SlideShare a Scribd company logo
GANGGUAN
SOMATOFORM
Silvia Erfan
interaksi pikiran – tubuh dan otak
sinyal2
tertentu yang melewati kesadaran pasien
masalah serius
gangguan sensasi
fungsi
Pasien yakin
gangguan tubuh yang belum
terdeteksi
Etiologi
Penggolongan (DSM-IV)
Gangguan
Somatisasi
Gangguan
Somatoform
Undifferentiated
Gangguan
Konversi
Gangguan
Nyeri
Hipokondriasis
Gangguan
Dismorfik
Tubuh
Gangguan
Somatoform
NOS
Penggolongan (ICD-X)
Gangguan
Somatisasi
Gangguan
Somatoform tak
terinci
Gangguan
Hipokondrik
Disfungsi
Otonomik
Somatoform
Gangguan Nyeri
Somatoform
Menetap
Gangguan
Somatoform
Lainnya
Gangguan
Somatoform YTT
Perjalanan Penyakit & Prognosis
-Berlangsung kronis
-Berhubungan dengan
kepribadian dan kognitif
-Gejala tidak konsisten
-Perubahan gejala idiopatik
-Gejala bertambah
-Depresi/cemas=Prognosis buruk
somatisasi
Gangguan
somatisasi
banyak gejala
fisik, bersifat
idiopatik
tdk dpt dijelaskan
dg adekuat melalui
Pemeriksaan fisik
dan laboratorium
penderitaan
dan disabilitas.
Pendahuluan
Dibedakan dengan gangguan somatoform lain
 banyak keluhan melibatkan banyak sistem
organ.
Kronis.
- Berhubungan dgn distress psikososial tertentu
- gangguan dlm hub sosial dan fungsi pekerjaan
- perilaku mencari pertolongan medis berlebihan.
Faktor
Biologis
• Bbrp studi terakhir mengarah
kpd dasar neurofisiologis
gangguan somatisasi.
• sering ditemukan
distraktibilitas berlebihan, tidak
mampu adaptasi thd stimulus
yg berulang, serta
berkurangnya selektivitas
Studi genetik  ada kecenderungan genetik
dimana cenderung muncul pd 10 -20%
keluarga wanita derajat pertama yg juga
mengalami gangguan somatisasi.
Kel pria derajat I cenderung menderita
penyalahgunaan zat dan gangguan
kepribadian antisosial.
Studi kembar 29% monozigot dan 10% dizigot.
Sitokin  molekul messenger pada sistem
imun yg berguna untuk komunikasi antar
sel dan dalam kesatuan tertentu seperti
sistem saraf, termasuk otak.
Eksperimen awal  sitokin menyebabkan
gejala non spesifik dari penyakit seperti
hipersomnia, anoreksia, kelelahan dan
depresi.
Faktor
Psikososial
• Adanya gejala pada komunikasi
sosial seperti menghindari
kewajiban, ekspresi emosi atau
simbolisasi perasaan.
• Perspektif perilaku dari ggn
somatisasi berkaitan dgn
pengajaran oleh orang tua
• Biasanya muncul pada keluarga
yang tidak stabil dan memiliki
riwayat kekerasan fisik.
Umumnya muncul < 30 thn, sering pada
usia remaja.
Sering pada tingkat ekonomi rendah,
dengan pendapatan yg minimal.
Wanita lbh tinggi 5-20x, bisa dikarenakan
keterlambatan diagnosis pada pria.
Prevalensi wanita 0,2-2%; pria 0,2%.
Bisa bersamaan
dgn:
•Ggn mental lainnya.
•GK menghindar.
•GK paranoid.
•GK Obsesif kompulsif.
Gangguan mental
yang biasa
ditemukan
bersamaan dengan
ggn somatisasi
adalah ggn bipolar I
dan
penyalahgunaan
zat.
Berdasarkan
PPDGJ III
Berdasarkan
DSM IV
Ciri utama gangguan ini
adanya keluhan gejala
fisik yg berulang disertai
dgn permintaan
pemeriksaan medik,
meskipun sdh berkali2
terbukti hasilnya negatif
dan sdh dijelaskan oleh
dokter bhw tdk
ditemukan kelainan yg
mjd dasar keluhan.
Penderita juga
menyangkal dan menolak
utk membahas
kemungkinan kaitan
antara keluhan fisiknya
dgn problem / konflik dlm
kehidupan yg dialaminya,
bahkan meskipun
didapatkan gejala
anxietas dan depresi.
Gangguan somatisasi (PPDGJ )
Adanya byk keluhan2 fisik yg bermacam2 yg tdk
dpt dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yg
sdh berlanjut sedikitnya 2 tahun.
Tdk mau menerima nasehat / penjelasan dari
bbrp dokter bhw tdk ada kelainan fisik yg dpt
menjelaskan keluhannya.
Terdapat disabilitas dlm fungsinya di masyarakat
dan keluarga, yg berkaitan dgn sifat keluhan2nya
dan dampak dari perilakunya.
Kondisi medis :
Multiple sclerosis, miastenia
gravis, SLE, AIDS, porfiria
intermiten akut,
hiperparatiroid, hipertiroid
dan inf. kronik sistemik.
Keluhan2 somatik pd ps >
40th hrs dipikirkan krn dasar
kondisi medis non psikiatrik,
bth follow-up menyeluruh.
Kondisi
psikiatrik
lainnya :
MDD, GAD,
Skizofrenia.
Hipokondriasis
 ps yakin
bhw mereka
menderita
penyakit
tertentu.
Ggn Konversi
 terbatas pd
1 atau 2
gejala
neurologis.
Ggn Nyeri 
terbatas pada
1 atau 2
keluhan nyeri.
Visit reguler yg
terjadwal, biasa
1 bulan sekali.
Pemeriksaan lab.
dan diagnostik
tambahan 
pertimbangkan
(bisa gejala fisik
dan psikis).
Tujuan 
Meningkatkan
kesadaran pasien
tentang adanya
kemungkinan
faktor psikologis
yg menyebabkan
gejala2 tersebut.
Hipokondriasis = hipokondrium = di bawah iga = keluhan
abdomen >>
Interpretasi pasien yg tdk realistik thdp gejala / sensasi fisik 
preokupasi dan ketakutan bahwa mrk menderita penyakit
yg serius, tdk ditemukan penyebab medis yg diketahui.
Preokupasi bg pasien  disfungsi dlm peran personal, sosial,
pekerjaan.
 4-6% pd populasi klinis
medis umum.
kulit hitam >
kulit putih.
pendidikan & status
perkawinan tdk
mempengaruhi
1.
Mencerminkan
misinterprestasi
gejala2 tubuh
(DSM-IV).
•Melebih-
lebihkan sensasi
somatik.
•ambang dan
toleransi yg
lebih rendah
terhadap ggn
fisik.  nyeri
•Fokus pd sensasi
tubuh
waspada
berlebihan.
2. social learning model → keinginan untuk
mendapatkan peran sakit oleh seseorang
yg menghadapi masalah yg tampaknya
berat dan tdk dpt terpecahkan.
3. Hipokondriasis bentuk varian dari
gangguan mental lain  gangguan
depresif dan kecemasan
4. Psikodinamika → agresifitas dan hostilitas
thd org lain dipindahkan (melalui represi
dan pengalihan) kpd keluhan fisik.
Berdasarkan
PPDGJ III
Berdasarkan
DSM IV
Gangguan hipokondrik
(a) Keyakinan yg menetap adanya sekurang2nya 1
penyakit fisik yg serius mendasari keluhan2nya,
meskipun pemeriksaan yg berulang2 tdk menunjang,
ataupun adanya preokupasi yg menetap
kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk
penampakan fisiknya (tdk sampai waham).
(a) Tdk mau menerima nasehat / dukungan penjelasan
dari bbrp dokter bhw tdk ditemukan penyakit /
abnormalitas fisik yg melandasi keluhan2nya.
Kriteria diagnostik PPDGJ
Kondisi medis nonpsikiatrik.
Gangguan somatisasi.
Gangguan somatoform lainnya.
Gejala hipokondriakal pada ggn depresi dan ggn
cemas.
Factitious disorder (ggn buatan) dgn gejala fisik.
dukungan sosial
Psikoterapi individual tilikan
perilaku kognitif dan hipnosis
menenangkan pasien
kecemasan atau
antidepresan
pemakaian peranan
Gangguan Konversi
Definisi
Suatu ggn yg ditandai adanya satu atau lebih
gejala neurologis namun tdk dpt dijelaskan
oleh ggn neurologis atau medis yang
diketahui
Paul Briquet & Jean-MartinCharcot  pengembangan konsep
 ada pengaruh herediter pada gejala dan berhubungan dgn
peristiwa traumatik.
Istilah konversi dikenalkan oleh Freud pada hipotesa riset Anna
O, bahwa gejalanya mencerminkan konflik bawah sadar.
Epidemiologi
Populasi umum 11-300 / 100.000
♀ > ♂ , 2: 1
Komorbid dengan gangguan depresi
mayor, gangguan cemas dan
skizofrenia
Diagnosis (DSM IV)
A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai
fungsi motorik volunter atau sensorik yang
mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi
medis lain.
B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan
dengan gejala atau defisit karena awal atau
eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh
konflik atau stresor lain.
C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja
atau dibuat2 / berpura-pura
D. Gejala atau defisit tdk dpt dijelaskan sepenuhnya
oleh KMU, efek langsung suatu zat, atau sebagai prilaku
/ pengalaman yang diterima secara kultural.
E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau ggn dalam fungsi sosial,
pekerjaan / fungsi penting lainnya.
F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi
seksual, tidak terjadi semata2 selama perjalanan gangguan
somatisasi, tidak dapat diterangkan lebih baik oleh
gangguan mental lain.
Sebutkan tipe gejala atau defisit:
Dengan gejala atau defisit motorik.
Dengan gejala atau defisit sensorik.
Dengan kejang atau konvulsi.
Dengan gambaran campuran
Gambaran Klinis
• Paralisis, kebutaan dan mutisme ,
berhubungan dengan gangguan kepribadian
pasif-agresif, dependen, antisosial dan
histrioniik
Paling
sering
