SlideShare a Scribd company logo
1 of 70
Fadly Aufar Saptadirja
Jonathan Wiradinata
Riyan
Rania Zahra
Prinsip komunikasi
dalam inform consent
dan kasus kompleks
 Bahasa Latin (communicare) 
memberi atau berpartisipasi
 Kualitas dan kuantitas komunikasi
berkolerasi dengan nilai, hasil, dan
standar kerja professional
 Keterampilan  dapat diajarkan dan
ditingkatkan
KOMUNIKASI
EFEKTIF
 KBBI: pengiriman dan penerimaan pesan atau
berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan
yang dimaksud dapat dipahami
 Penyampaian informasi dalam sebuah interaksi
yang berisi ide, perasaan, perhatian, makna, serta
pikiran yang diberikan oleh pemberi pesan dimana
informasi tersebut diterima dengan pemahaman
yang sama dengan pemberi pesan
Definisi
Proses Komunikasi
Pemberi
informasi
(Sender)
Informasi
atau pesan
yang
disampaikan
(Message)
Saluran atau
media yang
digunakan
(Channel or
Media)
Penerima
informasi
(Receiver)
Umpan balik
menghasilkan
persepsi dan
pengertian sama
(Mutual
perception and
understanding)
Tujuan Komunikasi Efektif antara
Dokter-Pasien
● Mengurangi kesalahan, kesalahpahaman,
kesulitan, dan kelalaian
● Meningkatkan outcome dari kesembuhan atau
kepuasan pasien
Hal Yang Menurunkan Komunikasi dengan Pasien
Kasar dan blak-blakan dalam berkomunikasi
Salah memanggil nama
Tampak tidak memperhatikan
Berbicara negative
Menunjukkan simpati yang tidak perlu
Aspek Komunikasi Dokter-Pasien
Empati
Kepercayaan
(Trust)
Keterbukaan
(Disclosure)
Kejelasan
(Clarity)
Sistem Komunikasi
• Lisan atau tulisan
Verbal
• Intonasi, volume, ekspresi
wajah, kontak mata, sikap atau
posisis tubuh, penampilan, serta
jarak antara pengirim dan
penerima pesan
Non-
Verbal
Komunikasi dalam pelayanan
Anestesi
● Diharapkan dapat berkomunikasi secara efektif dengan pasien, keluarga
pasien, dan teman sejawat (tenaga medis dan mitra kerja)
● Harus dapat melakukan anamnesis terfokus
● Melakukan pemeriksaan yang sesuai selama visit pra-anestesi
● Dalam skenario elektif dan darurat
● Penggunaan waktu yang efektif
● Menjelaskan risiko dan komplikasi yang terkait dengan prosedur kepada
pasien dan keluarga
● Mendapatkan persetujuan tindakan
Komunikasi
dalam
Pelayanan
Anestesi
Hal Unik dalam Profesi Dokter Spesialis Anestesiologi:
● Pasien sering kali tidak mengenal bahkan tidak mengetahui
siapa dokter spesialis anestesiologi
● Dokter spesialis anestesiologi juga tidak mengenal
pasiennya karena umumnya semua pasien datang atas dasar
konsultasi oleh dokter lain
● Konsultasi dengan dokter spesialis anestesiologi hanya satu
kali dengan waktu yang terbatas
● Pada umumnya pasien dalam keadaan stress karena akan
menjalani pembedahan
● Informasi yang harus disampaikan banyak mengandung hal
yang dapat menakutkan pasien
● Dokter spesialis anestesiologi harus siap setiap saat untuk
menyampaikan berita buruk kepada keluarga pasien
Komunikasi
Pra-
operative
● Memberikan kendali kepada pasien dalam
pengambilan keputusan (autonomy)
● Menawarkan pilihan terapi
● Mendengarkan dan mengamati setiap
keluhan pasien
● Menjadi seorang pendengar yang baik
(reflective listening)
● Penerimaan realitas yang berbeda
● Pemanfaatan (masalah dan kekhawatiran
pasien disusun ulang sebagai solusi)
● Memberikan saran
Calgary
Cambridg
e Model
Komunikasi Periprosedural
● Dokter Spesialis Anestesiologi melakukan berbagai berbagai
tindakan prosedural baik invasif dan non-invasif
● Setiap tahapan prosedural yang akan dilakukan  harus
diinformasikan kepada pasien tersebut.
● Contoh: saat sudah berada di atas meja operasi, pasien perlu
diinfokan mengenai pemasangan manset pengukur tekanan
darah yang akan memompa secara berkala, elektroda di dada
yang mungkin akan terasa dingin dan lengket, dan info lainnya.
● Komunikasi dengan pasien selama melakukan tindakan harus
terus dijalin sampai tindakan tersebut selesai.
Komunikasi pada Keadaan Emosional
● Menenangkan dan meredakan emosi pasien sehingga komunikasi
dapat terjadi
● Strategi saat berkomunikasi dalam keadaan emosional:
○ Memberikan psaien/keluarga pasien untuk menceritakan
Kembali perasaannya
○ Memahami emosi dan perasaan pasien
○ Empati
○ Validasi
○ Dukungan
Saat itu juga (real time) seperti
rapat, parade/ronde, operan
atau percakapan spontan
Saat itu juga (real time) seperti rapat,
parade/ronde, operan atau percakapan
spontan
Synchronous
Synchronous
Komunikasi yang
terjalin antar
petugas kesehatan
Komunikasi
interpersonal
yang baik
Adanya kerja tim yang
efektif
Papan pengumuman, instruksi
rekam medik, laporan
Asynchronous
Komunikasi
Interprofesi
Kerja Tim Efektif
Identifikasi
masalah
Resolusi
konflik
Manajemen
waktu
Distribusi
beban
kerja
Dokter Anestesia,
Dokter Bedah,
perawat, rekan
kerja lainnya
Mengurangi hal
yang tidak
diinginkan
Memahami
tugas dan
fungsi masing-
masing profesi
Membangun
kepercayaan dan
hubungan setara
diantara profesi
Bekerjasama
dan
kooperatif
Menghargai/
menghormati
peran
Saling membantu
dan saling
mengerti antar
profesi
6 Langkah penyampaian berita
buruk/kasus sulit kepada pasien
menurut EPEC
(Educarion in Palliative and End of
Life Care)
● Mengkomunikasikan informasi, apakah itu
berita baik atau buruk, adalah keterampilan
penting bagi Dokter.
● Banyak yang merasa sulit untuk berkomunikasi
secara efektif, terutama ketika melibatkan
penyampaian berita buruk di mana ada
kemungkinan pasien pada akhirnya akan
meninggal.
● Beberapa merasa tidak cukup siap atau tidak
berpengalaman. Yang lain khawatir berita
tersebut akan sangat menyedihkan sehingga
berdampak buruk pada pasien, keluarga,
hubungan terapeutik, atau faktor ekonomi
pasien.
6 Langkah Komunikasi Efektif
Langkah Pertama : Persiapkan
sarana komunikasi
● Sebelum mulai menyampaikan berita apa
pun, rencanakan apa yang akan dibahas.
Konfirmasikan fakta-fakta medis dari kasus
tersebut. Pastikan semua informasi yang
dibutuhkan tersedia.
● Pastikan privasi dan tempat duduk yang
memadai
● Hindari interupsi dalam memberikan
penjelasan
● Tentukan siapa saja yang ingin dihadirkan
oleh pasien untuk berdiskusi.
Langkah kedua : Apa yang diketahui
pasien?
Mulailah diskusi dengan menetapkan apa yang diketahui pasien dan
keluarga tentang kesehatan pasien. Pertanyaan dapat meliputi:
 Apa yang Anda pahami tentang penyakit Anda?
 Bagaimana Anda menggambarkan situasi medis Anda? –
 Apakah Anda pernah merasa khawatir dengan penyakit atau gejala Anda?
 Apa yang dikatakan dokter lain tentang kondisi Anda atau prosedur yang
Anda yang pernah Anda jalani?
 Ketika Anda pertama kali mengalami gejala X, apa yang Anda pikirkan?
 Apa yang dikatakan Dokter X kepada Anda saat mengirim Anda ke sini?
 Apakah Anda mengira ada sesuatu yang serius yang terjadi ketika...?
Langkah ketiga : Seberapa banyak yang
ingin diketahui oleh pasien ?
● Setiap orang menanggapi informasi secara berbeda, tergantung pada ras, etnis, budaya agama, dan kelas sosial ekonomi.
● Pertanyaan yang dapat digunakan :
o Jika kondisi ini ternyata merupakan sesuatu yang serius, apakah Anda ingin tahu?
o Apakah Anda tipe orang yang suka mengetahui semua fakta?
o Apakah Anda ingin saya memberi tahu Anda rincian lengkap tentang kondisi Anda?
o Jika tidak, apakah ada orang lain yang ingin Anda ajak bicara?
o Beberapa orang benar-benar tidak ingin diberitahu apa yang salah dengan mereka, tetapi lebih suka keluarga mereka
diberitahu sebagai gantinya.
o Apa yang Anda inginkan?
o Apakah Anda ingin saya membahas hasil tes sekarang, dan menjelaskan dengan tepat apa yang menurut saya salah?
salah?
o Siapa yang Anda ingin saya ajak bicara tentang masalah inii
Bagaimana ketika keluarga pasien
merespon jangan diberitahu.
● Daripada menghadapi permintaan mereka dengan, 'Saya
harus memberi tahu pasien,' tanyakan mengapa mereka yang
bersangkutan.
● Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain:
- Mengapa Anda tidak ingin saya memberi tahu pasien?
- Apa yang Anda takutkan akan saya katakan?
- Ceritakan tentang pengalaman masa lalu Anda dengan kanker?
- Apakah ada konteks pribadi, budaya, atau agama yang Anda
ingin saya ketahui?
● Dalam kasus-kasus yang sangat sulit, dukungan dari komite
etika institusional dapat sangat membantu.
Langkah keempat : Berbagi Informasi
● Sampaikan informasi dengan cara yang sensitif namun lugas.
● Mulailah dengan memberi tahu pasien bahwa Anda memiliki
kabar buruk, lalu sampaikan faktanya. Katakan, lalu berhenti.
● Hindari menyampaikan semua informasi dalam satu
monolog yang stabil.
● Gunakan bahasa yang sederhana sederhana dan bahasa
yang mudah dimengerti.
● Hindari jargon teknis atau eufemisme.
● Periksa pemahaman.
● Gunakan keheningan dan bahasa tubuh sebagai alat untuk
memfasilitasi diskusi
● Anda mungkin memilih untuk menyampaikan berita 'buruk'
