Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
Presentasi ini merupakan pemenuhan tugas evaluasi akhir semester mata kuliah Pengantar Filsafat ilmu oleh Sigit Sardjono, Dr,M.Ec.
Dimana berisi sekumpulan pertanyaan dan jawaban berbagai materi Filsafat Ilmu dengan sudut pandang Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHSoga Biliyan Jaya
makalah kali mencoba menjelaskan tentang ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, yang meliputi hakikat ilmu pengetahuandan pengethuan ilmiah, hubungan ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, dan apakah pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang benar adanya atau sebaliknya
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
Makalah ini berisi penjelasan mengenai pengertian belajar, ciri – ciri dari perubahan tingkah laku, dan bentuk perubahan tingkah laku dalam hasil belajar.
PPT Lingkungan Pendidikan Mata Kuliah Pengantar PendidikanErsa Nabela
Power Point Lingkungan Pendidikan Mata Kuliah Pengantar Pendidikan
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman, pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya.
Interaksi manusia dengan lingkunganya itu secara efisien dan efektif itulah yang disebut dengan pendidikan.
Latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan, khususnya pada lingkungan utama perndidikan yakni keluarga, sekolah dan masyarakat.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial dan budaya), utamanya berbagai sumberdaya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal.
Penataan lingkungan pendidikan itu terutama dimaksudkan agar proses pendidikan dapat berlangsung efisien dan efektif.
TRI PUSAT PENDIDIKAN
Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan ketiganya disebut Tri Pusat pendidikan.
PENGARUH TIMBAL BALIK ANTARA TRIPUSAT PENDIDIKAN TERHADAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberi kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni :
1. Pembimbing dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.
2. Pengajaran dalam uapaya penguasaan pengetahuan.
3. Pelatihan dalam upaya Pemahiran keterampilan.
Kontribusi setiap pusat pendidikan terhadap perkembangan peserta didik diperlukan kerja sama yang erat dan harmonis antar Tripusat tersebut :
a. Di lingkungan keluarga telah diupayakan berbagai hal (perbaikan gizi, permainan edukatif, dll) yang menjadi landasan pengembangan selanjutnya di sekolah dan masyarakat
b. Di lingkungan Sekolah diupayakan berbagai hal yang lebih mendekatkan sekolah dengan orangtua siswa (organisasi orangtua siswa, kunjungan rumah oleh personel sekolah, dll). Sekolah juga mengupayakan agar programnya berkaitan erat dengan masyarakat di sekitarnya (siswa ke masyarakat, narasumber dari masyarakat ke sekolah dan sebagainya).
c. Lingkungan masyarakat mengusahakan berbagai kegiatan/program yang menunjang /program keluarga dan sekolah.
Dengan kontribusi tripusat pendidikan yang saling memperkuat dan saling melengkapi itu akan memberi peluang untuk mewujudkan sumber daya manusia terdidik yang bermutu.
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
Presentasi ini merupakan pemenuhan tugas evaluasi akhir semester mata kuliah Pengantar Filsafat ilmu oleh Sigit Sardjono, Dr,M.Ec.
Dimana berisi sekumpulan pertanyaan dan jawaban berbagai materi Filsafat Ilmu dengan sudut pandang Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHSoga Biliyan Jaya
makalah kali mencoba menjelaskan tentang ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, yang meliputi hakikat ilmu pengetahuandan pengethuan ilmiah, hubungan ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah, dan apakah pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang benar adanya atau sebaliknya
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
Makalah ini berisi penjelasan mengenai pengertian belajar, ciri – ciri dari perubahan tingkah laku, dan bentuk perubahan tingkah laku dalam hasil belajar.
PPT Lingkungan Pendidikan Mata Kuliah Pengantar PendidikanErsa Nabela
Power Point Lingkungan Pendidikan Mata Kuliah Pengantar Pendidikan
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman, pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya.
Interaksi manusia dengan lingkunganya itu secara efisien dan efektif itulah yang disebut dengan pendidikan.
Latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan, khususnya pada lingkungan utama perndidikan yakni keluarga, sekolah dan masyarakat.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial dan budaya), utamanya berbagai sumberdaya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal.
Penataan lingkungan pendidikan itu terutama dimaksudkan agar proses pendidikan dapat berlangsung efisien dan efektif.
TRI PUSAT PENDIDIKAN
Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan ketiganya disebut Tri Pusat pendidikan.
PENGARUH TIMBAL BALIK ANTARA TRIPUSAT PENDIDIKAN TERHADAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberi kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni :
1. Pembimbing dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.
2. Pengajaran dalam uapaya penguasaan pengetahuan.
3. Pelatihan dalam upaya Pemahiran keterampilan.
Kontribusi setiap pusat pendidikan terhadap perkembangan peserta didik diperlukan kerja sama yang erat dan harmonis antar Tripusat tersebut :
a. Di lingkungan keluarga telah diupayakan berbagai hal (perbaikan gizi, permainan edukatif, dll) yang menjadi landasan pengembangan selanjutnya di sekolah dan masyarakat
b. Di lingkungan Sekolah diupayakan berbagai hal yang lebih mendekatkan sekolah dengan orangtua siswa (organisasi orangtua siswa, kunjungan rumah oleh personel sekolah, dll). Sekolah juga mengupayakan agar programnya berkaitan erat dengan masyarakat di sekitarnya (siswa ke masyarakat, narasumber dari masyarakat ke sekolah dan sebagainya).
c. Lingkungan masyarakat mengusahakan berbagai kegiatan/program yang menunjang /program keluarga dan sekolah.
Dengan kontribusi tripusat pendidikan yang saling memperkuat dan saling melengkapi itu akan memberi peluang untuk mewujudkan sumber daya manusia terdidik yang bermutu.
Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.
Makalah Aliran-aliran Dalam PendidikanDedy Wiranto
Pendidikan selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan itulah muncul berbagai pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan atau yang disebut dengan aliran-aliran dalam pendidikan. Adanya aliran-aliran dalam pendidikan dan pemikiran-pemikiran pendidikan dimulai sejak awal hidup manusia karena setiap manusia selalu dihadapkan dengan generasi penerus (generasi muda). Pemikiran-pemikiran dalam pendidikan selalu berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan yang akan selalu menimbulkan pro dan kontra, bermula dari pro dan kontra inilah bermunculan suatu pemikiran-pemikiran yang baru. Pemikiran-pemikiran baru tersebut muncul karena pemikiran-pemikiran lama yang mengalami perkembangan dan pembaharuan dari masa ke masa. Hal ini disebabkan pemikiran dari generasi sebelumnya di jadikan bahan diskusi oleh generasi penerusnya.
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme kognitif yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya’. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Pandangan-pandangan Jean Piaget percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sedangkan Menurut M. Sobry Sutikno (2009:5) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya”. Selaras dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2011:27) mengemukakan bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkunannya dalam bentuk perubahan tingkah laku. belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014:11) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa’. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran
Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.
Makalah Aliran-aliran Dalam PendidikanDedy Wiranto
Pendidikan selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan itulah muncul berbagai pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan atau yang disebut dengan aliran-aliran dalam pendidikan. Adanya aliran-aliran dalam pendidikan dan pemikiran-pemikiran pendidikan dimulai sejak awal hidup manusia karena setiap manusia selalu dihadapkan dengan generasi penerus (generasi muda). Pemikiran-pemikiran dalam pendidikan selalu berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan yang akan selalu menimbulkan pro dan kontra, bermula dari pro dan kontra inilah bermunculan suatu pemikiran-pemikiran yang baru. Pemikiran-pemikiran baru tersebut muncul karena pemikiran-pemikiran lama yang mengalami perkembangan dan pembaharuan dari masa ke masa. Hal ini disebabkan pemikiran dari generasi sebelumnya di jadikan bahan diskusi oleh generasi penerusnya.
