SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
ANIMAL SENSORY SYSTEM
Kelompok 1 Fisiologi Hewan
Kelas : B
Anggota :
1. Ega Amanati (K4318024)
2. Endah Ayu Dewani (K4318025)
3. Evany Dwi Arti (K4318026)
4. Fanisa Novinda Ira P (K4318027)
5. Fannia Kusuma Dewi (K4318028)
6. Firdania Ayu Salsabilla (K4318029)
7. Fullaikhah Anjani (K4318030)
8. Hanum Salsabila Azahro (K4318031)
Review Question
1. What is difference between a sense organ and a sensory receptor?
Perspesi yang ada di dunia yaitu tekstur, warna, suara, hangat, bau, dan rasa ditimbulkan oleh
otak akibat adanya impuls elektrokimiawi pada sel saraf yang dihantarkan ke otak dari reseptor
sensori. Reseptor ini mengubah (mentransduksi) berbagai energi yang ada di dunia nyata menjadi
energi impuls untuk dihantarkan ke sistem saraf pusat oleh sel-sel saraf sensori. Reseptor sensori
dapat dibagi menjadi empat macam menurut tipe energi stimulus yang ditransduksinya. Pembagian
ini meliputi:
1. Kemoreseptor, merupakan reseptor stimulus berupa zat-zat kimia yang ada di lingkungan atau
darah (papil pengecap, epitel olfaktori, aorta, dan badan carotid).
2. Fotoreseptor, meliputi sel-sel kerucut dan sel-sel batang pada retina mata.
3. Termoreseptor, yang peka terhadap kondisi panas dan dingin (badan Crausse dan badan
Ruffini pada kulit).
4. Mekanoreseptor, yang distimulasi oleh adanya perubahan bentuk mekanik dari reseptor
membran sel (reseptor sentuhan dan tekanan pada kuli serta sel rambut pada bagian dalam
telinga).
Reseptor juga dapat dibagi menjadi dua macam menurut tipe informasi dalam sel saraf sensori
yang dihantarkan ke otak. Proprioreceptor merupakan reseptor yang peka terhadap posisi badan dan
pergerakann tulang (gelendong otot, tendon, dan reseptor tulang sendi). Jenis kedua adalah Cutaneous
receptor meliputi reseptor sentuhan dan tekanan, reseptor panas dan dingin, dan reseptor sakit (Fox,
2008).
Sedangkan, organ indera merupakan suatu organ yang didalamnya terdapat reseptor sensory
yang dapat mengubah energi menjadi energi impuls dan di sampaikan ke otak.
Contoh :
1) Lidah merupakan organ indera yang pada bagian permukaannya terdapat sel reseptor
pengecap pada mamalia adalah sel epitel termodifikasi yang terorganisasi menjadi kuncup
pengecap (taste bud) yang tersebar di sejumlah area lidah dan mulut.
2) Kulit atau kutis merupakan salah satu organ yang paling luas permukaannya dan sangat
penting bagi tubuh, yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga memiliki banyak
fungsi yaitu sebagai alat pengeluaran, pelindung tubuh terhadap air, cuaca dan keadaan
lingkungan lain, sebagai pengatur panas, sebagai alat pertahanan tubuh, sebagai alat indera
untuk perasa dan peraba (Irianto, 2012).
2. What are the primary stimulus modalities detected by animal sensory reseptor?
Reseptor atau alat penerima rangsang merupakan suatu struktur yang yang mampu
mendeteksi rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Pada hewan vertebrata,
organ indranya merupakan reseptor atau penerima rangsangan. Pada organ indra ini terdapat ujung-
ujung saraf sensori yang peka terhadap rangsangan tertentu. Rangsangan yang diterima diteruskan
melalui serabut saraf sebagai impuls.
Modalitas sensori atau kualitas sensori yang dihubumgkan dengan suatu stimulus tergantung
pada semata-mata pada reseptor mana yang distimulus”.
Stimulus seperti cahaya, suara dan sentuhan, mengena pada reseptor perifer dan bukan pada
otak. Otak menerima informasi yang dikodekan yang distimuli, bukan stimuli sendiri. Pada umumnya
informasi sensori dikodekan sebagai rentetan potensial aksi (implus syaraf). Semua potensial aksi
wujudnya sangat mirip, sehingga otak tidak dapat membedakan bentuk potensial aksi apakah
ditimbulkan oleh cahaya, suara, atau sentuhan. Populasi reseptor yang berbeda mengkode jenis-jenis
stimuli yang berbeda ke dalam potensial aksi, dan sistem syaraf pusat harus membawa sandi potensial
aksi ke dalam informasi tentang kualitas stimulus. Sistem syaraf pusat melakukan pembacaan sandi
dengan prinsip “labeled lines” setiap potensial aksi dari suatu akson tertentu di interpretasikan
sebagai suatu kualitas stimulus khusus. Jadi, setiap aktivitas dalam proyeksi akson pusat dari
fotoreseptor diinterpretasikan dalam bentuk cahaya, dan setiap aktivitas dalam proyeksi aksonal pusat
pendengaran diinterpretasikan dalam bentuk bunyi.
Karena setiap aktivitas yang berasal dari suatu reseptor di interpretasikan sebagai modalitas
stimulus khusus, reseptor harus memiliki suatu kekhususan (spesivicitas) yang tinggi, sehingga secara
normal reseptor dibangkitkan (diaktifkan) hanya saat bentuk terbaik energi stimulus. Istilah bentuk
terbaik energi stimulus adalah “stimulus yang tepat” (adequate stimulus) dari suatu reseptor.
Stimulus yang tepat dapat didefinisikan dari suatu reseptor sebagai bentuk energi stimulus yang
secara normal dapat membangkitkan reseptor, atau bentuk energi stimulus yang direspon oleh
reseptor.
Kekhususan reseptor untuk satu modalitas stimulus data dicapai dalam dua cara. Pertama,
reseptor sendiri biasanya sangat spesifik, merespon kepada tidak lebih dari suatu bentuk energi
stimulus . kedua, organ-organ indra berperan sebagai filter, yang melemahkan atau memfilter bentuk-
bentuk energi stimulus selain dari energy stimulus yang di khususkan untuk reseptor yang
bersangkutan. Filtering peripheral ini adalah suatu fungsi penting dari komponen neural dari suatu
organ indra. Misalnya cairan kental yang berada di dalam bola mata vertebrata secara efektif
melemehkan stimulus mekanik ketingkat sub ambang, sehingga yang sampai ke fotoreseptor
hanyalah timulus tepat saja.
Suatu organ sensori melakukan serangkaian operasi, mulai dari input energi stimulus dan
berakhir dengan “output” sensori (biasanya rangkaian potensial aksi pada akson sensori khusus).
Operasi pertama adalah pemfilteran perriferal. Mekanisme pemfilteran perriferal biasanya non
neural, seperti bulu mata dan iris mata. Komponen tidak hanya memfilter bentuk energi stimulus
selain stimulus khususnya, tetapi juga dapat membatasi jumlah energi stimulus khusus yang mencapai
reseptor. Pembatasan ini dibawah system syaraf pusat.
Pada umumnya, reseptor bekerja secara khusus. Artinya reseptor tertentu hanya akan
menerima rangsangan jenis tertentu. Jadi, dalam satu individu hewan, dapat ditemukan berbagai
macam reseptor. Reseptor dapat dikelompokkan dengan berbagai cara, yaitu berdasarkan struktur,
lokasi sumber rangsang, dan jenis/sifat rangsang yang dapat diterima oleh reseptor tersebut.
Berdasarkan strukturnya, reseptor dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Reseptor Saraf
Merupakan reseptor saraf yang paling sederhana, yang hanya berupa ujung dendrite dari
suatu sel saraf (tidak memiliki selubung mielin), dapat ditemukan pada reseptor nyeri atau
nosiseptor.
2. Reseptor Bukan Saraf
Merupakan struktur saraf yang lebih rumit dapat ditemukan dalam organ pendengaran
vertebrata (berupa sel rambut) dan pada organ penglihatan (berupa sel batang dan kerucut).
Reseptor ini merupakan reseptor khusus dan bukan reseptor saraf.
Berdasarkan lokasi sumber rangsang yang dapat diterimanya, dapat dibagi menjadi tiga
kelompok utama, yang didasarkan pada letak anatominya:
1. Reseptor-reseptor di kulit, yang karena letaknya itu menerima stimulasi langsung dari
lingkungan, disebut eksteroseptor. Eksteroseptor berkisar dari ujung-ujung saraf telanjang
yang relatif tak terdiferensiasi, yang mentransmisikan rasa sakit, hingga reseptor-reseptor
rumit khusus di mata, telinga, hidung, dan lidah (Fried, 2006). Reseptor sensori, yang
disebut eksoreseptor, mendeteksi stimulus dari luar tubuh, seperti panas, cahaya, tekanan,
dan bahan kimia.
2. Proprioseptor, kelompok reseptor yang kedua, terletak di otot, tendon, dan daerah-daerah
sendi di sekitarnya. Reseptor-reseptor tersebut, bila distimulasi, membangkitkan impuls-
impuls yang mengakibatkan kembalinya struktur-struktur yang terentang ke keadaan
awalnya. Proprioreseptor memainkan peran signifikan dalam mempertahankan postur dan
juga membuat posisi tubuh dan bagian-bagiannya dalam ruang (Fried, 2006).
3. Interoseptor, tipe reseptor yang ketiga, pada dasarnya adalah ujung-ujung saraf bebas yang
berujung di permukaan pembuluh-pembuluh darah dan berbagai organ internal. Banyak di
antara refleks-refleks itu yang mengontrol respon-respon homeostatik paru-paru, hati, dan
lain-lain, berasal dari interoseptor (Fried, 2006). Reseptor sensori lainnya yang disebut
interoseptor mendeteksi stimulus di dalam tubuh, seperti tekanan darah dan posisi tubuh.
Semua stimulus mempresentasikan bentuk-bentuk energi, dan fungsi umum sel-sel reseptor
