SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 13, No. 1, April 2015
49
GEOLOGI LINGKUNGAN KAWASAN PESISIR PULAU KECIL TERLUAR PULAU MIANGAS,
KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD SULAWESI UTARA
ENVIRONMENTAL GEOLOGY OF COASTAL AREAS OF OUTER ISLANDS MIANGAS ISLAND,
KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD NORTH SULAWESI
Catur Purwanto dan Purnomo Raharjo
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No. 236 Bandung-40174
Sur-el: catur@mgi.esdm.go.id
uwemgi@gmail.com
Diterima : 7-12-2014, Disetujui : 18-03-2015
ABSTRAK
Pulau Miangas merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang berbatasan dengan Filipina. Pulau ini termasuk
dalam wilayah Check Point Border Crossing Agreement. Berdasarkan pengamatan lapangan hampir seluruh bagian
Pulau Miangas mengalami proses abrasi cukup kuat. Posisi pulau ini berada di laut lepas tanpa ada penghalang baik
berupa pulau atau gosong, yang berfungsi sebagai penahan gelombang. Pulau ini dapat berdiri kokoh karena batuan
dasarnya mempunyai tingkat resistensi tinggi seperti batuan Gunungapi Miangas yang ditindih secara tidak selaras
oleh batugamping koral. Di beberapa bagian pantai rawan terhadap abrasi. Untuk mengurangi akibat abrasi diusulkan
dibangun pelindung pantai. Kedalaman air di sekitar pulau ini antara 5 m – 110 m. Laut terdalam terdapat di bagian
baratdaya yang berjarak 500 m dari garis pantai. Terdapat tiga jenis pantai di Pulau Miangas yaitu pantai berpasir,
berbatu, dan bertebing terjal.
Kata Kunci : Kesepakatan titik batas, geografis, abrasi, resistensi, Pulau Miangas
ABSTRACT
Miangas island is one of the outermost islands of Indonesia wich is bordering with Philippines. This island is
known as area Check Point Border Crossing Agreement. Based on field observations, almost all parts of the island of
Miangas undergoes the process of abrasion that occur are strong enough. This island is located on the high seas
without any barrier whether it be other islands or the sandbar that serves as the anchoring of the wave. Although the
abrasion occurred in the coastal areas but it is still able to stand firm because the rocks are essentially has a high level
of resistance such as Miangas volcanic rock which is covered by unconformity coral limestone. Parts of the coast are
resistance to abrasion. To reduce the abrasion are proposed to built coastal protection. The depth of the sea floor that
measured is between 5 m-110 m. The inner Area is approximately 500 m from the shoreline. There are three types of
the beach on the Miangas island such as sandy beaches, rocky, and hilly beach.
Keywords: Check Point Border Crossing Agreement, geographical, abrasion, resistance, Miangas island
PENDAHULUAN
Latar Belakang dan Permasalahan
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) merupakan negara kepulauan
(archipelago state) memiliki 92 pulau kecil
terluar yang berbatasan dengan 10 (sepuluh)
negara tetangga, yaitu India, Thailand, Malaysia,
Vietnam, Singapura, Philipina, Republik Palau,
Australia, Papua Nugini, dan Timor Leste. Salah
satu pulau kecil terluar adalah Pulau Miangas,
Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi
Utara yang berbatasan dengan Filipina. Pulau
Miangas menjadi penting karena posisi
geografisnya yang merupakan batas paling utara
Indonesia dengan Filipina. Pulau Miangas menjadi
salah satu wilayah khusus yang dikenal sebagai
wilayah Check Point Border Crossing Argreement.
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 13, No. 1, April 2015
50
Maksud dan Tujuan
Kegiatan penelitian di pulau-pulau kecil
terluar seperti Pulau Miangas, Provinsi Sulawesi
Utara, dimaksudkan untuk menginventarisasi data
geologi kelautan berupa kedalaman dan morfologi
dasar laut dan karakteristik pantai di daerah
tersebut. Untuk mengetahui tingkat kerentanan
pulau terhadap bencana alam dan bencana geologi
data dasar geologi kelautan sangat diperlukan.
Data-data tersebut antara lain data litologi
kawasan pesisir, relief, karakteristik pantai serta
data hidro oseanografi. Tingkat kerentanan
kawasan pesisir dapat diketahui dari resistensi
batuan, relief pantai dan karakter kawasan
pesisirnya apakah pantai terbuka atau pantai
bervegetasi. Keberadanan pulau ini harus
dipertahankan sebagai titik referensi batas wilayah
negara kesatuan NKRI. Sedangkan tujuan
penelitian ini adalah untuk menyediakan data dasar
geologi kelautan. Lokasi penelitian adalah kawasan
pesisir Pulau Miangas terletak pada 05°32’30”
LU- 05°34’00” LU dan 126°34’30” BT – 126°35’30”
BT dengan batas sebelah utara perairan Filipina
Selatan, batas sebelah timur Samudera Pasifik,
batas sebelah barat Laut Sulawesi dan batas
sebelah selatan Laut Maluku. Pulau Miangas
mempunyai luas daratan kurang lebih 201,28 Ha
atau 2,0128 km2
(Gambar 1).
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan pemetaan
lapangan. Pemetaan di daratan pulau meliputi
pengamatan kondisi geologi dan pengamatan
karakteristik pantai disertai pengambilan contoh
sedimen pantai. Pemetaan di perairan sekitar
Pulau Miangas dilakukan dengan menggunakan
perahu. Beberapa peralatan yang digunakan adalah
penentuan posisi dengan GPS, pengukuran
Gambar 1. Lokasi Penelitian
(Foto 6b)
(Foto 4)
Gambar 1. Lokasi Penelitian
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 13, No. 1, April 2015
51
kedalaman dasar laut dengan echosounder untuk
mengetahui morfologi dasar laut, pengambilan
contoh sedimen dasar laut dengan grab sampler
dan gravity corer. Panjang lintasan pengukuran
kedalaman laut 120 km (Gambar 3).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Geologi Regional
Topografi Pulau Miangas pada umumnya
berupa daerah dataran yang merupakan daerah
hunian penduduk. Daerah rawa ditumbuhi oleh
pohon sagu dan laluga sejenis talas, yang
dikonsumsi masyarakat Miangas pada masa
kehabisan makanan pokok. Kawasan perbukitan
terdapat di bagian utara dan timurlaut dengan
ketinggian sekitar 110 m (Gunung Batu) diatas
permukaan air laut.
Daerah ini kurang mendapat dukungan
logistik dari pulau-pulau sekitar disekelilingnya
akibat kondisi cuaca dan laut di sekitar Miangas
yang buruk sehingga tidak dapat dilalui oleh kapal
perintis.
Berdasarkan peta geologi lembar Kepulauan
Talaud (Sukamto dan Suwarna, 1986) Pulau
Miangasdisusun oleh batuan gunungapi yang
berkomposisi breksi, tuff dan lava berumur
Miosen Tengah - Pliosen Awal (Batuan Gunungapi
Miangas). Batuan ini di tindih secara tidak selaras
oleh yang berkomposisi batugamping Koral
berumur Kuarter (Batugamping Beo), (Gambar 2).
Berdasarkan hasil penyelidikan sebagian besar
pulau Miangas mempunyai komposisi permukaan
berupa pasir biogenik, terumbu karang dan tanah
gambut pada daerah rawa-rawa. Sebagian berupa
tanah liat (lempung) hasil alterasi batuan beku dan
batuan beku yang terdapat didaerah ketinggian
sebelah utara dan timur laut.
Morfologi Dasar Laut
Arah lintasan pengukuran kedalaman dasar
laut tegak lurus dengan pantai berbentuk seperti
