SlideShare a Scribd company logo
Ai siti nurhasanah
Ria wahyuni
Ria ramadhani






Kata somatoform diambil dari bahasa yunani
soma yang berarti “tubuh”.
Dalam gangguan somatoform, orang memiliki
simtom fisik yg mengingatkan pada gangguan
fisik, namun tidak ada abnormalitas yg dapat
ditemukan sebagai penyebabnya.
Gangguan somatoform (somatoform disorder) di
asumsikan melibatkan berbagai macam kondisi
ketika konflik psikologis diterjemahkan menjadi
permasalahan atau keluhan secara fisik yang
menyebabkan stres dan kesulitan yang besar
dalam kehidupan seseorang.


Gangguan somatoform dianggap sebagai
gangguan psikologis daripada gangguan
fisik karena tidak ada abnormalitas fisik
yang dapat menjelaskan keluhan yang
terjadi pada tubuh.




Gangguan konversi melibatkan adanya
dorongan yang tidak dapat diterima atau konflik
yang sangat menyulitkan yang diterjemahkan ke
dalam simtom tubuh motorik atau sensorik yang
menyatakan adanya kondisi neurologis atau
medis lainnya.
Ciri yang utama dari gangguan ini adalah
kehilangan atau perubahan fungsi tubuh di luar
kemauan individu karena adanya konflik atau
kebutuhan psikologis yang menyebabkan
individu merasakan stres yang serius, atau tidak
dapat berfungsi secara normal dlm kehidupan
sosial, pekerjaan atau area penting lainnya.
Tiffany, seorang bankir berusia 32 tahun, berpikir bahwa ia telah
mengalami stres daripda yg dpt ditangani oleh satu orang. Ia
berpikir jika dirinya adalah orang yg selalu mengalami hal-hal
yg aneh dan ia biasanya menciptakan situasi tsb dari yg dpt
diharapkan. Pada suatu malam, ia mengendarai mobil dijalanan
yg penuh dengan salju, kemudian ia secara tidak sengaja
menabrak seorang pria tua yg sedang berjalan di sisi jalan yg
mengakibatkan cedera yg fatal. Pada bulan – bulan berikutnya,
ia terjebak dlm proses hukum yg memakan waktu, sehingga
perhatiannya teralihkan dari pekerjaannya dan menyebabkan
stres emosional yg besar dlm kehidupannya. Pada suatu senin
pagi, ia mendapati dirinya berjalan terhuyung – huyung di
sekitar kamar tidurnya, tidak bisa melihat apapun selain
bayangan benda- benda yg ada di kamarnya. Pada awalnya ia
mengira ia hanya mengalami kesulitan untuk bangun dari
tidurnya. Setelah pagi berjalan, ia kemudia menyadari jika ia
telah kehilangan penglihatannya. Ia menunggu dua hari sebelum
berkonsultasi dg dokter. Pada saat ia pergi menuju pertemuan
medisnya, ia memiliki keanehan karena kurangnya perhatian
terhadap yg tampaknya seperti kondisi fisik yg serius.






Diagnosis ini diberikan kpd org dgn satu
simtom atau lebih gangguan dgn
sendirinya mempengaruhi fungsi sensoris
dan motorik yg menandakan individu
berada dlm kondisi neurologis atau
kondisi medis umum.
Faktor psikologis dinilai berhubungan dgn
kondisi tsb yg dimulai atau diperparah
akibat adanya konflik atau stresor.
Kondisi tsb tdk secara sengaja diciptakan
atau dipalsukan








Stelah penyelidikan yg memadai, kondisi klien
tdk dpt diatribusikan dgn kondisi medis pd
umumnya, akibat penggunaan obt2 terlarang,
atau scara kultur memberikan sanksi kepada
prilaku atau pengalaman tersebut.
Kondisi tsb menyebabkan stres dan gangguan
yg signifikan atau membutuhkan evaluasi
medis.
Kondisi tsb tdk terbatas pd rasa sakit atau
disfungsi seksual atau tdk juga dapt dijelaskan
dgn gangguan mental lainnya.
Tipe-tipe kondisi mencakup: gangguan motorik,
ggn sensoris, kejang2 atau sawan, dan gangguan
campuran.




Gangguan somatisasi melibatkan
pengekspresian permasalahan psikologis
melalui permasalahan yg terjadi pada tubuh
yg tdk dpt dijelaskan oleh kondisi medis
apapun. Atau apakah kondisi tsb disebabkan
karena adanya pengaruh obat – obatan
tertentu.
Pada sebagian besar kasus, gangguan
somatisasi pertama kali muncul selama masa
remaja dan meningkat fluktuasinya
sepanjang rentang kehidupan, ketika terjadi
peristiwa yg menimbulkan stres dpt
menimbulkan intensifikasi episode simtom.
Helen, seorang wanita berusia 29 tahun, sedang mencari treatment
karena dokter mengatakan bahwa tidak ada yg dpt ia lakukan
untuk Helen. Ketika ditanyakan mengenai masalah kesehatannya,
Helen menceritakan serangkaian keluhan, termasuk seringnya ia
tidak dpt mengingat tentang peristiwa yg telah terjadi padanya dan
pada waktu yg lain penglihatannya menjadi kabur, sehingga ia
tidak dapat membaca huruf pd halaman cetak . Helen sangat suka
membaca & melakukan pekerjaan lain di sekitar rumahnya, tetapi ia
merasa mudah lelah & susah bernafas karena alasan yg tidak jelas.
Ia sering kali tidak bisa memakan makanan yg telah ia siapkan
karena ia akan merasa mual dan ingin muntah dg makanan apa
pun, bahkan hanya dg mencicipi bumbunya. Menurut suami Helen,
Helen telah kehilangan minat untuk melakukan hub. Intim dan
mereka hanya melakukan hub. Seksual sebanyak satu kali dlm
jangka waktu beberapa bulan sekali, biasanya atas desakan suami
Helen. Helen mengeluhkan kram yg sangat menyakitkan saat
periode menstruasi & pada saat yg lain, ia merasa bahwa “ dalam
dirinya merasa terbakar “. Karena sakit yg dirasakan di punggung,
kaki, dan dadanya, Helen ingin tetap berada di tempat tidur
sepanjang hari. Helen tinggal di sebuah rumah besar bergaya
Victoria yg jarang sekali ia dikelilingi “ karena saya harus berbaring
pada saat kaki saya sakit “.




Diagnosis ditujukan kpd orang yang bahkan
belum berusia 30 th yg telah memiliki banyak
keluhan fisik selama bertahun-tahun, sehingga
mereka mencari treatment atau mengalami
pengalaman yg tidak menyenangkan dlm
kehidupan sosial, pekerjaan & area fungsi penting
lainnya.
Individu ini mengalami simtom dari setiap empat
kategori berikut :
1.
2.

Sakit : memiliki setidaknya 4 simtom riwayat sakit ( pada
kepala, perut, punggung, dada, rektum )
Gastrointestinal : memiliki riwayat setidaknya dua
simtom gastrointestinal ( ex: mual, kembung, muntahmuntah, diare )
3. Seksual : memiliki riwayat setidaknya satu
simtom seksual atau reproduksi selain dari rasa
sakit ( ex : disfungsi ereksi atau ejakulasi,
menstruasi yg tdk teratur, pendarahan saat
menstruasi ).
4. Pseudoneurological : memiliki riwayat
setidaknya satu simtom atau gangguan yg
menandakan adanya kondisi neurologis yg tdk
terbatas pada rasa sakit ( ex: simtom konversi,
misalnya gangguan koordinasi/ keseimbangan,
paralisis/ kelemahan pd daerah ttt, kesulitan
menelan, halusinasi, kehilangan indra peraba/
sensasi terhadap rasa sakit, simtom disosiatif ).