• Anestesia  terutama ekstrimitas (stocking &
glove), midline
• Parestesia
• Kebutaan  tidak ada self-injury, pupil
bereaksi terhadap cahaya
• Tunnel vision
• Tuli
Defisit
Sensorik
Gambaran Klinis
•Paralisis  refleks normal
•Kelemahan
•Gerakan involunter
•Kelainan pergerakan  akan memburuk jika
diperhatikan, co: astasia abasia (ataksik dan
sempoyongan, disertai gerakan yang menyentak,
iregular, dan kasar.)
•Aphonia
•Opistotonus
•Kejang  kejang semu, tidak terjadi gigit lidah,
inkontinensia urin, reflek pupil dpt dipertahankan,
tidak terjadi peningkatan konsentrasi prolaktin
paska kejang.
Gejala
motorik
•Psikogenik vomiting
•Pseudocyesis
•Retensi urin
•Syncope
Gejala
visceral
Diagnosis banding
 Kelemahan  myastenia gravis
Guill
 Somatisasi
 Hipokondriasis
Malingering inkonsisten
Prognosis
• Baik  onset tiba2, stresor
dapat dikenali,
penyesuaian pramorbid
baik, tidak ada gangguan
medis.
• Buruk  lama mendapat
gejala gangguan konversi
Terapi
• Amobarbital dan
lorazepam  terutama bila
baru mengalami peristiwa
traumatik.
• Psikoanalisis  menggali
konflik intrapsikis dan
simbolisme dari gejala
gangguan konversi.
• Psikoterapi supportif
berorientasi tilikan dan
terapi prilaku.
Gangguan
DISMORFIK TUBUH
Definisi
Suatu preokupasi dengan suatu “cacat tubuh” yang
dibayangkan, secara klinis bermakna menimbulkan
penderitaan atau hendaya dalam berbagai fungsi
100 tahun lalu  dysmorphophobia oleh Emil Kraepelin
sebagai neurosis kompulsi
Pierre Janet menamakan obsession de la honte du corps
(obsesi pada anggota tubuh yang memalukan).
Epidemiologi
Komorbid dengan gangguan mental lain  90%
dengan depresi berat, 70% dengan gangguan
cemas, 30% dengan gangguan psikotik.
Data yang didapat sedikit 
dermatologist, internis, bedah plastik
Usia 15-30 tahun, ♀ > ♂
Tidak menikah
Etiologi
• Etiologi pasti
tidak diketahui
• Komorbid > 
ggn. Depresif.
• Riw keluarga
dgn ggn mood
dan OCD.
•Patofisiologi
ini mgkn
melibatkan
serotonin dan
bhub. dgn
gangguan
mental lainny
Model psikodinamik
 cerminan
displacement dari
seksual atau konflik
emosional ke bagian
tubuh yang tidak
berhubungan 
berhubungan
dengan mekanisme
pertahanan: represi,
disosiasi, distorsi,
simbolisasi, dan
proyeksi.
Diagnosis (DSM IV)
A. Preokupasi dgn bayangan cacat
dalam penampilan. Jika ditemukan
sedikit anomali fisik, kekawatiran
tersebut jelas berlebihan.
B. Preokupasi menyebabkan penderitaan
secara klinis bermakna; ggn fungsi
sosial, pekerjaan atau fungsi penting
lainnya.
C. Preokupasi ini tidak lebih baik dijelaskan
oleh gangguan mental lain (misalnya,
rasa tidak puas dengan bentuk dan
ukuran tubuh pada Anoreksia Nervosa).
Gambaran Klinis
waham orang lain memperhatikan kecacatan
tubuhnya
 Menghindari reflective
 Cek di kaca
Diagnosis banding
Anorexia
nervosa
Perasaan tidak nyaman
takut gemuk
GK cemas
menghindar
Cemas akan menjadi
malu dengan cacat yg
ada/ dlm khalayan,
tetapi tidak menonjol,
persisten, penderitaan
atau hendaya
OCD
tidak terbatas pada
perhatiannya pada
penampilan dan suatu
ego-distonik
Diagnosis banding
Gangguan
waham tipe
somatik
Preokupasi disertai
dengan intensitas
waham
Taijin kyofu-
sho
percaya memiliki
bau tidak
menyenangkan atau
bagian tubuh yang
tidak
menyenangkan.
Perjalanan penyakit dan Prognosis
panjang
symptom free
Terapi
trisiklik MAOI imozide
berhasil
serotonin-specific
lomipramine luoxetine
50 % kasus
Gangguan
Nyeri Menetap
Definisi
Adanya rasa nyeri dari satu atau lebih bagian
tubuh yang cukup berat dan menjadi perhatian
klinis.
Disebut gangguan nyeri somatoform,
psikogenik, idiopatik atau atipikal
Epidemiologi
Di Amerika  10-15% 10 dewasa mengalami back pain yang
menyebabkan diasbilitas pada pekerjaan
Berhubungan dengan gangguan mood depresi
(kronis), cemas (akut)
Dapat terjadi pada berbagai usia
Kira-kira 3% pada praktik umum  nyeri persisten  min 1
hari/bulan timbul gangguan pada aktivitas
Etiologi
•Korteks serebral dapat menginhibisi bangkitan dari
serat nyeri aferen
•Serotonin mungkin merupakan neurotransmiter utama
dalam jalur inhibisi desenden, dan endorfin juga
memegang peranan dalam sistim saraf pusat dalam
mengatur nyeri
• Beberapa pasien mempunyai gangguan nyeri karena
abnormalitas sensorik, struktur limbik dan kimiawi 
predisposisikan pengalaman nyeri
Diagnosis (DSM IV)
A. Nyeri satu atau lebih bagian tubuh yg mjd fokus menonjol dari gejala
klinis yang diperlihatkan adalah cukup berat untuk memerlukan
perhatian klinis.
B. Nyeri menyebabkan penderitaan secara klinis berrmakna atau
hendaya fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya
C. Faktor psikologi dipertimbangkan mempunyai peranan penting
dalam onset, keparahan, eksasebasi /bertahannya nyeri.
D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat
(seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).
E. Nyeri tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mood, gangguan
cemas, atau gangguan Psikotik dan tidak memenuhi kriteria
dispareunia.
Penulisan seperti berikut:
Gangguan nyeri berhubungan dengan faktor psikologis ditentukan
mempunyai peranan penting dalam onset, keparahan, ekserbasi atau
bertahannya nyeri.
Diagnosis (DSM IV)
Gangguan nyeri yang berhubungan dengan faktor psikologi maupun
KMU:
Baik faktor psikologis atau KMU dipertimbangkan mempunyai
peranan penting dalam onset, keparahan, eksaserbasi atau
bertahannya nyeri (lihat dibawah) yg bhub dituliskan pada aksis
III.
Sebutkan jika
Akut: durasi kurang dari 6 bulan.
Kronis: durasi 6 bulan atau lebih
Catatan: yang berikut ini tidak dipertimbangkan sebagai suatu
gangguan mental dan dimasukkan disini untuk memudahkan
diagnosis banding.
Diagnosis (DSM IV)
Gangguan nyeri yang berhubungan dengan kondisi medis umum:
suatu kondisi medis umum mempunyai peranan penting dalam
onset, keparahan, eksaserbasi atau bertahannya nyeri (jika
terdapat faktor psikologis ia tidak dipertimbangkan memiliki
peranan penting dalam onset, keparahan, eksaserbasi atau
bertahannya nyeri).
Penulisan diagnostik untuk nyeri dipilih berdasarkan pada kondisi
medik umum yang berhubungan jika telah ditetapkan atau lokasi
anatomis nyeri jika kondisi medis umum yang mendasari belum
ditetapkan dengan jelas-sebagai contoh, pinggang , skiatik ,
pelvis, sakit kepala , wajah , dada , sendi, tulang , perut , payudara ,
ginjal, telinga, mata , tenggorokan, gigi dan saluran kemih
Gambaran klinis
LBP, headache
wajah atipikal nyeri pelvis kronis
mungkin post-traumatik
neuropati neurologi, iatrogenik
muskuloskeletal
Gambaran klinis
menyangkal emosi diforiknya
menimbulkan kesenangan dari nyerinya
penyalahgunaan zat
alkohol
lainnya
Diagnosis banding
Nyeri fisik
berfluktuasi dalam intensitasnya dan sangat
sensitif pada emosi, kognitif, atensi, dan
pengaruh situasi.
Hipokondriasis
preokupasi nyeri dan adanya aspek klinis pada
hipokondriasis dan cenderung mempunyai
banyak gejala daripada pasien dengan ggn
nyeri
Gangguan
konversi
waktu yg singkat, sedangkan pd gangguan nyeri
biasanya kronis
Malingering
Secara sadar memberikan laporan palsu,
mengeluh untuk maksud tertentu
Perjalanan penyakit dan
prognosis
akut lebih baik
Psikofarmaka
•Analgesik tidak secara umum
bermanfaat.
•Obat-obat sedatif dan anti-ansietas
tidak efektif pada penyalahgunaan zat.
•Antidepresan seperti tricyclics dan SSRIs
 cukup efektif (SSRIs memperkuat
hipotesa bahwa serotonin penting pd
patofisiologi gangguan ini)
•Amfetamin, bermanfaat pada
beberapa pasien digunakan sebagai
tambahan SSRIs, tetapi dosis harus
dimonitor dengan ketat
Psikoterapi
•Beberapa data menggunakan
psikodinamik psikoterapi bermanfaat.
•Pertama; mengembangkan hubungan
yg kokoh dari terapis dengan
memperlihatkan empati (terapis jgn
mengkonfrontasi keluhan pasien).
•Bagi pasien nyeri adalah nyata 
terapis mengerti atas nyerinya dan
mengerti terdapatnya konflik intrapsikis
sebelumnya.
KESIMPULAN
banyak sistem organ
neurologis
fokus gejala lebih ringan
kepercayaan menderita
penyakit tertentu.
nyeri
dieksaserbasi oleh faktor psikologis
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Gangguan mood
Gangguan moodGangguan mood
Gangguan mood
fikri asyura
 
