapa dalam hal untuk melayani sebagai pemeriksaaan dan keseimbangan satu sama lain. PAda ISD proses sangat penting sama seperti produk karena kepercayaan produk berlandasakan pada proses. Desain Pesan : Grabowski (1991) Menurut “termasuk perencanaa/manipulasi dari bentuk fisik pada pesan dimana termasuk komunikasi antara pengirim dan penerima. ” (Seels& Richey, 1994). Fleming and Levie (1993) batasan pesan pada pola-pola atau tanda-tanda atau symbol yang memodifikasi kognitif, afektif, atau perilaku psikomotor. Desain Pesan cocok dengan kebanyakan tingkat micro melalui unit kecil seperti visual, urutan-urutan, halaman dan layar individu. Karakter lain rancangan pesan adalah rangangan yang dirancang harus dikhususkan pada media dan tugas pembelajaran. Ini artinya prinsip desain pesan akan berbeda tergantung apakah media statis, dymanis, atau kombinasi dari keduanya (foto, film atau gambar computer) dan apakah tugas termasu konsep atau formasi sikap, keahlian atau pengembangan strategi pembelajaran atau penghafalan (Fleming,1987; Fleming and Levie, 1993, Seel&Richey, 1994). Strategi Pembelajaran: adalah pengkhususan untuk pemilihan dan uruta- urutan kejadian dan aktivitas dalam satu pelajaran. Perancang menggunakan teori strategi pembelajaran atau komponen sebagai prinsip pembelajaran, karakteristik; strategi pembelajaran beriteraksi dengan situasi pembelajaran. Situasi pembelajaran biasana menjelaskan model pembelajaran. Model pembelajaran dan strategi pembelajaran membutuhakn implementasi perbedaan model tergantung pada situasi waktu, isi yang alami dan jenis keinginan belajar (Joyce and Weil, 1972; Merrill, Tennyson, and Poscy, 1992; Reigeluth, 1987a, Seel&Richey, 1994). Karakteristik Pembelajar : merupakan yang menjadi permukaan pengalaman dasar pelajar yang berdampak pada efektifitas proses pembelajaran. Penelitian pada karakteristik pebelajara biasanya penelitian berlebihan pada strategi pembelajaran, tapi diselesaikan untuk perbedaan
  • 18. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 18 tujuan: untuk menjelaskan permukaan pada pelajar yang membutuhkan perhitungan untuk desain. Untuk itu karakteristik pembelajaran, berdampak pada komponen studi pembelajaran dibawan strategi pembelajaran. 2.3.2 Pengembangan Pengembangan didefinisikan sebagai “mengartikan kekhususan desain kedalam bentuk fisik”. Pada proses pengembangan, teknologi pembelajaran memproduksi item yang dipilih dalam dokumentasi desain. Produk tersebut mungkin berupa, cetakm audio atau materi visual, dari sumber berbasis komuter, atau produk yang memasukkan beberapa perbedaan media berbasis computer. Cabang bidang development adalah dalam area produksi media, dan melalu tahun perubahan kapabilitas media membawa pada perubahan domain. Meskipun perkembangan teksbook dan tambahan pembelajaran lain mendahului film, timbulnya dilm menjadi pusat utama pertama dalam kemajuan pergerakan audio visual pada era modern Teknologi Pembelajaran. Pada dasarnya, domain perkembangan dapat dijelaskan dengan: the message which is content driven; the instructional strategy which is theory driven; and the physical manifestation of the technology—the hardware, software and instructional materials. Berikut sub domain dari Pengembangan ; Teknologi Cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan materi seperti materi stars visual, mesin dasar melali atau proses pencetakan fotografi. Subkategori ini termasuk huruf, gafis, dan fotografi, disajikan dan dibuat ulang. Materi cetak dan visual termasuk terdasar dan menembus teknologi. Dua komponen pda teknologi ini adalah materi text verbal dan materi visual. Teknologi Audio/Visual adalah cara memproduksi atau menyampaikan materi menggunakan mesin elektrik untuk menyajikan pesan audio dan visual Pembelajaran Audiovisual adalah karakteristik yang paling nyata dengan menggunakan perangkat keras dalam proses mengajar. Pembelajaran Audiovisual didefinisikan sebagai produk dan pemanfaatan materi yang termasuk pembelajaran melalui melihat dan mendengar dan yang tidak
