SlideShare a Scribd company logo
1
ONTOLOGI PENGETAHUAN
Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada
(wujud seperti karakteristik dasar dari seluruh realitas). Secara bahasa, kata ontologi berasal
dari perkataan Yunani, yaitu : Ontos berarti being, dan Logos berarti Logic. Jadi, dapat
dikatakan ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan) atau bisa juga ilmu tentang yang ada (bakhtiar,2005:219).
Istilah ontologi pertama kali diperkenalkan oleh rudolf Goclenius pada tahun 1936 M,
untuk menamai hakekak yang ada bersifat metafisis. Dalam perkembangannya Christian
Wolf (1679-1754) dalam (bakhtiar,2005:219). membagi metafisika menjadi dua, yaitu
metafisika umum dan khusus.
Metafisika umum adalah istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafiska atau
otologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling
dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus masih terbagi menjadi
Kosmologi, Psikologi dan Teologi.
Masalah Ontologi
Dalam kajian ontologi ada beberapa masalah yang perlu dipahami dan dicermati, yaitu :
 Jumlah dan ragam
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pikiran semesta
universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Kenyataan
itu baik dari pengalaman pribadi maupun dari sejarah pemikiran muncul persoalan tentang
kesatuan dan kebanyakan, tentang ketunggalan dan kegandaan, tantang keekaan dan
keanekaan, tentang kesamaan dan keberlainan
 Pertentangan
Rasanya orang-orang harus memilih salah satu di antara dua kemungkinan tersebut (antara
kenyataan yang satu dan yang beragam), jikalau kenyataan itu bersatu, maka kiranya menjadi
satu, tunggal, esa dan tidak akan menjadi banyak, ganda dan aneka.
 Hampiran
Untuk menolak pemecahan persoalan awal ini, ontologi harus menolak dari kenyataan
konkret menurut apa adanya. Tidak akan diusahakan menjawab pertanyaan:”Karena apa ada
suatu kenyataan?” keniscayaan mengada atau tidaknya itu mustahil diuraikan secara apriori.
2
A. ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT
Mempelajari pemahaman ontologi muncul beberapa pandangan-pandangan pokok
pemikiran dalam pertanyaan yang kemudian melahirkan aliran-aliran dalam filsafat. Dari
masing-masing pertanyaan menimbulkan beberapa sudut pandang mengenai ontologi.
Sehingga lahir lima filsafat, yaitu sebagai berikut :
1. Monoisme : Paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari kenyataan adalah
satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik
berupa materi maupun rohani. Paham ini terbagi menjadi dua aliran :
a. Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani.
Aliran ini sering disebut naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan
kenyataan dan satu-satunya fakta yang hanyalah materi, sedangkan jiwa atau ruh
tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri
b. Idealisme
Sebagai lawan dari materialisme yang dinamakan spriritualismee. Dealisme
berasal dari kata ”Ideal” yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan
bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma)
atu sejenis denganntya, yaitu sesuatu yang tidak terbentuk dan menempati ruag.
Materi atau zat ini hanyalah suatu jenis dari penjelamaan ruhani
2. Dualisme, Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai
asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi
bukan muncul dari benda, sama-sama hakikat, kedua macam hakikat tersebut masing-
masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi, hubungan keduanya
menciptakan kehidupan di alam ini. Tokoh paham ini adalah Descater (1596-1650 SM)
yang dianggap sebagai bapak Filosofi modern)
3. Pluralisme, paham ini beranggapan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralisme tertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam
bentuk itu semuanya nyata, tokoh aliran ini pada masa Yunani kuno adalah Anaxagoras
dan Empedcoles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri
dari empat unsur, yaitu tanah, air, api dan udara
4. Nihilisme, berasal dari bahasa Yunani yang berati nothing atau tidak ada. Istilah
Nihilisme dikenal oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya Fadhers an Children yang
3
ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia. Doktrin tentang Nihilisme sebenarnya sudah ada
sejak zaman Yunani kuno, yaitu pada pandangan Grogias (483-360 SM) yang
memberikan tiga proporsi tentang realitas
5. Agnostisime, berasal dari bahasa Grik Agnostos yang berarti unknow. A artinya not, Gno
artinya know. Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat
benda. Baik hakekat materi maupun hakekat ruhani. Timbulnya aliran ini dikarenakan
belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya
kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Jadi paham ini mengenai
pengingkaran tau penyangkalan terhada kemampuan manusia mengetahui hakekat benda
baik materi maupun ruhani. Aliran ini mirip dengan skeptisisme yang berpendapat bahwa
manusia diragukan kemampuannya mengetahui hakekatnya, namun tampaknya
agnotisisme lebih dari itu karena menyerah sama sekali.
EPISTEMOLOGI PENGETAHUAN
A. Pengertian Epistemologi
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan
batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin, nature,
methods, and limits of human knowledge).
Epistemologi jiga disebut teori pengetahuan ( theory of knowledge) berasal dari kata
Yunani episteme, yang berarti “pengetahuan”, “pengetahuan yang benar”, “ pengetahuan
ilmiah”, dan logos= teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang
mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan sahnya (validitas) pengetahuan.
Dalam metafisika, pertanyaan pokoknya adalah “apakah ada itu?” sedangkan dalam
epistemology pertanyaan pokoknya adalah “apa yang dapat saya ketahui?”.
Dalam pembahasan filsafat ilmu, epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari
filsafat. Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara
mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan.
B. Hubungan antara Epistemologi dengan Pedagogi Matematika
Epistemologi matematika adalah teori pengetahuan yang sasarannya adalah pengetahuan
matematika. Epistemologi merupakan pemikiran reflektif terhadap berbagai segi dari
pengetahuan seperti kemungkinan, asal mula, sifat-sifat alami, batas-batas, asumsi dan
landasan,validitas dan reliabilitas hingga kebenaran pengetahuan.
Kajian yang termasuk dalam epistemologi matematika antara lain : matematika termasuk
jenis pengetahuan apa (empirik ataupengetahuan pra- pengalaman) bagaimana ciri-ciri
4
matematika (deduktif, abstrak, hipotetik,eksak, simbolik, universal, rasional dan
kemungkinan ciri lainnya) lingkup dan pembagianpengetahuan matematika (matematika
murni, matematika terapan serta cabang lainnya)kebenaran matematika (sifat alaminya dan
semacamnya). Epistemologi matematika mempengaruhi pembelajaran matematika. Kinerja
guru yang ditunjukkan dalam pemecahan masalah, serta pendekatan pengajaranmereka,
tergantung pada keyakinan mereka tentang matematika.
SARANA BERPIKIR ILMIAH
Sarana berpikir ilmiah ini sangat berkaitan dengan metode ilmiah. Sarana merupakan
alat yang membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan sarana berpikir
ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik, dengan
demikian fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah, bukan
merupakan ilmu itu sendiri.
Sarana bepikir ilmiah juga menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan proses
logika induktif, sebagimana ilmu yang merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan
induktif. Implikasi proses deduktif dan induktif menggunakan logika ilmiah. Menurut
Endraswara (2012: 228) bahwa logika ilmiah merupakan sarana berpikir ilmiah yang paling
penting.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana
berupa bahasa, logika, matematika dan statistika. Salah satu langkah ke arah penguasaan itu
adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam
keseluruhan proses ilmiah (Suriasumantri, 2009: 167-169). Namun dalam makalah ini sarana
berpikir ilmiah akan dikelompokkan menjadi tiga yaitu bahasa, matematika dan statistika,
sedangkan pembahasan logika dimasukan ke dalam ketiga sarana tersebut.
BAHASA DAN PERANNYA DALAM SARANA BERFIKIR ILMIAH
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir
ilmiah dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain
(Suriasumantri, 2009: 167). Pendapat lain menjelaskan, bahasa merupakan pernyataan pikiran
atau perasaan yang terdiri dari kata-kata atau istilah-istilah dan sintaksis. Kata atau istilah
merupakan simbol dari arti sesuatu, sedangkan sintaksis merupakan cara menyusun kata-kata
menjadi kalimat yang bermakna (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010: 98).
5
Bahasa memegang peranan penting dalam suatu hal yang lazim dalam kehidupan
manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan
menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Bloch & Trager
berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang
dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat komunikasi. Peran bahasa disini adalah
sebagi alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berfikir ilmiah dan
sebagai sarana komunikasi antar manusia.
Adapun ciri-ciri bahasa ilmiah yaitu :
1. Informatif yang berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapkan informasi atau
pengetahuan. Informasi atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk
menghindari kesalahpahaman informasi.
2. Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang sama
dengan informasi yang diterima oleh pendengar atau pembacanya.
3. Intersubjektif, yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung makna-makna yang
sama bagi para pemakainya.
4. Antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur emotif,
kendatipun pada kenyataan unsur emotif ini sulit dilepaskan dari unsur informatif.
AKSIOLOGI PENGETAHUAN
A. Definisi Aksiologi
Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori
tentang nilai (Salam, 1997). Sumantri (1996) menyatakan aksiologi adalah teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dan pengetahuan yang diperoleh. Menurut kamus bahasa
Indonesia, aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian
tentang nilai-nilai khusunya etika.
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu
pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut. Jadi hakikat
yang ingin dicapai aksiologi adalah hakikat manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan.
Objek kajian aksiologi adalah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu karena ilmu harus
disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral sehingga nilai kegunaan ilmu itu dapat
dirasakan oleh masyarakat. Aksiologi disebut teori tentang nilai yang menaruh perhatian baik
dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tata cara dan tujuan
(mean and end).
6
B. Nilai dalam Aksiologi
Dalam aksiologi ada dua komponen yang mendasar, yakni Etika dan Estetika.
1. Etika
Istilah etika berasal dari bahasa yunani “ethos” yang berarti adat kebiasaan. Dalam
istilah lain dinamakan moral yang berasal dari bahasa latin “mores”, kata jamak dari mos
yang berarti adat kebiasaan. Etika adalah cabang filsafat aksiologi yang membahas masalah-
masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada perilaku, norma, dan adat istiadat yang berlaku
pada komunitas tertentu.
2. Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai
keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-
unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam suatu hubungan yang utuh menyeluruh.
Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola
baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian.
C. Kegunaan Aksiologi terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan
Berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak
dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia,
dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini, menurut
Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun.S.Suriasumatri yaitu bahwa “pengetahuan
adalah kekuasaan” apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat
manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita tidak
bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan
alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagi pula ilmu memiliki sifat netral,
ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam
menggunakannya.
D. Hubungan antara Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi
Dari yang telah dipelajari sebelumnya tentang filsafat ilmu pendidikan, maka dapat
dibedakan antara ontologi, epistimologi, dan aksiologi, yaitu:
1. Ontologi : dasar untuk mengklasifikasi pengetahuan dan sekaligus bidang-bidang ilmu.
2. Epistimologi : cara/teknik/sarana yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan
yang berupa ilmu.
3. Aksiologi : tujuan dari pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan.
7
ILMU DAN BUDAYA
A. Ilmu
Menurut Depdiknas (2003) kata ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu alima yang berarti
pengetahuan. Dalam bahasa Inggris ilmu disebut science dan bahasa latin yaitu scientia scio,
scire, yang juga berarti pengetahuan (Tirtarahardja, 2008).
.Beberapa pakar ahli berpendapat seperti Asley Montagu (Fitri, 2012) menyatakan
bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari
pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang dikaji.
John Warfield (Fitri, 2012) mengemukakan bahwa ilmu dipandang sebagai suatu proses.
Pandangan proses ini paling bertalian dengan suatu perhatian terhadap penyelidikan karena
penyelidikan adalah suatu bagian besar dari ilmu sebagai suatu proses. Sedangkan menurut
Charles Singer (Fitri, 2012), ilmu adalah proses membuat proses membuat pengetahuan.
Menurut Susanto (2011 : 112) ilmu adalah pengetahuan yang pasti, sistematik, metodik,
ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi. Ilmu membentuk daya
intelegensi yang menghasilkan keterampilan atau skill.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah suatu kegiatan penelitian terhadap suatu
gejala ataupun kondisi pada suatu bidang dengan menggunakan berbagai prosedur, cara, alat
dan metode ilmiah lainnya guna menghasilkan suatu kebenaran ilmiah yang bersifat empiris,
sistematis, objektif, analisis dan verifikatif.
B. Kebudayaan
Menurut Widagho (2010), dalam bahasa Belanda Kebudayaan disebut cultuur dan
dalam Bahasa Inggris disebut culture. Pada dasarnya kebudayaan berasal dari bahasa Latin
“Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama
mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala
daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”. Dilihat dari sudut bahasa
Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekreta “bddhayah” yaitu bentuk jamak dari
buddhi yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan didefinisikan untuk pertama kali oleh E. B. Taylor pada tahun 1871, lebih
dari seratus tahun yang lalu, dalam bukunya Primitive Culture dimana kebudayaan diartikan
sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat
serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat
(Suriasumantri, 2009: 261).
8
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah kekuatan akal manusia, tindakan dan
hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya
tersusun dalam kehidupan masyarakat.
C. Hubungan Ilmu dan Budaya
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari
kebudayaan. Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling
mempengaruhi. Pada satu pihak pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari
kondisi kebudayaannya. Sedangkan di pihak lain, pengembangan ilmu akan mempengaruhi
jalannya kebudayaan.
Menurut Talcot Parsons, mereka saling mendukung satu sama lain baik dalam beberapa
tipe masyarakat ilmu dapat berkembang dengan pesat, demikian pula sebaliknya. Masyarakat
