SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 1
C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi
Lecture Notes : Neurosains
Theme : Fisiologi Sistem Saraf Tepi
Oleh : dr. Sophie Yolanda, M.Biomed
A. Organisasi Sistem Saraf
B. Sistem Saraf Tepi
1. Divisi Aferen
Divisi aferen ini merupakan divisi dari sistem saraf tepi yang
disusun oleh neuron-neuron sensorik. Intinya, divisi aferen inilah
yang akan menangkap stimulus dan dijadikan sinyal listrik.
Stimulus-stimulus tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua
macam yaitu yang disadari dan tidak disadari. Berikut
mekanisme jalannya rangsang :
Gambar 8.1 Organisasi Sistem Saraf
Gambar 8.2
Macam-Macam Stimulus
Gambar 8.2 Stimulus Menuju Persepsi
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 2
C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi
Dalam melakukan tugasnya yaitu merangsang, stimulus
memiliki beberapa sifat, antara lain :
a) Modalitas (Jenis Rangsangan)
Dalam hal ini lebih ditekankan kepada reseptor
somatosensorik yang berlabel sesuai modalitas dan lokasi.
Saat mencapai medulla spinalis, informasi dari neuron
sensorik ini akan menghasilkan antara kedua hal berikut,
yaitu :
 Menjadi bagian lengkung refleks sehingga
menghasilkan gerak refleks
 Dibawa menuju otak tepatnya di korteks cerebral
sebagai persepsi
Intinya, jalur asenden yang menyalurkan stimulus
sensasi somatik sadar ini menuju otak adalah jalur
somatosensorik. Dalam jalur somatosensorik ini akan
disusun oleh jalur berlabel (neuron orde 1 sampai neuron
orde 3) di mana suatu reseptor sensorik khusus akan
menyalurkan sinyal melalui jalur ini yang spesifik juga.
Labeled line coding ini akan disusun oleh beberapa neuron
yang berbeda-beda terutama struktur dan fungsinya.
Berikut macam-macam neuronnya :
b) Lokasi
Lokasi rangsangan ini akan dibedakan dalam lokasi
medan reseptif yang teraktivasi. Jalur tersebut kemudian
teraktivasi sehingga dapat terjadi mekanisme penyampaian
informasi menuju daerah korteks somatosensorik yang akan
mempresentasikan lokasi tempat adanya rangsang.
Lokasi yang merupakan tempat adanya stimulus akan
diketahui oleh mekanisme receptive field, lateral inhibition,
dan somatotopy.
Gambar 8.3 Tipe Neuron Aferen
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 3
C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi
 Receptive Field
Dalam hal ini, semakin luas suatu neuron aferen
mempersarafi suatu bagian tubuh, maka hanya neuron
tersebut yang akan menerima rangsang. Misalnya ada
dua jari yang ditempelkan berdekatan ke suatu daerah
kulit, dan ternyata hanya terasa seperti satu jari yang
merasakan. Berikut diagram penggambarannya :
 Inhibisi Lateral
Dalam hal ini akan terjadi inhibisi stimulus rendah
oleh stimulus tinggi. Misalnya adalah saat kita gatal itu
ada stimulus menuju pusat integrasi, namun saat kita
menggaruk akan terjadi penghilangan rasa gatal tadi,
hal ini diakibatkan stimulus “garukan” menginhibisi
stimulus “gatal”.
 Somatotopy
Neuron aferen ini akan membawa sinyal dari bagian kiri
ke otak kanan dan sebaliknya, hingga melewati
thalamus dan berakhir ke korteks sensorik tepatnya di
gyrus postcentralis. Pada bagian gyrus postcentralis ini
akan ada pemetaan somatotopik untuk masing-masing
Gambar 8.4 Receptive Field
Gambar 8.5 Inhibisi Lateral
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 4
C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi
efektor. Berikut gambar dari pemetaan somatotopik
pada gyrus postcentralis :
 Two Point Discrimination
c) Intensitas dan Durasi
Intensitas dan durasi dibedakan oleh frekuensi potensial
aksi yang dimulai pada neuron aferen serta jumlah
reseptornya yang teraktivasi. Intensitas dan durasi dari
Gambar 8.6 Pemetaan Somatotopik pada Gyrus Postcentralis
Gambar 8.7 Grafik Two Point Discrimination
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 5
C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi
stimulus ini akan diatur oleh dua mekanisme berikut, antara
lain :
 Frekuensi dan Durasi dari Potensial Aksi
Intensitas dari stimulus tidak bisa dikalkulasikan dari
potensial aksi sebuah neuron sensorik karena sifatnya
“all or none”. Maka dari itu intensitas ini dapat dilihat
dari dua hal yaitu jumlah reseptor teraktivasi dan
frekuensi dari potensial aksi.
Setiap reseptor memiliki treshold berbeda-beda
sehingga hanya reseptor yang memiliki reseptor paling
sensitif yang dapat merespon ke stimulus yang
berintensitas rendah.
Selain itu, untuk durasi stimulus dapat dilihat dari
durasi potensial aksi pada neuron sensorik. Secara
umum, semakin lama durasi stimulus maka semakin
lama durasi potensial aksi pada neuron sensorik primer.
Namun hal ini tetap dipengaruhi oleh jenis reseptor
yang memiliki adaptasi berbeda-beda, di mana ada dua
jenis reseptor antara lain reseptor tonik dan reseptor
fasik.
Intinya adalah semakin tinggi amplitudo dan durasi
dari suatu potensial aksi, akan semakin tinggi
neurotransmiter yang akan dikeluarkan. Berikut
skemanya :
 Adaptasi Reseptor
Adaptasi reseptor dapat memengaruhi dari durasi
suatu potensial aksi pada neuron sensorik primer.
Berdasarkan adaptasinya, reseptor dapat dibedakan
menjadi dua macam, antara lain:
Gambar 8.8 Intensitas dan Durasi Potensial Aksi
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 6
C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi
- Reseptor Tonik
 Beradaptasi lambat bahkan tidak sama sekali
 Dapat mempertahankan informasi dari stimulus
 Awalnya meningkat tajam saat teraktivasi
pertama kali, kemudian lambat dan
mempertahankan potensial reseptor, sampai
akhirnya berhenti ketika stimulus tidak ada lagi
 Contoh : Baroreseptor, reseptor iritas, beberapa
reseptor taktil, dan reseptor proprioseptif
- Reseptor Fasik
 Beradaptasi dengan cepat
 Namun tidak mempertahankan informasi dari
stimulus
 Setelah terstimulasi, reseptor fasik dengan
cepat beradaptasi kemudian teraktivasi, namun
akan cepat juga terinaktivasi dan siap distimulasi
kembali
 Contoh : reseptor taktil
Kemudian, sekarang akan membahas beberapa macam
reseptor yang diklasifikasikan berdasarkan jenis stimulusnya,
antara lain :
Tabel 8.1 Macam-Macam Reseptor Sensorik (1)
No. Tipe Reseptor Stimulus
1. Kemoreseptor oksigen, pH, beberapa molekul
organik seperti glukosa
2. Mekanoreseptor tekanan (baroreseptor), regangan
(osmoreseptor), getaran,
kecepatan, suara
3. Fotoreseptor cahaya
4. Termoreseptor derajat panas
Berdasarkan strukturnya, reseptor dapat dibagi menjadi tiga
jenis, antara lain :
Tabel 8.2 Macam-Macam Reseptor Sensorik (2)
No. Tipe Reseptor Penjelasan
1. Sederhana Neuron dengan saraf ujung bebas
di mana tidak memiliki akson
bermielin.
2. Kompleks Neuron dengan ujung saraf dilapisi
jaringan ikat serta aksonnya
bermielin.
Gambar 8.9 Potensial Reseptor
Tonik
Gambar 8.10 Potensial Reseptor
Fasik
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 7
