Contoh obat
Spon gelatin, oksisel ( selulosa oksida )
Spon gelatin, dan oksisel dapat digunakan sebagai penutup luka yang akhirnya akan diabsorpsi. Hal ini menguntungkan karena tidak memerlukan penyingkiran yang memungkinkan perdarahan ulang seperti yang terjadi pada penggunaaankain kasa.
Untuk absorpsi yang sempurna pada kedua zat diperlukan waktu 1- 6 jam. Selulosa oksida dapat mempengaruhi regenerasi tulang dan dapatmengakibatkan pembentukan kista bila digunakan jangka panjang padapatah tulang. Selain itu karena dapat menghambat epitelisasi,selulosa oksida tidak dianjurkan untuk digunakan dalam jangkapanjang.
Ø Busa fibrin insani yang berbentuk spon, setelah dibasahi dengan tekanan sedikit dapat menutupi dengan baik permukaan yang berdarah.
Contoh obat
Spon gelatin, oksisel ( selulosa oksida )
Spon gelatin, dan oksisel dapat digunakan sebagai penutup luka yang akhirnya akan diabsorpsi. Hal ini menguntungkan karena tidak memerlukan penyingkiran yang memungkinkan perdarahan ulang seperti yang terjadi pada penggunaaankain kasa.
Untuk absorpsi yang sempurna pada kedua zat diperlukan waktu 1- 6 jam. Selulosa oksida dapat mempengaruhi regenerasi tulang dan dapatmengakibatkan pembentukan kista bila digunakan jangka panjang padapatah tulang. Selain itu karena dapat menghambat epitelisasi,selulosa oksida tidak dianjurkan untuk digunakan dalam jangkapanjang.
Ø Busa fibrin insani yang berbentuk spon, setelah dibasahi dengan tekanan sedikit dapat menutupi dengan baik permukaan ya
2. KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang tepat waktu,
akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh penerima, sehingga
dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
Komunikasi Efektif dapat dilakukan secara verbal, tertulis dan
elektronik
3. Unsur Komunikasi Efektif:
• Sumber/komunikator (dokter, perawat, petugas kesehatan
lain).
• Isi pesan.
• Media/saluran (elektronic,lisan,dan tulisan).
• Penerima/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat,
dokter & petugas kesehatan lainnya)
4.
5.
6.
7. KOMUNIKASI INFORMASI DAN
EDUKASI (KIE)
Informasi adalah suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan, yang berupa data, fakta, gagasan, konsep, kebijakan, aturan,
standar, norma, pedoman atau acuan yang diharapkan dapat diketahui,
dipahami, diyakini, dan di implementasikan oleh komunikan.
Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang
melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat
fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap
pengarahan diri, aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru.
8. Proses Komunikasi Saat Memberikan Edukasi Kepada
Pasien & Keluarganya Berkaitan Dengan Kondisi
Kesehatannya
Tahap asesmen pasien sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu
kebutuhan edukasi pasien & keluarga berdasarkan: (data ini didapatkan
dari RM) :
Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahas yang
digunakan.
Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: Depresi, senang dan
marah)
Keterbatasan fisik dan kognitif
Keterbatasan pasien untuk menerima informasi
9. Setelah melalui tahap asesmen pasien, ditemukan :
Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka
proses komunikasinya mudah disampaikan.
Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan fisik (tuna
rungu dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah
memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung (istri,
anak, ayah, ibu atau saudara sekandung) dan menjelaskannya kepada
mereka.
Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional
pasien (pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif
adalah memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien
membaca leaflet.
10. Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan
memahami edukasi yang diberikan :
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien baik dan
senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan kembali edukasi yang telah
diberikan. Pertanyaannya adalah : “Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira
apa yang bapak/ibu bisa pelajari?”.
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya mengalami
hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan
yang sama: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bapak/ibu bisa
pelajari?”.
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan emosional
(marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali sejauh mana
pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan dipahami. Proses
pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23. General Consent atau persetujuan umum yang diberikan oleh
petugas rumah sakit pada saat pasien rawat jalan yang datang
pertama kali di rumah sakit maupun pasien rawat inap setiap
kali masuk rumah sakit, berisikan tentang hak dan kewajiban
pasien, identitas pasien, dan tertera tanda tangan pasien dan
petugas rumah sakit.
