Dokumen tersebut membahas tentang wawancara psikiatri dan pemeriksaan status mental pasien, meliputi tujuan, fokus, jenis pemeriksaan, anamnesis psikiatri, prinsip wawancara, dan checklist keterampilan wawancara psikiatrik.
Skizofrenia paranoid adalah salah satu jenis skizofrenia dengan karakteristik utama pasien mengalami waham penganiayaan dan waham kebesaran diri. Waham merupakan istilah yang digunakan dalam keperawatan yang berarti keyakinan palsu. Dalam medis, keyakinan palsu disebut dengan delusi.
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien adalah praktik apoteker ruang rawat (ward pharmacist) dengan visite sebagai salah satu aktivitasnya. Visite apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi (clinical outcome) yang lebih baik. Aktivitas visite dapat dilakukan secara mandiri atau kolaborasi secara aktif dengan tim dokter dan profesi kesehatan lainnya dalam proses penetapan keputusan terkait terapi obat pasien.
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...Penataan Ruang
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga - Lampiran 3
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...Universitas Sriwijaya
Reformasi tahun 1998 di Indonesia dilakukan sebagai respons terhadap krisis ekonomi, ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan otoriter dan korup, tuntutan demokratisasi, hak asasi manusia, serta tekanan dari lembaga keuangan internasional. Tujuannya adalah memperbaiki kondisi ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan memperkuat fondasi demokrasi dan tata kelola pemerintahan. Reformasi ini mencakup bidang politik, ekonomi, hukum, birokrasi, sosial, budaya, keamanan, dan otonomi daerah. Meskipun masih menghadapi tantangan seperti korupsi dan ketidaksetaraan sosial, reformasi berhasil meningkatkan demokratisasi, investasi, penurunan kemiskinan, efisiensi pelayanan publik, dan memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah. Tetap berpegang pada ideologi bangsa dan berkontribusi dalam pembangunan negara sangat penting untuk masa depan Indonesia.
Implementasi transformasi pemberdayaan aparatur negara di Indonesia telah difokuskan pada tiga aspek utama: penyederhanaan birokrasi, transformasi digital, dan pengembangan kompetensi ASN. Penyederhanaan birokrasi bertujuan untuk membuat ASN lebih lincah dan inovatif dalam pelayanan publik melalui struktur yang lebih sederhana dan mekanisme kerja baru yang relevan di era digital. Transformasi digital memerlukan perubahan mendasar dan menyeluruh dalam sistem kerja di instansi pemerintah, yang meliputi penyempurnaan mekanisme kerja dan proses bisnis birokrasi untuk mempercepat pengambilan keputusan dan meningkatkan pelayanan publik. Selain itu, pengembangan kompetensi ASN mencakup penyesuaian sistem kerja yang lebih lincah dan dinamis, didukung oleh pengelolaan kinerja yang optimal serta pengembangan sistem kerja berbasis digital, termasuk penyederhanaan eselonisasi.
Moderasi agama memegang peranan vital dalam mempertahankan kerukunan antar umat beragama, menjaga stabilitas sosial, dan mempromosikan nilai-nilai toleransi serta kerjasama lintas agama. Dalam konteks Indonesia, negara dengan beragam kepercayaan dan keyakinan, moderasi agama menjadi fondasi utama bagi keberlangsungan kehidupan beragama yang damai dan harmonis. Moderasi agama merupakan konsep yang mengajarkan pendekatan yang seimbang dalam praktik keagamaan, dengan menekankan toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, serta penolakan terhadap ekstremisme dan intoleransi. Di Indonesia, moderasi agama tidak hanya menjadi prinsip panduan dalam praktik keagamaan, tetapi juga menjadi bagian dari identitas nasional yang memperkuat persatuan dan kesatuan dalam keberagaman. Kehadiran Islam di Indonesia telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk karakter moderasi agama. Sejak masuknya Islam pada abad ke-13, agama ini telah meresap ke dalam budaya dan masyarakat Indonesia dengan pendekatan yang toleran dan inklusif. Selain itu, keberadaan agama-agama lain seperti Hindu, Buddha, dan Kristen juga turut membentuk lanskap keberagaman agama di Indonesia. Moderasi agama membantu masyarakat Indonesia untuk menjaga kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan sehari-hari. Melalui dialog antar agama, kegiatan lintas agama, dan kerjasama sosial, moderasi agama memfasilitasi pertukaran budaya dan pemahaman yang lebih dalam antar penganut agama. Hal ini mengurangi potensi konflik antar kelompok agama dan mendorong terbentuknya hubungan yang harmonis di antara mereka. Pemerintah Indonesia memiliki peran penting dalam mempromosikan moderasi agama melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung kerukunan antar umat beragama. Salah satu contohnya adalah Pancasila, yang menekankan pada prinsip-prinsip seperti keadilan sosial, demokrasi, dan persatuan Indonesia dalam keberagaman. Selain itu, pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Dewan Gereja Indonesia (DGI) merupakan upaya konkret untuk mendorong dialog antaragama dan pencegahan ekstremisme agama. Meskipun moderasi agama memiliki dampak positif yang besar dalam masyarakat Indonesia, tetapi masih ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi dalam mewujudkannya sepenuhnya. Salah satunya adalah adanya kelompok-kelompok radikal yang mempromosikan ideologi ekstremisme agama. Kelompok-kelompok ini seringkali menimbulkan konflik dan ketegangan antar umat beragama, serta mengancam stabilitas sosial dan keamanan nasional. Selain itu, ketidaksetaraan dalam perlakuan terhadap umat beragama juga menjadi masalah serius dalam konteks moderasi agama. Diskriminasi dan intoleransi terhadap minoritas agama masih terjadi di beberapa daerah, memperumit upaya untuk mencapai kerukunan antar umat beragama secara menyeluruh. Untuk mengatasi tantangan tersebut, penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya moderasi agama melalui pendidikan agama yang inklusif dan holistik.
Disusun oleh :
Kelas 6D-MKP
Hera Aprilia (11012100601)
Ade Muhita (11012100614)
Nurhalifah (11012100012)
Meutiah Rizkiah. F (11012100313)
Wananda PM (11012100324)
Teori ini kami kerjakan untuk memenuhi tugas
Matakuliah : KEPEMIMPINAN
Dosen : Dr. Angrian Permana, S.Pd.,MM.
UNIVERSITAS BINA BANGSA
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024Universitas Sriwijaya
Selama periode 2014-2021, Kementerian Pertanian Indonesia mencapai beberapa keberhasilan, termasuk penurunan jumlah penduduk miskin dari 11,5% menjadi 9,78%. Ketahanan pangan Indonesia juga meningkat, dengan peringkat ke-13 di Asia Pasifik pada tahun 2021. Berdasarkan Global Food Security Index, Indonesia naik dari peringkat 68 pada tahun 2021 ke peringkat 63 pada tahun 2022. Meskipun ada 81 kabupaten dan 7 kota yang rentan pangan pada tahun 2018, volume ekspor pertanian meningkat menjadi 41,26 juta ton dengan nilai USD 33,05 miliar pada tahun 2017. Walaupun pertumbuhan ekonomi menurun 2,07% pada tahun 2020, ini membuka peluang untuk reformasi dan restrukturisasi di berbagai sektor.
4. JENIS-JENIS PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan tidak langsung (indirect examination)
Autoanamesis
Aloanamnesis
2. Pemeriksaan langsung (direct examination)
Pemeriksaan Fisik (status internus dan neurologis)
Pemeriksaan Khusus Psikik
- penampilan umum
- bidang emosi, afek
- bidang pikiran
- bidang motorik
3. Pemeriksaan tambahan atau penunjang
5. RIWAYAT PSIKIATRIK
Adalah catatan tentang riwayat penyakit,
gangguan jiwa, dan riwayat hidup pasien yang
diperlukan untuk memahami siapa pasien, dari
mana pasien berasal dan perkiraan akan kearah
mana pasien selanjutnya pada masa mendatang.