Klassifikasi ggn. jiwa
Klassifikasi ggn. jiwaKlassifikasi ggn. jiwa
Klassifikasi ggn. jiwadadadony
 
F 44 gangguan disosiatif (konversi)
F 44 gangguan disosiatif (konversi)F 44 gangguan disosiatif (konversi)
F 44 gangguan disosiatif (konversi)Elissa Lisencia
 
Definisi dan Jenis Skizofrenia
Definisi dan Jenis SkizofreniaDefinisi dan Jenis Skizofrenia
Definisi dan Jenis Skizofrenia
Syscha Lumempouw
 
Luka alat kelamin uronefrologi
Luka alat kelamin uronefrologiLuka alat kelamin uronefrologi
Luka alat kelamin uronefrologi
Zarah Dzulhijjah
 
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran ManajemenDiagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
mataharitimoer MT
 
Referat Dispepsia
Referat DispepsiaReferat Dispepsia
Referat Dispepsia
Kharima SD
 
status mental.ppt
status mental.pptstatus mental.ppt
status mental.ppt
ShellaArivia
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Syscha Lumempouw
 
Migrain
MigrainMigrain
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
Fransiska Oktafiani
 
vertigo
vertigovertigo
ketoasidosis diabetikum
ketoasidosis diabetikumketoasidosis diabetikum
ketoasidosis diabetikum
Letitia Kale
 
Nyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawahNyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawah
regiregene
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
Maria Haryanthi Butar-Butar
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Surya Amal
 
Pemeriksaan status mental
Pemeriksaan status mentalPemeriksaan status mental
Pemeriksaan status mental
PikaLubis
 

What's hot (20)

Gangguan mood
Gangguan moodGangguan mood
Gangguan mood
 
Klassifikasi ggn. jiwa
Klassifikasi ggn. jiwaKlassifikasi ggn. jiwa
Klassifikasi ggn. jiwa
 
