Gangguan somatisasi melibatkan pengekspresian permasalahan psikologis melalui permasalahan yang terjadi pada tubuh yang tidak dapat dijelaskan oleh kondisi medis apapun. Pada sebagian besar kasus, gangguan somatisasi pertama kali muncul selama masa remaja dan meningkat fluktuasinya sepanjang rentang kehidupan, ketika terjadi peristiwa yang menimbulkan stres dapat menimbulkan intensifikasi episode simtom.
Hipokondriasis merupakan salah satu dari enam gangguan somatoform yang dikategorikan dalam DSM-IV-TR. Hipokondriasis dibedakan dari kelainan delusi somatik lainnya karena gangguan ini dihubungkan dengan pengalaman gejala fisik yang dirasakan oleh penderitanya, dimana gangguan somatoform lainnya tidak menunjukkan gejala fisik di dalam dirinya.
Hipokondriasis merupakan salah satu dari enam gangguan somatoform yang dikategorikan dalam DSM-IV-TR. Hipokondriasis dibedakan dari kelainan delusi somatik lainnya karena gangguan ini dihubungkan dengan pengalaman gejala fisik yang dirasakan oleh penderitanya, dimana gangguan somatoform lainnya tidak menunjukkan gejala fisik di dalam dirinya.
Hampir semua orang dalam hidupnya mengalami beberapa bentuk trauma kepala. Lansia, bayi, dan mereka yang bermasalah seperti penyalahgunaan alkohol, terapi anti-koagulasi khususnya rentan untuk konsekuensi serius setelah cedera kepala.
Di Singapura, cedera kepala adalah penyebab utama kecacatan dan kematian dewasa di bawah usia 40 tahun yang mempunyai dampak penting pada pasien cedera otak, keluarga dan masyarakat.
Hampir semua orang dalam hidupnya mengalami beberapa bentuk trauma kepala. Lansia, bayi, dan mereka yang bermasalah seperti penyalahgunaan alkohol, terapi anti-koagulasi khususnya rentan untuk konsekuensi serius setelah cedera kepala.
Di Singapura, cedera kepala adalah penyebab utama kecacatan dan kematian dewasa di bawah usia 40 tahun yang mempunyai dampak penting pada pasien cedera otak, keluarga dan masyarakat.
Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)Lautan Jiwa
PowerPoint yang menjelaskan secara dasariah macam-macam gangguan kejiwaan. Berkas dipresentasikan pada Seminar Awam III Tahun II Yayasan Cahaya Jiwa pada tanggal 17 Juli 2017 di Cianjur, Jawa Barat.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Artis peran Oki Setiana Dewi (27) kembali menjalani operasi caesar untuk melahirkan anak keduanya, Khadeejah Faatimah Abdullah. Pasalnya, jarak antara putri pertamanya, Maryam Nusaibah Abdullah dengan Khadeejah hanya satu tahun.
"Karena Oki waktu hamil pertama mengalami tulang diatas kemaluan yang bergeser. Jadi harus pakai kursi roda waktu melahirkan Maryam. Nah karena Maryam dan yang sekarang, Khadeejah jaraknya cuma setahun, jadi terpaksa harus caesar lagi," ujar Oki saat ditemui di Eka Hospital, BSD, Tangerang Selatan, Senin (17/1/2016).
"Jadi maryam waktu masih berusia empat bulan, Oki sudah hamil lagi. Dengan jarak begitu dekat, yang enggak memungkinkan untuk lahiran normal," imbuh dia.
Kondisi pemain Ketika Cinta Bertasbih ini juga diketahui jauh lebih lemas ketimbang proses kelahiran putri pertamanya.
"Pas Maryam, pakai kursi roda, tapi operasinya lancar. Bahkan bisa selfie di ruang operasi. Kalau yang ini satu hari sebelum operasi, saya masih shooting, kerjakan tesis. Kelihatannya sehat. Tapi pas masuk ruang operasi, Oki waktu mulai disuntik, itu hemoglobin rendah, dan lemas banget, kondisi Oki drop," ujarnya.