adalah mengubah energi stimulus menjadi perubahan dalam potensial membran dan
kemudian menghantarkan sinyal ke sistem saraf (Campbell, 2004).
Berdasarkan jenis rangsang yang dapat diterimanya, dapat dibagi menjadi enam yakni:
1. Kemoreseptor, merupakan reseptor yang menerima rangsangan yang berupa bahan kimia.
Contoh: bau.
2. Mekanoreseptor, merupakan reseptor yang menerima rangsangan yang berupa deformasi
mekanik. Contoh: sentuhan dan suara.
3. Termoreseptor, merupakan reseptor yang menerima rangsangan yang berupa suhu (baik itu
suhu panas maupun suhu dingin). Contoh: ketika terkena api dan memegang es.
4. Fotoreseptor, merupakan reseptor yang menerima rangsangan yang berupa cahaya. Contoh:
cahaya matahari.
5. Elektroreseptor, merupakan reseptor yang menerima rangsangan yang berupa listrik.
Misalnya dimiliki oleh hewan aqutik, yaitu belut listrik. Digunakan sebagai alat untuk
mempertahankan diri.
6. Magnetoreseptor, merupakan reseptor yang menerima rangsangan yang berupa medan
magnet. Contoh: medan magnet bumi (navigasi arah utara dan selatan), misalnya dimiliki
oleh lebah madu yang digunakan untuk menemukan makanan.
3. What is a reseptor potential ?How does it difer from a generator potential?
Proses mengindera dimulai pada sel-sel reseptor di dalam organ indera. Suatu reseptordapat
berupa bagian dari sel saraf aferen dan sel-sel khusus yang berhubungan baik denganujung periferal
sel-sel saraf aferen. Ada beberapa reseptor dapat merespons (walau secara lemah) stimulus di
luarstimulus khususnya. Satu satunya cara reseptor reseptor menyampaikan informasi ke sistemsaraf
pusat hanya dalam bentuk potensial aksi yang dirambatkan melalui serabut saraf, makareseptor harus
mengubah berbagai bentuk energi stimulus menjadi energi listrik (potensialaksi). Proses pengubahan
energi stimulus menjadi energi listrik ini dikenal sebagaitransduksi. Proses ini melalui proses
depolarisasi reseptor yang menghasilkan perubahan potensial membran. Potensial membran dikenal
sebagai potensial reseptor pada reseptor selkhusus, dan disebut potensial generator bila reseptor
merupakan ujung saraf aferen.
Proses refleks diawali dengan rangsang yang dicandra oleh reseptor. Di sel reseptor ini akan
terjadi proses transduksi yaitu terjadinya perubahan berbagai bentuk energi rangsang menjadi energi
listrik. Potensial listrik yang timbul di reseptor disebut sebagai potensial reseptor yang dapat berupa
depolarisasi atau hiperpolarisasi. Amplitudo potensial reseptor ini berubah secara bergradasi
bergantung kepada intensitas rangsang, namun tetap tidak akan berupa potensial aksi. Reseptor
mampu untuk beradaptasi dengan ‘mengendalikan’ amplitudo potensial reseptor. Dengan kata lain
proses pengendalian saraf terhadap respons tubuh telah dimulai dengan pengendalian reaksi reseptor
terhadap rangsang.
Potensial reseptor maupun potensial generator merupakan suatu potensial bertingkatyang
amplitudo dan durasinya dapat bervariasi, tergantung pada kekuatan stimulus dankecepatan
pemindahan stimulus. Kekuatan stimulus berbanding lurus dengan perubahan permeabilitas dan
potensial reseptor. Semua potensial bertingkat tidak memiliki perioderefraktori, sehingga
memungkinkan terjadi penjumlahan respon terhadap stimuli yang cepat.Karena daerah reseptor
memiliki ambang yang sangat tinggi, maka potensial aksi tidak terjadi pada reseptor. Untuk transmisi
jarak jauh, potensial reseptor harus dirubah menjadi potensialaksi yang dapat dirambatkan sepanjang
saraf aferen.
4. Explain labelled-line coding and give an example of the kinds of sensory information that
can be enconded by this method?
Labelled-line coding tergantung oleh jenis rangsang yang diterima oleh sel sensorik. Sebagai
contohnya,, tiga tipe cone berkode panjang, sedang, dan pendek-gelombang dan jenis reseptor
berbeda untuk kode kulit nyeri, tekananm dan suhu. Umumnya modalitas sensorik yang berbeda
seperti vision dan audition merupakan labelled lines, masing-masing menimbulkan sensasi yang
berbeda. Detektor memiliki kesamaan dengan stimulus seletif pada system labelled-line yang
biasanya disebut saluran sensorik. Konsep neuron labelled line berhubungan dengan konsep dari
konsep energi saraf pecific yang dikemukaan oleh Johannes Maller (1843), meskipun idenya berasal
dari Muller. Ini merupakan aturan umum bahwa semua detector labelled line memiliki fungsi
bandpass uning yang mana bekerja pertama di incT- ases kemudian menurunkan rangsangan
bervariasi pada sensitivitas detector. Ada 2 tipe labelled code, yaitu :
3. Topographic coding, dalam modality sensory ada satu topographic system labelled code yang
setiap detektornya terletak jelas pada posisi tertentu mulai dari stimulus hingga epitel sensorik.
Umumnya ini dikenal sebagai system local-sign. Sistem sensori dapat devote system topographic
yang hanya memiliki satu fitur sensori yaitu local-sign atau opographic
4. Nontopographic coding, pada seluruh labelled-coding selain ada local sign terdapat sensory
modality nongraphic. Dalam system nontopographic, detector berbeda pengaturannya, tuning
mereka kearah stimulus yang timbul dari karakteristik filternya, bukan hanya posisi pada epitel
sensorik. Misalnya ada tiga cone system colour yang merupaka nontopographic labelled code yang
mana reseptor bekerja seperti filter differential pada panjang gelombang, yang mana bukan
termasuk filter stimulus yang bergantung posisi
(P. Howard, Ian; J.Rogers, 1995)
Contoh dari labelled coding yaitu dalam sistem somatosensori, berbagai reseptor sensorik
menangkap rangsangan berbeda dan menyampaikannya ke korteks sensorik. Setiap jenis reseptor
dikhususkan, yaitu menerima stimulus yang telah ditentukan sebelumnya untuk diterima. Segera
setelah distimulasi, reseptor mengirimkan sinyal ke korteks somatosensori, melalui serat saraf, dan
area korteks yang menerima sinyal menentukan mode persepsi konsekuen. Mekanisme ini disebut
prinsip “labeled lines ''. Reseptor somatik adalah struktur yang ditunjuk untuk menerima rangsangan,
namun, jika serat aferennya distimulasi pada titik mana pun saat mendekati korteks, cara persepsi
korteks adalah sama seperti saat reseptor somatik dirangsang secara langsung. Ini terjadi setelah
amputasi anggota tubuh, di mana serat yang tersisa mengirimkan ke korteks mode sensasi yang
menjadi spesialisasi mereka, meskipun tidak ada reseptor somatik pada awal jalur aferen. (Pereira &
Alves, 2011).
5. What is the relationship between the intensity of a stimulus and the response of the primary
afferent neuron? How do neurons and code change in stimulus intensity?
Perubahan kondisi homeostatis tubuh) maupun dari luar tubuh, perubahan tersebut akan
dideteksi oleh sel reseptor (bagian dari saraf tepi) sebagai stimulus. Stimulus akan terdeteksi dan
diteruskan oleh sistem sensorik (aferen) ke saraf pusat untuk diolah. Saat stimulus intens, hubungan
antara probabilitas respons dan intensitas stimulus ini disebut fungsi psikometrik. Fungsi psikometrik
berbentuk s ketika intensitas stimulus ditakar pada sumbu logaritma.
Pieron (1920) dan Luce (1986) menyimpulkan bahwa semakin lemah stimulus (seperti cahaya
yang sangat gelap) maka semakin lama waktu reaksinya. Walaupun begitu, setelah suatu stimulus
mencapai intensitas tertentu maka waktu reaksinya akan menjadi konstan (Kosinski, 2008). Waktu
reaksi akan memanjang jika intensitas rangsang sangat lemah dan memendek jika intensitas rangsang
meningkat (Schottelius, 1978).
Cara :
Stimulus eksternal -> organ-organ sensoris -> menimbulkan impuls-impuls di sistem saraf -> Impuls-
impuls saraf akan diteruskan ke lokasi yang tepat di sistem saraf pusat.
Sebagai respon dari impuls tersebut -> impuls baru diciptakan oleh sistem saraf pusat -> akan
diteruskan ke saraf-saraf motoris yang tepat -> kemudian menimbulkan adanya respon tertentu.
Synthesis Question
1. Mechanoreceptors do not depolarize in response to light, no matter how intense the
stimulus, but the eye responds to a mechanical stimulus (such as pressing on the eyeball),
if the stimulus is sufficiently large, why might this be?
Mekanoreseptor dirangsang oleh perubahan bentuk fisik yang disebabkan oleh stimulus
seperti tekanan, sentuhan, regangan, pergerakan, dan suara, semua bentuk energi mekanis.
Pembengkokan atau peregangan membran plasma sebuah sel mekanoreseptor meningkatkan
permeabilitas terhadap ion natrium maupun ion kalium, yang menyebabkan depolarisasi (potensial
reseptor) (Campbell dkk, 2004).
Mekanisme sederhana yang diusulkan untuk menjelaskan mekanoreseptor adalah sebagai
berikut (Isnaeni, 2006).
a. Saat sel dalam keadaan istirahat, pintu ion Na+
pada membran mekanoreseptor masih dalam