Salah satu dari ( 1 ) simtom tdk dapat
diatribusikan seluruhnya dg kondisi
medis ttt atau karena penggunaan obatobatan ttt atau ( 2 ) jika terdapat kondisi
medis ttt, keluhan, atau gangguan fisik
merupakan hal yg dapat dipergunakan
untuk dapat memperkirakan apa yang
dapat terjadi.
Simtom – simtom tidak ditampilkan
secara sengaja.






Gejala utama gangguan nyeri adalah adanya
nyeri pada satu atau lebih tempat yang tidak
sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis
atau neurologis non psikiatrik.
Dalam gangguan nyeri, suatu bentuk rasa sakit
( yg menimbulkan stres atau gangguan
personal yg kuat ) merupakan fokus utama dari
keluhan medis yg disampaikan oleh pasien.
Orang dg gangguan nyeri menemukan jika
kehidupan mereka dihabiskan dg pengalaman
rasa sakit mereka dan usaha untuk mencari
kesembuhan.
Brian, seorang manajer toko berusia 48 tahun, memiliki keluhan selama
lebih dari tiga tahun mengenai sakit yg ia rasakan terus menerus pada
dua bagian yg berbeda dari tubuhnya, yaitu kaki dan giginya. Pada
suatu waktu, rasa sakit yg ia rasakan sangat hebat, sehingga ia harus
menghabiskan sepanjang harinya dg terbaring terlentang di
rumahnya. Ia telah mengunjungi sejumlah dokter gigi dan dokter
spesialis kaki yg tidak dpt menemukan penyebab medis yg dpt
didiagnosis atas keluhannya tsb. Meskipun sejumlah dokter
mengatakan jika simtom ini pertama kali muncul setelah perceraian
Brian yg menyakitkan, Brian tidak dpt dan tidak bersedia mengakui
bahwa mungkin terdapat hub. Antara kedua hal tsb. Brian sering kali
tidak masuk bekerja & berada di ambang resiko kehilangan
pekerjaannya. Kemungkinan ini membuatnya ketakutan karena
alasan finansial & emosional. Ia telah bekerja sejak usia 19 tahun,
memulai kariernya di bidang perdagangan sebagai pegawai
pengiriman barang bagi perusahaan besar eceran yg memberikan
diskon. Brian mengalami peningkatan karier menuju posisi manajer
yg saat ini ditempatinya & saat ini ia ketakutan tidak dpt mencari
pekerjaan lain atau dpt mengalami keberhasilan lagi sbg pegawai.









Orang dg kondisi ini mengeluhkan rasa sakit pada
satu tempat atau lebih yg cukup parah, sehingga
membutuhkan perhatian klinis.
Rasa sakit mengakibatkan stres atau impairment yg
signifikan.
Faktor psikologis dinilai memiliki peran yg penting
atas serangan, tingkat keparahan, penambahan, atau
menetapnya rasa sakit.
Rasa sakit yg dirasakan tidak sengaja dimunculkan
atau dipalsukan
Kondisi ini sebaiknya tidak dimasukkan kedalam
gangguan mental lainnya.
Tipe gangguan ini adalah ( 1 ) akut jika terjadi kurang
dari 6 bulan atau ( 2 ) kronis jika terjadi selama 6
bulan atau lebih.






Penderita terpaku pada kerusakan fisik
yang dibayangkan atau dibesar-besarkan
dalam hal penampilan mereka.
Orang dg gangguan dismorfik tubuh terlalu
disibukkan, bahkan hampir pada titik
mengalami delusi, dg gagasan jika tubuh
mereka jelek atau cacat.
Sebagian besar kekhawatiran pada orangorang yang mengalami gangguan ini lebih
bersifat imajinasi.
Lydia adalah seorang wanita berusia 43 tahun yg
dianjurkan untuk mendatangi ahli klinik kesehatan
mental oleh ahli bedah lokal. Delapan tahun
belakangan ini, Lydia telah mendatangi tempat
bedah plastik di berbagai penjuru negara untuk
menemukan sso yg melakukan bedah plastik
untuk memperkecil ukuran tangannya yg
diyakininya terlalu gendut. Sampai operasi ini
dilakukan, ia tidak akan meninggalkan rumahnya
tanpa menggunakan sarung tangan. Ahli bedah
plastik meminta persetujuan anggota keluarga &
teman – teman Lydia bahwa persepsi Lydia
mengenai tangannya mengalami penyimpangan
dan melakukan operasi bedah plastik merupakan
tindakan yg tidak tepat serta tidak bertanggung
jawab.






Orang dg kondisi ini disibukkan dengan
gambaran adanya kekurangan pada
penampilan mereka. Bahkan, jika ada
kekurangan kecil, maka kekhawatiran
mereka menjadi menjadi berlebihan.
Perhatian mereka yg berlebihan
menyebabkan stres dan gangguan.
Perhatian mereka yg berlebihan sebaiknya
tidak dimasukkan ke dalam gangguan
mental lainnya seperti anoreksia nervosa.






Orang dg hipokondriasis ( hypochondrriasis ) meyakini
atau memiliki ketakutan jika mereka memiliki penyakit
yg serius, sedangkan pada kenyataannya mereka
hanya mengalami reaksi tubuh yg normal. Misalnya,
sakit perut yg biasanya hanya terjadi selama satu hari
dpt membuat wanita dg hipokondriasis merasa cemas
jika sakitnya telah berkembang menjadi kanker perut.
Tidak seperti gangguan konversi atau gangguan
somatis, hipokondriasis tidak melibatkan disfungsi
tubuh yg ekstrem atau simtom medis yg tidak dapat
dijelaskan. Sebaliknya, orang dg hipokondriasis keliru
dlm menafsirkan atau membesar-besarkan
permasalahan normal yg terjadi pada tubuh mereka.
Orang dg hipokondriasis tidak menunjukkan la belle
indifference ( ketidakpedulian yang indah ) yg dialami
oleh individu yg menderita simtom kecemasan yg
parah atau depresi ( Gureje, Ustun, & Simon, 1997 ).
Robert (38) adalah seorang ahli radiologi (ilmu kedokteran untuk
melihat bagian dalam tubuh manusia menggunakan pancaran atau
radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik maupun
gelombang mekanik). Ia baru saja pulang dari kunjungan selama 10
hari di sebuah pusat diagnostik terkenal di mana ia menjalani
pengujian ekstensif untuk seluruh sistem pencernaannya. Evaluasi
membuktikan tanda negatif untuk penyakit fisik apapun,
namun bukannya merasa lega, ia tampak marah dan kecewa dengan
penemuan tersebut.Ia telah merasa terganggu selama beberapa
bulan dengan berbagai simtom fisik yang digambarkannya sebagai
simtom-simtom yang berupa nyeri perut ringan, terasa “penuh”,
“isi perut yang bergemuruh” dan perasaan akan “isi perut yang
keras”. Ia menjadi yakin bahwa simtom-simtom ini disebabkan oleh
kanker usus besar dan ia menjadi terbiasa untuk menguji sampel
darahnya setiap minggu dan secara hati-hati memeriksakan
perutnya akan “massa” yang terdapat di dalamnya saat terlentang
di tempat tidur setiap beberapa hari sekali. Ia juga secara diam-diam
melakukan penelitian X-ray pada dirinya sendiri di luar jam kantor.
Ada sejarah getaran jantung yang tidak normal yang dideteksi saat ia
berusia 13 tahun dan adik laki-lakinya meninggal karena penyakit
jantung bawaan di awal masa kanak-kanak. Saat evaluasi, getaran
jantungnya terbukti tidak berbahaya, ia malah mulai
khawatir bahwa ada sesuatu yang lupa diperiksa.
Ia mengembangkan ketakutan bahwa ada sesuatu yang benar-benar
salah dengan jantungnya. Dan saat ketakutan tersebut benar-benar
dapat dikesampingkan, hal itu tidak pernah benar-benar hilang. Sewaktu
di sekolah kedokteran ia khawatir akan penyakit-penyakit yang dipelajari
di kelas patologi.
Sejak lulus, ia seringkali memperhatikan kesehatannya dan memiliki
pola khas: menyadari keberadaan simtom tertentu, menjadi terfokus pada
kemungkinan arti dari simtom tersebut dan menjalani evaluasi fisik
yang terbukti negatif.
Keputusannya untuk mencari konsultasi psikiatrik diawali oleh kejadian
dengan anak laki-lakinya yang berusia 9 tahun. Anaknya secara tidak
sengaja berjalan di dekatnya saat ia memeriksa perutnya dan
bertanya,”Sekarang apalagi menurutmu, Ayah?”. Ia menangis saat
bercerita tentang kejadian itu, menggambarkan persaan malu dan
marahnya yang sebagian besar terhadap dirinya sendiri.