Aki
AkiAki
Aki
 
F 44 gangguan disosiatif (konversi)
F 44 gangguan disosiatif (konversi)F 44 gangguan disosiatif (konversi)
F 44 gangguan disosiatif (konversi)
 
Definisi dan Jenis Skizofrenia
Definisi dan Jenis SkizofreniaDefinisi dan Jenis Skizofrenia
Definisi dan Jenis Skizofrenia
 
Luka alat kelamin uronefrologi
Luka alat kelamin uronefrologiLuka alat kelamin uronefrologi
Luka alat kelamin uronefrologi
 
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran ManajemenDiagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
 
Referat Dispepsia
Referat DispepsiaReferat Dispepsia
Referat Dispepsia
 
Parkinson
ParkinsonParkinson
Parkinson
 
status mental.ppt
status mental.pptstatus mental.ppt
status mental.ppt
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Isk
IskIsk
Isk
 
Migrain
MigrainMigrain
Migrain
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
vertigo
vertigovertigo
vertigo
 
ketoasidosis diabetikum
ketoasidosis diabetikumketoasidosis diabetikum
ketoasidosis diabetikum
 
Nyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawahNyeri pinggang bawah
Nyeri pinggang bawah
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Pemeriksaan status mental
Pemeriksaan status mentalPemeriksaan status mental
Pemeriksaan status mental
 

Viewers also liked

Kp 3.1.36 gangguan somatoform
Kp 3.1.36 gangguan somatoformKp 3.1.36 gangguan somatoform
Kp 3.1.36 gangguan somatoform
Ahmad Muhtar
 
Gangguan cemas yang berhubungan dengan somatisasi
Gangguan cemas yang berhubungan dengan somatisasiGangguan cemas yang berhubungan dengan somatisasi
Gangguan cemas yang berhubungan dengan somatisasisarah_siregar
 
Kp 3.1.33 gangguan panik dan fobia
Kp 3.1.33 gangguan panik dan fobiaKp 3.1.33 gangguan panik dan fobia
Kp 3.1.33 gangguan panik dan fobia
Ahmad Muhtar
 
3.1.5.3 ansietas agorafobia unand
3.1.5.3   ansietas agorafobia unand3.1.5.3   ansietas agorafobia unand
3.1.5.3 ansietas agorafobia unand
Ahmad Muhtar
 
Kp 3.1.38 gangguan psikotik
Kp 3.1.38 gangguan psikotikKp 3.1.38 gangguan psikotik
Kp 3.1.38 gangguan psikotik
Ahmad Muhtar
 
Kp 3.1.37 gangguan afektif psikotik
Kp 3.1.37 gangguan afektif psikotikKp 3.1.37 gangguan afektif psikotik
Kp 3.1.37 gangguan afektif psikotik
Ahmad Muhtar
 
Kp 3.1.24 klasifikasi gangguan jiwa
Kp 3.1.24 klasifikasi gangguan jiwaKp 3.1.24 klasifikasi gangguan jiwa
Kp 3.1.24 klasifikasi gangguan jiwa
Ahmad Muhtar
 
Neurotransmitter
NeurotransmitterNeurotransmitter
Neurotransmitter
atika rizki
 
Kode pintar icd 10
Kode pintar icd 10Kode pintar icd 10
Kode pintar icd 10
Ahmad Wahyudin
 

Viewers also liked (11)

Gangguan somatoform
Gangguan somatoformGangguan somatoform
Gangguan somatoform
 
Gangguan somatoform 6
Gangguan somatoform 6Gangguan somatoform 6
Gangguan somatoform 6
 
Kp 3.1.36 gangguan somatoform
Kp 3.1.36 gangguan somatoformKp 3.1.36 gangguan somatoform
Kp 3.1.36 gangguan somatoform
 
Gangguan cemas yang berhubungan dengan somatisasi
Gangguan cemas yang berhubungan dengan somatisasiGangguan cemas yang berhubungan dengan somatisasi
Gangguan cemas yang berhubungan dengan somatisasi
 
Kp 3.1.33 gangguan panik dan fobia
Kp 3.1.33 gangguan panik dan fobiaKp 3.1.33 gangguan panik dan fobia
Kp 3.1.33 gangguan panik dan fobia
 
3.1.5.3 ansietas agorafobia unand
3.1.5.3   ansietas agorafobia unand3.1.5.3   ansietas agorafobia unand
3.1.5.3 ansietas agorafobia unand
 
Kp 3.1.38 gangguan psikotik
Kp 3.1.38 gangguan psikotikKp 3.1.38 gangguan psikotik
Kp 3.1.38 gangguan psikotik
 
Kp 3.1.37 gangguan afektif psikotik
Kp 3.1.37 gangguan afektif psikotikKp 3.1.37 gangguan afektif psikotik
Kp 3.1.37 gangguan afektif psikotik
 
Kp 3.1.24 klasifikasi gangguan jiwa
Kp 3.1.24 klasifikasi gangguan jiwaKp 3.1.24 klasifikasi gangguan jiwa
Kp 3.1.24 klasifikasi gangguan jiwa
 
Neurotransmitter
NeurotransmitterNeurotransmitter
Neurotransmitter
 
Kode pintar icd 10
Kode pintar icd 10Kode pintar icd 10
Kode pintar icd 10
 

Similar to Kp 3-1-36-gangguan somatoform. silvi.final

CRS PSIKOTIK.pptx
CRS PSIKOTIK.pptxCRS PSIKOTIK.pptx
CRS PSIKOTIK.pptx
shantinuratin
 
SOMATOFORM DISORDER
SOMATOFORM DISORDERSOMATOFORM DISORDER
gangguan Psikotik singkat ggn waham
gangguan Psikotik singkat ggn wahamgangguan Psikotik singkat ggn waham
gangguan Psikotik singkat ggn waham
fikri asyura
 
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan NeurotikPerbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Lena Setianingsih
 
Hipokondriasis
HipokondriasisHipokondriasis
Hipokondriasis
Rindang Abas
 
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.pptBeberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
kocankocan
 
CATATAN IGD 20 FEB.docx
CATATAN IGD 20 FEB.docxCATATAN IGD 20 FEB.docx
CATATAN IGD 20 FEB.docx
OrlanaDevina
 
Askep skizofrenia
Askep skizofreniaAskep skizofrenia
Askep skizofrenia
Is Muhar
 
Informasi gangguan jiwa
Informasi gangguan jiwaInformasi gangguan jiwa
Informasi gangguan jiwa
monaarman
 
Presentation Psikosis Akut
Presentation Psikosis AkutPresentation Psikosis Akut
Presentation Psikosis Akut
David Edward
 
Psikosomatik
PsikosomatikPsikosomatik
Psikosomatik
YudiSiswanto5
 
Ppt abnormal
Ppt abnormalPpt abnormal
Ppt abnormal
bkupstegal
 
ppt skizofrenia-ppt-kelompok 1 stif 2023
ppt skizofrenia-ppt-kelompok 1 stif 2023ppt skizofrenia-ppt-kelompok 1 stif 2023
ppt skizofrenia-ppt-kelompok 1 stif 2023
UciRama2
 
Psikologi abnormal dan metode terapi
Psikologi abnormal dan metode terapiPsikologi abnormal dan metode terapi
Psikologi abnormal dan metode terapi
Angel Purwanti
 

Similar to Kp 3-1-36-gangguan somatoform. silvi.final (20)

