'EFEKTIFITAS PENERIMAAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD, PROVINSI SULAWESI UTARA"
Pajak merupakan peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk mebiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment ......................................''
1.
EFEKTIFITAS PENERIMAAN PAJAK
MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN
KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD,
PROVINSI SULAWESI UTARA
KERTAS KERJA WAJIB
Oleh :
Nama Mahasiswa : YOHANIS SAHABAT
NIM : 15153008
Konsentrasi : Manajemen Pertambangan & Energi
Program Studi : Logistik Minyak dan Gas
Diploma : II (Dua)
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL
STEM Akamigas
Cepu, 02 Juni 2017
2.
SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL
(STEM) Akamigas
LEMBAR PENCATATAN KEGIATAN PEMBIMBINGAN KKW
Nama Mahasiswa : YOHANIS SAHABAT
NIM : 15153008
Jurusan : Manajemen Pertambangan dan Energi
Program Studi : Logistik Minyak dan Gas
Dosen Pembimbing / NIP : SUHARDJITO, Drs.,M.M / 19551120 1982031 003
Judul KKW : Efektifitas Penerimaan Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan, Kabupaten Kepulauan Talaud.
No Tanggal
Ringkasan Materi
Bimbingan KKW
Paraf
Pembimbing
Selesai perbaikan
Tanggal Paraf
Cepu, 02 Juni 2017
Ketua Program Studi Manajemen
Pertambangan dan Energi
SUHARDJITO, Drs.,M.M.
NIP : 19551120 198203 1 001
3.
Judul : Efektifitas Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan, Kabupaten Kepulauan Talaud.
Nama Mahasiswa : YOHANIS SAHABAT
NIM : 15153008
Jurusan : Manajemen Pertambangan dan Energi
Program Studi : Logistik Minyak dan Gas
Diploma : II (Dua)
Menyetujui,
Pembimbing Kertas Kerja wajib
SUHARDJITO, Drs., MM
NIP. 19551120 198203 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Manajemen Pertambangan dan Energi
SUHARDJITO, Drs., MM
NIP. 19551120 198203 1 001
5. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala rahmat dan berkat-Nya, sehingga saya dapat melaksanakan tugas Kertas
Kerja Wajib yang berjudul ”Efektifitas Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam
dan Batuuan, Kabupaten Kepulauan Talaud” yang telah dapat diselesaikan dengan
baik.
Kertas Kerja Wajib ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan program
diploma II (dua) pada Program Studi Manajemen Pertambangan dan Energi, STEM
Akamigas Cepu.
Kertas Kerja Wajib ini dapat diselesaikan atas dorongan, saran, bantuan
pemikiran berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah saya mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Prof. Dr. R. Y. PERRY BURHAN, M. Sc. Selaku Direktur STEM Akamigas
Cepu ;
2. SUHARDJITO, Drs.,M.M. selaku Kepala Program Studi Manajemen
Pertambangan dan Energi STEM Akamigas Cepu, dan sebagai Pembimbing
dalam menyelesaikan Kertas Kerja Wajib ;
3. GUSTAF ATANG, STP.MM sebagai Kepala Badan Pengelola Pajak dan
Retribusi Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud ;
4. LINDA E. E. SASAUW, SE. Sebagai Sekretaris di Badan Pengelola Pajak
dan Retribusi Daerah, Kabupaten Kepulauan Talaud, dan selaku Pembimbing
Saya di lapangan ;
5. Rekan-rekan seperjuangan Program Studi Manajemen Pertambangan dan
Energi Tahun Akademik 2016/2017 dan ;
6. Semua pihak yang telah membantu Saya yang tidak bisa disebutkan satu-
persatu.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan Kertas Kerja Wajib ini masih
terdapat kekeliruan dan kekurangan - kekurangan. Oleh karena itu, Saya mohon
masukan ataupun saran dari pembaca, untuk dijadikan bahan perbaikan di masa-
masa yang akan datang.
Cepu, 02 Juni 2017
Penulis,
YOHANIS SAHABAT
N I M. 15153008
6. ii
INTISARI
Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan Kabupaten yang paling Utara di Negara
Republik Indonesia, dengan ibukota Melonguane yang berjarak sekitar 271 mil laut
dari Ibukota Propinsi Sulawesi Utara yaitu Manado. Terletak antara 3º 38’ 00” - 5º
33’ 00” Lintang Utara dan 126° 38’ 00” - 127° 10’ 00” Bujur Timur. Daerah ini
merupakan salah satu daerah yang memiliki sumber daya mineral baik logam
maupun bukan logam. Untuk logam diketahui mineral yang dapat diidentifikasi
adalah pasir besi, nikel dan mangan. Sedangkan untuk Bukan logam terdiri dari :
lempung bentonitan, batu gamping, kalsit, batu hias (setengah permata), gipsum
dan barit. Penulisan Kertas Kerja Wajib ini bertujuan mendeskripsikan penerimaan
pajak dari bahan galian mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Kepulauan
Talaud pada tahun anggaran 2012 sampai dengan 2016. Untuk pengolahan data
dalam penulisan kertas kerja wajib ini dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisa
kualitatif digunakan untuk menerangkan tingkat efektifitas berdasarkan data yang
diperoleh serta mendapatkan gambaran pencapaian target dan realisasi dari
pemungutan pajak bahan galian mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten
Kepulauan Talaud. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh langsung dari sumber yang terkait dan data sekunder adalah
data yang bersifat waktu berkala ( time series ) dalam bentuk tahunan yaitu selama
periode Tahun Anggaran 2012 sampai dengan 2016 yang meliputi data target dan
realisasi penerimaan pajak daerah. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan
bahwa kontribusi penerimaan pajak dari penambangan bahan galian yang dimiliki
kabupaten ini sesungguhnya besar di antara penerimaan pajak daerah lainnya
namun kontribusinya juga tergantung pada kondidisi atau konsumsi bahan galian,
dan komitmen Pemerintah Daerah dalam upaya memaksimalkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
7. iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
INTISARI................. .........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL.... .......................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................viii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penulisan .................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah .................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
1.4 Sistematika Penulisan .......................................................................................... 3
II. ORIENTASI UMUM ............................................................................................. 5
2.1 Gambaran Umum Kabupaten Kepulauan Talaud ................................................ 5
2.2 Luas Wilayah ....................................................................................................... 5
2.3 Geologi Umum .................................................................................................... 6
2.3.1 Stratigrafi .................................................................................................... 6
2.3.2 Struktur Geologi .......................................................................................... 8
2.3.3 Indikasi Mineralisasi ................................................................................. 11
2.4 Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah, Kabupaten Kepulauan Talaud. . 11
2.4.1 Dasar pelaksanaan Tugas dan Fungsi ....................................................... 11
2.4.2 Struktur Organisasi ................................................................................... 11
2.4.3 Tugas dan Fungsi ...................................................................................... 12
8. iv
2.4.4 Visi dan Misi ............................................................................................. 24
III. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 26
3.1 Akuntansi Pajak ................................................................................................. 26
3.2 Konsep Perpajakan ............................................................................................ 26
3.3 Fungsi Pajak ...................................................................................................... 26
3.4 Pendapatan Asli Daerah..................................................................................... 26
3.5 Pajak Daerah ...................................................................................................... 27
3.6 Jenis Pajak Daerah ............................................................................................. 27
3.7 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan .......................................................... 28
3.8 Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ............................................... 28
3.9 Subjek Pajak ...................................................................................................... 29
3.10 Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ............................................... 29
3.11 Jenis Pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ............................ 29
3.12 Dasar Pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ........................... 29
3.13 Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ................................................. 30
IV. PEMBAHASAN.................................................................................................... 31
4.1 Pengusahaan Bahan Galian Mineral Bukan Logam dan Batuan ....................... 31
4.2 Dasar Penetapan Target Penerimaan Pajak ....................................................... 33
4.3 Perhitungan Pengenaan Pajak ............................................................................ 35
4.4 Target dan Realisasi Penerimaan ....................................................................... 36
4.5 Efektivitas dari Sistem Pemungutan Pajak ........................................................ 37
4.6 Kontribusi Pajak Bahan Galian Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap
Pendapatan Asli Daerah ................................................................................................ 40
4.7 Kendala Dalam Memenuhi Realisasi Penerimaan Pajak ................................... 43
V. PENUTUP...... ....................................................................................................... 45
10. vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.2. Peta Administratif Kabupaten Kepulauan Talaud ............... 6
Gambar 2.3.2. Peta Geologi lembar Talaud ................................................ 10
Gambar 2.3.3. Peta Geologi Regional Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi
Sulawesi Utara ...................................................................... 11
Gambar 4.1a. Peta Sebaran Bahan Galian .................................................. 31
Gambar 4.1b. Peta IUP Bahan Galian Kabupaten Kepulauan Talaud ........ 32
11. vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.3 Contoh Daftar Harga Standar Masing-masing Jenis Mineral
Bukan Logam dan Batuan, dan Perhitungan Tarifnya .............. 36
Tabel 4.4 Data Target Penerimaan dan Realisasi Pajak Mineral Bukan
Logan dan Batuan, Kab. Kepl. Talaud, TA.2012 s/d 2016......... 37
Tabel 4.5a Skala Peringkat Efektifitas .......................................................... 38
Tabel 4.5b Tingkat Efektifitas terhadap Sistem Pemungutan ....................... 39
Tabel 4.6a Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kab. Kepl. Talaud 5 (Lima)
Tahun Anggaran (2012 s/d 2016) ................................................ 41
Tabel 4.6b Kontribusi Penerimaan Pajak Mineral Bukan logam dan
batuan, Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)........ 42
12. viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Badan Pengelola Pajak Dan Retribusi Daerah
Kabupaten Depulauan Talaud ;
Lampiran 2. Dokumentasi Peninjauan Beberapa Lokasi Penambangan :
1) Lokasi Penambanmgan Pasir dan Kerikil Di Desa Niampak,
Kecamatan Beo Selatan, Kab. Kepl. TalauD;
2) Lokasi Penambangan Batu Di Desa Pulutan, Kecamatan Pulutan,
Kab. Kepl. Talaud ;
3) Lokasi Penambangan Sirtu, di Desa Matahit, Kec. Beo,
Kabupaten Kepulauan Talaud. ;
13. 1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Pada tanggal 1 Januari 2001 di Indonesia secara resmi diberlakukan
Otonomi Daerah, yang berarti daerah diberikan hak, kewenangan dan
kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab
diperlukan kemampuan daerah untuk menggali sumber keuangan sendiri
yang didukung oleh perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah (Ridha dan Dhiah, 2011). Pemerintah daerah tidak hanya dituntut
untuk mampu menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan akan tetapi secara finansial mampu untuk membiayai
kebutuhannya.
Salah satu tugas Pemerintah Daerah adalah memperhatikan
penggunaan dan pengelolaan pendapatan daerah secara efektif. Pendapatan
daerah antara lain Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah
(PAD) inilah yang merupakan salah satu modal utama untuk mendukung
proses pembangunan di daerah sehingga berkenan dengan kepentingan
rakyat. Dengan demikian, penerimaan dan pengelolaan pendapatan daerah
harus diperhatikan (Billy Ch. G. Rattu, 2014). Pendapatan Asli Daerah (PAD)
berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah. Pajak daerah di Indonesia
berdasarkan Undang-undang nomor 28 tahun 2009 terbagi menjadi dua yaitu,
pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Pembagian ini dilakukan sesuai
dengan kewenangan pengenaan dan pemungutan masing-masing jenis pajak
daerah pada wilayah administrasi provinsi atau kabupaten/kota.