C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi
3. Perasa Spesial Neuron dengan ujung saraf yang
memiliki reseptor terspesialisasi (hair
cell), memiliki sinaps, dan akson
bermielin. Contohnya pada reseptor
olfaktori.
Kemudian berikut beberapa macam reseptor yang bersifat
somatosensorik, antara lain :
Tabel 8.3 Macam-Macam Reseptor Somatosensorik
No. Tipe Reseptor Fungsi
1. Reseptor rambut Menginderai pergerakan rambut
2. Merkel Deteksi rangsang sentuhan ringan
yang menetap, deteksi tekstur
seperti tulisan Braille
3. Pacini Deteksi getaran dan tekanan
dalam di mana Pacini cepat
bereaksi
4. Ujung Ruffini Deteksi tekanan dalam yang
dipertahankan, regangan kulit,
namun lambat dalam beradaptasi
5. Badan Meissner Deteksi pada sentuhan ringan
untuk menggetarkan (menggelitik)
Gambar 8.11 Macam-Macam Reseptor Sensorik
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 8
C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi
Kemudian ada beberapa reseptor lain seperti reseptor
proprioseptif yang akan menerima stimulus mengenai kondisi
keseimbangan tubuh. Selain itu, ada reseptor visera (reseptro
organ dalam) yang secara umum adalah baroreseptor.
Gambar 8.12 Reseptor Somatosensorik
Gambar 8.13 Reseptor Viseral
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 9
C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi
Setelah mempelajari beberapa hal-hal mendasari mengenai
divisi aferen, sekarang harus membahas transduksi pada
neuron aferen. Transduksi merupakan proses mengkonversi
suatu stimulu menjadi informasi di mana informasi tersebut di
bawa dalam energi listrik (perubahan potensial membran)
sehingga mengubah potensial reseptor.
Dalam hal ini kita juga harus mengetahui mengenai
potensial aksi. Potensial aksi ini akan dimulai di tempat
inisiasinya yaitu axon initial segment atau bisa disebut axon
hillock. Berikut mekanisme transduksi pada neuron aferen :
Gambar 8.14 Transduksi pada Neuron Aferen
Gambar 8.15 Dermatom
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 10
C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi
Pada gambar 8.15 telah terdapat gambaran dari dermatom
yang mensarafi seluruh permukaan tubuh sehingga kita dapat
merasakan dan merespon segala stimulus yang diberikan
kepada tubuh.
Setelah mengetahui mekanisme transduksi serta dermatom,
sekarang harus membahas mengenai rasa sakit (pain). Rasa
sakit atau pain ini merupakan mekanisme protektif yang
diberikan secara sadar kepada jaringan rusak atau akan rusak.
Ada beberapa hal unik yang berkaitan dengan pain, antara lain:
 Diikuti dengan respon motivasi (self-defense)
 Dapat terjadi akibat pengalaman sebelumnya (misalnya
rasa takut)
 Tidak beradaptasi
 Dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu fast pain dan
slow pain berikut bedanya :
Perbedaan Fast Pain Slow Pain
Reseptor
Berperan
Nosiseptor
mekanik dan
termal
Nosiseptor
polimodal
Neuron Berperan Aδ C
Hal yang
dirasakan
Sensasi tajam,
tertusuk
Sakit dan terbakar
Lokalisasi Mudah Buruk
Kejadian Pertama kali
Terjadi secara
sekunder, butuh
waktu lebih lama,
dan lebih tidak
nyaman
Kemudian setelah mengetahui definisi dan jenis dari rasa
sakit, selanjutnya adalah mekanisme dari modulasi rasa sakit
yang dapat dilihat paga gambar 8.16 :
(a) Dalam ketidakadaan input dari neuron tipe C, akan terjadi
inhibisi dari interneuron secara tonis untuk menekan jalur
sakit sehingga tidak ada sinyal yang sampai ke otak
(b) Ketika diberikan stimulus strong pain, neuron tipe C tidak
terinhibisi sehingga terjadi transduksi sinyal rasa sakit kuat
ke otak
(c) Rasa sakit ini dapat dimodulasi dari input somatosensorik
yang simultan di mana pada gambar dapat dilihat karena
ada stimulus yang dibawa oleh neuron tipe Aβ
mengakibatkan adanya inhibisi stimulus yang dibawa oleh
neuron tipe C sehingga rasa sakit yang dipresepsikan otak
berkurang Gambar 8.16 Modulasi Rasa Sakit
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 11
C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi
Selain itu, ada juga mekanisme di mana rasa sakit yang
terjadi pada organ internal dapat dirasakan oleh permukaan
tubuh, hal ini disebut dengan referred pain. Dalam suatu
teori dikatakan bahwa nosiseptor dari beberapa lokasi
berkonvergensi menjadi sebuah traktus asenden dalam
medulla spinalis. Kemudian, sinyal rasa sakit dari kulit
maupun organ dalam berasosiasi dan mengaktivasi jalur
sakit pada kulit.
2. Divisi Eferen
a) Perbedaan Divisi Somatik dan Divisi Autonom
b) Refleks Pada Divisi Eferen
Dalam divisi eferen ini akan terjadi mekanisme gerak
refleks. Di mana pada refleks skeletal ada dua jenis yaitu
refleks monosinaps dan polisinaps. Sementara pada sistem
saraf otonom ada refleks otonom yang bersifat polisinaps
di mana ada satu sinaps pada sistem saraf pusat dan sinaps
lain di ganglia otonom.
Gambar 8.17 Pembagian Divisi Eferen
Gambar 8.18 Perbedaan Divisi Somatik dan Divisi Autonom
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 12
C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi
c) Persamaan dan Perbedaan Sinaps dan Neuromuscular
Junction
d) Mekanisme Pada Taut Neuromuskular
Dalam hal ini terjadi pemrosesan pemberian impuls ke
otot rangka. Di mana ada peranan neurotransmiter berupa
asetilkolin serta reseptor di membran otot yang disebut
reseptor nikotinik. Berikut skemanya :
Gambar 8.19 Persamaan dan Perbedaan Sinaps dan
Neuromoscular Junction
Gambar 8.20 Mekanisme pada Neuromuscular Junction
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 13
C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi
Setelah terjadi potensial aksi pada berkas otot, terjadi
mobilisasi kalsium dari retikulum sarkoplasma menuju
filamen tipis. Hal ini mengakibatkan terjadinya pelekatan
filamen tebal ke filamen tipis. Hasilnya adalah kontraksi otot.
e) Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf otonom merupakan divisi eferen yang
mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Saraf
otonom ini terdiri atas dua kompnen, antara lain serat
preganglion dan serat pasca ganglion. Secara fungsi
maupun penyusun sarafnya, divisi otonom dibagi menjadi
dua yaitu simpatis (fight or flight) dan parasimpatis (rest).
Berikut gambarnya :
Gambar 8.21 Jalur Pensinyalan Divisi Eferen
Gambar 8.22 Perbedaan Struktur Saraf Simpatis dan Parasimpatis
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 14
C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi
Kemudian pada ujung serat pasca ganglion terdapat
varikosit yang akan melepaskan neurotransmiter ke sel
target. Berikut kejadian yang dapat terjadi di varikosit :
Saraf simpatis dan parasimpatis bekerja secara
antagonis. Berikut beberapa macam perbedaan kinerja dari
saraf simpatis dan saraf parasimpatis :
Gambar 8.23 Mekanisme Pelepasan Neurotransmiter di Varikosit
Gambar 8.24 Perbedaan Fungsi Sistem Saraf Simpatis dan Parasimpatis