CRS PSIKOTIK.pptx
CRS PSIKOTIK.pptxCRS PSIKOTIK.pptx
CRS PSIKOTIK.pptx
 
SOMATOFORM DISORDER
SOMATOFORM DISORDERSOMATOFORM DISORDER
SOMATOFORM DISORDER
 
gangguan Psikotik singkat ggn waham
gangguan Psikotik singkat ggn wahamgangguan Psikotik singkat ggn waham
gangguan Psikotik singkat ggn waham
 
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan NeurotikPerbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
 
Hipokondriasis
HipokondriasisHipokondriasis
Hipokondriasis
 
Gangguian kon
Gangguian konGangguian kon
Gangguian kon
 
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.pptBeberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
 
CATATAN IGD 20 FEB.docx
CATATAN IGD 20 FEB.docxCATATAN IGD 20 FEB.docx
CATATAN IGD 20 FEB.docx
 
Askep skizofrenia
Askep skizofreniaAskep skizofrenia
Askep skizofrenia
 
25057228 gangguan-somatisasi
25057228 gangguan-somatisasi25057228 gangguan-somatisasi
25057228 gangguan-somatisasi
 
Informasi gangguan jiwa
Informasi gangguan jiwaInformasi gangguan jiwa
Informasi gangguan jiwa
 
Presentation Psikosis Akut
Presentation Psikosis AkutPresentation Psikosis Akut
Presentation Psikosis Akut
 
Psikosomatik
PsikosomatikPsikosomatik
Psikosomatik
 
Schizophrenia
SchizophreniaSchizophrenia
Schizophrenia
 
F45 gangguan somatofrom
F45 gangguan somatofromF45 gangguan somatofrom
F45 gangguan somatofrom
 
Ppt abnormal
Ppt abnormalPpt abnormal
Ppt abnormal
 
ppt skizofrenia-ppt-kelompok 1 stif 2023
ppt skizofrenia-ppt-kelompok 1 stif 2023ppt skizofrenia-ppt-kelompok 1 stif 2023
ppt skizofrenia-ppt-kelompok 1 stif 2023
 
Psikologi Klinis_Skizofrenia
Psikologi Klinis_SkizofreniaPsikologi Klinis_Skizofrenia
Psikologi Klinis_Skizofrenia
 
Depresi point AKPER PEMKAB MUNA
Depresi point AKPER PEMKAB MUNA Depresi point AKPER PEMKAB MUNA
Depresi point AKPER PEMKAB MUNA
 
Psikologi abnormal dan metode terapi
Psikologi abnormal dan metode terapiPsikologi abnormal dan metode terapi
Psikologi abnormal dan metode terapi
 

More from Ahmad Muhtar

3.1.5.2 penyalahgunaan napza
3.1.5.2   penyalahgunaan napza3.1.5.2   penyalahgunaan napza
3.1.5.2 penyalahgunaan napza
Ahmad Muhtar
 
3.1.5.1 psikofarmakoterapi
3.1.5.1   psikofarmakoterapi3.1.5.1   psikofarmakoterapi
3.1.5.1 psikofarmakoterapi
Ahmad Muhtar
 
3.1.6.3 psikiatri forensik
3.1.6.3   psikiatri forensik3.1.6.3   psikiatri forensik
3.1.6.3 psikiatri forensik
Ahmad Muhtar
 
3.1.6.5 family theraphy
3.1.6.5   family  theraphy3.1.6.5   family  theraphy
3.1.6.5 family theraphy
Ahmad Muhtar
 
Uu nomor 18 tahun 2014
Uu nomor 18 tahun 2014Uu nomor 18 tahun 2014
Uu nomor 18 tahun 2014
Ahmad Muhtar
 
Pmk no. 001 th 2012 ttg sistem rujukan yankes perorangan 2
Pmk no. 001 th 2012 ttg sistem rujukan yankes perorangan 2Pmk no. 001 th 2012 ttg sistem rujukan yankes perorangan 2
Pmk no. 001 th 2012 ttg sistem rujukan yankes perorangan 2
Ahmad Muhtar
 
Kp 3.1.44 psikiatri keswamas
Kp 3.1.44 psikiatri keswamasKp 3.1.44 psikiatri keswamas
Kp 3.1.44 psikiatri keswamas
Ahmad Muhtar
 
Kp 3.1.43 psikiatri forensik
Kp 3.1.43 psikiatri forensikKp 3.1.43 psikiatri forensik
Kp 3.1.43 psikiatri forensik
Ahmad Muhtar
 
Kp 3.1.42 efek samping psikotropika dan tata laksana
Kp 3.1.42 efek samping psikotropika dan tata laksanaKp 3.1.42 efek samping psikotropika dan tata laksana
Kp 3.1.42 efek samping psikotropika dan tata laksana
Ahmad Muhtar
 
Kp 3.1.41 gangguan mental organik
Kp 3.1.41 gangguan mental organikKp 3.1.41 gangguan mental organik
Kp 3.1.41 gangguan mental organik
Ahmad Muhtar
 
Kp 3.1.39 psikoterapi keluarga
Kp 3.1.39 psikoterapi keluargaKp 3.1.39 psikoterapi keluarga
Kp 3.1.39 psikoterapi keluarga
Ahmad Muhtar
 
Kp 3.1.40 consultation liaison psychiatry
Kp 3.1.40 consultation liaison psychiatryKp 3.1.40 consultation liaison psychiatry
Kp 3.1.40 consultation liaison psychiatry
Ahmad Muhtar
 
Kp 3.1.35 psikofarmaka
Kp 3.1.35 psikofarmakaKp 3.1.35 psikofarmaka
Kp 3.1.35 psikofarmaka
Ahmad Muhtar
 
Kp 3.1.34 gangguan manik dan afektif lainnya
Kp 3.1.34 gangguan manik dan afektif lainnyaKp 3.1.34 gangguan manik dan afektif lainnya
Kp 3.1.34 gangguan manik dan afektif lainnya
Ahmad Muhtar
 
Kp 3.1.32 penyalahgunaan napza
Kp 3.1.32 penyalahgunaan napzaKp 3.1.32 penyalahgunaan napza
Kp 3.1.32 penyalahgunaan napza
Ahmad Muhtar
 
Kp 3.1.31 post traumatic stress disorder
Kp 3.1.31 post traumatic stress disorderKp 3.1.31 post traumatic stress disorder
Kp 3.1.31 post traumatic stress disorder
Ahmad Muhtar
 
Kp 3.1.30 gangguan depresi dan suicide
Kp 3.1.30 gangguan depresi dan suicideKp 3.1.30 gangguan depresi dan suicide
Kp 3.1.30 gangguan depresi dan suicide
Ahmad Muhtar
 
Kp 3.1.29 gangguan tidur
Kp 3.1.29 gangguan tidurKp 3.1.29 gangguan tidur
Kp 3.1.29 gangguan tidur
Ahmad Muhtar
 
Kp 3.1.28 terapi psikiatri
Kp 3.1.28 terapi psikiatriKp 3.1.28 terapi psikiatri
Kp 3.1.28 terapi psikiatri
Ahmad Muhtar
 
Kp 3.1.28 psikologi budaya
Kp 3.1.28 psikologi budayaKp 3.1.28 psikologi budaya
Kp 3.1.28 psikologi budaya
Ahmad Muhtar
 

More from Ahmad Muhtar (20)

3.1.5.2 penyalahgunaan napza
3.1.5.2   penyalahgunaan napza3.1.5.2   penyalahgunaan napza
3.1.5.2 penyalahgunaan napza
 