dengan menggunakan bahasa seperti:
- Dengan berat hati saya harus menyampaikan hal ini
kepada Anda, tetapi pertumbuhannya ternyata adalah
kanker.
- Saya khawatir berita ini tidak baik. Hasil biopsi
menunjukkan bahwa Anda menderita kanker usus besar.
- Sayangnya, tidak ada keraguan mengenai hasil tes
tersebut: itu adalah ….
- Laporannya sudah keluar, dan tidak seperti yang kami
harapkan. Laporan itu menunjukkan bahwa ada………
- Saya khawatir saya punya kabar buruk yaitu …….
Bagaimana dengan kata-kata maaf?
Apakah tepat menggunakan kata
maaf dalam penyampaian berita
buruk/kasus sulit?
Langkah kelima : Menanggapi
Perasaan Pasien
● Pasien dan keluarga menanggapi berita buruk
dengan berbagai cara. Ada yang merespons
secara emosional dengan air mata,
kemarahan, kesedihan, cinta, kegelisahan,
kelegaan, atau emosi kuat lainnya. Yang lain
mengalami penyangkalan, menyalahkan, rasa
bersalah, tidak percaya, takut, atau rasa
kehilangan atau malu, atau bahkan mungkin
bahkan mungkin tidak mengerti mengapa
situasi tersebut terjadi.
● Dengarkan dengan tenang dan penuh perhatian.
● Akui emosi mereka.
● Mintalah mereka untuk menggambarkan perasaan mereka:
- Saya membayangkan ini adalah berita yang sulit...
- Anda tampak marah
- Dapatkah Anda menceritakan apa yang Anda rasakan?
- Apakah berita ini membuat Anda takut?
- Ceritakan lebih banyak tentang perasaan
Anda tentang apa yang baru saja saya katakan.
- Apa yang paling membuatmu khawatir?
- Apa arti berita ini bagi Anda?
- Saya berharap beritanya berbeda.
- Aku akan mencoba membantumu.
- Apakah ada orang yang ingin Anda hubungi?
- Aku akan membantumu memberitahu anakmu.
- Ibu dan ayahmu sedih sekarang. Mereka akan merasa lebih baik saat kau sembuh.
Langkah ke-enam : Rencanakan
Langkah selanjutnya dan follow up
● Tetapkan rencana untuk langkah selanjutnya.
● Yakinkan pasien dan keluarga bahwa mereka tidak akan
ditinggalkan dan bahwa dokter akan secara aktif terlibat
dalam rencana berkelanjutan untuk membantu.
● Pada kunjungan berikutnya, elemen-elemen protokol ini
mungkin perlu ditinjau kembali
Ketika bahasa menjadi penghalang
● Bantuan penerjemah berpengalaman yang memahami
terminologi medis dan nyaman menerjemahkan berita
buruk diperlukan.
● Jika memungkinkan, hindari menggunakan anggota
keluarga sebagai penerjemah utama. Hal ini akan
membingungkan peran mereka dalam unit keluarga
dan dapat menimbulkan masalah kerahasiaan.
● Saat bekerja dengan penerjemah, duduklah dalam
posisi segitiga sehingga Anda dapat berhadapan dan
berbicara langsung dengan pasien, namun tetap dapat
menoleh untuk melihat penerjemah.
Pitfall
● Jika percakapan pasien/keluarga membuat Anda merasa cemas, ketahuilah bahwa
keluarga keluarga dan pasien mungkin merasa cemas.
● Jauhi prediksi yang pasti tentang kelangsungan hidup.
Alih-alih mengatakan, "Kelangsungan hidup Anda adalah 6 bulan," cobalah,
"Kelangsungan hidup Anda adalah bulan; bagaimana Anda melakukannya selama
satu bulan ke depan atau lebih akan akan membantu kami menentukan dengan lebih
baik apa yang diharapkan."
● Dengar, jangan terlalu banyak bicara.
● Tanyakan kepada pasien apa yang dia ketahui tentang penyakitnya. Tidak ada yang
lebih buruk daripada melompat ke dalam diskusi tentang pengobatan kanker stadium lanjut
hanya untuk menemukan bahwa pasien tidak mengetahui diagnosisnya.
● Bersikaplah baik, tetapi jangan mencoba untuk 'melunakkan pukulan' dengan
memberikan harapan palsu.
Informed Consent dan
Persetujuan
Tindakan Medis
Penjelasan atau keterangan yang telah
disampaikan atau diinformasikan
Izin atau persetujuan
Informed Consent
Persetujuan yang diberikan oleh pasien kepada dokter
untuk melakukan tindakan kedokteran setelah pasien
mendapatkan penjelasan dari dokter
 Definisi (KKBI) : kewenangan
(kekuasaan) untuk
menentukan (memutuskan
sesuatu)
 Kesanggupan pasien untuk
mengambil keputusan tentang
pengobatan dengan
mempertimbangkan semua
faktor yang relevan
KOMPETENSI
Informasi yang benar dan jelas mengenai keadaan penyakitnya
serta tindakan medis yang akan dijalani
Otonom
03
Beneficence
Memberikan yang terbaik dan melindungi
pasien sesuai dengan situasi dan kondisi
pasien tersebut
01
Non-malficence
Mencegah timbulnya kerugian atas pasien, terutama pasien
tidak sadar, anak-anak, mental terbelakang, dan sebagainya
02
Utilitas
Meningkatkan sikap mawas diri tim medis dalam melakukan
tindakan yang menguntungkan setiap orang termasuk kesehatan
tenaga kesehatan dan pasiennya sehingga terbentuk sikap saling
percaya
04
Dasar
Bioetika
dalam
Informed
Consent
Dasar Hukum
● Pasal 45 UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus
mendapat persetujuan
2) Persetujuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diberikan
setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap
● Pasal 37 UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Dasar Hukum
● Pasal 1 PMK No. 290/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
1) Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
● Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran, Konsil Kedokteran Indonesia,
2006
○ Persetujuan pasien atau yang sah mewakilinya atas rencana tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang diajukan oleh dokter atau dokter gigi, setelah menerima informasi
yang cukup untuk dapat membuat persetujuan
Peraturan Informed Consent di RSCM
Persetujuan Tindakan
Kedokteran
(Informed Consent)
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Informed Consent
Faktor-faktor
yang
berpengaruh
untuk
mendapatkan
persetujuan
tindakan
medis
Tingkat pemahaman pasien
Pemilihan informasi yang ingin hanya didengar oleh pasien
Hak otonomi pasien
Tuntutan yang diberikan kepada penyedia layanan kesehatan
Seberapa baik dokter memenuhi standar untuk memberikan
informasi
Pilar Penting Informed Consent
Penyampaian
Informasi
Kebebasan dan
Persetujuan
Pemahaman
Informasi
Penolakan
Tindakan Medis
Penerimaan informasi dari pihak pasien
juga dipengaruhi oleh kesediaan
menerima kebenaran informasi atau
tidak.
Penolakan itu dibuat atas dasar
hak untuk menentukan diri
sendiri.
Ketepatan menerima informasi dapat diukur
dengan kemampuan pasien dan/ atau keluarga
untuk dapat memahami juga efek negatif dari
keputusannya bila mengikuti prosedur medis
tertentu
Mengambil keputusan tanpa paksaan
atau pengaruh lain yang menekan, baik
berupa kekerasan, ancaman, atau
manipulasi.
Tujuan
Informed Consent
Hall DE, Prochazka AV, Fink AS. Informed consent for clinical treatment. CMAJ. 2012 Mar 20; 184(5):
Informed Consent dapat
digunakan untuk tujuan
yang berbeda-beda dengan
konteks yang berbeda-
beda:
1.Legalitas
2.Etika
3.Administratif
Informed Consent
● Hubungan dokter dan pasien harus membangun
adanya “kontrak terapeutik”, yang berdasarkan
rasa saling hormat dan percaya antara dokter dan
pasien.
Informed consent
Sebagai Hak Dasar
Manusia
Hak untuk menentukan nasib sendiri
Hak atas informasi (the right to information)
Syarat Informed Consent
● Informed consent diberikan kepada pasien
yang sudah dewasa secara hukum:
 Telah berusia 21 tahun atau telah/pernah menikah
 Memahami penjelasan dokter dengan baik
 Sadar penuh
 Memiliki kondisi kejiwaan yang sehat
Pemberi Informasi
Lembar Persetujuan / Penolakan Tindakan Kedokteran
Pemberi
Informasi
Nama Dokter Pelaksana Tindakan
Kedokteran
Nama Pemberi Informasi
Nama penerima informasi /
pemberi persetujuan tindakan
Pemberi informasi ialah dokter yang melakukan tindakan medik atau
diwakilkan kepada dokter lain dengan sepengetahuan dirinya.
Isi Informasi
Persetujuan Tindakan Kedokteran
Pasal 45 Ayat
3 UU No. 29
Tahun 2004
tentang
Praktik
Kedokteran
Diagnosis dan tata cara tindakan medis
Tujuan tindakan medis yang dilakukan
Alternatif tindakan lain dan resikonya
Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
Isi Informasi
Diagnosis Tindakan dan Alternatif
● Penemuan klinis
● Diagnosis kerja dan diagnosis
banding
● Indikasi tindakan
● Prognosis
 Ad vitam: hidup/meninggal
 Ad functionam: fungsi organ
 Ad sanationam: sembuh/cacat
• Tujuan Tindakan
 Preventif
 Diagnostik
 Terapeutik
 Rehabilitatif
• Metode dan efek samping.
• Tindakan alternatif
• Resiko dan komplikasi tiap alternatif
• Kondisi dan tindakan yang mungkin
terjadi setelah Tindakan awal
Contoh Lembar Persetujuan Tindakan Kedokteran
Form Edukasi Tindakan Anestesi dan Sedasi
Form Edukasi Tindakan Anestesi dan Sedasi
Penyampaian Informasi
 Pertimbangkan latar belakang sosial-budaya
 Pertimbangkan kondisi psikologis
 Penggunaan bahasa awam / mudah
dimengerti
 Penggunaan gambar/skema dapat membantu
untuk menjelaskan tindakan
 Mengikutsertakan perawat sebagai saksi
 Memberikan waktu kepada keluarga atau
pengambil keputusan untuk mengambil
keputusan