Kondisi Oki yang lemas sempat membuat sang suami Ory Vitrio Abdullah khawatir.
"Operasi yang kedua itu di dalam ada tujuh lapisan, ditarik juga karena agak keras. Dia bilang, 'Saya pusing bang'. Lihat Oki lemas, jadi antara senang dan kawatir juga sama kondisi Oki," ujar Ory.
Diberitakan sebelumnya, Oki melahirkan bayi perempuan pada Jumat (15/1/2016) lalu. Khadeejah lahir dengan berat 3 kilogram dan panjang 50 centimeter.
2.
Kata somatoform diambil dari bahasa yunani
soma yang berarti “tubuh”.
Dalam gangguan somatoform, orang memiliki
simtom fisik yg mengingatkan pada gangguan
fisik, namun tidak ada abnormalitas yg dapat
ditemukan sebagai penyebabnya.
Gangguan somatoform (somatoform disorder) di
asumsikan melibatkan berbagai macam kondisi
ketika konflik psikologis diterjemahkan menjadi
permasalahan atau keluhan secara fisik yang
menyebabkan stres dan kesulitan yang besar
dalam kehidupan seseorang.
3.
Gangguan somatoform dianggap sebagai
gangguan psikologis daripada gangguan
fisik karena tidak ada abnormalitas fisik
yang dapat menjelaskan keluhan yang
terjadi pada tubuh.
4.
5.
Gangguan konversi melibatkan adanya
dorongan yang tidak dapat diterima atau konflik
yang sangat menyulitkan yang diterjemahkan ke
dalam simtom tubuh motorik atau sensorik yang
menyatakan adanya kondisi neurologis atau
medis lainnya.
Ciri yang utama dari gangguan ini adalah
kehilangan atau perubahan fungsi tubuh di luar
kemauan individu karena adanya konflik atau
kebutuhan psikologis yang menyebabkan
individu merasakan stres yang serius, atau tidak
dapat berfungsi secara normal dlm kehidupan
sosial, pekerjaan atau area penting lainnya.
6. Tiffany, seorang bankir berusia 32 tahun, berpikir bahwa ia telah
mengalami stres daripda yg dpt ditangani oleh satu orang. Ia
berpikir jika dirinya adalah orang yg selalu mengalami hal-hal
yg aneh dan ia biasanya menciptakan situasi tsb dari yg dpt
diharapkan. Pada suatu malam, ia mengendarai mobil dijalanan
yg penuh dengan salju, kemudian ia secara tidak sengaja
menabrak seorang pria tua yg sedang berjalan di sisi jalan yg
mengakibatkan cedera yg fatal. Pada bulan – bulan berikutnya,
ia terjebak dlm proses hukum yg memakan waktu, sehingga
perhatiannya teralihkan dari pekerjaannya dan menyebabkan
stres emosional yg besar dlm kehidupannya. Pada suatu senin
pagi, ia mendapati dirinya berjalan terhuyung – huyung di
sekitar kamar tidurnya, tidak bisa melihat apapun selain
bayangan benda- benda yg ada di kamarnya. Pada awalnya ia
mengira ia hanya mengalami kesulitan untuk bangun dari
tidurnya. Setelah pagi berjalan, ia kemudia menyadari jika ia
telah kehilangan penglihatannya. Ia menunggu dua hari sebelum
berkonsultasi dg dokter. Pada saat ia pergi menuju pertemuan
medisnya, ia memiliki keanehan karena kurangnya perhatian
terhadap yg tampaknya seperti kondisi fisik yg serius.
7.
Diagnosis ini diberikan kpd org dgn satu
simtom atau lebih gangguan dgn
sendirinya mempengaruhi fungsi sensoris
dan motorik yg menandakan individu
berada dlm kondisi neurologis atau
kondisi medis umum.