6. ANAMNESIS PSIKIATRI
I. Data Pribadi
II. Keluhan Utama
III. Riwayat Gangguan Sekarang
a. Awitan
b. Faktor Presipitasi
IV. Penyakit atau Gangguan Sebelumnya
a. Psikiatrik
b. Medik
c. Penggunaan Zat
7. ANAMNESIS PSIKIATRI
V. Riwayat Hidup
a. Prenatal dan Perinatal
b. Masa kanak awal (sampai 3 tahun)
c. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
d. Masa Remaja
e. Masa Dewasa
i. Riwayat pekerjaan, perkawinan/berpasangan/pacaran
ii. Riwayat pendidikan
iii. Riwayat militer
iv. Riwayat agama/kehidupan beragama
v. Aktivitas sosial dan situasi kehidupan sekarang
vi. Riwayat pelanggaran hukum
f. Riwayat Psikoseksual
g. Riwayat Keluarga
h. Impian, Fantasi dan Nilai-nilai
8. Prinsip Wawancara Psikiatrik:
Bina Rapport
o Salam
o Identitas
o Suasana tenang dan nyaman
Tanyakan keluhan utama
Onsetnya
Gejala-gejala lain DD/ D/
o Psikotik, Mood (depresi, manik, bipolar, cemas)
Cara mengatasi gejala-gejala
Faktor organik (penyakit fisik akut / kronis, obat,
penyalahgunaan) singkirkan faktor organik
9. Stressor psikososial (Perkawinan, pekerjaan, relasi
keluarga,dll)
Biarkan pasien berbicara bebas observasi komunikasi
verbal & non verbal pasien
Pendengar aktif, bicara bahasa yang jelas & mudah
dimegerti
Teknik wawancara spesifik (fasilitasi, kejelasan, refleksi,
interpretasi, keheningan,dll)
Buat kesimpulan, informasi & edukasi, janji pertemuan
berikutnya
10. Lama wawancara :
30 menit sd 1 jam tergantung situasi
Psikotik akut, gaduh gelisah, derilium, penyakit
medik akut / terminal : lebih singkat
11. Teknik wawancara
Fasilitasi (verbal / non verbal)
Refleksi isi (mengulang & menyimpulkan)
Keheningan (normal, autistic thingking, halusinasi auditorik)
Konfrontasi (waham)
Interprestasi (jangan terburu-buru tetap seperti pada awal
wawancara, pasien depresi, cemas)
Menentramkan hati ( verbal / non-verbal)
Nasehat (akhir wawancara + sudah terbina raport)
Kejelasan (mengulang)
12. Jangan malu / enggan bertanya ( hal-hal pribadi : seks,
perkawinan, ekonomi, bunuh diri : ide / usaha)
Komunikasi verbal &non-verbal (melakukan & observer)
Pendengar & Obeserver yang baik
Status mental (kesadaran, sikap, perilaku / psikomotor,
mood/afek, bentuk & isi pikiran, persepsi, bahasa, kognitif)
Pertanyaan terbuka >> tertutup
Teknik wawancara (fasilitasi, refleksi isi,
kejelasan,keheningan, dll)
Kehadiran keluarga ( tanya)
Empati
13. EMPATI
Memahami / merabarasakan perasaan, pikiran,
keinginan pasien tanpa mempengaruhi
penilaian objektivitas
Tidak mengkritik, menghakimi, memotong
pembicaraan, mencela, menghargai
Menempatkan diri ditempat pasien sesuai usia,
jenis kelamin, pikiran, persepsi, budaya
Komunikasi 2 arah (verbal & non-verbal)
Kontak mata
• Pasien bicara jujur dan nyaman
• Psikopatologi muncul
• Problem muncul
14. Situasi tempat duduk:
Kursi sama tinggi
Membuat Catatan:
• Untuk alasan medis & hukum
• Bantu ingatan terapis tentang pasien
• Jangan dilakukan jika ganggu kelancaran wawancara
21. CHECK LIST KETRAMPILAN WAWANCARA PSIKIATRIK
NO.
KOMPONEN PENILAIAN SKOR
0 1 2
1. Membina rapport
2. Menanyakan identitas pasien (nama, usia, pekerjaan,
pendidikan, status nikah, alamat pasien)
3. Menanyakan keluhan utama (alasan datang berobat)
4. Menunjukkan minat, perhatian dan empati (ekspresi wajah
dan intonasi suara ramah, kontak mata, dll)
5. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan jelas
oleh pasien
6. Memberi respon secara memadai terhadap komunikasi
verbal & non-verbal pasien
7. Mampu mendengar secara aktif
8. Menelusuri gejala gangguan jiwa (gejala psikotik, depresi,
cemas, manik)
9. Menggali kemungkinan faktor-faktor organik sebagai
penyebab atau pencetus keluhan pasien
22. 10. Menggali stressor psikososial (pekerjaan, perkawinan, sosial
ekonomi,dll)
11. Menggali riwayat penggunaan obat-obat yang sudah diminum
12. Menyimpulkan dan menutup wawancara
Total Skor
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, kurang benar
2 = Dilakukan, dengan benar
24. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Bagian dari pemeriksaan
status klinis yang
menggambarkan jumlah total
observasi pemeriksa dan kesan
tentang pasien psikiatrik saat
wawancara.