tersebut tak dapat berfungsi dengan wajar tanpa didukung perkembangan yang sehat dari
ilmu dan penerapan.
Semakin berkembangnya budaya maka semakin berkembangnya ilmu. Contohnya
adalah teknologi, majunya budaya maka teknologi berkembang, semakin berkembang
teknologi maka semakin berkembang ilmu.
ILMU DAN MATEMATIKA
A. Pengertian llmu
Kata ilmu berasal dari kata al-ilm dalam bahasa Arab kata al-ilm maknanya adalah
“idrokusy-syaii bi haqiqotihi”, yang artinya,” mengetahui sesuatu sesuai dengan hakekatnya.”
Al-ilm tergolong suatu pengetahuan. Ia merupakan pengetahuan yang benar, baik benar
dalam arti sesuai sebagaimana “ada”-nya (ash-shidq) maupun benar dalam arti berpahala
diakherat kelak jika diamalkan karena Allah semata (al-haqq). Dalam bahasa Inggris ilmu
disebut science dan bahasa latin scientia (pengetahuan). Beberapa pakar ahli antara lain
menurut Asley Montagu (Fitri, 2012) ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu
sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip
tentang hal yang dikaji. John Warfield (Fitri, 2012) ilmu dipandang sebagai suatu proses.
Sedangkan menurut Charles Singer (Fitri, 2012), ilmu adalah proses membuat proses
membuat pengetahuan. Sehingga dengan demikian, ilmu adalah kumpulan pengetahuan
secara holistik yang tersusun secara sistematis, teruji secara rasional dan terbukti secara
empiris.Kebenaran ilmu adalah rasionalisme dan empirisme sehingga kebenaran ilmu bersifat
empiris dan bersifat terstruktur yang diperoleh melalui metode-metode tertentu.
9
B. Sifat-Sifat Ilmu
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang
sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji
objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan
karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau
subjek penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah
harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari
kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode
tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu
harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan
rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat
umum (tidak bersifat tertentu).
C. Pengertian Matematika
Menurut Russeffendi (Gloria, 2012) bahwa matematika lebih menekankan kegiatan
dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi
matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea,
proses, dan penalaran.Menurut Johnson dan Rising (Gloria, 2012), matematika adalah pola
berfikir, pola mengorganisasikan,pembuktian yang logik. Sedangkan menurut Kline bahwa
matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya
sendiri, tetapi adanya matematika itu untuk membantu manusia dalam memahami dan
mengatasi permasalahannya. Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir,
oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika.
D. Aliran Filsafat Matematika
Mempelajari pemahaman ilmu dan matematika muncul beberapa pandangan-pandangan
pokok pemikiran dalam pertanyaan yang kemudian melahirkan aliran-aliran dalam
filsafat.Dari masing-masing pertanyaan menimbulkan beberapa sudut pandang mengenai
10
filsafat matematika.Sehingga lahir beberapa filsafat.Menurut Suriasumantri (Mediaharja,
2012) beberapa aliran dalam filsafat matematikayaitu :
1. Aliran Logistik
Pelopornya : Immanuel Kant (1724 – 1804)
Berpendapat bahwa matematika merupakan cara logis (logistik) yang salah atau benarnya
dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris. Matematika murni merupakan cabang dari
logika, konsep matematika dapat di reduksikan menjadi konsep logika.
2. Aliran Intuisionis
Pelopornya : Jan Brouwer (1881 – 1966)
Berpendapat bahwa matematika itu bersifat intusionis. Intuisi murni dari berhitung
merupakan titik tolak tentang matematika bilangan. Hakekat sebuah bilangan harus dapat
dibentuk melalui kegiatan intuitif dalam berhitung dan menghitung.
3. Aliran Formalis
Pelopornya : David Hilbert (1862 – 1943)
Berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuan tentang struktur formal dari
lambang. Kaum formalis menekankan pada aspek formal dari matematika sebagai bahasa
lambang dan mengusahakan konsistensi dalam penggunaan matematika sebagai bahasa
lambang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cara atau metode
berpikir dan bernalar. Matematika adalah cara berpikir yang digunakan untuk memecahkan
semua jenis persoalan.
E. Hubungan Ilmu Dan Matematika
Matematika sangat penting bagi keilmuan, terutama dalam peran yang dimainkannya
dalam mengekspresikan model ilmiah. Mengamati dan mengumpulkan hasil-hasil
pengukuran, sebagaimana membuat hipotesis dan dugaan, pasti membutuhkan model dan
eksploitasi matematis. Cabang matematika yang sering dipakai dalam keilmuan di antaranya
kalkulus dan statistika, meskipun sebenarnya semua cabang matematika mempunyai
penerapannya, bahkan bidang “murni” seperti teori bilangan dan topologi. Tanpa matematika
maka pengetahuan akan berhenti pada tahap kualitatif yang tidak memungkinkan untuk
meningkatkan penalaran lebih jauh. Oleh karena maka dapat dikatakan bahwa ilmu tanpa
matematika tidak berkembang dan sebaliknya matematika tanpa ilmu tidak ada keteraturan
(Gunawan, 2014).
Beberapa orang pemikir memandang matematikawan sebagai ilmuwan, dengan anggapan
bahwa pembuktian-pembuktian matematis setara dengan percobaan.Sebagian yang lainnya
11
tidak menganggap matematika sebagai ilmu, sebab tidak memerlukan uji-uji eksperimental
pada teori dan hipotesisnya. Namun, dibalik kedua anggapan itu, kenyataan pentingnya
matematika sebagai alat yang sangat berguna untuk menggambarkan/menjelaskan alam
semesta telah menjadi isu utama bagi filsafat matematika.
ILMU DAN AGAMA
A. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah suatu sistem pengetahuan dari berbagai pengetahuan,
mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-
asas tertentu, hingga menjadi kesatuan atau sistem dari berbagai pengetahuan. James
menjelaskan, ilmu pengetahuan adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual yang
saling berkaitan dan telah berkembang sebagai hasil percobaan dan pengamatan.Ilmu
pengetahuan tidak dipahami sebagai pencarian kepastian, melainkan sebagai penyeledikan
yang berkesinambungan.
Ilmu pengetahuan juga bisa merupakan upaya menyingkap realitas secara tepat
dengan merumuskan objek material dan objek formal.Upaya penyingkapan realitas dengan
memakai dua perumusan tersebut adakalanya menggunakan rasio dan empiris atau
mensintesikan keduanya sebagai ukuran sebuah kebenaran (kebenaran ilmiah). Penyingkapan
ilmu pengetahuan ini telah banyak mengungkap rahasia alam semesta dan
mengeksploitasinya untuk kepentingan manusia.
Dewasa ini, ilmu pengetahuan yang bercorak empiristik dengan metode kuantitatif
(matematis) lebih dominan menduduki dialektika kehidupan masyarakat. Hal ini besar
kemungkinan karena banyak dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran positivistiknya
Auguste Comte yang mengajukan tiga tahapan pembebasan ilmu pengetahuan. Pertama,
menurut Auguste Comte ilmu pengetahuan harus terlepas dari lingkungan teologik yang
bersifat mistis. Kedua, ilmu pengetahuan harus bebas dari lingkungan metafisik yang bersifat
abstrak. Ketiga, ilmu pengetahuan harus menemukan otonominya sendiri dalam lingkungan
positifistik.
B. Bentuk Ilmu Pengetahuan
Menurut beberapa pakar, ilmu pengetahuan didefinisikan sebagai rangkaian aktifitas
berfikir dan memahami dengan mengikuti prosedur sistematika metode dan memenuhi
langkah-langkahnya. Dengan pola tersebut maka akan dihasilkan sebuah pengetahuan yang
12
sistematis mengenai fenomena tertentu, dan mencapai kebenaran, pemahaman serta bisa
memberikan penjelasan serta melakukan penerapan.
Secara garis besar, ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua bentuk, yakni ilmu eksakta
dan ilmu humaniora. Ilmu eksakta adalah spesifikasi keilmuan yang menitikberatkan pada
hukum sebab akibat. Penilaian terhadap ilmu-ilmu eksakta cenderung memakai metode
observasi yang digunakan sebagai cara penelitiannya dan mengukur tingkat validitasnya.
Dengan model tersebut, penelitian terhadap ilmu-ilmu eksakta sering mendapatkan hasil yang
objektif. Sedangkan ilmu humaniora merupakan spesifikasi keilmuan yang membahas sisi
kemanusian selain yang bersangkutan dengan biologis maupun fisiologisnya. Hal-hal yang
berkaitan dengan kemanusiaan ini lebih tertitik tekan dalam masalah sosiologis dan
psikologisnya.
C. Pengertian Agama
Kata agama dalam bahasa inggris disebut “Religion”, dalam bahasa belanda disebut
“Religie”. Kedua kata tersebut terambil dari bahasa induk yaitu bahasa latin yang memiliki
arti “Religare”, to treat carefully (Ciicero), Relegere, to bind together (Lactantius), atau
Religare, to recover (Agustinus). Dalam bahasa Arab, kata Agama disebut dengan “al-Di>n”
yang terambil dari akar kata “Da>na-Yadi>nu” yang berarti :
(1). Cara atau adat kebiasaan;
(2). Peraturan;
(3). Undang-undang;
(4). Ta’at atau patuh;
(5). Menunggalkan Tuhan;
(6).Pembalasan;
(7). Perhitungan;
(8). Hari kiamat;
(9). Nasihat.
Menurut Fachruddin alkahiri, kata agama dalam bahasa indonesia berasal dari bahasa
sangsekerta yang terdiri dari dua kata, yaitu: “a” yang berarti “Tidak” dan “Gama” yang
berarti “berantakan”. Jadi kata “Agama” adalah tidak berantakan, atau dalam pengertian lain
berarti teratur. Yang dimaksud agama adalah suatu peraturan yang mengatur keadaan
manusia, maupun sesuatu yang gaib, ataupun mengenai budi-pekerti, pergaulan hidup
bersama dan lainnya.
13
D. Hubungan Ilmu dan Agama
Menurut Muhammad Abduh, agama merupakan sebuah produk Tuhan. Tuhan juga
mengajarkannya kepada umat manusia, dan membimbing manusia untuk menjalankanya.
Agama merupakan alat untuk akal dan logika, bagi orang-orang yang ingin kabar gembira
dan sedih. agama menurut sebagian orang merupakan sesuatu hal yang menyangkut hati;
suatu hal yang sangat berarti; suatu hal yang menuntun jiwa untuk menemukan keyakinan.
Agama dengan eksistensinya telah membuatnya berbeda dengan segala apa yang pernah ada,
membuatnya berbeda dengan dengan segala yang pernah dimiliki manusia. Agama membuat
orang melakukan aktifitas yang harus bersesuaian dengan apa yang diajarkannya, baik
tuntunan itu berat ataupun ringan. Agama menjadikan kehidupan manusia lebih teratur dalam
kehidupannya, karena segala dorongan dan keinginannya menjadi lebih terarah. Agama
menjadi pemimpin roh jiwa manusia. Ia juga berperan aktif membimbing manusia untuk
memahami ajaran-ajaranya. Diibaratkan seorang manusia layaknya seorang yang berada
diujung pedang, jika salah maka orang tersebut mati olehnya, tetapi agama agama datang
sebagai penyelamat. Apapun yang terjadi pada manusia, ia tidak akan bisa terlepas dari
agama. Sangat mustahil memisahkan kehidupan manusia dari agama. Seperti halnya
menghilangkan luka bekas operasi dari kulit manusia.
ILMU DAN BAHASA
A. Pengertian Ilmu
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu; atau pengetahuan atau
kepandaian tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dan sebagainya. Dalam Wikipedia
Indonesia, ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
B. Asal Mula Bahasa
Apabila kita menelusuri jejak kehidupan nenek moyang manusia di muka bumi sejak
lima ratus ribu tahun yang silam, kita tidak pernah menemukan bukti-bukti langsung
mengenai bahasa nenek moyang kita tersebut.
Cerita dari Mesir, bahwa sekitar abad ke-17 SM Raja Mesir Psammetichus mengadakan
eksperimen terhadap bayi yang dibesarkan di hutan belantara dengan pola pengasuhan yang
tanpa bersentuhan dengan pemakaian bahasa apapun. Setelah berusia dua tahun, bayi tersebut
14
dilaporkan oleh pengasuh suruhan istana dapat mengucapkan kata pertamanya “becos” yang
berarti “roti”, dalam bahasa Phrygia (bahasa Mesir kuno). Dan cerita ini, banyak orang Mesir
yang mempercayai bahwa bahasa Mesirlah yang merupakan bahasa yang pertama dikuasai
manusia, sekaligus diklaim sebagai bahasa yang pertama kali ada di muka bumi.
C. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah media (sarana) yang digunakan untuk berbicara, menulis, dan berpikir.
Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam hidup manusia. Bahasa membuat manusia
mampu mendominasi mahluk lain dimuka bumi, baik yang berada didarat, laut, maupun
udara.
Joseph Broam dalam Bakhtiar (2005:176) juga mengatakan bahwa “a language is a
structured system of arbitrary vocal symbol by means of wich members of social grup
interact (bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang
dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama
lain)”. Bahasa pada dasarnya berupa lisan, tulisan, dan isyarat.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi bahasa menurut para ahli:
1. Menurut Wittgenstein, bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami,
berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis
2. Ferdinand De Saussure, bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan
bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari
kelompok yang lain
3. Plato, bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan
onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide
seseorang dalam arus udara lewat mulut.
4. Carrol, bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi
bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam
komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi
nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup
manusia.
Sehingga dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat
untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau
perasaan.
Jujun, S (2010: 300) berpendapat bahwa “Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua
fungsi utama yakni, pertama sebagai sarana komunikasi antarmanusia dan kedua, sebagai
15
sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa
tersebut”.
D. Peran Bahasa Dalam Ilmu
Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan.Bahasa berperan penting
dalam upaya pengembangan dan penyebar luasan ilmu. Setiap penelitian ilmiah tidak dapat
dilaksanakan tanpa menggunakan bahasa, matematika(sarana berpikir deduktif) dan statistika
(sarana berpikir induktif) sebagai sarana berpikir.
Melalui bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat
mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain. Namun, bukan itu saja,
dengan bahasa kita pun dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Seorang yang
berbakat sastra mungkin akan mengekspresika perasaannya dengan cara lain, menulis novel
yang tebal mencakup puluhan ribu kalimat atau menulis puisi yang terdiri dari beberapa bait.
Dengan adanya bahasa maka manusia akan hidup dalam dunia yakni dunia pengalaman yang
nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa.
E. Hubungan Bahasa dan Matematika
Matematika adalah bahasa, disebut dengan bahasa matematika. Matematika adalah
bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita
sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial, maksudnya baru mempunyai
arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika hanya sebuah
kumpulan rumus-rumus yang mati. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang
memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sifat kuantitatif dari
matematika ini meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Matematika
memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap kualitatif ke tahap kuantitatif.
SEJARAH PERKEMBANGAN BILANGAN
A. Sejarah Perkembangan Teori Bilangan
Pada mulanya di zaman purbakala banyak bangsa-bangsa yang bermukim sepanjang
sungai-sungai besar. Bangsa Mesir sepanjang sungai Nil di Afrika, bangsa Babilonia
sepanjang sungai Tigris dan Eufrat, bangsa Hindu sepanjang sungai Indus dan Gangga,
bangsa Cina sepanjang sungai Huang Ho dan Yang Tze. Bangsa-bangsa itu memerlukan
keterampilan untuk mengendalikan banjir, mengeringkan rawa-rawa, membuat irigasi untuk
mengolah tanah sepanjang sungai menjadi daerah pertanian untuk itu diperlukan pengetahuan