kipas (Gambar 3). Hasil pengukuran berupa peta
kontur kedalaman laut (Gambar 4), dan
memperlihatkan bentuk 3-dimensi morfologi dasar
laut perairan Pulau Miangas (Gambar 5).
Kedalaman dasar laut yang terukur antara 5 m –
110 m. Daerah terdalam berada pada jarak 500 m
dari garis pantai Pulau Miangas di baratdaya
pulau. Pola kontur rapat pada peta kontur
kedalaman laut menggambarkan kemiringan
morfologi dasar laut cukup besar, sedangkan pola
kontur renggang menggambarkan kemiringan
morfologi dasar laut landai. Kemiringan morfologi
dasar laut di sekitar Pulau Miangas rata-rata cukup
besar. Kemiringan morfologi dasar laut yang paling
besar terdapat di sebelah barat sampai selatan
dengan kemiringan 30o - 35o dan kedalaman laut
antara 5 m – 110 m. Sedangkan di bagian timur
hingga utara morfologi dasar lautnya mempunyai
kemiringan lebih kecil (2o
- 11o
) dari bagian barat
dan selatan. Kedalaman laut di lokasi ini berkisar
antara 5 m – 60 m. Sedangkan pada kedalaman
antara 60 m – 110 m mempunyai kemiringan
sekitar 20o - 30o. Perbedaan morfologi ini akan
berpengaruh langsung terhadap tinggi gelombang
yang terjadi disekitar pantai. Dengan kemiringan
morfologi dasar laut yang cukup besar di Pantai
Racuna, Tanjung Abaa, dan Tanjung Bora,
gelombang pecah (breaker zone) relatif dekat
dengan pantai, serta tidak terbentuknya longshore
bar yang berfungsi sebagai peredam alami energi
gelombang yang menuju pantai. Oleh karena itu,
saat gelombang datang dari laut lepas tidak
mengalami peredaman energi oleh dasar laut,
sehingga gelombang pecah di daerah pantai.
Akibatnya, energi gelombang akan terlepas secara
frontal dengan kekuatan besar melalui hempasan
(run up) gelombang ke arah pantai dan daratan.
Pada saat kondisi laut pasang, tinggi gelombang ini
akan masuk lebih dalam ke arah daratan dan
menggerus material yang mudah lepas.
Pantai Racuna, Tanjung Abaa, dan Tanjung
Bora tersusun oleh material pasir dan batuan lepas
hasil proses gelombang, arus sejajar pantai dan
arus tegak lurus pantai. Proses pengikisan dan
pengangkutan material dari darat ke arah laut
berlangsung secara terus menerus.
Pantai Tanjung Endene, Tanjung Widipoli
dan Tanjung Merah pantainya mempunyai
kemiringan morfologi dasar laut sebesar 10o – 20o.
Sebagian besar pantai di lokasi ini mempunyai
Foto 1. Singkapan batuan Gunungapi Miangas di Pantai
Tanjung Panci
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 13, No. 1, April 2015
52
Gambar 2. Peta Geologi Pulau Miangas (Sukamto dan Suwarna, 1986)
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 13, No. 1, April 2015
53
Gambar 3. Lintasan pengukuran kedalaman dasar laut
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 13, No. 1, April 2015
54
Gambar 4. Peta Batimetri Pulau Miangas
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 13, No. 1, April 2015
55
pantai sempit kurang dari 5 m. Sepanjang
pantainya dikelilingi oleh singkapan batuan beku
dan berlereng terjal. Di lokasi ini gelombang dari
laut akan langsung membentur dinding batuan
beku terjal. Saat membentur dinding batuan beku
dan kembali ke arah laut, gelombang ini tidak
mengangkut material. Energi gelombang ini
tidak cukup kuat untuk mengikis dinding
batuan beku yang keras sehingga tidak
terjadi abrasi dan erosi pantai di daerah ini.
Karakteristik Pantai
Pemetaan karakteristik pantai dibuat
berdasarkan kriteria fisik utama yaitu:
morfologi zona garis pantai, proses yang
sedang berlangsung (geologi, laut atau
biologi/vegetasi), kandungan sedimen
aluvial (Dolan, 1980), dan aktivitas manusia.
Karakter fisik pantai Pulau Miangas secara
umum dapat dibedakan menjadi tiga jenis
tipe pantai, yaitu : pantai berpasir, pantai
pasir berbatu, dan pantai bertebing terjal.
Pantai Berpasir
Karakteristik pantai berpasir tersebar
dari arah baratdaya ke arah selatan Pulau
Miangas. Umumnya pasir berkomposisi
cangkang moluska, pecahan halus koral dan
foraminifera, sehingga menyebabkan warna
dominan coklat muda. Terdapat juga sedikit
pasir berwarna putih, merah, dengan bentuk
butir membundar sampai menyudut
tanggung, ukuran butir halus sampai
sedang. Bioklastik ini diperkirakan berasal
dari kawasan perairan berkoral yang
mengelilingi Pulau Miangas. Morfologi
pantai berpasir relatif rendah dengan
kemiringan pantai 2° sampai 5°. Karakter
garis pantai sebagian besar berupa pantai
berpasir, di bagian selatan terdapat tanggul
penghalang yang relatif sejajar dengan garis
pantai berfungsi untuk menahan
gelombang. Lokasi ini dimanfaatkan
penduduk sebagai tempat merapatnya
perahu-perahu berukuran kecil karena
gelombang yang cukup kecil. Di bagian
belakang pantai dimanfaatkan penduduk
sebagai pemukiman karena lokasi yang
landai dan tidak berbatu seperti di daerah
lain. Vegetasinya berupa pohon kelapa
(Foto 2).
Berdasarkan pengamatan lapangan
hampir seluruh bagian Pulau Miangas
mengalami proses abrasi cukup kuat. Hal
ini ditandai oleh terbentuknya perbedaan
kemiringan yang cukup jelas (tebing-tebing pantai)
serta pohon-pohon kelapa yang hampir dan sudah
tumbang (Foto 3). Salah satu faktor penyebab
terjadinya abrasi ini adalah oleh kondisi fisik
litologi sepanjang pantai yang terdiri dari endapan
Gambar 5. Morfologi dasar laut Pulau Miangas
a
b
Foto 2. a. Pantai Berpasir di Pantai Racuna, berpasir
putih, relief 2o - 5o; b. Sea Wall sebagai
pelindung Pantai Racuna
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 13, No. 1, April 2015
56
pasir biogenik. Endapan tersebut tersusun oleh
fragmen-fragmen cangkang moluska dan terumbu
karang berukuran sedang sampai halus dengan
tingkat kekompakan yang rendah.
Faktor lain adalah karena posisi Pulau
Miangas berada di laut lepas tanpa ada penghalang
baik itu berupa pulau lain ataupun gosong yang
berfungsi sebagai penahan gelombang. Kondisi
tersebut menyebabkan gelombang yang datang
dari berbagai arah langsung menghantam pantai.
Selain itu jika tidak ada penanganan atau usaha-
usaha untuk menanggulangi abrasi tersebut,
dikhawatirkan lambat laut dampak dari abrasi
tersebut akan lebih besar.
Pantai berbatu
Karakteristik pantai pasir berbatu tersebar
cukup luas pada daerah penelitian menempati di
bagian timur dan barat Pulau Miangas. Komposisi
pasir umumnya berupa fragmen-fragmen cangkang
moluska, pecahan halus koral dan foraminifera.
Warna dominan coklat muda, terdapat juga
berwarna putih, merah, dengan bentuk butir
membundar sampai menyudut tanggung. Ukuran
butir halus sampai kasar (Folk, 1980) sedangkan
komposisi batu berupa batugamping terumbu
berukuran kerikil sampai bongkah (Foto 4).
Bioklastik ini diperkirakan berasal dari kawasan
perairan berkoral yang mengelilingi Pulau
Miangas. Pantai berbatu ini relief rendah dengan
kemiringan pantai 2° sampai 5°. Karakter garis
pantai sebagian besar berupa pantai berbatu.
Vegetasi berupa pohon kelapa dan pohon-pohon
kecil khas daerah pantai.
Keberadaan terumbu-terumbu karang
tersebut berfungsi sebagai pemecah gelombang
sehingga pengaruh abrasi sedikit berkurang (Foto
5).