keadaan tertutup.
b. Rangsangan mekanik yang menekan reseptor menyebabkan membran mekanoreseptor
merenggang.
c. Peregangan membran mekanoreseptor tersebut menimbulkan perubahan konferensi protein
penyusun pintu ion Na+
.
d. Pintu ion Na+
terbuka diikuti terjadinya perubahan elektrokimia yang mendepolarisasikan
mekanoreseptor.
Mekanoreseptor dapat terjadi pada vertebrata maupun invertebrata. Invertebrata memiliki
reseptor untuk menerima rangsang tekanan, suara, dan gerakan. Pada vertebrata, mekanoreseptor
bukan hanya dapat memantau panjang otot, bahkan berfungsi sebagai alat pendengaran dan organ
keseimbangan (misalnya struktur di bagian dalam telinga) (Isnaeni, 2006).
Sel rambut adalah satu jenis mekanoreseptor yang umum dalam mendeteksi pergerakan. Sel-
sel rambut ditemukan dalam telinga vertebrata dan pada organ gurat sisi ikan serta amfibia, di mana
sel-sel itu mendeteksi pergerakan relatif terhadap lingkungan. Rambut adalah silia atau mikrovili
yang mengalami spesialisasi. “Rambut” mencuat ke atas dari permukaan sel-sel rambut ke dalam
kompartemen internal seperti telinga bagian dalam manusia, atau ke lingkungan eksternal, seperti
kolam (Campbell dkk, 2004).
Satu contoh interoreseptor yang distimulasi oleh distorsi mekanis adalah gelendong otot
(muscle spindle), atau reseptor regangan. Mekanoreseptor ini memonitor panjang otot rangka.
Gelendong otot mengandung serabut otot yang termodifikasi dan bertautan dengan neuron sensoris
serta tersusun sejajar dengan otot. Ketika otot itu diregangkan, serabut gelendong otot juga akan
meregang, yang mendepolarisasikan neuron sensoris dan memicu potensial aksi yang dihantarkan
kembali ke sumsum tulang belakang (Campbell dkk, 2004).
Peristiwa lain yang menggunakan prinsip dasar yang sama dengan proses mendengar yaitu
ekolokasi (proses mendengar gaung). Gaung sebenarnya merupakan pantulan gelombang suara dari
sumber suara yang pertama. Gelombang suara yang muncul pertama berasal dari hewan yang
melakukan ekolokasi, kemudian dipantulkan oleh benda lain sehingga gaungnya dapat didengar.
Ekolokasi biasanya digunakan oleh hewan pada malam hari, misalnya burung yang tinggal di gua,
ikan paus, dan lumba-lumba, dan kelelawar Microchiropteran. Cara ini berguna untuk mendeteksi
adanya mangsa atau objek lain di sekitar hewan tersebut, dan dapat menunjukkan jarak antara dirinya
dan benda lain (Isnaeni, 2006).
Telinga (merupakan organ indera, sebagai reseptor pendengaran. Telinga termasuk indera
mekanoreseptor, memberikan respons (tanggapan) getaran mekanik gelombang suara di udara.
Frekuensi suara berbeda dan informasi dihantarkan ke saraf pusat. Telinga mamalia dibagi 3 ruang:
telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam (Santoso, 2009).
a. Telinga luar tempat masuknya getaran suara. Liang telinga mengantarkan gelombang suara
ke membran timpani dengan panjang pada manusia kira-kira 2,5 cm
b. Telinga tengah, rongga timpani, dilapisi mukosa, yang berisi udara. Didalamnya terdapat
3 buah tulang telinga. Membran timpani, membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu.
Berbentuk bulat dengan garis tengah kira-kira 1 cm, sangat peka terhadap nyeri. Permukaan
luarnya disarafi oleh saraf auditorius. Tiga buah tulang telinga adalah (maleus, incus dan
stapes). Maleus berasal dari rawan Meckel, incus berasal dari tulang quadratum rahang
bawah dan stapes dari rawan hyomandibula.
c. Telinga dalam atau labirin mengandung alat dengar pada saluran cochlea, padanya ada
organ Corti sebagai organ reseptor. Pada organ Corti terdapat lantai basilar dimana ada sel-
sel reseptor yang berperan dalam transduksi yaitu pengubahan energi menjadi energi
listrik (Santoso, 2009).
2. Do taste receptors use labeled-line coding? Why or why not?
Teori pengkodean secara umum telah dijelaskan sesuai dengan model garis berlabel, di mana
setiap sel mewakili kualitas rasa yang berbeda dan pada dasarnya berkomunikasi tanpa gangguan ke
sistem saraf pusat, atau model distributif, di mana sel menanggapi dalam jumlah yang berbeda untuk
setiap kualitas rasa, dan sistem saraf pusat membuatnya merasakan aktivitas paduan suara. Model
terakhir ini tampaknya berlaku untuk sistem penciuman vertebrata, di mana bau mengikat sejumlah
besar reseptor penciuman pada gilirannya sensitif terhadap berbagai jenis bau (Buck, 1996). Oleh
karena itu, identitas bau dikodekan oleh respons relatif sel reseptor sensorik. Kemosensasi pada
nematoda, C. elegans, adalah sebaliknya, contoh klasik dari sistem model garis berlabel.
Sistem rasa tikus juga menggunakan varian model garis berlabel. Pada tikus, reseptor rasa
secara umum dipisahkan menjadi populasi yang berbeda seperti pahit, manis, asam dan konsentrasi
garam yang rendah dideteksi oleh kumpulan sel yang tidak tumpang tindih (Voigt et al., 2012).
3. Receptors for fine touch are typically located in the shallow layers of the skin, while
receptors for stronger touch stimuli are typically located in deeper layers. Why might this
be so?
Reseptor sentuhan halus pada indra peraba berupa korpus meissner, diskus merkel, dan ujung
saraf yang melingkari akar rambut yang terletak pada permukaan kulit. Sedangkan korpus Ruffini
berperan pada sentuhan yang kuat dan terletak di lapisan dalam kulit (Aryulina dkk, 2004).
Perbedaan letak dari reseptor sentuhan ini dikarenakan perbedaan energi mekanik yang
diperlukan. Energi mekanik hilang di dalam jaringan. Jika reseptor sentuhan halus terletak di lapisan
dalam, maka reseptor ini tidak akan peka terhadap rangsangan atau kurang sensitif. Jika reseptor kasar
terletak di lapisan dangkal, mereka akan terlalu sensitif.
Reseptor nosiseptif (yang mendeteksi nyeri) terletak di dekat permukaan. Mekanoreseptor
yang kecil dan terkalibrasi dengan baik (cakram Merkel dan sel-sel Meissner) terletak di lapisan atas
dan dapat dengan tepat melokalisasi bahkan sentuhan lembut. Mekanoreseptor besar (sel darah
Pacinian dan ujung Ruffini) terletak di lapisan bawah dan merespons sentuhan yang lebih
dalam. Pertimbangkan bahwa tekanan dalam yang mencapai reseptor yang lebih dalam tidak perlu
terlokalisasi dengan baik. Baik lapisan atas dan bawah kulit memiliki reseptor yang beradaptasi
dengan cepat dan lambat.
Sel-sel taktil dengan cepat mengadaptasi mechanoreceptors. Mereka sensitif terhadap bentuk
dan perubahan tekstur dalam sentuhan eksploratif dan diskriminatif. Sensitivitas akutnya memberikan
dasar saraf untuk membaca teks Braille. Karena lokasinya yang dangkal di dermis, sel-sel ini sangat
sensitif terhadap sentuhan dan getaran, tetapi untuk alasan yang sama, mereka terbatas dalam
pendeteksiannya karena mereka hanya dapat memberi sinyal bahwa ada sesuatu yang menyentuh
kulit.
Daftar Referensi
Aryulina, Diah., Muslim, Choirul., Manal, S., dan Winarni, Endang. (2004). Biologi 2. Jakarta :
Erlangga.
Buck LB.(1996).Information coding in the olfactory system. Ann Rev Neurosc: 517–544. [PubMed:
8833453]
Campbell, N. A., Reece J.B., Mitchell L.G. 2004. Biologi. Edisi Kelima, Jilid III. Penerjemah:
Wasmen Manalu. Editor: Amalia Safitri. Jakarta: Erlangga.
Fox, S.I. (2008). Human Physiology Tenth Edition. New York: McGraw-Hill.
Fried dan Hademenos. (2006). Schaum's Outlines (Biologi Edisi kedua). Jakarta. Erlangga
Irianto, K. (2012). Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta.
Isnaeni, W. (2006). Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Kosinski, Robert J. (2008). A Literature Review of Reaction Time. http://www.fon.
hum.uva.nl/rob/courses/InformationInSpeech/Literature/LOTwinterschool2006/biae.clemson.ed
u/bp/Lab/110/reaction.htm.
Leon.C. (1997). Myristica fragrans Houtt. http://www.inchem.org/documents/pims/
plant/pim355.htm.
Liman,E.R., Yali V. Zhang, and Craig Montell.(2014).Peripheral coding of taste. Neuron,vol 81(5):
984–1000.
P. Howard, Ian; J.Rogers, B. (1995). Binocular Vision and Stereopsis. Oxford University Press.
Pereira, J. C., & Alves, R. C. (2011). The labelled-lines principle of the somatosensory physiology
might explain the phantom limb phenomenon. Medical Hypotheses, 77(5), 853–856.
https://doi.org/10.1016/j.mehy.2011.07.054
Santoso, Putra. (2009). Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang: FMIPA Universitas Andalas.
Schottelius D.D (1978). Textbook of physiology. 18th ed. Saint Louis: The C.V. Mosby Company.
p.206-210.
Singgih, S. A., & FKUI, P. D. I. F. (2003). Sistem Saraf Sebagai Sistem Pengendali Tubuh. Jakarta:
Departemen Ilmu Faal FKUI.
Voigt A, Hubner S, Lossow K, Hermans-Borgmeyer I, Boehm U, Meyerhof W. (2012).Genetic
labeling of Tas1r1 and Tas2r131 taste receptor cells in mice. Chem Senses :897–911. [PubMed:
23010799]