Faktor psikologis dinilai berhubungan dgn
kondisi tsb yg dimulai atau diperparah
akibat adanya konflik atau stresor.
Kondisi tsb tdk secara sengaja diciptakan
atau dipalsukan
8.
Stelah penyelidikan yg memadai, kondisi klien
tdk dpt diatribusikan dgn kondisi medis pd
umumnya, akibat penggunaan obt2 terlarang,
atau scara kultur memberikan sanksi kepada
prilaku atau pengalaman tersebut.
Kondisi tsb menyebabkan stres dan gangguan
yg signifikan atau membutuhkan evaluasi
medis.
Kondisi tsb tdk terbatas pd rasa sakit atau
disfungsi seksual atau tdk juga dapt dijelaskan
dgn gangguan mental lainnya.
Tipe-tipe kondisi mencakup: gangguan motorik,
ggn sensoris, kejang2 atau sawan, dan gangguan
campuran.
9.
Gangguan somatisasi melibatkan
pengekspresian permasalahan psikologis
melalui permasalahan yg terjadi pada tubuh
yg tdk dpt dijelaskan oleh kondisi medis
apapun. Atau apakah kondisi tsb disebabkan
karena adanya pengaruh obat – obatan
tertentu.
Pada sebagian besar kasus, gangguan
somatisasi pertama kali muncul selama masa
remaja dan meningkat fluktuasinya
sepanjang rentang kehidupan, ketika terjadi
peristiwa yg menimbulkan stres dpt
menimbulkan intensifikasi episode simtom.
10. Helen, seorang wanita berusia 29 tahun, sedang mencari treatment
karena dokter mengatakan bahwa tidak ada yg dpt ia lakukan
untuk Helen. Ketika ditanyakan mengenai masalah kesehatannya,
Helen menceritakan serangkaian keluhan, termasuk seringnya ia
tidak dpt mengingat tentang peristiwa yg telah terjadi padanya dan
pada waktu yg lain penglihatannya menjadi kabur, sehingga ia
tidak dapat membaca huruf pd halaman cetak . Helen sangat suka
membaca & melakukan pekerjaan lain di sekitar rumahnya, tetapi ia
merasa mudah lelah & susah bernafas karena alasan yg tidak jelas.
Ia sering kali tidak bisa memakan makanan yg telah ia siapkan
karena ia akan merasa mual dan ingin muntah dg makanan apa
pun, bahkan hanya dg mencicipi bumbunya. Menurut suami Helen,
Helen telah kehilangan minat untuk melakukan hub. Intim dan
mereka hanya melakukan hub. Seksual sebanyak satu kali dlm
jangka waktu beberapa bulan sekali, biasanya atas desakan suami
Helen. Helen mengeluhkan kram yg sangat menyakitkan saat
periode menstruasi & pada saat yg lain, ia merasa bahwa “ dalam
dirinya merasa terbakar “. Karena sakit yg dirasakan di punggung,
kaki, dan dadanya, Helen ingin tetap berada di tempat tidur
sepanjang hari. Helen tinggal di sebuah rumah besar bergaya
Victoria yg jarang sekali ia dikelilingi “ karena saya harus berbaring
pada saat kaki saya sakit “.
11.
Diagnosis ditujukan kpd orang yang bahkan
belum berusia 30 th yg telah memiliki banyak
keluhan fisik selama bertahun-tahun, sehingga
mereka mencari treatment atau mengalami
pengalaman yg tidak menyenangkan dlm
kehidupan sosial, pekerjaan & area fungsi penting
lainnya.
Individu ini mengalami simtom dari setiap empat
kategori berikut :
1.
2.