More Related Content

What's hot

sistem saraf pusat
sistem saraf pusatsistem saraf pusat
sistem saraf pusatIFKARIM
 
Sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi pada manusia
Sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi pada manusiaSistem saraf pusat dan sistem saraf tepi pada manusia
Sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi pada manusiaRinda Hendrika
 
Anatomi sistem saraf pusat
Anatomi sistem saraf pusatAnatomi sistem saraf pusat
Anatomi sistem saraf pusatNurul Sari
 
Sistem saraf manusia
Sistem saraf manusiaSistem saraf manusia
Sistem saraf manusiakak_mayya
 
Sistem saraf tepi (sma)
Sistem saraf tepi (sma)Sistem saraf tepi (sma)
Sistem saraf tepi (sma)salim_perdana
 
Anatomi otak & neurotransmitter
Anatomi otak & neurotransmitterAnatomi otak & neurotransmitter
Anatomi otak & neurotransmitterSeta Wicaksana
 
PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1indri yetti
 
Medula spinalis
Medula spinalisMedula spinalis
Medula spinaliselmakrufi
 
Sistem saraf pusat anatomi faal
Sistem saraf pusat anatomi faalSistem saraf pusat anatomi faal
Sistem saraf pusat anatomi faalIjal Mustofa
 
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Anatomi Fisiologi Sistem PernafasanAnatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Anatomi Fisiologi Sistem PernafasanPrastuti Waraharini
 
Ppt sistem saraf_manusia (1)
Ppt sistem saraf_manusia (1)Ppt sistem saraf_manusia (1)
Ppt sistem saraf_manusia (1)bbawor aji
 
KONSEP DASAR SISTEM SARAF.pptx
KONSEP DASAR SISTEM SARAF.pptxKONSEP DASAR SISTEM SARAF.pptx
KONSEP DASAR SISTEM SARAF.pptxaditya romadhon
 
Sistem Penginderaan
Sistem PenginderaanSistem Penginderaan
Sistem Penginderaanpjj_kemenkes
 
Extrapiramidalis
ExtrapiramidalisExtrapiramidalis
ExtrapiramidalisMelda RD
 
Sistem Muskuloskeletal full
Sistem Muskuloskeletal fullSistem Muskuloskeletal full
Sistem Muskuloskeletal fulldewisetiyana52
 
Sistem Saraf (Biologi)
Sistem Saraf (Biologi)Sistem Saraf (Biologi)
Sistem Saraf (Biologi)miaakmt
 
C5 Neurofisiologi Dasar
C5 Neurofisiologi DasarC5 Neurofisiologi Dasar
C5 Neurofisiologi DasarCatatan Medis
 
Gerak refleks kelompok 10
Gerak refleks kelompok 10Gerak refleks kelompok 10
Gerak refleks kelompok 10EmirSyarif
 

What's hot (20)

sistem saraf pusat
sistem saraf pusatsistem saraf pusat
sistem saraf pusat
 
Sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi pada manusia
Sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi pada manusiaSistem saraf pusat dan sistem saraf tepi pada manusia
Sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi pada manusia
 
SISTEM SARAF
SISTEM SARAFSISTEM SARAF
SISTEM SARAF
 
Anatomi sistem saraf pusat
Anatomi sistem saraf pusatAnatomi sistem saraf pusat
Anatomi sistem saraf pusat
 
Sistem saraf manusia
Sistem saraf manusiaSistem saraf manusia
Sistem saraf manusia
 
Sistem saraf tepi (sma)
Sistem saraf tepi (sma)Sistem saraf tepi (sma)
Sistem saraf tepi (sma)
 
Anatomi otak & neurotransmitter
Anatomi otak & neurotransmitterAnatomi otak & neurotransmitter
Anatomi otak & neurotransmitter
 
PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1
 
Medula spinalis
Medula spinalisMedula spinalis
Medula spinalis
 
Sistem saraf pusat anatomi faal
Sistem saraf pusat anatomi faalSistem saraf pusat anatomi faal
Sistem saraf pusat anatomi faal
 
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Anatomi Fisiologi Sistem PernafasanAnatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
 
Ppt sistem saraf_manusia (1)
Ppt sistem saraf_manusia (1)Ppt sistem saraf_manusia (1)
Ppt sistem saraf_manusia (1)
 
KONSEP DASAR SISTEM SARAF.pptx
KONSEP DASAR SISTEM SARAF.pptxKONSEP DASAR SISTEM SARAF.pptx
KONSEP DASAR SISTEM SARAF.pptx
 
Sistem Penginderaan
Sistem PenginderaanSistem Penginderaan
Sistem Penginderaan
 
Extrapiramidalis
ExtrapiramidalisExtrapiramidalis
Extrapiramidalis
 
Sistem Muskuloskeletal full
Sistem Muskuloskeletal fullSistem Muskuloskeletal full
Sistem Muskuloskeletal full
 
Sistem Saraf (Biologi)
Sistem Saraf (Biologi)Sistem Saraf (Biologi)
Sistem Saraf (Biologi)
 
