Sosiologi dan antropologi pendidikan
Fike Apriliyanti (13)
Juvania Dea Saputri (22)
Imam Muslih (20)
Peran Tri Pusat Pendidikan
Pengertian dan Fungsi Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan ialah latar tempat berlangsungnya pendidikan khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat
fungsi lingkungan pendidikan ialah membantu peserta didik dalam interaksi dalam berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagi sumber daya pendidikan yang terjadinya akar dapat mencapai tujuan pendidik yang optimal.
Devinisi Tri Pusat Pendidikan
Tripusat pendidikan adalah setiap pribadi manusia akan selalu berada dan mengalami perkembangan dalam tiga lembaga pendidikan, yaitu : keluarga, sekolah, dan masyarakat
Jenis-Jenis Tri Pusat Pendidikan
Peran Pendidikan daam Keluarga (Pendidikan Informal)
Peran Pendidikan dalam Sekolah (Pendidikan Formal)
Peran Pendidikan dalam Masyarakat (Pendidikan Nonformal)
Hubungan Timbal Balik antara Keluarga, Masyarakat, dan Sekolah
1. Hubungan keluarga dengan sekolah
2. Pengaruh sekolah terhadap masyarakat
3. Pengaruh masyarakat terhadap sekolah
TerimakasihâŠ.!!
Pendidikan Islam adalah salah satu aspek dari ajaran Islam. Karenanya tujuan pendidikan Islam menjadi tujuan hidup manusia yang diharapkan dalam Islam, yaitu menciptakan pribadi sebagai hamba Allah yang bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai kebahagian hidup di dunia maupun di akhirat.
Sosiologi dan antropologi pendidikan
Fike Apriliyanti (13)
Juvania Dea Saputri (22)
Imam Muslih (20)
Peran Tri Pusat Pendidikan
Pengertian dan Fungsi Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan ialah latar tempat berlangsungnya pendidikan khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat
fungsi lingkungan pendidikan ialah membantu peserta didik dalam interaksi dalam berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagi sumber daya pendidikan yang terjadinya akar dapat mencapai tujuan pendidik yang optimal.
Devinisi Tri Pusat Pendidikan
Tripusat pendidikan adalah setiap pribadi manusia akan selalu berada dan mengalami perkembangan dalam tiga lembaga pendidikan, yaitu : keluarga, sekolah, dan masyarakat
Jenis-Jenis Tri Pusat Pendidikan
Peran Pendidikan daam Keluarga (Pendidikan Informal)
Peran Pendidikan dalam Sekolah (Pendidikan Formal)
Peran Pendidikan dalam Masyarakat (Pendidikan Nonformal)
Hubungan Timbal Balik antara Keluarga, Masyarakat, dan Sekolah
1. Hubungan keluarga dengan sekolah
2. Pengaruh sekolah terhadap masyarakat
3. Pengaruh masyarakat terhadap sekolah
TerimakasihâŠ.!!
Pendidikan Islam adalah salah satu aspek dari ajaran Islam. Karenanya tujuan pendidikan Islam menjadi tujuan hidup manusia yang diharapkan dalam Islam, yaitu menciptakan pribadi sebagai hamba Allah yang bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai kebahagian hidup di dunia maupun di akhirat.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. IMPLEMENTASI SILA PERTAMA
DIBIDANG RELIGI
DI
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 5 :
Della Yasinta Wira Putri Ana (140643053)
Komang Sri Meiningsih (1406043065)
Sherly ( 1406043066 )
Imanuel Efa Yabes Hulu ( 1406043068 )
Made Desi Sukmayanti (1406043073)
Ni Luh Nyoman Ayu Mas Trisna Sari (1406043080)
I Gusti Bagus Aditya Wira P. (1406043081)
2. IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 2
KATA PENGANTAR
puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun tugas lapangan tentang
IMPLEMENTASI SILA PERTAMA(KETUHANAN YANG MAHA ESA) DI BIDANG
RELIGI . Sesuai dengan hasil yang diperoleh dari pemikiran dan pengolahan sumber informasi
yang kami dapat. baik dari internet maupun dari sumber refrensi buku-buku dan wawancara dari
narasumber. Yang akhirnya di tulis dengan bentuk sebuah makalah ini. Maka, dengan adanya
makalah usaha ini. Harapan Kami mahasiswa ataupun siapa saja yang membaca dapat berfikir
kritis untuk ke depannya, serta memahami IMPLEMENTASI SILA PERTAMA(KETUHANAN
YANG MAHA ESA) DI BIDANG RELIGI,saat itu. Atas tersusunnya makalah ini, tidak lepas
pula dari jasa berbagai pihak yang terkait baik dalam proses penyusunan makalah ini,
Mudah â mudahan semua amal baik ini mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha
Esa. Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan.
Kami selaku penulis mohon maaf yang sebesar â besarnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayan atau pun
siapa saja yang membaca nya.
3. IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia
yang majemuk. Seluruh warga negara kesatuan Republik Indonesia sudah seharusnya
mempelajari, mendalami dan mengembangkannya serta mengamalkan Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Tingkatan-tingkatan pelajaran mengenai Pancasila yang dapat dihubungkan dengan tingkat-
tingkat pengetahuan ilmiah. Dengan pancasila terutama pertama yakni sila ketuhanan Yang
Maha Esa , bangsa indonesia dengan ini menyetakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenannya manusia indonesia percaya dan taqwa tehadaap
Tuhan Yang Maha Esa, Didalam kehidupan masyarakat indonesia di kembangkan sikap hormat
menghormati dan bekerja sama antara pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga dapat selalu di bina kerukunan hidup di antara sesama
umat beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sadar bahwa agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan
pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa yang di percayai dan di yakininnya.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Penerapan Nilai pancasila yang pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) Di bidang
Religi.
3. TUJUAN
1. Mengetahui itu pancasila
2. Mengerti dan memahami Bagaimana penerapan sila pertama di setiap agama.
4. IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 4
BAB II
PEMBAHASAN
Seluruh warga negara kesatuan Republik Indonesia sudah seharusnya mempelajari,
mendalami dan mengembangkannya serta
mengamalkan Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Tingkatan-
tingkatan pelajaran mengenai Pancasila yang
dapat dihubungkan dengan tingkat-tingkat
pengetahuan ilmiah. Tujuan pendidikan Pancasila
adalah membentuk watak bangsa yang kukuh, juga untuk memupuk sikap dan perilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara mempunyai
arti menjadikan Pancasila sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan.
Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum. Hal ini
menempatkan Pancasila sebagai dasar negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila
dalam semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, sudah seharusnya
semua peraturan perundang-undangan di negara Republik Indonesia bersumber pada Pancasila.
Pancasila memiliki bentuk kesatuan yang utuh, pancasila merupakan kesatuan yang mutlak dan
pancasila merupakan unsur mutlak yanag membentuk kesatuan.
Dalam identifikasi sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)di tempatkan pada urutan
yang paling atas karena bangsa indonesia meyakini segala sesuatu itu berasal dari Tuhan dan
akan kembali kepada-Nya. Agama merupakan sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan
atau dewa atau yang lain dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian
dengan kepercayaan tersebut. Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya
makhluk lain di ciptakan oleh penciptannya . pencipta itu adalah Tuhan dalam bahasa filsafat di
sebut dengan causa prima yang mempunyai hubungan yang di ciptakannya. Manusia sebagai
makhluk yang di ciptakan-Nya wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi
larangannya.Dalam konteks bernegara maka dalam masyarakat yang berdasarkan pancasila,
dengan sendirinnya menjamin kebebasan memeluk agama masing-masing . Dengan payung
Ketuhanan Yang Maha Esa itu maka bangsa indonesia mempunyai satu asas yang di pegang
teguh yaitu kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama masing-masing .
Sehubungan dengan agama itu perintah dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus di
laksanakan oleh manusia sebagai makhluk yang di ciptakan oleh Tuhan , maka untuk menjamin
kebebasan tersebut di dalam pancasila seperti yang kita alami sekarang ini tidak ada paksaan
beragama atau memeuluk agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu
dalam masyarakat pancasila dengan sendirinnya agama di jamin berkembang dan tumbuh subur
dan konsekuensi di wajibkan adannya toleransi beragama.
5. IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 5
Jika di teliti secara , memang pemahaman kekuatan yang ada di luar diri manusia dan di
luar alam yang ada ini atau adannya sesuatu yang bersifat adikodrati(diatas atau di luar yang
kodrat)dan yang transenden (yang mengatasi segala sesuatu ) sudah di pahami oleh bangsa
indonesia sejak dahulu. Sejak jaman nenek moyang sudah di kenal paham animisme, dinamisme
sampai paham politheisme . kekuatan itu terus saja berkembang di sunia sampai masuknnya
agama-agama hindu,budha,islam,nasrani, ke indonesia , sehingga kesadaran akan monotheisme
di masyarakat indonesia semakin kuat. Oleh karena itu tepatlah jika rumusan sila pertama
pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
1. Arti dan Makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa
ïŒ Pengakuan adannya causa prima (sebab pertama)yaitu Tuhan Yang Maha Esa
ïŒ Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agamanya masing-masing
ïŒ Tidak memaksa warga negara untuk beragama tetapi di wajibkan untuk memeluk agama
sesuai dengan hukum yang berlaku
ïŒ Atheisme di larang hidup dan berkembang di indonesia
ïŒ Menjamin berkembang dan tumbuh suburnnya kehidupan beragama, toleransi antara
umat dan dalam beragama
ïŒ Negara memberi fasilitataor bagi tumbuh kembangnnya agama dan iman warga negara
dan menjadi mediator ketika terjadi konflik antar agama
Dengan sila ketuhanan Yang Maha Esa , bangsa indonesia dengan ini menyetakan
kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenannya manusia
indonesia percaya dan taqwa tehadaap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kepercayaannnya
masing- masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Didalam kehidupan
masyarakat indonesia di kembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara
pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga dapat
selalu di bina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan berkepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Sadar bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa yang di
percayai dan di yakininnya, maka di kembangkanlah sikap saling menghormati kebebasan dalam
menjalankan ibadah sesuai agama dan tidak memaksakan suatu agama itu kepada orang lain.
Dengan rumusan sila Ketuhanan Yang Maha Esa seperti tersebut di atas tidak berarti bahwa
negara memaksa agama atas suatu kepercayaan terhadap Tuhan Yang MaHA Esa, sebab agama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu berdasarkan keyakinan, sehingga tidak
dapat di peksakan dan memang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu
sendiri tidak memaksa setiap manusia untuk memeluk dan menganutnya. Pancasila dan UUD
1945 menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Kebebasan agama adalah merupakan salah
satu hak yang paling asasi di antara hak-hak asaai manusia, karena kebebasan agama itu
6. IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 6
langsung bersumber kepada martaba manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak kebebasan
beragama bukan pemberian negara atau bukan pemberian golongan.
IMPLEMENTASI KETUHANAN YANG MAHA ESA BAGI AGAMA HINDU
Bagi agama Hindu penerapan Ketuhanan Yang Maha Esa, Penerapannya dengan cara
Sembahyang yang ritualnya disana menghormati kepada Yang Maha Esa(Umum) dan
terkhususnya bagi Agama Hindu âSang Hyang Widhi Wasaâ.Dimana umat Hindu percaya dan
yakin akan adanya Tuhan, dan bertakwa kepada Beliau(Sang Hyang Widhi Wasa). Bagi Umat
hindu tempat sembahyang di laksanakan Di pura.
Pura adalah tempat suci untuk memuja Hyang widhi wasa dalam segala
Prabawa(manifestasi-Nya) dan Atman Sidha Dewata (Roh Suci Leluhur). Disamping di
pergunakan istilah Pura untuk menyebut tempat suci dan pemujaan, dipergunakan juga istilah
Kahyangan atau Parhyangan.
Fungsi Pura adalah Tempat suci umat Hindu yang berfungsi sebagai tempat pemujaan
Hyang Widhi Wasa dalam segala Prabawa-Nya dan atau Atma Sidha Dewata dengan sarana
upacara Yadnya sebagai perwujudan dari Tri Marga.