Pajak merupakan peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas
negara untuk mebiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk
public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment (Billy Ch. G. Rattu). Salah satu penerimaan Pendapatan Asli
14. 2
Daerah berasal dari sektor pajak daerah. Salah satu bentuk penataan kembali
retribusi yang pada hakikatnya bersifat pajak yaitu Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak
atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber
alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan (UU No. 28 Thn
2009)
Di Kabupaten Kepulauan Talaud terdapat berbagai macam usaha entah
usaha orang pribadi dan/atau badan yang dapat sangat mempengaruhi
Pendapatan Asli Daerah. Maka, Komponen pajak daerah yang perlu
mendapatkan perhatian lebih oleh pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud
adalah Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan seiring meningkatnya
kebutuhan akan bahan mineral bukan logam dan batuan yang digunakan
sebagai bahan dasar industri dan pembangunan pemukiman di daerah
Kabupaten Kepulauan Talaud sendiri dan sekitarnya.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, bahwa dengan melihat
karakteristik daerah Kabupaten Kepulauan Talaud, dimana merupakan salah
satu daerah tertinggal, maka sangat dipandang perlu upaya pemerintah
daerah, dalam mengoptimalkan pendapatan daerah untuk mendukung dan
menunjang pembangunan yang ada di daerah ini, sehingga potensi bahan
galian di Kabupaten Kepulauan Talaud harus benar-benar dikelola dengan
baik dan benar untuk memenuhi kebutuhan pembangunan daerah
kedepannya.
1.2 Batasan Masalah
Pembahasan dibatasi pada Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bahan
Galian Mineral Bukan Logam dan Batuan yang ada di Kabupaten Kepulauan
Talaud, Efektifitas dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD).
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penulisan Kertas Kerja Wajib ini adalah untuk :
15. 3
a. Mengetahui besaran realisasi penerimaan pajak dari bahan galian mineral
bukan logam dan batuan Kabupaten Kepulauan Talaud;
b. Mengukur tingkat efektifitas penerimaan pajak mineral bukan logam dan
batuan di Kabupaten Kepulauan Talaud selama 5 (lima) tahun terakhir;
c. Mengetahui besaran kontribusi pajak mineral bukan logam dan batuan
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kepulauan Talaud;
d. Menginformasikan kendala yang dihadapi oleh baik daerah maupun
pemegang IUP dan atau Wajib Pajak, dalam pelaksanaan pemungutan
pajak mineral bukan logam dan batuan.
1.4 Sistematika Penulisan
Kertas Kerja Wajib ini terdiri dari 5 (lima) bab, dengan sistematika penulisan
sebagai berikut :
1. Bab I. Pendahuluan
Menjelaskan mengenai latar belakang penulisan, batasan masalah, tujuan
penulisan dan sistematika penulisan.
2. Bab II. Orientasi Umum
Menjelaskan sejarah singkat Kabupaten Kepulauan Talaud, luas wilayah
dan kesampaian daerah, geologi umum (Stratigrafi, struktur geologi, dan
indikasi mineralisasi), pengelola pajak, tugas pokok dan fungsi pengelola
serta struktur organisasi, visi dan misi Badan Pengelola Pajak dan
Retribusi Daerah, Kabupaten Kepulauan Talaud.
3. Bab III. Tinjauan Pustaka
Dasar teori/landasan teori yang ada kaitannya dengan Penerimaan Pajak
Bahan Galian Mineral Bukan Logam dan Batuan.
4. Bab IV. Pembahasan
Menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan penerimaan pajak dari bahan
galian mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Kepulauan Talaud
dari informasi dan data yang telah di kumpulkan oleh penulis.
5. Bab V. Penutup
Pada bab ini, penulis membuat simpulan dari tulisan yang tertuang dalam
laporan ini untuk mengetahui besarnya pendapatan daerah yang diterima
16. 4
dari sektor pertambangan khususnya dari bahan galian mineral Bukan
logam dan batuan di Kabupaten Kepulauan Talaud, Propinsi Sulawesi
Utara, dengan harapan kedepannya nanti akan bermanfaat sebagai salah
satu sumber informasi bagi pemerintah daerah secara khusus, maupun bagi
mahasiswa STEM Akamigas secara umumnya.
17. 5
II. ORIENTASI UMUM
2.1 Gambaran Umum Kabupaten Kepulauan Talaud
Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan kabupaten yang paling utara
di Negara Republik Indonesia. Kabupaten Kepulauan Talaud bagian integral
dari Propinsi Sulawesi Utara, beribukota Melonguane yang berjarak sekitar
271 mil laut dari Ibukota Propinsi Sulawesi Utara yaitu Manado.
Pembentukan Kabupaten Kepulauan Talaud di Provinsi Sulawesi
Utara, Kabupaten Kepulauan Talaud adalah sebagai daerah otonomi hasil
pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud, dengan
karakteristiknya sebagai daerah kepulauan, daerah perbatasan, daerah
tertinggal, dan daerah rawan bencana alam (UU. No. 8 Thn 2002)
2.2 Luas Wilayah
Secara administratif Kabupaten Kepulauan Talaud. mempunyai luas
wilayah sebesar 39.051 Km² dengan luas daratan 1.251,02 Km² (3,00% dari
luas wilayah) dan luas lautan 37.800 Km² (97,00% dari luas wilayah),
sedangkan panjang garis pantai 367,70 KM. Kabupaten Kepulauan Talaud
terdiri dari 19 (sembilan belas) kecamatan, dimana kecamatan terluas adalah
Kecamatan Beo Utara (144,85 Km2
) dan kecamatan terkecil adalah
Kecamatan Miangas (2,39 Km2
). Umumnya ada tiga pulau utama di
Kabupaten Kepulauan Talaud, yaitu Pulau Karakelang, Pulau Salibabu, dan
Pulau Kabaruan (Gambar 2.2).
18. 6
Gambar 2.2 Peta Administratif Kabupaten Kepulauan Talaud(5:1)
(Sumber : Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Kab. Kepl. Talaud, 2016)
Daerah ini secara geografis terletak antara 3º 38’ 00” - 5º 33’ 00”
Lintang Utara dan 126° 38’ 00” - 127° 10’ 00” Bujur Timur. Adapun batas-
batasnya adalah sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Republik Filipina (P. Mindanau)
Sebelah Timur berbatasan dengan Lautan Pasifik
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe
Dan sebelah barat berbatasan dengan Laut Sulawesi.
2.3 Geologi Umum
2.3.1 Stratigrafi
19. 7
Berdasarkan geologi regional daerah Kabupaten Kepulauan
Talaud, termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar Talaud skala 1:
250.000 (R. Sukamto dan N. Suwarna, 1986). Secara umum batuan
penyusun Kepulauan Talaud adalah Batuan Sedimen (Batugamping
Beo, Formasi Awit), dan Batuan Gunungapi (Batuan gunungapi
Miangas, Pampini), yang beralaskan batuan ultramafik dan bancuh
(Gambar 2.3.1). Susunan stratigrafi batuan dari umur tua ke muda
antara lain sebagai berikut :
1. BATUAN ULTRAMAFIK KABARUAN;
Batuan Ultramafik Kabaruan terdiri dari peridotit, serpentinit gabro
dan basal; yang cukup luas singkapannya dan dapat dipetakan,
terdapat di dua tempat, yaitu di Pulau Karakelang bagian selatan,
Pulau Kabaruan. Bersama dengan bancuh Karakelang. Batuan
Ultramafik Kabaruang ini berumur lebih tua dari Oligo-Miosen.
2. KOMPLEK BANCUH;
Komplek Bancuh terdiri dari Bongkah-bongkah berbagai macam
ukuran, dari puluhan sentimeter hingga ratusan meter lebamya,
terdiri dari macam-macam batuan bercampuraduk menjadi satu,
berkisar dari peridotit, serpentinit, gabro, basal, sekis, pulam,
sedimen malih, rijang merah, serpih. Batuan ini berumur lebih tua
dari Oligo-Miosen.
3. BATUAN GUNUNGAPI PAMPINI;
Batuan Gunungapi Pampini meliputi Breksi, tufa dan lava, dan retas
diorit; bersusunan andesit horneblenda; umumnya berwarna kelabu
muda sampai kelabu tua. Satuan batuan ini tersingkap di pantai timur
Pulau Karakelang bagian selatan, sekitar Tanjung Pampini dan di
Pulau Mayu. Kedudukan stratigrafinya lebih tua dari Formasi Awit,
diduga tertindih tak selaras oleh Formasi Awit, dan berumur Oligo-
Miosen.
4. BATUAN GUNUNGAPI MIANGAS;
20. 8
Batuan Gunungapi Miangas terdiri dari Breksi, tufa dan lava; ber-
susunan andesit horneblenda; umumnya berwarna kelabu muda
sampai kelabu tua. Satuan batuan ini tersingkap di Pulau Karatung
dan Pulau Miangas. Kedudukan stratigrafinya diduga setara dengan
Formasi Awit yang berumur Miosen Tengah-Pliosen, dan ditindih
secara tak selaras oleh Batugamping Beo. Nama satuan diusulkan
berdasarkan singkapan yang baik di Pulau Miangas bagian timur.
5. FORMASI AWIT;
Formasi Awit terdiri dari Batupasir berselingan dengan batupasir
tufaan, tufa, batulanau dan batulempung; bersisipan batugamping,
napal, konglomerat dan breksi di bagian bawah. Juga ditemukan pula
foraminifera bentos dan plangton lainnya. Nama formasi ini
didasarkan pada singkapannya yang baik dan lengkap di sepanjang
Sungai Awit, yang terletak kira-kira 20 km sebelah utara Beo.
Lingkungan pengendapan formasi ini kemungkinan sublitoral
sampai laut dalam yang terbuka.
6. BATUGAMPING BEO;
Batugamping Beo terdiri dari Batugamping koral sebagian besar
padat dan sebagian rapuh, ada yang berupa breksi koral, setempat
mengandung fosil moluska dan foraminifera besar. Cangkang
pelecypoda yang ditemukan di hulu Sungai Masing, Pulau
Karakelang berukuran besar, mencapai diameter antara 40 - 100 cm.
7. ALUVIUM :
Aluvium ini meliputi Pasir, kerikil, kerakal dan lumpur; terjadi di
muara sungai dan sepanjang pantai barat bagian utara Pulau
Karakelang; setempat membentuk undak setinggi lebih kurang 20
meter di atas muka laut.
2.3.2 Struktur Geologi
Kepulauan Talaud secara tektonik, merupakan wilayah busur
kepulauan tanpa gunung api yang memanjang dari Sulawesi Timur
melalui Tifore, Mayu terus ke utara (Sukamto dan Suhanda, 1977
21. 9
dalam Sukamto dan Suwarna, 1986) dan merupakan lajur benturan
antara busur dan busur.