Pantai bertebing terjal
Karakteristik pantai bertebing terjal
menempati sebagian kecil daerah timur laut dan
utara Pulau Miangas. Pantai ini dicirikan oleh
morfologi perbukitan terjal dengan relief tinggi
(Foto 6). Perbukitan tersebut tersusun oleh batuan
keras yaitu batuan beku (lava bantal) dan
batugamping terumbu perairan dangkal. Lava
berwarna segar abu-abu kehitaman warna lapuk
hitam, keras, terdapat kekar-kekar berarah
dominan utara-selatan. Pantai ini umumnya tidak
terbentuk gisik (beaches) namun ada juga
terbentuk gisik tapi sangat sempit. Meskipun
posisi Pulau Miangas yang tidak terlindung dari
arus dan gelombang laut terbuka (open sea), namun
karena batuan penyusun berupa lava yang bersifat
keras, tingkat abrasi pada daerah ini relatif lemah.
Pembentukan karakteristik kawasan garis
pantai daerah penelitian tidak terlepas dari kontrol
proses pantai yang sedang berlangsung sejak
waktu lampau hingga saat ini. Faktor-faktor alam
Foto 3. Pantai berpasir dengan proses abrasi cukup
kuat di tandai dengan adanya perbedaan
kemiringan pantai yang cukup jelas (tebing-
tebing pantai) di Pantai Poro
Foto 4. Pantai berbatu dengan bongkah fragmen
batugamping terumbu di Pantai Lobbo II
Foto 5. Pantai berbatu dengan proses abrasi ditandai
dengan hampir tumbangnya vegetasi pohon
kelapa di Pantai Lobbo I
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 13, No. 1, April 2015
57
pada kawasan tersebut juga menjadi komponen
penentu dalam pembentukan karakteristik pantai.
Faktor-faktor tersebut adalah gelombang air laut,
arus sepanjang pantai, pasang-surut, dan faktor
geologis seperti jenis batuan pantai, kekerasan
batuan, konfigurasi bentuk garis pantai dan
geomorfologi kawasan pantai.
Berdasarkan hasil pemetaan dan pengamatan
di lapangan diketahui bahwa gelombang sebagai
faktor yang dominan pada pembentukan pantai
berpasir dan pantai pasir berbatu.
Hal ini terlihat dengan jelas pada beberapa
lokasi di pantai berbatu, pasir putih bercampur
dengan sedikit detritus. Pada lokasi seperti ini
konfigurasi garis pantai umumnya membentuk
tanjung dengan karakteristik pantai berbatu.
Faktor jenis dan kekerasan batuan yang dipadukan
dengan proses abrasi dan gelombang yang terus
menerus akan menghasilkan tipe pantai seperti
ini. Agitasi gelombang juga telah memindahkan
pasir dan kerikil menuju ke kantong-kantong
pasir diantara bebatuan teras. Di sini faktor
pasang surut dan arus sepanjang pantai
jarang dapat teramati jejaknya.
DISKUSI
Pulau Miangas menjadi salah satu
wilayah khusus yang dikenal sebagai wilayah
Check Point Border Crossing Argreement.
Kemiringan morfologi dasar laut paling besar
30o - 35o terdapat di sebelah barat sampai
selatan di sekitar Pulau Miangas dengan
kedalaman laut antara 5 m – 110 m.
Perbedaan morfologi ini akan berpengaruh
langsung terhadap tinggi gelombang yang
terjadi di sekitar pantai. Pulau Miangas
berada di laut lepas tanpa penghalang berupa
pulau lain ataupun gosong yang berfungsi
sebagai penahan gelombang. Berdasarkan
pengamatan lapangan hampir seluruh bagian
Pulau Miangas mengalami proses abrasi
secara alamiah. Daerah yang mengalami
abrasi di kawasan pesisir ditandai oleh
sedimen lepas. Sedimen tersebut berupa
endapan pasir biogenik yang tersusun oleh
fragmen-fragmen cangkang moluska dan
terumbu karang berukuran sedang sampai
halus dengan tingkat kekompakan yang
rendah. Daerah yang rentan terhadap abrasi
sebaiknya diupayakan membangun
pelindung pantai baik secara alami dengan
menanam tumbuhan bakau atau pemecah
dan penahan gelombang (pier, bronjong dan
tembok pantai). Dasar dari Pulau Miangas disusun
oleh batuan berupa lava yang bersifat keras,
tingkat resistensi pulau ini cukup kuat sehingga
dapat dikatakan bahwa pulau ini masih dapat
berdiri kokoh. Hal ini sangat menguntungkan bagi
kedaulatan NKRI dimana salah satu titik batas
terluar negara kita berada di Pulau Miangas.
KESIMPULAN
Topografi Pulau Miangas pada umumnya
daerah dataran yang merupakan daerah hunian
penduduk dan daerah rawa. Kawasan perbukitan
terdapat di bagian utara dan timur laut.
Hasil pengukuran kedalaman dasar laut
(batimetri) di sekitar Pulau Miangas berkisar 5 m –
110 m. Dari peta batimetri memperlihatkan bahwa
bagian utara dan tenggara morfologi dasar lautnya
landai dengan pola kontur renggang. Kemiringan
morfologi dasar laut yang paling besar (30o-35o)
terdapat di sebelah barat dan timur laut dan
a
b
Foto 6. Pantai bertebing terjal tersusun oleh batuan beku
dan batugamping terumbu pada bagian bawah di
Pantai Tanjung Merah (a) dan Pantai Rapapa (b)
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 13, No. 1, April 2015
58
kemiringan 2o
- 11o
di bagian tenggara hingga
utara. Morfologi dasar laut nampak terjal berada
pada bagian barat dan timur laut. Daerah terdalam
berada pada jarak 500 meter dari garis pantai.
Pantai barat dan selatan akan mengalami proses
pengikisan dan pengangkutan material dari darat
ke arah laut dan berlangsung secara terus
menerus. Sedangkan pantai timur dan utara
(Tanjung Endene, Tanjung Widipoli dan Tanjung
Merah) akan mengalami sedikit abrasi dan erosi
pantai.
Karakter fisik pantai Pulau Miangas secara
umum dapat dibedakan menjadi tiga jenis tipe
pantai, yaitu : pantai berpasir, pantai pasir berbatu,
dan pantai bertebing terjal.
Pantai berpasir tersusun oleh cangkang
moluska dan pecahan halus koral, dan foraminifera.
Warna dominan coklat muda, terdapat juga sedikit
berwarna putih dan merah. Pantai berbatu
komposisinya berupa batugamping terumbu
berukuran kerikil sampai bongkah. Pantai berbukit
terjal tersusun oleh batuan keras yaitu batuan
beku (lava bantal) dan batugamping terumbu.
(Foto 6b)
(Foto 6a)
(Foto 1)
(Foto 2)
(Foto 3)
(Foto 4)
(Foto 5)
Gambar 6. Peta karakteristik pantai Pulau Miangas
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 13, No. 1, April 2015
59
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada
seluruh rekan-rekan Tim Pulau Kecil Terluar,
Pulau Miangas, yang telah banyak membantu
kegiatan di lapangan hingga penyelesaian makalah.
DAFTAR ACUAN
Badan Informasi Geospasial, 1993. Peta
Lingkungan Pantai Indonesia, Skala
1:250.000.
Dolan, R., Hayde, B.P., Hornberger, G., Zieman, J.,
and Vincent, M.K., 1975. Classification of
Coastal Landform Of The Americas.
Zethschr Geomorphology, In Encyclopedia
of Beaches and Coastal Environment, 3-6.
Folk R.L, 1980. Petrology of Sedimentary Rocks.
Hemphill Publishing Company, Austin
Texas, 182p.
Purwanto, C., Rachmat, B., Mustofa, A., Sinaga,
A.C., Mustafa, H., 2007. Laporan
Penyelidikan Energi dan Sumber Daya
Mineral Kelautan Pulau Kecil Terdepan
Pulau Marore dan Pulau Miangas, Provinsi
Sulawesi Utara, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan, Bandung.
Laporan intern tidak dipublikasikan.
Sukamto, R., dan Suwarna, N., 1986. Peta Geologi
Lembar Talaud, Sulawesi, Skala 1 : 250.000,
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi,Bandung.
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 13, No. 1, April 2015
60