  • 19. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 19 tergantung secara eksklusif pada pemahaman kata atau symbol yang sama lainnya. Biasanya, materi projek teknologi audiovisual, seperti film, slide dan tranparasi. Teknologi Berbasis Komputer adalah salah satu cara menyampaikan amteri menggunakan micorprosesor sebagai sumber dasar. CBT berbeda dengan teknologi lainnya karena informasi tersimpan secara elektronik dalam bentuk data digital dibandingkan dengan cetak atau cisual. Pda dasarnya, CBT menggunakan tamplan layar untuk menyajikan informasi pada siswa. Berbagai jenis aplikasi computer biasanya disebut (CBI), computer-based instruction (CBI), computer-assisted instruction (CAI) or computer-managed instruction (CMI). Merupakan aplikasi kang dikembangkan sejalan dengan teori beharior dan program pembelajaran, tapi saat ini lebih mencerminkan teori berbasis kognitif (Jonassen, 1988) khusunya untuk 4 aplikasi specifically, CBI. Aplikasinya adalah, tutorial, games, simulasi, dan data base. Karakteristik CBT kedua-duanya adalah hardware dan software dan umumnya memiliki karakter berikut: Teknologi Terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan materi dimana mencakupi beberapa media dibawah kendali computer. Banyak yang percaya bahwa teknik yang paling canggih untuk pembelajaran melibatkan integrasi beberapa bentuk media dibawah pengaturan computer Sekeliling perangkat yang dikendalikan oleh komputer akan termasuk pemain videodisc, menampilkan perangkat tambahan, perangkat keras jaringan, dan sistem audio. Perangkat lunak mungkin termasuk videodiscs, cakram kompak, jaringan lunak, dan informasi digital. Ini semua dapat dikendalikan oleh pelajaran hypermedia berjalan dibawah sistem authoring seperti HyperCardTM atau ToolbookTM. Ciri utama dari teknologi ini adalah pelajar tingkat tinggi interaktivitas antara berbagai sumber informasi. 2.3.3 Pemanfaatan Pemanfaatan merupakan kawasan Teknologi Pembelajaran tertua diantara kawasan-kawasan yang lain, karena penggunaan bahan audiovisual secara teratur mendahului meluasnya perhatian terhadap desain dan produksi media pembelajaran yang sistematis. Kawasan pemanfaatan berasal dari gerakan pendidikan visual yang
  • 20. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 20 tumbuh subur selama dekade pertama abad ini dengan didirikannya museum- museum sekolah. Menurut Kevin Allen dalam Utilization Domain IT: 659 “Utilization is the act of using processes and resources for learning” (Seels & Richey, 1994, p. 46). Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Fungsi pemanfaatan penting karena fungsi ini memperjelas hubungan pembelajar . dengan bahan dan sistem pembelajaran. Keempat kategori dalam kawasan ini adalah mengitegrasinkan dalam struktur dan kehidupan oraganisasi adalah sebagai berikut; Pemanfaatan media Pemanfaatan media adalah penggunaan yang sistematis dari sumber untuk belajar. Proses pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan berdasarkan pada spesifikasi disain pembelajaran. Misalnya; bagaimana suatu film didwesain sesuai dengan bentuk belajar ataukebutuhanyang diinginkan. Difusi Inovasi Inovasi Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, Praktik atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain. Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu. Difusi Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebaai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem.