More Related Content

Similar to Kelompok 1 - B - Diskusi ANIMAL SENSORY SYSTEM.docx

Similar to Kelompok 1 - B - Diskusi ANIMAL SENSORY SYSTEM.docx (20)

PSIKOLOGI UMUM
PSIKOLOGI UMUMPSIKOLOGI UMUM
PSIKOLOGI UMUM
 
Makalah jaringan syaraf dan darah
Makalah jaringan syaraf dan darah Makalah jaringan syaraf dan darah
Makalah jaringan syaraf dan darah
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Sistem koordinasi
Sistem koordinasiSistem koordinasi
Sistem koordinasi
 
Sistem jaringan
Sistem jaringanSistem jaringan
Sistem jaringan
 
SISTEM SARAF DAN HORMON
SISTEM SARAF DAN HORMONSISTEM SARAF DAN HORMON
SISTEM SARAF DAN HORMON
 
Rangkuman ipa
Rangkuman ipa Rangkuman ipa
Rangkuman ipa
 
Ssp4 rpp sistem saraf_pertm. 1&2
Ssp4 rpp sistem saraf_pertm. 1&2Ssp4 rpp sistem saraf_pertm. 1&2
Ssp4 rpp sistem saraf_pertm. 1&2
 
C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi
C8 Fisiologi Sistem Saraf TepiC8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi
C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi
 
Bab 9 Sistem Regulasi.pptx
Bab 9 Sistem Regulasi.pptxBab 9 Sistem Regulasi.pptx
Bab 9 Sistem Regulasi.pptx
 
Sistem koordinasi dan indera (sistem regulasi) Presentasi Bagus dan lengkap
Sistem koordinasi dan indera (sistem regulasi) Presentasi Bagus dan lengkapSistem koordinasi dan indera (sistem regulasi) Presentasi Bagus dan lengkap
Sistem koordinasi dan indera (sistem regulasi) Presentasi Bagus dan lengkap
 
Biologi bab 8
Biologi bab 8Biologi bab 8
Biologi bab 8
 
sistem saraf manusia
sistem saraf manusiasistem saraf manusia
sistem saraf manusia
 
sistem koordinasi dan indera
sistem koordinasi dan inderasistem koordinasi dan indera
sistem koordinasi dan indera
 
Kelompok 4 sistem regulasi pada manusia
Kelompok 4 sistem regulasi pada manusiaKelompok 4 sistem regulasi pada manusia
Kelompok 4 sistem regulasi pada manusia
 
Sistem koordinasi
Sistem koordinasiSistem koordinasi
Sistem koordinasi
 
Tugas merangkum (repaired) yuni
Tugas  merangkum (repaired) yuniTugas  merangkum (repaired) yuni
Tugas merangkum (repaired) yuni
 
Tugas merangkum (repaired) yuni
Tugas  merangkum (repaired) yuniTugas  merangkum (repaired) yuni
Tugas merangkum (repaired) yuni
 
Sistem saraf.pptx
Sistem saraf.pptxSistem saraf.pptx
Sistem saraf.pptx
 
Indra manusia
Indra manusiaIndra manusia
Indra manusia
 

More from fristapakpahan

Text_pidatos indonesian_about_self controled.docx
Text_pidatos indonesian_about_self controled.docxText_pidatos indonesian_about_self controled.docx
Text_pidatos indonesian_about_self controled.docxfristapakpahan
 