Pengelompokan Pura di Bali :
A. berdasarkan fungsinya digolonhkan menjadi dua kelompok :
1. Pura jagat yaitu pura yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja Hyang Widhi
Wasa dalam segala Prabawa-NYA (manifestasi-Nya)
2. Pura kawitan yaitu pura yang berfungsi sebagai tempat suci pemuja Atma Sidha
Dewata (Roh Suci Leluhur)
B. Berdasarkan karakterisasi digolongkan menjadi empat kelompok :
1. Pura Kahyangan jagat yaitu pura tempat pemujaan Hyang Widhi Wasa dalam segala
Prabawa-Nya seperti Pura Sad Kahyangan dan Pura Jagat lainnya.
2. Pura Kahyangan Desa yaitu pura yang disungsung oleh Desa Adat.
3. Pura swagina (pura Fungsional) yaiyu pura yang penyiwinya terikat oleh ikatan
swaginanya(kekayaannya) yang mempunyai profesi sama dalam system mata
pencaharian Hidup seperti Pura Subak,pura melanting dan yang sejenisnya.
4. Pura Kawitan yaitu pura yang penyiwinya ditentukan oleh ikatan âwitâ atau leluhur
berdasarkan garis kelahiran (genealogies), seperti sanggah/merajan,
pretiwi,ibu,panti,dadia,batur,dadia,dalem Dadia, Dadia,Pedharman dan yang
sejenisnya.
Panca Sradha
Dalam Agama Hindu lima pilar sebagai dasar keyakinan disebut Panca Sradha,
Panca artinya lima dan Sradha artinya Keyakinan terdiri dari :
1. Brahman artinya Umat Hindu percaya dan yakin akan adanya Tuhan Yang Maha Esa.
2. Atman artinya Umat hindu percaya dan yakin bahwa ada percikan-percikan keTuhanan
yang bersemayam dalam diri setiap mahluk hidup yang disebut Atman.
3. Karma Phala artinya Umat Hindu yakin dan percaya bahwa setiap perbuatan sekecil
apapun pasti ada akibatnya.
4. Punarbhawa artinya Umat Hindu percaya dan yakin bahwa setiap manusia akan
mengalami kelahiran kembali (reinkarnasi) untuk menyempurnakan karmanya.
7. IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 7
Moksa artinya Umat Hindu percaya dan yakin akan adanya tujuan tertinggi kehidupan adalah
dalam rangka bersatunya Atman dengan Brahman.
1. Ajaran Tentang KeTuhanan
Tuhan Yang Maha Esa Menurut Hindu Dharma
Menurut Hindu Dharma, Tuhan hanya satu. Umat
Hindu di Indonesia memberi Dia gelar Sang Hyang
Widhi Wasa âWidhiâ berarti takdir dan âWasaâ
artinya Yang Maha Kuasa. âWidhi Wasaâ berarti
Yang Maha Kuasa, yang mentakdirkan segala yang
ada.1[6]
Dia juga disebut Bhatara Ciwa Pelindung Yang
Tertinggi. Banyak gelar lagi yang dipersembahkan oleh umat Hindu kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Sebagai Sang Hyang Parameswara raja Termulia, Parama Wicesa, Maha Kuasa, jagat
Karana pencita Alam dan lain-lainnya.
Sebagai pencipta Ia bergelar Brahma (Utpatti), dalam aksara Ia disimbolkan dengan huruf âAâ.
Sebagai pemelihara dan pelindung (Sthiti) ia disebut Wisnu dalam aksara disimbolkan huruf âUâ.
Sebagai Tuhan yang mengembalikan segala isi alam kepada suber asalnya (Pralina) Ia bergelar
Ciwa; sering juga disebut sebagai Icwara, sibolnya dalam aksara adalah huruf âMâ.
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pustaka suci Weda: âEKAM EVA ADWITYAM
BRAHMANâ , artinya: âhanya satu (Ekam Eva) tidak ada duanya Adwityam Hyang Widhi itu
itu âEKO NARAYANAD NA DWITYOâSTI KACITâ artinya: âhanya satu Tuhan sama sekali
tidak ada duanyaâ.
Gelar Tuhan disebut dengan berbagai nama disebabkan sifat-sifat Sang Hyang Widhi Yang
Maha Mulia, Maha Kuasa, Maha Pengasih dan tiada terbatas. Sedangkan kekuatan manusia
untuk menggambarkan Sang Hyang Widhi sangat terbatas. Rsi-rsi agama Hindu hanya mampu
memberi sebutan dengan berbagai nama serta berbagai fungsinya. Yang paling utama ialah TRI
SAKTI, yakni:
1. BRAHMA adalah sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai pencipta, dalam
bahasa sansekerta disebut âUTPATTIâ.
2. WISNU adalah sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai pelindung,
pemelihara dengan segala kasih-sayangnya. Pelindung dalam bahasa sansekerta disebut
âSTHITIâ.
3. SIWA adalah sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinya melebur (pralina) dunia serta
isinya dan mengembalikan dalam penyadaran ke asal.
TRI SAKTI ini mencipta, memelihara dan melebur semesta alam. Mereka menguasai ketiga
hukum: lahir, hidup, dan mati serta seluruh makhluk, termasuk manusia. untuk dapat meresapkan
kemahakuasaan Hyang Widhi ini, agama Hindu memberikan simbol pada kekuatannya dalam
ucapan aksara suci âOMâ.2[7] Perkataan âOMâ adalah aksara suci untuk mewujudkan Sang
Hyang Widhi dengan ketiga prabawanya, yaitu:
Aksara âAâ untuk menyimbolkan BRAHMA , Hyang Widhi dalam prabhawanya Maha Pencipta.
Aksara âUâ untuk menyimbolkan WISNU, Hyang Widhi prabhawanya Maha Melindungi.
Aksara âMâ untuk menyimbolkan SIWA, Hyang Widhi dalam prabhawanya Maha Pelebur.
Suara âAâ, âUâ dan âMâ ditunggalkan menjadi AUM atau OM.
8. IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 8
Dalam Agama Hindu, Sang Hyang Widhi tidak sama dengan Dewa atau Bhatara. Dewa adalah
perwujudan sinar suci dari Sang Hyang Widhi yang memberi kekuatan suci guna kesempurnaan
hidup makhluk. Dewa itu bukan Sang Hyang Widhi Wasa, Ia hanyalah sinarnya.