praktis, yaitu pengetahuan teknik dan matematika bersama-sama. Sejarah menunjukkan
16
bahwa permulaan Matematika berasal dari bangsa yang bermukim sepanjang aliran sungai
tersebut. Mereka memerlukan perhitungan, penanggalan yang bisa dipakai sesuai dengan
perubahan musim. Diperlukan alat-alat pengukur untuk mengukur persil-persil tanah yang
dimiliki. Peningkatan peradaban memerlukan cara menilai kegiatan perdagangan, keuangan
dan pemungutan pajak. Untuk keperluan praktis itu diperlukan bilangan-bilangan.
Bilangan dahulunya digunakan sebagai simbol untuk menggantikan suatu benda
misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri
untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol diantaranya :
 Simbol bilangan bangsa Babilonia.
 Simbol bilangan bangsa Maya di Amerika pada 500 tahun SM.
 Simbol bilangan menggunakan huruf Hieroglif yang dibuat bangsa Mesir Kuno.
 Simbol bilangan bangsa Arab yang dibuat pada abad ke-11 dan dipakai hingga kini oleh
umat Islam di seluruh dunia.
 Simbol bilangan bangsa Yunani Kuno.
 Simbol bilangan bangsa Romawi yang juga masih dipakai hingga kini.
1. Teori Bilangan pada Masa Prasejarah (Sebelum Masehi)
Konsep bilangan dan proses berhitung berkembang dari zaman sebelum ada sejarah
(artinya tidak tercatat sejarah kapan dimulainya). Mungkin bisa diperdebatkan, tapi diyakini
sejak zaman paling primitif pun manusia memiliki “rasa” terhadap apa yang dinamakan
bilangan, setidaknya untuk mengenali mana yang “lebih banyak” atau mana yang “lebih
sedikit” terhadap berbagai benda.
Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya benda matematika tertua, yaitu tulang
Lebombo di pegunungan Lebombo di Swaziland dan mungkin berasal dari tahun 35.000 SM.
Tulang ini berisi 29 torehan yang berbeda yang sengaja digoreskan pada tulang fibula
baboon. Terdapat bukti bahwa kaum perempuan biasa menghitung untuk mengingat siklus
haid mereka; 28 sampai 30 goresan pada tulang atau batu, diikuti dengan tanda yang berbeda.
Selain itu, ditemukan juga artefak prasejarah di Afrika dan Perancis, dari tahun 35.000 SM
dan berumur 20.000 tahun, yang menunjukkan upaya dini untuk menghitung waktu. Tulang
Ishango, ditemukan di dekat batang air Sungai Nil (timur laut Kongo), berisi sederetan tanda
lidi yang digoreskan di tiga lajur memanjang pada tulang itu. Tafsiran umum adalah bahwa
tulang Ishango menunjukkan peragaan terkuno yang sudah diketahui tentang barisan bilangan
prima.
17
a. Teori Bilangan pada Suku Bangsa Babilonia
Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh
bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban
helenistik. Dinamai "Matematika Babilonia" karena peran utama kawasan Babilonia sebagai
tempat untuk belajar. Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu
dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani. Kemudian
di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat
penting pengkajian Matematika Islam.
b. Teori Bilangan pada Suku Bangsa Mesir Kuno
Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir. Sejak
peradaban helenistik matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan Babilonia
yang membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut di
bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa Arab menjadi
bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.
Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-
kadang disebut juga "Lembaran Ahmes" berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari
tahun 1650 SM tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari
Kerajaan Tengah yaitu dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi
pelajar aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara
perkalian, pembagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti bagi
pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata
aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan Eratosthenes dan
teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6). Lembaran itu juga berisi cara menyelesaikan
persamaan linear orde satu juga barisan aritmetika dan geometri.
c. Teori Bilangan pada Suku Bangsa India
Sulba Sutras (kira-kira 800-500 SM) merupakan tulisan-tulisan geometri yang
menggunakan bilangan irasional, bilangan prima, aturan tiga dan akar kubik; menghitung
akar kuadrat dari 2 sampai sebagian dari seratus ribuan; memberikan metode konstruksi
lingkaran yang luasnya menghampiri persegi yang diberikan, menyelesaikan persamaan
linear dan kuadrat; mengembangkan tripel Pythagoras secara aljabar, dan memberikan
pernyataan dan bukti numerik untuk teorema Pythagoras.
Panini (kira-kira abad ke-5 SM) yang merumuskan aturan-aturan tata bahasa Sanskerta
menggunakan notasi yang sama dengan notasi matematika modern, dan menggunakan
aturan-aturan meta, transformasi, dan rekursi. Pingala (kira-kira abad ke-3 sampai abad
18
pertama SM) di dalam risalah prosodynya menggunakan alat yang bersesuaian dengan sistem
bilangan biner. Pembahasannya tentang kombinatorika bersesuaian dengan versi dasar dari
teorema binomial. Karya Pingala juga berisi gagasan dasar tentang bilangan Fibonacci.
2. Teori Bilangan pada Masa Sejarah (Masehi)
Awal kebangkitan teori bilangan modern dipelopori oleh Pierre de Fermat (1601-1665),
Leonhard Euler (1707-1783), J.L Lagrange (1736-1813), A.M. Legendre (1752-1833),
Dirichlet (1805-1859), Dedekind (1831-1916), Riemann (1826-1866), Giussepe Peano (1858-
1932), Poisson (1866-1962), dan Hadamard (1865-1963). Sebagai seorang pangeran
matematika, Gauss begitu terpesona terhadap keindahan dan kecantikan teori bilangan, dan
untuk melukiskannya, ia menyebut teori bilangan sebagai the queen of mathematics.
B. Definisi Bilangan
Bilangan adalah suatu konsep matematika yang bersifat abstrak yang digunakan untuk
pencacahan dan pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu
bilangan disebut sebagai angka atau lambang bilangan. Misalnya, tulisan atau ketikan : 1
yang terlihat saat ini bukanlah bilangan 1, melainkan hanya lambang dari bilangan 1 yang
tertangkap oleh indera penglihatan berkat keberadaan unsur-unsur kimia yang peka cahaya
dan digunakan untuk menampilkan warna dan gambar. Demikian pula jika kita melihat
lambang yang sama di papan tulis, yang terlihat bukanlah bilangan 1, melainkan serbuk dari
kapur tulis yang melambangkan bilangan 1.
GEOMETRI EUCLID
A. Tentang Euclid
Euclid merupakan salah satu ahli ilmu ukur Yunani yang besar. Namun hampir tak
ada keterangan terperinci mengenai kehidupan Euclid yang bisa diketahui. Misalnya, kita
tahu dia pernah aktif sebagai guru di Alexandria, Mesir, di sekitar tahun 300 SM, tetapi kapan
dia lahir dan kapan dia wafat betul-betul gelap. Bahkan, kita tidak tahu di benua apa dan
dikota apa dia dilahirkan. Meski dia menulis beberapa buku dan diantaranya masih ada yang
tertinggal, kedudukannya dalam sejarah terutama terletak pada bukunya yang hebat mengenai
ilmu ukur yang bernama The Elements.
Kebanyakan teorema yang disajikan dalam buku The Elements tidak ditemukan
sendiri oleh Euclid, tetapi merupakan hasil karya matematikawan Yunani awal seperti
Pythagoras (dan para pengikutnya), Hippocrates dari Chios, Theaetetus dari Athena, dan
Eudoxus dari Cnidos. Akan tetapi, secara umum Euclid dihargai karena telah menyusun
19
teorema-teorema ini secara logis, agar dapat ditunjukkan (tak dapat disangkal, tidak selalu
dengan bukti teliti seperti yang dituntut matematika modern) bahwa cukup mengikuti lima
aksioma sederhana. Euclid juga dihargai karena memikirkan sejumlah pembuktian jenius dari
teorema-teorema yang telah ditemukan sebelumnya.
B. Buku The Element
Adapun isi dari 13 buku Elemen menurut (Artmann, 1999:3) adalah sebagai berikut:
1. Buku 1: Pondasi Geometri Bidang
Buku ini diawali dengan kumpulan defenisi. konsep dasar titik, garis, sudut secara umum
dan penggunaan sudut dalam mendefenisikan jenis-jenis segitiga, segiempat, dan lain-
lain. Defenisi yang terakhir menggambarkan garis parallel (sejajar) dalam ilmu ukur
sebagai garis tanpa titik umum. setelah definisi kita menemukan apa yang disebut
postulat, yang merupakan aksioma dalam geometri, kelima dan terakhir ini adalah
postulat paralel terkenal. Common notions adalah aksioma mengenai besaran pada
umumnya, misalnya, " Sesuatu akan sama dengan sesuatu atau sesuatu yang sama akan
sama satu sama lainnya”.
2. Buku II: Geometri dari peregi Panjang
Dibandingkan dengan buku I, buku kedua ini sangat jauh berbeda. Sebagian besar
teorema dalam buku II menjelaskan materi aljabar tentang variasi pada tema identitas
binomial (suku dua):
( 𝑎 + 𝑏)2
= 𝑎2
+ 2𝑎𝑏 + 𝑏2
Hasil ini selalu dinyatakan dalam bahasa geometri subdivisi persegi panjang dan daerah
dari berbagai bagian dari subdivisi. Teorema II.l2 dan 13 menggeneralisasi teorema
Pythagoras (1,47) dengan hukum cosinus, dan Proposisi II.l4 memberikan solusi dari
masalah penting membangun persegi sama (dalam luas) untuk sosok bujursangkar
diberikan.
3. Buku III: Geometri dari Lingkaran
Buku III menjelaskan tentang fakta-fakta dasar tentang geometri lingkaran, garis
singgung, dan lingkaran dalam persegi. Bagian kedua Buku III membahas segiempat dan
lingkaran, termasuk Proposisi III.2I, yang menegaskan kesetaraan semua sudut di daerah
sama dalam lingkaran.
4. Buku IV: Poligon (Segibanyak) beraturan
Dalam buku IV, kita akan menggunakan istilah umum "poligon beraturan" (atau n-gon)
Euclid panggilan dalam kasus-kasus tertentu yang “Poligon sama sisi dan sudut sama.
Ada empat masalah yang dibahas, yaitu:
20
a. Cara menuliskan bujur sangkar
b. Menentukan batas lingkaran
c. Menuliskan lingkaran
d. Menentukan batas bujur sangkar
Masalah-masalah ini diselesaikan untuk:
a. segitiga secara umum (IV. 2-5)
b. persegi (segiempat beraturan) (IV. 6-9)
c. segilima beraturan (IV. 10-14);
d. segienam beraturan (IV. 15);
e. segilimabelas beraturan (IV.16)
5. Buku V: Teori Umum Dari Besaran Perbandingan
Buku V adalah buku yang paling abstrak dan independen dalam Elements dari buku-buku
sebelumnya. Jika buku-buku lain prihatin dengan benda geometris atau angka, buku ini
mempelajari “besaran” yang menurut Aristoteles meliputi angka, garis, muatan, dan waktu.
Dalam VI.33 sudut diperlakukan sebagai besaran, dan luas daerah gambar sebagai besaran di
VI.1, XII.1, dan XII.2 (area lingkaran), serta dibanyak tempat yang lain. Teori umum ini
membuat teori proporsi yang berlaku di seluruh matematika, hubungan ini membuat teori
proporsi berlaku diseluruh bidang matematika, hal ini membuktikan pernyataan dari
Eratosthene (sekitar tahun 275-194 SM) ilmuan yang pertama kali yang menghitung keliling
bumi secara akurat, “lithe unifying bond of the mathematical sciences” artinya “ikatan
pemersatu ilmu matematika”.
Berbagai sumber menunjukkan bahwa Eudoxus (sekitar 400-350) merupakan penulis teori
dalam buku V.
𝒂 ∶ 𝒃 = 𝒄 ∶ 𝒅 ⟹ 𝒂 ∶ 𝒄 = 𝒃 ∶ 𝒅
6. Buku VI: Geometri bidang dari gambar yang sama
Buku VI ini secara garis besar hampir sama dengan Buku I. Sebenarnya Buku I, II, dan III
menyajikan inti dari geometri bidang dan secara keseluruhan organisasi memberikan
kesan standar perlakuan geeometri yang telah dikerjakan berulang-ulang sebelumnya.
Seluruh bangunan dari Buku VI didasarkan pada Teorema VI.1, Teorema VI.2 merupakan
teorema dasar pada proporsionalitas dari segmen garis.
21
Salah satu teorema utama dalam buku ini yaitu menghubungkan garis dan bidang segitiga
yang serupa (dan Poligon) (VI 19,20), jika segitiga serupa dengan kesamaan faktor k
untuk garis, maka faktor untuk sesuai daerah adalah k2. Dibagian penutup dari Buku VI
menyajikan aplikasi dari luas. yang dalam istilah modern sama saja dengan solusi
geometris masalah kuadrat. Hal ini dapat diterjemahkan ke dalam penerapan persamaan
kuadrat. Karena alasan ini Buku VI disebut "aljabar geometri" oleh beberapa penulis.
7. Buku VII: Aritmatika Dasar
Dalam buku VII euclides memulai sesuatu yang baru, materi dalam buku VII tidak berasal
dari buku-buku sebelumnya. Definisi pada awal Buku VII ditujukan untuk membantu
memahami Buku VII-IX. Aritmatika Euclidean didasarkan pada algoritma Euclidean
untuk menentukan faktor prima dari dua buah bilangan(VII.l4). Algoritma Euclide
memberikan Faktor Persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan a, b. Bagian selanjutnya
pada buku ini yaitu penggunaan defenisi 20 untuk membangun sifat-sifat dasar dari
proporsi dari bilangan. Inti dari buku VII adalah teori FPB (VII.20-32), yang berhubungan
dengan kelipatan persekutuan terkecil KPK (VII.33-39).
8. Buku VIII: Bilangan dalam Perbandingan Lanjutan
Bilangan dalam perbandingan lanjutan akan menjadi fokus utama dalam buku ini.
Dibagian kedua buku ini (VIII.11-27). Perhatian lebih akan diberikan dalam materi jenis
bilangan “dalam bentuk geometri,” seperti persegi dan kubus. Satu pertanyaan penting
dalam konteks ini adalah bagaimana karakteristik bilangan a, b yang terdapat dalam
perbandingan berikut:
𝑎 ∶ 𝑥 = 𝑥 ∶ 𝑏
9. Buku IX : Bilangan dalam Perbandingan lanjutan; Teori dari bilangan genap dan bilangan
ganjil, Bilangan Sempurna.
Pada bagian A sampai E, bahasan yang dibahas dalam buku ini adalah mengenai konsep
perbandingan. Yang paling special dalam buku ini adalah setelah teorema IX.20 yaitu
mengenai teori dari bilangan genap dan bilangan ganjil (“the even and the odd” as Plato
says), yang tidak memiliki hubungan dengan yang mendahuluinya, tetapi hanya bertumpu
pada Definisi 6-10 dari Buku VII. Puncak dari teori ini adalah tentang bilangan genap
sempurna (IX.36).
22
10. Buku X: Perbandingan ruas garis
Buku X adalah buku yang paling tebal dari Elemen. Dalam buku ini, algoritma Euclidean
Buku VII diterapkan untuk mendapatkan criteria besaran yang sepadan: X.5. Besaran
sepadan memiliki rasio satu sama lain yang sama. X.6. Jika dua besaran memiliki satu
sama lain rasio yang sama, besaran akan sepadan. Dalam X.9 Euclid menyatakan sebagai
konsekuensi langsung yang sisi dari persegi luas n adalah dapat dibandingkan dengan sisi
persegi dari area 1 ketika n bukan bilangan persegi. Sebagian besar materi Buku X, hingga
Proposisi 115, terdiri dalam studi yang cermat dari berbagai jenis garis dapat dibandingkan
dan di luar lingkup tujuan. Secara historis, penemuan perbandingan garis, atau, seperti kita
akan mengatakan hari ini, bilangan irasional.
11. Buku XI: Dasar-dasar geometri Ruang
Buku XI diawali dengan defenisi-defenisi yang akan digunakan pada buku XII dan XIII.
Dalam buku ini terdapat postulat-postulat dari Buku I. berikut bagian dari buku XI:
a. (XI.l-19) Dasar-dasar geometri ruang (garis, bidang, kesejajaran, dan orthogonality).
b. (XI.20-23) sudut dalam ruang, sifat dan konstruksinya.
c. (XI.24-37) kesejajaran dalam ruang
12. Buku XII: Luas dan Volume; Metode Eudoxus tentang “Exhaustion”
Beberapa metode diperlukan untuk menentukan daerah lingkaran dalam kaitannya dengan
persegi, atau volume piramida. Metode exhaustion yang dipakai Euclides pertama kali
diciptakan oleh Eudoxus. Metode pembuktian sangat berbeda dan jauh lebih rumit daripada
buku-buku sebelumnya, kecuali buku V.
13. Buku XIII: Polyhedra beraturan
Buku ini membahas tentang Polyhedra. Polihedra adalah suatu bidang tiga dimensi yang
tersusun atas sisi-sisi berbentuk poligon. Kata Polyhedra diambil dari kata yunani kuno,
yaitu poli atau banyak dan edon.
GEOMETRI NON EUCLID
A. Perkembangan Geometri Non Euclid
1. Matematikawan Arab
Bangsa Arab mengembangkan keilmuan Geometri yang bersumber dari India dan
Yunani di bidang matematika. Mereka dikenal sangat luar biasa dalam mengungkap
permasalahan matematika terutama yang berkaitan dengan Trigonometri dan juga beberapa
masalah yang tak terpecahkan dalam hal teori kesejajaran. Salah satunya, yang cukup populer
23
adalah Omar Khayyam (Nishapur – sekarang Iran, 1048 – 1131). Omar Khayyam mencoba
untuk membuktikan postulat kesejajaran Euclid dengan hanya memanfaatkan postulat yang
pertama dari empat postulat lainnya yang dikemukakan oleh Euclid. Di mana, dengan
menggunakan postulat-postulat tersebut ia memberikan kejelasan mengenai teorema