C5 Neurofisiologi Dasar
C5 Neurofisiologi DasarC5 Neurofisiologi Dasar
C5 Neurofisiologi Dasar
 
Gerak refleks kelompok 10
Gerak refleks kelompok 10Gerak refleks kelompok 10
Gerak refleks kelompok 10
 
Anfis neurovaskuler
Anfis neurovaskulerAnfis neurovaskuler
Anfis neurovaskuler
 

Viewers also liked

SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAPSISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP01012015
 
C1 Histologi Sistem Saraf
C1 Histologi Sistem SarafC1 Histologi Sistem Saraf
C1 Histologi Sistem SarafCatatan Medis
 
Presentasi sistem saraf
Presentasi sistem sarafPresentasi sistem saraf
Presentasi sistem sarafNina Nhinut
 
Makalah Penyakit Menular Morbus Hansen
Makalah Penyakit Menular Morbus HansenMakalah Penyakit Menular Morbus Hansen
Makalah Penyakit Menular Morbus HansenNoveldy Pitna
 
pengertian anatomi fisiologi manusia dan sistem panca indera
pengertian anatomi fisiologi manusia dan sistem panca inderapengertian anatomi fisiologi manusia dan sistem panca indera
pengertian anatomi fisiologi manusia dan sistem panca inderahusna una
 
Power point kelompok sumsum tulang belakang
Power point kelompok sumsum tulang belakangPower point kelompok sumsum tulang belakang
Power point kelompok sumsum tulang belakangNatalia Julita
 
02 Perjalanan Hidup Dr Taruna Ikrar
02 Perjalanan Hidup Dr Taruna Ikrar02 Perjalanan Hidup Dr Taruna Ikrar
02 Perjalanan Hidup Dr Taruna IkrarTaruna Ikrar
 
Ibadah menyehatkan otak (harian republika ahad-4 desember 2016)
Ibadah menyehatkan otak (harian republika ahad-4 desember 2016)Ibadah menyehatkan otak (harian republika ahad-4 desember 2016)
Ibadah menyehatkan otak (harian republika ahad-4 desember 2016)Taruna Ikrar
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicVertilia Desy
 
Terapi panas
Terapi panasTerapi panas
Terapi panasCahya
 
C2 Embriogenesis Sistem Saraf
C2 Embriogenesis Sistem SarafC2 Embriogenesis Sistem Saraf
C2 Embriogenesis Sistem SarafCatatan Medis
 
C10 Transmisi Humoral Sistem Saraf
C10 Transmisi Humoral Sistem SarafC10 Transmisi Humoral Sistem Saraf
C10 Transmisi Humoral Sistem SarafCatatan Medis
 
How To Master Your Mind
How To Master Your MindHow To Master Your Mind
How To Master Your MindKidzrio
 

Viewers also liked (20)

SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAPSISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
 
Sistem saraf
Sistem saraf Sistem saraf
Sistem saraf
 
C1 Histologi Sistem Saraf
C1 Histologi Sistem SarafC1 Histologi Sistem Saraf
C1 Histologi Sistem Saraf
 
sistem saraf manusia
sistem saraf manusiasistem saraf manusia
sistem saraf manusia
 
SISTEM SARAF PUSAT
SISTEM SARAF PUSATSISTEM SARAF PUSAT
SISTEM SARAF PUSAT
 
Presentasi sistem saraf
Presentasi sistem sarafPresentasi sistem saraf
Presentasi sistem saraf
 
Makalah Penyakit Menular Morbus Hansen
Makalah Penyakit Menular Morbus HansenMakalah Penyakit Menular Morbus Hansen
Makalah Penyakit Menular Morbus Hansen
 
Anatomi Fisiologi Sistem penginderaan
Anatomi Fisiologi Sistem penginderaanAnatomi Fisiologi Sistem penginderaan
Anatomi Fisiologi Sistem penginderaan
 
pengertian anatomi fisiologi manusia dan sistem panca indera
pengertian anatomi fisiologi manusia dan sistem panca inderapengertian anatomi fisiologi manusia dan sistem panca indera
pengertian anatomi fisiologi manusia dan sistem panca indera
 
Power point kelompok sumsum tulang belakang
Power point kelompok sumsum tulang belakangPower point kelompok sumsum tulang belakang
Power point kelompok sumsum tulang belakang
 
02 Perjalanan Hidup Dr Taruna Ikrar
02 Perjalanan Hidup Dr Taruna Ikrar02 Perjalanan Hidup Dr Taruna Ikrar
02 Perjalanan Hidup Dr Taruna Ikrar
 
Ibadah menyehatkan otak (harian republika ahad-4 desember 2016)
Ibadah menyehatkan otak (harian republika ahad-4 desember 2016)Ibadah menyehatkan otak (harian republika ahad-4 desember 2016)
Ibadah menyehatkan otak (harian republika ahad-4 desember 2016)
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
 
Terapi panas
Terapi panasTerapi panas
Terapi panas
 
C2 Embriogenesis Sistem Saraf
C2 Embriogenesis Sistem SarafC2 Embriogenesis Sistem Saraf
C2 Embriogenesis Sistem Saraf
 
C10 Transmisi Humoral Sistem Saraf
C10 Transmisi Humoral Sistem SarafC10 Transmisi Humoral Sistem Saraf
C10 Transmisi Humoral Sistem Saraf
 
Fisiologi sistem saraf
Fisiologi sistem sarafFisiologi sistem saraf
Fisiologi sistem saraf
 
Biologi - Sistem Saraf
Biologi - Sistem SarafBiologi - Sistem Saraf
Biologi - Sistem Saraf
 
How To Master Your Mind
How To Master Your MindHow To Master Your Mind
How To Master Your Mind
 
C4 Biolistrik
C4 BiolistrikC4 Biolistrik
C4 Biolistrik
 

Similar to SARAF TEPISISTEM

Kelompok 1 - B - Diskusi ANIMAL SENSORY SYSTEM.docx
Kelompok 1 - B - Diskusi ANIMAL SENSORY SYSTEM.docxKelompok 1 - B - Diskusi ANIMAL SENSORY SYSTEM.docx
Kelompok 1 - B - Diskusi ANIMAL SENSORY SYSTEM.docxfristapakpahan
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem seModul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem sesuher lambang
 
Kelompok 2, struktur dan sistem saraf
Kelompok 2, struktur dan sistem sarafKelompok 2, struktur dan sistem saraf
Kelompok 2, struktur dan sistem sarafAndi Asri Ainun
 
PPT ANATOMI SISTEM SARAF.pptx
PPT ANATOMI SISTEM SARAF.pptxPPT ANATOMI SISTEM SARAF.pptx
PPT ANATOMI SISTEM SARAF.pptxDellaAuliaYuniar
 