Orang dg gangguan ini disibukkan oleh
ketakutan jika mereka memiliki penyakit yg
serius, atau terhadap gagasan hal tsb yg
disebabkan interpretasi mereka yg keliru
terhadap simtom tubuh.
Mereka tetap disibukkan dengan ketakutan
mereka meskipun telah ada evaluasi medis yg
tepat atau individu telah diyakini oleh pihak
medis.
Kekhawatiran mereka tidak berhubungan dg
intensitas delusi atau secara khusus
berhubungan dengan kekhawatiran terhadap
penampilan.






Kesibukan mereka terhadap ketakutan
menyebabkan stres atau gangguan yg
signifikan.
Gangguan ini terjadi setidaknya selama 6
bulan.
Ketakutan mereka sebaiknya tidak
diperhitungkan dg gangguan mental
lainnya.
1.

2.

Malingering : kesengajaan memalsukan simtom
penyakit fisik atau gangguan psikologis dg motif
tersembunyi. Contoh : Alex yg memiliki luka kecil
dalam sebuah kecelakaan mobil mengatakan jika ia
telah mengalami disfungsi memori yg serius atau ia
mengatakan saat ini ia mengalami simtom
gangguan pasca trauma.
Factitious Disorder : orang memalsukan simtom atau
gangguan, bukan karena ada tujuan untuk
mendapatkan keuntungan ttt, tetapi karena adanya
kebutuhan dlm diri individu untuk
mempertahankan peran sakit. Contoh :
Munchaunsen syndrome




Orang yg pura – pura sakit ( malinger ) secara
sengaja memalsukan atau secara berlebihan
membesar-besarkan simtom psikologis atau
fisik.
Mereka dimotivasi oleh keuntungan tertentu,
seperti menghindari tugas militer, pekerjaan,
mendapatkan kompensasi finansial,
menghindari tuntutan kriminal, dan
mendapatkan pengobatan yg tidak
dibutuhkan.








Label ini diberikan kepada orang yg dengan
sengaja menampilkan atau memalsukan
simtom fisik atau psikologis.
Motivasi dari individu ini adalah untuk
mendapatkan peran sakit.
Tidak ada keuntungan eksternal, seperti
keuntungan ekonomi atau menghindari
tanggung jawab.
Sebagian besar simtom dapat berupa simtom
paikologis, fisik, atau kombinasi dari
keduanya.
1.

Teori Psikodinamika

Charcot, Breurer, & Freud memberikan kontribusi pada
keyakinan bahwa penyebab histeria bersifat psikologis
dan bukan fisik.
 Freud meyakini bahwa ego berfungsi untuk mengontrol
impuls seksual dan agresif yg mengancam atau tidak
dapat diterima yg timbul dari id melalui mekanisme
pertahanan diri seperti represi. Kontrol seperti ini
menghambat timbulnya kecemasan yg akan terjadi bila
orang tersebut menjadi sadar akan adanya impulsimpuls itu.
 Pada sejumlah kasus, emosi yg “ tertahan “ atau “
dipotong “, dari impuls yg mengancam dikonversikan ke
dalam simtom fisik, seperti kelumpuhan dan kebutaan
histerikal.



Menurut teori psikodinamika, simtom histerikal
memiliki fungsi : Memberikan orang tsb keuntungan
primer dan keuntungan sekunder.
a.

b.

Keuntungan primer : Hilangnya kecemasan yg
mendasar yg diperoleh dari berkembangnya simtom –
simtom neurotik. Contoh : kelumpuhan histerikal dari
sebuah lengan dpt menyimbolkan dan juga mencegah
individu untuk mengekspresikan impuls seksual ( ex :
masturbasi ).
Keuntungan sekunder : keuntungan sampingan yg
dihubungkan dg gangguan neurotis atau lainnya,
seperti ekspresi simpati, perhatian, yg meningkat, dan
terbebas dari tanggung jawab.
2. Teori Belajar
Dalam pandangan teori belajar, simtom dari
gangguan konversi dan gangguan somatoform
lainnya juga membawa keuntungan, atau hal – hal
yg me – reinforcing, pada “ peran sakit “. Orang dg
gangguan konversi dpt terbebaskan dari tugas atau
tanggung jawab seperti pergi kerja atau melakukan
tugas rumah tangga ( Miller, 1987 ).
 Menjadi sakit biasanya juga menimbulkan simpati
dan dukungan. Orang yg menerima penguatan
semacam ini saat sakit dimasa lalu cenderung belajar
untuk mengadopsi peran sakit bahkan saat ia sedang
tidak sakit ( Kendell, 1983 ).

3. Teori Kognitif






Teoritikus kognitif telah berspekulasi bahwa
beberapa kasus hipokondriasis dpt mewakili sebuah
tipe dari strategi self- handicaping, suatu cara
menyalahkan kinerja yg rendah pada kesehatan yg
buruk.
Pada kasus- kasus lain, mengalihkan perhatian pada
keluhan fisik dpt menjadi suatu cara untuk
menghindari berpikir tentang masalah kehidupan yg
lain.
Penjelasan kognitif lain berfokus pada peran dari
pikiran yang terdistorsi.
1.

Gangguan Konversi

Case report dan spekulasi klinis saat ini menjadi sumber
informasi penting dalam membantu orang-orang yang
mengalami gangguan ini. Pada analisa kasus, bukanlah
ide yang baik untuk meyakinkan mereka yang
mengalami gangguan ini bahwa gejala conversion yang
mereka alami berhubungan dengan faktor psikologis.
Pengetahuan klinis lebih menyajikan pendekatan yang
lembut dan suportif dengan memberikan reward bagi
kemajuan dalam proses pengobatan meeka (Simon dalam
Davidson, Neale, Kring, 2004).
 Psikoanalisis berusaha mengungkap dan mengangkat
konflik tidak sadar yang berasal dari masa kecil ke dalam
perhatian kesadaran. Salah satunya adalah dengan “
hipnosis “.

2. Gangguan Somatisasi




Psikoterapi dilakukan baik individual dan
kelompok. Dalam lingkungan psikoterapetik, pasien
dibantu untuk mengatasi gejalanya, untuk
mengekspresikan emosi yang mendasari dan untuk
mengembangkan strategi alternatif untuk
mengekspresikan perasaan mereka.
Pengobatan psikofarmakologis diindikasikan bila
gangguan somatisasi disertai dengan gangguan
penyerta (misalnya: gangguan mood, gangguan
depresi yang nyata, gangguan anxietas. Medikasi
harus dimonitor karena pasien dengan gangguan
somatisasi cenderung menggunakan obat secara
berlebihan dan tidak dapat dipercaya.
3. Hipokondriasis




Secara umum, pendekatan cognitive-behavioral
terbukti efektif dalam mengurangi hypochondriasis.
Penelitian menujukkan bahwa penderita
hypochondriasis memperlihatkan bias kognitif
dalam melihat ancaman ketika berkaitan dengan isu
kesehatan.
Cognitive-Behavioral Therapy ( CBT ) dapat
bertujuan untuk mengubah pemikiran pesimistis.
Selain itu, pengobatan juga hendaknya dikaitkan
dengan strategi yang mengalihkan penderita
gangguan ini dari gejala-gejala tubuh dan
meyakinkan mereka untuk mencari kepastian medis
bahwa mereka tidak sakit.
4. Gangguan Nyeri


1.