  • 21. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 21 Unsur-Unsur Difusi Inovasi 1) Komunikasi dan Salurannya Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana informasi yang dipertukarkannya adalah ide baru (inovasi). Dengan demikian, esensi dari proses difusi adalah pertukaran informasi dimana seorang individu mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang atau beberapa orang lain. Rogers menyebutkan ada empat unsur dari proses komunikasi ini, meliputi: 1) inovasi itu sendiri; 2) seorang individu atau satu unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman dalam menggunakan inovasi; 3) orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi; dan 4) saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi tertentu. Sementara itu, saluran komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: 1) saluran media massa (mass media channel); dan 2) saluran antarpribadi (interpersonal channel). Media massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber. Sedangkan saluran antarpribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua atau lebih individu. 2) Waktu Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu, dalam proses difusi, berpengaruh dalam hal: 1) proses keputusan inovasi, yaitu tahapan proses sejak seseorang menerima informasi pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi; 2) keinovativan individu atau unit adopsi lain, yaitu kategori relatif tipe adopter (adopter awal atau akhir); dan
  • 22. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 22 3) rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu. 3) Sistem Sosial Sangat penting untuk diingat bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem sosial. Sistem sosial adalah satu set unit yang saling berhubungan yang tergabung dalam suatu upaya pemecahan masalah bersama untuk mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Proses difusi dalam kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi. Implementasi dan Kelembagaan Implementasi adalah penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya bukan tersimulasikan. Pelembagaan adalah penggunaan secara rutin dan pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi. Tujuan dari implementasi adalah menjamin penggunaan yang benar oleh individu dalam oraganisasi. Tujuan dari pelembagaan Kebijakan dan Regulasi Kebijakan dan regulasi adalah atruran dan tindakan dari masyarakat atau wakilnya yang mempengaruhi difusi atau penyebaran penggunaan teknologi pembelajaran. Kebijakan dan peraturan biasanya dihambat oleh permasalahan etika dan ekonomi. Keduanya timbul sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan individu atau kelompok dalam maupun luar. Dampak pengaruh tersebut lebih pada Praktik dari pada teori. Teknologi pembelajaran telah ikut berjasa dalam penentuan kebijakan tentang televisi pembelajaran dan televisi maasyarakat, hukum hak cipta, standar peralatan dan program, serta penentuan unit administrasi yang mendukung teknologi pembelajaran. Kecenderungan dan permasalahan dalam kawasan pemanfaatan umumnya berkisar pada kebijakan dan peraturan yang mempengaruhi penggunaan, difusi, implementasi dan pelembagaan. Masalah lain yang berhubungan dengan kawasan ini adalah bagaimana gerakan restrukturisasi sekolah dapat mempengaruhi penggunaan sumber belajar. Pertumbuhan yang pesat dari
  • 23. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 23 bahan dan sistem berasaskan komputer telah meningkatkan resiko politik dan ekonomi bagi yang akan mengadakan adopsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan diantaranya adalah; sikap pembelajar terhadap teknologi, tingkat independensi pembelajar, dan faktor lain yang dapat menghambat dan mendukung media dan materi pembelajaran dalam konteks yang lebih luas. 2.3.4 Manajemen Kawasan manajement termasuk manajemen proyek, sumber, system penyampaian dan informasi. Sumber termasuk personel, pendanaa, suplay, wakti, fasilitas, dan sumber pembelajaran. Sistem penyampaian dapat berupa produk seperti hardware komputer/sotware atau teknis