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme kognitif yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya’. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Pandangan-pandangan Jean Piaget percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sedangkan Menurut M. Sobry Sutikno (2009:5) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya”. Selaras dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2011:27) mengemukakan bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkunannya dalam bentuk perubahan tingkah laku. belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014:11) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa’. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
1. MAKALAH
PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU
MATA KULIAH ILMU PENDIDIKAN
Disusun oleh :
1. Yaqub Firman S (14503241008 / A – 1)
2. Firman Hidayat (14503241009 / A – 1)
3. Indo Ridhwan K (14503241010 / A – 1)
4. Wiwiet Imania (14503241011 / A – 1)
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan
berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan
kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman dan
kemasyarakatan untuk mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberi
penjelasan ataupun melakukan penerapan.
Pendidikan adalah suatu proses mentransfer ilmu dari pendidik kepada peserta
didik. Ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan obyek pendidikan. Ilmu yang ditransfer
umumnya ilmu pengetahuan yang bersifat memberi pengetahuan peserta didik dengan
harapan peserta didik mampu mengetahui segala macam keadaan alam, sosial dan
kebudayaan yang ada di dunia. Misalnya pada pendidikan formal atau sekolah, obyek
utama dalam proses pendidikan adalah ilmu pengetahuan.
Menapa pendidikan itu disebut ilmu? Karena ilmu merupakan obyek utama dari
pendidikan. Tanpa ilmu, segala sesuatu tidak dapat berjalan dengan.misalnya, anak sejak
kecil dididik oleh orang tuanya kalau makan supaya menggunakan tangan kanan, itulah
yang dinamakan pendidikan dan makan menggunakan tangan kanan itulah yang disebut
ilmu karena kalau menggunakan tangan kiri tidak sopan. Contoh lain misalnya orang
melamar pekerjaan, sebelum orang tersebut diterima menjadi karyawan tetap ia harus
ditraining. Training inilah yang dinamakan pendidikan dan materi-materi yang dilakukan
selama training itulah yang disebut ilmu.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami mengambil beberapa permasalahan, antara lain :
1. Apakah yang dimaksud Pendidikan Sebagai Ilmu ?
2. Apa persyaratan pendidikan sebagai ilmu ?
3. Apa sifat – sifat Ilmu Pendidikan ?
4. Bagaimana pengembangan pendidikan di Indonesia ?
3. BAB II
ISI
2.1 Pendidikan Sebagai Ilmu
Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam kehidupan
manusia. Kita dapat mengatakan, bahwa di mana ada kehidupan manusia, bagaimanapun
juga di situ pasti ada pendidikan (Driyarkara, 1980: 32). Pendidikan sebagai gejala yang
universal, merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena disamping pendidikan
sebagai gejala sekaligus juga sebagai upaya memanusiakan manusia itu sendiri. Dengan
perkembangan kebudayaan manusia, timbullah tuntutan akan adanya pendidikan yang
terselenggara lebih baik, lebih teratur dan didasarkan atas pemikiran yang matanmg.
Manusia ingin lebih mempertanggungjawabkan caranya dia mendidik generasi
penerusnya agar lebih berhasil dalam melaksanakan hidupny, dalam pertemuan dan
pergaulannya dengan sesama dan dunia serta dalam hubungannya dengan Tuhan. Di
sinilah muncul keharusan pemikiran teoritis tentang pendidikan.
Satu hal yang menjadi jelas dari apa yang disebut pendidikan adalah upaya sadar
untuk mengembangkan potensi – potensi yang dimiliki manusia. Pengertian demikian
menurut Soedomo (1990: 30), selalu dipegang oleh kalangan pendidikan.
Menurut M.J Langeveld (1955), paedagogiek (ilmu mendidik atau ilmu
pendidikan) adalah suatu ilmu yang bukan saja menelaah obyeknya untuk mengetahui
betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya
bertindak.
Menurut S. Brodjonagoro (1966: 35), ilmu pendidikan atau paedagogiek adalah
teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti luas paedagogiek adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari soal – soal yang timbul dalam praktek pendidikan.