Sakit : memiliki setidaknya 4 simtom riwayat sakit ( pada
kepala, perut, punggung, dada, rektum )
Gastrointestinal : memiliki riwayat setidaknya dua
simtom gastrointestinal ( ex: mual, kembung, muntahmuntah, diare )
12. 3. Seksual : memiliki riwayat setidaknya satu
simtom seksual atau reproduksi selain dari rasa
sakit ( ex : disfungsi ereksi atau ejakulasi,
menstruasi yg tdk teratur, pendarahan saat
menstruasi ).
4. Pseudoneurological : memiliki riwayat
setidaknya satu simtom atau gangguan yg
menandakan adanya kondisi neurologis yg tdk
terbatas pada rasa sakit ( ex: simtom konversi,
misalnya gangguan koordinasi/ keseimbangan,
paralisis/ kelemahan pd daerah ttt, kesulitan
menelan, halusinasi, kehilangan indra peraba/
sensasi terhadap rasa sakit, simtom disosiatif ).
13.
Salah satu dari ( 1 ) simtom tdk dapat
diatribusikan seluruhnya dg kondisi
medis ttt atau karena penggunaan obatobatan ttt atau ( 2 ) jika terdapat kondisi
medis ttt, keluhan, atau gangguan fisik
merupakan hal yg dapat dipergunakan
untuk dapat memperkirakan apa yang
dapat terjadi.
Simtom – simtom tidak ditampilkan
secara sengaja.
14.
Gejala utama gangguan nyeri adalah adanya
nyeri pada satu atau lebih tempat yang tidak
sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis
atau neurologis non psikiatrik.
Dalam gangguan nyeri, suatu bentuk rasa sakit
( yg menimbulkan stres atau gangguan
personal yg kuat ) merupakan fokus utama dari
keluhan medis yg disampaikan oleh pasien.
Orang dg gangguan nyeri menemukan jika
kehidupan mereka dihabiskan dg pengalaman
rasa sakit mereka dan usaha untuk mencari
kesembuhan.
15. Brian, seorang manajer toko berusia 48 tahun, memiliki keluhan selama
lebih dari tiga tahun mengenai sakit yg ia rasakan terus menerus pada
dua bagian yg berbeda dari tubuhnya, yaitu kaki dan giginya. Pada
suatu waktu, rasa sakit yg ia rasakan sangat hebat, sehingga ia harus
menghabiskan sepanjang harinya dg terbaring terlentang di
rumahnya. Ia telah mengunjungi sejumlah dokter gigi dan dokter
spesialis kaki yg tidak dpt menemukan penyebab medis yg dpt
didiagnosis atas keluhannya tsb. Meskipun sejumlah dokter
mengatakan jika simtom ini pertama kali muncul setelah perceraian
Brian yg menyakitkan, Brian tidak dpt dan tidak bersedia mengakui
bahwa mungkin terdapat hub. Antara kedua hal tsb. Brian sering kali
tidak masuk bekerja & berada di ambang resiko kehilangan
pekerjaannya. Kemungkinan ini membuatnya ketakutan karena
alasan finansial & emosional. Ia telah bekerja sejak usia 19 tahun,
memulai kariernya di bidang perdagangan sebagai pegawai
pengiriman barang bagi perusahaan besar eceran yg memberikan
diskon. Brian mengalami peningkatan karier menuju posisi manajer
yg saat ini ditempatinya & saat ini ia ketakutan tidak dpt mencari
pekerjaan lain atau dpt mengalami keberhasilan lagi sbg pegawai.
16.
Orang dg kondisi ini mengeluhkan rasa sakit pada
satu tempat atau lebih yg cukup parah, sehingga
membutuhkan perhatian klinis.
Rasa sakit mengakibatkan stres atau impairment yg
signifikan.
Faktor psikologis dinilai memiliki peran yg penting
atas serangan, tingkat keparahan, penambahan, atau
menetapnya rasa sakit.
Rasa sakit yg dirasakan tidak sengaja dimunculkan
atau dipalsukan
Kondisi ini sebaiknya tidak dimasukkan kedalam
gangguan mental lainnya.