Struktur geologi yang ditemukan berupa sesar naik berjurus utara
baratlaut selatan tenggara dan miring ke timur-timurlaut, sesar geser
berjurus ke barat-timur atau ke baratdaya-timurlaut, sesar turun
berjurus ke utara-selatan atau ke timurlaut-baratdaya, dan sumbu
lipatan yang berarah ke utara baratlaut-selatan tenggara. Sebagian besar
struktur tersebut terdapat dalam batuan berumur Miosen Tengah-
Pliosen, dan sebagian merupakan sentuhan antara batuan Miosen
Tengah-Pliosen dan yang lebih tua. Sesar naik menyebabkan
tersungkupnya batuan Bancuh Karakelang ke atas Formasi Awit.
Struktur yang terdapat dalam Bancuh Karakelang dan Batuan
Ultramafik Kabaruan berupa perdaunan, bidang rabahan dan lajur
terbreksikan dengan jurus umum utara baratlaut-selatan tenggara dan
miring sebagian ke timurlaut dan sebagian ke baratdaya.
Sejarah tektonika daerah Talaud-Tifore dapat ditelusuri sejak kala
Oligosen, pada waktu terjadi kegiatan gunungapi Serta pengendapan
batuan sedimen laut. Kemungkinan pengendapan batuan gunungapi dan
batuan sedimen yang berumur Oligosen-Miosen tersebut terjadi ber
alaskan suatu komplek bancuh (Sukamto, 1979, 1980). Tektonik yang
terjadi pada kala Miosen Tengah menyebabkan batuan berumur Oligo-
Miosen terlipat dan tersesar bersama batuan komplek bancuh dan
kemudian terangkat.
Sejak menjelang akhir Miosen Tengah sampai Pliosen daerah ini
mengalami penuranan dan batuan Formasi Awit diendapkan. Menurut
Moore dkk. 1980 dalam Sukamto dan Suwarna, 1986, batuan sedimen
Neogen (Formasi Awit) ini diendapkan di lereng palung pada suatu
busur depan. Selama itu terjadi pula kegiatan gunungapi yang hasil
erupsinya membentuk lapisan tufa dalam Formasi Awit dan batuan
Gunung Api Miangas yang tersingkap di Pulau Karatung dan Pulau
22. 10
Miangas. Pada akhir Pliosen terjadi tektonik yang menyebabkan
pelipatan, penyesaran, pengangkatan dan terhentikannya gunungapi.
Selama pengangkatan yang berlangsung secara berangsur sejak
Pleistosen hingga Holosen, terjadilah batugamping koral yang
menyusun Batugamping Beo, dan terbentuk undak-undak.
Gambar 2.3.1. Peta Geologi lembar Talaud (6:66)
(Sumber Sukamto & Suwarna, 1986)
23. 11
2.3.3 Indikasi Mineralisasi
Gambar 2.3. Peta Geologi Regional Kabupaten Kepulauan Talaud(6:)
(Sumber Sukamto & Suwarna, 1986)
2.4 Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah, Kabupaten Kepulauan
Talaud.
2.4.1 Dasar pelaksanaan Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2017, tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Kepulauan
Talaud, sehingga lahirlah Badan baru yang mengelola Pajak dan
Retribusi Daerah yaitu Kantor Badan Pengelola Pajak dan Retribusi
Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud, yang memiliki fungsi dan tugas
diatur berdasarkan Peraturan Bupati kepulauan talaud Nomor 56
Tahun 2017, tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi Serta Tata Kerja Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah
Kabupaten Kepulauan Talaud.
2.4.2 Struktur Organisasi
24. 12
Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah, Kabupaten
Kepulauan Talaud dipimpin oleh Kepala Badan dan dibantu oleh
Sekretaris, Kepala Bidang Pengelola Pajak, Kepala Bidang Rertrinbusi.
Sekretaris dalam kesehariannya dibantu oleh 2 (dua) Subag yakni
: Subag Umum dan Kepegawaian, dan Subag Perencanaan, Pelaporan,
dan Keuangan.
Kepala Bidang Pengelola Pajak, dalam kesehariaannya dibantu
oleh 3 (tiga) seksi yaitu : Seksi Pendaftaran dan Pendataan Pajak
Daerah, Seksi Penetapan Pajak Daerah, dan Seksi Penagihan Pajak
Daerah.
Sedangkan Kepala Bidang Retribusi, dalam kesehariannya
dibantu oleh 3 (tiga) seksi yaitu ; Seksi Pendataan Potensi Retribusi
Daerah, Seksi Penetapan Retribusi Daerah, dan Seksi Penagihan
Retribusi Daerah.
2.4.3 Tugas dan Fungsi
Tugas pokok dan fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas perumusan kebijakan,
pengkoordinasian, membina, merencanakan, mensinkronisasikan,
mengawasi, mengendalikan mengevaluasi kegiatan serta pelaksanaan
tugas Kesekretariatan, bidang Pajak Daerah dan Bidang Retribusi
Daerah, dan sekretariat melaksanakan fungsi sebagai berikut:
1. Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang
perencanaan evaluasi keuangan, bidang umum dan kepegawaian;
2. Penyusunan rencana program dan rencana kerja anggaran di bidang
perencanaan, evaluasi dan keuangan, bidang umum dan
kepegawaian;
3. Pengkoordinasian dan sinkronisasi penyusunan rencana program di
bidang perencanaan evaluasi dan keuangan, bidang umum dan
kepegawaian;
25. 13
4. Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Badan;
5. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan badan;
6. Pelaksanaan penelitian kelengkapan Surat Permintaan Pembayaran
(SPP) yang diajukan oleh bendahara pengeluaran;
7. Pelaksanaan pembuatan dan penyusunan Standar Pelayanan Publik,
Standar Pelayanan Minimal dan Standar Operasional Prosedur
Badan;
8. Pelaksanaan verifikasi dan pengesahan Surat Pertanggungjawaban
Badan;
9. Pelaksanaan verifiaksi harian atas penerimaan
10. Pelaksanaan akuntansi badan;
11. Pengkoordinasian dan sinkronisasi Penyususnan Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah (LKj.IP) Badan;
12. Pengkoordinasian dan sinkronisasi Penyusunan Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
13. Pengkoordinasian dan sinkronisasi Penyususnan Laporan
Keterangan Pertanggung-jawaban Bupati;
14. Pengkoordinasian dan sinkronisasi Penyusunan Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) badan;
15. Pengkoordinasian pengelolaan surat-menyurat, kearsipan, rumah
tangga, kehumasan, keprotokolan dan administrasi perjalanan dinas;
16. Penghimpunan data dan informasi badan.
b. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Keuangan
Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan keuangan
mempunyai tugas menyiapkan bahan dan merumuskan, merencanakan,
mengembangkan, mengkaji ulang, menganalisis kebijakan teknis di
bidang Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daera, dengan funsgsi dan
melaksanakan tugas sebagai berikut:
a. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang
perencanaan, Evaluasi dan Keuangan;
26. 14
b. Menyiapkan bahan rencana program dan rencana kerja anggaran
(RKA) Sub bagian;
c. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan rencana kerja
anggaran badan;
d. Menyiapkan bahan pengkoordinasian pelaksanaan tugas bidang
perencanaan, evaluasi dna keuangan, Bidang Pajak Daerah serta
Bidang Retribusi Daerah;
e. Menyiapkan bahan dan meneliti kelengkapan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) yang diajukan oleh bendahara pengeluaran;
f. Menyiapkan bahan melaksanakan pengelolaan administrasi
keuangan badan;
g. Menyiapkan bahan penelitian kelengkapan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP0 yang diajukan oleh masing-masing bidang dan
SKPD;
h. Menyiapkan bahan dan memverifikasi harian atas penerimaan;
i. Menyiapkan bahan dan melaksanakan akuntansi badan;
j. Menyiapkan bahan dan menguji Surat Permintaan Pembayaran
(SPP);
k. Menyiapkan bahan dan menyusun pertanggung-jawaban keuangan
Badan;
l. Menyiapkan bahan dan menyusun laporan kinerja program badan;
m. Menyiapkan bahan dan mneyusun laporan realisasi anggaran
pendapatan belanja badan;
n. Menyiapkan bahan dan menyusun laporan prognosis realisasi
anggaran pendapatan dan belanja badan;
o. Menyiapkan bahan dan memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas badan;
p. Menyiapkan bahan penyajian data dan informasi bidang
Perencanaan, Evaluasi, dan Keuangan;
q. Menyiapkan bahan pembinaan, pemantauan, pengawasan dan
pengendalian di bidang Perencanaan, Evaluasi dan Keuangan;
27. 15
r. Menyiapkan monitornag, evaluasi dan pelaporan di bidang
Perencanaan, evalusai dna Keuangan;
s. Menyiapkan bahan penyusunan laporan realisasi anggaran sub
bagian;
t. Menyiapkan bahan laporan kinerja program sub bagian;
u. Menyiapkan bahan penyusunan Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah (LKj.IP) Badan dan Kabupaten, menyiapkan bahan
penyusunan Laporna Keterangan Pertanggung-jawaban Bupati serta
Laporan Penyelenggaraan Penyelenggaraan Pemerintah Dearah;
v. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan baik secara
lisan maupun tertulis sebagai bahan masukan guna kelancaran
pelaksanaan tugas;
w. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh
sekretaris sesuai dengan wewenang bidang tugasnya.
c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas
menyiapkan bahan dan merumuskan, merencanakan, mengembangkan
mengkaji ulang, menganalisis kebijakan teknis di bidang umum dan
kepegawaian, dengan fungsi bahwa, Kepala Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian melaksnakan tugas sebagai berikut:
a. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang Umum
dan Kepegawaian;
b. Menyiapkan bahan rencan program dan rencana kerja anggaran
(RKA) di bidnag Umum dan Kepegawaian;
c. Menyiapkan bahan pengkoordinasian pelaksanaan tugas di bidang
umum dna kepegawaian ;
d. Melaksanakan urusan surat-menyurat, kearsipan, kepustakaan,
dokumentasi, keprotokolan, kehumasan dna perjalanan dinas;
e. Menyiapkan bahan pelaksanaan pengadaan, inventarisasi,
pemeliharaan sarana prasarana kantor;
28. 16
f. Menyiapkan bahan dan menghimpun peraturan perundang-
undangan bidnag pengelolaan pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
g. Menyiapkan bahan pelaksanaan urusan rumah tangga dan
perlengkapan;
h. Menyiapkan bahan penghimpunan dan pengolahan data dan
informasi badan;
i. Menyiapkan bahan pengelolaan administrasi kepegawaian;
j. Menyiapkan bahan pembinaan, pengawasan, pengendalian di bidang
umum dan kepegawaian;
k. Menyiapkan bahan penyusunan laporan realisasi anggaran sub
bagian;
l. Menyiapkan bahan Laporan kinerja program sub bagian;
m. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan baik secara
lisan maupun tertulis sebagai bahan masukan guna kelancaran
pelaksanaan tugas;
n. Melaksanakan pemeliharaan kebersihan, keindahan, keamanan dan
ketertiban kantor;
o. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh
sekretaris sesuai dengan wewenang bidang tugasnya.