Menurut Cater V. Good (1945: 36), ilmu pendidikan adalah suatu bangunan
pengetahuan yang sistematis mengenai aspek – aspek kuantitatif dan objektif dan proses
belajar, menggunakan instrumen secara seksama dalam mengajukan hipotesis – hipotesis
pendidikan untuk diuji dan pengalaman, seringkali dalam bentuk eksperimental.
Menurut Driyarkara (1980: 66 – 67), ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah,
pemikiran yang bersifat kritis, metodis dan sistematis) tentang realitas yang kita sebut
pendidikan (mendidik dan matis) tentang realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik
dan dididik). Kritis berarti bahwa orang tidak menerima saja apa yang ditangkap atau
muncul dalam benaknya, tetapi semua pernyataan, semua afirmasi harus mempunyai
dasar yang kuat. Orang yang bersikap kritis, ingin mengerti betul – betul (tidak hanya
membeo), ingin mengalami sesuatu dengan seluk beluknya dan dasar – dasarnya. Metodis
berarti bahwa dalam proses berpikir dan menyelidiki orang menggunakan suatu cara
tertentu. Sistematis berarti bahwa pemikir ilmiah itu dalam prosesnya dijiwai oleh suatu
ide yang menyeluruh dan menyatukan, sehingga pikiran – pikiran dan pendapat –
pendapat tidak tanpa hubungan, melainkan merupakan kesatuan.
Dari definisi – definisi Ilmu pendidikan yang diutarakan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa :
4. 1. Ilmu pendidikan adalah ilmu yang menelaah fenomena pendidikan dan
semua fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan dalam
perpektif yang luas dan integratif.
2. Fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada hubungannya dengan
pendidikan ini bukan hanya merupakan gejala yang melekat pada manusia (gejala
yang universal), dalam perpektif yang luas, melainkan juga sekaligus merupakan
upaya untuk memanusiakan manusia agar menjadi sebenar – benarnya manusia
(insan), yang hal ini secara integratif diperlukan penggunaan berbagai kajian
tentang pendidikan (kajian historis, filosofis, psikologis dan sosiologis tentang
pendidikan).
3. Upaya pendidikan mencakup keseluruhan aktivitas pendidikan (mendidik dan
dididik) dan pemikiran yang sistematik tentang pendidikan.
2.2 Persyaratan Pendidikan Sebagai Ilmu
Ilmu adalah suatu pengetahuan yang disusun secara kritis, metodis dan
sistematis yang berasal dari observasi, studi dan eksperimentasi untuk
menentukan hakikat dan prinsip – prinsip apa yang dipelajari.
Suatu kawasan studi dapat tampil atau menampilkan diri sebagai suatu
disiplin ilmu, bila dipenuhi setidak – tidaknya tiga syarat, yaitu :
Memiliki objek studi (objek material dan objek formal)
Memiliki sistematika
Memiliki metode
Yang menjadi objek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia.
Apabila kita pelajari perilaku manusia sebagai makhluk yang hidup dalam
masyarakat maka perilaku itu disamping dapat dilihat dan segi ilmu pendidikan
juga dalat dilihat dan segi – segi yang lain seperti segi psikologis, sosiologis,
antropologis.
Objek formal ilmu pendidikan adalah menelaah fenomena pendidikan dan
semua fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan dalam perspektif
yang luas dan integratif. Fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada
hubungannya dengan pendidikan ini bukan hanya merupakan gejala yang melekat
pada manusia, melainkan juga sekaligus merupakan upaya untuk memanusiakan
manusia agar menjadi sebenar – benar manusia (insan).
Secara teoritik, sistematika ilmu pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga
segi tinjauan, yaitu :
Melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi
Dengan melihat pendidikan sebagai upaya sadar
Dengan melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi, sekaligus upaya
sadar dengan mengantisipasi perkembangan sosio – budaya di masa depan.
Selanjutnya syarat ketiga bagi disiplin ilmu yaitu memiliki metode.