Sistem koordinasi dan indera (sistem regulasi) Presentasi Bagus dan lengkap
Sistem koordinasi dan indera (sistem regulasi) Presentasi Bagus dan lengkapSistem koordinasi dan indera (sistem regulasi) Presentasi Bagus dan lengkap
Sistem koordinasi dan indera (sistem regulasi) Presentasi Bagus dan lengkapAri Saputra
 
Coordination (part 1)
Coordination (part 1)Coordination (part 1)
Coordination (part 1)Iseu Pranyoto
 
Bahan-Ajar-3_-Referred-Pain.pdf
Bahan-Ajar-3_-Referred-Pain.pdfBahan-Ajar-3_-Referred-Pain.pdf
Bahan-Ajar-3_-Referred-Pain.pdfLouisMailuhu
 
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdf
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdfFARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdf
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdfYonetaSrangenge1
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docxApriaHartinaAghna
 

Similar to SARAF TEPISISTEM (20)

Fisiologi saraf
Fisiologi sarafFisiologi saraf
Fisiologi saraf
 
Kelompok 1 - B - Diskusi ANIMAL SENSORY SYSTEM.docx
Kelompok 1 - B - Diskusi ANIMAL SENSORY SYSTEM.docxKelompok 1 - B - Diskusi ANIMAL SENSORY SYSTEM.docx
Kelompok 1 - B - Diskusi ANIMAL SENSORY SYSTEM.docx
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem seModul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
 
Analgetika
AnalgetikaAnalgetika
Analgetika
 
Sistem jaringan
Sistem jaringanSistem jaringan
Sistem jaringan
 
Kelompok 2, struktur dan sistem saraf
Kelompok 2, struktur dan sistem sarafKelompok 2, struktur dan sistem saraf
Kelompok 2, struktur dan sistem saraf
 
Makalah sistem persarafan AKPER PEMKAB MUNA
Makalah sistem persarafan AKPER PEMKAB MUNA Makalah sistem persarafan AKPER PEMKAB MUNA
Makalah sistem persarafan AKPER PEMKAB MUNA
 
PPT ANATOMI SISTEM SARAF.pptx
PPT ANATOMI SISTEM SARAF.pptxPPT ANATOMI SISTEM SARAF.pptx
PPT ANATOMI SISTEM SARAF.pptx
 
Ii. obat otonom
Ii. obat otonomIi. obat otonom
Ii. obat otonom
 
SISTEM KOORDINASI 1B.ppt
SISTEM KOORDINASI 1B.pptSISTEM KOORDINASI 1B.ppt
SISTEM KOORDINASI 1B.ppt
 
Modul Trigger Points
Modul Trigger PointsModul Trigger Points
Modul Trigger Points
 
Sistem koordinasi dan indera (sistem regulasi) Presentasi Bagus dan lengkap
Sistem koordinasi dan indera (sistem regulasi) Presentasi Bagus dan lengkapSistem koordinasi dan indera (sistem regulasi) Presentasi Bagus dan lengkap
Sistem koordinasi dan indera (sistem regulasi) Presentasi Bagus dan lengkap
 
Coordination (part 1)
Coordination (part 1)Coordination (part 1)
Coordination (part 1)
 
Bab 9 Sistem Regulasi.pptx
Bab 9 Sistem Regulasi.pptxBab 9 Sistem Regulasi.pptx
Bab 9 Sistem Regulasi.pptx
 
fisiologi sistem saraf
fisiologi sistem saraffisiologi sistem saraf
fisiologi sistem saraf
 
Bahan-Ajar-3_-Referred-Pain.pdf
Bahan-Ajar-3_-Referred-Pain.pdfBahan-Ajar-3_-Referred-Pain.pdf
Bahan-Ajar-3_-Referred-Pain.pdf
 
sistem saraf manusia
sistem saraf manusiasistem saraf manusia
sistem saraf manusia
 
Biologi bab 8
Biologi bab 8Biologi bab 8
Biologi bab 8
 
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdf
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdfFARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdf
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdf
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docx
 

More from Catatan Medis

Lecture Notes 2 Histologi Tumbuh Kembang Empat Jaringan Dasar
Lecture Notes 2 Histologi Tumbuh Kembang Empat Jaringan DasarLecture Notes 2 Histologi Tumbuh Kembang Empat Jaringan Dasar
Lecture Notes 2 Histologi Tumbuh Kembang Empat Jaringan DasarCatatan Medis
 
Lecture Notes 1 Perkembangan Embrionik Awal
Lecture Notes 1 Perkembangan Embrionik AwalLecture Notes 1 Perkembangan Embrionik Awal
Lecture Notes 1 Perkembangan Embrionik AwalCatatan Medis
 
C7 Fisiologi Sistem Saraf Pusat
C7 Fisiologi Sistem Saraf PusatC7 Fisiologi Sistem Saraf Pusat
C7 Fisiologi Sistem Saraf PusatCatatan Medis
 
C3 Anatomi Sistem Saraf 1
C3 Anatomi Sistem Saraf 1C3 Anatomi Sistem Saraf 1
C3 Anatomi Sistem Saraf 1Catatan Medis
 
C9 Autonomik Farmakologi
C9 Autonomik FarmakologiC9 Autonomik Farmakologi
C9 Autonomik FarmakologiCatatan Medis
 
Discussion Notes 6 - Autoimun
Discussion Notes 6 - AutoimunDiscussion Notes 6 - Autoimun
Discussion Notes 6 - AutoimunCatatan Medis
 
Discussion Notes 5 Immunodefisiensi Didapat
Discussion Notes 5 Immunodefisiensi DidapatDiscussion Notes 5 Immunodefisiensi Didapat
Discussion Notes 5 Immunodefisiensi DidapatCatatan Medis
 
Discussion Notes 4 Immunodefisiensi Kongenital
Discussion Notes 4 Immunodefisiensi KongenitalDiscussion Notes 4 Immunodefisiensi Kongenital
Discussion Notes 4 Immunodefisiensi KongenitalCatatan Medis
 
QBD 3 Hipersensitivitas
QBD 3 HipersensitivitasQBD 3 Hipersensitivitas
QBD 3 HipersensitivitasCatatan Medis
 
Discussion Notes 2 : Respon Imun Adaptif
Discussion Notes 2 : Respon Imun AdaptifDiscussion Notes 2 : Respon Imun Adaptif
Discussion Notes 2 : Respon Imun AdaptifCatatan Medis
 
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan SelulerDiscussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan SelulerCatatan Medis
 
Lecture Notes 1 : Overview of Immunology
Lecture Notes 1 :  Overview of ImmunologyLecture Notes 1 :  Overview of Immunology
Lecture Notes 1 : Overview of ImmunologyCatatan Medis
 
C14 Mikrobiologi Dasar
C14 Mikrobiologi DasarC14 Mikrobiologi Dasar
C14 Mikrobiologi DasarCatatan Medis
 