d. Bidang Pajak Daerah
Kepala Bidang pajak Daerah mempunyai tugas memverifikasi,
mengkoordinasikan, mempromosikan, memimpin, mengawasi dan
mengendalikan serta mengevaluasi pelaksanaan tugas dan fungsi di
bidang Pendaftaran dan pendataan Pajak Daerah, Penetapan Pajak
Daerah dan Penagiahan Pajak Daerah. Bidang Pajak Daerah
melaksanakan fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis di bidnag
Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daerah, Penetapan Pajak Daerah
dan Penagihan Pajak Dearah;
29. 17
b. Penyusunan rencana program dan rencana kerja anggaran (RKA) di
bidang Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daerah dan Penagihan
Pajak Dearah;
c. Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daerah , Penetapan Pajak Daerah
dan Penagihan Pajak Daerah;
d. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas di bidang Pendaftaran dan
Pendataan Pajak Daerah, Penetapan Pajak Daerah dan Penagihan
Pajak Daerah;
e. Pelaksanaan Pendaftaran Wajib Pajak Daerah;
f. Pelaksanaan Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak Daerah;
g. Pelaksanaan Penyimpanan Surat Perpajakan yang berkaitan dengan
pendaftaran dan pendapatan;
h. Pelakasanaan Penghitungan dan Penetapan Pajak Daerah;
i. Pelaksanaan Penerbuatan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD);
j. Pelaksanaan Pengawasan dan pemeriksaan data di lapangan
terhadap objek dan subjek Pajak Daerah;
k. Pelaksanaan Penagihan pasif dan aktif terhadap tunggakan pajak
Daerah;
l. Pelaksanaan Penerapan sanksi administrasi perpajakan;
m. Menyiapkan bahan pembinaan, pemantauan, pengawasan dan
pengendalian di bidang Pendaftaran dan Pendataan, Penetapan dan
Penagihan Pajak Daerah;
n. Menyiapkan bahan penyusunan laporan realisasi anggaran Bidang;
o. Menyiapkan bahan penyusunan laporan kinerja Bidang;
p. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala
badan sesuai dengan wewenang bidang tugasnya.
e. Seksi Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daerah
Kepala Seksi Pendaftraan dan Pendataan Pajak Daerah
mempunyai tugas menyiapkan bahan dan menyusun, merencanakan,
megembangkan, mengkaji ulang, menganalisis kebijakan teknis di
30. 18
Bidang Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daerah. Kepala Seksi
Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daerah melaksanakan tugas sebagai
berikut:
a. Menyiapkan bahan dan merumuskan kebijakan teknis di bidang
Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daerah;
b. Menyiapkan bahan dan menyusun rencana program seksi
Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daerah;
c. Menyiapkan bahan dan melaksanakan Pendataan Wajiiib Pajak
Daerah;
d. Menyiapkan bahan dan melaksanakan Pendaftaran Objek dan
Subjek Pajak Daerah;
e. Menyimpan surat perpajakan yang terkait Pendaftaran dan
Pendataan Pajak Daerah;
f. Menyiapkan bahan penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah
(NPWPD);
g. Menyiapkan bahan dan menyusun Buku Induk Wajib Pajak Daerah;
h. Menyiapkan bahan penyajian data dan informasi di bidang
Pendaftaran dan Pendataan Wajib Pajak Daerah;
i. Menyiapkan bahan pembinaan, pemantauan, pengawasan, dan
pengendalian di bidang Pendaftaran dan Pendataan Wajib Pajak
Daerah;
j. Menyiapkan bahan dan menyusun laporan realisasi anggaran seksi;
k. Menyiapkan bahan dan menyusun laporan kinerja program seksi;
l. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala
bidang sesuai dengan wewenang bidang tugasnya.
f. Seksi Penetapan Pajak Daerah
Seksi Penetapan Pajak Daerah mempunyai tugas menyiapkan
bahan dan menyusun, merencanakan, mengembangkan, mengkaji
ulang, menganalisis kebijakan teknis di bidang Penetapan Pajak
31. 19
Daerah. Kepala seksi Penetapan Pajak Daerah melaksanakan tugas
sebagai berikut:
a. Menyiapkan bahan dan merumuskan kebijakan teknis di bidang
Penetapan Pajak Daerah;
b. Menyiapkan bahan dan menyusun rencan program seksi Penetapan
Pajak Daerah;
c. Menyiapkan bahan penghitungna dan bahan penetapan Pajak
Daerah;
Menyiapkan bahan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD);
d. Menyiapkan bahan penghitungan terhadap pengajuan keberatan dan
keringanan Pajak Daerah;
e. Menyiapkan Surat Perpajakn yang terkait Surat Ketetapan Pajak
Dearah;
f. Menyiapkan bahan penyajian data dan informasi di bidnag
Penetapan Pajak Daerahh;
g. Menyiapkan bahan pembinaan, pemntauan, pengawasan dan
pengendalian di bidang Pendaftaran dan Pendataan Wajib Pajak
Daerah;
h. Meyiapkan bahan dan menyusun laporan realisasi anggaran seksi;
i. Menyiapkan bahan dan menyusun laporan kinerja program seksi;
j. Melaksanakan tugas kedinasan dengan wewenang bidang tugasnya.
g. Seksi Penagihan Pajak Daerah
Kepala Seksi Penagihan Pajak Dearah mempunyai tugas
menyiapkan bahan dan menyusun, merencanakan, mengembagkan,
mengkaji ulang, menganalisis kebijakan teknis di bidang Penagihan
Pajak Daerah. Kepala Seksi Penagihan Pajak Daerah melaksanakan
tugas sebagi berikut:
a. Menyiapkan bahan dan merumuskan kebijakan teknis di bidang
Penagihan Pajak Dearah;
32. 20
b. Menyiapkan bahan dna menyusun rencana program dan rencana
kerja anggaran seksi;
c. Menyiapkan bahan pelaksanan penagihan Pajak Dearah;
d. Menyiapkan bahan pelaksanaan pembukuan dan pelaporan atas
pemungutan dan penyetoran Pajak Daerah;
e. Menyiapkan bahan Pelaksanaan penatusahaan penerimaan,
pengurusan restitusi pajak Daerah, verifikasi pemindah bukuan dan
rekinsiliasi;
f. Menyiapkan bahan pelaksanaan penagihan terhadap piutang pajak
daerah dan pemberian pertimbangan terhadap pengajuan angsuran;
g. Menyiapkan bahan Penetapan sanksi administrasi perpajakan;
h. Menyiapkan bahan pengelolaan benda-benda berharga terkait Pajak
Daerah;
i. Menyiapkan bahan penyajian data dan informasi di bidnag
Penagihan Pajak Daerah;
j. Menyiapkan bahan pembinaan, pemantauan, pengawasan, dan
pengendalian di bidang Penagihan Pajak Daerah;
k. Menyiapkan bahan dan menyusun laporan realisasi anggaran seksi;
l. Menyiapkan bahan dan menyusun laporan kinerja program seksi;
m. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala
bidang sesuai dengan wewenang bidang tugasnnya.
h. Bidang Retribusi Daerah
Kepala Bidang Retribusi Daerah mempunyai tugas
mengkoordinasikan memimpin, mengawasi dan mengendalikan serta
mengevaluasi pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang Pendataan
Potensi Retribusi Dearah, Penetapan Retriusi Daerah dan Penagihan
Retribusi Daerah. Bidang Retribusi Daerah melaksanakan fungsi :
a. Penyusunan rencana program dan rencana kerja anggaran (RKA) di
bidang Potensi Retribusi Daerah, Penetapan Retribusi Daerah dan
Penagihan Retribusi Daera;
33. 21
b. Penyusunan rencana program dan rencana kerja anggaran (RKA) di
Bidang Pendataan potensi Retribusi Daerah, Penetapan Retribusi
Daerah dan Penagihan Retribusi Daerah;
c. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas di Bidang Pendataan potensi
Retribusi Daerah, Penetapan Retribusi Daerah dan Penagihan
Retribusi Daerah;
d. Pelaksanaan pendataan potensi Retribusi Daerah;
e. Pelaksanaan Pendaftaran Objek dan Subjek Retribusi Daerah;
f. Pelaksanaan penyimpanan surat yang berkaitan dengan pendataan
objek dan subjek Wajib Retribusi Daerah;
g. Pelaksanaan penghitungan dan Penetapan Retribusi Daerah;
h. Pelaksanaan Penerbiatan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD);
i. Pelaksanaan Pengawasan dan pemeriksaan data di lapangan
terhadap objek dan subjek Retribusi Daerah;
j. Pelaksanaan penagihan pasif dan aktif terhadap tunggakan retribusi
daerah;
k. Menyiapkan bahan pembinaan, pemantauan, pengawasan dan
pengendalian di bidang Pendataan potensi Retribusi Daerah,
Penetapan Retribusi Daerah dan Penagihan Retribusi Daerah;
l. Menyiapkan bahan penyusunan laporan realisasi anggaran Bidang;
m. Menyiapkan bahan penyusunan laporan kinerja program Bidang;
n. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala
badan sesuai dengan wewenang bidnag tugasnya.
i. Seksi Pendataan Potensi Retribusi Daerah
Seksi Pendataan Potensi Retribusi Daerah mempunyai tugas
menyiapkan bahan dan menyusun, merencanakan, mengembangkan,
mengkaji ulang, menganalisis kebijakan teknis di bidang Pendataan
Potensi Retribusi Daerah. Kepala Seksi Pendataan Potensi Retribusi
Daerah melaksanakan tugas:
34. 22
a. Menyiapkan bahan dan merumuskan kebijakan teknis di bidang
Pendataan Potensi Retribusi Daerah;
b. Menyiapkan bahan dan menyusun rencana program seksi Pendataan
Potensi Retribusi Daerah;
c. Menyiapkan bahan dan melaksanakan Pendataan Objek dan Subjek
Retribusi Daerah;
d. Menyimpan Surat yang terkait Pendataan Potensi Retribusi Daerah;
e. Menyiapkan bahan penyajian data dan informasi di Bidang
Pendataan Potensi Retribusi Daerah;
f. Menyiapkan bahan pembianaan, pemantauan, pengawasan dan
pengendalian di bidang Pendataan Potensi Retribusi Daerah;
g. Menyiapkan bahan dan mneyusun laporan realisasi anggaran seksi;
h. Menyiapkan bahan dan menyusun laporan kinerja program seksi;
i. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala
bidang sesuai dengan wewenang bidnag tugasnnya.
j. Seksi Penetapan Retribusi Daerah
Kepala Seksi Penetapan Retribusi Dearah mempunyai tugas
menyiapkan bahan dan menyusun, merencanakan, mengembangkan,
mengkaji ulang, menganalisis kebijakan teknis di bidang Penetapan
Retribusi Daerah. Kepala Seksi Penetapan Retribusi Daerah
melaksanakan tugas :
a. Menyiapkan bahan dan merumuskan kebijakan teknis di bidang
Penetapan Retribusi Daerah;
b. Menyiapkan bahan dan menyusun rencana program seksi Penetapan
Retribusi Daerah ;
c. Menyiapkan bahan penghitungan dan bahan penetapan Retribusi
Daerah;
d. Menyiapkan bahan Penerbitan Surat Ketetapan Retribusi Daerah
(SKRD);
35. 23
e. Menyiapkan bahan penghitungan terhadap pengajuan keberatan dan
keringanan Retribusi Daerah;
f. Menyimpan Dokumen yang bersifat Surat Ketetapan Dearah;
g. Menyiapkan bahan penyajian data dan informasi di bidnag
Penetapan Retribsui Daerah;
h. Menyiapkan bahan pembinaan, pemantauan, pengawaqsan dan
pengendalian di bidnag Penetapan Retribusi Daerah;
i. Menyiapkan bahan dan menyusun laporan realisasi anggaran seksi;
j. Menyiapkan bahan dan menyusun laporan kinerja program seksi;
k. Melaksanakan tugas kedinasan lainya yang diberikan oleh kepala
bidang sesuai dengan wewenang bidang tugasnya.