Metode – metode yang dapat dipakai untuk ilmu pendidikan sebagai berikut
(Soedomo, 1990: 46 – 47; Mub, Said, 1989) :
a. Metode Normatif
5. Metode normatif berkenaan dengan konsep manusia yang diidealkan
yang ingin dicapai oleh pendidikan. Metode ini juga membawa pertanyaan
yang berkenaan dengan masalah nilai baik dan nilai buruk.
b. Metode Eksplanatori
Metode eksplanatori bersangkut paut dengan pertanyaan tentang
kondisi dan kekuatan apa yang membuat suatu proses pendidikan berhasil.
Dalam hal ilmu pendidikan mendapatkan bantuan dari berbagai teori
tentang pendidikan yang boleh jadi dihasilkan oleh ilmu – ilmu lain.
c. Metode Teknologis
Metode teknologis ini mempunyai fungsi untuk mengungkapkan
bagaimana melakukannya dalam menuju keberhasilan pencapaian tujuan –
tujuan yang diinginkan.
d. Metode Deskriptif – Fenomenologis
Metode ini menciba menguraikan kenyataan – kenyataan
pendidikan dan kemudian mengklasifikasikan sehingga ditemukan yang
hakiki.
e. Metode Hermeneutis
Metode ini mencoba menguraikan kenyataan – kenyataan
pendidikan yang konkrit dan historis untuk menjelaskan makna dan
struktur dari kegiatan pendidikan.
f. Metode Analisis Kritis (Filosofis)
Metode ini menganalisis secara kritis tentang istilah – istilah,
pernyataan – pernyataan, konsep – konsep dan teori – teori yang ada atau
digunakan dalam pendidikan.
Syarat lain bagi disiplin ilmu pendidikan adalah memiliki evidensi
empiris. Yang dimaksud dengan evidensi empiris adalah adanya
kesesuaian (korespondensi) antara konsepsi teoritisnya dengan
permasalahan – permasalahan dalam praktek sehingga disamping dapat
menjelaskan kasus – kasus yang timbul, juga sekaligus dapat mendukung
diaplikasikannya dalam menjawab permasalahan pendidikan di lapangan,
dalam lingkup kajian ilmu pendidikan. Ini sesua dengan sifat ilmu
pendidikan, yaitu teoritis dan praktis.
2.3 Sifat Ilmu Pengetahuan
Selain memiliki unsur-unsur ilmu pengetahuan, harus juga memiliki sifat-sifat
yang wajib diketahui, diantaranya :
a. Rasional
b. Empiris
c. Fakta dan Teori
d. Universal
e. Akumulatif
f. Sebagai Ilmu Normatif
g. Praktis dan Teoritis
h. Rohaniah
6. i. Historis
RASIONAL
Ilmu pengetahuan harus bersifat rasional artinya ilmu tersebut
harus mempunyai sifat kegiatan berpikir yang ditundukan pada logika atau
penalaran . Berpikir rasional berarti berpikir secara sistematis yang
kompleks dan konsepsional dengan kemampuan menggunakan lambang
untuk dapat memberi arti yang hampir tidak terbatas kepada suatu objek
material, seperti pada suara, gerak, warna dan rasa.
EMPIRIS
Ilmu pengetahuan harus bersifat empiris artinya kesimpulan atau
konklusi ilmu pengetahuan yang diambil harus tunduk kepada
pemeriksaan atau verifikasi indra manusia, maka kaidah logika formal dan
hukum sebab-akibat harus menjadi dasar kebenaran yang bersifat relitas
objektif dan netral.
FAKTA dan TEORI
Ilmu pengetahuan terdiri atas dua unsur besar, yaitu fakta dan
teori. Teori mendefinisikan fakta sebagai observasi empiris yang bisa
diverifikasi dan mempunyai tugas menempatan hubungan yang terdapat
diantara fakta-fakta itu. Ilmu tidak dapat disusun hanya berdasarkan fakta
saja, tetapi untuk menjadi ilmu pengetahuan fakta harus disusun dalam
suatu sistem dan diinterpretasikan sehingga tanpa metode tersebut suatu
fakta tidak akan bisa menjadi ilmu.