Kata âDewaâ berasal dari bahasa sansekerta âDIVâ, artinya Sinar (kata ini menjadi Day dan
Divine dalam bahasa inggris). Tegasnya, Dewa berarti bersinar, sedangkan kata Bhatara adalah
prabhawa (manifestasi) kekuatan dari Sang Hyang Widhi untuk memberi perlindungan terhadap
ciptaannya.
Kata âBhataraâ berasal dari bahasa sansekerta âBHATRâ yang berarti pelindung, antara Dewa
dan Bhatara sering pemakaiannya diartikan sama saja. Umpamanya Dewa Wisnu disebut juga
Bhatara Wisnu karena beliau melindungi makhluk semesta.3[8]
Tripramana
Agama Hindu mengajarkan teori âTRIPRAMANAâ yakni: tiga cara untuk mengetahui benar-
benar adanya Tuhan Yang Maha Esa,4[9] yaitu dengan cara:
1. PRATYAKSA PRAMANA ialah dengan cara melihat langsung, mengenal Tuhan Yang
Maha Esa hanya orang-orang sangat suci yang mungkin mengetahui Sang Hyang Widhi
dengan cara melihat langsung, yaitu dengan cara Pratyaksa pramana.
2. ANUMANA PRAMANA ialah dengan cara analisa yang mudah-mudah saja. Umat
Hindu percaya bahwa terdapatnya seluruh alam semesta tentu ada yang menciptakan,
yanki Sang Hyang Widhi. Apabila manusia mati tentu ada tempatnya bagi atman yang
lepas dari badan. Inipun tentu adalah Sang Hyang Widhi.
3. AGAMA PRAMANA ialah denga cara mempercayai isi pustaka suci Agama Hindu.
Umpamanya kitab suci Upanisad menyatakan bahwa Sang Hyang Widhi adalah âtelinga
dari semua telinga; pikiran dari semua pikiran; ucapan dari segala ucapan; nafas dari
segala nafas; mata dari segala mataâ, dan lain sebagainya.
Adanya Sang Hyang Widhi
Maka dari itu, Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa merupakan maha Sempurna dan tidak
terbatas, karena itu manusia tidak dapat melihatnya. Walaupun manusia tidak dapat melihat
Sang Hyang Widhi bukanlah Sang Hyang Widhi tidak ada. Sebagai halnya bintang-bintang di
langit, tidak kelihatan pada siang hari tidak berarti bahwa bintang-bintang itu tidak ada atau ada
hanya pada waktu malam saja. Justru karena mata manusia tidak mampu menembus sinar
matahari, maka dari itulah sebabnya tidak dapat melihat bintang-bintang di langit. Akan tetapi
bintang-bintang itu tetap ada. Demikian pula lantaran manusia tidak dapat menembus kegelapan
jiwanya. Maka tidak dapat pula melihat Sang Hyang Widhi, akan tetapi Sang Hyang Widhi pada
hakikatnya tetap ada. Umat beragama yang benar-benar melaksanakan kehidupan suci sesuai
dengan petunjuk dan ajaran pustaka suci, niscaya akan melihat Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang
Maha Esa dengan terang. Tuhan Yang Maha Esa akan tampil dalam hati-sanubari para umat
beragama dan jiwa yang suci lagi murni.
Tidak Berbentuk
Dalam pustaka suci Weda, disebutkan bahwa Sang Hyang Widhi tidak berbentuk, tidak
bertangan maupun berkaki, tidak berpancaindra, tetapi beliau dapat mengetahui segala sesuatu
yang ada pada makhluk. Lagi pada Hyang Widhi tidak pernah lahir dan tidak pernah tua, tidak
pernah berkurang juga bertambah. Tegasnya Sang Hyang Widhi tidak berbentuk tetapi karena
kemuliaannya dapat mengambil wujud sesuai dengan keadaan untuk menegakan Dharma.
Perwujudan ini dinamakan AWATARA.
Awatara
9. IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 9
Istilah Awatara adalah perwujudan Sang Hyang Widhi ke dunia dengan mengambil suatu
bentuk yang dengan perbuatan atau ajaran-ajaran sucinya, beri tuntutan untuk membebaskan
manusia dari penderitaan dan angkara murka disebabkan kegelapan awidya.5[10]
Pustaka suci Bhagavadgita, Bab IV sloka 7 berbunyi:
âManakala Dharma (kebenaran) mulai hilang
Dan Adharma (kejahatan) mulai merajalela,
Saat itu, wahai keturunan Brata (arjuna),
Aku sendiri turun menjelma.
Ternyata apabila dunia dalam penderitaan dan dikuasai Adharma, maka Sang Hyang Widhi turun
ke dunia untuk menegakan Dharma. Dalam hal ini, Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa
dalam maifestasinya sebagai Wisnu, telah menjelma ke dunia ini sebagai Awatara sebanyak
Sembilan kali untuk menjelmakan dan menegakan Dharma. Dalam kitab suci Purana, ada
disebutkan DHASA AWATARA (Sepuluh Awatara)6[11] sebagai berikut:
1. MATYSA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi berbentuk ikan besar, telah
menyelamatkan manusia dari banjir yang maha besar.
2. KURMA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi sebagai kura-kura raksasa telah
menupu dunia ini agar terhindar dari bahaya terbenam.
3. WARAHA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi sebagai seekor badak agung yang
telah menyelamatkan dunia dan mengait dunia dari bahaya terbenam NARASIMBA
AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi dalam bentuk manusia berkepala samba
(singa) telah menyelamatkan dunia dengan mebasmi kekejaman Raja Hirnyakasipu yang
terkenal dengan lalim dan selalu menindas Dharma.
4. WAMANA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke dunia sebagai orang
kerdil yang berpengengetahuan tinggi dan mulia, telah menyelamatkan dunia dengan
mengalahkan Maharaja Bali yang selalu menginjak-injak Dharma dan kedaulatan negara.
5. PARASHURAMA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke dunia bentuk
Ramaparashu, yakni Rama yang bersenjata kapak telah menyelamatkan dunia dengan
membasmi segenap kesatrya yang menyeleweng dari ajaran Dharma.
