Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Konseling diperlukan untuk mengurangi beban psikis pasien kusta dan keluarganya akibat stigma serta mendorong pengobatan awal. Lay konselor dapat memberikan informasi akurat tentang penyakit, mendukung pasien, dan merujuk mereka yang membutuhkan bantuan profesional.
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
Mi 5 pokok bahasan3 konseling
1. MATERI INTI 5
PENYULUHAN DAN KONSELING
Pokok Bahasan 3 KONSELING
A. Konseling.
Meskipun program kusta telah berhasil menyembuhkan ribuan
pasien kusta, namun beban psikis akibat kusta pada klien (pasien, keluarga,
dan masyarakat) masih sangat tinggi. Keadaan ini berdampak pada
timbulnya stigma dan diskriminasi di masyarakat.
Dampak stigma pada program kusta sangat merugikan. Pasien
yang mengalami stigma mungkin akan menyembunyikan atau menyangkal
penyakitnya yang berakibat pada keterlambatan pengobatan. Pada
akhirnya kondisi ini akan menyebabkan penyakit semakin berat, meningkatkan
terjadinya kecacatan, komplikasi lain, serta meningkatnya penyebaran
penyakit dalam masyarakat. Dengan konseling diharapkan dapat
mengurangi beban psikis tersebut bagi klien.
1. PENGERTIAN
Konseling adalah tindakan / upaya untuk membantu klien
menghadapi kenyataan dengan bimbingan dan penyuluhan untuk
menyelesaikan masalahnya melalui pelepasan masalah emosional
(katarsis) maupun hubungan interpersonal dengan pemahaman terhadap
fakta, harapan dan kebutuhan yang dihadapinya saat ini.
2. Lay Konselor
Lay konselor adalah konselor yang dilatih untuk melakukan konseling
dengan prasyarat tertentu yang berasal dari masyarakat non profesional.
Lay konselor dapat berasal dari petugas kesehatan, misalnya: dokter
kusta propinsi/kabupaten, wasor kusta propinsi/kabupaten dan juru kusta
puskesmas; atau LSM, organisasi keagamaan, dan orang yang pernah
mengalami kusta, yang telah mengikuti pelatihan. Lay konselor yang
berasal dari kader, organisasi keagamaan, atau LSM terutama dapat
melakukan konseling pada individu yang diduga menderita kusta atau
yang mengalami situasi khusus. Sedangkan yang berasal dari petugas
kesehatan terutama memberikan konseling pada pasien yang baru
didiagnosis kusta.
2. TUJUAN DAN SASARAN KONSELING
a. Tujuan Konseling
Secara umum tujuan konseling kusta adalah untuk mengurangi
stigma dan meningkatkan kualitas hidup klien. Secara lebih khusus,
tujuan tersebut dapat dijabarkan, sebagai berikut:
a. Menyediakan dukungan psikologis bagi klien.
b. Membantu klien dengan informasi yang benar dan akurat
tentang kusta.
c. Memastikan memulai pengobatan MDT sedini mungkin.
d. Memastikan kepatuhan berobat dan mendukung perawatan
diri klien.
b. Sasaran Konseling
Sasaran konseling adalah orang yang terdampak kusta, yang
membutuhkan bantuan untuk dicarikan pemecahan masalah yang
dihadapinya baik yang sedang menjalani pengobatan (pasien), orang
yang pernah mengalami kusta, keluarga, maupun masyarakat.
Lay Konselor yang baik adalah:
• Tulus: secara sungguh-sungguh dari dasar hati dan ikhlas, serta jujur.
• Empati: merasa dan mengidentifikasi diri terhadap emosi/perasaan
dan pikiran klien tanpa jauh terlibat secara emosi.
• Menguasai ketrampilan konseling.
3. • Peka akan budaya.
• Sabar: tidak mudah marah dan tidak tergesa-gesa dalam
melakukan konseling.
• Jujur: dapat berkata apa adanya dan tidak berbohong dalam
memberikan informasi.
• Menyadari keterbatasan diri: konselor menyadari keterbatasannya
dalam menangani klien yang memerlukan rujukan lebih lanjut.
• Tidak menghakimi.