3.1.5.1 psikofarmakoterapi
3.1.5.1   psikofarmakoterapi3.1.5.1   psikofarmakoterapi
3.1.5.1 psikofarmakoterapi
 
3.1.6.3 psikiatri forensik
3.1.6.3   psikiatri forensik3.1.6.3   psikiatri forensik
3.1.6.3 psikiatri forensik
 
3.1.6.5 family theraphy
3.1.6.5   family  theraphy3.1.6.5   family  theraphy
3.1.6.5 family theraphy
 
Uu nomor 18 tahun 2014
Uu nomor 18 tahun 2014Uu nomor 18 tahun 2014
Uu nomor 18 tahun 2014
 
Pmk no. 001 th 2012 ttg sistem rujukan yankes perorangan 2
Pmk no. 001 th 2012 ttg sistem rujukan yankes perorangan 2Pmk no. 001 th 2012 ttg sistem rujukan yankes perorangan 2
Pmk no. 001 th 2012 ttg sistem rujukan yankes perorangan 2
 
Kp 3.1.44 psikiatri keswamas
Kp 3.1.44 psikiatri keswamasKp 3.1.44 psikiatri keswamas
Kp 3.1.44 psikiatri keswamas
 
Kp 3.1.43 psikiatri forensik
Kp 3.1.43 psikiatri forensikKp 3.1.43 psikiatri forensik
Kp 3.1.43 psikiatri forensik
 
Kp 3.1.42 efek samping psikotropika dan tata laksana
Kp 3.1.42 efek samping psikotropika dan tata laksanaKp 3.1.42 efek samping psikotropika dan tata laksana
Kp 3.1.42 efek samping psikotropika dan tata laksana
 
Kp 3.1.41 gangguan mental organik
Kp 3.1.41 gangguan mental organikKp 3.1.41 gangguan mental organik
Kp 3.1.41 gangguan mental organik
 
Kp 3.1.39 psikoterapi keluarga
Kp 3.1.39 psikoterapi keluargaKp 3.1.39 psikoterapi keluarga
Kp 3.1.39 psikoterapi keluarga
 
Kp 3.1.40 consultation liaison psychiatry
Kp 3.1.40 consultation liaison psychiatryKp 3.1.40 consultation liaison psychiatry
Kp 3.1.40 consultation liaison psychiatry
 
Kp 3.1.35 psikofarmaka
Kp 3.1.35 psikofarmakaKp 3.1.35 psikofarmaka
Kp 3.1.35 psikofarmaka
 
Kp 3.1.34 gangguan manik dan afektif lainnya
Kp 3.1.34 gangguan manik dan afektif lainnyaKp 3.1.34 gangguan manik dan afektif lainnya
Kp 3.1.34 gangguan manik dan afektif lainnya
 
Kp 3.1.32 penyalahgunaan napza
Kp 3.1.32 penyalahgunaan napzaKp 3.1.32 penyalahgunaan napza
Kp 3.1.32 penyalahgunaan napza
 
Kp 3.1.31 post traumatic stress disorder
Kp 3.1.31 post traumatic stress disorderKp 3.1.31 post traumatic stress disorder
Kp 3.1.31 post traumatic stress disorder
 
Kp 3.1.30 gangguan depresi dan suicide
Kp 3.1.30 gangguan depresi dan suicideKp 3.1.30 gangguan depresi dan suicide
Kp 3.1.30 gangguan depresi dan suicide
 
Kp 3.1.29 gangguan tidur
Kp 3.1.29 gangguan tidurKp 3.1.29 gangguan tidur
Kp 3.1.29 gangguan tidur
 
Kp 3.1.28 terapi psikiatri
Kp 3.1.28 terapi psikiatriKp 3.1.28 terapi psikiatri
Kp 3.1.28 terapi psikiatri
 
Kp 3.1.28 psikologi budaya
Kp 3.1.28 psikologi budayaKp 3.1.28 psikologi budaya
Kp 3.1.28 psikologi budaya
 

Recently uploaded

PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
muhammadrezkizanuars
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
kirateraofficial
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
UmmyKhairussyifa1
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
andiaswindahlan1
 
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan  PISP diarePanduan pencatatan dan pelaporan  PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
YantariTiyora2
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
PutriHanny4
 

Recently uploaded (19)

PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
 
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan  PISP diarePanduan pencatatan dan pelaporan  PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
 