kesejajaran Euclid berdasarkan pada birectangular quadrilateral.
Satu tokoh matematikawan Arab lainnya yang juga berkontribusi terhadap
perkembangan keilmuan bidang Geometry adalah Nasîr Eddîn (1201-1274). Salah satu
hipotesisnya yang berkenaan dengan Postulat Ke-5 Euclid adalah ‘if two straight lines r and s
are the one perpendicular and the other oblique to the segment AB, the perpendiculars drawn
from s upon r are less than AB on the side on which s makes an acute angle with AB, and
greater on the side on which s makes an obtuse angle with AB’. Hipotesisnya ini,
menuntunnya untuk menyimpulkan bahwa jumlah sudut dari suatu segitiga adalah sama
dengan dua kali sudut siku. Dan segitiga siku-siku merupakan setengah bagian dari suatu
segiempat yang ‘dipotong’ mengikuti diagonalnya.
2.Matematikawan Eropa
Beberapa matematikawan Eropa kemudian juga mencoba membuktikan kebenaran
Postulat Ke-5 Euclid, yang beberapa diantaranya adalah:
1. John Wallis (1616-1703), seorang profesor dari Oxford University.
Ia membuat pembuktian terhadap Postulat Ke-5 Euclid dengan berdasarkan pada aksioma
‘to every figure there exists a similiar figure of arbitrary magnitude’.
2. C. S. Clavio (1573 - 1612)
Ia mencoba untuk memunculkan model pembuktian baru terhadap hipotesis Euclid dengan
berlandaskan pada teorema ‘the line equidistant from a straight line is straight line’.
Dalam banyak hal, ternyata apa yang dihasilkannya memiliki kemiripan dengan karya
Nasîr Eddîn.
3. Jonh Playfair (1748-1819)
Postulat Playfair. Untuk suatu garis 𝑙 dan setiap titik 𝑃 yang tidak terletak pada garis 𝑙,
terdapat suatu garis 𝑚 yang melewati 𝑃 dan sejajar dengan 𝑙. Dengan postulatnya, Playfair
mencoba untuk mengkonstruksi postulat kesejajaran yang dikemukakan oleh Euclid agar
lebih mudah dipahami.
4. Adrien Marie Legendre (1752-1833)
Ia tidak sepenuhnya mengakui kebenaran hipotesis Saccheri, terutama yang berkenaan
dengan sudut tumpul (obtuse angle). Ia membuktikan bahwa ‘jumlah sudut dari suatu
segitiga adalah kurang dari atau sama dengan dua kali sudut siku’. Pada teorema ke-
24
2nya, Legendre mengungkapkan bahwa ‘jika jumlah sudut pada suatu segitiga kurang
dari atau sama dengan dua kali sudut siku dalam suatu segitiga maka ianya juga akan
berlaku sama pada segitiga-segitiga lainnya’
B.Dasar Geometri Non Euclid
Girolamo Saccheri (San Remo, 1667-1733). Ia adalah seorang profesor di Pavia
University. Ia-lah yang mempublikasikan keberadaan Euclides ab Omni Naevo Vindicatus
dan kemudian mencoba untuk membuktikan Postulat Ke-5 Euclid. Saccheri menggunakan
Absurd Method dalam pengkonstruksian Postulat Ke-5 Euclid. Hasil temuannya kemudian
menjadi dasar bagi perkembangan Geometri Non-Euclid.
Selama sekian abad lamanya, para ahli matematika pada akhir abad 18 hingga awal
abad 19, beberapa dari para matematikawan mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Tapi
apa yang kemudian mereka hasilkan ternyata tidak cukup memuaskan. Namun beberapa
diantaranya ternyata berhasil membuat kemajuan, mereka adalah :
Ferdinand Karl Schweikart (1780-1859). Ia yang kemudian membagi keilmuan
Geometri ke dalam dua kutub yaitu Geometri euclid dan Geometri yang menolak kebenaran
Postulat Ke-5 Euclid (atau Geometri Non-Euclid). Franz Adolf Taurinus (1728-1779). Ia
adalah sepupu dari Schweikart, yang secara otomatis juga berperan sebagai rekan kerja
Schweikart. Johann Heinrich Lambert (1728-1779). Ia yang mengajukan konsep Geometri
pada bola nyata dan radius tak berhingga dari sebuah bola.
Selama sekian abad lamanya, para ahli matematika pada akhir abad 18 hingga awal
abad 19, beberapa dari para matematikawan mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Tapi
apa yang kemudian mereka hasilkan ternyata tidak cukup memuaskan. Namun beberapa
diantaranya ternyata berhasil membuat kemajuan, mereka adalah :
Ferdinand Karl Schweikart (1780-1859). Ia yang kemudian membagi keilmuan
Geometri ke dalam dua kutub yaitu Geometri euclid dan Geometri yang menolak kebenaran
Postulat Ke-5 Euclid (atau Geometri Non-Euclid). Franz Adolf Taurinus (1728-1779). Ia
adalah sepupu dari Schweikart, yang secara otomatis juga berperan sebagai rekan kerja
Schweikart. Johann Heinrich Lambert (1728-1779). Ia yang mengajukan konsep Geometri
pada bola nyata dan radius tak berhingga dari sebuah bola.
C. Kelahiran Geometri non Euclid
Selama sekian abad lamanya, para ahli matematika pada akhir abad 18 hingga awal
abad 19, beberapa dari para matematikawan mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Tapi
apa yang kemudian mereka hasilkan ternyata tidak cukup memuaskan. Namun beberapa
diantaranya ternyata berhasil membuat kemajuan, mereka adalah :
25
Ferdinand Karl Schweikart (1780-1859). Ia yang kemudian membagi keilmuan
Geometri ke dalam dua kutub yaitu Geometri euclid dan Geometri yang menolak kebenaran
Postulat Ke-5 Euclid (atau Geometri Non-Euclid). Franz Adolf Taurinus (1728-1779). Ia
adalah sepupu dari Schweikart, yang secara otomatis juga berperan sebagai rekan kerja
Schweikart. Johann Heinrich Lambert (1728-1779). Ia yang mengajukan konsep Geometri
pada bola nyata dan radius tak berhingga dari sebuah bola.
Para ahli matematika dunia sadar bahwa Postulat Ke-5 Euclid tidak dapat dibuktikan
dengan menggunakan aksioma-aksioma yang terdapat pada Geometri Euclid. Terdapat
banyak fakta yang mengindikasikan penolakan ini. pada waktu yang hampir bersamaan, tiga
orang matematikawan ternyata berhasil menemukan solusi dari perdebatan panjang mengenai
keberadaan Postulat Ke-5 Euclid. Mereka adalah :
 Karl Friedrich Gauss di Jerman (Brunswick 1777 – Gotinga 1855)
 Nicolai Ivanovitsch Lobatchevski di Rusia (Novgororod, sekarang Gorki, 1792-
1856)
 János Bolyai di Hungaria (Kolozxvar, sekarang Napoca Rumania, 1802-1860)
D. Geometri Hiperbolik
Pada kajian Geometri Hiperbolik ini objek-objek kajianya yang berupa titik, garis, bidang
dan segmen tidak sama dengan titik, garis, bidang dan segmen pada Geometri Parabolik.
Pada Geometri Hiperbolik Ini bidang direpresentasikan oleh sebuah lingkaran O
(Prenowitz,1965: 91).
E. Geometri Eliptik
Geometri Eliptik berbeda dengan Geometri Euclid hanya pada postulat kesejajarannya
saja, Postulat kesejajaran dari Riemann adalah sebagai berikut (Moeharti, 1986: 5.17): “Tidak
ada garis-garis sejajar dengan garis lain”.
Berdasarkan pada Postulat diatas, pada Geometri Eliptik ini dua garis selalu
berpotongan dan tidak ada dua garis sejajar. Pada Geometri Eliptik terdapat dua macam
pengkhususan yang pertama Geometri “single elliptic” dan yang kedua Geometri “double
elliptic”.
Kata Eliptik didasarkan atas klasifikasi Geometri Proyektif, karena tidak ada dua garis
yang dapat dibuat sejajar garis tersebut. Untuk dapat memudahkan dalil-dalil berikut, maka
sebagai model dari Geometri “double elliptic” ialah bola dan untuk Geometri “single elliptic”
adalah setengah bola.
26
PI (𝝅)
A. Sejarah Penggunaan Simbol 𝝅
Dalam sejarah matematika, perbandingan keliling dan diameter lingkaran
diungkapkan dalam berbagai simbol di berbagai belahan dunia. Penggunaan huruf Yunani
π juga menyatakan beragam hal dalam sejarah matematika. Perbandingan keliling dengan
diameter lingkaran atau tepatnya 3,14159... disimbolkan dengan huruf π pertama kali
dilakukan oleh William Jones (1675-1749) tahun 1706. Namun pemakaian simbol ini
secara luas hingga kini setelah dipopulerkan oleh matematikawan Leonhart Euler (1707-
1783).
William Jones sendiri sebelumnya kurang dikenal, tetapi setelah korespondensinya
dengan Newton diketahui oleh para sejarawan, ia mulai dikenal dalam sejarah matematika.
Ia antara lain pernah menjadi anggota the Royal Society (suatu perhimpunan ilmuwan
ternama di Inggris) tahun 1711. Simbol huruf Yunani π sendiri telah digunakan dalam
matematika jauh sebelum Jones. Simbol ini antara lain telah digunakan oleh
matematikawan William Oughtred (1574-1660), Isaac Barrow (1630-1677), dan David
Gregory (1661-1701).
Menurut sejarawan Cajori, penggunaan simbol tunggal untuk menyatakan
perbandingan keliling terhadap diameter mungkin pertama-tama dilakukan oleh J.
Christoph Sturm dalam bukunya Mathesis enucleata tahun 1689. Hanya ia menggunakan
simbol tunggal e bukan π. Tetapi klaim Cajori ini mungkin saja salah, sebab jauh sebelum
Eropa mengenal perbandingan keliling terhadap diameter lingkaran, peradaban Asia baik
India, Cina, Arab, Persia maupun Mesir telah mengenal perbandingan ini. Sebut saja al-
Kashi sekitar abad ke-15 telah menggunakan simbol tunggal berupa huruf Arab “tho”
untuk menyatakan bilangan 3,1415... .
"There are various other ways of finding the Lengths or Areas of
particular Curve Lines, or Planes, which may very much facilitate the
Practice; as for instance, in the Circle, the Diameter is to the
Circumference as 1 to
, &c. = 3.14159, &c. =. This series
(among others for the same purpose, and drawn from the same
Principle) I received
from the Excellent Analyst, and my much esteem'd Friend Mr. John
27
Machin; and by means thereof, Van Ceulen's Number, or that in Art.
64.38 may be Examin'd with all desirable Ease and Dispatch."
B. Pengertian Pi
Pi adalah suatu tetapan yang dipakai untuk mencari luas lingkaran. Di
sekolah, kita diajarkan bahwa nilai π (Pi) adalah 22/7. Sejak dulu, para ahli matematika
telah mencari nilai π (Pi) yang benar. Pi (π) adalah sebuah konstanta dalam matematika yang
merupakan perbandingan keliling lingkaran dengan diameternya. Huruf π adalah aksara
Yunani yang dibaca pi dan pi juga bisa dipakai dalam penulisan. Nilai π yang lazim
digunakan adalah 3,14 atau 22/7 namun untuk lebih tepatnya, sudah dicari sampai >
1,241,100,000,000 tempat desimal. Nilai π sampai 10 tempat desimal adalah
3,14159265358.
C. Sejarah Nilai Pi
1. Abad ke-19 SM bangsa Babilonia menetapkan bahwa π = 25/8 = 3,125.
2. Abad ke-17 SM, pakar matematika dari Mesir Ahmes menghitung bahwa π = 256/81 =
3,1605.
3. Abad ke-9 SM, astronom India Yajnavalkya menghitung bahwa π = 339/108 =
3,1389.
4. Abad ke-3 SM, Archimedes dari Yunani menyatakan bahwa 3 + 10/7 < π < 3 + 1/7,
atau π (Pi) itu terletak antara bilangan 3,1408 dan 3,1428.
5. Tahun 263, matematikawan China Liu Hui menghitung bahwa π = 3,141014.
6. Abad ke-15, Ghyath ad-din Jamshid Kashani dari Persia telah menghitung nilai π
yang akurat sampai 16 digit.
7. Tahun 1600, matematikan Jerman Ludolph van Ceulen menghitung π dengan akurasi
sampai 32 digit. Ia sangat bangga atas hal ini sampai di pahatkan dibatu nisannya.
8. Tahun 1873, seorang matematikawan amatir William Shanks menyelesaikan 20 tahun
menghitung phi dengan akurasi sampai 707 digit.
9. Tahun 1910, matematikawan India Srinivasa Ramanujan, merumuskan deret π yang
digunakan matematikawan saat ini untuk menghitung nilai π.
D. Fakta – fakta menarik mengenai Pi
1. Pada tahun 1706, seorang ahli Matematika bahasa Inggris memperkenalkan abjad Yunani
pi untuk mewakili nilai yang dikatakan.
2. Pada tahun 1737, Euler resmi mengadopsi simbol π ini untuk mewakili bilangan.
3. Pada tahun 1897, legislatif dari Indiana mencoba menentukan nilai pi yang paling
28
akurat. Namun ternyata kebijakan ini tidak berhasil. Sebagian besar orang pada waktu itu
tidak mengetahui fakta bahwa lingkaran memiliki jumlah sudut yang tak terbatas.
Nilai dari pi adalah 22/7 dan ditulis sebagai π = 22/7 atau = 3,14. Nilai pi dengan
100 tempat desimal pertama adalah:
3,141592653589793238462643383279502884197169399375
1058209749445923078164062862089986280348253421170679.
E. Sejarah lampau tentang π dari abad ke abad
Dari berbagai sabak/tablet lempung, kayu, dan batu yang pernah ditemukan,
disimpulkan catatan-catatan bahwa bangsa Babilonia telah menggunakan π = 3 sejak tahun
4000 SM (Sebelum Masehi), kemudian π = 25/8 = 3,125 pada 1900–1600 SM. Bangsa Mesir
telah telah melakukan perhitungan luas lingkaran dengan menggunakan π = (16/9)^2 ≈
3,1605 sejak tahun 1850 SM. India menggunakan π = (9785/5568)^2 ≈ 3.088 sejak tahun 600
SM. Bangsa Indian menggunakan π = sqrt(10) ≈ 3.1622 sejak tahun 150 SM.
Definisi π sebagai ratio keliling lingkaran terhadap diameternya dan metode
pendekatan yang lebih jelas ditemukan dari catatan tahun 250 SM milik Archimedes dari
Syracuse Yunani. Perhitungan keliling lingkaran dilakukan oleh Archimedes dalam
pendekatan bentuk lingkaran sebagai suatu polygon, yaitu bentuk segi-banyak sama sisi.
Archimedes menghitung keliling lingkaran berdasarkan panjang sisi polygon segi-96 sama
sisi yang digunakan sebagai perimeter dalam dan perimeter luar suatu lingkaran, sehingga
dihasilkan nilai batas bawah dan batas atas 223/71 < π < 22/7 (3.1408 < π < 3.1429).
Di Persia, pada tahun 1424 dipublikasikan Risala al-Muhitiyya (“Treatise on the
Circumference”) oleh Jamshid Masud al-Kashi al-Kashani yang mengemukakan perhitungan
berdasarkan struktur polygon 3 x 228 sisi dengan hasil π = 3,1415 9265 3589 7932 5… yang
memberikan ketelitian 17 digit desimal. Dengan nilai tersebut oleh Al-Kashani dikatakan
bahwa perhitungan keliling suatu lingkaran berdiameter 600.000 kali diameter bumi (rataan
jejari bumi 6.370 km) akan memberikan kesalahan yang kurang dari “ketebalan rambut ekor
kuda”, suatu ukuran Persia kuno yang setara dengan sekitar 0,7 millimeter. Al-Kashani telah
memberikan pemahaman dengan baik mengenai ketakbermaknaan deretan panjang angka
desimal.
F. Napak tilas π a-la Archimedes
Dengan menggunakan pendekatan hexagonal, diperoleh keliling hexagon dalam
adalah 3 dan keliling hexagon luar adalah 2 sqrt(3) = 3,46410161513776. Jika kita kembali
ke definisi π sebagai ratio keliling lingkaran terhadap diameternya (π = C /d), maka diperoleh
nilai-nilai batas bawah dan batas atas 3,0 < π < 3,46410161513776. Nilai batas bawah π = 3
29
adalah penggunaan awal nilai π yang pernah digunakan oleh bangsa Babilonia tahun 4000
SM dan hingga saat ini digunakan pada sekolah-sekolah dasar di Jepang untuk pengenalan
awal tentang penggunaan π.
Dengan cara seperti itulah, semakin tinggi orde polygon yang digunakan sebagai
pendekatan untuk menghitung keliling lingkaran, maka nilai batas bawah dan batas atas yang
makin konvergen. Konvergensi nilai tersebut seperti yang dihasilkan oleh Archimedes 223/71
< π < 22/7 (3 + 10/71 < π < 3 + 10/70 atau 3,1408 < π < 3,1429) dengan menggunakan 96-
gon, oleh Liu Hui π = 3.1416 dengan menggunakan 3.072-gon, dan oleh Zu Chongzhi π =
355/113 = 3,1415929204… dengan menggunakan 12.288-gon.
Sifat-sifat π :
Beberapa sifat π yang penting adalah sebagai berikut
1. Nilai π adalah bilangan irasional, artinya tidak dapat secara tepat dinyatakan dengan ratio
bilangan integer terhadap bilangan integer. Pernyataan nilai π = 22/7 atau 355/113
merupakan suatu nilai pendekatan rasionaliasi yang sangat populer. Pernyataan nilai
π dalam angka desimal akan memiliki panjang angka desimal di belakang koma dengan
panjang tak-berhingga.
2. Nilai π juga merupakan bilangan transendental, artinya tidak menjadi solusi bagi
persamaan polinomial tak-konstan yang memiliki koefisien-koefisien rasional.
Transendensi pada π memiliki dua konsekuensi, yaitu: pertama, π tidak dapat dinyatakan
sebagai kombinasi bilangan-bilangan rasional maupun sebagai akar kuadrat dan akar
integer dari suatu bilangan integer; kedua, tidak mungkin dibuat suatu segi empat
bujursangkar dengan luasan yang sama dengan luas lingkaran yang sesuai (squaring a
circle), dengan sisi segi empat bujur sangkar sqrt (π) seperti pada gambar di bawah ini.
3. Digit-digit desimal pada π tidak memiliki pola keteraturan dan telah dibuktikan memiliki
keacakan secara statistik, termasuk dalam uji normalitas dengan hasil yang tidak
konsisten. Suatu bilangan irasional dikatakan memenuhi sifat normalitas jika semua angka
yang muncul dalam deretan angka desimalnya memiliki tingkat keseringan muncul yang
sama.
4. Meskipun bersifat irasional dan transendental dengan pola desimal tak beraturan, terdapat
pula upaya para matematikawan untuk melakukan pendekatan fraksional kontinu
(continued fractional) dengan pola tertentu.