More Related Content

What's hot

Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)Nurul Afdal Haris
 
Kondisi geografis indonesia
Kondisi geografis indonesiaKondisi geografis indonesia
Kondisi geografis indonesiaafifahdhaniyah
 
3.3 ppt pengelolan sda
3.3 ppt pengelolan sda3.3 ppt pengelolan sda
3.3 ppt pengelolan sdajopiwildani
 
Letak Wilayah Indonesia
Letak Wilayah Indonesia Letak Wilayah Indonesia
Letak Wilayah Indonesia Jeung Titiez
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Nurul Afdal Haris
 
Xi geografi kd 3.3_sebaran dan pengelolaan sumber daya alam di indonesia
Xi geografi kd 3.3_sebaran dan pengelolaan sumber daya alam di indonesiaXi geografi kd 3.3_sebaran dan pengelolaan sumber daya alam di indonesia
Xi geografi kd 3.3_sebaran dan pengelolaan sumber daya alam di indonesiajopiwildani
 
Laporan Praktikum Oseanografi : "Wave Rose" Studi Kasus "Aplikasi Tabel Numer...
Laporan Praktikum Oseanografi : "Wave Rose" Studi Kasus "Aplikasi Tabel Numer...Laporan Praktikum Oseanografi : "Wave Rose" Studi Kasus "Aplikasi Tabel Numer...
Laporan Praktikum Oseanografi : "Wave Rose" Studi Kasus "Aplikasi Tabel Numer...Nur Rohim
 
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-201056852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010eli priyatna laidan
 
Prinsip prinsip geografi
Prinsip prinsip geografiPrinsip prinsip geografi
Prinsip prinsip geografiAyik Novitasari
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)Nurul Afdal Haris
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Nurul Afdal Haris
 
Kebijakan kelautan nasional di Indonesia
Kebijakan kelautan nasional di IndonesiaKebijakan kelautan nasional di Indonesia
Kebijakan kelautan nasional di IndonesiaSunoto Mes
 

What's hot (20)

34 provinsi di indonesia beserta pakaian
34 provinsi di indonesia beserta pakaian34 provinsi di indonesia beserta pakaian
34 provinsi di indonesia beserta pakaian
 
Laporan Mitigasi bancana
 Laporan Mitigasi bancana Laporan Mitigasi bancana
Laporan Mitigasi bancana
 
Sedimentasi
SedimentasiSedimentasi
Sedimentasi
 
The Geology of Sumatra
The Geology of SumatraThe Geology of Sumatra
The Geology of Sumatra
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)
 
Kondisi geografis indonesia
Kondisi geografis indonesiaKondisi geografis indonesia
Kondisi geografis indonesia
 
Penginderaan jauh
Penginderaan jauhPenginderaan jauh
Penginderaan jauh
 
3.3 ppt pengelolan sda
3.3 ppt pengelolan sda3.3 ppt pengelolan sda
3.3 ppt pengelolan sda
 
Letak Wilayah Indonesia
Letak Wilayah Indonesia Letak Wilayah Indonesia
Letak Wilayah Indonesia
 
Peta
PetaPeta
Peta
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
 
Xi geografi kd 3.3_sebaran dan pengelolaan sumber daya alam di indonesia
Xi geografi kd 3.3_sebaran dan pengelolaan sumber daya alam di indonesiaXi geografi kd 3.3_sebaran dan pengelolaan sumber daya alam di indonesia
Xi geografi kd 3.3_sebaran dan pengelolaan sumber daya alam di indonesia
 
Laporan Praktikum Oseanografi : "Wave Rose" Studi Kasus "Aplikasi Tabel Numer...
Laporan Praktikum Oseanografi : "Wave Rose" Studi Kasus "Aplikasi Tabel Numer...Laporan Praktikum Oseanografi : "Wave Rose" Studi Kasus "Aplikasi Tabel Numer...
Laporan Praktikum Oseanografi : "Wave Rose" Studi Kasus "Aplikasi Tabel Numer...
 
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-201056852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
 
Proposal study tour
Proposal study tourProposal study tour
Proposal study tour
 
Bilangan Formzahl
Bilangan FormzahlBilangan Formzahl
Bilangan Formzahl
 
Prinsip prinsip geografi
Prinsip prinsip geografiPrinsip prinsip geografi
Prinsip prinsip geografi
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Papua)
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
 
Kebijakan kelautan nasional di Indonesia
Kebijakan kelautan nasional di IndonesiaKebijakan kelautan nasional di Indonesia
Kebijakan kelautan nasional di Indonesia
 

Similar to GEOLOGI PULAU MIANGAS

Makalah parangtritis uas b. indonesia editan
Makalah parangtritis uas b. indonesia editanMakalah parangtritis uas b. indonesia editan
Makalah parangtritis uas b. indonesia editanarif878
 
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...Repository Ipb
 
Makalah parangtritis uas b. indonesia
Makalah parangtritis uas b. indonesiaMakalah parangtritis uas b. indonesia
Makalah parangtritis uas b. indonesiarizal92
 
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI JakartaGambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI JakartaFitri Indra Wardhono
 
1. Contoh Teks Laporan Hasil Observasi.docx
1. Contoh Teks Laporan Hasil Observasi.docx1. Contoh Teks Laporan Hasil Observasi.docx
1. Contoh Teks Laporan Hasil Observasi.docxNadhilahShabrina4
 
Profil Geologi, Lingkungan dan Geografi Indonesia
Profil Geologi, Lingkungan dan Geografi IndonesiaProfil Geologi, Lingkungan dan Geografi Indonesia
Profil Geologi, Lingkungan dan Geografi IndonesiaLestari Moerdijat
 
Makalah Full Paper
Makalah Full PaperMakalah Full Paper
Makalah Full PaperWindra Hardi
 
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''Sutrisna Sandi
 
Kuliah 1 Geo Regional Indonesia
Kuliah 1 Geo Regional IndonesiaKuliah 1 Geo Regional Indonesia
Kuliah 1 Geo Regional IndonesiaRudi Iskandar
 
Llingkungan Penyelaman
Llingkungan PenyelamanLlingkungan Penyelaman
Llingkungan PenyelamanImam Tolkha
 
b63d3_MODUL_04_-_PENGETAHUAN_TEKNIK_PANTAI.pptx
b63d3_MODUL_04_-_PENGETAHUAN_TEKNIK_PANTAI.pptxb63d3_MODUL_04_-_PENGETAHUAN_TEKNIK_PANTAI.pptx
b63d3_MODUL_04_-_PENGETAHUAN_TEKNIK_PANTAI.pptxErikMunandar1
 
geologi-regional-yogyakarta
geologi-regional-yogyakartageologi-regional-yogyakarta
geologi-regional-yogyakartaIntan Hasanah
 
Lingkungan fisik wilayah nusantara dan hubungan dengan manusia
Lingkungan fisik wilayah nusantara dan hubungan dengan manusiaLingkungan fisik wilayah nusantara dan hubungan dengan manusia
Lingkungan fisik wilayah nusantara dan hubungan dengan manusiaalfantishindikasari
 
09062023 - PW (Perencanaan Pulau-Pulau Kecil 1).pdf
09062023 - PW (Perencanaan Pulau-Pulau Kecil 1).pdf09062023 - PW (Perencanaan Pulau-Pulau Kecil 1).pdf
09062023 - PW (Perencanaan Pulau-Pulau Kecil 1).pdfVinnaYasin
 
PULAU KECIL DAN PERTANIAN PULAU KECIL Simon Raharjo in file #1-Pulau Kecil...
PULAU KECIL DAN PERTANIAN PULAU KECIL    Simon Raharjo in file #1-Pulau Kecil...PULAU KECIL DAN PERTANIAN PULAU KECIL    Simon Raharjo in file #1-Pulau Kecil...
PULAU KECIL DAN PERTANIAN PULAU KECIL Simon Raharjo in file #1-Pulau Kecil...Simon Raharjo
 

Similar to GEOLOGI PULAU MIANGAS (20)

Makalah parangtritis uas b. indonesia editan
Makalah parangtritis uas b. indonesia editanMakalah parangtritis uas b. indonesia editan
Makalah parangtritis uas b. indonesia editan
 
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
 
Makalah parangtritis uas b. indonesia
Makalah parangtritis uas b. indonesiaMakalah parangtritis uas b. indonesia
Makalah parangtritis uas b. indonesia
 
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI JakartaGambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
 
1. Contoh Teks Laporan Hasil Observasi.docx
1. Contoh Teks Laporan Hasil Observasi.docx1. Contoh Teks Laporan Hasil Observasi.docx
1. Contoh Teks Laporan Hasil Observasi.docx
 
Profil Geologi, Lingkungan dan Geografi Indonesia
Profil Geologi, Lingkungan dan Geografi IndonesiaProfil Geologi, Lingkungan dan Geografi Indonesia
Profil Geologi, Lingkungan dan Geografi Indonesia
 
Bab ii rkpd 2012
Bab ii   rkpd 2012Bab ii   rkpd 2012
Bab ii rkpd 2012
 
Makalah Full Paper
Makalah Full PaperMakalah Full Paper
Makalah Full Paper
 
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''
 