Kp 3-1-36-gangguan somatoform. silvi.final

  • 2. interaksi pikiran – tubuh dan otak sinyal2 tertentu yang melewati kesadaran pasien masalah serius
  • 4.
  • 8. Perjalanan Penyakit & Prognosis -Berlangsung kronis -Berhubungan dengan kepribadian dan kognitif -Gejala tidak konsisten -Perubahan gejala idiopatik -Gejala bertambah -Depresi/cemas=Prognosis buruk
  • 10. Gangguan somatisasi banyak gejala fisik, bersifat idiopatik tdk dpt dijelaskan dg adekuat melalui Pemeriksaan fisik dan laboratorium penderitaan dan disabilitas. Pendahuluan
  • 11. Dibedakan dengan gangguan somatoform lain  banyak keluhan melibatkan banyak sistem organ. Kronis. - Berhubungan dgn distress psikososial tertentu - gangguan dlm hub sosial dan fungsi pekerjaan - perilaku mencari pertolongan medis berlebihan.
  • 12. Faktor Biologis • Bbrp studi terakhir mengarah kpd dasar neurofisiologis gangguan somatisasi. • sering ditemukan distraktibilitas berlebihan, tidak mampu adaptasi thd stimulus yg berulang, serta berkurangnya selektivitas
  • 13. Studi genetik  ada kecenderungan genetik dimana cenderung muncul pd 10 -20% keluarga wanita derajat pertama yg juga mengalami gangguan somatisasi. Kel pria derajat I cenderung menderita penyalahgunaan zat dan gangguan kepribadian antisosial. Studi kembar 29% monozigot dan 10% dizigot.
  • 14. Sitokin  molekul messenger pada sistem imun yg berguna untuk komunikasi antar sel dan dalam kesatuan tertentu seperti sistem saraf, termasuk otak. Eksperimen awal  sitokin menyebabkan gejala non spesifik dari penyakit seperti hipersomnia, anoreksia, kelelahan dan depresi.
  • 15. Faktor Psikososial • Adanya gejala pada komunikasi sosial seperti menghindari kewajiban, ekspresi emosi atau simbolisasi perasaan. • Perspektif perilaku dari ggn somatisasi berkaitan dgn pengajaran oleh orang tua • Biasanya muncul pada keluarga yang tidak stabil dan memiliki riwayat kekerasan fisik.
  • 16. Umumnya muncul < 30 thn, sering pada usia remaja. Sering pada tingkat ekonomi rendah, dengan pendapatan yg minimal. Wanita lbh tinggi 5-20x, bisa dikarenakan keterlambatan diagnosis pada pria. Prevalensi wanita 0,2-2%; pria 0,2%.
  • 17. Bisa bersamaan dgn: •Ggn mental lainnya. •GK menghindar. •GK paranoid. •GK Obsesif kompulsif. Gangguan mental yang biasa ditemukan bersamaan dengan ggn somatisasi adalah ggn bipolar I dan penyalahgunaan zat.
  • 19. Ciri utama gangguan ini adanya keluhan gejala fisik yg berulang disertai dgn permintaan pemeriksaan medik, meskipun sdh berkali2 terbukti hasilnya negatif dan sdh dijelaskan oleh dokter bhw tdk ditemukan kelainan yg mjd dasar keluhan. Penderita juga menyangkal dan menolak utk membahas kemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dgn problem / konflik dlm kehidupan yg dialaminya, bahkan meskipun didapatkan gejala anxietas dan depresi.
  • 20. Gangguan somatisasi (PPDGJ ) Adanya byk keluhan2 fisik yg bermacam2 yg tdk dpt dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yg sdh berlanjut sedikitnya 2 tahun. Tdk mau menerima nasehat / penjelasan dari bbrp dokter bhw tdk ada kelainan fisik yg dpt menjelaskan keluhannya. Terdapat disabilitas dlm fungsinya di masyarakat dan keluarga, yg berkaitan dgn sifat keluhan2nya dan dampak dari perilakunya.
  • 21. Kondisi medis : Multiple sclerosis, miastenia gravis, SLE, AIDS, porfiria intermiten akut, hiperparatiroid, hipertiroid dan inf. kronik sistemik. Keluhan2 somatik pd ps > 40th hrs dipikirkan krn dasar kondisi medis non psikiatrik, bth follow-up menyeluruh.
  • 22. Kondisi psikiatrik lainnya : MDD, GAD, Skizofrenia. Hipokondriasis  ps yakin bhw mereka menderita penyakit tertentu. Ggn Konversi  terbatas pd 1 atau 2 gejala neurologis. Ggn Nyeri  terbatas pada 1 atau 2 keluhan nyeri.
  • 23. Visit reguler yg terjadwal, biasa 1 bulan sekali. Pemeriksaan lab. dan diagnostik tambahan  pertimbangkan (bisa gejala fisik dan psikis). Tujuan  Meningkatkan kesadaran pasien tentang adanya kemungkinan faktor psikologis yg menyebabkan gejala2 tersebut.
  • 24.
  • 25.
  • 26. Hipokondriasis = hipokondrium = di bawah iga = keluhan abdomen >> Interpretasi pasien yg tdk realistik thdp gejala / sensasi fisik  preokupasi dan ketakutan bahwa mrk menderita penyakit yg serius, tdk ditemukan penyebab medis yg diketahui. Preokupasi bg pasien  disfungsi dlm peran personal, sosial, pekerjaan.
  • 27.  4-6% pd populasi klinis medis umum. kulit hitam > kulit putih. pendidikan & status perkawinan tdk mempengaruhi
  • 28. 1. Mencerminkan misinterprestasi gejala2 tubuh (DSM-IV). •Melebih- lebihkan sensasi somatik. •ambang dan toleransi yg lebih rendah terhadap ggn fisik.  nyeri •Fokus pd sensasi tubuh waspada berlebihan.
  • 29. 2. social learning model → keinginan untuk mendapatkan peran sakit oleh seseorang yg menghadapi masalah yg tampaknya berat dan tdk dpt terpecahkan. 3. Hipokondriasis bentuk varian dari gangguan mental lain  gangguan depresif dan kecemasan 4. Psikodinamika → agresifitas dan hostilitas thd org lain dipindahkan (melalui represi dan pengalihan) kpd keluhan fisik.
  • 31. Gangguan hipokondrik (a) Keyakinan yg menetap adanya sekurang2nya 1 penyakit fisik yg serius mendasari keluhan2nya, meskipun pemeriksaan yg berulang2 tdk menunjang, ataupun adanya preokupasi yg menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tdk sampai waham). (a) Tdk mau menerima nasehat / dukungan penjelasan dari bbrp dokter bhw tdk ditemukan penyakit / abnormalitas fisik yg melandasi keluhan2nya. Kriteria diagnostik PPDGJ
  • 32. Kondisi medis nonpsikiatrik. Gangguan somatisasi. Gangguan somatoform lainnya. Gejala hipokondriakal pada ggn depresi dan ggn cemas. Factitious disorder (ggn buatan) dgn gejala fisik.
  • 33. dukungan sosial Psikoterapi individual tilikan perilaku kognitif dan hipnosis menenangkan pasien
  • 36. Definisi Suatu ggn yg ditandai adanya satu atau lebih gejala neurologis namun tdk dpt dijelaskan oleh ggn neurologis atau medis yang diketahui Paul Briquet & Jean-MartinCharcot  pengembangan konsep  ada pengaruh herediter pada gejala dan berhubungan dgn peristiwa traumatik. Istilah konversi dikenalkan oleh Freud pada hipotesa riset Anna O, bahwa gejalanya mencerminkan konflik bawah sadar.
  • 37. Epidemiologi Populasi umum 11-300 / 100.000 ♀ > ♂ , 2: 1 Komorbid dengan gangguan depresi mayor, gangguan cemas dan skizofrenia
  • 38. Diagnosis (DSM IV) A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain. B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena awal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor lain. C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat2 / berpura-pura D. Gejala atau defisit tdk dpt dijelaskan sepenuhnya oleh KMU, efek langsung suatu zat, atau sebagai prilaku / pengalaman yang diterima secara kultural.
  • 39. E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau ggn dalam fungsi sosial, pekerjaan / fungsi penting lainnya. F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi semata2 selama perjalanan gangguan somatisasi, tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain. Sebutkan tipe gejala atau defisit: Dengan gejala atau defisit motorik. Dengan gejala atau defisit sensorik. Dengan kejang atau konvulsi. Dengan gambaran campuran
  • 40. Gambaran Klinis • Paralisis, kebutaan dan mutisme , berhubungan dengan gangguan kepribadian pasif-agresif, dependen, antisosial dan histrioniik Paling sering • Anestesia  terutama ekstrimitas (stocking & glove), midline • Parestesia • Kebutaan  tidak ada self-injury, pupil bereaksi terhadap cahaya • Tunnel vision • Tuli Defisit Sensorik