Terapi untuk Pain Disorder: Berdasarkan mutakhir,
biasanya tidak ada gunanya membuat perbedaan
yang tajam antara rasa nyeri psikogenik dan rasa
nyeri yang benar-benar di sebabkan oleh factor
medis, seperti cedera jaringan otot. Umumnya
diasumsikan bahwa rasa nyeri selalu mengandung
kedua komponen tersebut. penanganan yang efektif
cenderung terdiri dari hal-hal berikut:
Memvalidasikan bahwa rasa nyeri itu adalah nyata
dan bukan hanya ada dalam pikiran penderita.
2. Relaxation training
3. Memberi reward kepada mereka yang
berperilaku tidak seperti orang yang mengalami
rasa nyeri. Secara umum disarankan untuk
mengubah fokus perhatian dari apa yang tidak
dapat dilakukan oleh penderita akibat rasa nyeri
yang dialaminya, tetapi mengajari penderita
bagaimana caranya menghadapi stress,
mendorong untuk mengerjakan aktivitas yang
lebih baik, dan meningkatkan kontrol diri,
terlepas dari keterbatasan fisik atau
ketidaknyamanan yang penderita rasakan.
5. Gangguan Dismorfik Tubuh

Teknik kognitif- behavioral, paling sering memberikan
pemaparan terhadap pencegahan respon dan
rekonstruksi kognitif, juga mencapai hasil yg
memberikan harapan dalam menangani gangguan
dismorfik tubuh ( BDD ) ( Cororve & Gleaves, 2001 ).
Pemaparan dpt dilakukan dg secara sengaja
memunculkan kerusakan yg dipersepsikan di depan
umum, dan bukan menutupinya melalui penggunaan rias
wajah atau pakaian. Pencegahan respon berfokus pada
pemutusan ritual kompulsif, seperti memeriksa di depan
cermin ( ex : dg menutup semua cermin di rumah ) &
berdandan yg berlebihan
 Dalam rekonstruksi kognitif, terapis menantang
keyakinan klien yg terdistorsi mengenai penampilan
fisiknya dg cara menyemangati mereka untuk
mengevaluasi keyakinan mereka dg bukti yg jelas.

Gangguan somatoform 6

More Related Content

What's hot

Teknik dasar komunikasi dalam konseling
Teknik dasar komunikasi dalam konselingTeknik dasar komunikasi dalam konseling
Teknik dasar komunikasi dalam konselingAna Minnie
 
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan NeurotikPerbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Lena Setianingsih
 
Gangguan mental organik
Gangguan mental organikGangguan mental organik
Gangguan mental organik
fikri asyura
 
Tahap tahap terapi keluarga
Tahap tahap terapi keluargaTahap tahap terapi keluarga
Tahap tahap terapi keluarga
Cherly Samosir
 
Cedera kepala
Cedera kepalaCedera kepala
Cedera kepala
yus rendra
 
Presentasi sistem visual
Presentasi sistem visualPresentasi sistem visual
Presentasi sistem visualRidwan Laksono
 
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)mncgita
 
Pertemuan ke-2 Tipologi berdasarkan Temperamen
Pertemuan ke-2 Tipologi berdasarkan TemperamenPertemuan ke-2 Tipologi berdasarkan Temperamen
Pertemuan ke-2 Tipologi berdasarkan Temperamen
Vivia Maya Rafica
 
Retardasi mental (i)
Retardasi mental (i)Retardasi mental (i)
Retardasi mental (i)dadadony
 
Teori stimulus respon hull, dollard & miller
Teori stimulus respon hull, dollard & millerTeori stimulus respon hull, dollard & miller
Teori stimulus respon hull, dollard & millerelmakrufi
 
F 44 gangguan disosiatif (konversi)
F 44 gangguan disosiatif (konversi)F 44 gangguan disosiatif (konversi)
F 44 gangguan disosiatif (konversi)Elissa Lisencia
 
Tenosynovitis supuratif
Tenosynovitis supuratifTenosynovitis supuratif
Tenosynovitis supuratifvonysafitri
 
Stress Management _Materi Training "TIME & STRESS MANAGEMENT"
Stress Management  _Materi Training "TIME & STRESS MANAGEMENT"Stress Management  _Materi Training "TIME & STRESS MANAGEMENT"
Stress Management _Materi Training "TIME & STRESS MANAGEMENT"
Kanaidi ken
 
Pendekatan client centered
Pendekatan client centeredPendekatan client centered
ppt psikologi Depresi
ppt psikologi Depresippt psikologi Depresi
ppt psikologi Depresi
M. Nurcholis | SMA N 1 KALIORANG
 

What's hot (20)

Teknik dasar komunikasi dalam konseling
Teknik dasar komunikasi dalam konselingTeknik dasar komunikasi dalam konseling
Teknik dasar komunikasi dalam konseling
 
Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan egoMekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan ego
 
Apa itu nyeri, perinsip dasar nurs
Apa itu nyeri, perinsip dasar nursApa itu nyeri, perinsip dasar nurs
Apa itu nyeri, perinsip dasar nurs
 
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan NeurotikPerbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
 
Gangguan mental organik
Gangguan mental organikGangguan mental organik
Gangguan mental organik
 
Tahap tahap terapi keluarga
Tahap tahap terapi keluargaTahap tahap terapi keluarga
Tahap tahap terapi keluarga
 
Cedera kepala
Cedera kepalaCedera kepala
Cedera kepala
 
Gangguan somatoform
Gangguan somatoformGangguan somatoform
Gangguan somatoform
 
Presentasi sistem visual
Presentasi sistem visualPresentasi sistem visual
Presentasi sistem visual
 
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
 
Pertemuan ke-2 Tipologi berdasarkan Temperamen
Pertemuan ke-2 Tipologi berdasarkan TemperamenPertemuan ke-2 Tipologi berdasarkan Temperamen
Pertemuan ke-2 Tipologi berdasarkan Temperamen
 
Retardasi mental (i)
Retardasi mental (i)Retardasi mental (i)
Retardasi mental (i)
 
Teori stimulus respon hull, dollard & miller
Teori stimulus respon hull, dollard & millerTeori stimulus respon hull, dollard & miller
Teori stimulus respon hull, dollard & miller
 
F 44 gangguan disosiatif (konversi)
F 44 gangguan disosiatif (konversi)F 44 gangguan disosiatif (konversi)
F 44 gangguan disosiatif (konversi)
 
Tenosynovitis supuratif
Tenosynovitis supuratifTenosynovitis supuratif
Tenosynovitis supuratif
 
Stress Management _Materi Training "TIME & STRESS MANAGEMENT"
Stress Management  _Materi Training "TIME & STRESS MANAGEMENT"Stress Management  _Materi Training "TIME & STRESS MANAGEMENT"
Stress Management _Materi Training "TIME & STRESS MANAGEMENT"
 
Pendekatan client centered
Pendekatan client centeredPendekatan client centered
Pendekatan client centered
 
ppt psikologi Depresi
ppt psikologi Depresippt psikologi Depresi
ppt psikologi Depresi
 
Hematothorak
HematothorakHematothorak
Hematothorak
 
Etika konseling
Etika konselingEtika konseling
Etika konseling
 

Similar to Gangguan somatoform 6

Gangguan somatoform 6
Gangguan somatoform 6Gangguan somatoform 6
Gangguan somatoform 6Ai Siti NH
 
SOMATOFORM DISORDER
SOMATOFORM DISORDERSOMATOFORM DISORDER
Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)
Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)
Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)
Lautan Jiwa
 