Pengambil / Pemberi Persetujuan
Pasien sendiri
Suami / Istri
Orang tua kandung
Anak kandung
Saudara kandung
Dewasa
Dibawah
umur (<21
tahun)
Ada orang tua: ayah/ibu kandung,
saudara kandung
Tidak ada orang tua: ayah/ibu adopsi,
saudara kandung, induk semang
Gangguan
Mental
Wali yang sah
Saudara semang
Ayah/Ibu Kandung
yang Sah
Persetujuan
Suatu persetujuan dapat dianggap sah, apabila:
 Pasien telah diberikan informasi
 Pasien atau perwakilannya secara sah berada dalam
keadaan cakap (kompeten) untuk memberikan
keputusan/persetujuan
 Persetujuan harus diberikan secara sukarela
Persetujuan dalam
Keadaan “Gawat Darurat”
● Gawat darurat adalah keadaan/kondisi pasien yang memerlukan tindakan dan/atau
pengobatan medis segera yang berisiko kematian atau kecacatan
● Dalam kondisi gawat darurat, untuk bertujuan menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah kecacatan maka tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran
● Penjelasan wajib diberikan sesegera mungkin kepada pasien dan/atau keluarga
terdekat segera setelah kondisi gawat darurat tertangani atau pasien sudah sadar
penuh
Penolakan
● Pasien memiliki hak untuk menolak tindakan kedokteran terhadap dirinya setelah
memperoleh penjelasan tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan.
● Penolakan harus dilakukan secara tertulis dan segala akibat yang timbul dari
penolakan tindakan medis akan menjadi tanggung jawab pasien/pengambil
keputusan secara penuh.
● Penolakan tindakan kedokteran tidak memutuskan hubungan dokter dengan
pasien
Contoh Form
Penolakan
Tindakan
Kedokteran
Situasi Khusus
Pada situasi tindakan penghentian bantuan hidup, maka kita
harus:
● Menjelasakan kepada keluarga terdekat pasien dari tim
dokter yang bersangkutan terkait kondisi pasien.
● Meminta persetujuan keluarga terdekat / wali pasien.
● Persetujuan harus diberikan secara tertulis.
● Sebuah studi di India, menilai kemampuan komunikasi residen anestesi sebelum dan
sudah diberikan pelatihan komunikasi terkait informasi pre-anestesia.
● Sebelum pelatihan: 22 pasien (78.57%) merasa hanya mendapatkan penjelasan teknik
anestesi yang akan dilakukan, dan hanya 9 pasien (32.14%) yang merasa
mendapatkan penjelasan tentang risiko anestesia.
● Setelah pelatihan: 25 pasien (89.28%) memberikan nilai yang sangat memuasakan
secara keseluruhan dan mendapatkan penjelasan penuh terkait informasi pre-
anesthesia
ETIKA BERMEDIA SOSIAL
● Surat keputusan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Nomor : 029/PB/K.MKEK/04/2021
tentang fatwa etik dokter dalam aktivitas media sosial
● Fatwa ini memiliki 13 poin tentang etika bermedia sosial yang wajib dipatuhi dokter dan
mengikut seluruh dokter di Indonesia
67
Fatwa Etik Dokter Dalam Aktivitas
Media Sosial
1. Dokter harus sepenuhnya menyadari sisi positif dan negatif aktivitas media
sosial dalam keseluruhan upaya kesehatan dan harus menaati peraturan
perundangan yang berlaku.
2. Dokter selalu mengedepankan nilai integritas, profesionalisme, kesejawatan,
kesantunan, dan etika profesi pada aktivitasnya di media sosial.
3. Penggunaan media sosial sebagai upaya kesehatan promotif dan preventif
bernilai etika tinggi dan perlu diapresiasi selama sesuai kebenaran ilmiah, etika
umum, etika profesi, serta peraturan perundangan yang berlaku.
68
4. Penggunaan media sosial untuk memberantas
hoax/informasi keliru terkait kesehatan/kedokteran
merupakan tindakan mulia selama sesuai kebenaran
ilmiah, etika umum, etika profesi, serta peraturan
perundangan yang berlaku. Dalam upaya tersebut, dokter
harus menyadari potensi berdebat dengan masyarakat.
69
Fatwa Etik Dokter Dalam Aktivitas
Media Sosial
5. Pada penggunaan media sosial, dokter harus menjaga diri dari promosi diri berlebihan dan
praktiknya serta mengiklankan suatu produk dan jasa sesuai dengan SK MKEK Pusat IDI No.
022/PB/K.MKEK/07/2020 tentang Fatwa Etika Dokter Beriklan dan Berjualan Multi Level
Marketing yang diterbitkan MKEK Pusat IDI tanggal 28 Juli 2020
6. Pada penggunaan media sosial untuk tujuan konsultasi suatu kasus kedokteran dengan
dokter lainnya, dokter harus menggunakan jenis dan fitur media sosial khusus yang
terenkripsi end-to-end dan tingkat keamanan baik, dan memakai jalur pribadi kepada dokter
yang dikonsultasikan tersebut atau pada grup khusus yang hanya berisikan dokter.
70
Fatwa Etik Dokter Dalam Aktivitas
Media Sosial
7. Pada penggunaan media sosial termasuk dalam hal memuat gambar, dokter wajib mengikuti peraturan
perundangan yang berlaku dan etika profesi.
● Gambar tidak boleh membuka secara langsung maupun tidak langsung identitas pasien, rahasia
kedokteran, privasi pasien/keluarganya, privasi sesama dokter dan tenaga kesehatan, dan peraturan
internal RS/klinik.
● Kondisi klinis/hasil pemeriksaan penunjang untuk tujuan pendidikan, hanya boleh dilakukan atas
persetujuan pasien serta identitas pasien seperti wajah dan nama yang dikaburkan.
● Pengecualian: penggunaan media sosial dengan maksud konsultasi suatu kasus kedokteran
sebagaimana yang diatur pada poin 6
71
8. Pada penggunaan media sosial dengan tujuan
memberikan edukasi kesehatan bagi masyarakat,
sebaiknya dibuat dalam akun terpisah dengan akun
pertemanan supaya fokus pada tujuan.
9. Pada penggunaan media sosial dengan tujuan
edukasi ilmu kedokteran dan kesehatan yang terbatas
pada dokter dan atau tenaga kesehatan, hendaknya
menggunakan akun terpisah dan memilah sasaran
informasi khusus dokter/tenaga kesehatan.
10. Pada penggunaan media sosial dengan tujuan
pertemanan, dokter dapat bebas berekspresi sebagai
hak privat sesuai ketentuan etika umum dan peraturan
perundangan yang berlaku dengan memilih platform
media sosial yang diatur khusus untuk pertemanan dan
tidak untuk dilihat publik.
72
11. Dokter perlu selektif memasukkan pasiennya ke daftar
teman pada akun pertemanan karena dapat
mempengaruhi hubungan dokter-pasien.
12. Dokter dapat membalas dengan baik dan wajar pujian
pasien/masyarakat atas pelayanan medisnya sebagai
balasan di akun pasien/masyarakat tersebut. Sebaiknya
dokter menghindari untuk mendesain pujian
pasien/masyarakat atas dirinya yang dikirim ke publik
menggunakan akun media sosial dokter sebagai tindakan
memuji diri secara berlebihan.
13.Pada kondisi di mana dokter memandang aktivitas
media sosial sejawatnya terdapat kekeliruan, maka dokter
harus mengingatka melalui jalur pribadi.
73
Kesimpulan
● Dalam melakukan komunikasi yang efektif, seorang Dokter dalam
menjelaskan kondisi pasien yang sebenarnya harus didasari dengan sikap
empati sehingga dapat menimbulkan rasa percaya, kejelasan dan
keterbukaan oleh pasien terhadap Dokter
● Komunikasi yang efektif terkait kondisi pasien dapat membantu Dokter untuk
menyampaikan informasi dan menimbulkan pemahaman informasi yang baik
oleh pasien terutama dengan pasien-pasien yang memiliki kasus kompleks
● Informed consent diperoleh dari pasien sendiri, tetapi bila pasien tidak
kompeten, maka dapat diperoleh dari keluarga atau wali sah yang mampu
memberikan persetujuan rasional serta pasien memiliki kebebasan dalam
menyetujui ataupun menolak tindakan kedokteran
● Etika bermedia sosial diatur dalam fatwa MKEK Nomor :
029/PB/K.MKEK/04/2021 tentang fatwa etik dokter dalam aktivitas media sosial
Daftar Pustaka
1. Komite Mutu, Keselamatan dan Kinerja RSCM. Buku Panduan Pengisian Rekam Medis. Jakarta: RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, 2017.
2. Rehatta NM, Hanindito E, Tantri AR, Redjeki IS, Soenarto RF, Bisri DY, et al. Anestesiologi dan terapi intensif buku
teks KATI-PERDATIN. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2019.p.379-88.
3. Nova, Y. Aspek Legal Informed Consent, Rekam Medik, dan Rahasia Kedokteran [PowerPoint presentation]. Bagian
Hukum dan Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. [cited 2023 Sept 03]
4. Emanuel LL, Ferris FD, von Gunten CF, Von Roenn J. Module 7 Communciating Effectively. In: EPEC-O Education in
Palliative and End of life Care-Oncology. Chicago: The EPEC Project; 2005.
5. Beauchamp TL, Childress JF. Principles of Biomedical Ethics. 8th ed. New York: Oxford University Press; 2019.
6. Salgaonkar S, Kulkarni A, Chapane S. Assessment of communication skill during process of preoperative visit and
informed consent by anesthesiology residents. Journal of Anaesthesiology Clinical Pharmacology. 2021;37(4):548.
7. Elhalawani I, Jenkins S, Newman N. Perioperative anesthetic documentation: Adherence to current Australian
guidelines. Journal of Anaesthesiology Clinical Pharmacology. 2013;29(2):211.
8. Surat keputusan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Nomor : 029/PB/K.MKEK/04/2021 tentang fatwa etik dokter
dalam aktivitas media sosial
TERIMA
KASIH