k. Seksi Penagihan Retribusi Daerah
Kepala Seksi Penagihan Retribusi Daerah mempunyai tugas
menyiapkan bahan dan menyusun, merancanakan, mengembangkan,
mengkaji ulang, menganlisis kebijakan teknis di bidang Penagihan
Retribusi Daerah. Kepala Seksi Penagihan Retribusi Daerah
melaksanakan tugas:
a. Menyiapkan bahan dan merumuskan kebijakan teknis di bidang
Penagihan Retribusi Daerah;
b. Menyiapkan bahan dan menyusun rencana program seksi Penagihan
Retribusi Daerah;
c. Menyiapkan bahan penghitungan dan bahan Penagihan Retribusi
Dearah;
d. Menyiapkan bahan pelaksanaan penagihan Retribusi Daerah;
e. Menyiapkan bahan pelaksanaan pembukuan dan pelaporan atas
pemungutan dan penyetoran Retribusi Daerah;
f. Menyiapkan bahan pelaksanaan penatusahaan penerimaan,
pengurusan, verifikasi pemindah bukuan dan rekonsiliasi;
g. Menyiapkan bahan pelaksanaan penagihan terhadap piutang
Retribusi Daerah dan pemberian pertimbangan terhadap keberatan;
36. 24
h. Menyiapkan bahan penyajian data dan informasi di bidang
Penagihan Retribusi Daerah;
i. Menyiapkan bahan pembinaan, pemantauan, pengawasan dan
pengendalian di bdiang Penagihan Retribusi Daerah;
j. Menyiapkan bahan dan menyusun laporan realisasi anggaran seksi;
k. Menyiapkan bahan dan menyusun laporan kinerja program seksi;
l. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala
bidang sesuai dengan wewenang bidang tugasnya.
2.4.4 Visi dan Misi
Visi :
“Mewujudkan Pajak dan Reribusi Daerah sebagai Modal Kemandirian
Fiskal Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud”
Pokok pengertian Visi ini adalah sebagai berikut :
1. Pajak dan Retribusi sebagai Modal;
Pajak dan Retribusi adalah salah satu sumber pendapatan penting
untuk membiayai belanja pembangunan dan penyelenggaraan
pemerintahan di Kabupaten Kepulauan Talaud. Hal ini dapat diukur
dengan seberapa besar Pajak dan Retribusi teralokasi sebagai salah satu
sumber pendapatan daerah; dan
2. Kemandirian Fiskal Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud;
Hal ini ditunjukkan oleh kondisi dimana kertergantungan
terhadap bantuan pusat (dana Perimbangan) semakin berkurang dan
pemerintah Daerah harus terus berupaya menggali dan mencari
alternatif pembiayaan dengan meningkatkan Pajak dan Retribusi secara
terus menerus seiring dengan semakin meningkatnya dan meluasnya
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembanguan dan
pembinaan masyarakat.
Bertolak dari visi tersebut, maka dalam pelaksanaan tugas, BPPRD
mempunyai misi sebagai berikut :
37. 25
Misi :
1. Mengamankan penerimaan PAD dan Bagi Hasil pajak yang ditetapkan
dalam APBD baik yang menjadi tugas dan tanggung jawab BP2RD
maupun yang dilaksanakan oleh Dinas/Badan/Instansi/Pengelola
Penerimaan lainnya;
2. Mengkoordinir pelaksanaan pungutan pendapatan pendapatan dan
melakukan pembinaan teknis pungutan dengan memanfaatkan sumber
potensi yang tersedia;
3. Melaksanakan penggalian sumber-sumber pendapatan baru dalam
usaha peningkatan pendapatan baru dalam usaha peningkatan
pendapatan Pajak dan Retribusi Daerah;
4. Menerapkan sistem dan prosedur dalam rangka efektifitas pelayanan;
5. Mengembangkan sumber daya manusia aparatur yang berdedikasi,
berintegritas dan professional.
38. 26
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Akuntansi Pajak
Suwardjono (2014:5) Akuntansi adalah seni pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat
keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan
penginterpretasian hasil proses tersebut. Hery (2014:1) mengemukakan
Akuntansi Pajak adalah menyiapkan dan melaporkan perhitungan pajak
terutang serta melakukan perencanaan pajak. Akuntansi pajak juga
merupakan akuntansi yang berkaitan dengan perhitungan perpajakan dan
mengacu pada peraturan dan perundang-undangan perpajakan beserta aturan
pelaksanaannya (Londorang, 2014).
3.2 Konsep Perpajakan
Edwin R. A. Seligman yang dikutip dalam Waluyo (2013:2)
mendefinisikan bahwa pajak adalah adanya kontribusi seseorang yang
ditujukan kepada negara tanpa adanya manfaat yang ditujukan secara khusus
pada seseorang. Memang demikian halnya bahwa bagaimanapun juga pajak
itu ditujukan manfaatnya kepada masyarakat.
3.3 Fungsi Pajak
Pajak terdiri atas 2 (dua) fungsi sebagai berikut (Waluyo 2013:6).
1. Fungsi Budgetir yaitu pajak sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
2. Fungsi Mengatur yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.
3.4 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran bersangkutan
(Undang-undang No. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah).
Pendapatan Asli Daerah dalam Undang-undang no. 28 tahun 2009
merupakan sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang
bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
39. 27
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain yang merupakan
pendapatan asli daerah yang sah.
3.5 Pajak Daerah
Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib
kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat (Mardiasmo 2011:12).
3.6 Jenis Pajak Daerah
Pajak daerah dibagai menjadi 2 (dua) bagian sebagai berikut (Mardiasmo
2011:13).
1. Pajak Provinsi, terdiri dari 5 (lima) pajak sebagai berikut :
a. pajak kendaraan bermotor;
b. pajak bea balik nama kendaraan bermotor;
c. pajak bahan bakar kendaraan bermotor;
d. pajak air permukaan; dan
e. pajak rokok.
2. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari 11 (sebelas) pajak sebagai berikut :
a. pajak hotel;
b. pajak restoran;
c. pajak hiburan;
d. pajak reklame;
e. pajak penerangan jalan;
f. pajak mineral bukan logam dan batuan;
g. pajak parkir;
h. pajak air tanah;
i. pajak sarang burung walet;
j. pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan; dan
k. pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.
40. 28
3.7 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di
dalam dan atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Sedangkan yang
dimaksud dengan mineral bukan logam dan batuan adalah mineral bukan
logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-
undangan di bidang mineral dan batu bara.
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan merupakan pengganti dari
Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C yang semula diatur dalam
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 dan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000.
Saat ini, dengan diberlakukannya ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009, khususnya tentang Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan, pemerintah kabupaten/kota masih dimungkinkan untuk memungut
pajak pengambilan bahan galian golongan C. Pajak pengambilan bahan galian
golongan C adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian Golongan
C sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bahan-bahan galian dibagi atas tiga golongan, yaitu:
A. Golongan A atau bahan galian strategis;
B. Golongan B atau bahan galian vital;
C. Golongan C atau bahan galian yang tidak termasuk dalam golongan A
atau B.
Pembagian bahan galian ke dalam suatu golongan diatur dalam
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 yang kemudian diatur berdasarkan
pengelompokan lebih rinci dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan-bahan Galian, dan diberlakukan
sejak tanggal 15 Agustus 1980.
3.8 Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Adalah pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang sesuai
dengan potensi daerah di Kabupaten Kepulauan Talaud meliputi : Batu
41. 29
apung, Batu Kapur, Batu Setengah Permata, Batu Tulis, Garam Batu, Pasir,
Pasir Kuarsa, Sirtu, Tanah Timbun, Fuller, Batu Pecah, Batu Gunung Kali,
Mineral Bukan Logam. Kecuali yang tidak di kenakan pajak mineral bukan
logam dan batuan adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang tidak
dimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatan pengambilan tanah untuk
keperluan rumah tangga, pemancangan tiang listrik/telpon, penanaman
pipa air/gas;
b. Kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang merupakan
ikutan dari kegiatan pertambangan, yang tidak dimanfaatkan secara
komersial.
3.9 Subjek Pajak
Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi
atau badan yang dapat mengambil mineral bukan logam dan batuan.
3.10 Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi
atau badan yang mengambil mineral bukan logam dan batuan.
3.11 Jenis Pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Jenis pemungutan untuk pajak mineral bukan logam dan batuan ini
adalah Self Assesment System (dimana Wajib Pajak menghitung, melaporkan
dan menyetorkan sendiri pajaknya berdasarkan sejumlah formulir yang harus
diisi oleh wajib pajak bersangkutan).
3.12 Dasar Pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, ada beberapa pokok
yang diterapkan sebagai acuan, antara lain :
a. Dasar pengenaan pajak mineral bukan logam dan batuan adalah nilai jual
hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan.
b. Nilai jual sebagaimana dimaksudkan dihitung dengan mengalikan tarif
pajak dengan dasar pengenaan pajak masing-masing jenis bahan mineral
bukan logam dan batuan.
42. 30
c. Nilai pasar sebagaimana dimaksudkan adalah harga rata-rata yang berlaku
setempat di wilayah yang bersangkutan.
d. Dalam hal nilai pasar dari hasil produksi mineral bukan logam dan batuan
sebagaimana dimaksudkan sulit diperoleh, digunakan harga standar yang
ditetapkan oleh instansi yang berwenang dalam bidang pertambangan
mineral bukan logam dan batuan.
3.13 Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Besaran Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan
paling tinggi sebesar 25% (dua puluh lima persen).
43. 31
IV. PEMBAHASAN
4.1 Pengusahaan Bahan Galian Mineral Bukan Logam dan Batuan
Kabupaten Kepulauan Talaud, memiliki beragam potensi bahan galian
(Gambar 4.1a). dari beragam potensi bahan galian tersebut yang terdapat di
Kabupaten Kepulauan Talaud, sampai saat ini yang sudah dimanfaatkan
secara komersial adalah Batu apung, Batu Kapur, Batu Setengah Permata,
Batu Tulis, Garam Batu, Pasir, Pasir Kuarsa, Sirtu, Tanah Timbun, Fuller,
Batu Pecah, Batu Gunung Kali, sementara yang lain seperti kerikil, kaolin,
lempung dan granit bisa dikatakan belum diusahakaan dengan maksimal,
kalaupun ada itu hanya untuk skala kecil.
Gambar 4. 1a. Peta Sebaran Bahan Galian(5:2)
(Sumber : Dinas Kehutanan Pertambangan & Energi Kab. Kepl. Talaud, 2016)
44. 32
Berdasarkan data primer yang diperoleh penulis dari sumber, bahwa di
Kabupaten Kepulauan Talaud, ada delapan Ijin Usaha Pertambangan (IUP)
Bahan Galian Mineral Bukan Logam dan Batuan (Gambar 4.1b) dan sebagian
sudah memiliki Ijin Operasi Produksi.