UPAYA PENGURANGAN TIMBUNAN SAMPAH DAN PENGGUNAAN ULANG BARANG.pptx
UPAYA PENGURANGAN TIMBUNAN SAMPAH DAN PENGGUNAAN ULANG BARANG.pptxUPAYA PENGURANGAN TIMBUNAN SAMPAH DAN PENGGUNAAN ULANG BARANG.pptx
UPAYA PENGURANGAN TIMBUNAN SAMPAH DAN PENGGUNAAN ULANG BARANG.pptxfristapakpahan
 
ppt_pencemaran_lingkungan.pptx
ppt_pencemaran_lingkungan.pptxppt_pencemaran_lingkungan.pptx
ppt_pencemaran_lingkungan.pptxfristapakpahan
 
SUB TEMA 3 PEMBELAJARAN 3.pptx
SUB TEMA 3 PEMBELAJARAN 3.pptxSUB TEMA 3 PEMBELAJARAN 3.pptx
SUB TEMA 3 PEMBELAJARAN 3.pptxfristapakpahan
 
sirkulasi_dan_hematologi.ppt
sirkulasi_dan_hematologi.pptsirkulasi_dan_hematologi.ppt
sirkulasi_dan_hematologi.pptfristapakpahan
 

More from fristapakpahan (9)

Text_pidatos indonesian_about_self controled.docx
Text_pidatos indonesian_about_self controled.docxText_pidatos indonesian_about_self controled.docx
Text_pidatos indonesian_about_self controled.docx
 
FILUM ARTHOPODA.pptx
FILUM ARTHOPODA.pptxFILUM ARTHOPODA.pptx
FILUM ARTHOPODA.pptx
 
UPAYA PENGURANGAN TIMBUNAN SAMPAH DAN PENGGUNAAN ULANG BARANG.pptx
UPAYA PENGURANGAN TIMBUNAN SAMPAH DAN PENGGUNAAN ULANG BARANG.pptxUPAYA PENGURANGAN TIMBUNAN SAMPAH DAN PENGGUNAAN ULANG BARANG.pptx
UPAYA PENGURANGAN TIMBUNAN SAMPAH DAN PENGGUNAAN ULANG BARANG.pptx
 
ppt_pencemaran_lingkungan.pptx
ppt_pencemaran_lingkungan.pptxppt_pencemaran_lingkungan.pptx
ppt_pencemaran_lingkungan.pptx
 
ppt irfa.pptx
ppt irfa.pptxppt irfa.pptx
ppt irfa.pptx
 
PENJUMLAHAN.pptx
PENJUMLAHAN.pptxPENJUMLAHAN.pptx
PENJUMLAHAN.pptx
 
SUB TEMA 3 PEMBELAJARAN 3.pptx
SUB TEMA 3 PEMBELAJARAN 3.pptxSUB TEMA 3 PEMBELAJARAN 3.pptx
SUB TEMA 3 PEMBELAJARAN 3.pptx
 
sirkulasi_dan_hematologi.ppt
sirkulasi_dan_hematologi.pptsirkulasi_dan_hematologi.ppt
sirkulasi_dan_hematologi.ppt
 
1-Annelida.ppt
1-Annelida.ppt1-Annelida.ppt
1-Annelida.ppt
 

Recently uploaded

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptxAvivThea
 
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptxM5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptxAndrewKen3
 
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxSlide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxtressa8
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptxErikaPutriJayantini
 
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...walidumar
 
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Fathan Emran
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxAmmar Ahmad
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxrandikaakbar11
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxMas PauLs
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfssuser29a952
 
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptxPpt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptxMeilianiPuspitaSari
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramTitaniaUtami
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatanSuzanDwiPutra
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanaji guru
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxiwidyastama85
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxdedyfirgiawan
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
 
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptxM5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
 
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxSlide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
 
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptxPpt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 