25. GARIS BESAR PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
I. Gambaran umum
a.Penampilan
b.Perilaku dan aktivitas psikomotor
c.Sikap terhadap pemeriksa
II. Mood dan Afek
a.Mood
b.Afek
c.Kesesuaian
III. Bicara
IV. Gangguan persepsi
26. ...LANJUTAN
V. Pikiran
a. Proses atau bentuk pikiran
b. Isi pikiran
VII. Sensorium dan Kognotif
a. Kesiagaan dan tingkat kecerdasan
b. Orientasi
c. Daya ingat
d. Konsentrasi dan perhatian
e. Kapasitas untuk membaca dan menulis
f. Kemampuan visuospasial
g. Pikiran abstrak
h. Sumber informasi dan kecerdasan
28. I. GAMBARAN UMUM
a. PENAMPILAN kesan fisik pasien
secara keseluruhan.
Contoh : jenis tubuh, postur, ketegangan,
pakaian, dandanan, rambut, kuku.
Istilah yg digunakan untuk
menggambarkan penampilan tampak sehat,
sakit, seimbang, kelihatan tua, kelihatan
muda, kusut, seperti anak- anak, dan
kacau.
Tanda kecemsan : tangan yang lembab,
keringat pada dahi, postur tegang, mata
lebar.
29. b. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Contoh : menerisma, tiks, gerakan isyarat,
kedutan, perilaku stereotipik, echopraxia,
hiperaktivitas, agitasi, melawan,
fleksibilitas, rigiditas, cara berjalan, dan
ketangkasan, kegelisahan, meremas-remas
tangan dan melangkah.
c. Sikap terhadap pemeriksa
Contoh : bekerjasama, bersahabat, penuh
perhatian, tertarik, datar, menggoda,
bertahan, merendahkan, kebingungan,
apatis, bermusuhan, bermain-main,
menyenangkan, mengelak atau berlindung.
30. II. MOOD DAN AFEK
a. Mood emosi yang meresap dan terus-
menerus yang mewarnai persepsi
seseorang akan dunia.
Contoh : depresi, kecewa, mudah marah,
cemas, marah meluap-luap, euforik,
kosong, bersalah, terpesona, sia-sia,
merendahkan diri-sendiri, ketakutan dan
membingungkan.
b. Ekspresi Afektif respon emosional
pasien yang tampak yang disimpulkan
pemeriksa dari wajah pasien termasuk
jumlah dan macam perilaku ekspresif.
Afek digambarkan : dalam rentang normal,
terbatas, tumpul dan datar.
31. c. Kesesuaian
Kesesuaian respon emosional pasien dapat dipertimbangkan
dalam konteks masalah subyektif yang didiskusikan pasien.
Apabila ekspresi emosi serasi dengan isi pikiran, budaya dan
keadaan/ suasana pada waktu pemeriksaan.
32. III. BICARA
Menggambarkan karakteristik fisik dari berbicara
baik kuantitas, kecepatan produksi bicara dan
kualitasnya.
Contoh : senang berbicara, suka mengomel,
fasih, pendiam, tidak spontan atau berespon
normal terhadap pewawancara.
Bicara mungkin cepat atau lambat, tertekan,
ragu-ragu, emosional, dramatik, monoton,
keras, berbisik, dll.
33. IV. GANGGUAN PERSEPSI
Halusinasi dan ilusi apakah pasien
mendengar suara atau melihat bayangan?,
apa yang dilihat atau didengar?, dalam
keadan bagimana keadaan itu terjadi?
Depersonalisasi dan derealisasi : perasaan
terlepas dari diri sendiri dan lingkungan.
34. V. PIKIRAN
Contoh gangguan pikiran :
a. proses berpikir atau bentuk pikiran
o pengendoran asosiasi atau keluar dari jalur
o flight of ideas
o pikiran berpacu
o tangensialitas
o sirkumstansialitas
o inkoherensi
o neologisme
o asosiasi bunyi
o permainan kata
o penghambatan pikiran
o pikiran samara-samar.
35. b. Isi pikiran
Waham
Gagasan bunuh diri dan membunuh
Paranoid
Preokupasi
Gagasan menyangkut diri sendiri
Obsesi dan konvulsi
Kemiskinan isi.