C18 Regulasi Ekspresi Gen
C18 Regulasi Ekspresi GenC18 Regulasi Ekspresi Gen
C18 Regulasi Ekspresi GenCatatan Medis
 
C15 Rekayasa Genetika (Genetic Engineering)
C15 Rekayasa Genetika (Genetic Engineering)C15 Rekayasa Genetika (Genetic Engineering)
C15 Rekayasa Genetika (Genetic Engineering)Catatan Medis
 
C19 Mutasi dan Polimorfisme
C19 Mutasi dan PolimorfismeC19 Mutasi dan Polimorfisme
C19 Mutasi dan PolimorfismeCatatan Medis
 
C21 Mekanisme Kerja Obat
C21 Mekanisme Kerja ObatC21 Mekanisme Kerja Obat
C21 Mekanisme Kerja ObatCatatan Medis
 
C13 Sintesis Protein dan Protein Targetting
C13 Sintesis Protein dan Protein TargettingC13 Sintesis Protein dan Protein Targetting
C13 Sintesis Protein dan Protein TargettingCatatan Medis
 
C18 Gene Rearrangement
C18 Gene RearrangementC18 Gene Rearrangement
C18 Gene RearrangementCatatan Medis
 
C20 Pengantar Farmakologi
C20 Pengantar FarmakologiC20 Pengantar Farmakologi
C20 Pengantar FarmakologiCatatan Medis
 

More from Catatan Medis (20)

Lecture Notes 2 Histologi Tumbuh Kembang Empat Jaringan Dasar
Lecture Notes 2 Histologi Tumbuh Kembang Empat Jaringan DasarLecture Notes 2 Histologi Tumbuh Kembang Empat Jaringan Dasar
Lecture Notes 2 Histologi Tumbuh Kembang Empat Jaringan Dasar
 
Lecture Notes 1 Perkembangan Embrionik Awal
Lecture Notes 1 Perkembangan Embrionik AwalLecture Notes 1 Perkembangan Embrionik Awal
Lecture Notes 1 Perkembangan Embrionik Awal
 
C7 Fisiologi Sistem Saraf Pusat
C7 Fisiologi Sistem Saraf PusatC7 Fisiologi Sistem Saraf Pusat
C7 Fisiologi Sistem Saraf Pusat
 
C3 Anatomi Sistem Saraf 1
C3 Anatomi Sistem Saraf 1C3 Anatomi Sistem Saraf 1
C3 Anatomi Sistem Saraf 1
 
C9 Autonomik Farmakologi
C9 Autonomik FarmakologiC9 Autonomik Farmakologi
C9 Autonomik Farmakologi
 
Discussion Notes 6 - Autoimun
Discussion Notes 6 - AutoimunDiscussion Notes 6 - Autoimun
Discussion Notes 6 - Autoimun
 
Discussion Notes 5 Immunodefisiensi Didapat
Discussion Notes 5 Immunodefisiensi DidapatDiscussion Notes 5 Immunodefisiensi Didapat
Discussion Notes 5 Immunodefisiensi Didapat
 
Discussion Notes 4 Immunodefisiensi Kongenital
Discussion Notes 4 Immunodefisiensi KongenitalDiscussion Notes 4 Immunodefisiensi Kongenital
Discussion Notes 4 Immunodefisiensi Kongenital
 
QBD 3 Hipersensitivitas
QBD 3 HipersensitivitasQBD 3 Hipersensitivitas
QBD 3 Hipersensitivitas
 
Discussion Notes 2 : Respon Imun Adaptif
Discussion Notes 2 : Respon Imun AdaptifDiscussion Notes 2 : Respon Imun Adaptif
Discussion Notes 2 : Respon Imun Adaptif
 
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan SelulerDiscussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
 
Lecture Notes 1 : Overview of Immunology
Lecture Notes 1 :  Overview of ImmunologyLecture Notes 1 :  Overview of Immunology
Lecture Notes 1 : Overview of Immunology
 
C14 Mikrobiologi Dasar
C14 Mikrobiologi DasarC14 Mikrobiologi Dasar
C14 Mikrobiologi Dasar
 
C18 Regulasi Ekspresi Gen
C18 Regulasi Ekspresi GenC18 Regulasi Ekspresi Gen
C18 Regulasi Ekspresi Gen
 
C15 Rekayasa Genetika (Genetic Engineering)
C15 Rekayasa Genetika (Genetic Engineering)C15 Rekayasa Genetika (Genetic Engineering)
C15 Rekayasa Genetika (Genetic Engineering)
 
C19 Mutasi dan Polimorfisme
C19 Mutasi dan PolimorfismeC19 Mutasi dan Polimorfisme
C19 Mutasi dan Polimorfisme
 
C21 Mekanisme Kerja Obat
C21 Mekanisme Kerja ObatC21 Mekanisme Kerja Obat
C21 Mekanisme Kerja Obat
 
C13 Sintesis Protein dan Protein Targetting
C13 Sintesis Protein dan Protein TargettingC13 Sintesis Protein dan Protein Targetting
C13 Sintesis Protein dan Protein Targetting
 
C18 Gene Rearrangement
C18 Gene RearrangementC18 Gene Rearrangement
C18 Gene Rearrangement
 
C20 Pengantar Farmakologi
C20 Pengantar FarmakologiC20 Pengantar Farmakologi
C20 Pengantar Farmakologi
 

Recently uploaded

1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 

Recently uploaded (20)