GENERAL CONSENT
24. Tujuan:
• Sebagai panduan dalam melakukan edukasi kesehatan.
• Memahami bagaimana cara dan proses melakukan edukasi
kesehatan di rumah sakit.
• Agar pasien & keluarga berpartisipasi dalam keputusan
perawatan dan proses perawatan.
• Pasien/Keluarga memahami penjelasan yang diberikan,
memahami pentingnya mengikuti rejimen pengobatan yang
telah ditetapkan.
25. Bila ada pasien baru mendaftar rawat jalan, pasien tersebut
adalah pasien baru pertama kali berobat, apa saja yang
anda lakukan, tolong jelaskan ?
26. Saya sampaikan salam, perkenalkan diri, siapkan
formulir pendaftaran, dan form general consent
serta leaflet Hak dan kewajiban pasien. Kemudian
Jelaskan form dan leaflet tsb secara singkat dan
jelas.
27. Apa yang anda lakukan bila ada pengunjung
pasien yang menanyakan tentang diagnose
pasien, tolong jelaskan?
28. Ambil formulir general consent, lihat daftar
nama keluarga pasien yg berhak mendapatkan
keterangan.
Tanyakan nama pengunjung pasien tersebut,
bila ada dalam daftar baru boleh memberikan
keterangan
29. Informed consent adalah penyampaian informasi dari dokter atau
perawat kepada pasien sebelum suatu tindakan medis dilakukan.
Hal ini penting dilakukan karena setiap pasien berhak mengetahui
risiko dan manfaat dari tindakan medis yang akan dijalaninya.
Setelah mendapatkan penjelasan dari dokter dan
memahaminya, pasien dapat memutuskan untuk menyetujui
tindakan medis yang direkomendasikan atau menolaknya.
30. Di klinik, puskesmas, atau rumah sakit, informed consent biasanya akan
diminta dalam suatu formulir atau lembar surat tertulis yang mencakup:
• Identitas pasien dan dokter
• Nama penyakit atau informasi mengenai diagnosis atau kondisi medis
pasien
• Jenis prosedur pemeriksaan atau pengobatan yang direkomendasikan
atau akan dilakukan oleh dokter
• Risiko dan manfaat dari tindakan medis yang akan dilakukan
• Risiko dan manfaat alternatif tindakan, termasuk jika tidak memilih
prosedur tersebut
• Perkiraan biaya tindakan medis dan pengobatan
• Harapan kesembuhan atau tingkat keberhasilan tindakan atau terapi
31. Setelah pasien membaca dan menyetujui informed consent,
artinya pasien tersebut:
• Menerima semua informasi tentang pilihan prosedur dan
pengobatan yang akan diberikan oleh dokter
• Memahami informasi yang diberikan dan memiliki
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan
• Memutuskan apakah akan menjalani langkah penanganan
yang direkomendasikan atau menolak tindakan tersebut
32. Beberapa tindakan medis yang umumnya
memerlukan informed consent dari pasien adalah:
• Pemberian obat bius atau anestesi
• Transfusi darah dan donor darah
• Terapi radiasi atau radioterapi dan kemoterapi
• Penjahitan luka
• Imunisasi
• Pemeriksaan medis kejiwaan
• Pemeriksaan penunjang tertentu, misalnya biopsi, aspirasi
sumsum tulang, pungsi lumbal, dan tes HIV atau VCT
• Prosedur donor dan penerimaan organ
33. Informed consent umumnya diberikan kepada pasien yang sudah
dewasa secara hukum (usia 18 tahun atau lebih), bisa memahami
penjelasan dokter dengan baik, sadar penuh, dan memiliki kondisi
kejiwaan yang sehat.
Untuk pasien usia muda, seperti bayi dan anak-anak, atau remaja
di bawah usia 18 tahun, persetujuan informed consent dapat
diwakilkan oleh orang tua atau walinya.
Untuk pasien dengan kondisi kehilangan kesadaran, seperti pingsan
atau koma, sehingga tidak memungkinkan untuk diberikan penjelasan
atau diminta pendapatnya, persetujuan informed consent dapat
diwakilkan oleh keluarga atau walinya.
34.
35.
36.
37. HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN &
KELUARGA
• Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang
merupakan kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan
moralitas dan legalitas.
• Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dan tidak
boleh bila tidak dilaksanakan.