Somatoform Disorder
Somatoform DisorderSomatoform Disorder
Somatoform DisorderAmy Puspita
 
Gangguan jiwa berat
Gangguan jiwa beratGangguan jiwa berat
Gangguan jiwa berat
Amalia Senja
 
Perasaan kehilangan dan berduka pada kondisi rentan
Perasaan kehilangan dan berduka pada kondisi rentanPerasaan kehilangan dan berduka pada kondisi rentan
Perasaan kehilangan dan berduka pada kondisi rentan
DikaYanuar1
 
Gangguan_Mood dan kesehatan mental.pptx.
Gangguan_Mood dan kesehatan mental.pptx.Gangguan_Mood dan kesehatan mental.pptx.
Gangguan_Mood dan kesehatan mental.pptx.
NurRakhmantoHeryana
 
Gangguan_Mood dan kesehatan mental.pptx.
Gangguan_Mood dan kesehatan mental.pptx.Gangguan_Mood dan kesehatan mental.pptx.
Gangguan_Mood dan kesehatan mental.pptx.
NurRakhmantoHeryana
 
Depresi postpartuM
Depresi postpartuMDepresi postpartuM
Depresi postpartuM
Buddifm
 
Pengertian psikologi
Pengertian psikologiPengertian psikologi
Pengertian psikologi
Operator Warnet Vast Raha
 
fdokumen.com_gangguan-mood-55d299958ee36.ppt
fdokumen.com_gangguan-mood-55d299958ee36.pptfdokumen.com_gangguan-mood-55d299958ee36.ppt
fdokumen.com_gangguan-mood-55d299958ee36.ppt
ZiaDr1
 
materi Penyuluhan Puskesmas Godean 2_Pengenalan Kesehatan Jiwa (1).pdf
materi Penyuluhan Puskesmas Godean 2_Pengenalan Kesehatan Jiwa (1).pdfmateri Penyuluhan Puskesmas Godean 2_Pengenalan Kesehatan Jiwa (1).pdf
materi Penyuluhan Puskesmas Godean 2_Pengenalan Kesehatan Jiwa (1).pdf
LaksamanaOlanEsOrlan
 
Konsep umum penyakit
Konsep umum penyakitKonsep umum penyakit
Konsep umum penyakit
Rizal_mz
 
keswa dan RBM.pptx
keswa dan RBM.pptxkeswa dan RBM.pptx
keswa dan RBM.pptx
FitriNurHidayah9
 
Psikosomatik
PsikosomatikPsikosomatik
Psikosomatik
YudiSiswanto5
 
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi KesehatanKonsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi KesehatanSariana Csg
 
5 kesehatan mental ok.pptx
5 kesehatan mental ok.pptx5 kesehatan mental ok.pptx
5 kesehatan mental ok.pptx
marsiwaru
 

Similar to Gangguan somatoform 6 (20)

Gangguan somatoform 6
Gangguan somatoform 6Gangguan somatoform 6
Gangguan somatoform 6
 
SOMATOFORM DISORDER
SOMATOFORM DISORDERSOMATOFORM DISORDER
SOMATOFORM DISORDER
 
Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)
Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)
Macam-Macam Gangguan Jiwa - oleh dr. Ida Rochmawati, SpKJ(K)
 
Somatoform Disorder
Somatoform DisorderSomatoform Disorder
Somatoform Disorder
 
Gangguan jiwa berat
Gangguan jiwa beratGangguan jiwa berat
Gangguan jiwa berat
 
25057228 gangguan-somatisasi
25057228 gangguan-somatisasi25057228 gangguan-somatisasi
25057228 gangguan-somatisasi
 
F45 gangguan somatofrom
F45 gangguan somatofromF45 gangguan somatofrom
F45 gangguan somatofrom
 
Perasaan kehilangan dan berduka pada kondisi rentan
Perasaan kehilangan dan berduka pada kondisi rentanPerasaan kehilangan dan berduka pada kondisi rentan
Perasaan kehilangan dan berduka pada kondisi rentan
 
Gangguan_Mood dan kesehatan mental.pptx.
Gangguan_Mood dan kesehatan mental.pptx.Gangguan_Mood dan kesehatan mental.pptx.
Gangguan_Mood dan kesehatan mental.pptx.
 
Gangguan_Mood dan kesehatan mental.pptx.
Gangguan_Mood dan kesehatan mental.pptx.Gangguan_Mood dan kesehatan mental.pptx.
Gangguan_Mood dan kesehatan mental.pptx.
 
Depresi postpartuM
Depresi postpartuMDepresi postpartuM
Depresi postpartuM
 
Pengertian psikologi
Pengertian psikologiPengertian psikologi
Pengertian psikologi
 
fdokumen.com_gangguan-mood-55d299958ee36.ppt
fdokumen.com_gangguan-mood-55d299958ee36.pptfdokumen.com_gangguan-mood-55d299958ee36.ppt
fdokumen.com_gangguan-mood-55d299958ee36.ppt
 
materi Penyuluhan Puskesmas Godean 2_Pengenalan Kesehatan Jiwa (1).pdf
materi Penyuluhan Puskesmas Godean 2_Pengenalan Kesehatan Jiwa (1).pdfmateri Penyuluhan Puskesmas Godean 2_Pengenalan Kesehatan Jiwa (1).pdf
materi Penyuluhan Puskesmas Godean 2_Pengenalan Kesehatan Jiwa (1).pdf
 
Konsep umum penyakit
Konsep umum penyakitKonsep umum penyakit
Konsep umum penyakit
 
keswa dan RBM.pptx
keswa dan RBM.pptxkeswa dan RBM.pptx
keswa dan RBM.pptx
 
Psikosomatik
PsikosomatikPsikosomatik
Psikosomatik
 
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi KesehatanKonsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
Konsep Sehat dan Sakit dalam Epidemiologi Kesehatan
 
5 kesehatan mental ok.pptx
5 kesehatan mental ok.pptx5 kesehatan mental ok.pptx
5 kesehatan mental ok.pptx
 
Depresi point AKPER PEMKAB MUNA
Depresi point AKPER PEMKAB MUNA Depresi point AKPER PEMKAB MUNA
Depresi point AKPER PEMKAB MUNA
 