1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 

SARAF TEPISISTEM

  • 1.
  • 2. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 1 C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi Lecture Notes : Neurosains Theme : Fisiologi Sistem Saraf Tepi Oleh : dr. Sophie Yolanda, M.Biomed A. Organisasi Sistem Saraf B. Sistem Saraf Tepi 1. Divisi Aferen Divisi aferen ini merupakan divisi dari sistem saraf tepi yang disusun oleh neuron-neuron sensorik. Intinya, divisi aferen inilah yang akan menangkap stimulus dan dijadikan sinyal listrik. Stimulus-stimulus tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu yang disadari dan tidak disadari. Berikut mekanisme jalannya rangsang : Gambar 8.1 Organisasi Sistem Saraf Gambar 8.2 Macam-Macam Stimulus Gambar 8.2 Stimulus Menuju Persepsi
  • 3. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 2 C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi Dalam melakukan tugasnya yaitu merangsang, stimulus memiliki beberapa sifat, antara lain : a) Modalitas (Jenis Rangsangan) Dalam hal ini lebih ditekankan kepada reseptor somatosensorik yang berlabel sesuai modalitas dan lokasi. Saat mencapai medulla spinalis, informasi dari neuron sensorik ini akan menghasilkan antara kedua hal berikut, yaitu :  Menjadi bagian lengkung refleks sehingga menghasilkan gerak refleks  Dibawa menuju otak tepatnya di korteks cerebral sebagai persepsi Intinya, jalur asenden yang menyalurkan stimulus sensasi somatik sadar ini menuju otak adalah jalur somatosensorik. Dalam jalur somatosensorik ini akan disusun oleh jalur berlabel (neuron orde 1 sampai neuron orde 3) di mana suatu reseptor sensorik khusus akan menyalurkan sinyal melalui jalur ini yang spesifik juga. Labeled line coding ini akan disusun oleh beberapa neuron yang berbeda-beda terutama struktur dan fungsinya. Berikut macam-macam neuronnya : b) Lokasi Lokasi rangsangan ini akan dibedakan dalam lokasi medan reseptif yang teraktivasi. Jalur tersebut kemudian teraktivasi sehingga dapat terjadi mekanisme penyampaian informasi menuju daerah korteks somatosensorik yang akan mempresentasikan lokasi tempat adanya rangsang. Lokasi yang merupakan tempat adanya stimulus akan diketahui oleh mekanisme receptive field, lateral inhibition, dan somatotopy. Gambar 8.3 Tipe Neuron Aferen
  • 4. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 3 C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi  Receptive Field Dalam hal ini, semakin luas suatu neuron aferen mempersarafi suatu bagian tubuh, maka hanya neuron tersebut yang akan menerima rangsang. Misalnya ada dua jari yang ditempelkan berdekatan ke suatu daerah kulit, dan ternyata hanya terasa seperti satu jari yang merasakan. Berikut diagram penggambarannya :  Inhibisi Lateral Dalam hal ini akan terjadi inhibisi stimulus rendah oleh stimulus tinggi. Misalnya adalah saat kita gatal itu ada stimulus menuju pusat integrasi, namun saat kita menggaruk akan terjadi penghilangan rasa gatal tadi, hal ini diakibatkan stimulus “garukan” menginhibisi stimulus “gatal”.  Somatotopy Neuron aferen ini akan membawa sinyal dari bagian kiri ke otak kanan dan sebaliknya, hingga melewati thalamus dan berakhir ke korteks sensorik tepatnya di gyrus postcentralis. Pada bagian gyrus postcentralis ini akan ada pemetaan somatotopik untuk masing-masing Gambar 8.4 Receptive Field Gambar 8.5 Inhibisi Lateral
  • 5. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 4 C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi efektor. Berikut gambar dari pemetaan somatotopik pada gyrus postcentralis :  Two Point Discrimination c) Intensitas dan Durasi Intensitas dan durasi dibedakan oleh frekuensi potensial aksi yang dimulai pada neuron aferen serta jumlah reseptornya yang teraktivasi. Intensitas dan durasi dari Gambar 8.6 Pemetaan Somatotopik pada Gyrus Postcentralis Gambar 8.7 Grafik Two Point Discrimination
  • 6. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 5 C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi stimulus ini akan diatur oleh dua mekanisme berikut, antara lain :  Frekuensi dan Durasi dari Potensial Aksi Intensitas dari stimulus tidak bisa dikalkulasikan dari potensial aksi sebuah neuron sensorik karena sifatnya “all or none”. Maka dari itu intensitas ini dapat dilihat dari dua hal yaitu jumlah reseptor teraktivasi dan frekuensi dari potensial aksi. Setiap reseptor memiliki treshold berbeda-beda sehingga hanya reseptor yang memiliki reseptor paling sensitif yang dapat merespon ke stimulus yang berintensitas rendah. Selain itu, untuk durasi stimulus dapat dilihat dari durasi potensial aksi pada neuron sensorik. Secara umum, semakin lama durasi stimulus maka semakin lama durasi potensial aksi pada neuron sensorik primer. Namun hal ini tetap dipengaruhi oleh jenis reseptor yang memiliki adaptasi berbeda-beda, di mana ada dua jenis reseptor antara lain reseptor tonik dan reseptor fasik. Intinya adalah semakin tinggi amplitudo dan durasi dari suatu potensial aksi, akan semakin tinggi neurotransmiter yang akan dikeluarkan. Berikut skemanya :  Adaptasi Reseptor Adaptasi reseptor dapat memengaruhi dari durasi suatu potensial aksi pada neuron sensorik primer. Berdasarkan adaptasinya, reseptor dapat dibedakan menjadi dua macam, antara lain: Gambar 8.8 Intensitas dan Durasi Potensial Aksi
  • 7. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 6 C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi - Reseptor Tonik  Beradaptasi lambat bahkan tidak sama sekali  Dapat mempertahankan informasi dari stimulus  Awalnya meningkat tajam saat teraktivasi pertama kali, kemudian lambat dan mempertahankan potensial reseptor, sampai akhirnya berhenti ketika stimulus tidak ada lagi  Contoh : Baroreseptor, reseptor iritas, beberapa reseptor taktil, dan reseptor proprioseptif - Reseptor Fasik  Beradaptasi dengan cepat  Namun tidak mempertahankan informasi dari stimulus  Setelah terstimulasi, reseptor fasik dengan cepat beradaptasi kemudian teraktivasi, namun akan cepat juga terinaktivasi dan siap distimulasi kembali  Contoh : reseptor taktil Kemudian, sekarang akan membahas beberapa macam reseptor yang diklasifikasikan berdasarkan jenis stimulusnya, antara lain : Tabel 8.1 Macam-Macam Reseptor Sensorik (1) No. Tipe Reseptor Stimulus 1. Kemoreseptor oksigen, pH, beberapa molekul organik seperti glukosa 2. Mekanoreseptor tekanan (baroreseptor), regangan (osmoreseptor), getaran, kecepatan, suara 3. Fotoreseptor cahaya 4. Termoreseptor derajat panas Berdasarkan strukturnya, reseptor dapat dibagi menjadi tiga jenis, antara lain : Tabel 8.2 Macam-Macam Reseptor Sensorik (2) No. Tipe Reseptor Penjelasan 1. Sederhana Neuron dengan saraf ujung bebas di mana tidak memiliki akson bermielin. 2. Kompleks Neuron dengan ujung saraf dilapisi jaringan ikat serta aksonnya bermielin. Gambar 8.9 Potensial Reseptor Tonik Gambar 8.10 Potensial Reseptor Fasik