• Memahami kusta dan permasalahannya.
c. Proses Konseling
Proses konseling dikatakan sudah berjalan baik, jika uraian di bawah ini
terlaksana:
• Sudah terbinanya hubungan yang akrab dan setara antara konselor
dan klien
• Klien memiliki kebebasan secara penuh untuk dapat
mengemukakan masalah yang sedang dihadapi dan pemecahan
masalah apa yang diinginkan.
• Konselor berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan
serta perilaku klien tanpa memberikan penilaian, sanggahan
maupun koreksi.
Kepercayaan, penghargaan, penghormatan terhadap keadaan
dan keyakinan akan kemampuan klien merupakan kunci atau dasar
yang paling menentukan suatu hubungan konseling berjalan dengan
baik atau tidak.
Untuk mempermudah dalam mengingat proses-proses yang
dilakukan dalam konseling, dapat digunakan urutan enam elemen huruf
dalam kata GATHER.
Greet = SALAM
a. Salam
Konselor dapat memberi salam sambil menjabat tangan, merangkul
atau menepuk pundak klien dan mengucapkan:
“Selamat pagi, apa kabar, selamat datang di Puskesmas, silahkan
duduk”.
“Selamat datang, silahkan duduk, bagaimana tadi perjalanannya?”
4. b. Perkenalan
Konselor memperkenalkan diri sebaik mungkin dan buat klien merasa
nyaman.
“Perkenalkan nama saya Ani, saya adalah petugas puskesmas.”
Ask = TANYA
Tanyakan klien tentang alasan mereka untuk datang.
Tanyakan bagaimana Anda bisa membantu.
Tanyakan klien tentang pengalaman mereka dengan masalah
penyakit kusta dan stigma yang menyertainya.
Tanyakan klien apa yang ingin mereka lakukan.
Mintalah informasi yang diperlukan untuk melengkapi catatan
tentang klien.
Contoh pertanyaan yang dapat menggali perasaan klien:
“Bagaimana keadaanmu saat ini di lingkungan keluarga?”
“Bagaimana tanggapan teman-teman tentang masalah /
penyakitmu?”
“Apa saja yang Bapak/Ibu ketahui mengenai penyakit dan masalah
yang sedang di hadapi? Coba ceritakan masalahnya.”
Tell = UNGKAPKAN
Untuk membuat keputusan yang baik, klien membutuhkan informasi yang
jelas, tepat, dan spesifik tentang berbagai pilihan yang mereka miliki.
Berikan pengetahuan tentang kusta yang jelas dan akurat untuk
membantu klien.
Contoh informasi yang diberikan :
“Penyakit kusta disebabkan oleh kuman dan dapat disembuhkan”.
Help = BANTU
Beritahu klien bahwa mereka yang membuat pilihan untuk mereka
sendiri. Hindari membuat keputusan untuk klien.
Membantu klien mengungkapkan perasaan mereka, kebutuhan,
keinginan, dan setiap keraguan, kekhawatiran, atau pertanyaan.
5. Bantu klien untuk membuat pilihan, minta mereka untuk memikirkan
rencana-rencana mendatang dan kondisi keluarganya.
Tanyakan apakah klien ingin penjelasan lebih lanjut. Pengulangan
informasi dapat dilakukan sesuai kebutuhan.
Bantu klien dalam pemecahan masalah:
Identifikasi masalah: konselor membantu untuk mengidentifikasi
masalah-masalah yang dihadapi klien dan fokus pada masalah utama
yang ingin segera diselesaikan. Bantu klien untuk mengemukakan semua
pilihan/alternatif pilihan dalam menyelesaikan masalah.
Contoh :
“Apa yang Bapak/Ibu pikirkan untuk mencegah supaya kecacatan ini
tidak bertambah parah?”.
“Apa rencana Bapak/Ibu untuk menyelesaikan masalah?”
Explain = JELASKAN
Setelah klien membuat pilihan, maka:
Jelaskan kemungkinan dampak yang terjadi dan apa yang harus
dilakukan jika hal itu terjadi.
Mintalah klien untuk mengulangi yang sudah dijelaskan. Pastikan klien
ingat dan memahami.