Kelompok 1 - B - Diskusi ANIMAL SENSORY SYSTEM.docx

  • 1. ANIMAL SENSORY SYSTEM Kelompok 1 Fisiologi Hewan Kelas : B Anggota : 1. Ega Amanati (K4318024) 2. Endah Ayu Dewani (K4318025) 3. Evany Dwi Arti (K4318026) 4. Fanisa Novinda Ira P (K4318027) 5. Fannia Kusuma Dewi (K4318028) 6. Firdania Ayu Salsabilla (K4318029) 7. Fullaikhah Anjani (K4318030) 8. Hanum Salsabila Azahro (K4318031) Review Question 1. What is difference between a sense organ and a sensory receptor? Perspesi yang ada di dunia yaitu tekstur, warna, suara, hangat, bau, dan rasa ditimbulkan oleh otak akibat adanya impuls elektrokimiawi pada sel saraf yang dihantarkan ke otak dari reseptor sensori. Reseptor ini mengubah (mentransduksi) berbagai energi yang ada di dunia nyata menjadi energi impuls untuk dihantarkan ke sistem saraf pusat oleh sel-sel saraf sensori. Reseptor sensori dapat dibagi menjadi empat macam menurut tipe energi stimulus yang ditransduksinya. Pembagian ini meliputi: 1. Kemoreseptor, merupakan reseptor stimulus berupa zat-zat kimia yang ada di lingkungan atau darah (papil pengecap, epitel olfaktori, aorta, dan badan carotid). 2. Fotoreseptor, meliputi sel-sel kerucut dan sel-sel batang pada retina mata. 3. Termoreseptor, yang peka terhadap kondisi panas dan dingin (badan Crausse dan badan Ruffini pada kulit). 4. Mekanoreseptor, yang distimulasi oleh adanya perubahan bentuk mekanik dari reseptor membran sel (reseptor sentuhan dan tekanan pada kuli serta sel rambut pada bagian dalam telinga). Reseptor juga dapat dibagi menjadi dua macam menurut tipe informasi dalam sel saraf sensori yang dihantarkan ke otak. Proprioreceptor merupakan reseptor yang peka terhadap posisi badan dan pergerakann tulang (gelendong otot, tendon, dan reseptor tulang sendi). Jenis kedua adalah Cutaneous receptor meliputi reseptor sentuhan dan tekanan, reseptor panas dan dingin, dan reseptor sakit (Fox, 2008). Sedangkan, organ indera merupakan suatu organ yang didalamnya terdapat reseptor sensory yang dapat mengubah energi menjadi energi impuls dan di sampaikan ke otak.
  • 2. Contoh : 1) Lidah merupakan organ indera yang pada bagian permukaannya terdapat sel reseptor pengecap pada mamalia adalah sel epitel termodifikasi yang terorganisasi menjadi kuncup pengecap (taste bud) yang tersebar di sejumlah area lidah dan mulut. 2) Kulit atau kutis merupakan salah satu organ yang paling luas permukaannya dan sangat penting bagi tubuh, yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga memiliki banyak fungsi yaitu sebagai alat pengeluaran, pelindung tubuh terhadap air, cuaca dan keadaan lingkungan lain, sebagai pengatur panas, sebagai alat pertahanan tubuh, sebagai alat indera untuk perasa dan peraba (Irianto, 2012). 2. What are the primary stimulus modalities detected by animal sensory reseptor? Reseptor atau alat penerima rangsang merupakan suatu struktur yang yang mampu mendeteksi rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Pada hewan vertebrata, organ indranya merupakan reseptor atau penerima rangsangan. Pada organ indra ini terdapat ujung- ujung saraf sensori yang peka terhadap rangsangan tertentu. Rangsangan yang diterima diteruskan melalui serabut saraf sebagai impuls. Modalitas sensori atau kualitas sensori yang dihubumgkan dengan suatu stimulus tergantung pada semata-mata pada reseptor mana yang distimulus”. Stimulus seperti cahaya, suara dan sentuhan, mengena pada reseptor perifer dan bukan pada otak. Otak menerima informasi yang dikodekan yang distimuli, bukan stimuli sendiri. Pada umumnya informasi sensori dikodekan sebagai rentetan potensial aksi (implus syaraf). Semua potensial aksi wujudnya sangat mirip, sehingga otak tidak dapat membedakan bentuk potensial aksi apakah ditimbulkan oleh cahaya, suara, atau sentuhan. Populasi reseptor yang berbeda mengkode jenis-jenis stimuli yang berbeda ke dalam potensial aksi, dan sistem syaraf pusat harus membawa sandi potensial aksi ke dalam informasi tentang kualitas stimulus. Sistem syaraf pusat melakukan pembacaan sandi dengan prinsip “labeled lines” setiap potensial aksi dari suatu akson tertentu di interpretasikan sebagai suatu kualitas stimulus khusus. Jadi, setiap aktivitas dalam proyeksi akson pusat dari fotoreseptor diinterpretasikan dalam bentuk cahaya, dan setiap aktivitas dalam proyeksi aksonal pusat pendengaran diinterpretasikan dalam bentuk bunyi. Karena setiap aktivitas yang berasal dari suatu reseptor di interpretasikan sebagai modalitas stimulus khusus, reseptor harus memiliki suatu kekhususan (spesivicitas) yang tinggi, sehingga secara normal reseptor dibangkitkan (diaktifkan) hanya saat bentuk terbaik energi stimulus. Istilah bentuk terbaik energi stimulus adalah “stimulus yang tepat” (adequate stimulus) dari suatu reseptor. Stimulus yang tepat dapat didefinisikan dari suatu reseptor sebagai bentuk energi stimulus yang
  • 3. secara normal dapat membangkitkan reseptor, atau bentuk energi stimulus yang direspon oleh reseptor. Kekhususan reseptor untuk satu modalitas stimulus data dicapai dalam dua cara. Pertama, reseptor sendiri biasanya sangat spesifik, merespon kepada tidak lebih dari suatu bentuk energi stimulus . kedua, organ-organ indra berperan sebagai filter, yang melemahkan atau memfilter bentuk- bentuk energi stimulus selain dari energy stimulus yang di khususkan untuk reseptor yang bersangkutan. Filtering peripheral ini adalah suatu fungsi penting dari komponen neural dari suatu organ indra. Misalnya cairan kental yang berada di dalam bola mata vertebrata secara efektif melemehkan stimulus mekanik ketingkat sub ambang, sehingga yang sampai ke fotoreseptor hanyalah timulus tepat saja. Suatu organ sensori melakukan serangkaian operasi, mulai dari input energi stimulus dan berakhir dengan “output” sensori (biasanya rangkaian potensial aksi pada akson sensori khusus). Operasi pertama adalah pemfilteran perriferal. Mekanisme pemfilteran perriferal biasanya non neural, seperti bulu mata dan iris mata. Komponen tidak hanya memfilter bentuk energi stimulus selain stimulus khususnya, tetapi juga dapat membatasi jumlah energi stimulus khusus yang mencapai reseptor. Pembatasan ini dibawah system syaraf pusat. Pada umumnya, reseptor bekerja secara khusus. Artinya reseptor tertentu hanya akan menerima rangsangan jenis tertentu. Jadi, dalam satu individu hewan, dapat ditemukan berbagai macam reseptor. Reseptor dapat dikelompokkan dengan berbagai cara, yaitu berdasarkan struktur, lokasi sumber rangsang, dan jenis/sifat rangsang yang dapat diterima oleh reseptor tersebut. Berdasarkan strukturnya, reseptor dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1. Reseptor Saraf Merupakan reseptor saraf yang paling sederhana, yang hanya berupa ujung dendrite dari suatu sel saraf (tidak memiliki selubung mielin), dapat ditemukan pada reseptor nyeri atau nosiseptor. 2. Reseptor Bukan Saraf Merupakan struktur saraf yang lebih rumit dapat ditemukan dalam organ pendengaran vertebrata (berupa sel rambut) dan pada organ penglihatan (berupa sel batang dan kerucut). Reseptor ini merupakan reseptor khusus dan bukan reseptor saraf. Berdasarkan lokasi sumber rangsang yang dapat diterimanya, dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama, yang didasarkan pada letak anatominya: 1. Reseptor-reseptor di kulit, yang karena letaknya itu menerima stimulasi langsung dari lingkungan, disebut eksteroseptor. Eksteroseptor berkisar dari ujung-ujung saraf telanjang yang relatif tak terdiferensiasi, yang mentransmisikan rasa sakit, hingga reseptor-reseptor rumit khusus di mata, telinga, hidung, dan lidah (Fried, 2006). Reseptor sensori, yang