More Related Content

What's hot

Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Listia wati
 
makalah filsafat
makalah filsafatmakalah filsafat
makalah filsafat
Najah Cweety
 
Pengantar epistemologi
Pengantar epistemologiPengantar epistemologi
Pengantar epistemologi
KuliahMandiri.org
 
Filsafat Umum - Epistemologi
Filsafat Umum - EpistemologiFilsafat Umum - Epistemologi
Filsafat Umum - Epistemologi
Wulandari Rima Kumari
 
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiproblematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
Ltfltf
 
Dimensi Aksiologis
Dimensi AksiologisDimensi Aksiologis
Dimensi Aksiologis
Nurmahmudah M.Phil.
 
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT ILMU PENGETAHUANFILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
Alvy Mayrina
 
Filsafat agama ilmu jadi.pptx
Filsafat agama ilmu jadi.pptxFilsafat agama ilmu jadi.pptx
Filsafat agama ilmu jadi.pptx
rara wibowo
 
Hakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut IslamHakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut Islam
Siti Hardiyanti
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
sayid bukhari
 
Filsafat dan Etika Komunikasi
Filsafat dan Etika KomunikasiFilsafat dan Etika Komunikasi
Filsafat dan Etika Komunikasi
Afril Wibisono
 
Ppt filsafat rasionalisme vs empirisme
Ppt filsafat rasionalisme vs empirismePpt filsafat rasionalisme vs empirisme
Ppt filsafat rasionalisme vs empirisme
zukhrufi17
 
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanFilsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
EkoBowo2
 
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmuOntologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Universitas Negeri Makassar
 
PPT KEBENARAN ILMIAH.pdf
PPT KEBENARAN ILMIAH.pdfPPT KEBENARAN ILMIAH.pdf
PPT KEBENARAN ILMIAH.pdf
SukmaWati130587
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
YuliaKartika6
 
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi ManusiaTeori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
dichasenja
 
Aliran-Aliran Filsafat
Aliran-Aliran Filsafat Aliran-Aliran Filsafat
Aliran-Aliran Filsafat
Islamic Studies
 
filsafat umum thales
filsafat umum thalesfilsafat umum thales
filsafat umum thalesLely Surya
 

What's hot (20)

Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
 
makalah filsafat
makalah filsafatmakalah filsafat
makalah filsafat
 
Pengantar epistemologi
Pengantar epistemologiPengantar epistemologi
Pengantar epistemologi
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan
 
Filsafat Umum - Epistemologi
Filsafat Umum - EpistemologiFilsafat Umum - Epistemologi
Filsafat Umum - Epistemologi
 
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiproblematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
 
Dimensi Aksiologis
Dimensi AksiologisDimensi Aksiologis
Dimensi Aksiologis
 
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT ILMU PENGETAHUANFILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
 
Filsafat agama ilmu jadi.pptx
Filsafat agama ilmu jadi.pptxFilsafat agama ilmu jadi.pptx
Filsafat agama ilmu jadi.pptx
 
Hakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut IslamHakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut Islam
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
 
Filsafat dan Etika Komunikasi
Filsafat dan Etika KomunikasiFilsafat dan Etika Komunikasi
Filsafat dan Etika Komunikasi
 
Ppt filsafat rasionalisme vs empirisme
Ppt filsafat rasionalisme vs empirismePpt filsafat rasionalisme vs empirisme
Ppt filsafat rasionalisme vs empirisme
 
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanFilsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
 
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmuOntologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
 
PPT KEBENARAN ILMIAH.pdf
PPT KEBENARAN ILMIAH.pdfPPT KEBENARAN ILMIAH.pdf
PPT KEBENARAN ILMIAH.pdf
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
 
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi ManusiaTeori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
 
Aliran-Aliran Filsafat
Aliran-Aliran Filsafat Aliran-Aliran Filsafat
Aliran-Aliran Filsafat
 
filsafat umum thales
filsafat umum thalesfilsafat umum thales
filsafat umum thales
 

Viewers also liked

Review Makalah
Review MakalahReview Makalah
Review Makalah
Joko Soebagyo
 
Normal Science Pemecah Teka teki
Normal Science Pemecah Teka tekiNormal Science Pemecah Teka teki
Normal Science Pemecah Teka teki
Dewi Hartati
 
Resume geometri non euclid
Resume geometri non euclidResume geometri non euclid
Resume geometri non euclid
Andriani Widi Astuti
 
Ipa smk kelas_xia_1_limbah_dan_sampah
Ipa smk kelas_xia_1_limbah_dan_sampahIpa smk kelas_xia_1_limbah_dan_sampah
Ipa smk kelas_xia_1_limbah_dan_sampah
Kristianus Smakk
 
Systematic review and meta analaysis course - part 1
Systematic review and meta analaysis course - part 1Systematic review and meta analaysis course - part 1
Systematic review and meta analaysis course - part 1
Ahmed Negida
 
Powerpoint tematik tema diriku
Powerpoint tematik tema dirikuPowerpoint tematik tema diriku
Powerpoint tematik tema diriku
luthfia_hidayati
 
Systematic review and meta analaysis course - part 2
Systematic review and meta analaysis course - part 2Systematic review and meta analaysis course - part 2
Systematic review and meta analaysis course - part 2
Ahmed Negida
 
Introduction to Systematic Reviews
Introduction to Systematic ReviewsIntroduction to Systematic Reviews
Introduction to Systematic Reviews
Laura Koltutsky
 
Systematic review ppt
Systematic review pptSystematic review ppt
Systematic review ppt
Basil Asay
 
TEOREMA-TEOREMA LINGKARAN
TEOREMA-TEOREMA LINGKARANTEOREMA-TEOREMA LINGKARAN
TEOREMA-TEOREMA LINGKARAN
Veby Anggriani
 

Viewers also liked (11)

Review Makalah
Review MakalahReview Makalah
Review Makalah
 
Normal Science Pemecah Teka teki
Normal Science Pemecah Teka tekiNormal Science Pemecah Teka teki
Normal Science Pemecah Teka teki
 
Filsafat ipa
Filsafat ipaFilsafat ipa
Filsafat ipa
 
Resume geometri non euclid
Resume geometri non euclidResume geometri non euclid
Resume geometri non euclid
 
Ipa smk kelas_xia_1_limbah_dan_sampah
Ipa smk kelas_xia_1_limbah_dan_sampahIpa smk kelas_xia_1_limbah_dan_sampah
Ipa smk kelas_xia_1_limbah_dan_sampah
 
Systematic review and meta analaysis course - part 1
Systematic review and meta analaysis course - part 1Systematic review and meta analaysis course - part 1
Systematic review and meta analaysis course - part 1
 
Powerpoint tematik tema diriku
Powerpoint tematik tema dirikuPowerpoint tematik tema diriku
Powerpoint tematik tema diriku
 
Systematic review and meta analaysis course - part 2
Systematic review and meta analaysis course - part 2Systematic review and meta analaysis course - part 2
Systematic review and meta analaysis course - part 2
 
Introduction to Systematic Reviews
Introduction to Systematic ReviewsIntroduction to Systematic Reviews
Introduction to Systematic Reviews
 
Systematic review ppt
Systematic review pptSystematic review ppt
Systematic review ppt
 
TEOREMA-TEOREMA LINGKARAN
TEOREMA-TEOREMA LINGKARANTEOREMA-TEOREMA LINGKARAN
TEOREMA-TEOREMA LINGKARAN
 

Similar to Tugas review materi filsafat

Bab i ontologi 5
Bab i ontologi 5Bab i ontologi 5
Bab i ontologi 5
FENY DYAH
 
Jurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmuJurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmu
Ibnu Fajar
 
LAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docx
LAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docxLAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docx
LAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docx
Akulailihidayatturro
 
Ontologi
OntologiOntologi
Ontologi
adhayanisaleng
 
ontologi, epistimologi, aksiologi.pptx
ontologi, epistimologi, aksiologi.pptxontologi, epistimologi, aksiologi.pptx
ontologi, epistimologi, aksiologi.pptx
mnuzurulump
 
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi IlmuMakalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
sayid bukhari
 
Ontologi Metafisika Keilmuan
Ontologi Metafisika KeilmuanOntologi Metafisika Keilmuan
Ontologi Metafisika Keilmuan
mochamadrachmanda1
 
Annisa kusumaningrum dkk
Annisa kusumaningrum dkkAnnisa kusumaningrum dkk
Annisa kusumaningrum dkk
Dinda Tugas
 
Tugas dds 4 kel v (ontologi)
Tugas dds 4 kel v (ontologi)Tugas dds 4 kel v (ontologi)
Tugas dds 4 kel v (ontologi)
Agnes Ervinda Ginting
 
OBJEK KAJIAN ILMU (ONTOLOGI) MENURUT BARAT DAN ISLAM.pptx
OBJEK KAJIAN ILMU (ONTOLOGI) MENURUT BARAT DAN ISLAM.pptxOBJEK KAJIAN ILMU (ONTOLOGI) MENURUT BARAT DAN ISLAM.pptx
OBJEK KAJIAN ILMU (ONTOLOGI) MENURUT BARAT DAN ISLAM.pptx
RahmandaArif
 
Tugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiatiTugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiati
JulianaRafiati
 
METAFISIKA.pptx
METAFISIKA.pptxMETAFISIKA.pptx
METAFISIKA.pptx
Miftah Sinaga
 
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat IlmuMakalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
sayid bukhari
 
Cabang-cabanf Filsafat.pptx
Cabang-cabanf Filsafat.pptxCabang-cabanf Filsafat.pptx
Cabang-cabanf Filsafat.pptx
laya89
 
ONTOLOGI.pptx
ONTOLOGI.pptxONTOLOGI.pptx
ONTOLOGI.pptx
heri262263
 
Dasar dasar ilmu
Dasar dasar ilmuDasar dasar ilmu
Dasar dasar ilmu
Fery Zahuri
 
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)UIN Surabaya
 
FILSAFAT ILMU Ontologi.pptx
FILSAFAT ILMU Ontologi.pptxFILSAFAT ILMU Ontologi.pptx
FILSAFAT ILMU Ontologi.pptx
BagusDS2
 
Ontologi Keilmuan.pptx
Ontologi Keilmuan.pptxOntologi Keilmuan.pptx
Ontologi Keilmuan.pptx
22D088DhevanoTarunaP
 

Similar to Tugas review materi filsafat (20)

Bab i ontologi 5
Bab i ontologi 5Bab i ontologi 5
Bab i ontologi 5
 
Jurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmuJurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmu
 
LAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docx
LAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docxLAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docx
LAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docx
 
Ontologi
OntologiOntologi
Ontologi
 
ontologi, epistimologi, aksiologi.pptx
ontologi, epistimologi, aksiologi.pptxontologi, epistimologi, aksiologi.pptx
ontologi, epistimologi, aksiologi.pptx
 
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi IlmuMakalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
 