pendukung, seperti pedoman. Manajemen Informasi tepat dengan “prencanaan, monitoring dan pengaturan penyimpanan, transfer, dan pemrosesan informasi. Peran manajemen adalah banyak mengadakan teknologi pembelajaran. Teknologi pembelajaran mungkin termasuk dengan usaha seperi manajemen proyek pengembangan pembelajaran atau manajemen pusat media sekolah. Kawasan manajemen awalnya berkembang dari administrasi pusat media, pelayanan dan program. Sebuah perpaduan antara perpustakaan dan media menyebabkan program-program media perpustakaan sekolah dan pusat-pusat spesialis. Definisi AECT 1977 membagi manajemen fungsi ke dalam manajemen organisasi dan manajemen personalia sebagai dilakukan oleh administrator pusat media dan program. Manajemen melibatkan mengendalikan Instructional Technology melalui perencanaan, pengorganisasian, koordinasi dan pengawasan. Manajemen umumnya produk sistem nilai operasional. Kompleksitas pengelolaan sumber daya beberapa penuaan, personalia, dan desain dan upaya pembangunan dikalikan sebagai ukuran intervensi tumbuh dari kecil, satu-sekolah-departemen atau perusahaan, untuk negara-lebar intervensi instruksional dan global perubahan perusahaan multi-nasional. Berikut sub domain dari Kawasan manajemen: Manjemen Proyek Manajemen proyek termasuk perencanaan, monitoring, dan pebngaturan desain pembelajaran dan pengembangan proyek. Menurut Rothwell and Kazanas (1992) manajemen proyek berbeda dengan manajemen tradisional, dimana garis dan staf manajement alasannya: (a) anggota proyek
  • 24. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 24 kemungkinan baru, anggota team jangka pendek; (b) manajer proyek biasanya kekurangan otoritas jangka panjang kepda orang-orang karena mereka bos sementara, dan (c) manajer proyek menikmati lebih banyak klendali dan fleksibilitas bibanding baisanya dan garis dan staf organisasi (Seels&Richey, 1994). Proyek manajer bertanggung jawab untuk perencanaan, penjadwasan, dan pengaturan gunsit pada desain pembelajaran atau jenis proyek lainnya. Mereka hari dinegosiasikan, dana, pemasanagan system pemantauan informasi, dan evaluasi kemajuan. Manajemen proyek biasanya berperan persetujuan dengan perlakukan untuk kesuksesan dan merekomendsaikan perubahan internal Manajemen Sumber Manajemen sumber termasuk perencanaan, pemantaun, dan pengawasan system sumber pendukung dan pelayanan. Manajemen sumber termasuk personel, pendanaan, suplay, waktu, dan fasilitas, dan sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran mencakup semua penjelasn teknologi dalam bagian pada kawasan pengembanga. Efektivitas biaya dan pembenaran efektivitas belajar adalah dua penting karakteristik manajemen sumber. Manajemen Sistem Penyampaian Manajemen system penyapaian termasuk perencanaan, pengawasan, dan pengaturan “motode dimana penyebaran materi pembelajaran yang diorganisasi…ini merupakan perpaduan penggunan media dan metode yang dikerjakan untuk menyajikan informasi pembalajaran pada siswa” (Ellington and Harris, 19S6, p.47, Barbara and Seels 1994). Manajemen system penyamapaian berfokus pada issu produkm seperti hardware/software, dan issu proses, seperti pedoman untuk perancang dan instruktur. Dengan parameter keputusan harus dibuat bahwa ketepatan perangkat terknologi dengan tujuan pembelajaran. Keputusan tengan manajemen system penyampaian biasanya tegantung pada manajemen system sumber. Manajemen Informasi Manajemen informasi juga termasuk perencanaan, pemantauan, danpengawasn dan penyimpanan, transfer atau pemrosesan informasi dalam