More Related Content

Similar to Komunikasi Efektif dan Penyampaian Berita Buruk dalam Pelayanan Anestesi dan Intensive Care NEW.pptx

Teknik komunikasi
Teknik komunikasiTeknik komunikasi
Teknik komunikasiadityajtkln
 
MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN
MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN
MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN Sera Angelina
 
Asuhan keperawatan pada pasien
Asuhan keperawatan pada pasienAsuhan keperawatan pada pasien
Asuhan keperawatan pada pasienNelthy Almarbertin
 
Menyampaikan Kabar Buruk dengan Protokol SPIKES
Menyampaikan Kabar Buruk dengan Protokol SPIKESMenyampaikan Kabar Buruk dengan Protokol SPIKES
Menyampaikan Kabar Buruk dengan Protokol SPIKESI Putu Cahya Legawa
 
Mi 5 pokok bahasan2 pesan penyuluhan
Mi 5 pokok bahasan2 pesan penyuluhanMi 5 pokok bahasan2 pesan penyuluhan
Mi 5 pokok bahasan2 pesan penyuluhanrickygunawan84
 
Materi buku ajar tetes mata 1
Materi buku ajar tetes mata 1Materi buku ajar tetes mata 1
Materi buku ajar tetes mata 1Rusli Unci
 
KOMUNIKASI EFEKTIF.pptx
KOMUNIKASI EFEKTIF.pptxKOMUNIKASI EFEKTIF.pptx
KOMUNIKASI EFEKTIF.pptxmelphidesuspa1
 
Komunikasi Keperawatan Paliatif.pptx
Komunikasi Keperawatan Paliatif.pptxKomunikasi Keperawatan Paliatif.pptx
Komunikasi Keperawatan Paliatif.pptxNsHyanOktodiaBasukiM
 
Bioetik IKM dan Statistik iMedicine Indonesia UKMPPD PREP.pdf
Bioetik IKM dan Statistik iMedicine Indonesia UKMPPD PREP.pdfBioetik IKM dan Statistik iMedicine Indonesia UKMPPD PREP.pdf
Bioetik IKM dan Statistik iMedicine Indonesia UKMPPD PREP.pdfYogaPratama732954
 
1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK.pptx
1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK.pptx1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK.pptx
1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK.pptxraihanhidayat10
 
Komunikasi efektif drg pasien
Komunikasi efektif drg pasienKomunikasi efektif drg pasien
Komunikasi efektif drg pasienasih gahayu
 
Komunikasi Efektif & Edukasi.pptx
Komunikasi Efektif & Edukasi.pptxKomunikasi Efektif & Edukasi.pptx
Komunikasi Efektif & Edukasi.pptxchairulanam38
 
3. konseling & anastesi
3. konseling & anastesi3. konseling & anastesi
3. konseling & anastesiJoko Wiwied
 

Similar to Komunikasi Efektif dan Penyampaian Berita Buruk dalam Pelayanan Anestesi dan Intensive Care NEW.pptx (20)

Teknik komunikasi
Teknik komunikasiTeknik komunikasi
Teknik komunikasi
 
MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN
MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN
MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN
 
PELAYANAN KB.pptx
PELAYANAN KB.pptxPELAYANAN KB.pptx
PELAYANAN KB.pptx
 
Bab i kelompok
Bab i kelompokBab i kelompok
Bab i kelompok
 
Preventing Malpractice Litigation through Satisfying Communication - Syafiq A...
Preventing Malpractice Litigation through Satisfying Communication - Syafiq A...Preventing Malpractice Litigation through Satisfying Communication - Syafiq A...
Preventing Malpractice Litigation through Satisfying Communication - Syafiq A...
 
Asuhan keperawatan pada pasien
Asuhan keperawatan pada pasienAsuhan keperawatan pada pasien
Asuhan keperawatan pada pasien
 
Menyampaikan Kabar Buruk dengan Protokol SPIKES
Menyampaikan Kabar Buruk dengan Protokol SPIKESMenyampaikan Kabar Buruk dengan Protokol SPIKES
Menyampaikan Kabar Buruk dengan Protokol SPIKES
 
Mi 5 pokok bahasan2 pesan penyuluhan
Mi 5 pokok bahasan2 pesan penyuluhanMi 5 pokok bahasan2 pesan penyuluhan
Mi 5 pokok bahasan2 pesan penyuluhan
 
Konseling dan penapisan kb
Konseling dan penapisan kbKonseling dan penapisan kb
Konseling dan penapisan kb
 
Konseling dan penapisan kb
Konseling dan penapisan kbKonseling dan penapisan kb
Konseling dan penapisan kb
 
Materi buku ajar tetes mata 1
Materi buku ajar tetes mata 1Materi buku ajar tetes mata 1
Materi buku ajar tetes mata 1
 
KOMUNIKASI EFEKTIF.pptx
KOMUNIKASI EFEKTIF.pptxKOMUNIKASI EFEKTIF.pptx
KOMUNIKASI EFEKTIF.pptx
 
Komunikasi Keperawatan Paliatif.pptx
Komunikasi Keperawatan Paliatif.pptxKomunikasi Keperawatan Paliatif.pptx
Komunikasi Keperawatan Paliatif.pptx
 
Konseling dan penapisan kb
Konseling dan penapisan kbKonseling dan penapisan kb
Konseling dan penapisan kb
 
Bioetik IKM dan Statistik iMedicine Indonesia UKMPPD PREP.pdf
Bioetik IKM dan Statistik iMedicine Indonesia UKMPPD PREP.pdfBioetik IKM dan Statistik iMedicine Indonesia UKMPPD PREP.pdf
Bioetik IKM dan Statistik iMedicine Indonesia UKMPPD PREP.pdf
 
1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK.pptx
1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK.pptx1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK.pptx
1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK.pptx
 
Komunikasi efektif drg pasien
Komunikasi efektif drg pasienKomunikasi efektif drg pasien
Komunikasi efektif drg pasien
 
Etica AKPER PEMKAB MUNA
Etica AKPER PEMKAB MUNA Etica AKPER PEMKAB MUNA
Etica AKPER PEMKAB MUNA
 
Komunikasi Efektif & Edukasi.pptx
Komunikasi Efektif & Edukasi.pptxKomunikasi Efektif & Edukasi.pptx
Komunikasi Efektif & Edukasi.pptx
 
3. konseling & anastesi
3. konseling & anastesi3. konseling & anastesi
3. konseling & anastesi
 

More from TezarAndrean1

Konsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptx
Konsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptxKonsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptx
Konsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptxTezarAndrean1
 
CA - Effectiveness of four ultrasonographic parameters as predictors of diffi...
CA - Effectiveness of four ultrasonographic parameters as predictors of diffi...CA - Effectiveness of four ultrasonographic parameters as predictors of diffi...
CA - Effectiveness of four ultrasonographic parameters as predictors of diffi...TezarAndrean1
 
Laporan Parade Kamis, 22 Februari 2024 revisi 3.pptx
Laporan Parade Kamis, 22 Februari 2024 revisi 3.pptxLaporan Parade Kamis, 22 Februari 2024 revisi 3.pptx
Laporan Parade Kamis, 22 Februari 2024 revisi 3.pptxTezarAndrean1
 
Laporan Parade Kamis, 30 November 2023 (1).pptx
Laporan Parade Kamis, 30 November 2023 (1).pptxLaporan Parade Kamis, 30 November 2023 (1).pptx
Laporan Parade Kamis, 30 November 2023 (1).pptxTezarAndrean1
 
International Patient Safety Goals powerpoint
International Patient Safety Goals powerpointInternational Patient Safety Goals powerpoint
International Patient Safety Goals powerpointTezarAndrean1
 
Laporan Parade Selasa, 9 Januari 2024 (3).pptx
Laporan Parade Selasa, 9 Januari 2024 (3).pptxLaporan Parade Selasa, 9 Januari 2024 (3).pptx
Laporan Parade Selasa, 9 Januari 2024 (3).pptxTezarAndrean1
 
Emergency Morning Report Thursday, February 1st 2024.pptx
Emergency Morning Report Thursday, February 1st 2024.pptxEmergency Morning Report Thursday, February 1st 2024.pptx
Emergency Morning Report Thursday, February 1st 2024.pptxTezarAndrean1
 
