SlideShare a Scribd company logo
IMPLEMENTASI SILA PERTAMA
DIBIDANG RELIGI
DI
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 5 :
Della Yasinta Wira Putri Ana (140643053)
Komang Sri Meiningsih (1406043065)
Sherly ( 1406043066 )
Imanuel Efa Yabes Hulu ( 1406043068 )
Made Desi Sukmayanti (1406043073)
Ni Luh Nyoman Ayu Mas Trisna Sari (1406043080)
I Gusti Bagus Aditya Wira P. (1406043081)
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 2
KATA PENGANTAR
puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun tugas lapangan tentang
IMPLEMENTASI SILA PERTAMA(KETUHANAN YANG MAHA ESA) DI BIDANG
RELIGI . Sesuai dengan hasil yang diperoleh dari pemikiran dan pengolahan sumber informasi
yang kami dapat. baik dari internet maupun dari sumber refrensi buku-buku dan wawancara dari
narasumber. Yang akhirnya di tulis dengan bentuk sebuah makalah ini. Maka, dengan adanya
makalah usaha ini. Harapan Kami mahasiswa ataupun siapa saja yang membaca dapat berfikir
kritis untuk ke depannya, serta memahami IMPLEMENTASI SILA PERTAMA(KETUHANAN
YANG MAHA ESA) DI BIDANG RELIGI,saat itu. Atas tersusunnya makalah ini, tidak lepas
pula dari jasa berbagai pihak yang terkait baik dalam proses penyusunan makalah ini,
Mudah – mudahan semua amal baik ini mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha
Esa. Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan.
Kami selaku penulis mohon maaf yang sebesar – besarnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayan atau pun
siapa saja yang membaca nya.
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia
yang majemuk. Seluruh warga negara kesatuan Republik Indonesia sudah seharusnya
mempelajari, mendalami dan mengembangkannya serta mengamalkan Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Tingkatan-tingkatan pelajaran mengenai Pancasila yang dapat dihubungkan dengan tingkat-
tingkat pengetahuan ilmiah. Dengan pancasila terutama pertama yakni sila ketuhanan Yang
Maha Esa , bangsa indonesia dengan ini menyetakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenannya manusia indonesia percaya dan taqwa tehadaap
Tuhan Yang Maha Esa, Didalam kehidupan masyarakat indonesia di kembangkan sikap hormat
menghormati dan bekerja sama antara pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga dapat selalu di bina kerukunan hidup di antara sesama
umat beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sadar bahwa agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan
pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa yang di percayai dan di yakininnya.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Penerapan Nilai pancasila yang pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) Di bidang
Religi.
3. TUJUAN
1. Mengetahui itu pancasila
2. Mengerti dan memahami Bagaimana penerapan sila pertama di setiap agama.
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 4
BAB II
PEMBAHASAN
Seluruh warga negara kesatuan Republik Indonesia sudah seharusnya mempelajari,
mendalami dan mengembangkannya serta
mengamalkan Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Tingkatan-
tingkatan pelajaran mengenai Pancasila yang
dapat dihubungkan dengan tingkat-tingkat
pengetahuan ilmiah. Tujuan pendidikan Pancasila
adalah membentuk watak bangsa yang kukuh, juga untuk memupuk sikap dan perilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara mempunyai
arti menjadikan Pancasila sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan.
Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum. Hal ini
menempatkan Pancasila sebagai dasar negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila
dalam semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, sudah seharusnya
semua peraturan perundang-undangan di negara Republik Indonesia bersumber pada Pancasila.
Pancasila memiliki bentuk kesatuan yang utuh, pancasila merupakan kesatuan yang mutlak dan
pancasila merupakan unsur mutlak yanag membentuk kesatuan.
Dalam identifikasi sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)di tempatkan pada urutan
yang paling atas karena bangsa indonesia meyakini segala sesuatu itu berasal dari Tuhan dan
akan kembali kepada-Nya. Agama merupakan sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan
atau dewa atau yang lain dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian
dengan kepercayaan tersebut. Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya
makhluk lain di ciptakan oleh penciptannya . pencipta itu adalah Tuhan dalam bahasa filsafat di
sebut dengan causa prima yang mempunyai hubungan yang di ciptakannya. Manusia sebagai
makhluk yang di ciptakan-Nya wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi
larangannya.Dalam konteks bernegara maka dalam masyarakat yang berdasarkan pancasila,
dengan sendirinnya menjamin kebebasan memeluk agama masing-masing . Dengan payung
Ketuhanan Yang Maha Esa itu maka bangsa indonesia mempunyai satu asas yang di pegang
teguh yaitu kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama masing-masing .
Sehubungan dengan agama itu perintah dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus di
laksanakan oleh manusia sebagai makhluk yang di ciptakan oleh Tuhan , maka untuk menjamin
kebebasan tersebut di dalam pancasila seperti yang kita alami sekarang ini tidak ada paksaan
beragama atau memeuluk agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu
dalam masyarakat pancasila dengan sendirinnya agama di jamin berkembang dan tumbuh subur
dan konsekuensi di wajibkan adannya toleransi beragama.
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 5
Jika di teliti secara , memang pemahaman kekuatan yang ada di luar diri manusia dan di
luar alam yang ada ini atau adannya sesuatu yang bersifat adikodrati(diatas atau di luar yang
kodrat)dan yang transenden (yang mengatasi segala sesuatu ) sudah di pahami oleh bangsa
indonesia sejak dahulu. Sejak jaman nenek moyang sudah di kenal paham animisme, dinamisme
sampai paham politheisme . kekuatan itu terus saja berkembang di sunia sampai masuknnya
agama-agama hindu,budha,islam,nasrani, ke indonesia , sehingga kesadaran akan monotheisme
di masyarakat indonesia semakin kuat. Oleh karena itu tepatlah jika rumusan sila pertama
pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
1. Arti dan Makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa
 Pengakuan adannya causa prima (sebab pertama)yaitu Tuhan Yang Maha Esa
 Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agamanya masing-masing
 Tidak memaksa warga negara untuk beragama tetapi di wajibkan untuk memeluk agama
sesuai dengan hukum yang berlaku
 Atheisme di larang hidup dan berkembang di indonesia
 Menjamin berkembang dan tumbuh suburnnya kehidupan beragama, toleransi antara
umat dan dalam beragama
 Negara memberi fasilitataor bagi tumbuh kembangnnya agama dan iman warga negara
dan menjadi mediator ketika terjadi konflik antar agama
Dengan sila ketuhanan Yang Maha Esa , bangsa indonesia dengan ini menyetakan
kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenannya manusia
indonesia percaya dan taqwa tehadaap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kepercayaannnya
masing- masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Didalam kehidupan
masyarakat indonesia di kembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara
pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga dapat
selalu di bina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan berkepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Sadar bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa yang di
percayai dan di yakininnya, maka di kembangkanlah sikap saling menghormati kebebasan dalam
menjalankan ibadah sesuai agama dan tidak memaksakan suatu agama itu kepada orang lain.
Dengan rumusan sila Ketuhanan Yang Maha Esa seperti tersebut di atas tidak berarti bahwa
negara memaksa agama atas suatu kepercayaan terhadap Tuhan Yang MaHA Esa, sebab agama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu berdasarkan keyakinan, sehingga tidak
dapat di peksakan dan memang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu
sendiri tidak memaksa setiap manusia untuk memeluk dan menganutnya. Pancasila dan UUD
1945 menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Kebebasan agama adalah merupakan salah
satu hak yang paling asasi di antara hak-hak asaai manusia, karena kebebasan agama itu
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 6
langsung bersumber kepada martaba manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak kebebasan
beragama bukan pemberian negara atau bukan pemberian golongan.
IMPLEMENTASI KETUHANAN YANG MAHA ESA BAGI AGAMA HINDU
Bagi agama Hindu penerapan Ketuhanan Yang Maha Esa, Penerapannya dengan cara
Sembahyang yang ritualnya disana menghormati kepada Yang Maha Esa(Umum) dan
terkhususnya bagi Agama Hindu “Sang Hyang Widhi Wasa”.Dimana umat Hindu percaya dan
yakin akan adanya Tuhan, dan bertakwa kepada Beliau(Sang Hyang Widhi Wasa). Bagi Umat
hindu tempat sembahyang di laksanakan Di pura.
Pura adalah tempat suci untuk memuja Hyang widhi wasa dalam segala
Prabawa(manifestasi-Nya) dan Atman Sidha Dewata (Roh Suci Leluhur). Disamping di
pergunakan istilah Pura untuk menyebut tempat suci dan pemujaan, dipergunakan juga istilah
Kahyangan atau Parhyangan.
Fungsi Pura adalah Tempat suci umat Hindu yang berfungsi sebagai tempat pemujaan
Hyang Widhi Wasa dalam segala Prabawa-Nya dan atau Atma Sidha Dewata dengan sarana
upacara Yadnya sebagai perwujudan dari Tri Marga.
Pengelompokan Pura di Bali :
A. berdasarkan fungsinya digolonhkan menjadi dua kelompok :
1. Pura jagat yaitu pura yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja Hyang Widhi
Wasa dalam segala Prabawa-NYA (manifestasi-Nya)
2. Pura kawitan yaitu pura yang berfungsi sebagai tempat suci pemuja Atma Sidha
Dewata (Roh Suci Leluhur)
B. Berdasarkan karakterisasi digolongkan menjadi empat kelompok :
1. Pura Kahyangan jagat yaitu pura tempat pemujaan Hyang Widhi Wasa dalam segala
Prabawa-Nya seperti Pura Sad Kahyangan dan Pura Jagat lainnya.
2. Pura Kahyangan Desa yaitu pura yang disungsung oleh Desa Adat.
3. Pura swagina (pura Fungsional) yaiyu pura yang penyiwinya terikat oleh ikatan
swaginanya(kekayaannya) yang mempunyai profesi sama dalam system mata
pencaharian Hidup seperti Pura Subak,pura melanting dan yang sejenisnya.
4. Pura Kawitan yaitu pura yang penyiwinya ditentukan oleh ikatan “wit” atau leluhur
berdasarkan garis kelahiran (genealogies), seperti sanggah/merajan,
pretiwi,ibu,panti,dadia,batur,dadia,dalem Dadia, Dadia,Pedharman dan yang
sejenisnya.
Panca Sradha
Dalam Agama Hindu lima pilar sebagai dasar keyakinan disebut Panca Sradha,
Panca artinya lima dan Sradha artinya Keyakinan terdiri dari :
1. Brahman artinya Umat Hindu percaya dan yakin akan adanya Tuhan Yang Maha Esa.
2. Atman artinya Umat hindu percaya dan yakin bahwa ada percikan-percikan keTuhanan
yang bersemayam dalam diri setiap mahluk hidup yang disebut Atman.
3. Karma Phala artinya Umat Hindu yakin dan percaya bahwa setiap perbuatan sekecil
apapun pasti ada akibatnya.
4. Punarbhawa artinya Umat Hindu percaya dan yakin bahwa setiap manusia akan
mengalami kelahiran kembali (reinkarnasi) untuk menyempurnakan karmanya.
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 7
Moksa artinya Umat Hindu percaya dan yakin akan adanya tujuan tertinggi kehidupan adalah
dalam rangka bersatunya Atman dengan Brahman.
1. Ajaran Tentang KeTuhanan
Tuhan Yang Maha Esa Menurut Hindu Dharma
Menurut Hindu Dharma, Tuhan hanya satu. Umat
Hindu di Indonesia memberi Dia gelar Sang Hyang
Widhi Wasa ‘Widhi’ berarti takdir dan ‘Wasa’
artinya Yang Maha Kuasa. ‘Widhi Wasa’ berarti
Yang Maha Kuasa, yang mentakdirkan segala yang
ada.1[6]
Dia juga disebut Bhatara Ciwa Pelindung Yang
Tertinggi. Banyak gelar lagi yang dipersembahkan oleh umat Hindu kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Sebagai Sang Hyang Parameswara raja Termulia, Parama Wicesa, Maha Kuasa, jagat
Karana pencita Alam dan lain-lainnya.
Sebagai pencipta Ia bergelar Brahma (Utpatti), dalam aksara Ia disimbolkan dengan huruf ‘A’.
Sebagai pemelihara dan pelindung (Sthiti) ia disebut Wisnu dalam aksara disimbolkan huruf ‘U’.
Sebagai Tuhan yang mengembalikan segala isi alam kepada suber asalnya (Pralina) Ia bergelar
Ciwa; sering juga disebut sebagai Icwara, sibolnya dalam aksara adalah huruf ‘M’.
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pustaka suci Weda: “EKAM EVA ADWITYAM
BRAHMAN” , artinya: “hanya satu (Ekam Eva) tidak ada duanya Adwityam Hyang Widhi itu
itu “EKO NARAYANAD NA DWITYO’STI KACIT” artinya: “hanya satu Tuhan sama sekali
tidak ada duanya”.
Gelar Tuhan disebut dengan berbagai nama disebabkan sifat-sifat Sang Hyang Widhi Yang
Maha Mulia, Maha Kuasa, Maha Pengasih dan tiada terbatas. Sedangkan kekuatan manusia
untuk menggambarkan Sang Hyang Widhi sangat terbatas. Rsi-rsi agama Hindu hanya mampu
memberi sebutan dengan berbagai nama serta berbagai fungsinya. Yang paling utama ialah TRI
SAKTI, yakni:
1. BRAHMA adalah sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai pencipta, dalam
bahasa sansekerta disebut “UTPATTI”.
2. WISNU adalah sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai pelindung,
pemelihara dengan segala kasih-sayangnya. Pelindung dalam bahasa sansekerta disebut
“STHITI”.
3. SIWA adalah sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinya melebur (pralina) dunia serta
isinya dan mengembalikan dalam penyadaran ke asal.
TRI SAKTI ini mencipta, memelihara dan melebur semesta alam. Mereka menguasai ketiga
hukum: lahir, hidup, dan mati serta seluruh makhluk, termasuk manusia. untuk dapat meresapkan
kemahakuasaan Hyang Widhi ini, agama Hindu memberikan simbol pada kekuatannya dalam
ucapan aksara suci “OM”.2[7] Perkataan “OM” adalah aksara suci untuk mewujudkan Sang
Hyang Widhi dengan ketiga prabawanya, yaitu:
Aksara ‘A’ untuk menyimbolkan BRAHMA , Hyang Widhi dalam prabhawanya Maha Pencipta.
Aksara ‘U’ untuk menyimbolkan WISNU, Hyang Widhi prabhawanya Maha Melindungi.
Aksara ‘M’ untuk menyimbolkan SIWA, Hyang Widhi dalam prabhawanya Maha Pelebur.
Suara ‘A’, ‘U’ dan ‘M’ ditunggalkan menjadi AUM atau OM.
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 8
Dalam Agama Hindu, Sang Hyang Widhi tidak sama dengan Dewa atau Bhatara. Dewa adalah
perwujudan sinar suci dari Sang Hyang Widhi yang memberi kekuatan suci guna kesempurnaan
hidup makhluk. Dewa itu bukan Sang Hyang Widhi Wasa, Ia hanyalah sinarnya.
Kata ‘Dewa’ berasal dari bahasa sansekerta ‘DIV’, artinya Sinar (kata ini menjadi Day dan
Divine dalam bahasa inggris). Tegasnya, Dewa berarti bersinar, sedangkan kata Bhatara adalah
prabhawa (manifestasi) kekuatan dari Sang Hyang Widhi untuk memberi perlindungan terhadap
ciptaannya.
Kata ‘Bhatara’ berasal dari bahasa sansekerta ‘BHATR’ yang berarti pelindung, antara Dewa
dan Bhatara sering pemakaiannya diartikan sama saja. Umpamanya Dewa Wisnu disebut juga
Bhatara Wisnu karena beliau melindungi makhluk semesta.3[8]
Tripramana
Agama Hindu mengajarkan teori “TRIPRAMANA” yakni: tiga cara untuk mengetahui benar-
benar adanya Tuhan Yang Maha Esa,4[9] yaitu dengan cara:
1. PRATYAKSA PRAMANA ialah dengan cara melihat langsung, mengenal Tuhan Yang
Maha Esa hanya orang-orang sangat suci yang mungkin mengetahui Sang Hyang Widhi
dengan cara melihat langsung, yaitu dengan cara Pratyaksa pramana.
2. ANUMANA PRAMANA ialah dengan cara analisa yang mudah-mudah saja. Umat
Hindu percaya bahwa terdapatnya seluruh alam semesta tentu ada yang menciptakan,
yanki Sang Hyang Widhi. Apabila manusia mati tentu ada tempatnya bagi atman yang
lepas dari badan. Inipun tentu adalah Sang Hyang Widhi.
3. AGAMA PRAMANA ialah denga cara mempercayai isi pustaka suci Agama Hindu.
Umpamanya kitab suci Upanisad menyatakan bahwa Sang Hyang Widhi adalah “telinga
dari semua telinga; pikiran dari semua pikiran; ucapan dari segala ucapan; nafas dari
segala nafas; mata dari segala mata”, dan lain sebagainya.
Adanya Sang Hyang Widhi
Maka dari itu, Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa merupakan maha Sempurna dan tidak
terbatas, karena itu manusia tidak dapat melihatnya. Walaupun manusia tidak dapat melihat
Sang Hyang Widhi bukanlah Sang Hyang Widhi tidak ada. Sebagai halnya bintang-bintang di
langit, tidak kelihatan pada siang hari tidak berarti bahwa bintang-bintang itu tidak ada atau ada
hanya pada waktu malam saja. Justru karena mata manusia tidak mampu menembus sinar
matahari, maka dari itulah sebabnya tidak dapat melihat bintang-bintang di langit. Akan tetapi
bintang-bintang itu tetap ada. Demikian pula lantaran manusia tidak dapat menembus kegelapan
jiwanya. Maka tidak dapat pula melihat Sang Hyang Widhi, akan tetapi Sang Hyang Widhi pada
hakikatnya tetap ada. Umat beragama yang benar-benar melaksanakan kehidupan suci sesuai
dengan petunjuk dan ajaran pustaka suci, niscaya akan melihat Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang
Maha Esa dengan terang. Tuhan Yang Maha Esa akan tampil dalam hati-sanubari para umat
beragama dan jiwa yang suci lagi murni.
Tidak Berbentuk
Dalam pustaka suci Weda, disebutkan bahwa Sang Hyang Widhi tidak berbentuk, tidak
bertangan maupun berkaki, tidak berpancaindra, tetapi beliau dapat mengetahui segala sesuatu
yang ada pada makhluk. Lagi pada Hyang Widhi tidak pernah lahir dan tidak pernah tua, tidak
pernah berkurang juga bertambah. Tegasnya Sang Hyang Widhi tidak berbentuk tetapi karena
kemuliaannya dapat mengambil wujud sesuai dengan keadaan untuk menegakan Dharma.
Perwujudan ini dinamakan AWATARA.
Awatara
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 9
Istilah Awatara adalah perwujudan Sang Hyang Widhi ke dunia dengan mengambil suatu
bentuk yang dengan perbuatan atau ajaran-ajaran sucinya, beri tuntutan untuk membebaskan
manusia dari penderitaan dan angkara murka disebabkan kegelapan awidya.5[10]
Pustaka suci Bhagavadgita, Bab IV sloka 7 berbunyi:
“Manakala Dharma (kebenaran) mulai hilang
Dan Adharma (kejahatan) mulai merajalela,
Saat itu, wahai keturunan Brata (arjuna),
Aku sendiri turun menjelma.
Ternyata apabila dunia dalam penderitaan dan dikuasai Adharma, maka Sang Hyang Widhi turun
ke dunia untuk menegakan Dharma. Dalam hal ini, Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa
dalam maifestasinya sebagai Wisnu, telah menjelma ke dunia ini sebagai Awatara sebanyak
Sembilan kali untuk menjelmakan dan menegakan Dharma. Dalam kitab suci Purana, ada
disebutkan DHASA AWATARA (Sepuluh Awatara)6[11] sebagai berikut:
1. MATYSA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi berbentuk ikan besar, telah
menyelamatkan manusia dari banjir yang maha besar.
2. KURMA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi sebagai kura-kura raksasa telah
menupu dunia ini agar terhindar dari bahaya terbenam.
3. WARAHA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi sebagai seekor badak agung yang
telah menyelamatkan dunia dan mengait dunia dari bahaya terbenam NARASIMBA
AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi dalam bentuk manusia berkepala samba
(singa) telah menyelamatkan dunia dengan mebasmi kekejaman Raja Hirnyakasipu yang
terkenal dengan lalim dan selalu menindas Dharma.
4. WAMANA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke dunia sebagai orang
kerdil yang berpengengetahuan tinggi dan mulia, telah menyelamatkan dunia dengan
mengalahkan Maharaja Bali yang selalu menginjak-injak Dharma dan kedaulatan negara.
5. PARASHURAMA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke dunia bentuk
Ramaparashu, yakni Rama yang bersenjata kapak telah menyelamatkan dunia dengan
membasmi segenap kesatrya yang menyeleweng dari ajaran Dharma.
6. RAMA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke dunia sebagi Sri Rama, putra
raja Dasharatha, telah menyelamatkan duina dengan membasmi Sang Rawana, raja
kelaliman dan keangkaramurkaan di negeri Alengka.
7. KRESNA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke dunia sebagai Sri Kresna ,
raja Dwarawati yang terkenal, telah membasmi raja Kangsa dan jarasada tokoh
kelaliman.
8. BUDDHA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke dunia sebagai Buddha
Gautama, putra raja Sudhodana yang lahir di kapilavastu, telah menyebarkan Dharma
dan memberikan tuntunan kepada manusia untuk mencapai Nirwana.
10. KALKI AWATARA: penjelmaan terakhir Sang Hyang Widhi akan membasmi segala penghianat
dan penyeleweng agama. KALKI akan turun ke dunia pada zaman Kali Yuda, yakni zaman
memuncaknya pertentangan. Menurut keyakinan umat Hindu, Awatara Kalki itu sekarang amsih
belum lahir, namun pasti akan lahir untuk melenyapkan pertentangan-pertentangan keyakinan
itu.
Rsi—Acarya/Sulinggih
Disamping Awatara, dalam agama Hindu terdapat pula istilah ‘Rsi’ dan ‘Acarya’. Rsi adalah
orang suci yang atas usahanya melakukan tapa yoga, semadi, memiliki kesucian dan dapat
menghubungkan dirinya kepada Sang Hyang Widhi dan sudah mencapai moksa, sehingga dapat
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 10
melihat hal-hal yang lampau (atita), yang sekarang (wartamana) dan yang akan datang
(anagata).7[12]
Para rsi berkewajiban memelihara, menuntun umat manusia dengan ajaran-ajaran Weda.
Awatara berbeda dengan Rsi, sebab yang satu turun dari atas sedangka yang lainnya dari bawah
naik ke atas. Acarya berbeda pula dengan Rsi, sebab Rsi sudah melepaskan dir dari ikatan
keduniawian, sedangkan Acarya masih belum dapat melepaskan diri dari ikatan keduniawian, ia
harus melakukan upacara keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
2. SEMBAHYANG
Sembah yang adalah salah satu hakekat
inti dari ajaran Hindu Dharma. Setiap orang
yang mengaku beragama, ia pasti melakukan
sembahyang karena sembahyang menurut
ajaran agama bersifat wajib atau harus.
Sembahyang intinya adalah iman atau percaya
sehingga semua tingkah laku atau perbuatan,
pikiran dan ucapan sebagai perwujudan dalam
bentuk “bhakti” hakekatnya bersumber pada
unsur iman (sraddha) yang salah satunya
dengan cara sembahyang.
Sembahyang terdiri atas dua kata, yaitu;
 Sembah yang berarti
o Sujud atau sungkem, yang dilakukan dengan cara-cara tertentu dengan tujuan
untuk menyampaikan penghormatan, perasaan hati atau pikiran, baik dengan
ucapan kata-kata maupun tanpa ucapan, misalnya hanya sikap pikiran.
 Hyang yaitu
o Yang dihormati atau dimuliakan sebagai obyek dalam pemujaan, yaitu : Ida Sang
Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa, yang berhak menerima penghormatan
menurut kepercayaan itu.
Didalam bahasa sehari-hari, orang bali sering juga menyebut kata sembahyang dengan sebutan:
 Muspa, karena dalam persembahyangan itu lazim juga dilakukan dengan jalan
persembahan kembang (puspa).
 Mebakti, dinamakan demikian karena inti persembahan itu adalah untuk memperlihatkan
rasa bakti (bhakti) atau hormat setulus-tulusnya dengan cara mencakupkan kedua belah
tangan atau cara lain yang dapat diartikan sama sebagai penyerahan diri setulus hati
kepada yang dihormati atau Tuhan Yang Maha Esa.
 Maturan, yang artinya menyampaikan persembahan dengan mempersembahkan apa saja
yang merupakan hasil karya sesuai menurut kemampuan dengan perasaan tulus ikhlas,
seperti buah, kue, minuman dll.
Didalam bhagawadgita, yoga atau Samadhi dinyatakan sebagai salah satu bentuk
persembahyangan yang dapat pula dilakukan oleh orang yang menganut ajaran sanatha dharma
(hindu) dengan melakukan “tri sandhya”.
Sembahyang atau yadnya mempunyai fungsi dan kedudukan sangat penting dalam kehidupan
beragama. Ini ditegaskan oleh kitab weda smerti sebagai berikut;
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 11
“wedoditam swakam karma nityam kuryadatandritah, Taddhi kurwanyathasakti prapnoti
paranam gatim” (Manawa Dharmasastra IV, 14)
Hendaknya tanpa kenal lelah melakukan yadnya yang ditentukan untuknya dalam weda, karena
ia yang melaksanakan semua itu menurut kemampuan mencapai kedudukan kejiwaan paling
tinggi.
Dengan menggariskan ketentuan yang ditegaskan adanya penyesuaian kemampuan menurut
kemampuan atau relative tidaklah mutlak untuk melakukan yadnya melebihi kemampuan karena
dengan melebihi kemampuan berarti bertentangan pula dengan weda. Demikian dijelaskan
pengertian tentang "sembahyang" dalam Forum Diskusi Hindu Nusantara (Facebook), ref)
Sebelum melakukan sembahyang, setelah duduk dan situasi tenang, maka Mantram Penyucian
Badan dan Sarana Sembahyang disebutkan sebagai awal dari persembahyangan.
Dalam tuntunan sembahyang melalui sebuah keyakinan yang bersumber pada sraddha kita
yang disebutkan sebagai berikut :
 Makna dan Tujuan dari persembahyangan :
o Untuk menghormati dan mengagungkan kebesaran sifat Tuhan Yang Maha Esa,
selaku pencipta dan penguasa alam semesta.
o Sebagai pengakuan diri bahwa pada hakikatnya manusia adalah mahluk yang
sangat lemah.
o Sebagai permohonan maaf dan pengampunan atas segala dosa yang pernah
dilakukan dalam hidupnya.
o Menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas segala waranugraha-Nya.
o Memohon perlindungan-Nya agar dijauhkan dari segala bahaya maupun cobaan
hidup.
o Menemukan suasana kedamaian lahir dan bathin.
 Pura sebagai tempat sembahyang atau pemujaan kepada Hyang Widhi Wasa beserta
manifestasi kemahakuasaan-Nya.
 Macam-macam Persembahyangan :
o Menurut waktu pelaksanaan.
 Nitya Kala, yaitu sembahyang yang dilaksanakan 3 (tiga) kali sehari.
 Naimitika Kala, yaitu persembahyangan yang dilaksanakan pada hari-hari
tertentu.
o Menurut bentuk pelaksanaannya.
o Persembahyangan bersama dengan dipandu puja Sulinggih.
o Persembahyangan bersama tanpa dipandu puja Sulinggih.
 Persembahyangan perorangan.
 Persyaratan Sembahyang
o Persyaratan lahir (sakala, wahya) :
 Bersihkan badan dengan mandi. Boleh juga mandi dengan air
kumkuman.
 Berpakaian yang bersih dah sopan.
 Sarana persembahyangan yang dipakai supaya baik, misalnya :
Bunga yang harum dan segar, dupa yang harum serta kwangen.
 Tempat persembahyangan yang bersih dan bersuasana tenang.
o Persyaratan bathin (niskala, adyatmika) :
 Rasa tulus ihklas dalam melaksanakan sembahyang.
 Kesadaran bathin yang luhur dan suci sesuai dengan ajaran Tri Kaya Parisudha, yaitu :
suci dalam pikiran, suci dalam perkataan, dan suci dalam perbuatan.
 Bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa/Sanghyang Widhi Wasa secara pasrah dan utuh.
 Kesadaran melaksanakan sembahyang agar ditujukan pada jalan dharma, kesucian dan
kesejahtraan mahluk serta alam semesta.
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 12
 Meyakini ajaran Tat Twam Asi yakni memandang semua mahluk mempunyai hakikat
yang sama.
o Asana dalam sikap Sembahyang
 Sikap tangan.
 Sikap tangan pada waktu Tri Sandhya. Mengambil sikap Devapratistha atau
Amusti Karana yaitu kedua ibu jari tangan dipadukan dengan telunjuk tangan
kanan (berbentuk “kojong”) atau kedua ibu jari tangan kanan dan kiri
dipertemukan/ditempelkan sedangkan jari-jari tangan yang lain saliang
bertumpukan diatas ulu hati.
 Sikap tangan pada waktu melaksanakan kramaning sembah. Sikap tangan pada
waktu melaksanakan persembahyangan/kramaning sembah yaitu kedua belah
telapak tangan dicakupkan dan diangkat keatas ubun-ubun.
 Sikap badan pada waktu sedang sembahyang.
 Bila memuja dalam sebuah Pura, Sanggah Pamrajan dan sebagainya dilakukan
dengan cara duduk. Bagi kaum pria dengan sikap Padmasana (Silasana)
sedangkan sedangkan bagi kaum wanita dengan sikap Bajrasana (bersimpuh).
Ada lagi sikap-sikap yang lain misalnya bagi yang sakit mengambil sikap
Sawasana. Selanjutnya apabila kondisitempat tidak memungkinkan untuk duduk
maka dapat dilaksanakan dengan mengambil sikap Padasana (berdiri).
Sebagai salah satu kelengkapan sembahyang, penggunaan udeng disebutkan memiliki simbol
ketuhanan dalam simpul yang "nunggal".
Demikianlah pengertian dan makna sembahyang kepada Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi
kemahakuasaan-Nya agar menemukan suasana kedamaian lahir dan bathin.
Dalam melakukan persembahyangan, beberapa hal yang patut dilakukan,
 Sikap duduk dalam memulai persembahyangan, baik itu tempat duduk, sikap dll sebagai
awal dari persembahyangan.
 Karasodhana | mensucikan pikiran terlebih dahulu sebelum melakukan persembahyangan.
PENERAPAN KETUHANAN YANG MAHA ESA BAGI AGAMA KRISTEN
(PROTESTAN, KATOLIK)
Penerapan ketuhanan yang Maha Esa pada sila
pertama bagi agama Kristen yaitu dengan cara percaya
kepada Tuhan yang memiliki tiga Kepribadian yaitu
Allah Bapa,Allah Putra,dan Allah Roh kudus
(Tritunggal). Umat Kristen pada umumnya melaksakan
ibadah/kebaktian di gereja dengan cara berdoa,memuji
tuhan(dengan cara bernyanyi lagu Rohani/Kidung Pujian)
dan mendengarkan firman (kitab suci Alkitab).
Umat Kristen di ajarkan untuk selalu bersyukur
dan mengutahakan Tuhan dari segalanya,dan taat terhadap perintah – perintah Allah, dan sujud
menyembah kepadaNya.
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 13
Tempat ibadah umat Kristen dikenal dengan nama GEREJA, disana seluruh umat Kristen
beribadah dan setiap perayaan-perayaan hari raya seperti HAri Raya Natal (kelahiran yesus
Kristus), Hari Raya Paskah,dll dilaksanakan di gereja.
Bagi Umat Kristen Katolik peribatan orang Katolik disebut misa , sedangkan peribadatan Umat
Protestan Disebut kebaktian.keduanya berbeda dalam hal isi maupun sama-sama dilaksanakan
pada hari minggu.
Tritunggal
Inti iman kepercayaan umat Kristen adalah misteri Tritunggal yang tidak mudah
dimengerti – kepercayaan bahwa Allah itu tiga pribadi yang adalah satu – Allah Bapa, Allah
Putra, dan Allah Roh Kudus. Tuhan Allah adalah satu atau Esa, sebagai lawan dari segala yang
banyak. Tuhan ini menjadi sebab segala sesuatu yang berada. Dengan perantaraan Logos atau
Firman, Tuhan Allah , yang Roh adanya itu, berhubungan dengan dunia benda. Logos ini berdiri
sendiri sebagai suatu zat, yang memiliki kesadaran ilahi dan asas-asas duniawi. Ia adalah
gambaran Allah yang sempurna. Sejak kekal ia dilahirkan dari Allah. Karena kekuasaan
kehendak ilahi, ia terus-menerus dilahirkan dari zat ilahi. Ia memiliki tabiat yang sama dengan
Allah, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Ia satu dengan Allah, akan tetapi sebagai yang
keluar dari Allah Bapa, Ia lebih rendah daripada Allah Bapa. Ia adalah pangkat pertama dari
perpindahan dari “Yang Esa” kepada “Yang Banyak”, atau pangkat kedua di dalam zat Allah.
Aktivitas Logos atau Anak ini juga lebih rendah dibanding dengan aktivitas Bapa. Ia
adalah pelaksana kehendak Allah Bapa, yang melaksanakan instruksi Allah Bapa, sebagai
umpamanya: penjadian.
Roh Kudus dianggapnya juga sebagai zat yang ada pada Allah, yaitu pangkat ketiga di
dalam zat Allah itu. Roh Kudus ini adanya karena Anak hubungannya dengan Anak sama
dengan hubungan Anak dengan Bapa. Bidang kerjanya juga lebih sempit dibanding dengan
bidan kerja Anak. Bapa adalah asas beradanya segala sesuatu, sedang Roh Kudus adalah asas
penyucian segala sesuatu.
Jadi ketritunggalan Allah dipandang sebagai berpangkat-pangkat. Oleh karena itu ajaran
ini disebut Subordinasianisme. Di sini, perbedaan diantara Bapa, Anak, dan Roh Kudus
dipertahankan, akan tetapi kesatuannya ditiadakan[5].
Karena muncul masalah dalam pembicaraan tiga pribadi dalam konteks monoteistik maka
beberapa umat Kristen modern telah berbicara tentang tiga pikiran, jiwa atau kekuatan yang
semuanya adalah bagian dari Allah yang sama dan berada dalam keadaan harmonis: Allah Bapa
mengasihi Allah putra dengan Roh Kudus sebagai kekuatan yang mempersatukan mereka. Umat
Kristen lain berpendapat bahwa akan lebih mudah dengan mengatakan bahwa Allah mempunyai
tiga peran: Allah dalam diri-Nya sendiri adalah Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Dengan demikian, konsep keesaan Tuhan dalam agama Kristen belum jelas dan masih
diperdebatkan di antara umat Kristiani sendiri.
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 14
Implementasi Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Agama Buddha
Umat Buddha Indonesia sebagai
bagian dari masyarakat bangsa Indonesia
berkewajiban melaksanakan Pancasila
dasar negara Republik Indonesia. Dengan
berpedoman pada Dhamma dan Vinaya
yang telah diajarkan oleh Buddha
Gotama, tujuan hidup umat Buddha untuk
mencapai kebahagiaan/kesejahteraan
jasmani dan rohani dapat tercapai. Setiap
sila dalam Pancasila harus dimaknai dan
dilaksanakan oleh seluruh rakyat
Indonesia, termasuk umat Buddha.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Umat Buddha Indonesia memiliki keyakinan (saddha) dan ketaqwaan (bhakti) terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Ajaran tentang hal tersebut terdapat dalam Kitab Udana VIII:3 yang berbunyi:
“Para Bhikkhu, ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak. Para
Bhikkhu, bila tidak ada tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak, maka tidak
ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab
yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelam, tidak tercipta,
yang mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan,
pemunculan sebab yang lalu.”
Jadi dalam agama Buddha Tuhan Yang maha Esa
Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah "Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang"
yang artinya "Sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak menjelma, Tidak tercipta dan Yang
Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Mahaesa adalah suatu yang “Tanpa Aku”
(anatta/anatman), yang tidak dapat dipersonifikasikan (disamakan dengan suatu sosok yang
berkepribadian) dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apapun. Tetapi dengan adanya
Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata)
dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.
IMPLEMENTASI KETUHANAN YANG MAHA ESA BAGI UMAT MUSLIM
Penerapan Ketuhanan yang maha esa bagi
umat muslim dengan cara percaya kepada Allah
SWT dan melaksanakan solat di mesjid.
Konsep keesaan Tuhan dalam Islam disebut
dengan istilah tauhid. Hakekat Tauhid adalah
menafikan sekutu bagi Allah SWT pada zat, sifat,
ibadah, dan perbuatan.
Dalam Al-Qur’an, dalam berbagai ayatnya
ketauhidan digambarkan dalam kesatuan perintah dan kesatuan arah (ketauhidan dalam ajaran
dan ketauhidan dalam tujuan hidup) selain juga kesatuan penyembahan dan kesatuan ketaatan
(ketauhidan dalam hal ibadah dan ketauhidan dalam kesalehan). Dan semua kesatuan ini
diarahkan hanya kepada satu tujuan yaitu Tuhan yang satu.
Mengenai Tuhan Yang Satu itu, Al-Qur’an menjelaskan secara jelas dan tegas dalam
surah Al-Ikhlas. Allah SWT berfirman:
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 15
“Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa”.
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”.
“Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan”.
“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.(Al-Ikhlas:1-4)
Tuhan itu satu Zat-Nya, tak ada sekutu bagi-Nya, Dia Maha Tunggal, tak ada yang
menyamai-Nya. Maha Tinggi, tak ada lawan-Nya. Maha sendiri, tak ada yang sepadan dengan-
Nya. Dia Satu. Qadim, tak ada awal-Nya. Azali, tak ada permulaan-Nya. Dia terus ada, tak
berakhir. Abadi, tak berkesudahan. Dia mengatur makhluk-Nya, tak berhenti. Kekal, tak berlalu.
Selalu dan selamanya bersifat agung, tak akan habis, dan tak terpisahkan dengan berlalunya
masa dan habisnya waktu.
“Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha
mengetahui segala sesuatu”.(Al-Hadid:3)
Tuhan itu bukan jisim yang berbentuk, bukan materi yang memiliki batas dan ukuran. Dia
tak sama dengan jisim-jisim, tak dapat diukur, tak bisa dibagi. Dia bukan jauhar (substansi) dan
tak bisa ditempati jauhar, bukan pula ‘aradh (sifat) dan tak bisa ditempati ‘aradh. Dia tak sama
dengan maujud (being) dan tak bisa disamai maujud.
“... tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia”.(As-Syuura:11)
Pun Dia tak menyerupai sesuatu. Dia tak dibatasi ukuran, tak dilingkupi daerah, dan tak
dikelilingi arah, tak juga diliputi langit dan bumi. Dia bertahta di Arsy sebagaimana yang Dia
katakan dan arti yang dikehendaki-Nya. Tahta yang suci dari menyentuh, menetapi, menempati,
mendiami, dan berpindah. Dia tak disokong Arsy, sebaliknya Arsy dan yang memikulnya
dipandu kelembutan qudrah-Nya, dan dikuasai dalam genggaman-Nya.
Dia di atas Arsy, langit, dan segala sesuatu hingga bawah tanah. Keadaan-Nya di atas tak
menjadikan-Nya lebih dekat kepada Arsy dan langit, tak juga menjadikan-Nya lebih jauh dari
bumi dan tanah. Akan tetapi Dia Maha Tinggi daripada Arsy dan langit, Maha Tinggi daripada
bumi dan tanah. Walau begitu, Dia dekat dengan segala maujud, dekat dengan hamba-hamba-
Nya, lebih dekat daripada urat nadi.
“dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu".(Saba:47)
Kedekatan-Nya tak sama dengan dekatnya jisim, begitu pula Zat-Nya. Dia tak menempati
sesuatu, dan tak sesuatupun menempati-Nya. Maha Tinggi Dia dari ruang lingkup tempat. Maha
suci dia dari batas masa. Dia ada sebelum menciptakan masa dan tempat. Dan Dia saat ini tetap
seperti ada-Nya.
Pembagian Tauhid
Lebih spesifik tentang konsep Tauhid, Beberapa kalangan dari ulama muslim kemudian
membuat pembagian Tauhid.
Ada tiga pokok pembagian Tauhid: 1. Tauhid Rububiyyah. 2. Tauhid Uluhiyyah. 3.
Tauhid Al-Asma wash Shifat.
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 16
1. Tauhid Rububiyyah
Tauhid Rububiyyah berarti mentauhidkan segala apa yang dilakukan Allah SWT, baik mencipta,
memberi rizki, menghidupkan dan mematikan, dan Dia adalah Raja, Penguasa, dan Yang
Mengatur segala sesuatu.
2. Tauhid Uluhiyyah
Tauhid Uluhiyyah disebut juga Tauhiidul ‘Ibaadah yang berarti mentauhidkan Allah SWT
melalui segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka dapat mendekatkan diri kepada
Allah, apabila hal itu disyariatkan oleh-Nya, seperti berdoa, khauf (takut), raja’ (harap),
mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan), bernadzar, isti’anah (meminta pertolongan),
istighatsah (meminta pertolongan di saat sulit), isti’adzah (meminta perlindungan), dan segala
apa yang disyariatkan dan diperintahkan Allah SWT dengan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun. Semua ibadah ini dan lainnya harus dilakukan hanya karena Allah semata dan
ikhlas karena-Nya, dan ibadah tersebut tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah.
Sungguh, Allah tidak akan ridha jika dipersekutukan dengan sesuatu apapun. Apabila ibadah
tersebut dipalingkan kepada selain Allah, maka pelakunya jatuh kepada Syirkun Akbar (Syirik
yang besar) dan tidak diampuni dosanya
3. Tauhid Al- Asma wash Shifat
Ahlussunnah menetapkan apa-apa yang Allah SWT dan Rasu-Nya telah tetapkan atas Diri-Nya,
baik itu dengan nama-nama maupun sifat-sifat Allah SWT, dan mensucikan-Nya dari segala aib
dan kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya SAW.
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 17
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dalam identifikasi sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)di tempatkan pada urutan yang
paling atas karena bangsa indonesia meyakini segala sesuatu itu berasal dari Tuhan dan akan
kembali kepada-Nya. Agama merupakan sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan atau
dewa atau yang lain dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan tersebut. Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk
lain di ciptakan oleh penciptannya . pencipta itu adalah Tuhan dalam bahasa filsafat di sebut
dengan causa prima yang mempunyai hubungan yang di ciptakannya. Manusia sebagai makhluk
yang di ciptakan-Nya wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangannya.Dalam
konteks bernegara maka dalam masyarakat yang berdasarkan pancasila, dengan sendirinnya
menjamin kebebasan memeluk agama masing-masing . Dengan payung Ketuhanan Yang Maha
Esa itu maka bangsa indonesia mempunyai satu asas yang di pegang teguh yaitu kebebasan
untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama masing-masing . Sehubungan dengan
agama itu perintah dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus di laksanakan oleh manusia
sebagai makhluk yang di ciptakan oleh Tuhan , maka untuk menjamin kebebasan tersebut di
dalam pancasila seperti yang kita alami sekarang ini tidak ada paksaan beragama atau memeuluk
agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu dalam masyarakat pancasila
dengan sendirinnya agama di jamin berkembang dan tumbuh subur dan konsekuensi di wajibkan
adannya toleransi beragama.
2. SARAN
Mungkin inilah contoh tugas lapangan tentang implementasi sila pertama dibidang religi,
baiknya kita saling menjaga keutuhan bangsa ini, dan mengutamakan atau mengataskan segala
sesuatu Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan memeluk Agamanya masing-masing tanpa paksaan
dari pihak lain.
Kami juga mohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini banyak kesalahan mau pun
kekurangan, kritik dan saran pun kami terima. Dan kami juga berterima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah Pancasila yang telah member tugas lapangan ini demi kebaikan diri kita
sendiri dan untuk Negara.
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 18
DAFTAR PUSTAKA
Wisata puja mandala.bali
Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-hindu
Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-Kristen-protestan
Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-Buddha
Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-Katolik
Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-islam
Kompas.gramedia.kaelan.1996.fisafat
Pancasila.yogyakarta:paradigma
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 19
DOKUMENTASI IMPLEMENTASI KETUHANAN YANG MAHA ESA
( WISATA PUJA MANDALA BALI)
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 20
IMPLEMENTASISILAPERTAMA
KELOMPOK 5 Page 21