  • 25. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 25 hal untuk menyediakan sumber belajar. Penjelasan teknologi dalam domain pengembangan adalah metode penyimpanan dan pengiriman. Trasnmisi atau transfer informasi biasanya terjadi melalui teknologi terpadu. “Pemrosesan terdiri dari perubahan beberapa aspek informasi (melalui program computer)…membuat lebih cocok untuk beberapa tujuan” (Lindenmayer, 1988, p. 317). Manajemen informasi lebih penting untuk menyediaan akses dan mudah digunakan. Perkembangan pengetahuan dan industry pengetahuan di luar ruang lingkup bahwa sistem pendidikan saat ini dapat mengakomodasi; berarti bahwa ini adalah daerah yang sangat penting bagi Teknologi Pembelajaran di masa depan. Sebuah komponen penting dari kawasanakan terus menjadi manajemen sistem penyimpanan informasi untuk tujuan pembelajaran. 2.3.5 Evaluasi Evaluasi terdiri dari analisis masalah, referensi criteria, fomativ, dan sumatif yang merupakan kawasan evaluasi. Hasil dari evaluasi dibawa untuk pemahaman yang lebih baik masalah, penguasaan informasi, serta individu menginformasikan pada potensi pembelian. Kawasan dan evaluasi berkembang sebagai penelitian pendidikan dan bidang metodelogy yang berkembang, biasanya bersamaan atau paralel dengan bidang. Evaluasi adalah proses penentuan kecukupan pada instruksi dan belajar. Evaluasi dimilai dengan menganalisis masalah. Ini adalah langkah awal yang penting dalam pengembangan dan evaluasi untuk pembelajara karena tujuan dan kendala dijelaskan pada tahap ini. Menurut Worthen and Sanders (1987) “Evaluasi menentukan hal yang dinilai” Dalam Pendidikan, hal ini penentuan formal untuk kualitas, efektivitas atau nilai program, produk, proyek, proses, tujuan atau kurilum. Penjelasan dari sub domain adalah sebagai berikut: Analisis masalah : Termasuk penentuann sifat dan parameter masalah dengan menggunakan pengumpulan-informasi dan pengambilan keputusan strategi. Dengan demikian upaya evaluasi termasuk identifikasi kebutuhan untuk menentukan sejauh mana masalah dapat dikelaskan sebagai pembelajaran dalam alami, mengindetifikasi kendala, sumber daya karakteristik peserta didik, dan menentukan tujuan dan prioritas (Seels dan Glasgow, 1990). Keperluan didefinisikan sebagai "kesenjangan antara 'apa'
  • 26. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 26 dan 'apa yang harus" dalam hal hasil "(Kaufman, 1972), dan kebutuhan penilaian merupakan studi sistematis kebutuhan tersebut. Sebuah perbedaan penting harus diberikan di sini. Analisis kebutuhan tidak dilakukan untuk melakukan lebih dipertahankan evaluasi sebagai kemajuan proyek Criterion-Referenced Measurement. Kriteria pengukuran penilaian melibatkan teknik untuk menentukan penguasaan materi pelajar yang telah ditentukan sebelumnya. Kriteria referensi penilaian menyedukan informasi tentang penguasaan seseorang terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan relative terhadap tujuan. Kesuksesan pada criteria referensi penilalan sering berpedoman pada dapat melakukan suatu kompetensi tertentu. Evaluasi Formative and Summative. Evaluasi Formatif melibatkan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan menggunakan informasi ini sebagai dasar untuk pengembangan lebih lanjut. Evaluasi sumatif melibatkan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan menggunakan informasi ini untuk membuat keputusan tentang pemanfaatan. Metode evaluasi sumatif dan formatif berbeda. Evaluasi formatif tegantug pada teknis (isi) review dan tutorial, uji coba kelomok kecil atau besar.Metode pengumpuland ata biasanya informal seperti observasi, wawancara dan test pendek. Evaluasi sumatif dalam bentuk lain membutuhkan prosedur lebih formal dan metode pengumpulan data. Evaluasi sumatif biasanya studi perbandingan kelompok dalam desain quasi eksperimen. Keduanya evaluasi formatif dan suamtif membutuhkan pertimbangan perhatian untuk menyeimbangkan penilaian kualitatif dan kuantitatif. 2.3.6 Penelitian Perkembangan landasan lmiah dan definisi tersebut kemudian telah membentuk landasan ilmiah tersendiri, berupa teori, model, konsep, prinsip, proposisi dan prosedur yang merupakan cirri unik teknologi pendidikan. Pengkajian ilmiah dalam teknologi pendidikan/pembelajaran tidak hanya mempersoalkan unsure-unsur yang terkandung dalam objek formal, yaitu belajar, melainkan juga pendekatannya yaitu teknik intelektual atau tata cara ilmiah yang digunakan dalam mencari pembenaran atas objek yang dipermasalahkan.(Miarso , 2004)