Gambar 4.1b. Peta IUP Bahan Galian Kabupaten Kepulauan Talaud(5:3)
(Sumber : Dinas Kehutanan Pertambangan & Energi Kab. Talaud, 2016)
45. 33
Selain itu, ada juga wajib pajak yang lain dalam hal ini adalah
Perusahaan Jasa Kontraktor atau disebut Pihak ke 3 (tiga) yang bergerak di
bidang jasa konstruksi, yang menggunakan bahan galian C.
4.2 Dasar Penetapan Target Penerimaan Pajak
Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus dievaluasi setiap
saat agar target yang telah ditentukan dapat tercapai dan disalurkan dengan
baik sesuai kebutuhan bagi belanja pemerintah dan juga pembangunan
daerah.
Pada Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud, penetapan target
penerimaan pajak daerah ditentukan berdasarkan data potensi yang dimiliki
daerah dan juga jumlah pemegang ijin usaha yang ada, dan faktor lainnya
misalnya konsumsi bahan galian untuk pembangunan dan infrastruktur yang
akan datang, dengan estimasi atau asumsi berdasarkan perencanaan. Sebelum
ditetapkan akan melalui beberapa prosedur dengan tahapan sebagai berikut :
- Tahap I
Diadakan rapat internal Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah, yang
dihadiri oleh masing-masing kepala bidang dan kepala seksinya. Rapat
diadakan sebagai media untuk menyampaikan angka-angka/potensi dari
masing-masing jenis pajak seperti :
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan Umum;
f. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C;
g. Pajak Parkir.
Angka-angka yang disampaikan tersebut sebagai bahan dasar untuk
menetapkan target penerimaan pajak untuk tahun yang akan datang.
- Tahap II
46. 34
Hasil dari rapat internal berupa angka-angka/target penerimaan pajak
untuk tahun yang akan datang. Angka-angka tersebut kemudian dibahas
lagi dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang terdiri dari :
a. Sekretaris Daerah yang bertindak sebagai Ketua Tim;
b. Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPEDA);
c. Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD);
d. Asisten Administrasi Umum;
e. Asisten Ekonomi dan Pembangunan;
f. Asisten Tata Pemerintahan, dan Kesra;
g. Inspektur dan;
h. Kepala Bidang Anggaran BPKAD.
- Tahap III
Setelah ditelaah, Tim Anggaran Eksekutif Menyampaikan angka-
angka/target untuk anggaran tahun yang akan datang kepada Tim
Anggaran Legislatif (DPRD)
- Tahap IV
Sebagai tahap yang terakhir Tim Anggaran Legislatif mengadakan rapat
antara panitia khusus, panitia musyawarah dan rapat paripurna untuk
menetapkan besaran target penerimaan pajak daerah dan ditetapkan
melalui peraturan daerah.
Dari tahapan yang telah dituliskan diatas, dapat diketahui untuk
menentukan target pajak di Kabupaten Kepulauan Talaud, dan prediksi
dilakukan berdasarkan pada kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi di
masa mendatang serta dampak langsungnya terhadap kas daerah serta melihat
dari rata-rata penerimaan pajak daerah pada periode sebelumnya.
Prediksi tersebut juga dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) yang merujuk pada kegiatan pembangunan fisik infrastruktur
daerah Kabupaten Kepulauan Talaud. Target dapat ditetapkan naik dari tahun
sebelumnya atau minimal sama dengan tahun sebelumnya namun dengan
tetap mempertimbangkan kemampuan masyarakat serta tidak membebani
perkembangan dunia usaha.
47. 35
4.3 Perhitungan Pengenaan Pajak
Untuk menentukan besaran pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak dari
bahan galian mineral bukan logam dan batuan, mengacu pada perundang-
undangan yang berlaku, kemudian di jabarkan ke dalam Perauran Daerah.
Perhitungan pengenaan pajak daerah Kabupaten Kepulauan Talaud, secara nyata
terangkum dalam Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2011, Tentang Pajak
Daerah, bahwa :
1. Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah Nilai
Jual Hasil Pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan;
2. Nilai Jual sebagaimana dimaksud diatas, dihitung dengan mengalikan
volume/tonase hasil pengambilan dengan nilai pasar atau harga standar
masing-masing jenis Mineral Bukan Logam dan Batuan;
3. Nilai pasar sebagaimana dimaksud diatas adalah harga rata-rata yang
berlaku di lokasi setempat di wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud;
4. Dalam hal nilai pasar dari hasil produksi Mineral Bukan Logam dan
Batuan sebagaimana dijelaskan diatas sulit diperoleh, maka digunakan
harga standar yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang dalam bidang
pertambangan mineral bukan logam dan batuan atau menggunakan standar
harga sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati Kepulauan Talaud
tentang Harga Dasar Pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.
Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi
sebesar 25% (dua puluh lima persen). Sebagai contoh dapat dilihat pada tabel
di bawah yang menjelaskan sebagian tarif harga dasar bahan galian yang ada
di Kabupaten Kepulauan Talaud, serta perhitungannya untuk menentukan
besaran pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak tersebut. Pokok pajak
mineral bukan logam dan batuan yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak, atau dengan rumus
sebagai berikut :
Pajak Terutang = Volume x Harga Standar x 25 % (....17)
48. 36
Tabel 4.3 Contoh Daftar Harga Standar Masing-masing Jenis Mineral
Bukan Logam dan Batuan, dan Perhitungan Tarifnya(20:1)
NO
MINERAL BUKAN
LOGAM DAN
BATUAN
HARGA
STANDAR/M
3 (Rp)
TARIF
PAJAK
(Rp)
KETERA
NGAN
1 2 3 4 (3 x 25 %) 5
1 Batu Apung 200.000 ,- 50.000 ,-
Besaran
tarif Pajak
sebesar
25% dari
harga
standar
2 Batu Kapur 300.000 ,- 75.000 ,-
3
Batu Setengah
Permata
400.000 ,- 100.000 ,-
4 Pasir Kuarsa 200.000 ,- 50.000 ,-
5
Batu Pecah/Batu
Gunung/Batu
Gamping
300.000 ,- 75.000 ,-
Sumber : Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD), Kab.
Kepl. Talaud, 2017
4.4 Target dan Realisasi Penerimaan
Penetapan besaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) ditetapkan dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud pada setiap Tahun Anggaran,
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), seperti pada
tahun anggaran terakhir ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 27
Tahun 2017.
Perkembangan penerimaan pajak dari bahan galian mineral bukan
logam dan batuan di Kabupaten Kepulauan Talaud, dari tahun ke tahun terus
meningkat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan material
bahan galian atau mineral bukan logam dan batuan dimana, seiring dengan
pembangunan infrastruktur yang sedang giat-giatnya dilakukan oleh
Pemerintah Daerah, Pengusaha, maupun Masyarakat Kabupaten Kepulauan
Talaud, serta perbaikan-perbaikan regulasi yang dilakukan dalam rangka
pemungutan pajak, sebagai upaya untuk memaksimalkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Berikut ini disajikan tabel data target penerimaan serta
realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan selama 5 (lima)
49. 37
tahun terakhir (Laporan Pendapatan Asli Daerah (PAD) TA. 2012 s/d TA.
2016).
Tabel 4.4. Data Target Penerimaan dan Realisasi Pajak Mineral Bukan
Logan dan Batuan, Kab. Kepl. Talaud, TA. 2012 s/d 2016(19:1-5)
Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kab.
Kepl. Talaud, 2017, (Laporan PAD Tahun 2012, 2013, 2014, 2015, & 2016)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, selama 5 (lima) tahun berturut-
turut dalam rentang tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, target penerimaan
yang ditetapkan, semuanya dapat terpenuhi, dimana realisasi penerimaannya
rata-rata melebihi dari target dan selalu ada peningkatan bahkan pada tahun
yang terakhir (tahun 2016) kenaikannya sangat signifikan, dengan demikian
target setiap tahun yang telah ditetapkan selalu terpenuhi.
4.5 Efektivitas dari Sistem Pemungutan Pajak
Efektifitas menurut Mardiasmo (2004:134) adalah ukuran berhasil
tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi
mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan
efektif. Efektifitas digunakan untuk mengukur hubungan antara hasil
pungutan suatu pajak dengan tujuan atau target yang telah ditetapkan. Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas bertujuan untuk
mengukur rasio keberhasilan. Semakin besar rasio maka semakin efektif.
TAHUN
PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM
DAN BATUAN SISA (Lebih /
Kurang)
Target (Rp) Realisasi (Rp)
1 2 3 4 (2-3)
2012 200.000.000 ,- 530.359.641 ,- (330.359.641 ,-)
2013 217.210.044 ,- 314.996.794 ,- (97.786.750 ,-)
2014 224.901.021 ,- 628.940.700 ,- (404.039.679 ,-)
2015 215.595.000 ,- 334.412.019 ,- (118.817.019 ,-)
2016 500.000.000 ,- 2.712.792.792 ,- (2.212.792.792 ,-)
50. 38
Untuk menerangkan tingkat efektifitas sistem Self Assesment terhadap target
dan realisasi pajak dari pemungutan yang di lakukan di lapangan dapat
menggunakan perhitungan sebagai berikut :
Realisasi Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam & Batuan
Efektifitas = x 100
Target Penerimaan Pajak Pajak Mineral Bukan Logam & Batuan
Untuk melihat ukuran tingkat efektifitas digunakan berdasarkan kriteria
kepmendagri Nomor 690.900-327 Tahun 1996 (Halim dalam Ricart, 2013),
yang mengkategorikan efektifitas pajak daerah ke dalam lima tingkat seperti
terlihat pada tabel (Tabel 4.5a) di bawah :
Tabel 4.5a Skala Peringkat Efektifitas(21:31)
Sumber : Kepmendagri Nomor 690.900-327 Tahun 1996 ;
(dikutip dari : http://www.docs-engine.com/pdf/1/depdagri-kepmendagri-no-
690-900-327-tahun-1996.html)
Sehingga dengan sistem ini penilaian tingkat efektifitas dapat diketahui
dari besarnya persentase penerimaan, apabila terdapat hasil yang besar maka
sistem pemungutan yang berlaku dapat dikatakan efektif karena mampu
mencapai target yang diharapkan, atau sebaliknya.