Gangguan somatoform 6

  • 1. Ai siti nurhasanah Ria wahyuni Ria ramadhani
  • 2.    Kata somatoform diambil dari bahasa yunani soma yang berarti “tubuh”. Dalam gangguan somatoform, orang memiliki simtom fisik yg mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas yg dapat ditemukan sebagai penyebabnya. Gangguan somatoform (somatoform disorder) di asumsikan melibatkan berbagai macam kondisi ketika konflik psikologis diterjemahkan menjadi permasalahan atau keluhan secara fisik yang menyebabkan stres dan kesulitan yang besar dalam kehidupan seseorang.
  • 3.  Gangguan somatoform dianggap sebagai gangguan psikologis daripada gangguan fisik karena tidak ada abnormalitas fisik yang dapat menjelaskan keluhan yang terjadi pada tubuh.
  • 4.
  • 5.   Gangguan konversi melibatkan adanya dorongan yang tidak dapat diterima atau konflik yang sangat menyulitkan yang diterjemahkan ke dalam simtom tubuh motorik atau sensorik yang menyatakan adanya kondisi neurologis atau medis lainnya. Ciri yang utama dari gangguan ini adalah kehilangan atau perubahan fungsi tubuh di luar kemauan individu karena adanya konflik atau kebutuhan psikologis yang menyebabkan individu merasakan stres yang serius, atau tidak dapat berfungsi secara normal dlm kehidupan sosial, pekerjaan atau area penting lainnya.
  • 6. Tiffany, seorang bankir berusia 32 tahun, berpikir bahwa ia telah mengalami stres daripda yg dpt ditangani oleh satu orang. Ia berpikir jika dirinya adalah orang yg selalu mengalami hal-hal yg aneh dan ia biasanya menciptakan situasi tsb dari yg dpt diharapkan. Pada suatu malam, ia mengendarai mobil dijalanan yg penuh dengan salju, kemudian ia secara tidak sengaja menabrak seorang pria tua yg sedang berjalan di sisi jalan yg mengakibatkan cedera yg fatal. Pada bulan – bulan berikutnya, ia terjebak dlm proses hukum yg memakan waktu, sehingga perhatiannya teralihkan dari pekerjaannya dan menyebabkan stres emosional yg besar dlm kehidupannya. Pada suatu senin pagi, ia mendapati dirinya berjalan terhuyung – huyung di sekitar kamar tidurnya, tidak bisa melihat apapun selain bayangan benda- benda yg ada di kamarnya. Pada awalnya ia mengira ia hanya mengalami kesulitan untuk bangun dari tidurnya. Setelah pagi berjalan, ia kemudia menyadari jika ia telah kehilangan penglihatannya. Ia menunggu dua hari sebelum berkonsultasi dg dokter. Pada saat ia pergi menuju pertemuan medisnya, ia memiliki keanehan karena kurangnya perhatian terhadap yg tampaknya seperti kondisi fisik yg serius.
  • 7.    Diagnosis ini diberikan kpd org dgn satu simtom atau lebih gangguan dgn sendirinya mempengaruhi fungsi sensoris dan motorik yg menandakan individu berada dlm kondisi neurologis atau kondisi medis umum. Faktor psikologis dinilai berhubungan dgn kondisi tsb yg dimulai atau diperparah akibat adanya konflik atau stresor. Kondisi tsb tdk secara sengaja diciptakan atau dipalsukan
  • 8.     Stelah penyelidikan yg memadai, kondisi klien tdk dpt diatribusikan dgn kondisi medis pd umumnya, akibat penggunaan obt2 terlarang, atau scara kultur memberikan sanksi kepada prilaku atau pengalaman tersebut. Kondisi tsb menyebabkan stres dan gangguan yg signifikan atau membutuhkan evaluasi medis. Kondisi tsb tdk terbatas pd rasa sakit atau disfungsi seksual atau tdk juga dapt dijelaskan dgn gangguan mental lainnya. Tipe-tipe kondisi mencakup: gangguan motorik, ggn sensoris, kejang2 atau sawan, dan gangguan campuran.
  • 9.   Gangguan somatisasi melibatkan pengekspresian permasalahan psikologis melalui permasalahan yg terjadi pada tubuh yg tdk dpt dijelaskan oleh kondisi medis apapun. Atau apakah kondisi tsb disebabkan karena adanya pengaruh obat – obatan tertentu. Pada sebagian besar kasus, gangguan somatisasi pertama kali muncul selama masa remaja dan meningkat fluktuasinya sepanjang rentang kehidupan, ketika terjadi peristiwa yg menimbulkan stres dpt menimbulkan intensifikasi episode simtom.
  • 10. Helen, seorang wanita berusia 29 tahun, sedang mencari treatment karena dokter mengatakan bahwa tidak ada yg dpt ia lakukan untuk Helen. Ketika ditanyakan mengenai masalah kesehatannya, Helen menceritakan serangkaian keluhan, termasuk seringnya ia tidak dpt mengingat tentang peristiwa yg telah terjadi padanya dan pada waktu yg lain penglihatannya menjadi kabur, sehingga ia tidak dapat membaca huruf pd halaman cetak . Helen sangat suka membaca & melakukan pekerjaan lain di sekitar rumahnya, tetapi ia merasa mudah lelah & susah bernafas karena alasan yg tidak jelas. Ia sering kali tidak bisa memakan makanan yg telah ia siapkan karena ia akan merasa mual dan ingin muntah dg makanan apa pun, bahkan hanya dg mencicipi bumbunya. Menurut suami Helen, Helen telah kehilangan minat untuk melakukan hub. Intim dan mereka hanya melakukan hub. Seksual sebanyak satu kali dlm jangka waktu beberapa bulan sekali, biasanya atas desakan suami Helen. Helen mengeluhkan kram yg sangat menyakitkan saat periode menstruasi & pada saat yg lain, ia merasa bahwa “ dalam dirinya merasa terbakar “. Karena sakit yg dirasakan di punggung, kaki, dan dadanya, Helen ingin tetap berada di tempat tidur sepanjang hari. Helen tinggal di sebuah rumah besar bergaya Victoria yg jarang sekali ia dikelilingi “ karena saya harus berbaring pada saat kaki saya sakit “.
  • 11.   Diagnosis ditujukan kpd orang yang bahkan belum berusia 30 th yg telah memiliki banyak keluhan fisik selama bertahun-tahun, sehingga mereka mencari treatment atau mengalami pengalaman yg tidak menyenangkan dlm kehidupan sosial, pekerjaan & area fungsi penting lainnya. Individu ini mengalami simtom dari setiap empat kategori berikut : 1. 2. Sakit : memiliki setidaknya 4 simtom riwayat sakit ( pada kepala, perut, punggung, dada, rektum ) Gastrointestinal : memiliki riwayat setidaknya dua simtom gastrointestinal ( ex: mual, kembung, muntahmuntah, diare )
  • 12. 3. Seksual : memiliki riwayat setidaknya satu simtom seksual atau reproduksi selain dari rasa sakit ( ex : disfungsi ereksi atau ejakulasi, menstruasi yg tdk teratur, pendarahan saat menstruasi ). 4. Pseudoneurological : memiliki riwayat setidaknya satu simtom atau gangguan yg menandakan adanya kondisi neurologis yg tdk terbatas pada rasa sakit ( ex: simtom konversi, misalnya gangguan koordinasi/ keseimbangan, paralisis/ kelemahan pd daerah ttt, kesulitan menelan, halusinasi, kehilangan indra peraba/ sensasi terhadap rasa sakit, simtom disosiatif ).
  • 13.   Salah satu dari ( 1 ) simtom tdk dapat diatribusikan seluruhnya dg kondisi medis ttt atau karena penggunaan obatobatan ttt atau ( 2 ) jika terdapat kondisi medis ttt, keluhan, atau gangguan fisik merupakan hal yg dapat dipergunakan untuk dapat memperkirakan apa yang dapat terjadi. Simtom – simtom tidak ditampilkan secara sengaja.
  • 14.    Gejala utama gangguan nyeri adalah adanya nyeri pada satu atau lebih tempat yang tidak sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis atau neurologis non psikiatrik. Dalam gangguan nyeri, suatu bentuk rasa sakit ( yg menimbulkan stres atau gangguan personal yg kuat ) merupakan fokus utama dari keluhan medis yg disampaikan oleh pasien. Orang dg gangguan nyeri menemukan jika kehidupan mereka dihabiskan dg pengalaman rasa sakit mereka dan usaha untuk mencari kesembuhan.