  • 27. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 27 Pada awal perkembangan teknologi pendidikan, dimana media merupakan unsur yang menonjol, mayoritas penelitian dilakukan yang berkaitan dengan media. Penelitian yang berkaitan dengan media sendiri telah berlangsung dalam lima fase. Kelima fase itu memepermasalahkan hal-hal berikut : a. Apakah pengajaran dengan media ada hasilnya b. Seberapa besar hasil pengajaran dengan ilmiah c. Dalam kondisi bagaimana dapat diperoleh hasil yang terbaik dari media d. Siapa saja yang akan memperoleh manfaat dari media e. Karakteristik pembelajar (learner) seperti apa, dan dalam kondisi dan situasi bagaimana dapat diperoleh manfaat maksimal dari media. Bertolak dari uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kawasan penelitian teknologi pendidikan sangat luas sekali bahkan boleh dikatakan hamper tidak terbatas, sepanjang penelitian itu berkaitan dengan pemecahan masalah belajar. Meurut Amiel, T., & Reeves, T. C. (2008). Penelitian teknologi pendidikan bertujuan untuk memeriksa pengaruh peralatan dalam proses pendidikan telah menunjuk sistematis kecil saran kepada praktisi. Pengalan teknologi sebagai proses telah berimplikasi bagaimana teknolog pendidikan menghubungkan penelitian. Sekali mengnali proses, tujuan/akhir tekbnologi menjadi latardepan. 2.3.5 Kawasan Berdasarkan Definisi Teknologi Pendidikan dari AECT Tahun 2008 Definisi terbaru tahun 2008 merupakan pengembangan dari kawasan sebelumnya, dan tiap kawasan melanjutkan perkembangannya. Definisi 2008 sudah lebih spesifik karena menekankan pada studi & etika Praktik. Berikut definisi Teknologi Pendidikan dari AECT Tahun 2008 “Educational Technology is the study an d ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological process and resources”. Teknologi Pembelajaran adalah studi dan etika Praktik untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya teknologi. (Januszewski and Molenda, 2008: 1).
  • 28. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 28 o Study : pemahaman secara teoritis sebagaimana Praktik, teknologi pendidikan, membutuhkan pembangunan kelanjutan pengetahuan dan perbikan melalu penelitian dan merefleksikan Praktik, dimana tercakup dalam terminologi study. Studi menujukkan pengumpulan ifnormasi dan analisis melalu konsep tradisional penelitian o Praktik Etis: Merupakan kegiatan yang tidak bertentangan dengan norma dan nilai yang berhubungan dengan nilai profesi yang akan dilakukan. Seperti kode etik dalam suatu pekerjaan. Komite Etika AECT telah aktif mendefinisikan kawasan stadar etika dan asalkan dalam contoh kasus dimana mendiskusikan dan memahami implikasi focus etika untuk Praktik. Berdasarkan hasil penelitian analisis tentang etika salah satu profesi teknologi pendidikan sebagian konsultan adalah (1) being professional, (2) going maintaining personal integrity, and (4) being willing to learn in consulting practices above and beyond expectations, (3) (Charles Xiaoxue Wang). Komite Etika AECT telah menjadi trend kerja untuk meningkatkan kewaspadaan etika professional diantara anggota AECT (Yeaman et al., 2008). Kode etik professional dari AECT termasuk prinsip “ berniat member bantuan anggota secara individu atau kolektif dalam memelihara hubungan professional tingkat tinggi “(Wlliver, 2001….) Di AECT kode Etik dibedakan menjadi 3 kategori yaitu: Komiter individu, seperti perlindungan hak untuk mendapatkan materi dan hasil untuk dilindungi keselamatan dan kesehatan pada profesioanl; komuter pada social, seperti kejujuran penuh pada pernytaan public berdasarkan masalah pendidikan atau adil dan Praktik yang patut dengan sumbangan pelaynana pada profesi.; dan komiter profesi, seperti meningkatkan pengetahuan profrsioal; dan keterampilan memberikan ketepatan kredit untuk bekerja dan publikasi ide. o Memfasilitasi: Termasuk desain lingkungan, mengorganisasi sumber, dan menyediakan peralatan. Peristiwa pembelajaran dapat dilakukan diatur face- to-face atau lingkngan virtual, sebagaimana di jarak jauh. Teknologi Pendidikan mengklaim fasilitas pembelajaran karena mengatur pembelajaran dan dapat membantu menciptakan lingkungan belajar lebih mudah dan dapat terjadi.