Tipe gangguan ini adalah ( 1 ) akut jika terjadi kurang
dari 6 bulan atau ( 2 ) kronis jika terjadi selama 6
bulan atau lebih.
17.
Penderita terpaku pada kerusakan fisik
yang dibayangkan atau dibesar-besarkan
dalam hal penampilan mereka.
Orang dg gangguan dismorfik tubuh terlalu
disibukkan, bahkan hampir pada titik
mengalami delusi, dg gagasan jika tubuh
mereka jelek atau cacat.
Sebagian besar kekhawatiran pada orangorang yang mengalami gangguan ini lebih
bersifat imajinasi.
18. Lydia adalah seorang wanita berusia 43 tahun yg
dianjurkan untuk mendatangi ahli klinik kesehatan
mental oleh ahli bedah lokal. Delapan tahun
belakangan ini, Lydia telah mendatangi tempat
bedah plastik di berbagai penjuru negara untuk
menemukan sso yg melakukan bedah plastik
untuk memperkecil ukuran tangannya yg
diyakininya terlalu gendut. Sampai operasi ini
dilakukan, ia tidak akan meninggalkan rumahnya
tanpa menggunakan sarung tangan. Ahli bedah
plastik meminta persetujuan anggota keluarga &
teman – teman Lydia bahwa persepsi Lydia
mengenai tangannya mengalami penyimpangan
dan melakukan operasi bedah plastik merupakan
tindakan yg tidak tepat serta tidak bertanggung
jawab.
19.
Orang dg kondisi ini disibukkan dengan
gambaran adanya kekurangan pada
penampilan mereka. Bahkan, jika ada
kekurangan kecil, maka kekhawatiran
mereka menjadi menjadi berlebihan.
Perhatian mereka yg berlebihan
menyebabkan stres dan gangguan.
Perhatian mereka yg berlebihan sebaiknya
tidak dimasukkan ke dalam gangguan
mental lainnya seperti anoreksia nervosa.
20.
Orang dg hipokondriasis ( hypochondrriasis ) meyakini
atau memiliki ketakutan jika mereka memiliki penyakit
yg serius, sedangkan pada kenyataannya mereka
hanya mengalami reaksi tubuh yg normal. Misalnya,
sakit perut yg biasanya hanya terjadi selama satu hari
dpt membuat wanita dg hipokondriasis merasa cemas
jika sakitnya telah berkembang menjadi kanker perut.
Tidak seperti gangguan konversi atau gangguan
somatis, hipokondriasis tidak melibatkan disfungsi
tubuh yg ekstrem atau simtom medis yg tidak dapat
dijelaskan. Sebaliknya, orang dg hipokondriasis keliru
dlm menafsirkan atau membesar-besarkan
permasalahan normal yg terjadi pada tubuh mereka.
Orang dg hipokondriasis tidak menunjukkan la belle
indifference ( ketidakpedulian yang indah ) yg dialami
oleh individu yg menderita simtom kecemasan yg
parah atau depresi ( Gureje, Ustun, & Simon, 1997 ).
21. Robert (38) adalah seorang ahli radiologi (ilmu kedokteran untuk
melihat bagian dalam tubuh manusia menggunakan pancaran atau
radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik maupun
gelombang mekanik). Ia baru saja pulang dari kunjungan selama 10
hari di sebuah pusat diagnostik terkenal di mana ia menjalani
pengujian ekstensif untuk seluruh sistem pencernaannya. Evaluasi
membuktikan tanda negatif untuk penyakit fisik apapun,
namun bukannya merasa lega, ia tampak marah dan kecewa dengan
penemuan tersebut.Ia telah merasa terganggu selama beberapa
bulan dengan berbagai simtom fisik yang digambarkannya sebagai
simtom-simtom yang berupa nyeri perut ringan, terasa “penuh”,
“isi perut yang bergemuruh” dan perasaan akan “isi perut yang
keras”. Ia menjadi yakin bahwa simtom-simtom ini disebabkan oleh
kanker usus besar dan ia menjadi terbiasa untuk menguji sampel
darahnya setiap minggu dan secara hati-hati memeriksakan
perutnya akan “massa” yang terdapat di dalamnya saat terlentang
di tempat tidur setiap beberapa hari sekali. Ia juga secara diam-diam
melakukan penelitian X-ray pada dirinya sendiri di luar jam kantor.