UNIVERSAL
Ilmu pengetahuan harus bersifat umum artinya kebenaran yang
dihasilkan ilmu pengetahuan dapat diperiksa oleh para peninjau ilmiah dan
dapat dipelajari atau diikuti secara umum serta dapat diajarkan secara
umum pula. Kebenaran ilmu tidak bersifat rahasia tetapi memiliki nilai
sosial sehingga kewibawaan ilmiah didapat setelah hasil itu diketahui,
diselidiki dan dibenarkan veliditasnya oleh sebanyak mungkin ahli dalam
bidang ilmu tesebut.
AKUMULATIF
Ilmu pengetahuan harus bersifat akumulatif atau saling berkaitan
artinya ilmu pengetahuan tersebut harus diketengahkan hubungan antara
ilmu dan kebudayaan sebab ilmu merupakan salah satu unsur kebudayaan
manusia. Misalnya, untuk dapat belajar manusia mempunyai kemampuan
berbicara dan berbahasa. Selain itu, ilmu pengetahuan yang dikenal
dewasa ini, merupakan kelanjutan dari ilmu yang ada sebelumnya.
7. NORMATIF
Sebagai ilmu pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan
kaidah atau pedoman atau ukuran tingkah laku manusia. Sesuatu yang
normatif berarti berbicara masalah baik atau buruk dari perilaku manusia.
Ilmu Pendidikan merumuskan peraturan-peraturan tentang bertingkah laku
manusia untuk mencapai keteraturan hidup.Keteraturan hidup akan
menjamin kelangsungan keeratan (kohesi)antarmanusia (hubungan sosial
manusia).
Ilmu pendidikan itu selalu berurusan dengan soal siapakah
“manusia” itu. Pembahasan mengenai siapakah manusia itu biasanya
termasuk bidang filsafat, yaitu filsafat antropologi. Pandangan filsafat
tentang manusia sangat besar pengaruhnya terhadap konsep serta praktik-
praktik pendidikan. Karena pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai
luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu bangsa yang
melakukan pendidikan.
Nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan norma untuk menentukan
ciri-ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktik pendidikan. Nilai-nilai
tidak diperoleh hanya dari praktik dan pengalaman mendidik, tetapi secara
normative bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat dan
pandangan hidup, malah dari keyakinan keagamaan yang dianut oleh
seseorang.
Karena Ilmu Pendidikan bersifat normatif berarti pula bersifat
praktis karena ilmu pendidikan sebagai bahan ajar yang patut diterapkan
sehingga pendidik bertugas menanamkan sistem-sistem norma bertingkah
laku manusia yang dibanggakan, dihormati, dan dijunjung tinggi oleh
masyarakat.
PRAKTIS dan TEORITIS
Ilmu pendidikan adalah termasuk ilmu pengetahuan empiris yang
diangkat dari pengalaman pendidikan, kemudian disusun secara teoritis
untuk digunakan secara praktis. Dengan menempatkan kedudukan ilmu
pendidikan didalam sistemmatika ilmu pengetahuan.
Ilmu pendidikan bersifat normatif berarti pendidikan juga bersifat praktis
karena pendidikan sebagai bahan ajar yang patut diterapkan dalam
kehidupan, sehingga pendidik bertugas menanamkan sistem-sistem norma
tingkah laku manusia yang dibanggaakan, dihormati dan dijunjung tinggi
oleh masyarakat (kondisi sebaliknya akan menyebabkan anak dijauhi oleh
masyarakat). Secara etis ilmu pendidikan diarahkan untuk menciptakan
kesejahteraan hidup manusia, sebaliknya tindakan yang ditujukan untuk
menistakan atau melaratkan manusia dikatakan diluar perbuatan
pendidikan.
Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai mengatur dan
mensistemkan didalam pemikiran masalah yang tersusun sebagai pola
pemikiran pendidikan. Jadi dari pratik-pratik teoritis inilah pendidikan
disusun secara teoritis. Dan pemikiran-pemikiran teoritis inilah yang
disusun dalam suatu sistem pndidikan yang biasa disebut Ilmu mendidik
teoritis.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
sebagai ilmu praktis adalah suatu praktek pendidikan untuk mendapatkan
kemudahan dan kenyamanan dalam mencari pengetahuan. Pendidikan
8. sebagai ilmu teoritis adalah pendidikan dilaksanakan berdasarkan teori
yang sudah ada untuk mempermudah jalanya pendidikan.
ROHANIAH
Ilmu pendidikan bersifat rohaniah karena selalu memandang
peserta didik sebagai makhluk yang bersusila dan ingin menjadikannya
sebagai makhluk yang beradab.
HISTORIS
Ilmu pendidikan bersifat historis karena menguraikan teori sistem
pendidikan sepanjang jaman dan kebudayaan serta makna filosofis yang
berpengaruh pada jaman tertentu.
2.4 Pengembangan Pendidikan
Pengembangan pendidikan menjadi topik yang selalu hangat dibicarakan dari
masa ke masa. Isu ini selalu juga muncul tatkala orang membicarakan tentang hal-
hal yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam pengembangan pendidikan, secara
umum dapat diberikan dua buah model pengembangan yang baru yaitu: Pertama
"top-down model" yaitu pengembangan pendidikan yang diciptakan oleh pihak
tertentu sebagai pimpinan/atasan yang diterapkan kepada bawahan; seperti halnya
pengembangan pendidikan yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional
selama ini. Kedua "bottom-up model" yaitu model pengembangan yang
bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk
meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan. Abdul Majid
mendefinisikan pengembangan pembelajaran adalah suatu proses mendesain
pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala
sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan
memperhatikan potensi dan kompetensi siswa. Pengembangan pembelajaran hadir
didasarkan pada adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana
berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain ilmu pengetahuan dan
teknologi, pengembangan pembelajaran hadir juga didasarkan pada adanya sebuah
kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan yang berkualitas bagi anak-
anaknya semakin meningkat, sekolah yang berkualitas semakin dicari, dan
sekolah yang mutunya rendah semakin ditinggalkan. Orang tua tidak peduli
apakah sekolah negeri ataupun swasta. Kenyataan ini terjadi hampir di setiap kota
di Indonesia, sehingga memunculkan sekolah-sekolah unggulan di setiap
kota.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka proses belajar mengajar di ruang
kelas telah pula banyak menarik perhatian para peneliti dan praktisi pendidikan
dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. Oleh karena itu, pengembangan
pembelajaran perlu digalakkan, sehingga dapat diketahui secara nyata, apa,
mengapa dan bagaimana upaya-upaya yang seharusnya dilakukan dalam
meningkatkan mutu pembelajaran yang diharapkan.
Dengan demikian pembelajaran perlu dikelola dengan baik agar dapat
mencapai hasil yang optimal. Untuk mewujudkan hal tersebut, pengelolaan
9. pembelajaran merupakan kunci keberhasilan menuju pembelajaran yang
berkualitas.
Asumsi penulis, dalam hal ini adalah
(1) pengelolaan pembelajaran merupakan kunci keberhasilan pembelajaran; (2)
keberhasilan pembelajaran dapat terwujud jika ditentukan oleh kualitas manajemennya.
Semakin baik kualitas pengelolaan pembelajaran, semakin efektif pula pembelajaran
tersebut dapat mencapai tujuannya; dan (3) pengelolaan pembelajaran yang efektif
mempersyaratkan adanya kemampuan menciptakan, mempertahankan dan memperbaiki
pembelajaran, baik yang dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
10. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan merupakan suatu proses mentransfer ilmu yang pada umumnya
dilakukan melalui tiga cara yaitu lisan, tulisan dan perbuatan. Pada dasarnya, pendidikan
erat hubunganya dengan ilmu karena obyek utama dari pendidikan adalah ilmu.
