oleh neneng
Nurwaningsih
(06081281520066)
Nurwaningsih30@gmail.com
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2017
semoga bermanfaat
oleh neneng
Nurwaningsih
(06081281520066)
Nurwaningsih30@gmail.com
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2017
semoga bermanfaat
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
5. Pada gambar di atas
1.Titik puncak A (a,0), A’(-a,0)
2. Sumbu simetri yang melalui kedua titik api
F’ dan F dinamakan sumbu utama / sumbu
transversal / sumbu nyata
3. Sumbu simetri yang melalui titik tengah F’ dan F dan tegak lurus FF’ dinamakan
sumbu sekawan / sumbu konjugasi / sumbu imajiner
4. Fokus F (c,0) dan F’ (-c,0)
5. PF’ - PF’ = P’F’ – P’F = …. = 2a
8. . .
F(α + c, β)AA’
P(x,y)
2. Hiperbola Pusat di (α,β)
P’(x,y)
X
Y
(α,β)
F(α - c, β)
1
)()(
2
2
2
2
b
y
a
x
9. Direktrix dan Eksentrisitet
Hiperbola :
Tempat kedudukan titik-titik yang perbandingan jarak kesuatu titik dan suatu garis
tertentu tetap harganya, dimana harga tetap itu besar dari 1.
Titik tertentu itu disebut fokus ,
Garis tertentu itu disebut direktrix,
Harga tetap itu disebut eksentrisitet ( e = c /a )
11. Eksentrisitet dan direktrix
Ambil PF : PL = e
Jika P di A
c – a = e ( a – k )
c – a = ea – ek …………(1)
2c = 2ea
e = c / a ……………..(3)
(3) Ke (2)
C + a = c/a ( a+ k )
a² = ck
k = a² / c
Jika P di A1
c + a = e ( a + k )
c + a = e ( a + k ) ……….(2)
Dari (1) dan (2)
c – a = ea – ek
c + a = ea + ek
13. Parabola
• Parabola ialah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap
sebuah titik fokus dan sebuah garis lurus yang disebut direkstris
• Persamaan parabola menjadi sederhana bila dipilih asal 0 di M dan FT =
sumbu y.
• Dengan hukum pythagoras :
x2 + (y – x)2 = (y + x)2
x2 – 2yp = 2yp
x2 = 4py
y = ¼ px2 = ax2
14. Bentuk Umum Persamaan Parabola yang
Berpuncak diTitik Pusat (0,0)
1. y2 = 4px parabola terbuka ke kanan
2. y2 = -4px parabola terbuka ke kiri
3. x2 = 4py parabola terbuka ke atas
4. x2 = -4py parabola terbuka ke bawah
Keterangan :
p > 0
p = jarak fokus ke titik puncak parabola
15. RUMUS y2=4px y2=-4px x2=4py x2=-4py
Koordinat fokus (p,0) (-p,0) (0,p) (0,-p)
Garis arah x = -p x = p y = -p y = p
Sumbu simetri y = 0 y = 0 x = 0 x = 0
Titik Latus Rectum (p,2p)
(p,-2p)
(-p,2p)
(-p,-2p)
(2p,p)
(-2p,p)
(2p,-p)
(-2p,-p)
Panjang Latus Rectum 4p 4p 4p 4p
18. PARABOLA x2 = 4py
x
y
direktriks
y = -p
0
F(0,p)
(2p,p)(-2p,p)
19. PARABOLA x2 = -4py
x
direktriks
y = p
0
F(0,-p)
(2p,-p)(-2p,-p)
y
20. Persamaan Garis Singgung dan Normal Parabola di
SuatuTitik
Kedudukan garis dan parabola ditentukan oleh nilai
diskriminan D
D > 0 garis memotong parabola di 2 titik berbeda
D = 0 garis menyinggung parabola
D < 0 garis tidak memotong dan menyinggung
21. Persamaan Garis Singgung dan Normal Parabola diTitik
(x1,y1)
Parabola Persamaan Garis
Singgung
Persamaan Garis
Normal
y2 = 4px
y2 = -4px
x2 = 4py
x2 = -4py
yy1 = 2p(x+x1)
yy1 = -2p(x+x1)
xx1 = 2p(y+y1)
xx1 = -2p(y+y1)
Ditentukan dari
persamaan garis
singgung
y – y1 = m(x-x1)
(m = kebalikan negatif m
pada persamaan garis
singgung)
22. Elips
•Elips adalah tempat kedudukan titik-titik yang jumlah
jaraknya terhadap dua titik tertentu mempunyai nilai
yang tetap.
23. Bentuk Umum Persamaan Elips yang Berpusat di
Titik (0,0)
22222
222222
2
2
2
2
222222
2
2
2
2
c+b=adanb>a
ba=yb+xa
vertikal)elips1=
a
y
+
b
x
2.
ba=ya+xb
atau
)horisontalelips1=
b
y
+
a
x
1.
berlaku
(
(
24. RUMUS ELIPS HORISONTAL ELIPS VERTIKAL
Titik puncak
Titik sb pendek
Fokus
Panjang sb pjg
Panjang sb pdk
e
Direktriks
Panjang LR
Titik LR
(-a,0) dan (a,0)
(0,-b) dan (0,b)
(-c,0) dan (c,0)
2a
2b
c/a
x=-a/e dan x=a/e
2b2/a
LR1 : (-c,-b2/a) dan (-c,b2/a)
LR2 : (c,-b2/a) dan (c,b2/a)
(0,-a) dan (0,a)
(-b,0) dan (b,0)
(0,-c) dan (0,c)
2a
2b
c/a
y=-a/e dan y=a/e
2b2/a
LR1 : (b2/a,-c) dan (-b2/a,-c)
LR2 : (b2/a,c) dan (-b2/a,c)
27. Persamaan Garis Singgung dan Normal Elips diTitik (x1,y1)
Elips Persamaan Garis
Singgung
Persamaan
Garis Normal
Sama dengan
perhitungan PGN
pada parabola
1=
a
yy
+
b
xx
1=
a
y
+
b
x
1=
b
yy
+
a
xx
1=
b
y
+
a
x
2
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2