22. Ada sejarah getaran jantung yang tidak normal yang dideteksi saat ia
berusia 13 tahun dan adik laki-lakinya meninggal karena penyakit
jantung bawaan di awal masa kanak-kanak. Saat evaluasi, getaran
jantungnya terbukti tidak berbahaya, ia malah mulai
khawatir bahwa ada sesuatu yang lupa diperiksa.
Ia mengembangkan ketakutan bahwa ada sesuatu yang benar-benar
salah dengan jantungnya. Dan saat ketakutan tersebut benar-benar
dapat dikesampingkan, hal itu tidak pernah benar-benar hilang. Sewaktu
di sekolah kedokteran ia khawatir akan penyakit-penyakit yang dipelajari
di kelas patologi.
Sejak lulus, ia seringkali memperhatikan kesehatannya dan memiliki
pola khas: menyadari keberadaan simtom tertentu, menjadi terfokus pada
kemungkinan arti dari simtom tersebut dan menjalani evaluasi fisik
yang terbukti negatif.
Keputusannya untuk mencari konsultasi psikiatrik diawali oleh kejadian
dengan anak laki-lakinya yang berusia 9 tahun. Anaknya secara tidak
sengaja berjalan di dekatnya saat ia memeriksa perutnya dan
bertanya,”Sekarang apalagi menurutmu, Ayah?”. Ia menangis saat
bercerita tentang kejadian itu, menggambarkan persaan malu dan
marahnya yang sebagian besar terhadap dirinya sendiri.
23.
Orang dg gangguan ini disibukkan oleh
ketakutan jika mereka memiliki penyakit yg
serius, atau terhadap gagasan hal tsb yg
disebabkan interpretasi mereka yg keliru
terhadap simtom tubuh.
Mereka tetap disibukkan dengan ketakutan
mereka meskipun telah ada evaluasi medis yg
tepat atau individu telah diyakini oleh pihak
medis.
Kekhawatiran mereka tidak berhubungan dg
intensitas delusi atau secara khusus
berhubungan dengan kekhawatiran terhadap
penampilan.
24.
Kesibukan mereka terhadap ketakutan
menyebabkan stres atau gangguan yg
signifikan.
Gangguan ini terjadi setidaknya selama 6
bulan.
Ketakutan mereka sebaiknya tidak
diperhitungkan dg gangguan mental
lainnya.
25. 1.
2.
Malingering : kesengajaan memalsukan simtom
penyakit fisik atau gangguan psikologis dg motif
tersembunyi. Contoh : Alex yg memiliki luka kecil
dalam sebuah kecelakaan mobil mengatakan jika ia
telah mengalami disfungsi memori yg serius atau ia
mengatakan saat ini ia mengalami simtom
gangguan pasca trauma.
Factitious Disorder : orang memalsukan simtom atau
gangguan, bukan karena ada tujuan untuk
mendapatkan keuntungan ttt, tetapi karena adanya
kebutuhan dlm diri individu untuk
mempertahankan peran sakit. Contoh :
Munchaunsen syndrome
26.
Orang yg pura – pura sakit ( malinger ) secara
sengaja memalsukan atau secara berlebihan
membesar-besarkan simtom psikologis atau
fisik.
Mereka dimotivasi oleh keuntungan tertentu,
seperti menghindari tugas militer, pekerjaan,
mendapatkan kompensasi finansial,
menghindari tuntutan kriminal, dan
mendapatkan pengobatan yg tidak
dibutuhkan.