PPT KELOMPOK 6.pptx
PPT KELOMPOK 6.pptxPPT KELOMPOK 6.pptx
PPT KELOMPOK 6.pptx
 
Kuliah 1 Geo Regional Indonesia
Kuliah 1 Geo Regional IndonesiaKuliah 1 Geo Regional Indonesia
Kuliah 1 Geo Regional Indonesia
 
Bab 1.pptx
Bab 1.pptxBab 1.pptx
Bab 1.pptx
 
Llingkungan Penyelaman
Llingkungan PenyelamanLlingkungan Penyelaman
Llingkungan Penyelaman
 
Geologi Irian Jaya (Papua)
Geologi Irian Jaya (Papua)Geologi Irian Jaya (Papua)
Geologi Irian Jaya (Papua)
 
b63d3_MODUL_04_-_PENGETAHUAN_TEKNIK_PANTAI.pptx
b63d3_MODUL_04_-_PENGETAHUAN_TEKNIK_PANTAI.pptxb63d3_MODUL_04_-_PENGETAHUAN_TEKNIK_PANTAI.pptx
b63d3_MODUL_04_-_PENGETAHUAN_TEKNIK_PANTAI.pptx
 
geologi-regional-yogyakarta
geologi-regional-yogyakartageologi-regional-yogyakarta
geologi-regional-yogyakarta
 
Lingkungan fisik wilayah nusantara dan hubungan dengan manusia
Lingkungan fisik wilayah nusantara dan hubungan dengan manusiaLingkungan fisik wilayah nusantara dan hubungan dengan manusia
Lingkungan fisik wilayah nusantara dan hubungan dengan manusia
 
09062023 - PW (Perencanaan Pulau-Pulau Kecil 1).pdf
09062023 - PW (Perencanaan Pulau-Pulau Kecil 1).pdf09062023 - PW (Perencanaan Pulau-Pulau Kecil 1).pdf
09062023 - PW (Perencanaan Pulau-Pulau Kecil 1).pdf
 
PULAU KECIL DAN PERTANIAN PULAU KECIL Simon Raharjo in file #1-Pulau Kecil...
PULAU KECIL DAN PERTANIAN PULAU KECIL    Simon Raharjo in file #1-Pulau Kecil...PULAU KECIL DAN PERTANIAN PULAU KECIL    Simon Raharjo in file #1-Pulau Kecil...
PULAU KECIL DAN PERTANIAN PULAU KECIL Simon Raharjo in file #1-Pulau Kecil...
 
1118
11181118
1118
 

More from YOHANIS SAHABAT

Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. TalaudRancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. TalaudYOHANIS SAHABAT
 
KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN
KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN
KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN YOHANIS SAHABAT
 
HSE MANAJEMEN SYSTEM SEKTOR HILIR MIGAS
HSE MANAJEMEN SYSTEM SEKTOR HILIR MIGASHSE MANAJEMEN SYSTEM SEKTOR HILIR MIGAS
HSE MANAJEMEN SYSTEM SEKTOR HILIR MIGASYOHANIS SAHABAT
 
PERALATAN & HSE MANAGEMENT SYSTEM PENGOLAHAN MIGAS
PERALATAN & HSE MANAGEMENT SYSTEM PENGOLAHAN MIGASPERALATAN & HSE MANAGEMENT SYSTEM PENGOLAHAN MIGAS
PERALATAN & HSE MANAGEMENT SYSTEM PENGOLAHAN MIGASYOHANIS SAHABAT
 
TIPS CARA MENGHEMAT LISTRIK
TIPS CARA MENGHEMAT LISTRIKTIPS CARA MENGHEMAT LISTRIK
TIPS CARA MENGHEMAT LISTRIKYOHANIS SAHABAT
 
'KERTAS KERJA WAJIB' AK.II, STEM Akamigas Cepu
'KERTAS KERJA WAJIB' AK.II, STEM Akamigas Cepu'KERTAS KERJA WAJIB' AK.II, STEM Akamigas Cepu
'KERTAS KERJA WAJIB' AK.II, STEM Akamigas CepuYOHANIS SAHABAT
 
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUDPOTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUDYOHANIS SAHABAT
 
KKW Ak. 1 (Potensi bahan galian pasir besi kab. talaud)
KKW Ak. 1 (Potensi bahan galian pasir besi kab. talaud)KKW Ak. 1 (Potensi bahan galian pasir besi kab. talaud)
KKW Ak. 1 (Potensi bahan galian pasir besi kab. talaud)YOHANIS SAHABAT
 
LAPORAN HASIL PRAKTEK LAPANGAN (INDUSTRI MIGAS & PABUM)
LAPORAN HASIL PRAKTEK LAPANGAN (INDUSTRI MIGAS & PABUM)LAPORAN HASIL PRAKTEK LAPANGAN (INDUSTRI MIGAS & PABUM)
LAPORAN HASIL PRAKTEK LAPANGAN (INDUSTRI MIGAS & PABUM)YOHANIS SAHABAT
 
LAPORAN HASIL PRAKTEK PEMROGRAMAN KOMPUTER (DLPHI 7)
LAPORAN HASIL PRAKTEK  PEMROGRAMAN KOMPUTER (DLPHI 7)LAPORAN HASIL PRAKTEK  PEMROGRAMAN KOMPUTER (DLPHI 7)
LAPORAN HASIL PRAKTEK PEMROGRAMAN KOMPUTER (DLPHI 7)YOHANIS SAHABAT
 
MATERI AKUNTANSI KEUANGAN 2
MATERI AKUNTANSI KEUANGAN 2MATERI AKUNTANSI KEUANGAN 2
MATERI AKUNTANSI KEUANGAN 2YOHANIS SAHABAT
 
MATERI 5 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 5 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasMATERI 5 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 5 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasYOHANIS SAHABAT
 
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI AIR TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI  AIR  TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI  AIR  TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI AIR TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...YOHANIS SAHABAT
 
MATERI 3 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 3 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasMATERI 3 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 3 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasYOHANIS SAHABAT
 
MATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasMATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasYOHANIS SAHABAT
 
MATERI 1 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 1 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasMATERI 1 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 1 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasYOHANIS SAHABAT
 
LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG
LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG
LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG YOHANIS SAHABAT
 

More from YOHANIS SAHABAT (20)

Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. TalaudRancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud
 
KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN
KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN
KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN
 
HSE MANAJEMEN SYSTEM SEKTOR HILIR MIGAS
HSE MANAJEMEN SYSTEM SEKTOR HILIR MIGASHSE MANAJEMEN SYSTEM SEKTOR HILIR MIGAS
HSE MANAJEMEN SYSTEM SEKTOR HILIR MIGAS
 
PERALATAN & HSE MANAGEMENT SYSTEM PENGOLAHAN MIGAS
PERALATAN & HSE MANAGEMENT SYSTEM PENGOLAHAN MIGASPERALATAN & HSE MANAGEMENT SYSTEM PENGOLAHAN MIGAS
PERALATAN & HSE MANAGEMENT SYSTEM PENGOLAHAN MIGAS
 
TIPS CARA MENGHEMAT LISTRIK
TIPS CARA MENGHEMAT LISTRIKTIPS CARA MENGHEMAT LISTRIK
TIPS CARA MENGHEMAT LISTRIK
 
'KERTAS KERJA WAJIB' AK.II, STEM Akamigas Cepu
'KERTAS KERJA WAJIB' AK.II, STEM Akamigas Cepu'KERTAS KERJA WAJIB' AK.II, STEM Akamigas Cepu
'KERTAS KERJA WAJIB' AK.II, STEM Akamigas Cepu
 
PRESENTASI KKW AK II
PRESENTASI KKW AK IIPRESENTASI KKW AK II
PRESENTASI KKW AK II
 
HSE MANAJEMEN SYSTEM
HSE MANAJEMEN SYSTEMHSE MANAJEMEN SYSTEM
HSE MANAJEMEN SYSTEM
 
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUDPOTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
 
KKW Ak. 1 (Potensi bahan galian pasir besi kab. talaud)
KKW Ak. 1 (Potensi bahan galian pasir besi kab. talaud)KKW Ak. 1 (Potensi bahan galian pasir besi kab. talaud)
KKW Ak. 1 (Potensi bahan galian pasir besi kab. talaud)
 