More Related Content

What's hot

Tauhid dan urgensinya bagi kehidupan muslim
Tauhid dan urgensinya bagi kehidupan muslimTauhid dan urgensinya bagi kehidupan muslim
Tauhid dan urgensinya bagi kehidupan muslim
Ahmad Zaelani
 
Peranan Agama Kristen Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Peranan Agama Kristen Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)Peranan Agama Kristen Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Peranan Agama Kristen Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Wanry Lumban Batu
 
Makalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan EmosiMakalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan Emosi
anna rasyla
 
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-KanakPermasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
An Rachma
 
Juhdi,pengertian tauhid dan urgensinya
Juhdi,pengertian tauhid dan urgensinyaJuhdi,pengertian tauhid dan urgensinya
Juhdi,pengertian tauhid dan urgensinya
Juhdi Heryadi
 
Makalah pendekatan teks studi islam
Makalah pendekatan teks studi islamMakalah pendekatan teks studi islam
Makalah pendekatan teks studi islamRifiani Zemi
 
Islam Iman Ihsan.pptx
Islam Iman Ihsan.pptxIslam Iman Ihsan.pptx
Islam Iman Ihsan.pptx
AstridNadiaAlimah
 
ruang lingkup ajaran agama Islam
ruang lingkup ajaran agama Islamruang lingkup ajaran agama Islam
ruang lingkup ajaran agama Islam
Teguh Prasetyo
 
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Listia wati
 
Pertemuan ke-12 Erik H.Erikson
Pertemuan ke-12  Erik H.EriksonPertemuan ke-12  Erik H.Erikson
Pertemuan ke-12 Erik H.Erikson
Vivia Maya Rafica
 
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerikaSejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerikaNur Arifaizal Basri
 
“TEORI PERKEMBANGAN KARIR GINZBERG”
“TEORI PERKEMBANGAN KARIR GINZBERG”“TEORI PERKEMBANGAN KARIR GINZBERG”
“TEORI PERKEMBANGAN KARIR GINZBERG”
nessa_ti
 
tri pusat pendidikan
tri pusat pendidikantri pusat pendidikan
tri pusat pendidikan
Fike Apriliyanti
 
Filsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiFilsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiHosyatul Aliyah
 
Ibadah makalah
Ibadah makalahIbadah makalah
Ibadah makalah
MeyLiontin
 
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diriBagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Raffy Mundung
 
hakikat dan tujuan pend.islam
hakikat dan tujuan pend.islam hakikat dan tujuan pend.islam
hakikat dan tujuan pend.islam
Ainina Sa'id
 
Tugas review materi filsafat
Tugas review materi filsafatTugas review materi filsafat
Tugas review materi filsafat
windarti aja
 
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatHubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatSusi Yanti
 

What's hot (20)

Tauhid dan urgensinya bagi kehidupan muslim
Tauhid dan urgensinya bagi kehidupan muslimTauhid dan urgensinya bagi kehidupan muslim
Tauhid dan urgensinya bagi kehidupan muslim
 
Peranan Agama Kristen Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Peranan Agama Kristen Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)Peranan Agama Kristen Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Peranan Agama Kristen Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
 
Makalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan EmosiMakalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan Emosi
 
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-KanakPermasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
 
Juhdi,pengertian tauhid dan urgensinya
Juhdi,pengertian tauhid dan urgensinyaJuhdi,pengertian tauhid dan urgensinya
Juhdi,pengertian tauhid dan urgensinya
 
Makalah pendekatan teks studi islam
Makalah pendekatan teks studi islamMakalah pendekatan teks studi islam
Makalah pendekatan teks studi islam
 
Islam Iman Ihsan.pptx
Islam Iman Ihsan.pptxIslam Iman Ihsan.pptx
Islam Iman Ihsan.pptx
 
ruang lingkup ajaran agama Islam
ruang lingkup ajaran agama Islamruang lingkup ajaran agama Islam
ruang lingkup ajaran agama Islam
 
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
 
Pertemuan ke-12 Erik H.Erikson
Pertemuan ke-12  Erik H.EriksonPertemuan ke-12  Erik H.Erikson
Pertemuan ke-12 Erik H.Erikson
 
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerikaSejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
 
“TEORI PERKEMBANGAN KARIR GINZBERG”
“TEORI PERKEMBANGAN KARIR GINZBERG”“TEORI PERKEMBANGAN KARIR GINZBERG”
“TEORI PERKEMBANGAN KARIR GINZBERG”
 
tri pusat pendidikan
tri pusat pendidikantri pusat pendidikan
tri pusat pendidikan
 
Filsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiFilsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : Ontologi
 
Metode studi islam
Metode studi islamMetode studi islam
Metode studi islam
 
Ibadah makalah
Ibadah makalahIbadah makalah
Ibadah makalah
 
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diriBagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
Bagaimana cara kebudayaan mempengaruhi konsep diri
 
hakikat dan tujuan pend.islam
hakikat dan tujuan pend.islam hakikat dan tujuan pend.islam
hakikat dan tujuan pend.islam
 
Tugas review materi filsafat
Tugas review materi filsafatTugas review materi filsafat
Tugas review materi filsafat
 
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatHubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
 

Viewers also liked

Bagaimana Penerapan Nilai pancasila yang pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) Di...
Bagaimana Penerapan Nilai pancasila yang pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) Di...Bagaimana Penerapan Nilai pancasila yang pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) Di...
Bagaimana Penerapan Nilai pancasila yang pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) Di...
YABES HULU
 
Sejarah pajak
Sejarah pajakSejarah pajak
Sejarah pajak
YABES HULU
 
FIFO,LIFO,RATA-RATA TERTIMBANG
FIFO,LIFO,RATA-RATA TERTIMBANGFIFO,LIFO,RATA-RATA TERTIMBANG
FIFO,LIFO,RATA-RATA TERTIMBANG
YABES HULU
 
Perhitungan pph badan smp rp4,8 m
Perhitungan pph badan smp rp4,8 mPerhitungan pph badan smp rp4,8 m
Perhitungan pph badan smp rp4,8 m
YABES HULU
 
Perhitungan PPh badan untuk peredaran bruto diatas Rp4,8 s/d Rp50m
Perhitungan PPh badan untuk peredaran bruto diatas Rp4,8 s/d Rp50mPerhitungan PPh badan untuk peredaran bruto diatas Rp4,8 s/d Rp50m
Perhitungan PPh badan untuk peredaran bruto diatas Rp4,8 s/d Rp50m
YABES HULU
 
Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Bidang Politik
Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Bidang PolitikImplementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Bidang Politik
Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Bidang PolitikPuspitaMelati
 
P3B AFRIKA SELATAN, ARAB SAUDI, AUSTRALIA, CHINA, INGGRIS, MALAYSIA, SINGAPUR...
P3B AFRIKA SELATAN, ARAB SAUDI, AUSTRALIA, CHINA, INGGRIS, MALAYSIA, SINGAPUR...P3B AFRIKA SELATAN, ARAB SAUDI, AUSTRALIA, CHINA, INGGRIS, MALAYSIA, SINGAPUR...
P3B AFRIKA SELATAN, ARAB SAUDI, AUSTRALIA, CHINA, INGGRIS, MALAYSIA, SINGAPUR...
YABES HULU
 
kas kecil sistem dana tidak tetap
kas kecil sistem dana tidak tetapkas kecil sistem dana tidak tetap
kas kecil sistem dana tidak tetap
sansantika_
 
KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA
KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILAKASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA
KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA
Polytechnic State Semarang
 
Laporan keuangan Kas kecil
Laporan keuangan Kas kecilLaporan keuangan Kas kecil
Laporan keuangan Kas kecilRetna Rindayani
 
Modul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskalModul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskal
YABES HULU
 
Soal Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
Soal Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/RugiSoal Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
Soal Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
YABES HULU
 
Wawasan Kebangsaan
Wawasan KebangsaanWawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan
Fahmi Hakam
 
Ppt konsep,klasifikasi biaya,arus biaya,dan laporan keuangan
Ppt konsep,klasifikasi biaya,arus biaya,dan laporan keuanganPpt konsep,klasifikasi biaya,arus biaya,dan laporan keuangan
Ppt konsep,klasifikasi biaya,arus biaya,dan laporan keuangan
YABES HULU
 
PPh BADAN
PPh BADANPPh BADAN
PPh BADAN
YABES HULU
 
Menyusun laporan keuangan
Menyusun laporan keuanganMenyusun laporan keuangan
Menyusun laporan keuangan
YABES HULU
 
Kertas kerja pemeriksaan kap
Kertas kerja pemeriksaan kapKertas kerja pemeriksaan kap
Kertas kerja pemeriksaan kap
YABES HULU
 
Contoh soal-akuntansi-biaya
Contoh soal-akuntansi-biayaContoh soal-akuntansi-biaya
Contoh soal-akuntansi-biaya
Irfan Rusdi
 

Viewers also liked (20)

Bagaimana Penerapan Nilai pancasila yang pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) Di...
Bagaimana Penerapan Nilai pancasila yang pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) Di...Bagaimana Penerapan Nilai pancasila yang pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) Di...
Bagaimana Penerapan Nilai pancasila yang pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) Di...
 
Soal 8
Soal 8Soal 8
Soal 8
 
Sejarah pajak
Sejarah pajakSejarah pajak
Sejarah pajak
 
FIFO,LIFO,RATA-RATA TERTIMBANG
FIFO,LIFO,RATA-RATA TERTIMBANGFIFO,LIFO,RATA-RATA TERTIMBANG
FIFO,LIFO,RATA-RATA TERTIMBANG
 
Perhitungan pph badan smp rp4,8 m
Perhitungan pph badan smp rp4,8 mPerhitungan pph badan smp rp4,8 m
Perhitungan pph badan smp rp4,8 m
 
Perhitungan PPh badan untuk peredaran bruto diatas Rp4,8 s/d Rp50m
Perhitungan PPh badan untuk peredaran bruto diatas Rp4,8 s/d Rp50mPerhitungan PPh badan untuk peredaran bruto diatas Rp4,8 s/d Rp50m
Perhitungan PPh badan untuk peredaran bruto diatas Rp4,8 s/d Rp50m
 
Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Bidang Politik
Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Bidang PolitikImplementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Bidang Politik
Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Bidang Politik
 
P3B AFRIKA SELATAN, ARAB SAUDI, AUSTRALIA, CHINA, INGGRIS, MALAYSIA, SINGAPUR...
P3B AFRIKA SELATAN, ARAB SAUDI, AUSTRALIA, CHINA, INGGRIS, MALAYSIA, SINGAPUR...P3B AFRIKA SELATAN, ARAB SAUDI, AUSTRALIA, CHINA, INGGRIS, MALAYSIA, SINGAPUR...
P3B AFRIKA SELATAN, ARAB SAUDI, AUSTRALIA, CHINA, INGGRIS, MALAYSIA, SINGAPUR...
 
kas kecil sistem dana tidak tetap
kas kecil sistem dana tidak tetapkas kecil sistem dana tidak tetap
kas kecil sistem dana tidak tetap
 
KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA
KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILAKASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA
KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA
 
Laporan keuangan Kas kecil
Laporan keuangan Kas kecilLaporan keuangan Kas kecil
Laporan keuangan Kas kecil
 
Modul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskalModul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskal
 
Soal Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
Soal Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/RugiSoal Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
Soal Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
 
Contoh soal dan penyelesaian departementalisasi bop
Contoh soal dan penyelesaian departementalisasi bopContoh soal dan penyelesaian departementalisasi bop
Contoh soal dan penyelesaian departementalisasi bop
 
Wawasan Kebangsaan
Wawasan KebangsaanWawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan
 
Ppt konsep,klasifikasi biaya,arus biaya,dan laporan keuangan
Ppt konsep,klasifikasi biaya,arus biaya,dan laporan keuanganPpt konsep,klasifikasi biaya,arus biaya,dan laporan keuangan
Ppt konsep,klasifikasi biaya,arus biaya,dan laporan keuangan
 
PPh BADAN
PPh BADANPPh BADAN
PPh BADAN
 
Menyusun laporan keuangan
Menyusun laporan keuanganMenyusun laporan keuangan
Menyusun laporan keuangan
 
Kertas kerja pemeriksaan kap
Kertas kerja pemeriksaan kapKertas kerja pemeriksaan kap
Kertas kerja pemeriksaan kap
 
Contoh soal-akuntansi-biaya
Contoh soal-akuntansi-biayaContoh soal-akuntansi-biaya
Contoh soal-akuntansi-biaya
 