27.
Label ini diberikan kepada orang yg dengan
sengaja menampilkan atau memalsukan
simtom fisik atau psikologis.
Motivasi dari individu ini adalah untuk
mendapatkan peran sakit.
Tidak ada keuntungan eksternal, seperti
keuntungan ekonomi atau menghindari
tanggung jawab.
Sebagian besar simtom dapat berupa simtom
paikologis, fisik, atau kombinasi dari
keduanya.
28. 1.
Teori Psikodinamika
Charcot, Breurer, & Freud memberikan kontribusi pada
keyakinan bahwa penyebab histeria bersifat psikologis
dan bukan fisik.
Freud meyakini bahwa ego berfungsi untuk mengontrol
impuls seksual dan agresif yg mengancam atau tidak
dapat diterima yg timbul dari id melalui mekanisme
pertahanan diri seperti represi. Kontrol seperti ini
menghambat timbulnya kecemasan yg akan terjadi bila
orang tersebut menjadi sadar akan adanya impulsimpuls itu.
Pada sejumlah kasus, emosi yg “ tertahan “ atau “
dipotong “, dari impuls yg mengancam dikonversikan ke
dalam simtom fisik, seperti kelumpuhan dan kebutaan
histerikal.
29.
Menurut teori psikodinamika, simtom histerikal
memiliki fungsi : Memberikan orang tsb keuntungan
primer dan keuntungan sekunder.
a.
b.
Keuntungan primer : Hilangnya kecemasan yg
mendasar yg diperoleh dari berkembangnya simtom –
simtom neurotik. Contoh : kelumpuhan histerikal dari
sebuah lengan dpt menyimbolkan dan juga mencegah
individu untuk mengekspresikan impuls seksual ( ex :
masturbasi ).
Keuntungan sekunder : keuntungan sampingan yg
dihubungkan dg gangguan neurotis atau lainnya,
seperti ekspresi simpati, perhatian, yg meningkat, dan
terbebas dari tanggung jawab.
30. 2. Teori Belajar
Dalam pandangan teori belajar, simtom dari
gangguan konversi dan gangguan somatoform
lainnya juga membawa keuntungan, atau hal – hal
yg me – reinforcing, pada “ peran sakit “. Orang dg
gangguan konversi dpt terbebaskan dari tugas atau
tanggung jawab seperti pergi kerja atau melakukan
tugas rumah tangga ( Miller, 1987 ).
Menjadi sakit biasanya juga menimbulkan simpati
dan dukungan. Orang yg menerima penguatan
semacam ini saat sakit dimasa lalu cenderung belajar
untuk mengadopsi peran sakit bahkan saat ia sedang
tidak sakit ( Kendell, 1983 ).
31. 3. Teori Kognitif
Teoritikus kognitif telah berspekulasi bahwa
beberapa kasus hipokondriasis dpt mewakili sebuah
tipe dari strategi self- handicaping, suatu cara
menyalahkan kinerja yg rendah pada kesehatan yg
buruk.
Pada kasus- kasus lain, mengalihkan perhatian pada
keluhan fisik dpt menjadi suatu cara untuk
menghindari berpikir tentang masalah kehidupan yg
lain.
Penjelasan kognitif lain berfokus pada peran dari
pikiran yang terdistorsi.
32. 1.
Gangguan Konversi
Case report dan spekulasi klinis saat ini menjadi sumber
informasi penting dalam membantu orang-orang yang
mengalami gangguan ini. Pada analisa kasus, bukanlah
ide yang baik untuk meyakinkan mereka yang
mengalami gangguan ini bahwa gejala conversion yang
mereka alami berhubungan dengan faktor psikologis.
Pengetahuan klinis lebih menyajikan pendekatan yang
lembut dan suportif dengan memberikan reward bagi
kemajuan dalam proses pengobatan meeka (Simon dalam
Davidson, Neale, Kring, 2004).