Potensi bahan galian yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud mampu
memberikan pemasukan bagi daerah dari pajak mineral bukan logam dan
NILAI % TINGKAT EFEKTIF
a. Diatas 100 = Sangat Efektif
b. 90– 100 = Efektif
c. 80 – 89 = Cukup Efektif
d. 70 – 79 = Kurang Efektif
e. Kurang dari 69 = Tidak Efektif
51. 39
batuan, dan berdasarkan realisasi maka tingkat efektifitas dapat di lihat dalam
tabel (Tabel 4.5b) di bawah ini :
Tabel 4.5b Tingkat Efektifitas terhadap Sistem Pemungutan(19:1-5)
Dari tabel hasil perhitungan diatas dapat dideskripsikan tingkat
efektifitas yang dicapai sistem Self Asssesment ini adalah sebagai berikut :
1. Pada Tahun 2012 nilai persentase yang diperoleh adalah sebesar 265,2 %,
dengan demikian maka Tingkat Efektifitasnya dapat dinyatakan Sangat
Efektif, karena target penerimaan ditetapkan sejumlah Rp. 200.000.000,-
dan realisasinya jauh melebihi target, dimana dapat mencapai jumlah
Rp.530.359.641,- ;
2. Pada Tahun 2013, nilai presentase yang diperoleh adalah sebesar 145,0 %,
dengan demikian maka tingkat efektifitasnya juga dapat dinyatakan Sangat
Efektif, karena target penerimaan ditetapkan sejumlah Rp.217.210.044,-
dan realisasi yang dicapai adalah sejumlah Rp.314.996.794,- Pada tahun
ini, walaupun Tingkat Efektifitasnya sama dengan tahun sebelumnya,
namun tahun ini terjadi penurunan jumlah realisasi penerimaan dari tahun
sebelumnya (Rp.530.359.641,- menjadi Rp.314.996.794,-) sebagaimana
pada tabel diatas ;
TAHU
N
PAJAK MINERAL BUKAN
LOGAM DAN BATUAN
PERSENT
ASE
(%)
TINGKAT
EFEKTIFITA
S
Target
( Rp )
Realisasi
( Rp )
1 2 3 4 (3/2 x 100) 5
2012 200.000.000 ,- 530.359.641 ,- 265,2 Sangat Efektif
2013 217.210.044 ,- 314.996.794 ,- 145,0 Sangat Efektif
2014 224.901.021 ,- 628.940.700 ,- 279,7 Sangat Efektif
2015 215.595.000 ,- 334.412.019 ,- 155,1 Sangat Efektif
2016 500.000.000 ,- 2.712.792.792 ,- 542,6 Sangat Efektif
52. 40
3. Pada Tahun 2014 nilai presentase yang diperoleh adalah sebesar 279,7 %,
dengan demikian maka Tingkat Efektifitasnya dapat dinyatakan Sangat
Efektif, karena target penerimaan ditetapkan sebesar Rp.224.901.021,- dan
realisasi yang dicapai sebesar Rp.628.940.700,-, dan pada tahun ini
kondisi jumlah penerimaannya kembali mebaik karena mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya (Rp.314.996.794,- menjadi
Rp.628.940.700,-) sebagaimana pada tabel diatas ;
4. Pada Tahun 2015 nilai presentase yang diperoleh adalah sebesar 155,1 %,
dengan demikian maka Tingkat Efektifitasnya juga masih dapat
dinyatakan Sangat Efektif, karena target penerimaan ditetapkan
sebesar Rp.215.595.000,- dan realisasi yang dicapai sebesar
Rp.334.412.019,-. Pada tahun ini, walaupun Tingkat Efektifitasnya sama
dengan tahun sebelumnya, namun disini terjadi penurunan lagi jumlah
realisasi penerimaan (Rp.628.940.700 menjadi Rp.334.412.019,-),
sebagaimana pada tabel diatas ;
5. Dan terakhir pada Tahun 2016 target penerimaan pajak mineral bukan
logam dan batuan ditetapkan sebesar Rp.500.000.000,- dan realisasi
penerimaan dapat mencapai jumlah Rp.2.712.792.792,50,-. Pada tahun ini
mengalami kenaikan yang sangat signifikan, dimana persentasinya
mencapai nilai sebesar 542,6 %. Sehingga dengan demikian maka Tingkat
Efektifitasnya dapat dinyatakan Sangat Efektif.
4.6 Kontribusi Pajak Bahan Galian Mineral Bukan Logam dan Batuan
terhadap Pendapatan Asli Daerah
Pajak dari bahan galian mineral bukan logam dan batuan mempunyai
peranan untuk memberikan dukungan berupa kontribusi terhadap setiap
proporsi dari pendapatan daerah. Dari uraian tersebut dapat diketahui
kontribusi yang diberikan pajak bahan galian mineral bukan logam dan
batuan terhadap pendapatan daerah di Kabupaten Kepulauan Talaud.
Berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis dari sumber (Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dan Badan Pengeleola Pajak dan
Retribusi Daerah, Kabupaten Kepulauan Talaud), bahwa Realisasi
53. 41
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kepulauan Talaud pada 5 (lima)
Tahun Anggaran terakhir adalah sebagai berikut di tabel :
Tabel 4.6a Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kab. Kepl. Talaud 5 (Lima)
Tahun Anggaran (2012 s/d 2016) (19:1-5)
Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPPKAD), Kab. Kepl. Talaud, 2017.
Sehingga untuk mengukur tingkat kontribusi yang diberikan dari sektor
pajak ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Mardiasmo, 2000) :
Realisasi Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam & Batuan
Kontribusi = x 100
Realisasi Pendapatan Asli Daerah
Dari rumus diatas maka tingkat kontribusi yang diberikan dari
penerimaan pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah terangkum dalam tabel
di bawah ini :
TAHUN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
(PAD) LEBIH /
KURANGTARGET (Rp) REALISASI (Rp)
1 2 3 4 (2-3)
2012 8.925.095.908 ,- 10.560.855.378 ,- (1.635.759.470 ,-)
2013 9.825.767.183 ,- 12.311.254.267 ,- (2.485.487.084 ,-)
2014 21.200.055.145 ,- 22.653.130.445 ,- (1.453.075.084 ,-)
2015 27.357.185.578 ,- 24.043.151.629 ,- 3.314.033.949 ,-
2016 24.542.048.570 ,- 28.741.679.148 ,- (4.199.630.578 ,-)
54. 42
Tabel 4.6b Kontribusi Penerimaan Pajak Mineral Bukan logam dan
batuan, Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) (19:1-5)
Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPPKAD), Kab. Kepl. Talaud, 2017.
Dari tabel hasil perhitungan dapat dideskripsikan tingkat Kontribusi
Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap Realisasi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah sebagai berikut :
1. Pada tahun anggaran 2012, Kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) termasuk masih kecil,
dimana hanya mampu mencapai nilai sebesar 5,022 % (Rp. 530.359.641,)
dari realisasi PAD (Rp. 10.560.855.378,-) ;
2. Selanjutnya masuk pada tahun anggaran 2013, disini mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya 2012, dan hanya mampu mencapai nilai
sebesar 2,559 % (Rp. 314.996.794,-) dari Realisasi Penerimaan PAD (Rp.
12.311.254.267,-) ;
3. Kemudian pada Tahun 2014, disini nilai presentasenya juga masih rendah
kerena pada tahun ini juga target penerimaan yang ditetapkan naik lebih
tinggi dari tahun sebelumnya, sehingga hanya mampu mencapai nilai
Tahun
Realisasi
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
(Rp)
Realisasi Penerimaan
Pajak Mineral Bukan
Logam & Batuan
(Rp)
Kontribusi
%
(3/2 x 100)
1 2 3 4
2012 10.560.855.378 ,- 530.359.641 ,- 5,022
2013 12.311.254.267 ,- 314.996.794 ,- 2,559
2014 22.653.130.445 ,- 628.940.700 ,- 2,776
2015 24.043.151.629 ,- 334.412.019 ,- 1,391
2016 28.741.679.148 ,- 2.712.792.792 ,- 9,439
55. 43
sebesar 2,776 % (Rp.628.940.700,-) dari realisasi penerimaan PAD
(Rp.22.653.130.445,-), akan tetapi jumlah realisasi penerimaannya
meningkat dari tahun sebelumnya yakni dari Rp.314.996.794 ,- menjadi
Rp.628.940.700,- ;
4. Ketika masuk pada Tahun 2015, target penerimaan naik dari tahun
sebelumnya, namun realisasi penerimaan pajaknya menurun baik nilai
presentase yang diperoleh maupun jumlah realisasi penerimaannya dari
tahun sebelumnya. Pada tahun ini, nilai presentase yang dapat di peroleh
sangat kecil, yakni hanya mencapai 1,391 % (Rp. 334.412.019,-) dari
jumlah penerimaan PAD sebesar Rp.24.043.151.629,- ;
5. Pada tahun 2016 pencapaiannya sangat membaik bila di bandingkan
dengan beberapa 4 (empat) tahun sebelumnya. Nilai presentasenya naik
begitu juga jumlah realisasi penerimannya yang sangat signifikan. Adapun
capaian pada tahu 2015 mampuh memperoleh nilai sebesar 9,439 %
dengan jumlah Rp.2.712.792.792,- dari jumlah realisasi penerimaan
Rp.28.741.679.148,-.
4.7 Kendala Dalam Memenuhi Realisasi Penerimaan Pajak
Sistem yang selama ini diberlakukan pada tahun – tahun sebelumnya,
untuk menunjang efektifitas pembayaran pajak walaupun di anggap baik
namun masih terdapat beberapa kelemahan antara lain adanya kemungkinan
manipulasi data yaitu jumlah volume pengambilan bahan galian dan juga
kemungkinan bagi Wajib Pajak menunda pembayaran pajak. Akan tetapi hal
tersebut sudah dapat di atasi dan perbaiki secara bertahap mulai dari tahun
2015, sehingga ketika pada tahun 2016 terjadi satu perubahan peningkatan
realisasi penerimaan, sehingga hasilnya dapat dikatakan sudah sangat baik,
sebagaimana kita lihat pada capaian realisasi penerimaan pada tahun 2016.
Adapun upaya untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada, langkah
lain lain yang dilakukan, selain sistem Self Assesment terhadap target dan
realisasi pajak dari pemungutan yang di lakukan pemerintah daerah, juga
menerapkan sistem official assesment, dan membuat kebijakan juga melalui
56. 44
pemungutan pajak bahan galian langsung melalui pihak ke – tiga (kontraktor)
pada kegiatan seperti proyek pembangunan gedung maupun infrastruktur
lainnya yang menngunakan bahan galian, dan meningkatkan pengawasan
terhadap kegiatan penambangan bahan galian untuk meminimalisir kendala
yang ada, sehingga dengan demikian target penerimaan dapat terpenuhi.
57. 45
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Untuk dapat menjalankan rumah tangganya secara mandiri dan dalam upaya
peningkatan kemandirian, pemerintah daerah dituntut untuk mampu meningkatkan
Pendapatan Asli Daerahnya. PAD merupakan salah satu sumber pembelanjaan
daerah, jika PAD meningkat maka dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah akan
bertambah sehingga mampu mendorong tingkat kemandirian daerah tersebut.
Wewenang pemerintah daerah untuk memungut pajak daerah sebagai salah satu
sumber PAD sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Sehingga diharapkan dengan adanya pungutan pajak daerah,
menjadi perwujudan dari pengabdian dan peran serta masyarakat untuk secara
langsung melaksanakan kewajiban perpajakan dan sebagai partisipasinya dalam
memikul beban pembiayaan pembangunan daerah.