  • 15. Brian, seorang manajer toko berusia 48 tahun, memiliki keluhan selama lebih dari tiga tahun mengenai sakit yg ia rasakan terus menerus pada dua bagian yg berbeda dari tubuhnya, yaitu kaki dan giginya. Pada suatu waktu, rasa sakit yg ia rasakan sangat hebat, sehingga ia harus menghabiskan sepanjang harinya dg terbaring terlentang di rumahnya. Ia telah mengunjungi sejumlah dokter gigi dan dokter spesialis kaki yg tidak dpt menemukan penyebab medis yg dpt didiagnosis atas keluhannya tsb. Meskipun sejumlah dokter mengatakan jika simtom ini pertama kali muncul setelah perceraian Brian yg menyakitkan, Brian tidak dpt dan tidak bersedia mengakui bahwa mungkin terdapat hub. Antara kedua hal tsb. Brian sering kali tidak masuk bekerja & berada di ambang resiko kehilangan pekerjaannya. Kemungkinan ini membuatnya ketakutan karena alasan finansial & emosional. Ia telah bekerja sejak usia 19 tahun, memulai kariernya di bidang perdagangan sebagai pegawai pengiriman barang bagi perusahaan besar eceran yg memberikan diskon. Brian mengalami peningkatan karier menuju posisi manajer yg saat ini ditempatinya & saat ini ia ketakutan tidak dpt mencari pekerjaan lain atau dpt mengalami keberhasilan lagi sbg pegawai.
  • 16.       Orang dg kondisi ini mengeluhkan rasa sakit pada satu tempat atau lebih yg cukup parah, sehingga membutuhkan perhatian klinis. Rasa sakit mengakibatkan stres atau impairment yg signifikan. Faktor psikologis dinilai memiliki peran yg penting atas serangan, tingkat keparahan, penambahan, atau menetapnya rasa sakit. Rasa sakit yg dirasakan tidak sengaja dimunculkan atau dipalsukan Kondisi ini sebaiknya tidak dimasukkan kedalam gangguan mental lainnya. Tipe gangguan ini adalah ( 1 ) akut jika terjadi kurang dari 6 bulan atau ( 2 ) kronis jika terjadi selama 6 bulan atau lebih.
  • 17.    Penderita terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau dibesar-besarkan dalam hal penampilan mereka. Orang dg gangguan dismorfik tubuh terlalu disibukkan, bahkan hampir pada titik mengalami delusi, dg gagasan jika tubuh mereka jelek atau cacat. Sebagian besar kekhawatiran pada orangorang yang mengalami gangguan ini lebih bersifat imajinasi.
  • 18. Lydia adalah seorang wanita berusia 43 tahun yg dianjurkan untuk mendatangi ahli klinik kesehatan mental oleh ahli bedah lokal. Delapan tahun belakangan ini, Lydia telah mendatangi tempat bedah plastik di berbagai penjuru negara untuk menemukan sso yg melakukan bedah plastik untuk memperkecil ukuran tangannya yg diyakininya terlalu gendut. Sampai operasi ini dilakukan, ia tidak akan meninggalkan rumahnya tanpa menggunakan sarung tangan. Ahli bedah plastik meminta persetujuan anggota keluarga & teman – teman Lydia bahwa persepsi Lydia mengenai tangannya mengalami penyimpangan dan melakukan operasi bedah plastik merupakan tindakan yg tidak tepat serta tidak bertanggung jawab.
  • 19.    Orang dg kondisi ini disibukkan dengan gambaran adanya kekurangan pada penampilan mereka. Bahkan, jika ada kekurangan kecil, maka kekhawatiran mereka menjadi menjadi berlebihan. Perhatian mereka yg berlebihan menyebabkan stres dan gangguan. Perhatian mereka yg berlebihan sebaiknya tidak dimasukkan ke dalam gangguan mental lainnya seperti anoreksia nervosa.
  • 20.    Orang dg hipokondriasis ( hypochondrriasis ) meyakini atau memiliki ketakutan jika mereka memiliki penyakit yg serius, sedangkan pada kenyataannya mereka hanya mengalami reaksi tubuh yg normal. Misalnya, sakit perut yg biasanya hanya terjadi selama satu hari dpt membuat wanita dg hipokondriasis merasa cemas jika sakitnya telah berkembang menjadi kanker perut. Tidak seperti gangguan konversi atau gangguan somatis, hipokondriasis tidak melibatkan disfungsi tubuh yg ekstrem atau simtom medis yg tidak dapat dijelaskan. Sebaliknya, orang dg hipokondriasis keliru dlm menafsirkan atau membesar-besarkan permasalahan normal yg terjadi pada tubuh mereka. Orang dg hipokondriasis tidak menunjukkan la belle indifference ( ketidakpedulian yang indah ) yg dialami oleh individu yg menderita simtom kecemasan yg parah atau depresi ( Gureje, Ustun, & Simon, 1997 ).
  • 21. Robert (38) adalah seorang ahli radiologi (ilmu kedokteran untuk melihat bagian dalam tubuh manusia menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik). Ia baru saja pulang dari kunjungan selama 10 hari di sebuah pusat diagnostik terkenal di mana ia menjalani pengujian ekstensif untuk seluruh sistem pencernaannya. Evaluasi membuktikan tanda negatif untuk penyakit fisik apapun, namun bukannya merasa lega, ia tampak marah dan kecewa dengan penemuan tersebut.Ia telah merasa terganggu selama beberapa bulan dengan berbagai simtom fisik yang digambarkannya sebagai simtom-simtom yang berupa nyeri perut ringan, terasa “penuh”, “isi perut yang bergemuruh” dan perasaan akan “isi perut yang keras”. Ia menjadi yakin bahwa simtom-simtom ini disebabkan oleh kanker usus besar dan ia menjadi terbiasa untuk menguji sampel darahnya setiap minggu dan secara hati-hati memeriksakan perutnya akan “massa” yang terdapat di dalamnya saat terlentang di tempat tidur setiap beberapa hari sekali. Ia juga secara diam-diam melakukan penelitian X-ray pada dirinya sendiri di luar jam kantor.
  • 22. Ada sejarah getaran jantung yang tidak normal yang dideteksi saat ia berusia 13 tahun dan adik laki-lakinya meninggal karena penyakit jantung bawaan di awal masa kanak-kanak. Saat evaluasi, getaran jantungnya terbukti tidak berbahaya, ia malah mulai khawatir bahwa ada sesuatu yang lupa diperiksa. Ia mengembangkan ketakutan bahwa ada sesuatu yang benar-benar salah dengan jantungnya. Dan saat ketakutan tersebut benar-benar dapat dikesampingkan, hal itu tidak pernah benar-benar hilang. Sewaktu di sekolah kedokteran ia khawatir akan penyakit-penyakit yang dipelajari di kelas patologi. Sejak lulus, ia seringkali memperhatikan kesehatannya dan memiliki pola khas: menyadari keberadaan simtom tertentu, menjadi terfokus pada kemungkinan arti dari simtom tersebut dan menjalani evaluasi fisik yang terbukti negatif. Keputusannya untuk mencari konsultasi psikiatrik diawali oleh kejadian dengan anak laki-lakinya yang berusia 9 tahun. Anaknya secara tidak sengaja berjalan di dekatnya saat ia memeriksa perutnya dan bertanya,”Sekarang apalagi menurutmu, Ayah?”. Ia menangis saat bercerita tentang kejadian itu, menggambarkan persaan malu dan marahnya yang sebagian besar terhadap dirinya sendiri.
  • 23.    Orang dg gangguan ini disibukkan oleh ketakutan jika mereka memiliki penyakit yg serius, atau terhadap gagasan hal tsb yg disebabkan interpretasi mereka yg keliru terhadap simtom tubuh. Mereka tetap disibukkan dengan ketakutan mereka meskipun telah ada evaluasi medis yg tepat atau individu telah diyakini oleh pihak medis. Kekhawatiran mereka tidak berhubungan dg intensitas delusi atau secara khusus berhubungan dengan kekhawatiran terhadap penampilan.
  • 24.    Kesibukan mereka terhadap ketakutan menyebabkan stres atau gangguan yg signifikan. Gangguan ini terjadi setidaknya selama 6 bulan. Ketakutan mereka sebaiknya tidak diperhitungkan dg gangguan mental lainnya.