Jelaskan dan beri keterangan mengenai rujukan yang diperlukan,
misalnya Puskesmas terdekat, Rumah Sakit, Kelompok Perawatan Diri
(KPD) atau kelompok dukungan lain yang tersedia.
Membuat kesimpulan atas jalannya konseling.
Contoh :
“Jika kamu sudah memutuskan untuk mau memeriksakan bercak kulitmu
ke petugas kesehatan, maka kamu bisa pergi ke Puskesmas untuk
melakukan pemeriksaan tersebut.”
Return= Ajakan untuk Bertemu Kembali
Akhiri konseling dan lakukan tindak lanjut sebagai berikut:
6. Sampaikan terima kasih dan penghargaan atas waktu dan percakapan
yang telah dilakukan untuk membangun kepercayaan dan mendorong
klien untuk mau berdialog di lain waktu.
Ajak klien untuk membuat rencana tindakan yang ingin dikerjakan
sampai sebelum pertemuan selanjutnya.
Beritahu klien untuk kembali kapan pun mereka inginkan, dengan atau
tanpa alasan medis/psikis.
Contoh:
“Saya melihat Bapak/Ibu sudah bisa lebih memahami diri sendiri dan bisa
membuat rencana yang baik.”
“Bila ada hal yang ingin dibicarakan setelah ini, Anda dapat
menghubungi saya di Puskesmas, pada jam kerja.”
Rujukan
Pada beberapa kondisi seorang lay konselor sebaiknya merujuk klien
kepada profesional seperti psikolog atau psikiater (dokter ahli jiwa) untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut, antara lain:
Kecemasan: takut, kecenderungan marah/menyerang (agitasi),
berdebar-debar, tangan gemetar.
Depresi: kehilangan minat, perasaan sedih atau menangis terus-menerus
yang berkepanjangan (lebih dari 2 minggu), tidak dapat tidur atau
banyak tidur, kehilangan selera makan, tidak memiliki energi, putus asa
dan tidak punya harapan atas kondisi yang dialaminya, muncul
keinginan untuk bunuh diri.
Tanda-tanda seperti di atas, jika ditemukan, mengindikasikan klien
berada dalam kondisi psikologis yang cukup serius dan memerlukan
penanganan profesional.
7. BERIKUT ADALAH URAIAN TUGAS P2 KUSTA DI PUSKESMAS:
1. URAIAN TUGAS PENGELOLA P2 KUSTA PUSKESMAS
1. Melakukan upaya penemuan kasus baru melalui
- Pasif : Penderita datang sendiri
- Aktif : Pemeriksaan kontak, RVS, dan pemeriksaan anak sekolah.
2. Menegakkan diagnosis dan klasifikasi penyakit kusta
3. Melakukan pengobatan kusta
- Menentukan regimen dan dosis obat sesuai jenis klasifikasi dan umur
penderita
- Mengawasi keteraturan berobat
- Berkonsultasi dengan dokter untuk penanganan efek samping obat
- Berkonsultasi dengan dokter untuk rujukan bila perlu
4. Melakukan kegiatan pencegahan cacat
- Menentukan tingkat cacat (sesuai WHO)
- Memeriksa fungsi saraf untuk deteksi dini reaksi kusta
- Berkonsultasi dengan dokter untuk penanganan reaksi
- Mengajarkan cara perawatan diri
- Berkonsultasi dengan dokter untuk rujukan bila perlu
5. Membuat perencanaan untuk mendapatkan dukungan dari pengambil
kebijakan di puskesmas dan lintas program
6. Melakukan pengelolaan logistik program kusta
7. Melakukan penyuluhan kesehatan
8. Melakukan pencatatan dan pelaporan
9. Melakukan sosialisasi tanda dini dan program kusta untuk petugas kesehatan
yang lain.
8. 2. URAIAN TANGGUNG JAWAB & TUGAS KEPALA PUSKESMAS
Tanggung Jawab:
Tercapainya tujuan program kusta di wilayah Puskesmas
Tugas:
1. Membimbing petugas dalam perencanaan dan implementasi program
P2 kusta
2. Memfasilitasi sumber daya untuk implementasi program P2 kusta
3. Mendorong terjadinya kerjasama lintas program (integrasi) di puskesmas
4. Mengembangkan kerjasama lintas sektor