LAPORAN HASIL PRAKTEK LAPANGAN (INDUSTRI MIGAS & PABUM)
LAPORAN HASIL PRAKTEK LAPANGAN (INDUSTRI MIGAS & PABUM)LAPORAN HASIL PRAKTEK LAPANGAN (INDUSTRI MIGAS & PABUM)
LAPORAN HASIL PRAKTEK LAPANGAN (INDUSTRI MIGAS & PABUM)
 
LAPORAN HASIL PRAKTEK PEMROGRAMAN KOMPUTER (DLPHI 7)
LAPORAN HASIL PRAKTEK  PEMROGRAMAN KOMPUTER (DLPHI 7)LAPORAN HASIL PRAKTEK  PEMROGRAMAN KOMPUTER (DLPHI 7)
LAPORAN HASIL PRAKTEK PEMROGRAMAN KOMPUTER (DLPHI 7)
 
MATERI AKUNTANSI KEUANGAN 2
MATERI AKUNTANSI KEUANGAN 2MATERI AKUNTANSI KEUANGAN 2
MATERI AKUNTANSI KEUANGAN 2
 
Materi dasar akuntansi
Materi dasar akuntansi Materi dasar akuntansi
Materi dasar akuntansi
 
MATERI 5 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 5 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasMATERI 5 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 5 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
 
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI AIR TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI  AIR  TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI  AIR  TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI AIR TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
 
MATERI 3 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 3 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasMATERI 3 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 3 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
 
MATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasMATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 2 LANJUTAN HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
 
MATERI 1 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 1 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasMATERI 1 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 1 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
 
LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG
LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG
LAPORAN PRAKERIN PT. GEODIPA ENERGI DIENG
 

Recently uploaded

Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 

Recently uploaded (20)

Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 

GEOLOGI PULAU MIANGAS

  • 1. JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 13, No. 1, April 2015 49 GEOLOGI LINGKUNGAN KAWASAN PESISIR PULAU KECIL TERLUAR PULAU MIANGAS, KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD SULAWESI UTARA ENVIRONMENTAL GEOLOGY OF COASTAL AREAS OF OUTER ISLANDS MIANGAS ISLAND, KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD NORTH SULAWESI Catur Purwanto dan Purnomo Raharjo Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No. 236 Bandung-40174 Sur-el: catur@mgi.esdm.go.id uwemgi@gmail.com Diterima : 7-12-2014, Disetujui : 18-03-2015 ABSTRAK Pulau Miangas merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang berbatasan dengan Filipina. Pulau ini termasuk dalam wilayah Check Point Border Crossing Agreement. Berdasarkan pengamatan lapangan hampir seluruh bagian Pulau Miangas mengalami proses abrasi cukup kuat. Posisi pulau ini berada di laut lepas tanpa ada penghalang baik berupa pulau atau gosong, yang berfungsi sebagai penahan gelombang. Pulau ini dapat berdiri kokoh karena batuan dasarnya mempunyai tingkat resistensi tinggi seperti batuan Gunungapi Miangas yang ditindih secara tidak selaras oleh batugamping koral. Di beberapa bagian pantai rawan terhadap abrasi. Untuk mengurangi akibat abrasi diusulkan dibangun pelindung pantai. Kedalaman air di sekitar pulau ini antara 5 m – 110 m. Laut terdalam terdapat di bagian baratdaya yang berjarak 500 m dari garis pantai. Terdapat tiga jenis pantai di Pulau Miangas yaitu pantai berpasir, berbatu, dan bertebing terjal. Kata Kunci : Kesepakatan titik batas, geografis, abrasi, resistensi, Pulau Miangas ABSTRACT Miangas island is one of the outermost islands of Indonesia wich is bordering with Philippines. This island is known as area Check Point Border Crossing Agreement. Based on field observations, almost all parts of the island of Miangas undergoes the process of abrasion that occur are strong enough. This island is located on the high seas without any barrier whether it be other islands or the sandbar that serves as the anchoring of the wave. Although the abrasion occurred in the coastal areas but it is still able to stand firm because the rocks are essentially has a high level of resistance such as Miangas volcanic rock which is covered by unconformity coral limestone. Parts of the coast are resistance to abrasion. To reduce the abrasion are proposed to built coastal protection. The depth of the sea floor that measured is between 5 m-110 m. The inner Area is approximately 500 m from the shoreline. There are three types of the beach on the Miangas island such as sandy beaches, rocky, and hilly beach. Keywords: Check Point Border Crossing Agreement, geographical, abrasion, resistance, Miangas island PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan (archipelago state) memiliki 92 pulau kecil terluar yang berbatasan dengan 10 (sepuluh) negara tetangga, yaitu India, Thailand, Malaysia, Vietnam, Singapura, Philipina, Republik Palau, Australia, Papua Nugini, dan Timor Leste. Salah satu pulau kecil terluar adalah Pulau Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara yang berbatasan dengan Filipina. Pulau Miangas menjadi penting karena posisi geografisnya yang merupakan batas paling utara Indonesia dengan Filipina. Pulau Miangas menjadi salah satu wilayah khusus yang dikenal sebagai wilayah Check Point Border Crossing Argreement.
  • 2. JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 13, No. 1, April 2015 50 Maksud dan Tujuan Kegiatan penelitian di pulau-pulau kecil terluar seperti Pulau Miangas, Provinsi Sulawesi Utara, dimaksudkan untuk menginventarisasi data geologi kelautan berupa kedalaman dan morfologi dasar laut dan karakteristik pantai di daerah tersebut. Untuk mengetahui tingkat kerentanan pulau terhadap bencana alam dan bencana geologi data dasar geologi kelautan sangat diperlukan. Data-data tersebut antara lain data litologi kawasan pesisir, relief, karakteristik pantai serta data hidro oseanografi. Tingkat kerentanan kawasan pesisir dapat diketahui dari resistensi batuan, relief pantai dan karakter kawasan pesisirnya apakah pantai terbuka atau pantai bervegetasi. Keberadanan pulau ini harus dipertahankan sebagai titik referensi batas wilayah negara kesatuan NKRI. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk menyediakan data dasar geologi kelautan. Lokasi penelitian adalah kawasan pesisir Pulau Miangas terletak pada 05°32’30” LU- 05°34’00” LU dan 126°34’30” BT – 126°35’30” BT dengan batas sebelah utara perairan Filipina Selatan, batas sebelah timur Samudera Pasifik, batas sebelah barat Laut Sulawesi dan batas sebelah selatan Laut Maluku. Pulau Miangas mempunyai luas daratan kurang lebih 201,28 Ha atau 2,0128 km2 (Gambar 1). METODE Penelitian ini dilakukan dengan pemetaan lapangan. Pemetaan di daratan pulau meliputi pengamatan kondisi geologi dan pengamatan karakteristik pantai disertai pengambilan contoh sedimen pantai. Pemetaan di perairan sekitar Pulau Miangas dilakukan dengan menggunakan perahu. Beberapa peralatan yang digunakan adalah penentuan posisi dengan GPS, pengukuran Gambar 1. Lokasi Penelitian (Foto 6b) (Foto 4) Gambar 1. Lokasi Penelitian
  • 3. JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 13, No. 1, April 2015 51 kedalaman dasar laut dengan echosounder untuk mengetahui morfologi dasar laut, pengambilan contoh sedimen dasar laut dengan grab sampler dan gravity corer. Panjang lintasan pengukuran kedalaman laut 120 km (Gambar 3). HASIL DAN PEMBAHASAN Geologi Regional Topografi Pulau Miangas pada umumnya berupa daerah dataran yang merupakan daerah hunian penduduk. Daerah rawa ditumbuhi oleh pohon sagu dan laluga sejenis talas, yang dikonsumsi masyarakat Miangas pada masa kehabisan makanan pokok. Kawasan perbukitan terdapat di bagian utara dan timurlaut dengan ketinggian sekitar 110 m (Gunung Batu) diatas permukaan air laut. Daerah ini kurang mendapat dukungan logistik dari pulau-pulau sekitar disekelilingnya akibat kondisi cuaca dan laut di sekitar Miangas yang buruk sehingga tidak dapat dilalui oleh kapal perintis. Berdasarkan peta geologi lembar Kepulauan Talaud (Sukamto dan Suwarna, 1986) Pulau Miangasdisusun oleh batuan gunungapi yang berkomposisi breksi, tuff dan lava berumur Miosen Tengah - Pliosen Awal (Batuan Gunungapi Miangas). Batuan ini di tindih secara tidak selaras oleh yang berkomposisi batugamping Koral berumur Kuarter (Batugamping Beo), (Gambar 2). Berdasarkan hasil penyelidikan sebagian besar pulau Miangas mempunyai komposisi permukaan berupa pasir biogenik, terumbu karang dan tanah gambut pada daerah rawa-rawa. Sebagian berupa tanah liat (lempung) hasil alterasi batuan beku dan batuan beku yang terdapat didaerah ketinggian sebelah utara dan timur laut. Morfologi Dasar Laut Arah lintasan pengukuran kedalaman dasar laut tegak lurus dengan pantai berbentuk seperti kipas (Gambar 3). Hasil pengukuran berupa peta kontur kedalaman laut (Gambar 4), dan memperlihatkan bentuk 3-dimensi morfologi dasar laut perairan Pulau Miangas (Gambar 5). Kedalaman dasar laut yang terukur antara 5 m – 110 m. Daerah terdalam berada pada jarak 500 m dari garis pantai Pulau Miangas di baratdaya pulau. Pola kontur rapat pada peta kontur kedalaman laut menggambarkan kemiringan morfologi dasar laut cukup besar, sedangkan pola kontur renggang menggambarkan kemiringan morfologi dasar laut landai. Kemiringan morfologi dasar laut di sekitar Pulau Miangas rata-rata cukup besar. Kemiringan morfologi dasar laut yang paling besar terdapat di sebelah barat sampai selatan dengan kemiringan 30o - 35o dan kedalaman laut antara 5 m – 110 m. Sedangkan di bagian timur hingga utara morfologi dasar lautnya mempunyai kemiringan lebih kecil (2o - 11o ) dari bagian barat dan selatan. Kedalaman laut di lokasi ini berkisar antara 5 m – 60 m. Sedangkan pada kedalaman antara 60 m – 110 m mempunyai kemiringan sekitar 20o - 30o. Perbedaan morfologi ini akan berpengaruh langsung terhadap tinggi gelombang yang terjadi disekitar pantai. Dengan kemiringan morfologi dasar laut yang cukup besar di Pantai Racuna, Tanjung Abaa, dan Tanjung Bora, gelombang pecah (breaker zone) relatif dekat dengan pantai, serta tidak terbentuknya longshore bar yang berfungsi sebagai peredam alami energi gelombang yang menuju pantai. Oleh karena itu, saat gelombang datang dari laut lepas tidak mengalami peredaman energi oleh dasar laut, sehingga gelombang pecah di daerah pantai. Akibatnya, energi gelombang akan terlepas secara frontal dengan kekuatan besar melalui hempasan (run up) gelombang ke arah pantai dan daratan. Pada saat kondisi laut pasang, tinggi gelombang ini akan masuk lebih dalam ke arah daratan dan menggerus material yang mudah lepas. Pantai Racuna, Tanjung Abaa, dan Tanjung Bora tersusun oleh material pasir dan batuan lepas hasil proses gelombang, arus sejajar pantai dan arus tegak lurus pantai. Proses pengikisan dan pengangkutan material dari darat ke arah laut berlangsung secara terus menerus. Pantai Tanjung Endene, Tanjung Widipoli dan Tanjung Merah pantainya mempunyai kemiringan morfologi dasar laut sebesar 10o – 20o. Sebagian besar pantai di lokasi ini mempunyai Foto 1. Singkapan batuan Gunungapi Miangas di Pantai Tanjung Panci
  • 4. JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 13, No. 1, April 2015 52 Gambar 2. Peta Geologi Pulau Miangas (Sukamto dan Suwarna, 1986)
  • 5. JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 13, No. 1, April 2015 53 Gambar 3. Lintasan pengukuran kedalaman dasar laut
  • 6. JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 13, No. 1, April 2015 54 Gambar 4. Peta Batimetri Pulau Miangas