Pendidikan yang berlangsung beberapa puluh tahun menunjukkan
perkembangannya sebagai ilmu yang semakin mantap, baik dalam artian isi maupun
metode. Maka, perkembangan isi cabang ilmu pendidikan ini selain mengenai
perbangdingan sistem pendidikan, tetapi juga meliputi kaitan atau peranan pendidikan
terhadap perkembangan aspek- aspek kehidupan lai yang meliputi ekonomi, sosial dan
politik.
Ilmu pendidikan di Indonesia saat ini, praktis hanya memperhatikan dan
menganalisis persoalan- persoalan pendidikan formal di sekolah. Perhatian ilmu
pendidikan terhadap masalah- masalah non-formal relatif kecil. Pertumbuhan
pendidikan tidak hanya ditentukan oleh pengalaman- pengalaman pendidikan formal,
tetapi juga dipengaruhi oleh pendidikan non-formal dan informal.
Ilmu pengetahuan menurut sistematikanya dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Ilmu-ilmu murni adalah ilmu yang mendahului pengalaman atau bebas dari
pengalaman. Contohnya matematika.
2) Ilmu terapan adalah ilmu yang dikaji berdasarkan pengalaman (empiris), penelitian,
pengkajian dan penyimpulan yang disusun secara teoritis dan dilaksanakan secara
praktis.
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang berdasarkan pengalaman(empiris), pendidikan,
rohani, normatif, memiliki obyek yang jelas, dapat diuji kebenarannya dan disusun
secara teoritis dan dilaksanakan secara praktis.
Sehingga ilmu pendidikan memenuhi kriteria atau syarat-syarat ilmu pengatahuan
yaitu:
a. Ilmu pengetahuan atau ilmu pendidikan yang bersitaf empiris.
b. Ilmu itu bersifat sistematis
c. Ilmu itu mempunyai obyek atau lapangan tertentu yang jelas, dapat dipisahkan
dari obyek pengetahuan yang lain
d. Ilmu tersebut mempunyai metode dan tujuan tertentu
3.2 Saran
Agar pemerintah lebih memperhatikan pendidikan di Indonesia. Tidak hanya
pendidikan formal di sekolah, tetapi juga pendidikan non-formal dan informal. Karena
pendidikan tidak hanya ditentukan oleh pengalaman-pengalaman pendidikan formal,
tetapi juga pengalaman-pengalaman pendidikan non-formal seperti pendidikan
mayarakat baik lembaga-lembaga bimbingan (kursus) maupun pendidikan lingkungan
sekitar dan informal seperti lingkungan keluarga yang merupakan pendidikan primer
pada anak. Juga pemerintah lebih memperhatikan anak-anak dari keluarga kurang
mampu yang membuat anak tersebut harus putus sekolah. Dengan cara lebih mengawasi
pelaksanaan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di lapangan. Dan dengan
merealisasikan dana anggaran 20% APBN dan APBD untuk penyelenggaraan
pendidikan.
11. DAFTAR PUSTAKA
http://hamkamodern.blogspot.com/2009/11/makalah-ilmu-pendidikan-pendidikan.html
Alfianto,M. Dody, S.Ag dan Suwiarno , S.Ag. 2008. Berislam Menuju Kesalehan Individulis dan
Sosia., Surakarta: LPID UMS
Barnadib, Prof. Imam,M.A.,Ph. 1990. Pendidikan Perbangdingan Buku Dua. Yogyakarta: Andi
Offset.
Barnadip, prof.. Dra. Sutari Imam. 1976. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta:
fakultas Ilmu Pendidikan( FIP)- IKIP Yogyakarta
Jumali,Drs. Muhammad; Dra. Surtikanti, SH.; Dra. SA. Tuarat Aly; Dra. Sundari, SH.. 2004.
Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyan University Press UMS
Sukmadinata,Prof. Dr. Nana Syaodih. 2003. Landasan Pendidikan Teoritus dan Prakti.,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
TIM Dosen FIP- IKIP Malang. 1980. Pengantar Dasar-dasar Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional
W.J.S Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.