Dari hasil pembahasan yang sudah dipaparkan, penulis menarik kesimpulan
bahwa berdasarkan hasil pencapaian penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan selama 5 (lima) Tahun Anggaran terakhir, dan permasalahan terhadap
pemungutan pajak tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pendapatan daerah dari Pajak Galian Mineral Bukan Logam dan Batuan secara
berturut-turut sebagai berikut ;
1. Tahun Anggaran 2012 target penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalah sejumlah Rp.200.000.000,-, Realisasinya adalah sejumlah
Rp.530.359.641,- (nilai presentasenya 265,2 %) maka dengan demikian
Tingkat Efektifitasnya adalah Sangat Efektif, dan mampu memberi kontribusi
terhadap Penerimaan Asli Daerah (PAD) sebesar 5,022 % dari jumlah
penerimaan PAD ;
2. Tahun Anggaran 2013 target penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalah sejumlah Rp.217.210.044,-, Realisasinya adalah sejumlah
Rp.314.996.794,- (nilai presentasenya 145,0 %) maka dengan demikian
Tingkat Efektifitasnya adalah Sangat Efektif, dan mampu memberi kontribusi
58. 46
terhadap Penerimaan Asli Daerah (PAD) sebesar 2,559 % dari jumlah
penerimaan PAD ;
3. Tahun Anggaran 2014 target penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalah sejumlah Rp.224.901.021,-, Realisasinya adalah sejumlah
Rp.628.940.700,- (nilai presentasenya 279,7 %) maka dengan demikian
Tingkat Efektifitasnya adalah Sangat Efektif, dan mampu memberi kontribusi
terhadap Penerimaan Asli Daerah (PAD) sebesar 2,776 % dari jumlah
penerimaan PAD ;
4. Tahun Anggaran 2014 target penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalah sejumlah Rp.215.595.000,-, Realisasinya adalah sejumlah
Rp.334.412.019,- (nilai presentasenya 155,1 %) maka dengan demikian
Tingkat Efektifitasnya adalah Sangat Efektif, dan mampu memberi kontribusi
terhadap Penerimaan Asli Daerah (PAD) sebesar 1,391 % dari jumlah
penerimaan PAD ;
5. Tahun Anggaran 2014 target penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalah sejumlah Rp.500.000.000,-, Realisasinya adalah sejumlah
Rp.2.712.792.792,- (nilai presentasenya 542,6 %) maka dengan demikian
Tingkat Efektifitasnya adalah Sangat Efektif, dan mampu memberi kontribusi
terhadap Penerimaan Asli Daerah (PAD) sebesar 9,439 % dari jumlah
penerimaan PAD.
Dengan demikian bahwa, dari realisasi penerimaan tersebut diatas dapat
diketahui jumlah pendapatan yang berasal dari Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batauan atau kotribusinya terhadap PAD selama 5 (lima) tahun, yaitu sejumlah
Rp.4.521.501.946,-.
b. Dari pembahasan diatas dapat diketahui pula bahwa, terhadap Sistem Pemungutan
Pajak Mineral Bukan Logam dan batuan Kabupaten Kepulauan Talaud, dapat
disimpulkan Sangat Efektif, karena pada setiap tahunnya, nilai presentase yang
diperoleh rata-rata semuanya mampu mencapai diatas 100 % ;
c. Sistem Self Assesment walau dianggap baik namun dalam pencapaian target belum
efektif sebab dari data yang diperoleh, terkait mekanisme pemungutan pajak pada
Kabupaten Kepulauan Talaud, ternyata masih juga ada kendala yang di temui,
59. 47
akan tetapi pemerintah mengambil langkah kebijakan lain dalam upaya
mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah khusus sektor pertambangan, sehingga
hasilnya terbukti pada realisasi penerimaan pajak pada tahun terakhir membaik
dan terjadi peningkatan ;
d. Walaupun demikian, Kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan selama
5 (lima) tahun anggaran ini jika di akumulasi, terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) masih sangat kecil, dimana hanya mampu memberi kontribusi sebesar
4,599 % (Jumlah Realisasi Penerimaan Pajak 5 tahun : Jumlah Realisasi
Penerimaan PAD 5 tahun x 100) ;
e. Terkait masalah-maslah yang ditemui pada pemungutan pajak, hal tersebut jika
dibiarkan dan tidak ditindak lanjuti akan mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah,
karena sistem Selft Assesment ini belum dapat memaksimalkan peningkatan
realisasi penerimaan pajak sepenuhnya.
5.2 Saran
Dari kesimpulan diatas penulis menyampaikan beberapa saran yang kiranya
dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah. Pertama sebagaimana kita ketahui
bahwa, di Kabupaten Kepulauan Talaud terdapat berbagai macam usaha entah usaha
orang pribadi dan/atau badan yang dapat sangat mempengaruhi Pendapatan Asli
Daerah, sehingga salah satu komponen pajak daerah yang perlu mendapatkan
perhatian lebih oleh pemerintah adalah Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.
Kemudian seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan bahan mineral bukan logam
dan batuan yang digunakan sebagai bahan dasar industri dan pembangunan
pemukiman di daerah Kabupaten Kepulauan Talaud sendiri dan sekitarnya, maka
sangat dipandang perlu komitmen dan keseriusan pemerintah dalam mengatur,
mengurus dan mengendalikan pemerintahan dan masyarakat, dalam hal ini yang
dimaksud pengelolaan pajak.
Terkait masalah yang di temui dalam pemungutan pajak, menurut penulis hal-
hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Sosialisasi kepada masyarakat, pemegang IUP, pihak pelaku usaha yang ada
kaitannya dengan bahan galian mineral bukan logam dan batuan, lebih
dimaksimalkan ;
60. 48
b. Pengawasan dan pembinaan harus dilakukan secara intensif, misalnya
melaksanakan monitoring langsung ke lapangan/lokasi penambangan;
c. Jika mekanisme yang diterapkan mengacu pada peraturan yang berlaku, masih ada
celanya atau belum mampu memaksimalkan PAD, maka pemerintah harus berani
mengambil kebijakan terkait pengendalian terhadap penggunaan/pemanfaatan
bahan galian mineral bukan logam dan batuan, secara legal, sehingga
mempengaruhi dan mengurangi PAD.
61. 49
DAFTAR PUSTAKA
1. Ridha, Noor Widowati Dan Dhiah Fitrayati. 2013. “Analisis Efektivitas Potensi
Pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan Di Kabupaten Bojonegoro.
Prodi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya”, Surabaya;
2. Billy Ch. G. Rattu, 2014 “Analisis efektivitas dan kontribusi pajak mineral bukan
logam dan batuan terhadap pendapatan asli daerah di kabupaten minahasa”, Manado ;
3. Republik Indonesia 2009, UU No. 28, “Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah” ;
4. Republik Indonesia 2002, UU No. 8, “Tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan
Talaud di Provinsi Sulawesi Utara” ;
5. Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi, 2016 “Peta Administratif, Peta Sebaran
Bahan Galian, dan Peta IUP Kab. Kepl. Talaud ;
6. Sukamto. R, dan Suwarna. N, 1986, “Geologi Lembar Talaud Sulawesi Utara”, skala 1 :
250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung ;
7. Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud 2017, Peraturan Bupati Kepulauan
Talaud No. 56, “Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta
Tata Kerja Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah”, Talaud ;
8. Suwardjono. 2014, Akuntansi Pengantar Bagian 1 Edisi Ketiga. Penerbit : BPFE ;
9. Hery. 2014. Akuntansi Perpajakan, Penerbit: PT Grasindo, Jakarta ;
10. Londorang I. Marghareta 2014. Penerapan Tax Planning Pajak Pertambahan Nilai”,
Manado;
11. Yogyakarta. Waluyo. 2013, Perpajakan Indonesia, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta;
12. Republik Indonesia 2004, UU No. 32, Tentang “Pemerintahan Daerah” ;
13. Mardiasmo. 2011. Perpajakan, Edisi Revisi, Penerbit : CV. Andi Offset, Yogyakarta ;
14. Republik Indonesia 1997, UU No. 18, Tentang “Pajak Daerah” ;
15. Republik Indonesia 2000, UU No. 34, Tentang “Pajak Daerah dan Retribusi Daerah” ;
16. Republik Indonesia 1980, PP No. 27, Tentang “Pengolahan Bahan-Bahan Galian” ;
17. Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud 2011, Peraturan Daerah No.3,
“Tentang Pajak Daerah”, Talaud ;
62. 50
18. Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud 2016, Peraturan Bupati No.27,
“Tentang Penetapan Target Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud”;
19. Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud 2014, 2015, 2016, DPPKAD
“Laporan Pendapatan Asli Daerah (PAD) TA. 2014 s/d TA. 2016”, Talaud ;
20. Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud 2014, 2015, 2016, BPPRD “Tabel
Harga Bahan Galian dan Perhitungan Tarifnya”, Talaud ;
21. http://www.docs-engine.com/pdf/1/depdagri-kepmendagri-no-690-900-327-tahun-
1996.html#
63.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Badan Pengelola Pajak Dan Retribusi
Daerah Kabupaten Depulauan Talaud(7:1)
2.3.1.
(Sumber : BPPRD Kabupaten Kepulauan Talaud)
KEPALA BADAN
SEKSI
PENDAFTARAN DAN
PENDATAAN PAJAK
DAERAH
SEKSI
PENETAPAN PAJAK
DAERAH
SEKSI
PENAGIHAN PAJAK
DAERAH
BIDANG
PENGELOLA PAJAK
BIDANG
RETRIBUSI
SEKSI
PENDATAAN
POTENSI
RETRIBUSI DAERAH
SEKSI
PENETAPAN
RETRIBUSI DAERAH
SEKSI
PENAGIHAN
RETRIBUSI DAERAH
SEKRETARIS
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
SUB BAGIAN
PERENCANAAN,
PELAPORAN
DAN KEUANGAN
SUB BAGIAN
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
UPTD
64.
Lampiran 2. Dokumentasi Peninjauan Lokasi Penamabangan
Lokasi Penambanmgan Pasir dan Kerikil
Di Desa Niampak, Kecamatan Beo Selatan, Kab. Kepl. Talaud(22:1)
Sumber : Foto Pribadi Y. SAHABAT (Dukumentasi KKW TA. 2017/2017)
Sumber : Foto Pribadi Y. SAHABAT (Dukumentasi KKW TA. 2017/2017)
Niampak, 18 Maret
Niampak, 18 Maret
65.
Lokasi Penambangan Batu
Di Desa Pulutan, Kecamatan Pulutan, Kab. Kepl. Talaud(22:2)
Sumber : Foto Pribadi Y. SAHABAT (Dukumentasi KKW TA. 2017/2017)
Sumber : Foto Pribadi Y. SAHABAT (Dukumentasi KKW TA. 2017/2017)
Pulutan, 18 Maret
Pulutan, 18 Maret
66.
Lokasi Penambangan Sirtu
Di Desa Matahit, Kecamatan Beo, Kab. Kepl. Talaud(22:3-4)
Sumber : Foto Pribadi Y. SAHABAT (Dukumentasi KKW TA. 2017/2017)
Sumber : Foto Pribadi Y. SAHABAT (Dukumentasi KKW TA. 2017/2017)
Beo, 18 Maret 2017
Beo, 18 Maret 2017
67.
Sumber : Foto Pribadi Y. SAHABAT (Dukumentasi KKW TA. 2017/2017)
Sumber : Foto Pribadi Y. SAHABAT (Dukumentasi KKW TA. 2017/2017)
Beo, 18 Maret 2017
Beo, 18 Maret 2017