  • 4. disebut eksoreseptor, mendeteksi stimulus dari luar tubuh, seperti panas, cahaya, tekanan, dan bahan kimia. 2. Proprioseptor, kelompok reseptor yang kedua, terletak di otot, tendon, dan daerah-daerah sendi di sekitarnya. Reseptor-reseptor tersebut, bila distimulasi, membangkitkan impuls- impuls yang mengakibatkan kembalinya struktur-struktur yang terentang ke keadaan awalnya. Proprioreseptor memainkan peran signifikan dalam mempertahankan postur dan juga membuat posisi tubuh dan bagian-bagiannya dalam ruang (Fried, 2006). 3. Interoseptor, tipe reseptor yang ketiga, pada dasarnya adalah ujung-ujung saraf bebas yang berujung di permukaan pembuluh-pembuluh darah dan berbagai organ internal. Banyak di antara refleks-refleks itu yang mengontrol respon-respon homeostatik paru-paru, hati, dan lain-lain, berasal dari interoseptor (Fried, 2006). Reseptor sensori lainnya yang disebut interoseptor mendeteksi stimulus di dalam tubuh, seperti tekanan darah dan posisi tubuh. Semua stimulus mempresentasikan bentuk-bentuk energi, dan fungsi umum sel-sel reseptor adalah mengubah energi stimulus menjadi perubahan dalam potensial membran dan kemudian menghantarkan sinyal ke sistem saraf (Campbell, 2004). Berdasarkan jenis rangsang yang dapat diterimanya, dapat dibagi menjadi enam yakni: 1. Kemoreseptor, merupakan reseptor yang menerima rangsangan yang berupa bahan kimia. Contoh: bau. 2. Mekanoreseptor, merupakan reseptor yang menerima rangsangan yang berupa deformasi mekanik. Contoh: sentuhan dan suara. 3. Termoreseptor, merupakan reseptor yang menerima rangsangan yang berupa suhu (baik itu suhu panas maupun suhu dingin). Contoh: ketika terkena api dan memegang es. 4. Fotoreseptor, merupakan reseptor yang menerima rangsangan yang berupa cahaya. Contoh: cahaya matahari. 5. Elektroreseptor, merupakan reseptor yang menerima rangsangan yang berupa listrik. Misalnya dimiliki oleh hewan aqutik, yaitu belut listrik. Digunakan sebagai alat untuk mempertahankan diri. 6. Magnetoreseptor, merupakan reseptor yang menerima rangsangan yang berupa medan magnet. Contoh: medan magnet bumi (navigasi arah utara dan selatan), misalnya dimiliki oleh lebah madu yang digunakan untuk menemukan makanan. 3. What is a reseptor potential ?How does it difer from a generator potential? Proses mengindera dimulai pada sel-sel reseptor di dalam organ indera. Suatu reseptordapat berupa bagian dari sel saraf aferen dan sel-sel khusus yang berhubungan baik denganujung periferal sel-sel saraf aferen. Ada beberapa reseptor dapat merespons (walau secara lemah) stimulus di
  • 5. luarstimulus khususnya. Satu satunya cara reseptor reseptor menyampaikan informasi ke sistemsaraf pusat hanya dalam bentuk potensial aksi yang dirambatkan melalui serabut saraf, makareseptor harus mengubah berbagai bentuk energi stimulus menjadi energi listrik (potensialaksi). Proses pengubahan energi stimulus menjadi energi listrik ini dikenal sebagaitransduksi. Proses ini melalui proses depolarisasi reseptor yang menghasilkan perubahan potensial membran. Potensial membran dikenal sebagai potensial reseptor pada reseptor selkhusus, dan disebut potensial generator bila reseptor merupakan ujung saraf aferen. Proses refleks diawali dengan rangsang yang dicandra oleh reseptor. Di sel reseptor ini akan terjadi proses transduksi yaitu terjadinya perubahan berbagai bentuk energi rangsang menjadi energi listrik. Potensial listrik yang timbul di reseptor disebut sebagai potensial reseptor yang dapat berupa depolarisasi atau hiperpolarisasi. Amplitudo potensial reseptor ini berubah secara bergradasi bergantung kepada intensitas rangsang, namun tetap tidak akan berupa potensial aksi. Reseptor mampu untuk beradaptasi dengan ‘mengendalikan’ amplitudo potensial reseptor. Dengan kata lain proses pengendalian saraf terhadap respons tubuh telah dimulai dengan pengendalian reaksi reseptor terhadap rangsang. Potensial reseptor maupun potensial generator merupakan suatu potensial bertingkatyang amplitudo dan durasinya dapat bervariasi, tergantung pada kekuatan stimulus dankecepatan pemindahan stimulus. Kekuatan stimulus berbanding lurus dengan perubahan permeabilitas dan potensial reseptor. Semua potensial bertingkat tidak memiliki perioderefraktori, sehingga memungkinkan terjadi penjumlahan respon terhadap stimuli yang cepat.Karena daerah reseptor memiliki ambang yang sangat tinggi, maka potensial aksi tidak terjadi pada reseptor. Untuk transmisi jarak jauh, potensial reseptor harus dirubah menjadi potensialaksi yang dapat dirambatkan sepanjang saraf aferen. 4. Explain labelled-line coding and give an example of the kinds of sensory information that can be enconded by this method? Labelled-line coding tergantung oleh jenis rangsang yang diterima oleh sel sensorik. Sebagai contohnya,, tiga tipe cone berkode panjang, sedang, dan pendek-gelombang dan jenis reseptor berbeda untuk kode kulit nyeri, tekananm dan suhu. Umumnya modalitas sensorik yang berbeda seperti vision dan audition merupakan labelled lines, masing-masing menimbulkan sensasi yang berbeda. Detektor memiliki kesamaan dengan stimulus seletif pada system labelled-line yang biasanya disebut saluran sensorik. Konsep neuron labelled line berhubungan dengan konsep dari konsep energi saraf pecific yang dikemukaan oleh Johannes Maller (1843), meskipun idenya berasal dari Muller. Ini merupakan aturan umum bahwa semua detector labelled line memiliki fungsi
  • 6. bandpass uning yang mana bekerja pertama di incT- ases kemudian menurunkan rangsangan bervariasi pada sensitivitas detector. Ada 2 tipe labelled code, yaitu : 3. Topographic coding, dalam modality sensory ada satu topographic system labelled code yang setiap detektornya terletak jelas pada posisi tertentu mulai dari stimulus hingga epitel sensorik. Umumnya ini dikenal sebagai system local-sign. Sistem sensori dapat devote system topographic yang hanya memiliki satu fitur sensori yaitu local-sign atau opographic 4. Nontopographic coding, pada seluruh labelled-coding selain ada local sign terdapat sensory modality nongraphic. Dalam system nontopographic, detector berbeda pengaturannya, tuning mereka kearah stimulus yang timbul dari karakteristik filternya, bukan hanya posisi pada epitel sensorik. Misalnya ada tiga cone system colour yang merupaka nontopographic labelled code yang mana reseptor bekerja seperti filter differential pada panjang gelombang, yang mana bukan termasuk filter stimulus yang bergantung posisi (P. Howard, Ian; J.Rogers, 1995) Contoh dari labelled coding yaitu dalam sistem somatosensori, berbagai reseptor sensorik menangkap rangsangan berbeda dan menyampaikannya ke korteks sensorik. Setiap jenis reseptor dikhususkan, yaitu menerima stimulus yang telah ditentukan sebelumnya untuk diterima. Segera setelah distimulasi, reseptor mengirimkan sinyal ke korteks somatosensori, melalui serat saraf, dan area korteks yang menerima sinyal menentukan mode persepsi konsekuen. Mekanisme ini disebut prinsip “labeled lines ''. Reseptor somatik adalah struktur yang ditunjuk untuk menerima rangsangan, namun, jika serat aferennya distimulasi pada titik mana pun saat mendekati korteks, cara persepsi korteks adalah sama seperti saat reseptor somatik dirangsang secara langsung. Ini terjadi setelah amputasi anggota tubuh, di mana serat yang tersisa mengirimkan ke korteks mode sensasi yang menjadi spesialisasi mereka, meskipun tidak ada reseptor somatik pada awal jalur aferen. (Pereira & Alves, 2011). 5. What is the relationship between the intensity of a stimulus and the response of the primary afferent neuron? How do neurons and code change in stimulus intensity? Perubahan kondisi homeostatis tubuh) maupun dari luar tubuh, perubahan tersebut akan dideteksi oleh sel reseptor (bagian dari saraf tepi) sebagai stimulus. Stimulus akan terdeteksi dan diteruskan oleh sistem sensorik (aferen) ke saraf pusat untuk diolah. Saat stimulus intens, hubungan antara probabilitas respons dan intensitas stimulus ini disebut fungsi psikometrik. Fungsi psikometrik berbentuk s ketika intensitas stimulus ditakar pada sumbu logaritma. Pieron (1920) dan Luce (1986) menyimpulkan bahwa semakin lemah stimulus (seperti cahaya yang sangat gelap) maka semakin lama waktu reaksinya. Walaupun begitu, setelah suatu stimulus mencapai intensitas tertentu maka waktu reaksinya akan menjadi konstan (Kosinski, 2008). Waktu
  • 7. reaksi akan memanjang jika intensitas rangsang sangat lemah dan memendek jika intensitas rangsang meningkat (Schottelius, 1978). Cara : Stimulus eksternal -> organ-organ sensoris -> menimbulkan impuls-impuls di sistem saraf -> Impuls- impuls saraf akan diteruskan ke lokasi yang tepat di sistem saraf pusat. Sebagai respon dari impuls tersebut -> impuls baru diciptakan oleh sistem saraf pusat -> akan diteruskan ke saraf-saraf motoris yang tepat -> kemudian menimbulkan adanya respon tertentu. Synthesis Question 1. Mechanoreceptors do not depolarize in response to light, no matter how intense the stimulus, but the eye responds to a mechanical stimulus (such as pressing on the eyeball), if the stimulus is sufficiently large, why might this be? Mekanoreseptor dirangsang oleh perubahan bentuk fisik yang disebabkan oleh stimulus seperti tekanan, sentuhan, regangan, pergerakan, dan suara, semua bentuk energi mekanis. Pembengkokan atau peregangan membran plasma sebuah sel mekanoreseptor meningkatkan permeabilitas terhadap ion natrium maupun ion kalium, yang menyebabkan depolarisasi (potensial reseptor) (Campbell dkk, 2004). Mekanisme sederhana yang diusulkan untuk menjelaskan mekanoreseptor adalah sebagai berikut (Isnaeni, 2006). a. Saat sel dalam keadaan istirahat, pintu ion Na+ pada membran mekanoreseptor masih dalam keadaan tertutup. b. Rangsangan mekanik yang menekan reseptor menyebabkan membran mekanoreseptor merenggang. c. Peregangan membran mekanoreseptor tersebut menimbulkan perubahan konferensi protein penyusun pintu ion Na+ . d. Pintu ion Na+ terbuka diikuti terjadinya perubahan elektrokimia yang mendepolarisasikan mekanoreseptor. Mekanoreseptor dapat terjadi pada vertebrata maupun invertebrata. Invertebrata memiliki reseptor untuk menerima rangsang tekanan, suara, dan gerakan. Pada vertebrata, mekanoreseptor bukan hanya dapat memantau panjang otot, bahkan berfungsi sebagai alat pendengaran dan organ keseimbangan (misalnya struktur di bagian dalam telinga) (Isnaeni, 2006). Sel rambut adalah satu jenis mekanoreseptor yang umum dalam mendeteksi pergerakan. Sel- sel rambut ditemukan dalam telinga vertebrata dan pada organ gurat sisi ikan serta amfibia, di mana sel-sel itu mendeteksi pergerakan relatif terhadap lingkungan. Rambut adalah silia atau mikrovili yang mengalami spesialisasi. “Rambut” mencuat ke atas dari permukaan sel-sel rambut ke dalam