TP 2 Komorbiditas pada kehamilan - Taufiqo N S - 2106795381.pptx
TP 2 Komorbiditas pada kehamilan - Taufiqo N S - 2106795381.pptxTP 2 Komorbiditas pada kehamilan - Taufiqo N S - 2106795381.pptx
TP 2 Komorbiditas pada kehamilan - Taufiqo N S - 2106795381.pptxTezarAndrean1
 
Morning Report Thursday, February 1st 2024.pptx
Morning Report Thursday, February 1st 2024.pptxMorning Report Thursday, February 1st 2024.pptx
Morning Report Thursday, February 1st 2024.pptxTezarAndrean1
 
KUNJUNGAN PRA ANESTESIA.pptx
KUNJUNGAN PRA ANESTESIA.pptxKUNJUNGAN PRA ANESTESIA.pptx
KUNJUNGAN PRA ANESTESIA.pptxTezarAndrean1
 
KUNJUNGAN PRA ANESTESIA.pptx
KUNJUNGAN PRA ANESTESIA.pptxKUNJUNGAN PRA ANESTESIA.pptx
KUNJUNGAN PRA ANESTESIA.pptxTezarAndrean1
 

More from TezarAndrean1 (11)

Konsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptx
Konsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptxKonsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptx
Konsiderasi Anestesia pada Tonsilektomi.pptx
 
CA - Effectiveness of four ultrasonographic parameters as predictors of diffi...
CA - Effectiveness of four ultrasonographic parameters as predictors of diffi...CA - Effectiveness of four ultrasonographic parameters as predictors of diffi...
CA - Effectiveness of four ultrasonographic parameters as predictors of diffi...
 
Laporan Parade Kamis, 22 Februari 2024 revisi 3.pptx
Laporan Parade Kamis, 22 Februari 2024 revisi 3.pptxLaporan Parade Kamis, 22 Februari 2024 revisi 3.pptx
Laporan Parade Kamis, 22 Februari 2024 revisi 3.pptx
 
Laporan Parade Kamis, 30 November 2023 (1).pptx
Laporan Parade Kamis, 30 November 2023 (1).pptxLaporan Parade Kamis, 30 November 2023 (1).pptx
Laporan Parade Kamis, 30 November 2023 (1).pptx
 
International Patient Safety Goals powerpoint
International Patient Safety Goals powerpointInternational Patient Safety Goals powerpoint
International Patient Safety Goals powerpoint
 
Laporan Parade Selasa, 9 Januari 2024 (3).pptx
Laporan Parade Selasa, 9 Januari 2024 (3).pptxLaporan Parade Selasa, 9 Januari 2024 (3).pptx
Laporan Parade Selasa, 9 Januari 2024 (3).pptx
 
Emergency Morning Report Thursday, February 1st 2024.pptx
Emergency Morning Report Thursday, February 1st 2024.pptxEmergency Morning Report Thursday, February 1st 2024.pptx
Emergency Morning Report Thursday, February 1st 2024.pptx
 
TP 2 Komorbiditas pada kehamilan - Taufiqo N S - 2106795381.pptx
TP 2 Komorbiditas pada kehamilan - Taufiqo N S - 2106795381.pptxTP 2 Komorbiditas pada kehamilan - Taufiqo N S - 2106795381.pptx
TP 2 Komorbiditas pada kehamilan - Taufiqo N S - 2106795381.pptx
 
Morning Report Thursday, February 1st 2024.pptx
Morning Report Thursday, February 1st 2024.pptxMorning Report Thursday, February 1st 2024.pptx
Morning Report Thursday, February 1st 2024.pptx
 
KUNJUNGAN PRA ANESTESIA.pptx
KUNJUNGAN PRA ANESTESIA.pptxKUNJUNGAN PRA ANESTESIA.pptx
KUNJUNGAN PRA ANESTESIA.pptx
 
KUNJUNGAN PRA ANESTESIA.pptx
KUNJUNGAN PRA ANESTESIA.pptxKUNJUNGAN PRA ANESTESIA.pptx
KUNJUNGAN PRA ANESTESIA.pptx
 

Recently uploaded

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 

Recently uploaded (20)

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 

Komunikasi Efektif dan Penyampaian Berita Buruk dalam Pelayanan Anestesi dan Intensive Care NEW.pptx