Similar to Implementasi sila pertama

ppt pancasila kebidanan.pptx
ppt pancasila kebidanan.pptxppt pancasila kebidanan.pptx
ppt pancasila kebidanan.pptx
Fahmidinata1
 
Pancasila vs agama baru
Pancasila vs agama baruPancasila vs agama baru
Pancasila vs agama baru
Putrinurdh
 
KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA
KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA
KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA
isffianisuki
 
Ppt pendidikan pancasila setiadi daniel 077_ikorb
Ppt pendidikan pancasila setiadi daniel 077_ikorbPpt pendidikan pancasila setiadi daniel 077_ikorb
Ppt pendidikan pancasila setiadi daniel 077_ikorb
universitas negeri surabaya
 
9137527 makna-sila-ke-tuhanan-yang-maha-esa
9137527 makna-sila-ke-tuhanan-yang-maha-esa9137527 makna-sila-ke-tuhanan-yang-maha-esa
9137527 makna-sila-ke-tuhanan-yang-maha-esaAditia Lukman
 
KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA
KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA
KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA
isffianisuki
 
Pancasila dan Agama
Pancasila dan AgamaPancasila dan Agama
Pancasila dan Agama
Alviah Triana
 
KWN kel 1.pptx
KWN kel 1.pptxKWN kel 1.pptx
KWN kel 1.pptx
Anindyaekananda
 
CONTOH MAKALAH AGAMA
CONTOH MAKALAH AGAMACONTOH MAKALAH AGAMA
CONTOH MAKALAH AGAMA
Eman Syukur
 
Artikel nila zulfiani new
Artikel nila zulfiani newArtikel nila zulfiani new
Artikel nila zulfiani new
nila ZULFIANI
 
METAFISIKA KETUHANAN - KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN DENGA...
METAFISIKA KETUHANAN - KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN DENGA...METAFISIKA KETUHANAN - KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN DENGA...
METAFISIKA KETUHANAN - KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN DENGA...
wahyu suhada
 
Materi kaidah agama tentang karier
Materi kaidah agama tentang karierMateri kaidah agama tentang karier
Materi kaidah agama tentang karier
Sun Ndary
 
Relasi Antar Agama di Indonesia
Relasi Antar Agama di IndonesiaRelasi Antar Agama di Indonesia
Relasi Antar Agama di IndonesiaSabilul Maarifah
 
Bab ii tgas
Bab ii tgasBab ii tgas
Bab ii tgas33335
 
pancasila sebagai ideologi negara
pancasila sebagai ideologi negarapancasila sebagai ideologi negara
pancasila sebagai ideologi negaraRiska Yuliatiningsih
 
Hukum agama islam kaintanya dengan pancasila
Hukum agama islam kaintanya dengan pancasilaHukum agama islam kaintanya dengan pancasila
Hukum agama islam kaintanya dengan pancasilaOperator Warnet Vast Raha
 
Hukum agama islam kaintanya dengan pancasila
Hukum agama islam kaintanya dengan pancasilaHukum agama islam kaintanya dengan pancasila
Hukum agama islam kaintanya dengan pancasilaOperator Warnet Vast Raha
 
Pancasila
PancasilaPancasila
Pancasila
septiawatidewi207
 

Similar to Implementasi sila pertama (20)

ppt pancasila kebidanan.pptx
ppt pancasila kebidanan.pptxppt pancasila kebidanan.pptx
ppt pancasila kebidanan.pptx
 
Pancasila vs agama baru
Pancasila vs agama baruPancasila vs agama baru
Pancasila vs agama baru
 
KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA
KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA
KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA
 
Ppt pendidikan pancasila setiadi daniel 077_ikorb
Ppt pendidikan pancasila setiadi daniel 077_ikorbPpt pendidikan pancasila setiadi daniel 077_ikorb
Ppt pendidikan pancasila setiadi daniel 077_ikorb
 
9137527 makna-sila-ke-tuhanan-yang-maha-esa
9137527 makna-sila-ke-tuhanan-yang-maha-esa9137527 makna-sila-ke-tuhanan-yang-maha-esa
9137527 makna-sila-ke-tuhanan-yang-maha-esa
 
KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA
KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA
KRITIK TERHADAP KETUHANAN VERSI PANCASILA
 
Pancasila dan Agama
Pancasila dan AgamaPancasila dan Agama
Pancasila dan Agama
 
KWN kel 1.pptx
KWN kel 1.pptxKWN kel 1.pptx
KWN kel 1.pptx
 
CONTOH MAKALAH AGAMA
CONTOH MAKALAH AGAMACONTOH MAKALAH AGAMA
CONTOH MAKALAH AGAMA
 
Artikel nila zulfiani new
Artikel nila zulfiani newArtikel nila zulfiani new
Artikel nila zulfiani new
 
METAFISIKA KETUHANAN - KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN DENGA...
METAFISIKA KETUHANAN - KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN DENGA...METAFISIKA KETUHANAN - KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN DENGA...
METAFISIKA KETUHANAN - KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN DENGA...
 
Materi kaidah agama tentang karier
Materi kaidah agama tentang karierMateri kaidah agama tentang karier
Materi kaidah agama tentang karier
 
3 131217225316-phpapp02
3 131217225316-phpapp023 131217225316-phpapp02
3 131217225316-phpapp02
 
3 131217225316-phpapp02
3 131217225316-phpapp023 131217225316-phpapp02
3 131217225316-phpapp02
 
Relasi Antar Agama di Indonesia
Relasi Antar Agama di IndonesiaRelasi Antar Agama di Indonesia
Relasi Antar Agama di Indonesia
 
Bab ii tgas
Bab ii tgasBab ii tgas
Bab ii tgas
 
pancasila sebagai ideologi negara
pancasila sebagai ideologi negarapancasila sebagai ideologi negara
pancasila sebagai ideologi negara
 
Hukum agama islam kaintanya dengan pancasila
Hukum agama islam kaintanya dengan pancasilaHukum agama islam kaintanya dengan pancasila
Hukum agama islam kaintanya dengan pancasila
 
Hukum agama islam kaintanya dengan pancasila
Hukum agama islam kaintanya dengan pancasilaHukum agama islam kaintanya dengan pancasila
Hukum agama islam kaintanya dengan pancasila
 
Pancasila
PancasilaPancasila
Pancasila
 

More from YABES HULU

Daftar Undeductible Expenses biaya fiskal
Daftar Undeductible Expenses biaya fiskalDaftar Undeductible Expenses biaya fiskal
Daftar Undeductible Expenses biaya fiskal
YABES HULU
 
Perhitungan PPh badan untuk peredaran bruto diatas Rp50 M
Perhitungan PPh badan untuk peredaran bruto diatas Rp50 MPerhitungan PPh badan untuk peredaran bruto diatas Rp50 M
Perhitungan PPh badan untuk peredaran bruto diatas Rp50 M
YABES HULU
 
PPH Pasal 21
PPH Pasal 21PPH Pasal 21
PPH Pasal 21
YABES HULU
 
Silmulasi pph ps.21 e-spt
Silmulasi pph ps.21 e-sptSilmulasi pph ps.21 e-spt
Silmulasi pph ps.21 e-spt
YABES HULU
 
Kas kecil PT larosa
Kas kecil PT larosaKas kecil PT larosa
Kas kecil PT larosa
YABES HULU
 
PPh Pasal 21 + soal
PPh Pasal 21 + soalPPh Pasal 21 + soal
PPh Pasal 21 + soal
YABES HULU
 
Pengendalian intern
Pengendalian internPengendalian intern
Pengendalian intern
YABES HULU
 
Materi bop
Materi bopMateri bop
Materi bop
YABES HULU
 
Bab ii pengertian bop
Bab ii pengertian bopBab ii pengertian bop
Bab ii pengertian bop
YABES HULU
 
Formulir 1111 a2
Formulir 1111 a2Formulir 1111 a2
Formulir 1111 a2YABES HULU
 
Accounting
AccountingAccounting
Accounting
YABES HULU
 
Accounting
AccountingAccounting
AccountingYABES HULU
 
SURAT TAGIHAN PAJAK
SURAT TAGIHAN PAJAKSURAT TAGIHAN PAJAK
SURAT TAGIHAN PAJAK
YABES HULU
 
PPH WAJIB PAJAK BADAN
PPH WAJIB PAJAK BADANPPH WAJIB PAJAK BADAN
PPH WAJIB PAJAK BADAN
YABES HULU
 
Pajak penghasilan wp badan
Pajak penghasilan wp badanPajak penghasilan wp badan
Pajak penghasilan wp badan
YABES HULU
 
Accounting, Laporan Keuangan, Jurnal Penutup, Jurnal Pembalik
Accounting, Laporan Keuangan, Jurnal Penutup, Jurnal PembalikAccounting, Laporan Keuangan, Jurnal Penutup, Jurnal Pembalik
Accounting, Laporan Keuangan, Jurnal Penutup, Jurnal Pembalik
YABES HULU
 
Penggalian nilai nilai pancasila di masa sebelum 1908
Penggalian nilai nilai pancasila di masa sebelum 1908Penggalian nilai nilai pancasila di masa sebelum 1908
Penggalian nilai nilai pancasila di masa sebelum 1908
YABES HULU
 
Penggalian nilai nilai pancasila di masa kerajaan
Penggalian nilai nilai pancasila di masa kerajaanPenggalian nilai nilai pancasila di masa kerajaan
Penggalian nilai nilai pancasila di masa kerajaan
YABES HULU
 
Nilai nilai pancasila pada masa pergerakan nasional
Nilai   nilai pancasila pada masa pergerakan nasionalNilai   nilai pancasila pada masa pergerakan nasional
Nilai nilai pancasila pada masa pergerakan nasional
YABES HULU
 

More from YABES HULU (19)

Daftar Undeductible Expenses biaya fiskal
Daftar Undeductible Expenses biaya fiskalDaftar Undeductible Expenses biaya fiskal
Daftar Undeductible Expenses biaya fiskal
 
Perhitungan PPh badan untuk peredaran bruto diatas Rp50 M
Perhitungan PPh badan untuk peredaran bruto diatas Rp50 MPerhitungan PPh badan untuk peredaran bruto diatas Rp50 M
Perhitungan PPh badan untuk peredaran bruto diatas Rp50 M
 
PPH Pasal 21
PPH Pasal 21PPH Pasal 21
PPH Pasal 21
 
Silmulasi pph ps.21 e-spt
Silmulasi pph ps.21 e-sptSilmulasi pph ps.21 e-spt
Silmulasi pph ps.21 e-spt
 
Kas kecil PT larosa
Kas kecil PT larosaKas kecil PT larosa
Kas kecil PT larosa
 
PPh Pasal 21 + soal
PPh Pasal 21 + soalPPh Pasal 21 + soal
PPh Pasal 21 + soal
 
Pengendalian intern
Pengendalian internPengendalian intern
Pengendalian intern
 
Materi bop
Materi bopMateri bop
Materi bop
 
Bab ii pengertian bop
Bab ii pengertian bopBab ii pengertian bop
Bab ii pengertian bop
 
Formulir 1111 a2
Formulir 1111 a2Formulir 1111 a2
Formulir 1111 a2
 
Accounting
AccountingAccounting
Accounting
 
Accounting
AccountingAccounting
Accounting
 
SURAT TAGIHAN PAJAK
SURAT TAGIHAN PAJAKSURAT TAGIHAN PAJAK
SURAT TAGIHAN PAJAK
 
PPH WAJIB PAJAK BADAN
PPH WAJIB PAJAK BADANPPH WAJIB PAJAK BADAN
PPH WAJIB PAJAK BADAN
 
Pajak penghasilan wp badan
Pajak penghasilan wp badanPajak penghasilan wp badan
Pajak penghasilan wp badan
 
Accounting, Laporan Keuangan, Jurnal Penutup, Jurnal Pembalik
Accounting, Laporan Keuangan, Jurnal Penutup, Jurnal PembalikAccounting, Laporan Keuangan, Jurnal Penutup, Jurnal Pembalik
Accounting, Laporan Keuangan, Jurnal Penutup, Jurnal Pembalik
 
Penggalian nilai nilai pancasila di masa sebelum 1908
Penggalian nilai nilai pancasila di masa sebelum 1908Penggalian nilai nilai pancasila di masa sebelum 1908
Penggalian nilai nilai pancasila di masa sebelum 1908
 
Penggalian nilai nilai pancasila di masa kerajaan
Penggalian nilai nilai pancasila di masa kerajaanPenggalian nilai nilai pancasila di masa kerajaan
Penggalian nilai nilai pancasila di masa kerajaan
 
Nilai nilai pancasila pada masa pergerakan nasional
Nilai   nilai pancasila pada masa pergerakan nasionalNilai   nilai pancasila pada masa pergerakan nasional
Nilai nilai pancasila pada masa pergerakan nasional
 

Recently uploaded

LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 

Recently uploaded (20)

LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 

Implementasi sila pertama

  • 1. IMPLEMENTASI SILA PERTAMA DIBIDANG RELIGI DI S U S U N OLEH KELOMPOK 5 : Della Yasinta Wira Putri Ana (140643053) Komang Sri Meiningsih (1406043065) Sherly ( 1406043066 ) Imanuel Efa Yabes Hulu ( 1406043068 ) Made Desi Sukmayanti (1406043073) Ni Luh Nyoman Ayu Mas Trisna Sari (1406043080) I Gusti Bagus Aditya Wira P. (1406043081)
  • 2. IMPLEMENTASISILAPERTAMA KELOMPOK 5 Page 2 KATA PENGANTAR puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun tugas lapangan tentang IMPLEMENTASI SILA PERTAMA(KETUHANAN YANG MAHA ESA) DI BIDANG RELIGI . Sesuai dengan hasil yang diperoleh dari pemikiran dan pengolahan sumber informasi yang kami dapat. baik dari internet maupun dari sumber refrensi buku-buku dan wawancara dari narasumber. Yang akhirnya di tulis dengan bentuk sebuah makalah ini. Maka, dengan adanya makalah usaha ini. Harapan Kami mahasiswa ataupun siapa saja yang membaca dapat berfikir kritis untuk ke depannya, serta memahami IMPLEMENTASI SILA PERTAMA(KETUHANAN YANG MAHA ESA) DI BIDANG RELIGI,saat itu. Atas tersusunnya makalah ini, tidak lepas pula dari jasa berbagai pihak yang terkait baik dalam proses penyusunan makalah ini, Mudah – mudahan semua amal baik ini mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Kami selaku penulis mohon maaf yang sebesar – besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayan atau pun siapa saja yang membaca nya.
  • 3. IMPLEMENTASISILAPERTAMA KELOMPOK 5 Page 3 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. Seluruh warga negara kesatuan Republik Indonesia sudah seharusnya mempelajari, mendalami dan mengembangkannya serta mengamalkan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan kemampuan masing-masing. Tingkatan-tingkatan pelajaran mengenai Pancasila yang dapat dihubungkan dengan tingkat- tingkat pengetahuan ilmiah. Dengan pancasila terutama pertama yakni sila ketuhanan Yang Maha Esa , bangsa indonesia dengan ini menyetakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenannya manusia indonesia percaya dan taqwa tehadaap Tuhan Yang Maha Esa, Didalam kehidupan masyarakat indonesia di kembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga dapat selalu di bina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sadar bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa yang di percayai dan di yakininnya. 2. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana Penerapan Nilai pancasila yang pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) Di bidang Religi. 3. TUJUAN 1. Mengetahui itu pancasila 2. Mengerti dan memahami Bagaimana penerapan sila pertama di setiap agama.
  • 4. IMPLEMENTASISILAPERTAMA KELOMPOK 5 Page 4 BAB II PEMBAHASAN Seluruh warga negara kesatuan Republik Indonesia sudah seharusnya mempelajari, mendalami dan mengembangkannya serta mengamalkan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan kemampuan masing-masing. Tingkatan- tingkatan pelajaran mengenai Pancasila yang dapat dihubungkan dengan tingkat-tingkat pengetahuan ilmiah. Tujuan pendidikan Pancasila adalah membentuk watak bangsa yang kukuh, juga untuk memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara mempunyai arti menjadikan Pancasila sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan Pancasila sebagai dasar negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, sudah seharusnya semua peraturan perundang-undangan di negara Republik Indonesia bersumber pada Pancasila. Pancasila memiliki bentuk kesatuan yang utuh, pancasila merupakan kesatuan yang mutlak dan pancasila merupakan unsur mutlak yanag membentuk kesatuan. Dalam identifikasi sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)di tempatkan pada urutan yang paling atas karena bangsa indonesia meyakini segala sesuatu itu berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Agama merupakan sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan atau dewa atau yang lain dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain di ciptakan oleh penciptannya . pencipta itu adalah Tuhan dalam bahasa filsafat di sebut dengan causa prima yang mempunyai hubungan yang di ciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang di ciptakan-Nya wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangannya.Dalam konteks bernegara maka dalam masyarakat yang berdasarkan pancasila, dengan sendirinnya menjamin kebebasan memeluk agama masing-masing . Dengan payung Ketuhanan Yang Maha Esa itu maka bangsa indonesia mempunyai satu asas yang di pegang teguh yaitu kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama masing-masing . Sehubungan dengan agama itu perintah dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus di laksanakan oleh manusia sebagai makhluk yang di ciptakan oleh Tuhan , maka untuk menjamin kebebasan tersebut di dalam pancasila seperti yang kita alami sekarang ini tidak ada paksaan beragama atau memeuluk agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu dalam masyarakat pancasila dengan sendirinnya agama di jamin berkembang dan tumbuh subur dan konsekuensi di wajibkan adannya toleransi beragama.
  • 5. IMPLEMENTASISILAPERTAMA KELOMPOK 5 Page 5 Jika di teliti secara , memang pemahaman kekuatan yang ada di luar diri manusia dan di luar alam yang ada ini atau adannya sesuatu yang bersifat adikodrati(diatas atau di luar yang kodrat)dan yang transenden (yang mengatasi segala sesuatu ) sudah di pahami oleh bangsa indonesia sejak dahulu. Sejak jaman nenek moyang sudah di kenal paham animisme, dinamisme sampai paham politheisme . kekuatan itu terus saja berkembang di sunia sampai masuknnya agama-agama hindu,budha,islam,nasrani, ke indonesia , sehingga kesadaran akan monotheisme di masyarakat indonesia semakin kuat. Oleh karena itu tepatlah jika rumusan sila pertama pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. Arti dan Makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa  Pengakuan adannya causa prima (sebab pertama)yaitu Tuhan Yang Maha Esa  Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya masing-masing  Tidak memaksa warga negara untuk beragama tetapi di wajibkan untuk memeluk agama sesuai dengan hukum yang berlaku  Atheisme di larang hidup dan berkembang di indonesia  Menjamin berkembang dan tumbuh suburnnya kehidupan beragama, toleransi antara umat dan dalam beragama  Negara memberi fasilitataor bagi tumbuh kembangnnya agama dan iman warga negara dan menjadi mediator ketika terjadi konflik antar agama Dengan sila ketuhanan Yang Maha Esa , bangsa indonesia dengan ini menyetakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenannya manusia indonesia percaya dan taqwa tehadaap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kepercayaannnya masing- masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Didalam kehidupan masyarakat indonesia di kembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga dapat selalu di bina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sadar bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa yang di percayai dan di yakininnya, maka di kembangkanlah sikap saling menghormati kebebasan dalam menjalankan ibadah sesuai agama dan tidak memaksakan suatu agama itu kepada orang lain. Dengan rumusan sila Ketuhanan Yang Maha Esa seperti tersebut di atas tidak berarti bahwa negara memaksa agama atas suatu kepercayaan terhadap Tuhan Yang MaHA Esa, sebab agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu berdasarkan keyakinan, sehingga tidak dapat di peksakan dan memang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri tidak memaksa setiap manusia untuk memeluk dan menganutnya. Pancasila dan UUD 1945 menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Kebebasan agama adalah merupakan salah satu hak yang paling asasi di antara hak-hak asaai manusia, karena kebebasan agama itu
  • 6. IMPLEMENTASISILAPERTAMA KELOMPOK 5 Page 6 langsung bersumber kepada martaba manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak kebebasan beragama bukan pemberian negara atau bukan pemberian golongan. IMPLEMENTASI KETUHANAN YANG MAHA ESA BAGI AGAMA HINDU Bagi agama Hindu penerapan Ketuhanan Yang Maha Esa, Penerapannya dengan cara Sembahyang yang ritualnya disana menghormati kepada Yang Maha Esa(Umum) dan terkhususnya bagi Agama Hindu “Sang Hyang Widhi Wasa”.Dimana umat Hindu percaya dan yakin akan adanya Tuhan, dan bertakwa kepada Beliau(Sang Hyang Widhi Wasa). Bagi Umat hindu tempat sembahyang di laksanakan Di pura. Pura adalah tempat suci untuk memuja Hyang widhi wasa dalam segala Prabawa(manifestasi-Nya) dan Atman Sidha Dewata (Roh Suci Leluhur). Disamping di pergunakan istilah Pura untuk menyebut tempat suci dan pemujaan, dipergunakan juga istilah Kahyangan atau Parhyangan. Fungsi Pura adalah Tempat suci umat Hindu yang berfungsi sebagai tempat pemujaan Hyang Widhi Wasa dalam segala Prabawa-Nya dan atau Atma Sidha Dewata dengan sarana upacara Yadnya sebagai perwujudan dari Tri Marga. Pengelompokan Pura di Bali : A. berdasarkan fungsinya digolonhkan menjadi dua kelompok : 1. Pura jagat yaitu pura yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja Hyang Widhi Wasa dalam segala Prabawa-NYA (manifestasi-Nya) 2. Pura kawitan yaitu pura yang berfungsi sebagai tempat suci pemuja Atma Sidha Dewata (Roh Suci Leluhur) B. Berdasarkan karakterisasi digolongkan menjadi empat kelompok : 1. Pura Kahyangan jagat yaitu pura tempat pemujaan Hyang Widhi Wasa dalam segala Prabawa-Nya seperti Pura Sad Kahyangan dan Pura Jagat lainnya. 2. Pura Kahyangan Desa yaitu pura yang disungsung oleh Desa Adat. 3. Pura swagina (pura Fungsional) yaiyu pura yang penyiwinya terikat oleh ikatan swaginanya(kekayaannya) yang mempunyai profesi sama dalam system mata pencaharian Hidup seperti Pura Subak,pura melanting dan yang sejenisnya. 4. Pura Kawitan yaitu pura yang penyiwinya ditentukan oleh ikatan “wit” atau leluhur berdasarkan garis kelahiran (genealogies), seperti sanggah/merajan, pretiwi,ibu,panti,dadia,batur,dadia,dalem Dadia, Dadia,Pedharman dan yang sejenisnya. Panca Sradha Dalam Agama Hindu lima pilar sebagai dasar keyakinan disebut Panca Sradha, Panca artinya lima dan Sradha artinya Keyakinan terdiri dari : 1. Brahman artinya Umat Hindu percaya dan yakin akan adanya Tuhan Yang Maha Esa. 2. Atman artinya Umat hindu percaya dan yakin bahwa ada percikan-percikan keTuhanan yang bersemayam dalam diri setiap mahluk hidup yang disebut Atman. 3. Karma Phala artinya Umat Hindu yakin dan percaya bahwa setiap perbuatan sekecil apapun pasti ada akibatnya. 4. Punarbhawa artinya Umat Hindu percaya dan yakin bahwa setiap manusia akan mengalami kelahiran kembali (reinkarnasi) untuk menyempurnakan karmanya.
  • 7. IMPLEMENTASISILAPERTAMA KELOMPOK 5 Page 7 Moksa artinya Umat Hindu percaya dan yakin akan adanya tujuan tertinggi kehidupan adalah dalam rangka bersatunya Atman dengan Brahman. 1. Ajaran Tentang KeTuhanan Tuhan Yang Maha Esa Menurut Hindu Dharma Menurut Hindu Dharma, Tuhan hanya satu. Umat Hindu di Indonesia memberi Dia gelar Sang Hyang Widhi Wasa ‘Widhi’ berarti takdir dan ‘Wasa’ artinya Yang Maha Kuasa. ‘Widhi Wasa’ berarti Yang Maha Kuasa, yang mentakdirkan segala yang ada.1[6] Dia juga disebut Bhatara Ciwa Pelindung Yang Tertinggi. Banyak gelar lagi yang dipersembahkan oleh umat Hindu kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai Sang Hyang Parameswara raja Termulia, Parama Wicesa, Maha Kuasa, jagat Karana pencita Alam dan lain-lainnya. Sebagai pencipta Ia bergelar Brahma (Utpatti), dalam aksara Ia disimbolkan dengan huruf ‘A’. Sebagai pemelihara dan pelindung (Sthiti) ia disebut Wisnu dalam aksara disimbolkan huruf ‘U’. Sebagai Tuhan yang mengembalikan segala isi alam kepada suber asalnya (Pralina) Ia bergelar Ciwa; sering juga disebut sebagai Icwara, sibolnya dalam aksara adalah huruf ‘M’. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pustaka suci Weda: “EKAM EVA ADWITYAM BRAHMAN” , artinya: “hanya satu (Ekam Eva) tidak ada duanya Adwityam Hyang Widhi itu itu “EKO NARAYANAD NA DWITYO’STI KACIT” artinya: “hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya”. Gelar Tuhan disebut dengan berbagai nama disebabkan sifat-sifat Sang Hyang Widhi Yang Maha Mulia, Maha Kuasa, Maha Pengasih dan tiada terbatas. Sedangkan kekuatan manusia untuk menggambarkan Sang Hyang Widhi sangat terbatas. Rsi-rsi agama Hindu hanya mampu memberi sebutan dengan berbagai nama serta berbagai fungsinya. Yang paling utama ialah TRI SAKTI, yakni: 1. BRAHMA adalah sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai pencipta, dalam bahasa sansekerta disebut “UTPATTI”. 2. WISNU adalah sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai pelindung, pemelihara dengan segala kasih-sayangnya. Pelindung dalam bahasa sansekerta disebut “STHITI”. 3. SIWA adalah sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinya melebur (pralina) dunia serta isinya dan mengembalikan dalam penyadaran ke asal. TRI SAKTI ini mencipta, memelihara dan melebur semesta alam. Mereka menguasai ketiga hukum: lahir, hidup, dan mati serta seluruh makhluk, termasuk manusia. untuk dapat meresapkan kemahakuasaan Hyang Widhi ini, agama Hindu memberikan simbol pada kekuatannya dalam ucapan aksara suci “OM”.2[7] Perkataan “OM” adalah aksara suci untuk mewujudkan Sang Hyang Widhi dengan ketiga prabawanya, yaitu: Aksara ‘A’ untuk menyimbolkan BRAHMA , Hyang Widhi dalam prabhawanya Maha Pencipta. Aksara ‘U’ untuk menyimbolkan WISNU, Hyang Widhi prabhawanya Maha Melindungi. Aksara ‘M’ untuk menyimbolkan SIWA, Hyang Widhi dalam prabhawanya Maha Pelebur. Suara ‘A’, ‘U’ dan ‘M’ ditunggalkan menjadi AUM atau OM.