  • 25. 1. 2. Malingering : kesengajaan memalsukan simtom penyakit fisik atau gangguan psikologis dg motif tersembunyi. Contoh : Alex yg memiliki luka kecil dalam sebuah kecelakaan mobil mengatakan jika ia telah mengalami disfungsi memori yg serius atau ia mengatakan saat ini ia mengalami simtom gangguan pasca trauma. Factitious Disorder : orang memalsukan simtom atau gangguan, bukan karena ada tujuan untuk mendapatkan keuntungan ttt, tetapi karena adanya kebutuhan dlm diri individu untuk mempertahankan peran sakit. Contoh : Munchaunsen syndrome
  • 26.   Orang yg pura – pura sakit ( malinger ) secara sengaja memalsukan atau secara berlebihan membesar-besarkan simtom psikologis atau fisik. Mereka dimotivasi oleh keuntungan tertentu, seperti menghindari tugas militer, pekerjaan, mendapatkan kompensasi finansial, menghindari tuntutan kriminal, dan mendapatkan pengobatan yg tidak dibutuhkan.
  • 27.     Label ini diberikan kepada orang yg dengan sengaja menampilkan atau memalsukan simtom fisik atau psikologis. Motivasi dari individu ini adalah untuk mendapatkan peran sakit. Tidak ada keuntungan eksternal, seperti keuntungan ekonomi atau menghindari tanggung jawab. Sebagian besar simtom dapat berupa simtom paikologis, fisik, atau kombinasi dari keduanya.
  • 28. 1. Teori Psikodinamika Charcot, Breurer, & Freud memberikan kontribusi pada keyakinan bahwa penyebab histeria bersifat psikologis dan bukan fisik.  Freud meyakini bahwa ego berfungsi untuk mengontrol impuls seksual dan agresif yg mengancam atau tidak dapat diterima yg timbul dari id melalui mekanisme pertahanan diri seperti represi. Kontrol seperti ini menghambat timbulnya kecemasan yg akan terjadi bila orang tersebut menjadi sadar akan adanya impulsimpuls itu.  Pada sejumlah kasus, emosi yg “ tertahan “ atau “ dipotong “, dari impuls yg mengancam dikonversikan ke dalam simtom fisik, seperti kelumpuhan dan kebutaan histerikal. 
  • 29.  Menurut teori psikodinamika, simtom histerikal memiliki fungsi : Memberikan orang tsb keuntungan primer dan keuntungan sekunder. a. b. Keuntungan primer : Hilangnya kecemasan yg mendasar yg diperoleh dari berkembangnya simtom – simtom neurotik. Contoh : kelumpuhan histerikal dari sebuah lengan dpt menyimbolkan dan juga mencegah individu untuk mengekspresikan impuls seksual ( ex : masturbasi ). Keuntungan sekunder : keuntungan sampingan yg dihubungkan dg gangguan neurotis atau lainnya, seperti ekspresi simpati, perhatian, yg meningkat, dan terbebas dari tanggung jawab.
  • 30. 2. Teori Belajar Dalam pandangan teori belajar, simtom dari gangguan konversi dan gangguan somatoform lainnya juga membawa keuntungan, atau hal – hal yg me – reinforcing, pada “ peran sakit “. Orang dg gangguan konversi dpt terbebaskan dari tugas atau tanggung jawab seperti pergi kerja atau melakukan tugas rumah tangga ( Miller, 1987 ).  Menjadi sakit biasanya juga menimbulkan simpati dan dukungan. Orang yg menerima penguatan semacam ini saat sakit dimasa lalu cenderung belajar untuk mengadopsi peran sakit bahkan saat ia sedang tidak sakit ( Kendell, 1983 ). 
  • 31. 3. Teori Kognitif    Teoritikus kognitif telah berspekulasi bahwa beberapa kasus hipokondriasis dpt mewakili sebuah tipe dari strategi self- handicaping, suatu cara menyalahkan kinerja yg rendah pada kesehatan yg buruk. Pada kasus- kasus lain, mengalihkan perhatian pada keluhan fisik dpt menjadi suatu cara untuk menghindari berpikir tentang masalah kehidupan yg lain. Penjelasan kognitif lain berfokus pada peran dari pikiran yang terdistorsi.
  • 32. 1. Gangguan Konversi Case report dan spekulasi klinis saat ini menjadi sumber informasi penting dalam membantu orang-orang yang mengalami gangguan ini. Pada analisa kasus, bukanlah ide yang baik untuk meyakinkan mereka yang mengalami gangguan ini bahwa gejala conversion yang mereka alami berhubungan dengan faktor psikologis. Pengetahuan klinis lebih menyajikan pendekatan yang lembut dan suportif dengan memberikan reward bagi kemajuan dalam proses pengobatan meeka (Simon dalam Davidson, Neale, Kring, 2004).  Psikoanalisis berusaha mengungkap dan mengangkat konflik tidak sadar yang berasal dari masa kecil ke dalam perhatian kesadaran. Salah satunya adalah dengan “ hipnosis “. 
  • 33. 2. Gangguan Somatisasi   Psikoterapi dilakukan baik individual dan kelompok. Dalam lingkungan psikoterapetik, pasien dibantu untuk mengatasi gejalanya, untuk mengekspresikan emosi yang mendasari dan untuk mengembangkan strategi alternatif untuk mengekspresikan perasaan mereka. Pengobatan psikofarmakologis diindikasikan bila gangguan somatisasi disertai dengan gangguan penyerta (misalnya: gangguan mood, gangguan depresi yang nyata, gangguan anxietas. Medikasi harus dimonitor karena pasien dengan gangguan somatisasi cenderung menggunakan obat secara berlebihan dan tidak dapat dipercaya.
  • 34. 3. Hipokondriasis   Secara umum, pendekatan cognitive-behavioral terbukti efektif dalam mengurangi hypochondriasis. Penelitian menujukkan bahwa penderita hypochondriasis memperlihatkan bias kognitif dalam melihat ancaman ketika berkaitan dengan isu kesehatan. Cognitive-Behavioral Therapy ( CBT ) dapat bertujuan untuk mengubah pemikiran pesimistis. Selain itu, pengobatan juga hendaknya dikaitkan dengan strategi yang mengalihkan penderita gangguan ini dari gejala-gejala tubuh dan meyakinkan mereka untuk mencari kepastian medis bahwa mereka tidak sakit.
  • 35. 4. Gangguan Nyeri  1. Terapi untuk Pain Disorder: Berdasarkan mutakhir, biasanya tidak ada gunanya membuat perbedaan yang tajam antara rasa nyeri psikogenik dan rasa nyeri yang benar-benar di sebabkan oleh factor medis, seperti cedera jaringan otot. Umumnya diasumsikan bahwa rasa nyeri selalu mengandung kedua komponen tersebut. penanganan yang efektif cenderung terdiri dari hal-hal berikut: Memvalidasikan bahwa rasa nyeri itu adalah nyata dan bukan hanya ada dalam pikiran penderita.
  • 36. 2. Relaxation training 3. Memberi reward kepada mereka yang berperilaku tidak seperti orang yang mengalami rasa nyeri. Secara umum disarankan untuk mengubah fokus perhatian dari apa yang tidak dapat dilakukan oleh penderita akibat rasa nyeri yang dialaminya, tetapi mengajari penderita bagaimana caranya menghadapi stress, mendorong untuk mengerjakan aktivitas yang lebih baik, dan meningkatkan kontrol diri, terlepas dari keterbatasan fisik atau ketidaknyamanan yang penderita rasakan.
  • 37. 5. Gangguan Dismorfik Tubuh Teknik kognitif- behavioral, paling sering memberikan pemaparan terhadap pencegahan respon dan rekonstruksi kognitif, juga mencapai hasil yg memberikan harapan dalam menangani gangguan dismorfik tubuh ( BDD ) ( Cororve & Gleaves, 2001 ). Pemaparan dpt dilakukan dg secara sengaja memunculkan kerusakan yg dipersepsikan di depan umum, dan bukan menutupinya melalui penggunaan rias wajah atau pakaian. Pencegahan respon berfokus pada pemutusan ritual kompulsif, seperti memeriksa di depan cermin ( ex : dg menutup semua cermin di rumah ) & berdandan yg berlebihan  Dalam rekonstruksi kognitif, terapis menantang keyakinan klien yg terdistorsi mengenai penampilan fisiknya dg cara menyemangati mereka untuk mengevaluasi keyakinan mereka dg bukti yg jelas. 