Ontologi Metafisika Keilmuan
Ontologi Metafisika KeilmuanOntologi Metafisika Keilmuan
Ontologi Metafisika Keilmuan
 
asrangeofisika
asrangeofisikaasrangeofisika
asrangeofisika
 
Annisa kusumaningrum dkk
Annisa kusumaningrum dkkAnnisa kusumaningrum dkk
Annisa kusumaningrum dkk
 
Tugas dds 4 kel v (ontologi)
Tugas dds 4 kel v (ontologi)Tugas dds 4 kel v (ontologi)
Tugas dds 4 kel v (ontologi)
 
OBJEK KAJIAN ILMU (ONTOLOGI) MENURUT BARAT DAN ISLAM.pptx
OBJEK KAJIAN ILMU (ONTOLOGI) MENURUT BARAT DAN ISLAM.pptxOBJEK KAJIAN ILMU (ONTOLOGI) MENURUT BARAT DAN ISLAM.pptx
OBJEK KAJIAN ILMU (ONTOLOGI) MENURUT BARAT DAN ISLAM.pptx
 
Tugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiatiTugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiati
 
METAFISIKA.pptx
METAFISIKA.pptxMETAFISIKA.pptx
METAFISIKA.pptx
 
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat IlmuMakalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
 
Cabang-cabanf Filsafat.pptx
Cabang-cabanf Filsafat.pptxCabang-cabanf Filsafat.pptx
Cabang-cabanf Filsafat.pptx
 
ONTOLOGI.pptx
ONTOLOGI.pptxONTOLOGI.pptx
ONTOLOGI.pptx
 
Dasar dasar ilmu
Dasar dasar ilmuDasar dasar ilmu
Dasar dasar ilmu
 
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
 
FILSAFAT ILMU Ontologi.pptx
FILSAFAT ILMU Ontologi.pptxFILSAFAT ILMU Ontologi.pptx
FILSAFAT ILMU Ontologi.pptx
 
Ontologi Keilmuan.pptx
Ontologi Keilmuan.pptxOntologi Keilmuan.pptx
Ontologi Keilmuan.pptx
 

More from windarti aja

Uas flsafat
Uas flsafatUas flsafat
Uas flsafat
windarti aja
 
Geometri non euclid
Geometri non euclidGeometri non euclid
Geometri non euclid
windarti aja
 
Geometri euclid
Geometri euclidGeometri euclid
Geometri euclid
windarti aja
 
Epistemologi
EpistemologiEpistemologi
Epistemologi
windarti aja
 
Aksiologi pengetahuan
Aksiologi pengetahuanAksiologi pengetahuan
Aksiologi pengetahuan
windarti aja
 
ppt luas segitiga
ppt luas segitigappt luas segitiga
ppt luas segitiga
windarti aja
 
Lesson plan academic writing
Lesson plan academic writingLesson plan academic writing
Lesson plan academic writing
windarti aja
 
Silabus. mtk smp
Silabus. mtk smpSilabus. mtk smp
Silabus. mtk smp
windarti aja
 
Rpp. mtk kelas 7 smp
Rpp. mtk kelas 7 smpRpp. mtk kelas 7 smp
Rpp. mtk kelas 7 smp
windarti aja
 
Makalah phi
Makalah phiMakalah phi
Makalah phi
windarti aja
 
Geometri euclid
Geometri euclidGeometri euclid
Geometri euclid
windarti aja
 
Makalah phi
Makalah phiMakalah phi
Makalah phi
windarti aja
 
Jawaban mid
Jawaban midJawaban mid
Jawaban mid
windarti aja
 
Soal ujian Landasan
Soal ujian LandasanSoal ujian Landasan
Soal ujian Landasan
windarti aja
 
3apa
3apa3apa
Integrating writing and mathematics
Integrating writing and mathematicsIntegrating writing and mathematics
Integrating writing and mathematics
windarti aja
 
Landasan Sosial Budaya
Landasan Sosial BudayaLandasan Sosial Budaya
Landasan Sosial Budaya
windarti aja
 
Makalah baru
Makalah baruMakalah baru
Makalah baru
windarti aja
 
Makalah baru
Makalah baruMakalah baru
Makalah baru
windarti aja
 
Ppt okk
Ppt okkPpt okk
Ppt okk
windarti aja
 

More from windarti aja (20)

Uas flsafat
Uas flsafatUas flsafat
Uas flsafat
 
Geometri non euclid
Geometri non euclidGeometri non euclid
Geometri non euclid
 
Geometri euclid
Geometri euclidGeometri euclid
Geometri euclid
 
Epistemologi
EpistemologiEpistemologi
Epistemologi
 
Aksiologi pengetahuan
Aksiologi pengetahuanAksiologi pengetahuan
Aksiologi pengetahuan
 
ppt luas segitiga
ppt luas segitigappt luas segitiga
ppt luas segitiga
 
Lesson plan academic writing
Lesson plan academic writingLesson plan academic writing
Lesson plan academic writing
 
Silabus. mtk smp
Silabus. mtk smpSilabus. mtk smp
Silabus. mtk smp
 
Rpp. mtk kelas 7 smp
Rpp. mtk kelas 7 smpRpp. mtk kelas 7 smp
Rpp. mtk kelas 7 smp
 
Makalah phi
Makalah phiMakalah phi
Makalah phi
 
Geometri euclid
Geometri euclidGeometri euclid
Geometri euclid
 
Makalah phi
Makalah phiMakalah phi
Makalah phi
 
Jawaban mid
Jawaban midJawaban mid
Jawaban mid
 
Soal ujian Landasan
Soal ujian LandasanSoal ujian Landasan
Soal ujian Landasan
 
3apa
3apa3apa
3apa
 
Integrating writing and mathematics
Integrating writing and mathematicsIntegrating writing and mathematics
Integrating writing and mathematics
 
Landasan Sosial Budaya
Landasan Sosial BudayaLandasan Sosial Budaya
Landasan Sosial Budaya
 
Makalah baru
Makalah baruMakalah baru
Makalah baru
 
Makalah baru
Makalah baruMakalah baru
Makalah baru
 
Ppt okk
Ppt okkPpt okk
Ppt okk
 

Recently uploaded

Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Kurnia Fajar
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 

Recently uploaded (20)

Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 

Tugas review materi filsafat

  • 1. 1 ONTOLOGI PENGETAHUAN Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada (wujud seperti karakteristik dasar dari seluruh realitas). Secara bahasa, kata ontologi berasal dari perkataan Yunani, yaitu : Ontos berarti being, dan Logos berarti Logic. Jadi, dapat dikatakan ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan) atau bisa juga ilmu tentang yang ada (bakhtiar,2005:219). Istilah ontologi pertama kali diperkenalkan oleh rudolf Goclenius pada tahun 1936 M, untuk menamai hakekak yang ada bersifat metafisis. Dalam perkembangannya Christian Wolf (1679-1754) dalam (bakhtiar,2005:219). membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan khusus. Metafisika umum adalah istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafiska atau otologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus masih terbagi menjadi Kosmologi, Psikologi dan Teologi. Masalah Ontologi Dalam kajian ontologi ada beberapa masalah yang perlu dipahami dan dicermati, yaitu :  Jumlah dan ragam Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Kenyataan itu baik dari pengalaman pribadi maupun dari sejarah pemikiran muncul persoalan tentang kesatuan dan kebanyakan, tentang ketunggalan dan kegandaan, tantang keekaan dan keanekaan, tentang kesamaan dan keberlainan  Pertentangan Rasanya orang-orang harus memilih salah satu di antara dua kemungkinan tersebut (antara kenyataan yang satu dan yang beragam), jikalau kenyataan itu bersatu, maka kiranya menjadi satu, tunggal, esa dan tidak akan menjadi banyak, ganda dan aneka.  Hampiran Untuk menolak pemecahan persoalan awal ini, ontologi harus menolak dari kenyataan konkret menurut apa adanya. Tidak akan diusahakan menjawab pertanyaan:”Karena apa ada suatu kenyataan?” keniscayaan mengada atau tidaknya itu mustahil diuraikan secara apriori.
  • 2. 2 A. ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT Mempelajari pemahaman ontologi muncul beberapa pandangan-pandangan pokok pemikiran dalam pertanyaan yang kemudian melahirkan aliran-aliran dalam filsafat. Dari masing-masing pertanyaan menimbulkan beberapa sudut pandang mengenai ontologi. Sehingga lahir lima filsafat, yaitu sebagai berikut : 1. Monoisme : Paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari kenyataan adalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik berupa materi maupun rohani. Paham ini terbagi menjadi dua aliran : a. Materialisme Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran ini sering disebut naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta yang hanyalah materi, sedangkan jiwa atau ruh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri b. Idealisme Sebagai lawan dari materialisme yang dinamakan spriritualismee. Dealisme berasal dari kata ”Ideal” yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atu sejenis denganntya, yaitu sesuatu yang tidak terbentuk dan menempati ruag. Materi atau zat ini hanyalah suatu jenis dari penjelamaan ruhani 2. Dualisme, Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari benda, sama-sama hakikat, kedua macam hakikat tersebut masing- masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi, hubungan keduanya menciptakan kehidupan di alam ini. Tokoh paham ini adalah Descater (1596-1650 SM) yang dianggap sebagai bapak Filosofi modern) 3. Pluralisme, paham ini beranggapan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme tertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata, tokoh aliran ini pada masa Yunani kuno adalah Anaxagoras dan Empedcoles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air, api dan udara 4. Nihilisme, berasal dari bahasa Yunani yang berati nothing atau tidak ada. Istilah Nihilisme dikenal oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya Fadhers an Children yang
  • 3. 3 ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia. Doktrin tentang Nihilisme sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani kuno, yaitu pada pandangan Grogias (483-360 SM) yang memberikan tiga proporsi tentang realitas 5. Agnostisime, berasal dari bahasa Grik Agnostos yang berarti unknow. A artinya not, Gno artinya know. Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakekat materi maupun hakekat ruhani. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Jadi paham ini mengenai pengingkaran tau penyangkalan terhada kemampuan manusia mengetahui hakekat benda baik materi maupun ruhani. Aliran ini mirip dengan skeptisisme yang berpendapat bahwa manusia diragukan kemampuannya mengetahui hakekatnya, namun tampaknya agnotisisme lebih dari itu karena menyerah sama sekali. EPISTEMOLOGI PENGETAHUAN A. Pengertian Epistemologi Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin, nature, methods, and limits of human knowledge). Epistemologi jiga disebut teori pengetahuan ( theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme, yang berarti “pengetahuan”, “pengetahuan yang benar”, “ pengetahuan ilmiah”, dan logos= teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan sahnya (validitas) pengetahuan. Dalam metafisika, pertanyaan pokoknya adalah “apakah ada itu?” sedangkan dalam epistemology pertanyaan pokoknya adalah “apa yang dapat saya ketahui?”. Dalam pembahasan filsafat ilmu, epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat. Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan. B. Hubungan antara Epistemologi dengan Pedagogi Matematika Epistemologi matematika adalah teori pengetahuan yang sasarannya adalah pengetahuan matematika. Epistemologi merupakan pemikiran reflektif terhadap berbagai segi dari pengetahuan seperti kemungkinan, asal mula, sifat-sifat alami, batas-batas, asumsi dan landasan,validitas dan reliabilitas hingga kebenaran pengetahuan. Kajian yang termasuk dalam epistemologi matematika antara lain : matematika termasuk jenis pengetahuan apa (empirik ataupengetahuan pra- pengalaman) bagaimana ciri-ciri
  • 4. 4 matematika (deduktif, abstrak, hipotetik,eksak, simbolik, universal, rasional dan kemungkinan ciri lainnya) lingkup dan pembagianpengetahuan matematika (matematika murni, matematika terapan serta cabang lainnya)kebenaran matematika (sifat alaminya dan semacamnya). Epistemologi matematika mempengaruhi pembelajaran matematika. Kinerja guru yang ditunjukkan dalam pemecahan masalah, serta pendekatan pengajaranmereka, tergantung pada keyakinan mereka tentang matematika. SARANA BERPIKIR ILMIAH Sarana berpikir ilmiah ini sangat berkaitan dengan metode ilmiah. Sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik, dengan demikian fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah, bukan merupakan ilmu itu sendiri. Sarana bepikir ilmiah juga menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan proses logika induktif, sebagimana ilmu yang merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif. Implikasi proses deduktif dan induktif menggunakan logika ilmiah. Menurut Endraswara (2012: 228) bahwa logika ilmiah merupakan sarana berpikir ilmiah yang paling penting. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana berupa bahasa, logika, matematika dan statistika. Salah satu langkah ke arah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses ilmiah (Suriasumantri, 2009: 167-169). Namun dalam makalah ini sarana berpikir ilmiah akan dikelompokkan menjadi tiga yaitu bahasa, matematika dan statistika, sedangkan pembahasan logika dimasukan ke dalam ketiga sarana tersebut. BAHASA DAN PERANNYA DALAM SARANA BERFIKIR ILMIAH Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain (Suriasumantri, 2009: 167). Pendapat lain menjelaskan, bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan yang terdiri dari kata-kata atau istilah-istilah dan sintaksis. Kata atau istilah merupakan simbol dari arti sesuatu, sedangkan sintaksis merupakan cara menyusun kata-kata menjadi kalimat yang bermakna (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010: 98).
  • 5. 5 Bahasa memegang peranan penting dalam suatu hal yang lazim dalam kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Bloch & Trager berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat komunikasi. Peran bahasa disini adalah sebagi alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berfikir ilmiah dan sebagai sarana komunikasi antar manusia. Adapun ciri-ciri bahasa ilmiah yaitu : 1. Informatif yang berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapkan informasi atau pengetahuan. Informasi atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari kesalahpahaman informasi. 2. Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang sama dengan informasi yang diterima oleh pendengar atau pembacanya. 3. Intersubjektif, yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung makna-makna yang sama bagi para pemakainya. 4. Antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur emotif, kendatipun pada kenyataan unsur emotif ini sulit dilepaskan dari unsur informatif. AKSIOLOGI PENGETAHUAN A. Definisi Aksiologi Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori tentang nilai (Salam, 1997). Sumantri (1996) menyatakan aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dan pengetahuan yang diperoleh. Menurut kamus bahasa Indonesia, aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khusunya etika. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut. Jadi hakikat yang ingin dicapai aksiologi adalah hakikat manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan. Objek kajian aksiologi adalah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu karena ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral sehingga nilai kegunaan ilmu itu dapat dirasakan oleh masyarakat. Aksiologi disebut teori tentang nilai yang menaruh perhatian baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tata cara dan tujuan (mean and end).
  • 6. 6 B. Nilai dalam Aksiologi Dalam aksiologi ada dua komponen yang mendasar, yakni Etika dan Estetika. 1. Etika Istilah etika berasal dari bahasa yunani “ethos” yang berarti adat kebiasaan. Dalam istilah lain dinamakan moral yang berasal dari bahasa latin “mores”, kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Etika adalah cabang filsafat aksiologi yang membahas masalah- masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada perilaku, norma, dan adat istiadat yang berlaku pada komunitas tertentu. 2. Estetika Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur- unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam suatu hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian. C. Kegunaan Aksiologi terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan Berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun.S.Suriasumatri yaitu bahwa “pengetahuan adalah kekuasaan” apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagi pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam menggunakannya. D. Hubungan antara Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Dari yang telah dipelajari sebelumnya tentang filsafat ilmu pendidikan, maka dapat dibedakan antara ontologi, epistimologi, dan aksiologi, yaitu: 1. Ontologi : dasar untuk mengklasifikasi pengetahuan dan sekaligus bidang-bidang ilmu. 2. Epistimologi : cara/teknik/sarana yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu. 3. Aksiologi : tujuan dari pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan.
  • 7. 7 ILMU DAN BUDAYA A. Ilmu Menurut Depdiknas (2003) kata ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu alima yang berarti pengetahuan. Dalam bahasa Inggris ilmu disebut science dan bahasa latin yaitu scientia scio, scire, yang juga berarti pengetahuan (Tirtarahardja, 2008). .Beberapa pakar ahli berpendapat seperti Asley Montagu (Fitri, 2012) menyatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang dikaji. John Warfield (Fitri, 2012) mengemukakan bahwa ilmu dipandang sebagai suatu proses. Pandangan proses ini paling bertalian dengan suatu perhatian terhadap penyelidikan karena penyelidikan adalah suatu bagian besar dari ilmu sebagai suatu proses. Sedangkan menurut Charles Singer (Fitri, 2012), ilmu adalah proses membuat proses membuat pengetahuan. Menurut Susanto (2011 : 112) ilmu adalah pengetahuan yang pasti, sistematik, metodik, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi. Ilmu membentuk daya intelegensi yang menghasilkan keterampilan atau skill. Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah suatu kegiatan penelitian terhadap suatu gejala ataupun kondisi pada suatu bidang dengan menggunakan berbagai prosedur, cara, alat dan metode ilmiah lainnya guna menghasilkan suatu kebenaran ilmiah yang bersifat empiris, sistematis, objektif, analisis dan verifikatif. B. Kebudayaan Menurut Widagho (2010), dalam bahasa Belanda Kebudayaan disebut cultuur dan dalam Bahasa Inggris disebut culture. Pada dasarnya kebudayaan berasal dari bahasa Latin “Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”. Dilihat dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekreta “bddhayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan didefinisikan untuk pertama kali oleh E. B. Taylor pada tahun 1871, lebih dari seratus tahun yang lalu, dalam bukunya Primitive Culture dimana kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat (Suriasumantri, 2009: 261).
  • 8. 8 Jadi dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah kekuatan akal manusia, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. C. Hubungan Ilmu dan Budaya Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaannya. Sedangkan di pihak lain, pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan. Menurut Talcot Parsons, mereka saling mendukung satu sama lain baik dalam beberapa tipe masyarakat ilmu dapat berkembang dengan pesat, demikian pula sebaliknya. Masyarakat tersebut tak dapat berfungsi dengan wajar tanpa didukung perkembangan yang sehat dari ilmu dan penerapan. Semakin berkembangnya budaya maka semakin berkembangnya ilmu. Contohnya adalah teknologi, majunya budaya maka teknologi berkembang, semakin berkembang teknologi maka semakin berkembang ilmu. ILMU DAN MATEMATIKA A. Pengertian llmu Kata ilmu berasal dari kata al-ilm dalam bahasa Arab kata al-ilm maknanya adalah “idrokusy-syaii bi haqiqotihi”, yang artinya,” mengetahui sesuatu sesuai dengan hakekatnya.” Al-ilm tergolong suatu pengetahuan. Ia merupakan pengetahuan yang benar, baik benar dalam arti sesuai sebagaimana “ada”-nya (ash-shidq) maupun benar dalam arti berpahala diakherat kelak jika diamalkan karena Allah semata (al-haqq). Dalam bahasa Inggris ilmu disebut science dan bahasa latin scientia (pengetahuan). Beberapa pakar ahli antara lain menurut Asley Montagu (Fitri, 2012) ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang dikaji. John Warfield (Fitri, 2012) ilmu dipandang sebagai suatu proses. Sedangkan menurut Charles Singer (Fitri, 2012), ilmu adalah proses membuat proses membuat pengetahuan. Sehingga dengan demikian, ilmu adalah kumpulan pengetahuan secara holistik yang tersusun secara sistematis, teruji secara rasional dan terbukti secara empiris.Kebenaran ilmu adalah rasionalisme dan empirisme sehingga kebenaran ilmu bersifat empiris dan bersifat terstruktur yang diperoleh melalui metode-metode tertentu.
  • 9. 9 B. Sifat-Sifat Ilmu 1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian. 2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah. 3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga. 4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). C. Pengertian Matematika Menurut Russeffendi (Gloria, 2012) bahwa matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran.Menurut Johnson dan Rising (Gloria, 2012), matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan,pembuktian yang logik. Sedangkan menurut Kline bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu untuk membantu manusia dalam memahami dan mengatasi permasalahannya. Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. D. Aliran Filsafat Matematika Mempelajari pemahaman ilmu dan matematika muncul beberapa pandangan-pandangan pokok pemikiran dalam pertanyaan yang kemudian melahirkan aliran-aliran dalam filsafat.Dari masing-masing pertanyaan menimbulkan beberapa sudut pandang mengenai
  • 10. 10 filsafat matematika.Sehingga lahir beberapa filsafat.Menurut Suriasumantri (Mediaharja, 2012) beberapa aliran dalam filsafat matematikayaitu : 1. Aliran Logistik Pelopornya : Immanuel Kant (1724 – 1804) Berpendapat bahwa matematika merupakan cara logis (logistik) yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris. Matematika murni merupakan cabang dari logika, konsep matematika dapat di reduksikan menjadi konsep logika. 2. Aliran Intuisionis Pelopornya : Jan Brouwer (1881 – 1966) Berpendapat bahwa matematika itu bersifat intusionis. Intuisi murni dari berhitung merupakan titik tolak tentang matematika bilangan. Hakekat sebuah bilangan harus dapat dibentuk melalui kegiatan intuitif dalam berhitung dan menghitung. 3. Aliran Formalis Pelopornya : David Hilbert (1862 – 1943) Berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuan tentang struktur formal dari lambang. Kaum formalis menekankan pada aspek formal dari matematika sebagai bahasa lambang dan mengusahakan konsistensi dalam penggunaan matematika sebagai bahasa lambang. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cara atau metode berpikir dan bernalar. Matematika adalah cara berpikir yang digunakan untuk memecahkan semua jenis persoalan. E. Hubungan Ilmu Dan Matematika Matematika sangat penting bagi keilmuan, terutama dalam peran yang dimainkannya dalam mengekspresikan model ilmiah. Mengamati dan mengumpulkan hasil-hasil pengukuran, sebagaimana membuat hipotesis dan dugaan, pasti membutuhkan model dan eksploitasi matematis. Cabang matematika yang sering dipakai dalam keilmuan di antaranya kalkulus dan statistika, meskipun sebenarnya semua cabang matematika mempunyai penerapannya, bahkan bidang “murni” seperti teori bilangan dan topologi. Tanpa matematika maka pengetahuan akan berhenti pada tahap kualitatif yang tidak memungkinkan untuk meningkatkan penalaran lebih jauh. Oleh karena maka dapat dikatakan bahwa ilmu tanpa matematika tidak berkembang dan sebaliknya matematika tanpa ilmu tidak ada keteraturan (Gunawan, 2014). Beberapa orang pemikir memandang matematikawan sebagai ilmuwan, dengan anggapan bahwa pembuktian-pembuktian matematis setara dengan percobaan.Sebagian yang lainnya
  • 11. 11 tidak menganggap matematika sebagai ilmu, sebab tidak memerlukan uji-uji eksperimental pada teori dan hipotesisnya. Namun, dibalik kedua anggapan itu, kenyataan pentingnya matematika sebagai alat yang sangat berguna untuk menggambarkan/menjelaskan alam semesta telah menjadi isu utama bagi filsafat matematika. ILMU DAN AGAMA A. Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan adalah suatu sistem pengetahuan dari berbagai pengetahuan, mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas- asas tertentu, hingga menjadi kesatuan atau sistem dari berbagai pengetahuan. James menjelaskan, ilmu pengetahuan adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual yang saling berkaitan dan telah berkembang sebagai hasil percobaan dan pengamatan.Ilmu pengetahuan tidak dipahami sebagai pencarian kepastian, melainkan sebagai penyeledikan yang berkesinambungan. Ilmu pengetahuan juga bisa merupakan upaya menyingkap realitas secara tepat dengan merumuskan objek material dan objek formal.Upaya penyingkapan realitas dengan memakai dua perumusan tersebut adakalanya menggunakan rasio dan empiris atau mensintesikan keduanya sebagai ukuran sebuah kebenaran (kebenaran ilmiah). Penyingkapan ilmu pengetahuan ini telah banyak mengungkap rahasia alam semesta dan mengeksploitasinya untuk kepentingan manusia. Dewasa ini, ilmu pengetahuan yang bercorak empiristik dengan metode kuantitatif (matematis) lebih dominan menduduki dialektika kehidupan masyarakat. Hal ini besar kemungkinan karena banyak dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran positivistiknya Auguste Comte yang mengajukan tiga tahapan pembebasan ilmu pengetahuan. Pertama, menurut Auguste Comte ilmu pengetahuan harus terlepas dari lingkungan teologik yang bersifat mistis. Kedua, ilmu pengetahuan harus bebas dari lingkungan metafisik yang bersifat abstrak. Ketiga, ilmu pengetahuan harus menemukan otonominya sendiri dalam lingkungan positifistik. B. Bentuk Ilmu Pengetahuan Menurut beberapa pakar, ilmu pengetahuan didefinisikan sebagai rangkaian aktifitas berfikir dan memahami dengan mengikuti prosedur sistematika metode dan memenuhi langkah-langkahnya. Dengan pola tersebut maka akan dihasilkan sebuah pengetahuan yang