  • 7. JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 13, No. 1, April 2015 55 pantai sempit kurang dari 5 m. Sepanjang pantainya dikelilingi oleh singkapan batuan beku dan berlereng terjal. Di lokasi ini gelombang dari laut akan langsung membentur dinding batuan beku terjal. Saat membentur dinding batuan beku dan kembali ke arah laut, gelombang ini tidak mengangkut material. Energi gelombang ini tidak cukup kuat untuk mengikis dinding batuan beku yang keras sehingga tidak terjadi abrasi dan erosi pantai di daerah ini. Karakteristik Pantai Pemetaan karakteristik pantai dibuat berdasarkan kriteria fisik utama yaitu: morfologi zona garis pantai, proses yang sedang berlangsung (geologi, laut atau biologi/vegetasi), kandungan sedimen aluvial (Dolan, 1980), dan aktivitas manusia. Karakter fisik pantai Pulau Miangas secara umum dapat dibedakan menjadi tiga jenis tipe pantai, yaitu : pantai berpasir, pantai pasir berbatu, dan pantai bertebing terjal. Pantai Berpasir Karakteristik pantai berpasir tersebar dari arah baratdaya ke arah selatan Pulau Miangas. Umumnya pasir berkomposisi cangkang moluska, pecahan halus koral dan foraminifera, sehingga menyebabkan warna dominan coklat muda. Terdapat juga sedikit pasir berwarna putih, merah, dengan bentuk butir membundar sampai menyudut tanggung, ukuran butir halus sampai sedang. Bioklastik ini diperkirakan berasal dari kawasan perairan berkoral yang mengelilingi Pulau Miangas. Morfologi pantai berpasir relatif rendah dengan kemiringan pantai 2° sampai 5°. Karakter garis pantai sebagian besar berupa pantai berpasir, di bagian selatan terdapat tanggul penghalang yang relatif sejajar dengan garis pantai berfungsi untuk menahan gelombang. Lokasi ini dimanfaatkan penduduk sebagai tempat merapatnya perahu-perahu berukuran kecil karena gelombang yang cukup kecil. Di bagian belakang pantai dimanfaatkan penduduk sebagai pemukiman karena lokasi yang landai dan tidak berbatu seperti di daerah lain. Vegetasinya berupa pohon kelapa (Foto 2). Berdasarkan pengamatan lapangan hampir seluruh bagian Pulau Miangas mengalami proses abrasi cukup kuat. Hal ini ditandai oleh terbentuknya perbedaan kemiringan yang cukup jelas (tebing-tebing pantai) serta pohon-pohon kelapa yang hampir dan sudah tumbang (Foto 3). Salah satu faktor penyebab terjadinya abrasi ini adalah oleh kondisi fisik litologi sepanjang pantai yang terdiri dari endapan Gambar 5. Morfologi dasar laut Pulau Miangas a b Foto 2. a. Pantai Berpasir di Pantai Racuna, berpasir putih, relief 2o - 5o; b. Sea Wall sebagai pelindung Pantai Racuna
  • 8. JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 13, No. 1, April 2015 56 pasir biogenik. Endapan tersebut tersusun oleh fragmen-fragmen cangkang moluska dan terumbu karang berukuran sedang sampai halus dengan tingkat kekompakan yang rendah. Faktor lain adalah karena posisi Pulau Miangas berada di laut lepas tanpa ada penghalang baik itu berupa pulau lain ataupun gosong yang berfungsi sebagai penahan gelombang. Kondisi tersebut menyebabkan gelombang yang datang dari berbagai arah langsung menghantam pantai. Selain itu jika tidak ada penanganan atau usaha- usaha untuk menanggulangi abrasi tersebut, dikhawatirkan lambat laut dampak dari abrasi tersebut akan lebih besar. Pantai berbatu Karakteristik pantai pasir berbatu tersebar cukup luas pada daerah penelitian menempati di bagian timur dan barat Pulau Miangas. Komposisi pasir umumnya berupa fragmen-fragmen cangkang moluska, pecahan halus koral dan foraminifera. Warna dominan coklat muda, terdapat juga berwarna putih, merah, dengan bentuk butir membundar sampai menyudut tanggung. Ukuran butir halus sampai kasar (Folk, 1980) sedangkan komposisi batu berupa batugamping terumbu berukuran kerikil sampai bongkah (Foto 4). Bioklastik ini diperkirakan berasal dari kawasan perairan berkoral yang mengelilingi Pulau Miangas. Pantai berbatu ini relief rendah dengan kemiringan pantai 2° sampai 5°. Karakter garis pantai sebagian besar berupa pantai berbatu. Vegetasi berupa pohon kelapa dan pohon-pohon kecil khas daerah pantai. Keberadaan terumbu-terumbu karang tersebut berfungsi sebagai pemecah gelombang sehingga pengaruh abrasi sedikit berkurang (Foto 5). Pantai bertebing terjal Karakteristik pantai bertebing terjal menempati sebagian kecil daerah timur laut dan utara Pulau Miangas. Pantai ini dicirikan oleh morfologi perbukitan terjal dengan relief tinggi (Foto 6). Perbukitan tersebut tersusun oleh batuan keras yaitu batuan beku (lava bantal) dan batugamping terumbu perairan dangkal. Lava berwarna segar abu-abu kehitaman warna lapuk hitam, keras, terdapat kekar-kekar berarah dominan utara-selatan. Pantai ini umumnya tidak terbentuk gisik (beaches) namun ada juga terbentuk gisik tapi sangat sempit. Meskipun posisi Pulau Miangas yang tidak terlindung dari arus dan gelombang laut terbuka (open sea), namun karena batuan penyusun berupa lava yang bersifat keras, tingkat abrasi pada daerah ini relatif lemah. Pembentukan karakteristik kawasan garis pantai daerah penelitian tidak terlepas dari kontrol proses pantai yang sedang berlangsung sejak waktu lampau hingga saat ini. Faktor-faktor alam Foto 3. Pantai berpasir dengan proses abrasi cukup kuat di tandai dengan adanya perbedaan kemiringan pantai yang cukup jelas (tebing- tebing pantai) di Pantai Poro Foto 4. Pantai berbatu dengan bongkah fragmen batugamping terumbu di Pantai Lobbo II Foto 5. Pantai berbatu dengan proses abrasi ditandai dengan hampir tumbangnya vegetasi pohon kelapa di Pantai Lobbo I
  • 9. JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 13, No. 1, April 2015 57 pada kawasan tersebut juga menjadi komponen penentu dalam pembentukan karakteristik pantai. Faktor-faktor tersebut adalah gelombang air laut, arus sepanjang pantai, pasang-surut, dan faktor geologis seperti jenis batuan pantai, kekerasan batuan, konfigurasi bentuk garis pantai dan geomorfologi kawasan pantai. Berdasarkan hasil pemetaan dan pengamatan di lapangan diketahui bahwa gelombang sebagai faktor yang dominan pada pembentukan pantai berpasir dan pantai pasir berbatu. Hal ini terlihat dengan jelas pada beberapa lokasi di pantai berbatu, pasir putih bercampur dengan sedikit detritus. Pada lokasi seperti ini konfigurasi garis pantai umumnya membentuk tanjung dengan karakteristik pantai berbatu. Faktor jenis dan kekerasan batuan yang dipadukan dengan proses abrasi dan gelombang yang terus menerus akan menghasilkan tipe pantai seperti ini. Agitasi gelombang juga telah memindahkan pasir dan kerikil menuju ke kantong-kantong pasir diantara bebatuan teras. Di sini faktor pasang surut dan arus sepanjang pantai jarang dapat teramati jejaknya. DISKUSI Pulau Miangas menjadi salah satu wilayah khusus yang dikenal sebagai wilayah Check Point Border Crossing Argreement. Kemiringan morfologi dasar laut paling besar 30o - 35o terdapat di sebelah barat sampai selatan di sekitar Pulau Miangas dengan kedalaman laut antara 5 m – 110 m. Perbedaan morfologi ini akan berpengaruh langsung terhadap tinggi gelombang yang terjadi di sekitar pantai. Pulau Miangas berada di laut lepas tanpa penghalang berupa pulau lain ataupun gosong yang berfungsi sebagai penahan gelombang. Berdasarkan pengamatan lapangan hampir seluruh bagian Pulau Miangas mengalami proses abrasi secara alamiah. Daerah yang mengalami abrasi di kawasan pesisir ditandai oleh sedimen lepas. Sedimen tersebut berupa endapan pasir biogenik yang tersusun oleh fragmen-fragmen cangkang moluska dan terumbu karang berukuran sedang sampai halus dengan tingkat kekompakan yang rendah. Daerah yang rentan terhadap abrasi sebaiknya diupayakan membangun pelindung pantai baik secara alami dengan menanam tumbuhan bakau atau pemecah dan penahan gelombang (pier, bronjong dan tembok pantai). Dasar dari Pulau Miangas disusun oleh batuan berupa lava yang bersifat keras, tingkat resistensi pulau ini cukup kuat sehingga dapat dikatakan bahwa pulau ini masih dapat berdiri kokoh. Hal ini sangat menguntungkan bagi kedaulatan NKRI dimana salah satu titik batas terluar negara kita berada di Pulau Miangas. KESIMPULAN Topografi Pulau Miangas pada umumnya daerah dataran yang merupakan daerah hunian penduduk dan daerah rawa. Kawasan perbukitan terdapat di bagian utara dan timur laut. Hasil pengukuran kedalaman dasar laut (batimetri) di sekitar Pulau Miangas berkisar 5 m – 110 m. Dari peta batimetri memperlihatkan bahwa bagian utara dan tenggara morfologi dasar lautnya landai dengan pola kontur renggang. Kemiringan morfologi dasar laut yang paling besar (30o-35o) terdapat di sebelah barat dan timur laut dan a b Foto 6. Pantai bertebing terjal tersusun oleh batuan beku dan batugamping terumbu pada bagian bawah di Pantai Tanjung Merah (a) dan Pantai Rapapa (b)
  • 10. JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 13, No. 1, April 2015 58 kemiringan 2o - 11o di bagian tenggara hingga utara. Morfologi dasar laut nampak terjal berada pada bagian barat dan timur laut. Daerah terdalam berada pada jarak 500 meter dari garis pantai. Pantai barat dan selatan akan mengalami proses pengikisan dan pengangkutan material dari darat ke arah laut dan berlangsung secara terus menerus. Sedangkan pantai timur dan utara (Tanjung Endene, Tanjung Widipoli dan Tanjung Merah) akan mengalami sedikit abrasi dan erosi pantai. Karakter fisik pantai Pulau Miangas secara umum dapat dibedakan menjadi tiga jenis tipe pantai, yaitu : pantai berpasir, pantai pasir berbatu, dan pantai bertebing terjal. Pantai berpasir tersusun oleh cangkang moluska dan pecahan halus koral, dan foraminifera. Warna dominan coklat muda, terdapat juga sedikit berwarna putih dan merah. Pantai berbatu komposisinya berupa batugamping terumbu berukuran kerikil sampai bongkah. Pantai berbukit terjal tersusun oleh batuan keras yaitu batuan beku (lava bantal) dan batugamping terumbu. (Foto 6b) (Foto 6a) (Foto 1) (Foto 2) (Foto 3) (Foto 4) (Foto 5) Gambar 6. Peta karakteristik pantai Pulau Miangas
  • 11. JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 13, No. 1, April 2015 59 UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada seluruh rekan-rekan Tim Pulau Kecil Terluar, Pulau Miangas, yang telah banyak membantu kegiatan di lapangan hingga penyelesaian makalah. DAFTAR ACUAN Badan Informasi Geospasial, 1993. Peta Lingkungan Pantai Indonesia, Skala 1:250.000. Dolan, R., Hayde, B.P., Hornberger, G., Zieman, J., and Vincent, M.K., 1975. Classification of Coastal Landform Of The Americas. Zethschr Geomorphology, In Encyclopedia of Beaches and Coastal Environment, 3-6. Folk R.L, 1980. Petrology of Sedimentary Rocks. Hemphill Publishing Company, Austin Texas, 182p. Purwanto, C., Rachmat, B., Mustofa, A., Sinaga, A.C., Mustafa, H., 2007. Laporan Penyelidikan Energi dan Sumber Daya Mineral Kelautan Pulau Kecil Terdepan Pulau Marore dan Pulau Miangas, Provinsi Sulawesi Utara, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Bandung. Laporan intern tidak dipublikasikan. Sukamto, R., dan Suwarna, N., 1986. Peta Geologi Lembar Talaud, Sulawesi, Skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,Bandung.
  • 12. JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 13, No. 1, April 2015 60