Psikoanalisis berusaha mengungkap dan mengangkat
konflik tidak sadar yang berasal dari masa kecil ke dalam
perhatian kesadaran. Salah satunya adalah dengan “
hipnosis “.
33. 2. Gangguan Somatisasi
Psikoterapi dilakukan baik individual dan
kelompok. Dalam lingkungan psikoterapetik, pasien
dibantu untuk mengatasi gejalanya, untuk
mengekspresikan emosi yang mendasari dan untuk
mengembangkan strategi alternatif untuk
mengekspresikan perasaan mereka.
Pengobatan psikofarmakologis diindikasikan bila
gangguan somatisasi disertai dengan gangguan
penyerta (misalnya: gangguan mood, gangguan
depresi yang nyata, gangguan anxietas. Medikasi
harus dimonitor karena pasien dengan gangguan
somatisasi cenderung menggunakan obat secara
berlebihan dan tidak dapat dipercaya.
34. 3. Hipokondriasis
Secara umum, pendekatan cognitive-behavioral
terbukti efektif dalam mengurangi hypochondriasis.
Penelitian menujukkan bahwa penderita
hypochondriasis memperlihatkan bias kognitif
dalam melihat ancaman ketika berkaitan dengan isu
kesehatan.
Cognitive-Behavioral Therapy ( CBT ) dapat
bertujuan untuk mengubah pemikiran pesimistis.
Selain itu, pengobatan juga hendaknya dikaitkan
dengan strategi yang mengalihkan penderita
gangguan ini dari gejala-gejala tubuh dan
meyakinkan mereka untuk mencari kepastian medis
bahwa mereka tidak sakit.
35. 4. Gangguan Nyeri
1.
Terapi untuk Pain Disorder: Berdasarkan mutakhir,
biasanya tidak ada gunanya membuat perbedaan
yang tajam antara rasa nyeri psikogenik dan rasa
nyeri yang benar-benar di sebabkan oleh factor
medis, seperti cedera jaringan otot. Umumnya
diasumsikan bahwa rasa nyeri selalu mengandung
kedua komponen tersebut. penanganan yang efektif
cenderung terdiri dari hal-hal berikut:
Memvalidasikan bahwa rasa nyeri itu adalah nyata
dan bukan hanya ada dalam pikiran penderita.
36. 2. Relaxation training
3. Memberi reward kepada mereka yang
berperilaku tidak seperti orang yang mengalami
rasa nyeri. Secara umum disarankan untuk
mengubah fokus perhatian dari apa yang tidak
dapat dilakukan oleh penderita akibat rasa nyeri
yang dialaminya, tetapi mengajari penderita
bagaimana caranya menghadapi stress,
mendorong untuk mengerjakan aktivitas yang
lebih baik, dan meningkatkan kontrol diri,
terlepas dari keterbatasan fisik atau
ketidaknyamanan yang penderita rasakan.
37. 5. Gangguan Dismorfik Tubuh
Teknik kognitif- behavioral, paling sering memberikan
pemaparan terhadap pencegahan respon dan
rekonstruksi kognitif, juga mencapai hasil yg
memberikan harapan dalam menangani gangguan
dismorfik tubuh ( BDD ) ( Cororve & Gleaves, 2001 ).
Pemaparan dpt dilakukan dg secara sengaja
memunculkan kerusakan yg dipersepsikan di depan
umum, dan bukan menutupinya melalui penggunaan rias
wajah atau pakaian. Pencegahan respon berfokus pada
pemutusan ritual kompulsif, seperti memeriksa di depan
cermin ( ex : dg menutup semua cermin di rumah ) &
berdandan yg berlebihan
Dalam rekonstruksi kognitif, terapis menantang
keyakinan klien yg terdistorsi mengenai penampilan
fisiknya dg cara menyemangati mereka untuk
mengevaluasi keyakinan mereka dg bukti yg jelas.