  • 8. IMPLEMENTASISILAPERTAMA KELOMPOK 5 Page 8 Dalam Agama Hindu, Sang Hyang Widhi tidak sama dengan Dewa atau Bhatara. Dewa adalah perwujudan sinar suci dari Sang Hyang Widhi yang memberi kekuatan suci guna kesempurnaan hidup makhluk. Dewa itu bukan Sang Hyang Widhi Wasa, Ia hanyalah sinarnya. Kata ‘Dewa’ berasal dari bahasa sansekerta ‘DIV’, artinya Sinar (kata ini menjadi Day dan Divine dalam bahasa inggris). Tegasnya, Dewa berarti bersinar, sedangkan kata Bhatara adalah prabhawa (manifestasi) kekuatan dari Sang Hyang Widhi untuk memberi perlindungan terhadap ciptaannya. Kata ‘Bhatara’ berasal dari bahasa sansekerta ‘BHATR’ yang berarti pelindung, antara Dewa dan Bhatara sering pemakaiannya diartikan sama saja. Umpamanya Dewa Wisnu disebut juga Bhatara Wisnu karena beliau melindungi makhluk semesta.3[8] Tripramana Agama Hindu mengajarkan teori “TRIPRAMANA” yakni: tiga cara untuk mengetahui benar- benar adanya Tuhan Yang Maha Esa,4[9] yaitu dengan cara: 1. PRATYAKSA PRAMANA ialah dengan cara melihat langsung, mengenal Tuhan Yang Maha Esa hanya orang-orang sangat suci yang mungkin mengetahui Sang Hyang Widhi dengan cara melihat langsung, yaitu dengan cara Pratyaksa pramana. 2. ANUMANA PRAMANA ialah dengan cara analisa yang mudah-mudah saja. Umat Hindu percaya bahwa terdapatnya seluruh alam semesta tentu ada yang menciptakan, yanki Sang Hyang Widhi. Apabila manusia mati tentu ada tempatnya bagi atman yang lepas dari badan. Inipun tentu adalah Sang Hyang Widhi. 3. AGAMA PRAMANA ialah denga cara mempercayai isi pustaka suci Agama Hindu. Umpamanya kitab suci Upanisad menyatakan bahwa Sang Hyang Widhi adalah “telinga dari semua telinga; pikiran dari semua pikiran; ucapan dari segala ucapan; nafas dari segala nafas; mata dari segala mata”, dan lain sebagainya. Adanya Sang Hyang Widhi Maka dari itu, Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa merupakan maha Sempurna dan tidak terbatas, karena itu manusia tidak dapat melihatnya. Walaupun manusia tidak dapat melihat Sang Hyang Widhi bukanlah Sang Hyang Widhi tidak ada. Sebagai halnya bintang-bintang di langit, tidak kelihatan pada siang hari tidak berarti bahwa bintang-bintang itu tidak ada atau ada hanya pada waktu malam saja. Justru karena mata manusia tidak mampu menembus sinar matahari, maka dari itulah sebabnya tidak dapat melihat bintang-bintang di langit. Akan tetapi bintang-bintang itu tetap ada. Demikian pula lantaran manusia tidak dapat menembus kegelapan jiwanya. Maka tidak dapat pula melihat Sang Hyang Widhi, akan tetapi Sang Hyang Widhi pada hakikatnya tetap ada. Umat beragama yang benar-benar melaksanakan kehidupan suci sesuai dengan petunjuk dan ajaran pustaka suci, niscaya akan melihat Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa dengan terang. Tuhan Yang Maha Esa akan tampil dalam hati-sanubari para umat beragama dan jiwa yang suci lagi murni. Tidak Berbentuk Dalam pustaka suci Weda, disebutkan bahwa Sang Hyang Widhi tidak berbentuk, tidak bertangan maupun berkaki, tidak berpancaindra, tetapi beliau dapat mengetahui segala sesuatu yang ada pada makhluk. Lagi pada Hyang Widhi tidak pernah lahir dan tidak pernah tua, tidak pernah berkurang juga bertambah. Tegasnya Sang Hyang Widhi tidak berbentuk tetapi karena kemuliaannya dapat mengambil wujud sesuai dengan keadaan untuk menegakan Dharma. Perwujudan ini dinamakan AWATARA. Awatara
  • 9. IMPLEMENTASISILAPERTAMA KELOMPOK 5 Page 9 Istilah Awatara adalah perwujudan Sang Hyang Widhi ke dunia dengan mengambil suatu bentuk yang dengan perbuatan atau ajaran-ajaran sucinya, beri tuntutan untuk membebaskan manusia dari penderitaan dan angkara murka disebabkan kegelapan awidya.5[10] Pustaka suci Bhagavadgita, Bab IV sloka 7 berbunyi: “Manakala Dharma (kebenaran) mulai hilang Dan Adharma (kejahatan) mulai merajalela, Saat itu, wahai keturunan Brata (arjuna), Aku sendiri turun menjelma. Ternyata apabila dunia dalam penderitaan dan dikuasai Adharma, maka Sang Hyang Widhi turun ke dunia untuk menegakan Dharma. Dalam hal ini, Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa dalam maifestasinya sebagai Wisnu, telah menjelma ke dunia ini sebagai Awatara sebanyak Sembilan kali untuk menjelmakan dan menegakan Dharma. Dalam kitab suci Purana, ada disebutkan DHASA AWATARA (Sepuluh Awatara)6[11] sebagai berikut: 1. MATYSA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi berbentuk ikan besar, telah menyelamatkan manusia dari banjir yang maha besar. 2. KURMA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi sebagai kura-kura raksasa telah menupu dunia ini agar terhindar dari bahaya terbenam. 3. WARAHA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi sebagai seekor badak agung yang telah menyelamatkan dunia dan mengait dunia dari bahaya terbenam NARASIMBA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi dalam bentuk manusia berkepala samba (singa) telah menyelamatkan dunia dengan mebasmi kekejaman Raja Hirnyakasipu yang terkenal dengan lalim dan selalu menindas Dharma. 4. WAMANA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke dunia sebagai orang kerdil yang berpengengetahuan tinggi dan mulia, telah menyelamatkan dunia dengan mengalahkan Maharaja Bali yang selalu menginjak-injak Dharma dan kedaulatan negara. 5. PARASHURAMA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke dunia bentuk Ramaparashu, yakni Rama yang bersenjata kapak telah menyelamatkan dunia dengan membasmi segenap kesatrya yang menyeleweng dari ajaran Dharma. 6. RAMA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke dunia sebagi Sri Rama, putra raja Dasharatha, telah menyelamatkan duina dengan membasmi Sang Rawana, raja kelaliman dan keangkaramurkaan di negeri Alengka. 7. KRESNA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke dunia sebagai Sri Kresna , raja Dwarawati yang terkenal, telah membasmi raja Kangsa dan jarasada tokoh kelaliman. 8. BUDDHA AWATARA: Awatara Sang Hyang Widhi turun ke dunia sebagai Buddha Gautama, putra raja Sudhodana yang lahir di kapilavastu, telah menyebarkan Dharma dan memberikan tuntunan kepada manusia untuk mencapai Nirwana. 10. KALKI AWATARA: penjelmaan terakhir Sang Hyang Widhi akan membasmi segala penghianat dan penyeleweng agama. KALKI akan turun ke dunia pada zaman Kali Yuda, yakni zaman memuncaknya pertentangan. Menurut keyakinan umat Hindu, Awatara Kalki itu sekarang amsih belum lahir, namun pasti akan lahir untuk melenyapkan pertentangan-pertentangan keyakinan itu. Rsi—Acarya/Sulinggih Disamping Awatara, dalam agama Hindu terdapat pula istilah ‘Rsi’ dan ‘Acarya’. Rsi adalah orang suci yang atas usahanya melakukan tapa yoga, semadi, memiliki kesucian dan dapat menghubungkan dirinya kepada Sang Hyang Widhi dan sudah mencapai moksa, sehingga dapat
  • 10. IMPLEMENTASISILAPERTAMA KELOMPOK 5 Page 10 melihat hal-hal yang lampau (atita), yang sekarang (wartamana) dan yang akan datang (anagata).7[12] Para rsi berkewajiban memelihara, menuntun umat manusia dengan ajaran-ajaran Weda. Awatara berbeda dengan Rsi, sebab yang satu turun dari atas sedangka yang lainnya dari bawah naik ke atas. Acarya berbeda pula dengan Rsi, sebab Rsi sudah melepaskan dir dari ikatan keduniawian, sedangkan Acarya masih belum dapat melepaskan diri dari ikatan keduniawian, ia harus melakukan upacara keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. 2. SEMBAHYANG Sembah yang adalah salah satu hakekat inti dari ajaran Hindu Dharma. Setiap orang yang mengaku beragama, ia pasti melakukan sembahyang karena sembahyang menurut ajaran agama bersifat wajib atau harus. Sembahyang intinya adalah iman atau percaya sehingga semua tingkah laku atau perbuatan, pikiran dan ucapan sebagai perwujudan dalam bentuk “bhakti” hakekatnya bersumber pada unsur iman (sraddha) yang salah satunya dengan cara sembahyang. Sembahyang terdiri atas dua kata, yaitu;  Sembah yang berarti o Sujud atau sungkem, yang dilakukan dengan cara-cara tertentu dengan tujuan untuk menyampaikan penghormatan, perasaan hati atau pikiran, baik dengan ucapan kata-kata maupun tanpa ucapan, misalnya hanya sikap pikiran.  Hyang yaitu o Yang dihormati atau dimuliakan sebagai obyek dalam pemujaan, yaitu : Ida Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa, yang berhak menerima penghormatan menurut kepercayaan itu. Didalam bahasa sehari-hari, orang bali sering juga menyebut kata sembahyang dengan sebutan:  Muspa, karena dalam persembahyangan itu lazim juga dilakukan dengan jalan persembahan kembang (puspa).  Mebakti, dinamakan demikian karena inti persembahan itu adalah untuk memperlihatkan rasa bakti (bhakti) atau hormat setulus-tulusnya dengan cara mencakupkan kedua belah tangan atau cara lain yang dapat diartikan sama sebagai penyerahan diri setulus hati kepada yang dihormati atau Tuhan Yang Maha Esa.  Maturan, yang artinya menyampaikan persembahan dengan mempersembahkan apa saja yang merupakan hasil karya sesuai menurut kemampuan dengan perasaan tulus ikhlas, seperti buah, kue, minuman dll. Didalam bhagawadgita, yoga atau Samadhi dinyatakan sebagai salah satu bentuk persembahyangan yang dapat pula dilakukan oleh orang yang menganut ajaran sanatha dharma (hindu) dengan melakukan “tri sandhya”. Sembahyang atau yadnya mempunyai fungsi dan kedudukan sangat penting dalam kehidupan beragama. Ini ditegaskan oleh kitab weda smerti sebagai berikut;
  • 11. IMPLEMENTASISILAPERTAMA KELOMPOK 5 Page 11 “wedoditam swakam karma nityam kuryadatandritah, Taddhi kurwanyathasakti prapnoti paranam gatim” (Manawa Dharmasastra IV, 14) Hendaknya tanpa kenal lelah melakukan yadnya yang ditentukan untuknya dalam weda, karena ia yang melaksanakan semua itu menurut kemampuan mencapai kedudukan kejiwaan paling tinggi. Dengan menggariskan ketentuan yang ditegaskan adanya penyesuaian kemampuan menurut kemampuan atau relative tidaklah mutlak untuk melakukan yadnya melebihi kemampuan karena dengan melebihi kemampuan berarti bertentangan pula dengan weda. Demikian dijelaskan pengertian tentang "sembahyang" dalam Forum Diskusi Hindu Nusantara (Facebook), ref) Sebelum melakukan sembahyang, setelah duduk dan situasi tenang, maka Mantram Penyucian Badan dan Sarana Sembahyang disebutkan sebagai awal dari persembahyangan. Dalam tuntunan sembahyang melalui sebuah keyakinan yang bersumber pada sraddha kita yang disebutkan sebagai berikut :  Makna dan Tujuan dari persembahyangan : o Untuk menghormati dan mengagungkan kebesaran sifat Tuhan Yang Maha Esa, selaku pencipta dan penguasa alam semesta. o Sebagai pengakuan diri bahwa pada hakikatnya manusia adalah mahluk yang sangat lemah. o Sebagai permohonan maaf dan pengampunan atas segala dosa yang pernah dilakukan dalam hidupnya. o Menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas segala waranugraha-Nya. o Memohon perlindungan-Nya agar dijauhkan dari segala bahaya maupun cobaan hidup. o Menemukan suasana kedamaian lahir dan bathin.  Pura sebagai tempat sembahyang atau pemujaan kepada Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi kemahakuasaan-Nya.  Macam-macam Persembahyangan : o Menurut waktu pelaksanaan.  Nitya Kala, yaitu sembahyang yang dilaksanakan 3 (tiga) kali sehari.  Naimitika Kala, yaitu persembahyangan yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu. o Menurut bentuk pelaksanaannya. o Persembahyangan bersama dengan dipandu puja Sulinggih. o Persembahyangan bersama tanpa dipandu puja Sulinggih.  Persembahyangan perorangan.  Persyaratan Sembahyang o Persyaratan lahir (sakala, wahya) :  Bersihkan badan dengan mandi. Boleh juga mandi dengan air kumkuman.  Berpakaian yang bersih dah sopan.  Sarana persembahyangan yang dipakai supaya baik, misalnya : Bunga yang harum dan segar, dupa yang harum serta kwangen.  Tempat persembahyangan yang bersih dan bersuasana tenang. o Persyaratan bathin (niskala, adyatmika) :  Rasa tulus ihklas dalam melaksanakan sembahyang.  Kesadaran bathin yang luhur dan suci sesuai dengan ajaran Tri Kaya Parisudha, yaitu : suci dalam pikiran, suci dalam perkataan, dan suci dalam perbuatan.  Bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa/Sanghyang Widhi Wasa secara pasrah dan utuh.  Kesadaran melaksanakan sembahyang agar ditujukan pada jalan dharma, kesucian dan kesejahtraan mahluk serta alam semesta.
  • 12. IMPLEMENTASISILAPERTAMA KELOMPOK 5 Page 12  Meyakini ajaran Tat Twam Asi yakni memandang semua mahluk mempunyai hakikat yang sama. o Asana dalam sikap Sembahyang  Sikap tangan.  Sikap tangan pada waktu Tri Sandhya. Mengambil sikap Devapratistha atau Amusti Karana yaitu kedua ibu jari tangan dipadukan dengan telunjuk tangan kanan (berbentuk “kojong”) atau kedua ibu jari tangan kanan dan kiri dipertemukan/ditempelkan sedangkan jari-jari tangan yang lain saliang bertumpukan diatas ulu hati.  Sikap tangan pada waktu melaksanakan kramaning sembah. Sikap tangan pada waktu melaksanakan persembahyangan/kramaning sembah yaitu kedua belah telapak tangan dicakupkan dan diangkat keatas ubun-ubun.  Sikap badan pada waktu sedang sembahyang.  Bila memuja dalam sebuah Pura, Sanggah Pamrajan dan sebagainya dilakukan dengan cara duduk. Bagi kaum pria dengan sikap Padmasana (Silasana) sedangkan sedangkan bagi kaum wanita dengan sikap Bajrasana (bersimpuh). Ada lagi sikap-sikap yang lain misalnya bagi yang sakit mengambil sikap Sawasana. Selanjutnya apabila kondisitempat tidak memungkinkan untuk duduk maka dapat dilaksanakan dengan mengambil sikap Padasana (berdiri). Sebagai salah satu kelengkapan sembahyang, penggunaan udeng disebutkan memiliki simbol ketuhanan dalam simpul yang "nunggal". Demikianlah pengertian dan makna sembahyang kepada Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi kemahakuasaan-Nya agar menemukan suasana kedamaian lahir dan bathin. Dalam melakukan persembahyangan, beberapa hal yang patut dilakukan,  Sikap duduk dalam memulai persembahyangan, baik itu tempat duduk, sikap dll sebagai awal dari persembahyangan.  Karasodhana | mensucikan pikiran terlebih dahulu sebelum melakukan persembahyangan. PENERAPAN KETUHANAN YANG MAHA ESA BAGI AGAMA KRISTEN (PROTESTAN, KATOLIK) Penerapan ketuhanan yang Maha Esa pada sila pertama bagi agama Kristen yaitu dengan cara percaya kepada Tuhan yang memiliki tiga Kepribadian yaitu Allah Bapa,Allah Putra,dan Allah Roh kudus (Tritunggal). Umat Kristen pada umumnya melaksakan ibadah/kebaktian di gereja dengan cara berdoa,memuji tuhan(dengan cara bernyanyi lagu Rohani/Kidung Pujian) dan mendengarkan firman (kitab suci Alkitab). Umat Kristen di ajarkan untuk selalu bersyukur dan mengutahakan Tuhan dari segalanya,dan taat terhadap perintah – perintah Allah, dan sujud menyembah kepadaNya.