6. RAMA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke dunia sebagi Sri Rama, putra
raja Dasharatha, telah menyelamatkan duina dengan membasmi Sang Rawana, raja
kelaliman dan keangkaramurkaan di negeri Alengka.
7. KRESNA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke dunia sebagai Sri Kresna ,
raja Dwarawati yang terkenal, telah membasmi raja Kangsa dan jarasada tokoh
kelaliman.
8. BUDDHA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke dunia sebagai Buddha
Gautama, putra raja Sudhodana yang lahir di kapilavastu, telah menyebarkan Dharma
dan memberikan tuntunan kepada manusia untuk mencapai Nirwana.
10. KALKI AWATARA: penjelmaan terakhir Sang Hyang Widhi akan membasmi segala penghianat
dan penyeleweng agama. KALKI akan turun ke dunia pada zaman Kali Yuda, yakni zaman
memuncaknya pertentangan. Menurut keyakinan umat Hindu, Awatara Kalki itu sekarang amsih
belum lahir, namun pasti akan lahir untuk melenyapkan pertentangan-pertentangan keyakinan
itu.
RsiâAcarya/Sulinggih
Disamping Awatara, dalam agama Hindu terdapat pula istilah âRsiâ dan âAcaryaâ. Rsi adalah
orang suci yang atas usahanya melakukan tapa yoga, semadi, memiliki kesucian dan dapat
menghubungkan dirinya kepada Sang Hyang Widhi dan sudah mencapai moksa, sehingga dapat
10. IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 10
melihat hal-hal yang lampau (atita), yang sekarang (wartamana) dan yang akan datang
(anagata).7[12]
Para rsi berkewajiban memelihara, menuntun umat manusia dengan ajaran-ajaran Weda.
Awatara berbeda dengan Rsi, sebab yang satu turun dari atas sedangka yang lainnya dari bawah
naik ke atas. Acarya berbeda pula dengan Rsi, sebab Rsi sudah melepaskan dir dari ikatan
keduniawian, sedangkan Acarya masih belum dapat melepaskan diri dari ikatan keduniawian, ia
harus melakukan upacara keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
2. SEMBAHYANG
Sembah yang adalah salah satu hakekat
inti dari ajaran Hindu Dharma. Setiap orang
yang mengaku beragama, ia pasti melakukan
sembahyang karena sembahyang menurut
ajaran agama bersifat wajib atau harus.
Sembahyang intinya adalah iman atau percaya
sehingga semua tingkah laku atau perbuatan,
pikiran dan ucapan sebagai perwujudan dalam
bentuk âbhaktiâ hakekatnya bersumber pada
unsur iman (sraddha) yang salah satunya
dengan cara sembahyang.
Sembahyang terdiri atas dua kata, yaitu;
ï· Sembah yang berarti
o Sujud atau sungkem, yang dilakukan dengan cara-cara tertentu dengan tujuan
untuk menyampaikan penghormatan, perasaan hati atau pikiran, baik dengan
ucapan kata-kata maupun tanpa ucapan, misalnya hanya sikap pikiran.
ï· Hyang yaitu
o Yang dihormati atau dimuliakan sebagai obyek dalam pemujaan, yaitu : Ida Sang
Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa, yang berhak menerima penghormatan
menurut kepercayaan itu.
Didalam bahasa sehari-hari, orang bali sering juga menyebut kata sembahyang dengan sebutan:
ï· Muspa, karena dalam persembahyangan itu lazim juga dilakukan dengan jalan
persembahan kembang (puspa).
ï· Mebakti, dinamakan demikian karena inti persembahan itu adalah untuk memperlihatkan
rasa bakti (bhakti) atau hormat setulus-tulusnya dengan cara mencakupkan kedua belah
tangan atau cara lain yang dapat diartikan sama sebagai penyerahan diri setulus hati
kepada yang dihormati atau Tuhan Yang Maha Esa.
ï· Maturan, yang artinya menyampaikan persembahan dengan mempersembahkan apa saja
yang merupakan hasil karya sesuai menurut kemampuan dengan perasaan tulus ikhlas,
seperti buah, kue, minuman dll.
Didalam bhagawadgita, yoga atau Samadhi dinyatakan sebagai salah satu bentuk
persembahyangan yang dapat pula dilakukan oleh orang yang menganut ajaran sanatha dharma
(hindu) dengan melakukan âtri sandhyaâ.
Sembahyang atau yadnya mempunyai fungsi dan kedudukan sangat penting dalam kehidupan
beragama. Ini ditegaskan oleh kitab weda smerti sebagai berikut;
11. IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 11
âwedoditam swakam karma nityam kuryadatandritah, Taddhi kurwanyathasakti prapnoti
paranam gatimâ (Manawa Dharmasastra IV, 14)
Hendaknya tanpa kenal lelah melakukan yadnya yang ditentukan untuknya dalam weda, karena
ia yang melaksanakan semua itu menurut kemampuan mencapai kedudukan kejiwaan paling
tinggi.
Dengan menggariskan ketentuan yang ditegaskan adanya penyesuaian kemampuan menurut
kemampuan atau relative tidaklah mutlak untuk melakukan yadnya melebihi kemampuan karena
dengan melebihi kemampuan berarti bertentangan pula dengan weda. Demikian dijelaskan
pengertian tentang "sembahyang" dalam Forum Diskusi Hindu Nusantara (Facebook), ref)
Sebelum melakukan sembahyang, setelah duduk dan situasi tenang, maka Mantram Penyucian
Badan dan Sarana Sembahyang disebutkan sebagai awal dari persembahyangan.
Dalam tuntunan sembahyang melalui sebuah keyakinan yang bersumber pada sraddha kita
yang disebutkan sebagai berikut :
ï· Makna dan Tujuan dari persembahyangan :
o Untuk menghormati dan mengagungkan kebesaran sifat Tuhan Yang Maha Esa,
selaku pencipta dan penguasa alam semesta.
o Sebagai pengakuan diri bahwa pada hakikatnya manusia adalah mahluk yang
sangat lemah.
o Sebagai permohonan maaf dan pengampunan atas segala dosa yang pernah
dilakukan dalam hidupnya.
o Menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas segala waranugraha-Nya.
o Memohon perlindungan-Nya agar dijauhkan dari segala bahaya maupun cobaan
hidup.
o Menemukan suasana kedamaian lahir dan bathin.