  • 29. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 29 o Pembelajaran: Pembelajaran daapt dikategorikan menurut berbagai taksonomi. Langsung salah satu dinyatakan oleh Perkins (1992). Jenis pembelajaran sederhana dalah penyimpanan (retention) informasi. Tujuan pembelaajran dapat termasuk pemahaman (understanding) sebagiamana penyimpanan. o Improving: Pada Teknologi Pendidikan meningkatan performance biasanya paling perlu satu pengakuan pada efektifitas; bahwa proses mengarah penaksiran kualitas produk, dan produk membawa prediksi efektifitas pembelajaran, berubah dalam kapabilitas membawa aplikasi keluar keadaan dunia nyata. o Performance(Meningkatkan): Performance mengcu pada kemampuan pelajar untuk menggunakan kapabilitas baru yang diperoleh. Definisi Improving Performance berhubungan pada teknologi kinerja manusia. Definisi ini juga menyebutkan menciptkan, memanfaatkan dan mengelola. Menciptakan menunjukkan pada penelitian, teori dan Praktik termasuk dalam generasi materi pembelajaran, lingkungan pembelaajranm dan system belajar mengajar yang luas dalam banyak perbedaan aturan, formal dan nonformal. Menciptakan dapat termasuk berbagai kegiatan, tergantung pada pedekatan desain yang digunakan. Pemanfaatan menunjukkan terori dan Praktik berhubungan dengan membawa pelajar kepada kontak dengan kondisi dan sumber belajar. Penggunaan dimulai dengan memilih sumber dan proses yang layak-metode dan materi, dengan kata lain selama pemilihan dilakukan oleh pelajar atau instruktur. Pengelolaan emrupakan salah satu tanggung jawab professional dalam kawasan teknologi pendidikan . Proses produksi media, dan pengembangan instruksional yang menjadi semakin rumit dalam skala besar, membutuhkan kemaampuan dan keterampilan ahli manajement proyek. o Appropriate (yang layak): terminology ini berarti untuk mengaplikasikan proses dan sumber, penandaaan ke pantas tidaknya dan kecocokan dengan tujuan yang diharapkan mereka. Terminology kelayakan teknologi digunakan secara luas iternasional di akwasan komunitas pengembangan dibandingkan alat atau Praktik yang sederhana and kebanyakan memulai pemecahan masalah.