  • 8. kompartemen internal seperti telinga bagian dalam manusia, atau ke lingkungan eksternal, seperti kolam (Campbell dkk, 2004). Satu contoh interoreseptor yang distimulasi oleh distorsi mekanis adalah gelendong otot (muscle spindle), atau reseptor regangan. Mekanoreseptor ini memonitor panjang otot rangka. Gelendong otot mengandung serabut otot yang termodifikasi dan bertautan dengan neuron sensoris serta tersusun sejajar dengan otot. Ketika otot itu diregangkan, serabut gelendong otot juga akan meregang, yang mendepolarisasikan neuron sensoris dan memicu potensial aksi yang dihantarkan kembali ke sumsum tulang belakang (Campbell dkk, 2004). Peristiwa lain yang menggunakan prinsip dasar yang sama dengan proses mendengar yaitu ekolokasi (proses mendengar gaung). Gaung sebenarnya merupakan pantulan gelombang suara dari sumber suara yang pertama. Gelombang suara yang muncul pertama berasal dari hewan yang melakukan ekolokasi, kemudian dipantulkan oleh benda lain sehingga gaungnya dapat didengar. Ekolokasi biasanya digunakan oleh hewan pada malam hari, misalnya burung yang tinggal di gua, ikan paus, dan lumba-lumba, dan kelelawar Microchiropteran. Cara ini berguna untuk mendeteksi adanya mangsa atau objek lain di sekitar hewan tersebut, dan dapat menunjukkan jarak antara dirinya dan benda lain (Isnaeni, 2006). Telinga (merupakan organ indera, sebagai reseptor pendengaran. Telinga termasuk indera mekanoreseptor, memberikan respons (tanggapan) getaran mekanik gelombang suara di udara. Frekuensi suara berbeda dan informasi dihantarkan ke saraf pusat. Telinga mamalia dibagi 3 ruang: telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam (Santoso, 2009). a. Telinga luar tempat masuknya getaran suara. Liang telinga mengantarkan gelombang suara ke membran timpani dengan panjang pada manusia kira-kira 2,5 cm b. Telinga tengah, rongga timpani, dilapisi mukosa, yang berisi udara. Didalamnya terdapat 3 buah tulang telinga. Membran timpani, membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu. Berbentuk bulat dengan garis tengah kira-kira 1 cm, sangat peka terhadap nyeri. Permukaan luarnya disarafi oleh saraf auditorius. Tiga buah tulang telinga adalah (maleus, incus dan stapes). Maleus berasal dari rawan Meckel, incus berasal dari tulang quadratum rahang bawah dan stapes dari rawan hyomandibula. c. Telinga dalam atau labirin mengandung alat dengar pada saluran cochlea, padanya ada organ Corti sebagai organ reseptor. Pada organ Corti terdapat lantai basilar dimana ada sel- sel reseptor yang berperan dalam transduksi yaitu pengubahan energi menjadi energi listrik (Santoso, 2009).
  • 9. 2. Do taste receptors use labeled-line coding? Why or why not? Teori pengkodean secara umum telah dijelaskan sesuai dengan model garis berlabel, di mana setiap sel mewakili kualitas rasa yang berbeda dan pada dasarnya berkomunikasi tanpa gangguan ke sistem saraf pusat, atau model distributif, di mana sel menanggapi dalam jumlah yang berbeda untuk setiap kualitas rasa, dan sistem saraf pusat membuatnya merasakan aktivitas paduan suara. Model terakhir ini tampaknya berlaku untuk sistem penciuman vertebrata, di mana bau mengikat sejumlah besar reseptor penciuman pada gilirannya sensitif terhadap berbagai jenis bau (Buck, 1996). Oleh karena itu, identitas bau dikodekan oleh respons relatif sel reseptor sensorik. Kemosensasi pada nematoda, C. elegans, adalah sebaliknya, contoh klasik dari sistem model garis berlabel. Sistem rasa tikus juga menggunakan varian model garis berlabel. Pada tikus, reseptor rasa secara umum dipisahkan menjadi populasi yang berbeda seperti pahit, manis, asam dan konsentrasi garam yang rendah dideteksi oleh kumpulan sel yang tidak tumpang tindih (Voigt et al., 2012). 3. Receptors for fine touch are typically located in the shallow layers of the skin, while receptors for stronger touch stimuli are typically located in deeper layers. Why might this be so? Reseptor sentuhan halus pada indra peraba berupa korpus meissner, diskus merkel, dan ujung saraf yang melingkari akar rambut yang terletak pada permukaan kulit. Sedangkan korpus Ruffini berperan pada sentuhan yang kuat dan terletak di lapisan dalam kulit (Aryulina dkk, 2004). Perbedaan letak dari reseptor sentuhan ini dikarenakan perbedaan energi mekanik yang diperlukan. Energi mekanik hilang di dalam jaringan. Jika reseptor sentuhan halus terletak di lapisan dalam, maka reseptor ini tidak akan peka terhadap rangsangan atau kurang sensitif. Jika reseptor kasar terletak di lapisan dangkal, mereka akan terlalu sensitif. Reseptor nosiseptif (yang mendeteksi nyeri) terletak di dekat permukaan. Mekanoreseptor yang kecil dan terkalibrasi dengan baik (cakram Merkel dan sel-sel Meissner) terletak di lapisan atas dan dapat dengan tepat melokalisasi bahkan sentuhan lembut. Mekanoreseptor besar (sel darah Pacinian dan ujung Ruffini) terletak di lapisan bawah dan merespons sentuhan yang lebih dalam. Pertimbangkan bahwa tekanan dalam yang mencapai reseptor yang lebih dalam tidak perlu terlokalisasi dengan baik. Baik lapisan atas dan bawah kulit memiliki reseptor yang beradaptasi dengan cepat dan lambat. Sel-sel taktil dengan cepat mengadaptasi mechanoreceptors. Mereka sensitif terhadap bentuk dan perubahan tekstur dalam sentuhan eksploratif dan diskriminatif. Sensitivitas akutnya memberikan dasar saraf untuk membaca teks Braille. Karena lokasinya yang dangkal di dermis, sel-sel ini sangat sensitif terhadap sentuhan dan getaran, tetapi untuk alasan yang sama, mereka terbatas dalam
  • 10. pendeteksiannya karena mereka hanya dapat memberi sinyal bahwa ada sesuatu yang menyentuh kulit. Daftar Referensi Aryulina, Diah., Muslim, Choirul., Manal, S., dan Winarni, Endang. (2004). Biologi 2. Jakarta : Erlangga. Buck LB.(1996).Information coding in the olfactory system. Ann Rev Neurosc: 517–544. [PubMed: 8833453] Campbell, N. A., Reece J.B., Mitchell L.G. 2004. Biologi. Edisi Kelima, Jilid III. Penerjemah: Wasmen Manalu. Editor: Amalia Safitri. Jakarta: Erlangga. Fox, S.I. (2008). Human Physiology Tenth Edition. New York: McGraw-Hill. Fried dan Hademenos. (2006). Schaum's Outlines (Biologi Edisi kedua). Jakarta. Erlangga Irianto, K. (2012). Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta. Isnaeni, W. (2006). Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius. Kosinski, Robert J. (2008). A Literature Review of Reaction Time. http://www.fon. hum.uva.nl/rob/courses/InformationInSpeech/Literature/LOTwinterschool2006/biae.clemson.ed u/bp/Lab/110/reaction.htm. Leon.C. (1997). Myristica fragrans Houtt. http://www.inchem.org/documents/pims/ plant/pim355.htm. Liman,E.R., Yali V. Zhang, and Craig Montell.(2014).Peripheral coding of taste. Neuron,vol 81(5): 984–1000. P. Howard, Ian; J.Rogers, B. (1995). Binocular Vision and Stereopsis. Oxford University Press. Pereira, J. C., & Alves, R. C. (2011). The labelled-lines principle of the somatosensory physiology might explain the phantom limb phenomenon. Medical Hypotheses, 77(5), 853–856. https://doi.org/10.1016/j.mehy.2011.07.054 Santoso, Putra. (2009). Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang: FMIPA Universitas Andalas. Schottelius D.D (1978). Textbook of physiology. 18th ed. Saint Louis: The C.V. Mosby Company. p.206-210. Singgih, S. A., & FKUI, P. D. I. F. (2003). Sistem Saraf Sebagai Sistem Pengendali Tubuh. Jakarta: Departemen Ilmu Faal FKUI. Voigt A, Hubner S, Lossow K, Hermans-Borgmeyer I, Boehm U, Meyerhof W. (2012).Genetic labeling of Tas1r1 and Tas2r131 taste receptor cells in mice. Chem Senses :897–911. [PubMed: 23010799]