  • 1. Fadly Aufar Saptadirja Jonathan Wiradinata Riyan Rania Zahra Prinsip komunikasi dalam inform consent dan kasus kompleks
  • 2.  Bahasa Latin (communicare)  memberi atau berpartisipasi  Kualitas dan kuantitas komunikasi berkolerasi dengan nilai, hasil, dan standar kerja professional  Keterampilan  dapat diajarkan dan ditingkatkan KOMUNIKASI EFEKTIF
  • 3.  KBBI: pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami  Penyampaian informasi dalam sebuah interaksi yang berisi ide, perasaan, perhatian, makna, serta pikiran yang diberikan oleh pemberi pesan dimana informasi tersebut diterima dengan pemahaman yang sama dengan pemberi pesan Definisi
  • 4. Proses Komunikasi Pemberi informasi (Sender) Informasi atau pesan yang disampaikan (Message) Saluran atau media yang digunakan (Channel or Media) Penerima informasi (Receiver) Umpan balik menghasilkan persepsi dan pengertian sama (Mutual perception and understanding)
  • 5. Tujuan Komunikasi Efektif antara Dokter-Pasien ● Mengurangi kesalahan, kesalahpahaman, kesulitan, dan kelalaian ● Meningkatkan outcome dari kesembuhan atau kepuasan pasien
  • 6. Hal Yang Menurunkan Komunikasi dengan Pasien Kasar dan blak-blakan dalam berkomunikasi Salah memanggil nama Tampak tidak memperhatikan Berbicara negative Menunjukkan simpati yang tidak perlu
  • 8. Sistem Komunikasi • Lisan atau tulisan Verbal • Intonasi, volume, ekspresi wajah, kontak mata, sikap atau posisis tubuh, penampilan, serta jarak antara pengirim dan penerima pesan Non- Verbal
  • 9. Komunikasi dalam pelayanan Anestesi ● Diharapkan dapat berkomunikasi secara efektif dengan pasien, keluarga pasien, dan teman sejawat (tenaga medis dan mitra kerja) ● Harus dapat melakukan anamnesis terfokus ● Melakukan pemeriksaan yang sesuai selama visit pra-anestesi ● Dalam skenario elektif dan darurat ● Penggunaan waktu yang efektif ● Menjelaskan risiko dan komplikasi yang terkait dengan prosedur kepada pasien dan keluarga ● Mendapatkan persetujuan tindakan
  • 10. Komunikasi dalam Pelayanan Anestesi Hal Unik dalam Profesi Dokter Spesialis Anestesiologi: ● Pasien sering kali tidak mengenal bahkan tidak mengetahui siapa dokter spesialis anestesiologi ● Dokter spesialis anestesiologi juga tidak mengenal pasiennya karena umumnya semua pasien datang atas dasar konsultasi oleh dokter lain ● Konsultasi dengan dokter spesialis anestesiologi hanya satu kali dengan waktu yang terbatas ● Pada umumnya pasien dalam keadaan stress karena akan menjalani pembedahan ● Informasi yang harus disampaikan banyak mengandung hal yang dapat menakutkan pasien ● Dokter spesialis anestesiologi harus siap setiap saat untuk menyampaikan berita buruk kepada keluarga pasien
  • 11. Komunikasi Pra- operative ● Memberikan kendali kepada pasien dalam pengambilan keputusan (autonomy) ● Menawarkan pilihan terapi ● Mendengarkan dan mengamati setiap keluhan pasien ● Menjadi seorang pendengar yang baik (reflective listening) ● Penerimaan realitas yang berbeda ● Pemanfaatan (masalah dan kekhawatiran pasien disusun ulang sebagai solusi) ● Memberikan saran
  • 13.
  • 14.
  • 15. Komunikasi Periprosedural ● Dokter Spesialis Anestesiologi melakukan berbagai berbagai tindakan prosedural baik invasif dan non-invasif ● Setiap tahapan prosedural yang akan dilakukan  harus diinformasikan kepada pasien tersebut. ● Contoh: saat sudah berada di atas meja operasi, pasien perlu diinfokan mengenai pemasangan manset pengukur tekanan darah yang akan memompa secara berkala, elektroda di dada yang mungkin akan terasa dingin dan lengket, dan info lainnya. ● Komunikasi dengan pasien selama melakukan tindakan harus terus dijalin sampai tindakan tersebut selesai.
  • 16. Komunikasi pada Keadaan Emosional ● Menenangkan dan meredakan emosi pasien sehingga komunikasi dapat terjadi ● Strategi saat berkomunikasi dalam keadaan emosional: ○ Memberikan psaien/keluarga pasien untuk menceritakan Kembali perasaannya ○ Memahami emosi dan perasaan pasien ○ Empati ○ Validasi ○ Dukungan
  • 17. Saat itu juga (real time) seperti rapat, parade/ronde, operan atau percakapan spontan Saat itu juga (real time) seperti rapat, parade/ronde, operan atau percakapan spontan Synchronous Synchronous Komunikasi yang terjalin antar petugas kesehatan Komunikasi interpersonal yang baik Adanya kerja tim yang efektif Papan pengumuman, instruksi rekam medik, laporan Asynchronous Komunikasi Interprofesi
  • 18. Kerja Tim Efektif Identifikasi masalah Resolusi konflik Manajemen waktu Distribusi beban kerja Dokter Anestesia, Dokter Bedah, perawat, rekan kerja lainnya Mengurangi hal yang tidak diinginkan
  • 19. Memahami tugas dan fungsi masing- masing profesi Membangun kepercayaan dan hubungan setara diantara profesi Bekerjasama dan kooperatif Menghargai/ menghormati peran Saling membantu dan saling mengerti antar profesi
  • 20. 6 Langkah penyampaian berita buruk/kasus sulit kepada pasien menurut EPEC (Educarion in Palliative and End of Life Care)
  • 21. ● Mengkomunikasikan informasi, apakah itu berita baik atau buruk, adalah keterampilan penting bagi Dokter. ● Banyak yang merasa sulit untuk berkomunikasi secara efektif, terutama ketika melibatkan penyampaian berita buruk di mana ada kemungkinan pasien pada akhirnya akan meninggal. ● Beberapa merasa tidak cukup siap atau tidak berpengalaman. Yang lain khawatir berita tersebut akan sangat menyedihkan sehingga berdampak buruk pada pasien, keluarga, hubungan terapeutik, atau faktor ekonomi pasien.
  • 23. Langkah Pertama : Persiapkan sarana komunikasi ● Sebelum mulai menyampaikan berita apa pun, rencanakan apa yang akan dibahas. Konfirmasikan fakta-fakta medis dari kasus tersebut. Pastikan semua informasi yang dibutuhkan tersedia. ● Pastikan privasi dan tempat duduk yang memadai ● Hindari interupsi dalam memberikan penjelasan ● Tentukan siapa saja yang ingin dihadirkan oleh pasien untuk berdiskusi.
  • 24. Langkah kedua : Apa yang diketahui pasien? Mulailah diskusi dengan menetapkan apa yang diketahui pasien dan keluarga tentang kesehatan pasien. Pertanyaan dapat meliputi:  Apa yang Anda pahami tentang penyakit Anda?  Bagaimana Anda menggambarkan situasi medis Anda? –  Apakah Anda pernah merasa khawatir dengan penyakit atau gejala Anda?  Apa yang dikatakan dokter lain tentang kondisi Anda atau prosedur yang Anda yang pernah Anda jalani?  Ketika Anda pertama kali mengalami gejala X, apa yang Anda pikirkan?  Apa yang dikatakan Dokter X kepada Anda saat mengirim Anda ke sini?  Apakah Anda mengira ada sesuatu yang serius yang terjadi ketika...?
  • 25. Langkah ketiga : Seberapa banyak yang ingin diketahui oleh pasien ? ● Setiap orang menanggapi informasi secara berbeda, tergantung pada ras, etnis, budaya agama, dan kelas sosial ekonomi. ● Pertanyaan yang dapat digunakan : o Jika kondisi ini ternyata merupakan sesuatu yang serius, apakah Anda ingin tahu? o Apakah Anda tipe orang yang suka mengetahui semua fakta? o Apakah Anda ingin saya memberi tahu Anda rincian lengkap tentang kondisi Anda? o Jika tidak, apakah ada orang lain yang ingin Anda ajak bicara? o Beberapa orang benar-benar tidak ingin diberitahu apa yang salah dengan mereka, tetapi lebih suka keluarga mereka diberitahu sebagai gantinya. o Apa yang Anda inginkan? o Apakah Anda ingin saya membahas hasil tes sekarang, dan menjelaskan dengan tepat apa yang menurut saya salah? salah? o Siapa yang Anda ingin saya ajak bicara tentang masalah inii
  • 26. Bagaimana ketika keluarga pasien merespon jangan diberitahu. ● Daripada menghadapi permintaan mereka dengan, 'Saya harus memberi tahu pasien,' tanyakan mengapa mereka yang bersangkutan. ● Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain: - Mengapa Anda tidak ingin saya memberi tahu pasien? - Apa yang Anda takutkan akan saya katakan? - Ceritakan tentang pengalaman masa lalu Anda dengan kanker? - Apakah ada konteks pribadi, budaya, atau agama yang Anda ingin saya ketahui? ● Dalam kasus-kasus yang sangat sulit, dukungan dari komite etika institusional dapat sangat membantu.
  • 27. Langkah keempat : Berbagi Informasi ● Sampaikan informasi dengan cara yang sensitif namun lugas. ● Mulailah dengan memberi tahu pasien bahwa Anda memiliki kabar buruk, lalu sampaikan faktanya. Katakan, lalu berhenti. ● Hindari menyampaikan semua informasi dalam satu monolog yang stabil. ● Gunakan bahasa yang sederhana sederhana dan bahasa yang mudah dimengerti. ● Hindari jargon teknis atau eufemisme. ● Periksa pemahaman. ● Gunakan keheningan dan bahasa tubuh sebagai alat untuk memfasilitasi diskusi
  • 28. ● Anda mungkin memilih untuk menyampaikan berita 'buruk' dengan menggunakan bahasa seperti: - Dengan berat hati saya harus menyampaikan hal ini kepada Anda, tetapi pertumbuhannya ternyata adalah kanker. - Saya khawatir berita ini tidak baik. Hasil biopsi menunjukkan bahwa Anda menderita kanker usus besar. - Sayangnya, tidak ada keraguan mengenai hasil tes tersebut: itu adalah …. - Laporannya sudah keluar, dan tidak seperti yang kami harapkan. Laporan itu menunjukkan bahwa ada……… - Saya khawatir saya punya kabar buruk yaitu …….
  • 29. Bagaimana dengan kata-kata maaf? Apakah tepat menggunakan kata maaf dalam penyampaian berita buruk/kasus sulit?
  • 30. Langkah kelima : Menanggapi Perasaan Pasien ● Pasien dan keluarga menanggapi berita buruk dengan berbagai cara. Ada yang merespons secara emosional dengan air mata, kemarahan, kesedihan, cinta, kegelisahan, kelegaan, atau emosi kuat lainnya. Yang lain mengalami penyangkalan, menyalahkan, rasa bersalah, tidak percaya, takut, atau rasa kehilangan atau malu, atau bahkan mungkin bahkan mungkin tidak mengerti mengapa situasi tersebut terjadi.
  • 31. ● Dengarkan dengan tenang dan penuh perhatian. ● Akui emosi mereka. ● Mintalah mereka untuk menggambarkan perasaan mereka: - Saya membayangkan ini adalah berita yang sulit... - Anda tampak marah - Dapatkah Anda menceritakan apa yang Anda rasakan? - Apakah berita ini membuat Anda takut? - Ceritakan lebih banyak tentang perasaan Anda tentang apa yang baru saja saya katakan. - Apa yang paling membuatmu khawatir? - Apa arti berita ini bagi Anda? - Saya berharap beritanya berbeda. - Aku akan mencoba membantumu. - Apakah ada orang yang ingin Anda hubungi? - Aku akan membantumu memberitahu anakmu. - Ibu dan ayahmu sedih sekarang. Mereka akan merasa lebih baik saat kau sembuh.
  • 32. Langkah ke-enam : Rencanakan Langkah selanjutnya dan follow up ● Tetapkan rencana untuk langkah selanjutnya. ● Yakinkan pasien dan keluarga bahwa mereka tidak akan ditinggalkan dan bahwa dokter akan secara aktif terlibat dalam rencana berkelanjutan untuk membantu. ● Pada kunjungan berikutnya, elemen-elemen protokol ini mungkin perlu ditinjau kembali
  • 33. Ketika bahasa menjadi penghalang ● Bantuan penerjemah berpengalaman yang memahami terminologi medis dan nyaman menerjemahkan berita buruk diperlukan. ● Jika memungkinkan, hindari menggunakan anggota keluarga sebagai penerjemah utama. Hal ini akan membingungkan peran mereka dalam unit keluarga dan dapat menimbulkan masalah kerahasiaan. ● Saat bekerja dengan penerjemah, duduklah dalam posisi segitiga sehingga Anda dapat berhadapan dan berbicara langsung dengan pasien, namun tetap dapat menoleh untuk melihat penerjemah.
  • 34. Pitfall ● Jika percakapan pasien/keluarga membuat Anda merasa cemas, ketahuilah bahwa keluarga keluarga dan pasien mungkin merasa cemas. ● Jauhi prediksi yang pasti tentang kelangsungan hidup. Alih-alih mengatakan, "Kelangsungan hidup Anda adalah 6 bulan," cobalah, "Kelangsungan hidup Anda adalah bulan; bagaimana Anda melakukannya selama satu bulan ke depan atau lebih akan akan membantu kami menentukan dengan lebih baik apa yang diharapkan." ● Dengar, jangan terlalu banyak bicara. ● Tanyakan kepada pasien apa yang dia ketahui tentang penyakitnya. Tidak ada yang lebih buruk daripada melompat ke dalam diskusi tentang pengobatan kanker stadium lanjut hanya untuk menemukan bahwa pasien tidak mengetahui diagnosisnya. ● Bersikaplah baik, tetapi jangan mencoba untuk 'melunakkan pukulan' dengan memberikan harapan palsu.
  • 36. Penjelasan atau keterangan yang telah disampaikan atau diinformasikan Izin atau persetujuan Informed Consent Persetujuan yang diberikan oleh pasien kepada dokter untuk melakukan tindakan kedokteran setelah pasien mendapatkan penjelasan dari dokter
  • 37.  Definisi (KKBI) : kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu)  Kesanggupan pasien untuk mengambil keputusan tentang pengobatan dengan mempertimbangkan semua faktor yang relevan KOMPETENSI
  • 38. Informasi yang benar dan jelas mengenai keadaan penyakitnya serta tindakan medis yang akan dijalani Otonom 03 Beneficence Memberikan yang terbaik dan melindungi pasien sesuai dengan situasi dan kondisi pasien tersebut 01 Non-malficence Mencegah timbulnya kerugian atas pasien, terutama pasien tidak sadar, anak-anak, mental terbelakang, dan sebagainya 02 Utilitas Meningkatkan sikap mawas diri tim medis dalam melakukan tindakan yang menguntungkan setiap orang termasuk kesehatan tenaga kesehatan dan pasiennya sehingga terbentuk sikap saling percaya 04 Dasar Bioetika dalam Informed Consent