  • 41. Gambaran Klinis •Paralisis  refleks normal •Kelemahan •Gerakan involunter •Kelainan pergerakan  akan memburuk jika diperhatikan, co: astasia abasia (ataksik dan sempoyongan, disertai gerakan yang menyentak, iregular, dan kasar.) •Aphonia •Opistotonus •Kejang  kejang semu, tidak terjadi gigit lidah, inkontinensia urin, reflek pupil dpt dipertahankan, tidak terjadi peningkatan konsentrasi prolaktin paska kejang. Gejala motorik •Psikogenik vomiting •Pseudocyesis •Retensi urin •Syncope Gejala visceral
  • 42. Diagnosis banding  Kelemahan  myastenia gravis Guill  Somatisasi  Hipokondriasis Malingering inkonsisten
  • 43. Prognosis • Baik  onset tiba2, stresor dapat dikenali, penyesuaian pramorbid baik, tidak ada gangguan medis. • Buruk  lama mendapat gejala gangguan konversi Terapi • Amobarbital dan lorazepam  terutama bila baru mengalami peristiwa traumatik. • Psikoanalisis  menggali konflik intrapsikis dan simbolisme dari gejala gangguan konversi. • Psikoterapi supportif berorientasi tilikan dan terapi prilaku.
  • 45.
  • 46. Definisi Suatu preokupasi dengan suatu “cacat tubuh” yang dibayangkan, secara klinis bermakna menimbulkan penderitaan atau hendaya dalam berbagai fungsi 100 tahun lalu  dysmorphophobia oleh Emil Kraepelin sebagai neurosis kompulsi Pierre Janet menamakan obsession de la honte du corps (obsesi pada anggota tubuh yang memalukan).
  • 47. Epidemiologi Komorbid dengan gangguan mental lain  90% dengan depresi berat, 70% dengan gangguan cemas, 30% dengan gangguan psikotik. Data yang didapat sedikit  dermatologist, internis, bedah plastik Usia 15-30 tahun, ♀ > ♂ Tidak menikah
  • 48. Etiologi • Etiologi pasti tidak diketahui • Komorbid >  ggn. Depresif. • Riw keluarga dgn ggn mood dan OCD. •Patofisiologi ini mgkn melibatkan serotonin dan bhub. dgn gangguan mental lainny Model psikodinamik  cerminan displacement dari seksual atau konflik emosional ke bagian tubuh yang tidak berhubungan  berhubungan dengan mekanisme pertahanan: represi, disosiasi, distorsi, simbolisasi, dan proyeksi.
  • 49. Diagnosis (DSM IV) A. Preokupasi dgn bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit anomali fisik, kekawatiran tersebut jelas berlebihan. B. Preokupasi menyebabkan penderitaan secara klinis bermakna; ggn fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya. C. Preokupasi ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain (misalnya, rasa tidak puas dengan bentuk dan ukuran tubuh pada Anoreksia Nervosa).
  • 50. Gambaran Klinis waham orang lain memperhatikan kecacatan tubuhnya  Menghindari reflective  Cek di kaca
  • 51. Diagnosis banding Anorexia nervosa Perasaan tidak nyaman takut gemuk GK cemas menghindar Cemas akan menjadi malu dengan cacat yg ada/ dlm khalayan, tetapi tidak menonjol, persisten, penderitaan atau hendaya OCD tidak terbatas pada perhatiannya pada penampilan dan suatu ego-distonik
  • 52. Diagnosis banding Gangguan waham tipe somatik Preokupasi disertai dengan intensitas waham Taijin kyofu- sho percaya memiliki bau tidak menyenangkan atau bagian tubuh yang tidak menyenangkan.
  • 53. Perjalanan penyakit dan Prognosis panjang symptom free
  • 56. Definisi Adanya rasa nyeri dari satu atau lebih bagian tubuh yang cukup berat dan menjadi perhatian klinis. Disebut gangguan nyeri somatoform, psikogenik, idiopatik atau atipikal
  • 57. Epidemiologi Di Amerika  10-15% 10 dewasa mengalami back pain yang menyebabkan diasbilitas pada pekerjaan Berhubungan dengan gangguan mood depresi (kronis), cemas (akut) Dapat terjadi pada berbagai usia Kira-kira 3% pada praktik umum  nyeri persisten  min 1 hari/bulan timbul gangguan pada aktivitas
  • 58. Etiologi •Korteks serebral dapat menginhibisi bangkitan dari serat nyeri aferen •Serotonin mungkin merupakan neurotransmiter utama dalam jalur inhibisi desenden, dan endorfin juga memegang peranan dalam sistim saraf pusat dalam mengatur nyeri • Beberapa pasien mempunyai gangguan nyeri karena abnormalitas sensorik, struktur limbik dan kimiawi  predisposisikan pengalaman nyeri
  • 59. Diagnosis (DSM IV) A. Nyeri satu atau lebih bagian tubuh yg mjd fokus menonjol dari gejala klinis yang diperlihatkan adalah cukup berat untuk memerlukan perhatian klinis. B. Nyeri menyebabkan penderitaan secara klinis berrmakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya C. Faktor psikologi dipertimbangkan mempunyai peranan penting dalam onset, keparahan, eksasebasi /bertahannya nyeri. D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura). E. Nyeri tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mood, gangguan cemas, atau gangguan Psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia. Penulisan seperti berikut: Gangguan nyeri berhubungan dengan faktor psikologis ditentukan mempunyai peranan penting dalam onset, keparahan, ekserbasi atau bertahannya nyeri.
  • 60. Diagnosis (DSM IV) Gangguan nyeri yang berhubungan dengan faktor psikologi maupun KMU: Baik faktor psikologis atau KMU dipertimbangkan mempunyai peranan penting dalam onset, keparahan, eksaserbasi atau bertahannya nyeri (lihat dibawah) yg bhub dituliskan pada aksis III. Sebutkan jika Akut: durasi kurang dari 6 bulan. Kronis: durasi 6 bulan atau lebih Catatan: yang berikut ini tidak dipertimbangkan sebagai suatu gangguan mental dan dimasukkan disini untuk memudahkan diagnosis banding.
  • 61. Diagnosis (DSM IV) Gangguan nyeri yang berhubungan dengan kondisi medis umum: suatu kondisi medis umum mempunyai peranan penting dalam onset, keparahan, eksaserbasi atau bertahannya nyeri (jika terdapat faktor psikologis ia tidak dipertimbangkan memiliki peranan penting dalam onset, keparahan, eksaserbasi atau bertahannya nyeri). Penulisan diagnostik untuk nyeri dipilih berdasarkan pada kondisi medik umum yang berhubungan jika telah ditetapkan atau lokasi anatomis nyeri jika kondisi medis umum yang mendasari belum ditetapkan dengan jelas-sebagai contoh, pinggang , skiatik , pelvis, sakit kepala , wajah , dada , sendi, tulang , perut , payudara , ginjal, telinga, mata , tenggorokan, gigi dan saluran kemih
  • 62. Gambaran klinis LBP, headache wajah atipikal nyeri pelvis kronis mungkin post-traumatik neuropati neurologi, iatrogenik muskuloskeletal
  • 63. Gambaran klinis menyangkal emosi diforiknya menimbulkan kesenangan dari nyerinya penyalahgunaan zat alkohol lainnya
  • 64. Diagnosis banding Nyeri fisik berfluktuasi dalam intensitasnya dan sangat sensitif pada emosi, kognitif, atensi, dan pengaruh situasi. Hipokondriasis preokupasi nyeri dan adanya aspek klinis pada hipokondriasis dan cenderung mempunyai banyak gejala daripada pasien dengan ggn nyeri Gangguan konversi waktu yg singkat, sedangkan pd gangguan nyeri biasanya kronis Malingering Secara sadar memberikan laporan palsu, mengeluh untuk maksud tertentu
  • 66. Psikofarmaka •Analgesik tidak secara umum bermanfaat. •Obat-obat sedatif dan anti-ansietas tidak efektif pada penyalahgunaan zat. •Antidepresan seperti tricyclics dan SSRIs  cukup efektif (SSRIs memperkuat hipotesa bahwa serotonin penting pd patofisiologi gangguan ini) •Amfetamin, bermanfaat pada beberapa pasien digunakan sebagai tambahan SSRIs, tetapi dosis harus dimonitor dengan ketat Psikoterapi •Beberapa data menggunakan psikodinamik psikoterapi bermanfaat. •Pertama; mengembangkan hubungan yg kokoh dari terapis dengan memperlihatkan empati (terapis jgn mengkonfrontasi keluhan pasien). •Bagi pasien nyeri adalah nyata  terapis mengerti atas nyerinya dan mengerti terdapatnya konflik intrapsikis sebelumnya.
  • 68. banyak sistem organ neurologis fokus gejala lebih ringan kepercayaan menderita penyakit tertentu. nyeri dieksaserbasi oleh faktor psikologis