  • 8. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 7 C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi 3. Perasa Spesial Neuron dengan ujung saraf yang memiliki reseptor terspesialisasi (hair cell), memiliki sinaps, dan akson bermielin. Contohnya pada reseptor olfaktori. Kemudian berikut beberapa macam reseptor yang bersifat somatosensorik, antara lain : Tabel 8.3 Macam-Macam Reseptor Somatosensorik No. Tipe Reseptor Fungsi 1. Reseptor rambut Menginderai pergerakan rambut 2. Merkel Deteksi rangsang sentuhan ringan yang menetap, deteksi tekstur seperti tulisan Braille 3. Pacini Deteksi getaran dan tekanan dalam di mana Pacini cepat bereaksi 4. Ujung Ruffini Deteksi tekanan dalam yang dipertahankan, regangan kulit, namun lambat dalam beradaptasi 5. Badan Meissner Deteksi pada sentuhan ringan untuk menggetarkan (menggelitik) Gambar 8.11 Macam-Macam Reseptor Sensorik
  • 9. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 8 C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi Kemudian ada beberapa reseptor lain seperti reseptor proprioseptif yang akan menerima stimulus mengenai kondisi keseimbangan tubuh. Selain itu, ada reseptor visera (reseptro organ dalam) yang secara umum adalah baroreseptor. Gambar 8.12 Reseptor Somatosensorik Gambar 8.13 Reseptor Viseral
  • 10. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 9 C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi Setelah mempelajari beberapa hal-hal mendasari mengenai divisi aferen, sekarang harus membahas transduksi pada neuron aferen. Transduksi merupakan proses mengkonversi suatu stimulu menjadi informasi di mana informasi tersebut di bawa dalam energi listrik (perubahan potensial membran) sehingga mengubah potensial reseptor. Dalam hal ini kita juga harus mengetahui mengenai potensial aksi. Potensial aksi ini akan dimulai di tempat inisiasinya yaitu axon initial segment atau bisa disebut axon hillock. Berikut mekanisme transduksi pada neuron aferen : Gambar 8.14 Transduksi pada Neuron Aferen Gambar 8.15 Dermatom
  • 11. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 10 C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi Pada gambar 8.15 telah terdapat gambaran dari dermatom yang mensarafi seluruh permukaan tubuh sehingga kita dapat merasakan dan merespon segala stimulus yang diberikan kepada tubuh. Setelah mengetahui mekanisme transduksi serta dermatom, sekarang harus membahas mengenai rasa sakit (pain). Rasa sakit atau pain ini merupakan mekanisme protektif yang diberikan secara sadar kepada jaringan rusak atau akan rusak. Ada beberapa hal unik yang berkaitan dengan pain, antara lain:  Diikuti dengan respon motivasi (self-defense)  Dapat terjadi akibat pengalaman sebelumnya (misalnya rasa takut)  Tidak beradaptasi  Dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu fast pain dan slow pain berikut bedanya : Perbedaan Fast Pain Slow Pain Reseptor Berperan Nosiseptor mekanik dan termal Nosiseptor polimodal Neuron Berperan Aδ C Hal yang dirasakan Sensasi tajam, tertusuk Sakit dan terbakar Lokalisasi Mudah Buruk Kejadian Pertama kali Terjadi secara sekunder, butuh waktu lebih lama, dan lebih tidak nyaman Kemudian setelah mengetahui definisi dan jenis dari rasa sakit, selanjutnya adalah mekanisme dari modulasi rasa sakit yang dapat dilihat paga gambar 8.16 : (a) Dalam ketidakadaan input dari neuron tipe C, akan terjadi inhibisi dari interneuron secara tonis untuk menekan jalur sakit sehingga tidak ada sinyal yang sampai ke otak (b) Ketika diberikan stimulus strong pain, neuron tipe C tidak terinhibisi sehingga terjadi transduksi sinyal rasa sakit kuat ke otak (c) Rasa sakit ini dapat dimodulasi dari input somatosensorik yang simultan di mana pada gambar dapat dilihat karena ada stimulus yang dibawa oleh neuron tipe Aβ mengakibatkan adanya inhibisi stimulus yang dibawa oleh neuron tipe C sehingga rasa sakit yang dipresepsikan otak berkurang Gambar 8.16 Modulasi Rasa Sakit
  • 12. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 11 C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi Selain itu, ada juga mekanisme di mana rasa sakit yang terjadi pada organ internal dapat dirasakan oleh permukaan tubuh, hal ini disebut dengan referred pain. Dalam suatu teori dikatakan bahwa nosiseptor dari beberapa lokasi berkonvergensi menjadi sebuah traktus asenden dalam medulla spinalis. Kemudian, sinyal rasa sakit dari kulit maupun organ dalam berasosiasi dan mengaktivasi jalur sakit pada kulit. 2. Divisi Eferen a) Perbedaan Divisi Somatik dan Divisi Autonom b) Refleks Pada Divisi Eferen Dalam divisi eferen ini akan terjadi mekanisme gerak refleks. Di mana pada refleks skeletal ada dua jenis yaitu refleks monosinaps dan polisinaps. Sementara pada sistem saraf otonom ada refleks otonom yang bersifat polisinaps di mana ada satu sinaps pada sistem saraf pusat dan sinaps lain di ganglia otonom. Gambar 8.17 Pembagian Divisi Eferen Gambar 8.18 Perbedaan Divisi Somatik dan Divisi Autonom
  • 13. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 12 C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi c) Persamaan dan Perbedaan Sinaps dan Neuromuscular Junction d) Mekanisme Pada Taut Neuromuskular Dalam hal ini terjadi pemrosesan pemberian impuls ke otot rangka. Di mana ada peranan neurotransmiter berupa asetilkolin serta reseptor di membran otot yang disebut reseptor nikotinik. Berikut skemanya : Gambar 8.19 Persamaan dan Perbedaan Sinaps dan Neuromoscular Junction Gambar 8.20 Mekanisme pada Neuromuscular Junction
  • 14. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 13 C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi Setelah terjadi potensial aksi pada berkas otot, terjadi mobilisasi kalsium dari retikulum sarkoplasma menuju filamen tipis. Hal ini mengakibatkan terjadinya pelekatan filamen tebal ke filamen tipis. Hasilnya adalah kontraksi otot. e) Sistem Saraf Otonom Sistem saraf otonom merupakan divisi eferen yang mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Saraf otonom ini terdiri atas dua kompnen, antara lain serat preganglion dan serat pasca ganglion. Secara fungsi maupun penyusun sarafnya, divisi otonom dibagi menjadi dua yaitu simpatis (fight or flight) dan parasimpatis (rest). Berikut gambarnya : Gambar 8.21 Jalur Pensinyalan Divisi Eferen Gambar 8.22 Perbedaan Struktur Saraf Simpatis dan Parasimpatis
  • 15. AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 14 C8 Fisiologi Sistem Saraf Tepi Kemudian pada ujung serat pasca ganglion terdapat varikosit yang akan melepaskan neurotransmiter ke sel target. Berikut kejadian yang dapat terjadi di varikosit : Saraf simpatis dan parasimpatis bekerja secara antagonis. Berikut beberapa macam perbedaan kinerja dari saraf simpatis dan saraf parasimpatis : Gambar 8.23 Mekanisme Pelepasan Neurotransmiter di Varikosit Gambar 8.24 Perbedaan Fungsi Sistem Saraf Simpatis dan Parasimpatis