  • 39. Dasar Hukum ● Pasal 45 UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran 1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan 2) Persetujuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap ● Pasal 37 UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
  • 40. Dasar Hukum ● Pasal 1 PMK No. 290/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran 1) Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien. ● Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran, Konsil Kedokteran Indonesia, 2006 ○ Persetujuan pasien atau yang sah mewakilinya atas rencana tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang diajukan oleh dokter atau dokter gigi, setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat membuat persetujuan
  • 41. Peraturan Informed Consent di RSCM Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)
  • 42. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Informed Consent Faktor-faktor yang berpengaruh untuk mendapatkan persetujuan tindakan medis Tingkat pemahaman pasien Pemilihan informasi yang ingin hanya didengar oleh pasien Hak otonomi pasien Tuntutan yang diberikan kepada penyedia layanan kesehatan Seberapa baik dokter memenuhi standar untuk memberikan informasi
  • 43. Pilar Penting Informed Consent Penyampaian Informasi Kebebasan dan Persetujuan Pemahaman Informasi Penolakan Tindakan Medis Penerimaan informasi dari pihak pasien juga dipengaruhi oleh kesediaan menerima kebenaran informasi atau tidak. Penolakan itu dibuat atas dasar hak untuk menentukan diri sendiri. Ketepatan menerima informasi dapat diukur dengan kemampuan pasien dan/ atau keluarga untuk dapat memahami juga efek negatif dari keputusannya bila mengikuti prosedur medis tertentu Mengambil keputusan tanpa paksaan atau pengaruh lain yang menekan, baik berupa kekerasan, ancaman, atau manipulasi.
  • 44. Tujuan Informed Consent Hall DE, Prochazka AV, Fink AS. Informed consent for clinical treatment. CMAJ. 2012 Mar 20; 184(5): Informed Consent dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda-beda dengan konteks yang berbeda- beda: 1.Legalitas 2.Etika 3.Administratif
  • 45. Informed Consent ● Hubungan dokter dan pasien harus membangun adanya “kontrak terapeutik”, yang berdasarkan rasa saling hormat dan percaya antara dokter dan pasien. Informed consent Sebagai Hak Dasar Manusia Hak untuk menentukan nasib sendiri Hak atas informasi (the right to information)
  • 46. Syarat Informed Consent ● Informed consent diberikan kepada pasien yang sudah dewasa secara hukum:  Telah berusia 21 tahun atau telah/pernah menikah  Memahami penjelasan dokter dengan baik  Sadar penuh  Memiliki kondisi kejiwaan yang sehat
  • 47. Pemberi Informasi Lembar Persetujuan / Penolakan Tindakan Kedokteran Pemberi Informasi Nama Dokter Pelaksana Tindakan Kedokteran Nama Pemberi Informasi Nama penerima informasi / pemberi persetujuan tindakan Pemberi informasi ialah dokter yang melakukan tindakan medik atau diwakilkan kepada dokter lain dengan sepengetahuan dirinya.
  • 48. Isi Informasi Persetujuan Tindakan Kedokteran Pasal 45 Ayat 3 UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Diagnosis dan tata cara tindakan medis Tujuan tindakan medis yang dilakukan Alternatif tindakan lain dan resikonya Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
  • 49. Isi Informasi Diagnosis Tindakan dan Alternatif ● Penemuan klinis ● Diagnosis kerja dan diagnosis banding ● Indikasi tindakan ● Prognosis  Ad vitam: hidup/meninggal  Ad functionam: fungsi organ  Ad sanationam: sembuh/cacat • Tujuan Tindakan  Preventif  Diagnostik  Terapeutik  Rehabilitatif • Metode dan efek samping. • Tindakan alternatif • Resiko dan komplikasi tiap alternatif • Kondisi dan tindakan yang mungkin terjadi setelah Tindakan awal
  • 50. Contoh Lembar Persetujuan Tindakan Kedokteran
  • 51. Form Edukasi Tindakan Anestesi dan Sedasi
  • 52. Form Edukasi Tindakan Anestesi dan Sedasi
  • 53. Penyampaian Informasi  Pertimbangkan latar belakang sosial-budaya  Pertimbangkan kondisi psikologis  Penggunaan bahasa awam / mudah dimengerti  Penggunaan gambar/skema dapat membantu untuk menjelaskan tindakan  Mengikutsertakan perawat sebagai saksi  Memberikan waktu kepada keluarga atau pengambil keputusan untuk mengambil keputusan
  • 54. Pengambil / Pemberi Persetujuan Pasien sendiri Suami / Istri Orang tua kandung Anak kandung Saudara kandung Dewasa Dibawah umur (<21 tahun) Ada orang tua: ayah/ibu kandung, saudara kandung Tidak ada orang tua: ayah/ibu adopsi, saudara kandung, induk semang Gangguan Mental Wali yang sah Saudara semang Ayah/Ibu Kandung yang Sah
  • 55. Persetujuan Suatu persetujuan dapat dianggap sah, apabila:  Pasien telah diberikan informasi  Pasien atau perwakilannya secara sah berada dalam keadaan cakap (kompeten) untuk memberikan keputusan/persetujuan  Persetujuan harus diberikan secara sukarela
  • 56. Persetujuan dalam Keadaan “Gawat Darurat” ● Gawat darurat adalah keadaan/kondisi pasien yang memerlukan tindakan dan/atau pengobatan medis segera yang berisiko kematian atau kecacatan ● Dalam kondisi gawat darurat, untuk bertujuan menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah kecacatan maka tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran ● Penjelasan wajib diberikan sesegera mungkin kepada pasien dan/atau keluarga terdekat segera setelah kondisi gawat darurat tertangani atau pasien sudah sadar penuh
  • 57. Penolakan ● Pasien memiliki hak untuk menolak tindakan kedokteran terhadap dirinya setelah memperoleh penjelasan tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan. ● Penolakan harus dilakukan secara tertulis dan segala akibat yang timbul dari penolakan tindakan medis akan menjadi tanggung jawab pasien/pengambil keputusan secara penuh. ● Penolakan tindakan kedokteran tidak memutuskan hubungan dokter dengan pasien
  • 59. Situasi Khusus Pada situasi tindakan penghentian bantuan hidup, maka kita harus: ● Menjelasakan kepada keluarga terdekat pasien dari tim dokter yang bersangkutan terkait kondisi pasien. ● Meminta persetujuan keluarga terdekat / wali pasien. ● Persetujuan harus diberikan secara tertulis.
  • 60. ● Sebuah studi di India, menilai kemampuan komunikasi residen anestesi sebelum dan sudah diberikan pelatihan komunikasi terkait informasi pre-anestesia. ● Sebelum pelatihan: 22 pasien (78.57%) merasa hanya mendapatkan penjelasan teknik anestesi yang akan dilakukan, dan hanya 9 pasien (32.14%) yang merasa mendapatkan penjelasan tentang risiko anestesia. ● Setelah pelatihan: 25 pasien (89.28%) memberikan nilai yang sangat memuasakan secara keseluruhan dan mendapatkan penjelasan penuh terkait informasi pre- anesthesia
  • 61. ETIKA BERMEDIA SOSIAL ● Surat keputusan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Nomor : 029/PB/K.MKEK/04/2021 tentang fatwa etik dokter dalam aktivitas media sosial ● Fatwa ini memiliki 13 poin tentang etika bermedia sosial yang wajib dipatuhi dokter dan mengikut seluruh dokter di Indonesia 67
  • 62. Fatwa Etik Dokter Dalam Aktivitas Media Sosial 1. Dokter harus sepenuhnya menyadari sisi positif dan negatif aktivitas media sosial dalam keseluruhan upaya kesehatan dan harus menaati peraturan perundangan yang berlaku. 2. Dokter selalu mengedepankan nilai integritas, profesionalisme, kesejawatan, kesantunan, dan etika profesi pada aktivitasnya di media sosial. 3. Penggunaan media sosial sebagai upaya kesehatan promotif dan preventif bernilai etika tinggi dan perlu diapresiasi selama sesuai kebenaran ilmiah, etika umum, etika profesi, serta peraturan perundangan yang berlaku. 68
  • 63. 4. Penggunaan media sosial untuk memberantas hoax/informasi keliru terkait kesehatan/kedokteran merupakan tindakan mulia selama sesuai kebenaran ilmiah, etika umum, etika profesi, serta peraturan perundangan yang berlaku. Dalam upaya tersebut, dokter harus menyadari potensi berdebat dengan masyarakat. 69 Fatwa Etik Dokter Dalam Aktivitas Media Sosial
  • 64. 5. Pada penggunaan media sosial, dokter harus menjaga diri dari promosi diri berlebihan dan praktiknya serta mengiklankan suatu produk dan jasa sesuai dengan SK MKEK Pusat IDI No. 022/PB/K.MKEK/07/2020 tentang Fatwa Etika Dokter Beriklan dan Berjualan Multi Level Marketing yang diterbitkan MKEK Pusat IDI tanggal 28 Juli 2020 6. Pada penggunaan media sosial untuk tujuan konsultasi suatu kasus kedokteran dengan dokter lainnya, dokter harus menggunakan jenis dan fitur media sosial khusus yang terenkripsi end-to-end dan tingkat keamanan baik, dan memakai jalur pribadi kepada dokter yang dikonsultasikan tersebut atau pada grup khusus yang hanya berisikan dokter. 70 Fatwa Etik Dokter Dalam Aktivitas Media Sosial
  • 65. 7. Pada penggunaan media sosial termasuk dalam hal memuat gambar, dokter wajib mengikuti peraturan perundangan yang berlaku dan etika profesi. ● Gambar tidak boleh membuka secara langsung maupun tidak langsung identitas pasien, rahasia kedokteran, privasi pasien/keluarganya, privasi sesama dokter dan tenaga kesehatan, dan peraturan internal RS/klinik. ● Kondisi klinis/hasil pemeriksaan penunjang untuk tujuan pendidikan, hanya boleh dilakukan atas persetujuan pasien serta identitas pasien seperti wajah dan nama yang dikaburkan. ● Pengecualian: penggunaan media sosial dengan maksud konsultasi suatu kasus kedokteran sebagaimana yang diatur pada poin 6 71
  • 66. 8. Pada penggunaan media sosial dengan tujuan memberikan edukasi kesehatan bagi masyarakat, sebaiknya dibuat dalam akun terpisah dengan akun pertemanan supaya fokus pada tujuan. 9. Pada penggunaan media sosial dengan tujuan edukasi ilmu kedokteran dan kesehatan yang terbatas pada dokter dan atau tenaga kesehatan, hendaknya menggunakan akun terpisah dan memilah sasaran informasi khusus dokter/tenaga kesehatan. 10. Pada penggunaan media sosial dengan tujuan pertemanan, dokter dapat bebas berekspresi sebagai hak privat sesuai ketentuan etika umum dan peraturan perundangan yang berlaku dengan memilih platform media sosial yang diatur khusus untuk pertemanan dan tidak untuk dilihat publik. 72
  • 67. 11. Dokter perlu selektif memasukkan pasiennya ke daftar teman pada akun pertemanan karena dapat mempengaruhi hubungan dokter-pasien. 12. Dokter dapat membalas dengan baik dan wajar pujian pasien/masyarakat atas pelayanan medisnya sebagai balasan di akun pasien/masyarakat tersebut. Sebaiknya dokter menghindari untuk mendesain pujian pasien/masyarakat atas dirinya yang dikirim ke publik menggunakan akun media sosial dokter sebagai tindakan memuji diri secara berlebihan. 13.Pada kondisi di mana dokter memandang aktivitas media sosial sejawatnya terdapat kekeliruan, maka dokter harus mengingatka melalui jalur pribadi. 73
  • 68. Kesimpulan ● Dalam melakukan komunikasi yang efektif, seorang Dokter dalam menjelaskan kondisi pasien yang sebenarnya harus didasari dengan sikap empati sehingga dapat menimbulkan rasa percaya, kejelasan dan keterbukaan oleh pasien terhadap Dokter ● Komunikasi yang efektif terkait kondisi pasien dapat membantu Dokter untuk menyampaikan informasi dan menimbulkan pemahaman informasi yang baik oleh pasien terutama dengan pasien-pasien yang memiliki kasus kompleks ● Informed consent diperoleh dari pasien sendiri, tetapi bila pasien tidak kompeten, maka dapat diperoleh dari keluarga atau wali sah yang mampu memberikan persetujuan rasional serta pasien memiliki kebebasan dalam menyetujui ataupun menolak tindakan kedokteran ● Etika bermedia sosial diatur dalam fatwa MKEK Nomor : 029/PB/K.MKEK/04/2021 tentang fatwa etik dokter dalam aktivitas media sosial
  • 69. Daftar Pustaka 1. Komite Mutu, Keselamatan dan Kinerja RSCM. Buku Panduan Pengisian Rekam Medis. Jakarta: RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, 2017. 2. Rehatta NM, Hanindito E, Tantri AR, Redjeki IS, Soenarto RF, Bisri DY, et al. Anestesiologi dan terapi intensif buku teks KATI-PERDATIN. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2019.p.379-88. 3. Nova, Y. Aspek Legal Informed Consent, Rekam Medik, dan Rahasia Kedokteran [PowerPoint presentation]. Bagian Hukum dan Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. [cited 2023 Sept 03] 4. Emanuel LL, Ferris FD, von Gunten CF, Von Roenn J. Module 7 Communciating Effectively. In: EPEC-O Education in Palliative and End of life Care-Oncology. Chicago: The EPEC Project; 2005. 5. Beauchamp TL, Childress JF. Principles of Biomedical Ethics. 8th ed. New York: Oxford University Press; 2019. 6. Salgaonkar S, Kulkarni A, Chapane S. Assessment of communication skill during process of preoperative visit and informed consent by anesthesiology residents. Journal of Anaesthesiology Clinical Pharmacology. 2021;37(4):548. 7. Elhalawani I, Jenkins S, Newman N. Perioperative anesthetic documentation: Adherence to current Australian guidelines. Journal of Anaesthesiology Clinical Pharmacology. 2013;29(2):211. 8. Surat keputusan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Nomor : 029/PB/K.MKEK/04/2021 tentang fatwa etik dokter dalam aktivitas media sosial