  • 13. IMPLEMENTASISILAPERTAMA KELOMPOK 5 Page 13 Tempat ibadah umat Kristen dikenal dengan nama GEREJA, disana seluruh umat Kristen beribadah dan setiap perayaan-perayaan hari raya seperti HAri Raya Natal (kelahiran yesus Kristus), Hari Raya Paskah,dll dilaksanakan di gereja. Bagi Umat Kristen Katolik peribatan orang Katolik disebut misa , sedangkan peribadatan Umat Protestan Disebut kebaktian.keduanya berbeda dalam hal isi maupun sama-sama dilaksanakan pada hari minggu. Tritunggal Inti iman kepercayaan umat Kristen adalah misteri Tritunggal yang tidak mudah dimengerti – kepercayaan bahwa Allah itu tiga pribadi yang adalah satu – Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus. Tuhan Allah adalah satu atau Esa, sebagai lawan dari segala yang banyak. Tuhan ini menjadi sebab segala sesuatu yang berada. Dengan perantaraan Logos atau Firman, Tuhan Allah , yang Roh adanya itu, berhubungan dengan dunia benda. Logos ini berdiri sendiri sebagai suatu zat, yang memiliki kesadaran ilahi dan asas-asas duniawi. Ia adalah gambaran Allah yang sempurna. Sejak kekal ia dilahirkan dari Allah. Karena kekuasaan kehendak ilahi, ia terus-menerus dilahirkan dari zat ilahi. Ia memiliki tabiat yang sama dengan Allah, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Ia satu dengan Allah, akan tetapi sebagai yang keluar dari Allah Bapa, Ia lebih rendah daripada Allah Bapa. Ia adalah pangkat pertama dari perpindahan dari “Yang Esa” kepada “Yang Banyak”, atau pangkat kedua di dalam zat Allah. Aktivitas Logos atau Anak ini juga lebih rendah dibanding dengan aktivitas Bapa. Ia adalah pelaksana kehendak Allah Bapa, yang melaksanakan instruksi Allah Bapa, sebagai umpamanya: penjadian. Roh Kudus dianggapnya juga sebagai zat yang ada pada Allah, yaitu pangkat ketiga di dalam zat Allah itu. Roh Kudus ini adanya karena Anak hubungannya dengan Anak sama dengan hubungan Anak dengan Bapa. Bidang kerjanya juga lebih sempit dibanding dengan bidan kerja Anak. Bapa adalah asas beradanya segala sesuatu, sedang Roh Kudus adalah asas penyucian segala sesuatu. Jadi ketritunggalan Allah dipandang sebagai berpangkat-pangkat. Oleh karena itu ajaran ini disebut Subordinasianisme. Di sini, perbedaan diantara Bapa, Anak, dan Roh Kudus dipertahankan, akan tetapi kesatuannya ditiadakan[5]. Karena muncul masalah dalam pembicaraan tiga pribadi dalam konteks monoteistik maka beberapa umat Kristen modern telah berbicara tentang tiga pikiran, jiwa atau kekuatan yang semuanya adalah bagian dari Allah yang sama dan berada dalam keadaan harmonis: Allah Bapa mengasihi Allah putra dengan Roh Kudus sebagai kekuatan yang mempersatukan mereka. Umat Kristen lain berpendapat bahwa akan lebih mudah dengan mengatakan bahwa Allah mempunyai tiga peran: Allah dalam diri-Nya sendiri adalah Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Dengan demikian, konsep keesaan Tuhan dalam agama Kristen belum jelas dan masih diperdebatkan di antara umat Kristiani sendiri.
  • 14. IMPLEMENTASISILAPERTAMA KELOMPOK 5 Page 14 Implementasi Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Agama Buddha Umat Buddha Indonesia sebagai bagian dari masyarakat bangsa Indonesia berkewajiban melaksanakan Pancasila dasar negara Republik Indonesia. Dengan berpedoman pada Dhamma dan Vinaya yang telah diajarkan oleh Buddha Gotama, tujuan hidup umat Buddha untuk mencapai kebahagiaan/kesejahteraan jasmani dan rohani dapat tercapai. Setiap sila dalam Pancasila harus dimaknai dan dilaksanakan oleh seluruh rakyat Indonesia, termasuk umat Buddha. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Umat Buddha Indonesia memiliki keyakinan (saddha) dan ketaqwaan (bhakti) terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran tentang hal tersebut terdapat dalam Kitab Udana VIII:3 yang berbunyi: “Para Bhikkhu, ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak. Para Bhikkhu, bila tidak ada tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak, maka tidak ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelam, tidak tercipta, yang mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan sebab yang lalu.” Jadi dalam agama Buddha Tuhan Yang maha Esa Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah "Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang" yang artinya "Sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak menjelma, Tidak tercipta dan Yang Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Mahaesa adalah suatu yang “Tanpa Aku” (anatta/anatman), yang tidak dapat dipersonifikasikan (disamakan dengan suatu sosok yang berkepribadian) dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apapun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi. IMPLEMENTASI KETUHANAN YANG MAHA ESA BAGI UMAT MUSLIM Penerapan Ketuhanan yang maha esa bagi umat muslim dengan cara percaya kepada Allah SWT dan melaksanakan solat di mesjid. Konsep keesaan Tuhan dalam Islam disebut dengan istilah tauhid. Hakekat Tauhid adalah menafikan sekutu bagi Allah SWT pada zat, sifat, ibadah, dan perbuatan. Dalam Al-Qur’an, dalam berbagai ayatnya ketauhidan digambarkan dalam kesatuan perintah dan kesatuan arah (ketauhidan dalam ajaran dan ketauhidan dalam tujuan hidup) selain juga kesatuan penyembahan dan kesatuan ketaatan (ketauhidan dalam hal ibadah dan ketauhidan dalam kesalehan). Dan semua kesatuan ini diarahkan hanya kepada satu tujuan yaitu Tuhan yang satu. Mengenai Tuhan Yang Satu itu, Al-Qur’an menjelaskan secara jelas dan tegas dalam surah Al-Ikhlas. Allah SWT berfirman:
  • 15. IMPLEMENTASISILAPERTAMA KELOMPOK 5 Page 15 “Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa”. “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”. “Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan”. “Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.(Al-Ikhlas:1-4) Tuhan itu satu Zat-Nya, tak ada sekutu bagi-Nya, Dia Maha Tunggal, tak ada yang menyamai-Nya. Maha Tinggi, tak ada lawan-Nya. Maha sendiri, tak ada yang sepadan dengan- Nya. Dia Satu. Qadim, tak ada awal-Nya. Azali, tak ada permulaan-Nya. Dia terus ada, tak berakhir. Abadi, tak berkesudahan. Dia mengatur makhluk-Nya, tak berhenti. Kekal, tak berlalu. Selalu dan selamanya bersifat agung, tak akan habis, dan tak terpisahkan dengan berlalunya masa dan habisnya waktu. “Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu”.(Al-Hadid:3) Tuhan itu bukan jisim yang berbentuk, bukan materi yang memiliki batas dan ukuran. Dia tak sama dengan jisim-jisim, tak dapat diukur, tak bisa dibagi. Dia bukan jauhar (substansi) dan tak bisa ditempati jauhar, bukan pula ‘aradh (sifat) dan tak bisa ditempati ‘aradh. Dia tak sama dengan maujud (being) dan tak bisa disamai maujud. “... tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia”.(As-Syuura:11) Pun Dia tak menyerupai sesuatu. Dia tak dibatasi ukuran, tak dilingkupi daerah, dan tak dikelilingi arah, tak juga diliputi langit dan bumi. Dia bertahta di Arsy sebagaimana yang Dia katakan dan arti yang dikehendaki-Nya. Tahta yang suci dari menyentuh, menetapi, menempati, mendiami, dan berpindah. Dia tak disokong Arsy, sebaliknya Arsy dan yang memikulnya dipandu kelembutan qudrah-Nya, dan dikuasai dalam genggaman-Nya. Dia di atas Arsy, langit, dan segala sesuatu hingga bawah tanah. Keadaan-Nya di atas tak menjadikan-Nya lebih dekat kepada Arsy dan langit, tak juga menjadikan-Nya lebih jauh dari bumi dan tanah. Akan tetapi Dia Maha Tinggi daripada Arsy dan langit, Maha Tinggi daripada bumi dan tanah. Walau begitu, Dia dekat dengan segala maujud, dekat dengan hamba-hamba- Nya, lebih dekat daripada urat nadi. “dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu".(Saba:47) Kedekatan-Nya tak sama dengan dekatnya jisim, begitu pula Zat-Nya. Dia tak menempati sesuatu, dan tak sesuatupun menempati-Nya. Maha Tinggi Dia dari ruang lingkup tempat. Maha suci dia dari batas masa. Dia ada sebelum menciptakan masa dan tempat. Dan Dia saat ini tetap seperti ada-Nya. Pembagian Tauhid Lebih spesifik tentang konsep Tauhid, Beberapa kalangan dari ulama muslim kemudian membuat pembagian Tauhid. Ada tiga pokok pembagian Tauhid: 1. Tauhid Rububiyyah. 2. Tauhid Uluhiyyah. 3. Tauhid Al-Asma wash Shifat.
  • 16. IMPLEMENTASISILAPERTAMA KELOMPOK 5 Page 16 1. Tauhid Rububiyyah Tauhid Rububiyyah berarti mentauhidkan segala apa yang dilakukan Allah SWT, baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan, dan Dia adalah Raja, Penguasa, dan Yang Mengatur segala sesuatu. 2. Tauhid Uluhiyyah Tauhid Uluhiyyah disebut juga Tauhiidul ‘Ibaadah yang berarti mentauhidkan Allah SWT melalui segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka dapat mendekatkan diri kepada Allah, apabila hal itu disyariatkan oleh-Nya, seperti berdoa, khauf (takut), raja’ (harap), mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan), bernadzar, isti’anah (meminta pertolongan), istighatsah (meminta pertolongan di saat sulit), isti’adzah (meminta perlindungan), dan segala apa yang disyariatkan dan diperintahkan Allah SWT dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Semua ibadah ini dan lainnya harus dilakukan hanya karena Allah semata dan ikhlas karena-Nya, dan ibadah tersebut tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah. Sungguh, Allah tidak akan ridha jika dipersekutukan dengan sesuatu apapun. Apabila ibadah tersebut dipalingkan kepada selain Allah, maka pelakunya jatuh kepada Syirkun Akbar (Syirik yang besar) dan tidak diampuni dosanya 3. Tauhid Al- Asma wash Shifat Ahlussunnah menetapkan apa-apa yang Allah SWT dan Rasu-Nya telah tetapkan atas Diri-Nya, baik itu dengan nama-nama maupun sifat-sifat Allah SWT, dan mensucikan-Nya dari segala aib dan kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya SAW.
  • 17. IMPLEMENTASISILAPERTAMA KELOMPOK 5 Page 17 BAB III PENUTUP 1. KESIMPULAN Dalam identifikasi sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)di tempatkan pada urutan yang paling atas karena bangsa indonesia meyakini segala sesuatu itu berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Agama merupakan sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan atau dewa atau yang lain dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain di ciptakan oleh penciptannya . pencipta itu adalah Tuhan dalam bahasa filsafat di sebut dengan causa prima yang mempunyai hubungan yang di ciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang di ciptakan-Nya wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangannya.Dalam konteks bernegara maka dalam masyarakat yang berdasarkan pancasila, dengan sendirinnya menjamin kebebasan memeluk agama masing-masing . Dengan payung Ketuhanan Yang Maha Esa itu maka bangsa indonesia mempunyai satu asas yang di pegang teguh yaitu kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama masing-masing . Sehubungan dengan agama itu perintah dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus di laksanakan oleh manusia sebagai makhluk yang di ciptakan oleh Tuhan , maka untuk menjamin kebebasan tersebut di dalam pancasila seperti yang kita alami sekarang ini tidak ada paksaan beragama atau memeuluk agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu dalam masyarakat pancasila dengan sendirinnya agama di jamin berkembang dan tumbuh subur dan konsekuensi di wajibkan adannya toleransi beragama. 2. SARAN Mungkin inilah contoh tugas lapangan tentang implementasi sila pertama dibidang religi, baiknya kita saling menjaga keutuhan bangsa ini, dan mengutamakan atau mengataskan segala sesuatu Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan memeluk Agamanya masing-masing tanpa paksaan dari pihak lain. Kami juga mohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini banyak kesalahan mau pun kekurangan, kritik dan saran pun kami terima. Dan kami juga berterima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Pancasila yang telah member tugas lapangan ini demi kebaikan diri kita sendiri dan untuk Negara.
  • 18. IMPLEMENTASISILAPERTAMA KELOMPOK 5 Page 18 DAFTAR PUSTAKA Wisata puja mandala.bali Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-hindu Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-Kristen-protestan Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-Buddha Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-Katolik Implementasi-ketuhanan-yang-maha-esa-bagi-umat-islam Kompas.gramedia.kaelan.1996.fisafat Pancasila.yogyakarta:paradigma
  • 19. IMPLEMENTASISILAPERTAMA KELOMPOK 5 Page 19 DOKUMENTASI IMPLEMENTASI KETUHANAN YANG MAHA ESA ( WISATA PUJA MANDALA BALI)