ï· Pura sebagai tempat sembahyang atau pemujaan kepada Hyang Widhi Wasa beserta
manifestasi kemahakuasaan-Nya.
ï· Macam-macam Persembahyangan :
o Menurut waktu pelaksanaan.
ï§ Nitya Kala, yaitu sembahyang yang dilaksanakan 3 (tiga) kali sehari.
ï§ Naimitika Kala, yaitu persembahyangan yang dilaksanakan pada hari-hari
tertentu.
o Menurut bentuk pelaksanaannya.
o Persembahyangan bersama dengan dipandu puja Sulinggih.
o Persembahyangan bersama tanpa dipandu puja Sulinggih.
ï· Persembahyangan perorangan.
ï· Persyaratan Sembahyang
o Persyaratan lahir (sakala, wahya) :
ï§ Bersihkan badan dengan mandi. Boleh juga mandi dengan air
kumkuman.
ï§ Berpakaian yang bersih dah sopan.
ï§ Sarana persembahyangan yang dipakai supaya baik, misalnya :
Bunga yang harum dan segar, dupa yang harum serta kwangen.
ï§ Tempat persembahyangan yang bersih dan bersuasana tenang.
o Persyaratan bathin (niskala, adyatmika) :
ï· Rasa tulus ihklas dalam melaksanakan sembahyang.
ï· Kesadaran bathin yang luhur dan suci sesuai dengan ajaran Tri Kaya Parisudha, yaitu :
suci dalam pikiran, suci dalam perkataan, dan suci dalam perbuatan.
ï· Bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa/Sanghyang Widhi Wasa secara pasrah dan utuh.
ï· Kesadaran melaksanakan sembahyang agar ditujukan pada jalan dharma, kesucian dan
kesejahtraan mahluk serta alam semesta.
12. IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 12
ï· Meyakini ajaran Tat Twam Asi yakni memandang semua mahluk mempunyai hakikat
yang sama.
o Asana dalam sikap Sembahyang
ï§ Sikap tangan.
ï§ Sikap tangan pada waktu Tri Sandhya. Mengambil sikap Devapratistha atau
Amusti Karana yaitu kedua ibu jari tangan dipadukan dengan telunjuk tangan
kanan (berbentuk âkojongâ) atau kedua ibu jari tangan kanan dan kiri
dipertemukan/ditempelkan sedangkan jari-jari tangan yang lain saliang
bertumpukan diatas ulu hati.
ï§ Sikap tangan pada waktu melaksanakan kramaning sembah. Sikap tangan pada
waktu melaksanakan persembahyangan/kramaning sembah yaitu kedua belah
telapak tangan dicakupkan dan diangkat keatas ubun-ubun.
ï§ Sikap badan pada waktu sedang sembahyang.
ï§ Bila memuja dalam sebuah Pura, Sanggah Pamrajan dan sebagainya dilakukan
dengan cara duduk. Bagi kaum pria dengan sikap Padmasana (Silasana)
sedangkan sedangkan bagi kaum wanita dengan sikap Bajrasana (bersimpuh).
Ada lagi sikap-sikap yang lain misalnya bagi yang sakit mengambil sikap
Sawasana. Selanjutnya apabila kondisitempat tidak memungkinkan untuk duduk
maka dapat dilaksanakan dengan mengambil sikap Padasana (berdiri).
Sebagai salah satu kelengkapan sembahyang, penggunaan udeng disebutkan memiliki simbol
ketuhanan dalam simpul yang "nunggal".
Demikianlah pengertian dan makna sembahyang kepada Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi
kemahakuasaan-Nya agar menemukan suasana kedamaian lahir dan bathin.
Dalam melakukan persembahyangan, beberapa hal yang patut dilakukan,
ï· Sikap duduk dalam memulai persembahyangan, baik itu tempat duduk, sikap dll sebagai
awal dari persembahyangan.
ï· Karasodhana | mensucikan pikiran terlebih dahulu sebelum melakukan persembahyangan.
PENERAPAN KETUHANAN YANG MAHA ESA BAGI AGAMA KRISTEN
(PROTESTAN, KATOLIK)
Penerapan ketuhanan yang Maha Esa pada sila
pertama bagi agama Kristen yaitu dengan cara percaya
kepada Tuhan yang memiliki tiga Kepribadian yaitu
Allah Bapa,Allah Putra,dan Allah Roh kudus
(Tritunggal). Umat Kristen pada umumnya melaksakan
ibadah/kebaktian di gereja dengan cara berdoa,memuji
tuhan(dengan cara bernyanyi lagu Rohani/Kidung Pujian)
dan mendengarkan firman (kitab suci Alkitab).
Umat Kristen di ajarkan untuk selalu bersyukur
dan mengutahakan Tuhan dari segalanya,dan taat terhadap perintah â perintah Allah, dan sujud
menyembah kepadaNya.
13. IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 13
Tempat ibadah umat Kristen dikenal dengan nama GEREJA, disana seluruh umat Kristen
beribadah dan setiap perayaan-perayaan hari raya seperti HAri Raya Natal (kelahiran yesus
Kristus), Hari Raya Paskah,dll dilaksanakan di gereja.
Bagi Umat Kristen Katolik peribatan orang Katolik disebut misa , sedangkan peribadatan Umat
Protestan Disebut kebaktian.keduanya berbeda dalam hal isi maupun sama-sama dilaksanakan
pada hari minggu.