36. Mencari petunjuk fungsi organ organik,
intelegensia pasien, kapasitas untuk
berpikir abstrak, tingkat tilikan dan
pertimbangan.
VI. SENSORIUM DAN KOGNISI
37. a. Kewaspadaan dan tingkat kesadaran
Gangguan kesadaran biasanya
menyatakan gangguan otak organik.
Tingkat kesadaran pasien : berkabut,
somnolen, stupor, koma, letargi, melupakan
identitas lama seringkali disertai perjalanan
dan mengembara kelingkungan baru.
38. b. Orientasi
• Waktu : perhatikan apakah pasien mampu
mengidentifikasikan hari, waktu, lamanya
pasientelah berada di rumah sakit. Apakah
perilakunya sesuai dengan orientasi waktu.
• Tempat : perhatikan apakah pasien tahu
dimana ia berada.
• Orang : perhatikan apakah pasien tahu
siapa pemeriksa dan peranan orang-orang
yang berhubungan dengannya disekitarnya.
39. c. Daya ingat
Fungsi daya ingat (memory) biasanya dibagi
menjadi empat bidang :
Daya ingat jauh (remote memory) data masa
anak-anak, peristiwa penting yang diketahui telah
terjadi saat pasien masih muda atau bebas dari
penyakit, masalah pribadi.
Daya ingat masa lalu yang belum lama (recent past
memory) dalam beberapa bulan yang lalu.
Daya ingat yang baru saja (recent memory)
beberapa hari yang lalu, apa yang pasien lakukan
kemarin, hari sebelumnya, apa yang pasien makan
untuk sarapan, makan siang dan makan malam.
Penyimpanan dan daya ingat segera (immediate
retention reccal) pengukuran rentang angka,
kemampuan untuk mengulang tiga kata segera dan
3-5 menit kemudian.
40. d.Konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi pasien dapat terganggu karena
berbagai alasan.
Misalnya : gangguan kognitif, kecemasan,
depresi dan stimulasi in ternal.
Perhatian dinilai dengan kemampuan
berhitung atau meminta pasien mengeja kata
secara mundur.
e.Kemampuan membaca dan menulis
Pasien diminta untuk bereaksi terhadap
suatu kalimat dan selanjutnya melakukan
apa yang diperintahkan kalimat tersebut.
Pasien juga diminta untuk menulis kalimat
sederhana tapi lengkap.
41. f. Kemampuan visuospasial
Pasien diminta mencontoh suatu gambar
seperti jam atau segilima yang
berpotongan.
g. Berpikir abstrak
Kemampuan pasien untuk berhadapan
dengan konsep.
h. Sumber informasi dan intelegensia
Intelegensia berhubungan dengan
perbendaharaan kata dan sumber
pengetahuan umum.
42. VII. PENGENDALIAN IMPULS
Pemeriksaan pengendalian impuls penting
dalam memastikan kesadaran pasien tentang
perilaku yang sesuai secara sosial dan suatu
pengukuran tentang kemungkinan bahaya
pasien bagi dirinya sendiri atau orang lain,
misalnya : impuls seksual, agresif dan
lainnya.
43. VIII. PERTIMBANGAN DAN TILIKAN
Pertimbangan (judgement) menilai
aspek kemampuan pasien dalam
pertimbangan sosial.
Apakah pasien mengerti kemungkinan akibat dari
perilakunya?
Dapatkah pasien memperkirakan apa yang akan
dilakukannya didalam situasi khayalan?
Tilikan derajat kesadaran dan
pengertian pasien mengenai gangguan
kesehatan jiwa yang dialami.
44. TINGKAT TILIKAN
1. Penyangkalan penyakit sama sekali.
2. Kesadaran sedikit bhw mereka sakit & membutuhkan
bantuan, tp dlm wkt yg bersamaan menyangkal penyakitnya.
3. Terdapat kesadaran bhw mereka sakit tp melemparkan
kesalahan pd org lain, pd faktor eksternal/ faktor organik.
4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yg tdk
diketahui pd diri sendiri.
5. Tilikan intelektual : menerima bahwa pasien sakit &
gejala/ kegagalan dlm penyesuaian sosialnya disebabkan
oleh perasan irasional atau gangguan tertentu dlm diri pasien
sendiri tanpa menetapkan pengetahuan tsb untuk
pengalaman dimasa dpn.
6. Tilikan emosional yang sesungguhnya : kesadaran
emosional tentang motif & perasaan di dalam diri pasien &
orang yg penting dlm kehidupan.