  • 30. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 30 o Technologi: merupakan terminology pendek yang menjelaskna pendekatan kegiatan manusia berdasarkan pengertian teknologi sebagai “aplikasi sistematis atau keilmuan atau mengorganisasi keilmuan untuk tugas Praktik” (Galbraith, 1967, p12, Janusweski and Molenda, 2008 ; 11) o Proses: Definisi Proses sebagai seri aktivitas yang mengarah terhadap hasil khus. Teknologi Pendidikan biasanya memakai proses khusu untuk merancang, emngembangkan, dan memproduksi sumber belajar, digolongkan pada proses besar pengembangan pembelajaran. o Sumber: Banyak sumber belajar yang terpusat untuk mengidentifikasi kawasan. Sumber adlah orang, alat, teknologui, dan desai materi untuk membantu pelajar. Sumber dapat termasuk system ICT canggih, sumber komunikas seperti perpustakaan, kebun binatang, museum, dam orang-orang dengan pengetahuan khusus atau expert C. Bidang Garapan Teknologi Pendidikan Berdasarkan uraian terdahulu tentang obyek formal teknologi pendidikan dan profesi teknolog pendidikan, dapat disimpulkan bahwa bidang garapan atau disebut pula Praktik teknologi pendidikan meliputi segala sesuatu dimana ada masalah belajar yang perlu dipecahkan. (Miarso, 2007). Mereka yang berprofesi atau bergerak dalam bidang teknologi pendidikan atau singkatnya disebut Teknologi Pendidikan, harus mempunyai komitmen dalam melaksanakan tugas profesionalnya yang utama yaitu terselenggaranya proses belajar bagi setiap orang, dengan dikembangkan dan digunakannya berbagai sumber belajar selaras dengan karakteristik masing-masing pebelajar (learners) serta perkembangan lingkungan. Karena lingkungan itu senantiasa berubah, maka para Teknolog Pendidikan harus senantiasa mengikuti perkembangan atau perubahan itu, dan oleh karena itu ia dtuntut untuk selalu mengembangkan diri sesuai dengan kondisi lingkungan dan tuntutan zaman, termasuk selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. (Miarso, 2007)
  • 31. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 31 DAFTAR PUSTAKA AECT(2004) Definition and Terminology Committee document #MM4.0 June 1, 2004 [Online] Tersedia: http://www.indiana.edu/~molpage ,/Meanings%20of%20ET_4.0.pdf [10 Desember 2012] Amiel, T., & Reeves, T. C. (2008). Design-Based Research and Educational Technology: Rethinking Technology and the Research Agenda. Educational Technology & Society, 11 (4), 29–40. Januszewski, & M. Molenda (2008), Educational Technology: A Definition with Commentary New York & London: Lawrence Erlbaum Associates. Luppicini, R. (2008). Educational Technology at a Crossroads: Examining the Development of the Academic Field in Canada. Educational Technology & Society, 11 (4), 281–296. [Online] Tersedia: http://www.ifets.info/journals/8_3/10.pdf [10 Desember 2012] Luppicini, R. (2005). A Systems Definition of Educational Technology in Society. Journal Educational Technology & Society, 8 (3), 103-109. [Online] Tersedia: http://www.ifets.info/journals/5_3/6.pdf [10 Desember 2012] Miarso, Yusuf Hadi (2007) Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam Pembangunan Pendidikan [Online] Tersedia: yusufhadi.net/wp.../kontribusi-teknologi- pendidikan-dalam-2.doc [10 Desember 2012 Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Prawiradilaga, Dewi S. 2007. Konsep Teknologi Pendidikan Dari Masa ke Masa. No. 20/XI/TEKNODIK/April/2007, 41-55. Seels, B. B., & Richey, R. C. (1994). Instructional technology: the definition and Domains Of The Field. Washington, DC: Association for Educational Communications and Technology. Simsek, N. (2005). Perceptions and Opinions of Educational Technologists Related to Educational Technology. Educational Technology & Society, 8 (4), 178- 190. [Online] Tersedia: http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.101.4965&rep=rep 1&type=pdf [10 Desember 2012]
  • 32. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy 32 Diperiksa dan dinilai oleh Dosen Pembina Mata Kuliah Teknologi Pendidikan Prof. Dr. I Nyoman Sudana Degeng, M.Pd.