Tritunggal
Inti iman kepercayaan umat Kristen adalah misteri Tritunggal yang tidak mudah
dimengerti â kepercayaan bahwa Allah itu tiga pribadi yang adalah satu â Allah Bapa, Allah
Putra, dan Allah Roh Kudus. Tuhan Allah adalah satu atau Esa, sebagai lawan dari segala yang
banyak. Tuhan ini menjadi sebab segala sesuatu yang berada. Dengan perantaraan Logos atau
Firman, Tuhan Allah , yang Roh adanya itu, berhubungan dengan dunia benda. Logos ini berdiri
sendiri sebagai suatu zat, yang memiliki kesadaran ilahi dan asas-asas duniawi. Ia adalah
gambaran Allah yang sempurna. Sejak kekal ia dilahirkan dari Allah. Karena kekuasaan
kehendak ilahi, ia terus-menerus dilahirkan dari zat ilahi. Ia memiliki tabiat yang sama dengan
Allah, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Ia satu dengan Allah, akan tetapi sebagai yang
keluar dari Allah Bapa, Ia lebih rendah daripada Allah Bapa. Ia adalah pangkat pertama dari
perpindahan dari âYang Esaâ kepada âYang Banyakâ, atau pangkat kedua di dalam zat Allah.
Aktivitas Logos atau Anak ini juga lebih rendah dibanding dengan aktivitas Bapa. Ia
adalah pelaksana kehendak Allah Bapa, yang melaksanakan instruksi Allah Bapa, sebagai
umpamanya: penjadian.
Roh Kudus dianggapnya juga sebagai zat yang ada pada Allah, yaitu pangkat ketiga di
dalam zat Allah itu. Roh Kudus ini adanya karena Anak hubungannya dengan Anak sama
dengan hubungan Anak dengan Bapa. Bidang kerjanya juga lebih sempit dibanding dengan
bidan kerja Anak. Bapa adalah asas beradanya segala sesuatu, sedang Roh Kudus adalah asas
penyucian segala sesuatu.
Jadi ketritunggalan Allah dipandang sebagai berpangkat-pangkat. Oleh karena itu ajaran
ini disebut Subordinasianisme. Di sini, perbedaan diantara Bapa, Anak, dan Roh Kudus
dipertahankan, akan tetapi kesatuannya ditiadakan[5].
Karena muncul masalah dalam pembicaraan tiga pribadi dalam konteks monoteistik maka
beberapa umat Kristen modern telah berbicara tentang tiga pikiran, jiwa atau kekuatan yang
semuanya adalah bagian dari Allah yang sama dan berada dalam keadaan harmonis: Allah Bapa
mengasihi Allah putra dengan Roh Kudus sebagai kekuatan yang mempersatukan mereka. Umat
Kristen lain berpendapat bahwa akan lebih mudah dengan mengatakan bahwa Allah mempunyai
tiga peran: Allah dalam diri-Nya sendiri adalah Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Dengan demikian, konsep keesaan Tuhan dalam agama Kristen belum jelas dan masih
diperdebatkan di antara umat Kristiani sendiri.
14. IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 14
Implementasi Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Agama Buddha
Umat Buddha Indonesia sebagai
bagian dari masyarakat bangsa Indonesia
berkewajiban melaksanakan Pancasila
dasar negara Republik Indonesia. Dengan
berpedoman pada Dhamma dan Vinaya
yang telah diajarkan oleh Buddha
Gotama, tujuan hidup umat Buddha untuk
mencapai kebahagiaan/kesejahteraan
jasmani dan rohani dapat tercapai. Setiap
sila dalam Pancasila harus dimaknai dan
dilaksanakan oleh seluruh rakyat
Indonesia, termasuk umat Buddha.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Umat Buddha Indonesia memiliki keyakinan (saddha) dan ketaqwaan (bhakti) terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Ajaran tentang hal tersebut terdapat dalam Kitab Udana VIII:3 yang berbunyi:
âPara Bhikkhu, ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak. Para
Bhikkhu, bila tidak ada tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak, maka tidak
ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab
yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelam, tidak tercipta,
yang mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan,
pemunculan sebab yang lalu.â
Jadi dalam agama Buddha Tuhan Yang maha Esa
Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah "Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang"
yang artinya "Sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak menjelma, Tidak tercipta dan Yang
Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Mahaesa adalah suatu yang âTanpa Akuâ
(anatta/anatman), yang tidak dapat dipersonifikasikan (disamakan dengan suatu sosok yang
berkepribadian) dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apapun. Tetapi dengan adanya
Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata)
dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.
IMPLEMENTASI KETUHANAN YANG MAHA ESA BAGI UMAT MUSLIM
Penerapan Ketuhanan yang maha esa bagi
umat muslim dengan cara percaya kepada Allah
SWT dan melaksanakan solat di mesjid.
Konsep keesaan Tuhan dalam Islam disebut
dengan istilah tauhid. Hakekat Tauhid adalah
menafikan sekutu bagi Allah SWT pada zat, sifat,
ibadah, dan perbuatan.
Dalam Al-Qurâan, dalam berbagai ayatnya
ketauhidan digambarkan dalam kesatuan perintah dan kesatuan arah (ketauhidan dalam ajaran
dan ketauhidan dalam tujuan hidup) selain juga kesatuan penyembahan dan kesatuan ketaatan
(ketauhidan dalam hal ibadah dan ketauhidan dalam kesalehan). Dan semua kesatuan ini
diarahkan hanya kepada satu tujuan yaitu Tuhan yang satu.
Mengenai Tuhan Yang Satu itu, Al-Qurâan menjelaskan secara jelas dan tegas dalam
surah Al-Ikhlas. Allah SWT berfirman:
15. IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 15
âKatakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esaâ.
âAllah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatuâ.
âDia tiada beranak dan tidak pula diperanakkanâ.
âDan tidak ada seorangpun yang setara dengan Diaâ.(Al-Ikhlas:1-4)
Tuhan itu satu Zat-Nya, tak ada sekutu bagi-Nya, Dia Maha Tunggal, tak ada yang
menyamai-Nya. Maha Tinggi, tak ada lawan-Nya. Maha sendiri, tak ada yang sepadan dengan-
Nya. Dia Satu. Qadim, tak ada awal-Nya. Azali, tak ada permulaan-Nya. Dia terus ada, tak
berakhir. Abadi, tak berkesudahan. Dia mengatur makhluk-Nya, tak berhenti. Kekal, tak berlalu.
Selalu dan selamanya bersifat agung, tak akan habis, dan tak terpisahkan dengan berlalunya
masa dan habisnya waktu.
âDialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha
mengetahui segala sesuatuâ.(Al-Hadid:3)
Tuhan itu bukan jisim yang berbentuk, bukan materi yang memiliki batas dan ukuran. Dia
tak sama dengan jisim-jisim, tak dapat diukur, tak bisa dibagi. Dia bukan jauhar (substansi) dan
tak bisa ditempati jauhar, bukan pula âaradh (sifat) dan tak bisa ditempati âaradh. Dia tak sama
dengan maujud (being) dan tak bisa disamai maujud.
â... tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Diaâ.(As-Syuura:11)
Pun Dia tak menyerupai sesuatu. Dia tak dibatasi ukuran, tak dilingkupi daerah, dan tak
dikelilingi arah, tak juga diliputi langit dan bumi. Dia bertahta di Arsy sebagaimana yang Dia
katakan dan arti yang dikehendaki-Nya. Tahta yang suci dari menyentuh, menetapi, menempati,
mendiami, dan berpindah. Dia tak disokong Arsy, sebaliknya Arsy dan yang memikulnya
dipandu kelembutan qudrah-Nya, dan dikuasai dalam genggaman-Nya.
Dia di atas Arsy, langit, dan segala sesuatu hingga bawah tanah. Keadaan-Nya di atas tak
menjadikan-Nya lebih dekat kepada Arsy dan langit, tak juga menjadikan-Nya lebih jauh dari
bumi dan tanah. Akan tetapi Dia Maha Tinggi daripada Arsy dan langit, Maha Tinggi daripada
bumi dan tanah. Walau begitu, Dia dekat dengan segala maujud, dekat dengan hamba-hamba-
Nya, lebih dekat daripada urat nadi.
âdan Dia Maha mengetahui segala sesuatu".(Saba:47)
Kedekatan-Nya tak sama dengan dekatnya jisim, begitu pula Zat-Nya. Dia tak menempati
sesuatu, dan tak sesuatupun menempati-Nya. Maha Tinggi Dia dari ruang lingkup tempat. Maha
suci dia dari batas masa. Dia ada sebelum menciptakan masa dan tempat. Dan Dia saat ini tetap
seperti ada-Nya.
Pembagian Tauhid
Lebih spesifik tentang konsep Tauhid, Beberapa kalangan dari ulama muslim kemudian
membuat pembagian Tauhid.
Ada tiga pokok pembagian Tauhid: 1. Tauhid Rububiyyah. 2. Tauhid Uluhiyyah. 3.
Tauhid Al-Asma wash Shifat.
16. IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 16
1. Tauhid Rububiyyah
Tauhid Rububiyyah berarti mentauhidkan segala apa yang dilakukan Allah SWT, baik mencipta,
memberi rizki, menghidupkan dan mematikan, dan Dia adalah Raja, Penguasa, dan Yang
Mengatur segala sesuatu.
2. Tauhid Uluhiyyah
Tauhid Uluhiyyah disebut juga Tauhiidul âIbaadah yang berarti mentauhidkan Allah SWT
melalui segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka dapat mendekatkan diri kepada
Allah, apabila hal itu disyariatkan oleh-Nya, seperti berdoa, khauf (takut), rajaâ (harap),
mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan), bernadzar, istiâanah (meminta pertolongan),
istighatsah (meminta pertolongan di saat sulit), istiâadzah (meminta perlindungan), dan segala
apa yang disyariatkan dan diperintahkan Allah SWT dengan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun. Semua ibadah ini dan lainnya harus dilakukan hanya karena Allah semata dan
ikhlas karena-Nya, dan ibadah tersebut tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah.
Sungguh, Allah tidak akan ridha jika dipersekutukan dengan sesuatu apapun. Apabila ibadah
tersebut dipalingkan kepada selain Allah, maka pelakunya jatuh kepada Syirkun Akbar (Syirik
yang besar) dan tidak diampuni dosanya
3. Tauhid Al- Asma wash Shifat
Ahlussunnah menetapkan apa-apa yang Allah SWT dan Rasu-Nya telah tetapkan atas Diri-Nya,
baik itu dengan nama-nama maupun sifat-sifat Allah SWT, dan mensucikan-Nya dari segala aib
dan kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya SAW.
17. IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 17
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dalam identifikasi sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)di tempatkan pada urutan yang
paling atas karena bangsa indonesia meyakini segala sesuatu itu berasal dari Tuhan dan akan
kembali kepada-Nya. Agama merupakan sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan atau
dewa atau yang lain dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan tersebut. Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk
lain di ciptakan oleh penciptannya . pencipta itu adalah Tuhan dalam bahasa filsafat di sebut
dengan causa prima yang mempunyai hubungan yang di ciptakannya. Manusia sebagai makhluk
yang di ciptakan-Nya wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangannya.Dalam
konteks bernegara maka dalam masyarakat yang berdasarkan pancasila, dengan sendirinnya
menjamin kebebasan memeluk agama masing-masing . Dengan payung Ketuhanan Yang Maha
Esa itu maka bangsa indonesia mempunyai satu asas yang di pegang teguh yaitu kebebasan
untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama masing-masing . Sehubungan dengan
agama itu perintah dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus di laksanakan oleh manusia
sebagai makhluk yang di ciptakan oleh Tuhan , maka untuk menjamin kebebasan tersebut di
dalam pancasila seperti yang kita alami sekarang ini tidak ada paksaan beragama atau memeuluk
agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu dalam masyarakat pancasila
dengan sendirinnya agama di jamin berkembang dan tumbuh subur dan konsekuensi di wajibkan
adannya toleransi beragama.
2. SARAN
Mungkin inilah contoh tugas lapangan tentang implementasi sila pertama dibidang religi,
baiknya kita saling menjaga keutuhan bangsa ini, dan mengutamakan atau mengataskan segala
sesuatu Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan memeluk Agamanya masing-masing tanpa paksaan
dari pihak lain.
Kami juga mohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini banyak kesalahan mau pun
kekurangan, kritik dan saran pun kami terima. Dan kami juga berterima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah Pancasila yang telah member tugas lapangan ini demi kebaikan diri kita
sendiri dan untuk Negara.
18. IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 18
DAFTAR PUSTAKA
Wisata puja mandala.bali
Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-hindu
Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-Kristen-protestan
Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-Buddha
Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-Katolik
Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-islam
Kompas.gramedia.kaelan.1996.fisafat
Pancasila.yogyakarta:paradigma