Editor's Notes

  1. Proses komunikasi: Pemberi informasi (sender) Informasi atau pesan yang disampaikan (message) Saluran atau media yang digunakan (channel or media) Penerima (receiver) Umpan balik dari pengirim dan penerima pesan sehingga menghasilkan persepsi dan pengertian yang sama (mutual perception and understanding)
  2. Dokter Anestesiologi perlu mengenal keluarga pasien agar lebih mudak berkomunikasi bila sesuatu terjadi dan memerlukan kemampuan komunikasi yang baik dan efektif agar dapat berempati dan memberikan pemahaman terhadap latar belakang eluarga pasien
  3. Calgary Cambridge Model is a method for structuring medical interviews, focusing on both interview content and process simultaneously
  4. berkomunikasi dengan cara yang langsung dan penuh kasih sayang meningkatkan kemampuan pasien dan keluarga untuk merencanakan dan mengatasi masalah, mendorong tujuan yang realistis dan otonomi, mendukung pasien secara emosional, memperkuat hubungan dokter-pasien hubungan dokter-pasien, dan menumbuhkan kolaborasi antara pasien, keluarga, dokter, dan profesional lainnya.
  5. During the first 3 steps, prepare to share the information. Start by gathering the facts. Then sit down comfortably and assess the patient’s understanding. Inquire what the patient knows, and what s/he would like to know. During the last 3 steps, manage the information carefully. Deliver the news clearly, succinctly and without using jargon. Once the facts have been stated, stop talking. Give time for the patient’s reactions and respond to them. Once the patient is settled, plan for follow-up. Don’t consider this protocol to be a script to be followed rigorously. Use it as a tool to guide important aspects of an interaction in which difficult information is shared.
  6. Before starting to communicate any news, plan what will be discussed. Confirm the medical facts of the case. Ensure that all the needed information is available. If this is an unfamiliar task, rehearse what you will say. Don’t delegate the task. If several team members will be present, it may be helpful for the team to meet to plan the communication in advance. Create an environment conducive to effective communication. Ensure privacy and adequate seating. Ensure that a box of facial tissues is handy and a glass of water. Allot adequate time for the discussion. Do not slip this into a short interval between other critical tasks. Prevent interruptions. Arrange to hold telephone calls and pages or give them to someone else. Determine who else the patient would like to have present for the discussion. This might include family, significant others, surrogate decision makers, and/or key members of the interdisciplinary team, eg, nurse, social worker, chaplain, etc.
  7. Occasionally a patient will fall silent and seem completely unprepared or unable to respond. To ease the situation and stimulate discussion, try to clarify what the patient understands about his or her medical history and recent investigations. Identify absent family members or others on whom the patient relies. If this is ineffective and the patient remains silent, or if it appears the patient requires more support, it may be better to reschedule the meeting for another time.
  8. The phrase “I’m sorry” may be interpreted by the patient or the family to imply that the physician is responsible for the situation. It may also be misinterpreted as pity or aloofness. If you use the phrase, adjust it to show empathy. For example, instead of saying, “I’m sorry to have to tell you this,” the phrase, “I wish things were different,” may be equally effective at communicating empathy without conveying responsibility for the condition.1
  9. Dengarkan dengan tenang dan penuh perhatian. Akui emosi mereka. Mintalah mereka untuk menggambarkan perasaan mereka: - Saya membayangkan ini adalah berita yang sulit... - Anda tampak marah. Dapatkah Anda menceritakan apa yang Anda rasakan? - Apakah berita ini membuat Anda takut? - Ceritakan lebih banyak tentang perasaan Anda tentang apa yang baru saja saya katakan. - Apa yang paling membuatmu khawatir? - Apa arti berita ini bagi Anda? - Saya berharap beritanya berbeda. - Aku akan mencoba membantumu. - Apakah ada orang yang ingin Anda hubungi? - Aku akan membantumu memberitahu anakmu. - Ibu dan ayahmu sedih sekarang. Mereka akan merasa lebih baik saat kau sembuh.
  10. Establish a plan for the next steps. This may include gathering additional information or performing further tests. Treat current symptoms. It may include helping parents to tell their child about their illness and what treatment will be like for them. Arrange for appropriate referrals. Explain plans for additional treatment. Discuss potential sources of emotional and practical support, eg, family, significant others, friends, social worker, spiritual counselor, peer support group, professional therapist, hospice, home health agency, etc. Reassure the patient and family that they are not being abandoned and that the physician will be actively engaged in an ongoing plan to help. Indicate how the patient and family can reach the physician to answer additional questions. Establish a time for a follow-up appointment. © EPEC Project, 2005 Module 7: Communicating Effectively Page M7-9 Ensure that the patient will be safe when he or she leaves. Is the patient able to drive home alone? Is the patient distraught, feeling desperate, or suicidal? Is there someone at home to provide support? At future visits, elements of this protocol may need to be revisited. Many patients and families require repetition of the news to gain a complete understanding of their situation.
  11. Dalam berdebat di media sosial, dokter perlu mengendalikan diri, tidak membalas dengan keburukan, serta menjaga marwah luhur profesi kedokteran. Apabila terdapat pernyataan yang merendahkan sosok dokter, tenaga kesehatan, maupun profesi/ organisasi profesi dokter/kesehatan, dokter harus melaporkan hal tersebut ke otoritas media sosial melalui fitur yang disediakan dan langkah lainnya sesuai peraturan perundangan yang berlaku.