  • 12. 12 sistematis mengenai fenomena tertentu, dan mencapai kebenaran, pemahaman serta bisa memberikan penjelasan serta melakukan penerapan. Secara garis besar, ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua bentuk, yakni ilmu eksakta dan ilmu humaniora. Ilmu eksakta adalah spesifikasi keilmuan yang menitikberatkan pada hukum sebab akibat. Penilaian terhadap ilmu-ilmu eksakta cenderung memakai metode observasi yang digunakan sebagai cara penelitiannya dan mengukur tingkat validitasnya. Dengan model tersebut, penelitian terhadap ilmu-ilmu eksakta sering mendapatkan hasil yang objektif. Sedangkan ilmu humaniora merupakan spesifikasi keilmuan yang membahas sisi kemanusian selain yang bersangkutan dengan biologis maupun fisiologisnya. Hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan ini lebih tertitik tekan dalam masalah sosiologis dan psikologisnya. C. Pengertian Agama Kata agama dalam bahasa inggris disebut “Religion”, dalam bahasa belanda disebut “Religie”. Kedua kata tersebut terambil dari bahasa induk yaitu bahasa latin yang memiliki arti “Religare”, to treat carefully (Ciicero), Relegere, to bind together (Lactantius), atau Religare, to recover (Agustinus). Dalam bahasa Arab, kata Agama disebut dengan “al-Di>n” yang terambil dari akar kata “Da>na-Yadi>nu” yang berarti : (1). Cara atau adat kebiasaan; (2). Peraturan; (3). Undang-undang; (4). Ta’at atau patuh; (5). Menunggalkan Tuhan; (6).Pembalasan; (7). Perhitungan; (8). Hari kiamat; (9). Nasihat. Menurut Fachruddin alkahiri, kata agama dalam bahasa indonesia berasal dari bahasa sangsekerta yang terdiri dari dua kata, yaitu: “a” yang berarti “Tidak” dan “Gama” yang berarti “berantakan”. Jadi kata “Agama” adalah tidak berantakan, atau dalam pengertian lain berarti teratur. Yang dimaksud agama adalah suatu peraturan yang mengatur keadaan manusia, maupun sesuatu yang gaib, ataupun mengenai budi-pekerti, pergaulan hidup bersama dan lainnya.
  • 13. 13 D. Hubungan Ilmu dan Agama Menurut Muhammad Abduh, agama merupakan sebuah produk Tuhan. Tuhan juga mengajarkannya kepada umat manusia, dan membimbing manusia untuk menjalankanya. Agama merupakan alat untuk akal dan logika, bagi orang-orang yang ingin kabar gembira dan sedih. agama menurut sebagian orang merupakan sesuatu hal yang menyangkut hati; suatu hal yang sangat berarti; suatu hal yang menuntun jiwa untuk menemukan keyakinan. Agama dengan eksistensinya telah membuatnya berbeda dengan segala apa yang pernah ada, membuatnya berbeda dengan dengan segala yang pernah dimiliki manusia. Agama membuat orang melakukan aktifitas yang harus bersesuaian dengan apa yang diajarkannya, baik tuntunan itu berat ataupun ringan. Agama menjadikan kehidupan manusia lebih teratur dalam kehidupannya, karena segala dorongan dan keinginannya menjadi lebih terarah. Agama menjadi pemimpin roh jiwa manusia. Ia juga berperan aktif membimbing manusia untuk memahami ajaran-ajaranya. Diibaratkan seorang manusia layaknya seorang yang berada diujung pedang, jika salah maka orang tersebut mati olehnya, tetapi agama agama datang sebagai penyelamat. Apapun yang terjadi pada manusia, ia tidak akan bisa terlepas dari agama. Sangat mustahil memisahkan kehidupan manusia dari agama. Seperti halnya menghilangkan luka bekas operasi dari kulit manusia. ILMU DAN BAHASA A. Pengertian Ilmu Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu; atau pengetahuan atau kepandaian tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dan sebagainya. Dalam Wikipedia Indonesia, ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. B. Asal Mula Bahasa Apabila kita menelusuri jejak kehidupan nenek moyang manusia di muka bumi sejak lima ratus ribu tahun yang silam, kita tidak pernah menemukan bukti-bukti langsung mengenai bahasa nenek moyang kita tersebut. Cerita dari Mesir, bahwa sekitar abad ke-17 SM Raja Mesir Psammetichus mengadakan eksperimen terhadap bayi yang dibesarkan di hutan belantara dengan pola pengasuhan yang tanpa bersentuhan dengan pemakaian bahasa apapun. Setelah berusia dua tahun, bayi tersebut
  • 14. 14 dilaporkan oleh pengasuh suruhan istana dapat mengucapkan kata pertamanya “becos” yang berarti “roti”, dalam bahasa Phrygia (bahasa Mesir kuno). Dan cerita ini, banyak orang Mesir yang mempercayai bahwa bahasa Mesirlah yang merupakan bahasa yang pertama dikuasai manusia, sekaligus diklaim sebagai bahasa yang pertama kali ada di muka bumi. C. Pengertian Bahasa Bahasa adalah media (sarana) yang digunakan untuk berbicara, menulis, dan berpikir. Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam hidup manusia. Bahasa membuat manusia mampu mendominasi mahluk lain dimuka bumi, baik yang berada didarat, laut, maupun udara. Joseph Broam dalam Bakhtiar (2005:176) juga mengatakan bahwa “a language is a structured system of arbitrary vocal symbol by means of wich members of social grup interact (bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain)”. Bahasa pada dasarnya berupa lisan, tulisan, dan isyarat. Berikut ini adalah pengertian dan definisi bahasa menurut para ahli: 1. Menurut Wittgenstein, bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis 2. Ferdinand De Saussure, bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain 3. Plato, bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut. 4. Carrol, bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia. Sehingga dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Jujun, S (2010: 300) berpendapat bahwa “Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni, pertama sebagai sarana komunikasi antarmanusia dan kedua, sebagai
  • 15. 15 sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut”. D. Peran Bahasa Dalam Ilmu Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan.Bahasa berperan penting dalam upaya pengembangan dan penyebar luasan ilmu. Setiap penelitian ilmiah tidak dapat dilaksanakan tanpa menggunakan bahasa, matematika(sarana berpikir deduktif) dan statistika (sarana berpikir induktif) sebagai sarana berpikir. Melalui bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain. Namun, bukan itu saja, dengan bahasa kita pun dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Seorang yang berbakat sastra mungkin akan mengekspresika perasaannya dengan cara lain, menulis novel yang tebal mencakup puluhan ribu kalimat atau menulis puisi yang terdiri dari beberapa bait. Dengan adanya bahasa maka manusia akan hidup dalam dunia yakni dunia pengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa. E. Hubungan Bahasa dan Matematika Matematika adalah bahasa, disebut dengan bahasa matematika. Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial, maksudnya baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika hanya sebuah kumpulan rumus-rumus yang mati. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sifat kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap kualitatif ke tahap kuantitatif. SEJARAH PERKEMBANGAN BILANGAN A. Sejarah Perkembangan Teori Bilangan Pada mulanya di zaman purbakala banyak bangsa-bangsa yang bermukim sepanjang sungai-sungai besar. Bangsa Mesir sepanjang sungai Nil di Afrika, bangsa Babilonia sepanjang sungai Tigris dan Eufrat, bangsa Hindu sepanjang sungai Indus dan Gangga, bangsa Cina sepanjang sungai Huang Ho dan Yang Tze. Bangsa-bangsa itu memerlukan keterampilan untuk mengendalikan banjir, mengeringkan rawa-rawa, membuat irigasi untuk mengolah tanah sepanjang sungai menjadi daerah pertanian untuk itu diperlukan pengetahuan praktis, yaitu pengetahuan teknik dan matematika bersama-sama. Sejarah menunjukkan
  • 16. 16 bahwa permulaan Matematika berasal dari bangsa yang bermukim sepanjang aliran sungai tersebut. Mereka memerlukan perhitungan, penanggalan yang bisa dipakai sesuai dengan perubahan musim. Diperlukan alat-alat pengukur untuk mengukur persil-persil tanah yang dimiliki. Peningkatan peradaban memerlukan cara menilai kegiatan perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak. Untuk keperluan praktis itu diperlukan bilangan-bilangan. Bilangan dahulunya digunakan sebagai simbol untuk menggantikan suatu benda misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol diantaranya :  Simbol bilangan bangsa Babilonia.  Simbol bilangan bangsa Maya di Amerika pada 500 tahun SM.  Simbol bilangan menggunakan huruf Hieroglif yang dibuat bangsa Mesir Kuno.  Simbol bilangan bangsa Arab yang dibuat pada abad ke-11 dan dipakai hingga kini oleh umat Islam di seluruh dunia.  Simbol bilangan bangsa Yunani Kuno.  Simbol bilangan bangsa Romawi yang juga masih dipakai hingga kini. 1. Teori Bilangan pada Masa Prasejarah (Sebelum Masehi) Konsep bilangan dan proses berhitung berkembang dari zaman sebelum ada sejarah (artinya tidak tercatat sejarah kapan dimulainya). Mungkin bisa diperdebatkan, tapi diyakini sejak zaman paling primitif pun manusia memiliki “rasa” terhadap apa yang dinamakan bilangan, setidaknya untuk mengenali mana yang “lebih banyak” atau mana yang “lebih sedikit” terhadap berbagai benda. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya benda matematika tertua, yaitu tulang Lebombo di pegunungan Lebombo di Swaziland dan mungkin berasal dari tahun 35.000 SM. Tulang ini berisi 29 torehan yang berbeda yang sengaja digoreskan pada tulang fibula baboon. Terdapat bukti bahwa kaum perempuan biasa menghitung untuk mengingat siklus haid mereka; 28 sampai 30 goresan pada tulang atau batu, diikuti dengan tanda yang berbeda. Selain itu, ditemukan juga artefak prasejarah di Afrika dan Perancis, dari tahun 35.000 SM dan berumur 20.000 tahun, yang menunjukkan upaya dini untuk menghitung waktu. Tulang Ishango, ditemukan di dekat batang air Sungai Nil (timur laut Kongo), berisi sederetan tanda lidi yang digoreskan di tiga lajur memanjang pada tulang itu. Tafsiran umum adalah bahwa tulang Ishango menunjukkan peragaan terkuno yang sudah diketahui tentang barisan bilangan prima.
  • 17. 17 a. Teori Bilangan pada Suku Bangsa Babilonia Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik. Dinamai "Matematika Babilonia" karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani. Kemudian di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat penting pengkajian Matematika Islam. b. Teori Bilangan pada Suku Bangsa Mesir Kuno Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir. Sejak peradaban helenistik matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan Babilonia yang membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut di bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa Arab menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir. Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind (kadang- kadang disebut juga "Lembaran Ahmes" berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari tahun 1650 SM tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari Kerajaan Tengah yaitu dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi pelajar aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara perkalian, pembagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti bagi pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan Eratosthenes dan teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6). Lembaran itu juga berisi cara menyelesaikan persamaan linear orde satu juga barisan aritmetika dan geometri. c. Teori Bilangan pada Suku Bangsa India Sulba Sutras (kira-kira 800-500 SM) merupakan tulisan-tulisan geometri yang menggunakan bilangan irasional, bilangan prima, aturan tiga dan akar kubik; menghitung akar kuadrat dari 2 sampai sebagian dari seratus ribuan; memberikan metode konstruksi lingkaran yang luasnya menghampiri persegi yang diberikan, menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat; mengembangkan tripel Pythagoras secara aljabar, dan memberikan pernyataan dan bukti numerik untuk teorema Pythagoras. Panini (kira-kira abad ke-5 SM) yang merumuskan aturan-aturan tata bahasa Sanskerta menggunakan notasi yang sama dengan notasi matematika modern, dan menggunakan aturan-aturan meta, transformasi, dan rekursi. Pingala (kira-kira abad ke-3 sampai abad
  • 18. 18 pertama SM) di dalam risalah prosodynya menggunakan alat yang bersesuaian dengan sistem bilangan biner. Pembahasannya tentang kombinatorika bersesuaian dengan versi dasar dari teorema binomial. Karya Pingala juga berisi gagasan dasar tentang bilangan Fibonacci. 2. Teori Bilangan pada Masa Sejarah (Masehi) Awal kebangkitan teori bilangan modern dipelopori oleh Pierre de Fermat (1601-1665), Leonhard Euler (1707-1783), J.L Lagrange (1736-1813), A.M. Legendre (1752-1833), Dirichlet (1805-1859), Dedekind (1831-1916), Riemann (1826-1866), Giussepe Peano (1858- 1932), Poisson (1866-1962), dan Hadamard (1865-1963). Sebagai seorang pangeran matematika, Gauss begitu terpesona terhadap keindahan dan kecantikan teori bilangan, dan untuk melukiskannya, ia menyebut teori bilangan sebagai the queen of mathematics. B. Definisi Bilangan Bilangan adalah suatu konsep matematika yang bersifat abstrak yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka atau lambang bilangan. Misalnya, tulisan atau ketikan : 1 yang terlihat saat ini bukanlah bilangan 1, melainkan hanya lambang dari bilangan 1 yang tertangkap oleh indera penglihatan berkat keberadaan unsur-unsur kimia yang peka cahaya dan digunakan untuk menampilkan warna dan gambar. Demikian pula jika kita melihat lambang yang sama di papan tulis, yang terlihat bukanlah bilangan 1, melainkan serbuk dari kapur tulis yang melambangkan bilangan 1. GEOMETRI EUCLID A. Tentang Euclid Euclid merupakan salah satu ahli ilmu ukur Yunani yang besar. Namun hampir tak ada keterangan terperinci mengenai kehidupan Euclid yang bisa diketahui. Misalnya, kita tahu dia pernah aktif sebagai guru di Alexandria, Mesir, di sekitar tahun 300 SM, tetapi kapan dia lahir dan kapan dia wafat betul-betul gelap. Bahkan, kita tidak tahu di benua apa dan dikota apa dia dilahirkan. Meski dia menulis beberapa buku dan diantaranya masih ada yang tertinggal, kedudukannya dalam sejarah terutama terletak pada bukunya yang hebat mengenai ilmu ukur yang bernama The Elements. Kebanyakan teorema yang disajikan dalam buku The Elements tidak ditemukan sendiri oleh Euclid, tetapi merupakan hasil karya matematikawan Yunani awal seperti Pythagoras (dan para pengikutnya), Hippocrates dari Chios, Theaetetus dari Athena, dan Eudoxus dari Cnidos. Akan tetapi, secara umum Euclid dihargai karena telah menyusun
  • 19. 19 teorema-teorema ini secara logis, agar dapat ditunjukkan (tak dapat disangkal, tidak selalu dengan bukti teliti seperti yang dituntut matematika modern) bahwa cukup mengikuti lima aksioma sederhana. Euclid juga dihargai karena memikirkan sejumlah pembuktian jenius dari teorema-teorema yang telah ditemukan sebelumnya. B. Buku The Element Adapun isi dari 13 buku Elemen menurut (Artmann, 1999:3) adalah sebagai berikut: 1. Buku 1: Pondasi Geometri Bidang Buku ini diawali dengan kumpulan defenisi. konsep dasar titik, garis, sudut secara umum dan penggunaan sudut dalam mendefenisikan jenis-jenis segitiga, segiempat, dan lain- lain. Defenisi yang terakhir menggambarkan garis parallel (sejajar) dalam ilmu ukur sebagai garis tanpa titik umum. setelah definisi kita menemukan apa yang disebut postulat, yang merupakan aksioma dalam geometri, kelima dan terakhir ini adalah postulat paralel terkenal. Common notions adalah aksioma mengenai besaran pada umumnya, misalnya, " Sesuatu akan sama dengan sesuatu atau sesuatu yang sama akan sama satu sama lainnya”. 2. Buku II: Geometri dari peregi Panjang Dibandingkan dengan buku I, buku kedua ini sangat jauh berbeda. Sebagian besar teorema dalam buku II menjelaskan materi aljabar tentang variasi pada tema identitas binomial (suku dua): ( 𝑎 + 𝑏)2 = 𝑎2 + 2𝑎𝑏 + 𝑏2 Hasil ini selalu dinyatakan dalam bahasa geometri subdivisi persegi panjang dan daerah dari berbagai bagian dari subdivisi. Teorema II.l2 dan 13 menggeneralisasi teorema Pythagoras (1,47) dengan hukum cosinus, dan Proposisi II.l4 memberikan solusi dari masalah penting membangun persegi sama (dalam luas) untuk sosok bujursangkar diberikan. 3. Buku III: Geometri dari Lingkaran Buku III menjelaskan tentang fakta-fakta dasar tentang geometri lingkaran, garis singgung, dan lingkaran dalam persegi. Bagian kedua Buku III membahas segiempat dan lingkaran, termasuk Proposisi III.2I, yang menegaskan kesetaraan semua sudut di daerah sama dalam lingkaran. 4. Buku IV: Poligon (Segibanyak) beraturan Dalam buku IV, kita akan menggunakan istilah umum "poligon beraturan" (atau n-gon) Euclid panggilan dalam kasus-kasus tertentu yang “Poligon sama sisi dan sudut sama. Ada empat masalah yang dibahas, yaitu:
  • 20. 20 a. Cara menuliskan bujur sangkar b. Menentukan batas lingkaran c. Menuliskan lingkaran d. Menentukan batas bujur sangkar Masalah-masalah ini diselesaikan untuk: a. segitiga secara umum (IV. 2-5) b. persegi (segiempat beraturan) (IV. 6-9) c. segilima beraturan (IV. 10-14); d. segienam beraturan (IV. 15); e. segilimabelas beraturan (IV.16) 5. Buku V: Teori Umum Dari Besaran Perbandingan Buku V adalah buku yang paling abstrak dan independen dalam Elements dari buku-buku sebelumnya. Jika buku-buku lain prihatin dengan benda geometris atau angka, buku ini mempelajari “besaran” yang menurut Aristoteles meliputi angka, garis, muatan, dan waktu. Dalam VI.33 sudut diperlakukan sebagai besaran, dan luas daerah gambar sebagai besaran di VI.1, XII.1, dan XII.2 (area lingkaran), serta dibanyak tempat yang lain. Teori umum ini membuat teori proporsi yang berlaku di seluruh matematika, hubungan ini membuat teori proporsi berlaku diseluruh bidang matematika, hal ini membuktikan pernyataan dari Eratosthene (sekitar tahun 275-194 SM) ilmuan yang pertama kali yang menghitung keliling bumi secara akurat, “lithe unifying bond of the mathematical sciences” artinya “ikatan pemersatu ilmu matematika”. Berbagai sumber menunjukkan bahwa Eudoxus (sekitar 400-350) merupakan penulis teori dalam buku V. 𝒂 ∶ 𝒃 = 𝒄 ∶ 𝒅 ⟹ 𝒂 ∶ 𝒄 = 𝒃 ∶ 𝒅 6. Buku VI: Geometri bidang dari gambar yang sama Buku VI ini secara garis besar hampir sama dengan Buku I. Sebenarnya Buku I, II, dan III menyajikan inti dari geometri bidang dan secara keseluruhan organisasi memberikan kesan standar perlakuan geeometri yang telah dikerjakan berulang-ulang sebelumnya. Seluruh bangunan dari Buku VI didasarkan pada Teorema VI.1, Teorema VI.2 merupakan teorema dasar pada proporsionalitas dari segmen garis.
  • 21. 21 Salah satu teorema utama dalam buku ini yaitu menghubungkan garis dan bidang segitiga yang serupa (dan Poligon) (VI 19,20), jika segitiga serupa dengan kesamaan faktor k untuk garis, maka faktor untuk sesuai daerah adalah k2. Dibagian penutup dari Buku VI menyajikan aplikasi dari luas. yang dalam istilah modern sama saja dengan solusi geometris masalah kuadrat. Hal ini dapat diterjemahkan ke dalam penerapan persamaan kuadrat. Karena alasan ini Buku VI disebut "aljabar geometri" oleh beberapa penulis. 7. Buku VII: Aritmatika Dasar Dalam buku VII euclides memulai sesuatu yang baru, materi dalam buku VII tidak berasal dari buku-buku sebelumnya. Definisi pada awal Buku VII ditujukan untuk membantu memahami Buku VII-IX. Aritmatika Euclidean didasarkan pada algoritma Euclidean untuk menentukan faktor prima dari dua buah bilangan(VII.l4). Algoritma Euclide memberikan Faktor Persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan a, b. Bagian selanjutnya pada buku ini yaitu penggunaan defenisi 20 untuk membangun sifat-sifat dasar dari proporsi dari bilangan. Inti dari buku VII adalah teori FPB (VII.20-32), yang berhubungan dengan kelipatan persekutuan terkecil KPK (VII.33-39). 8. Buku VIII: Bilangan dalam Perbandingan Lanjutan Bilangan dalam perbandingan lanjutan akan menjadi fokus utama dalam buku ini. Dibagian kedua buku ini (VIII.11-27). Perhatian lebih akan diberikan dalam materi jenis bilangan “dalam bentuk geometri,” seperti persegi dan kubus. Satu pertanyaan penting dalam konteks ini adalah bagaimana karakteristik bilangan a, b yang terdapat dalam perbandingan berikut: 𝑎 ∶ 𝑥 = 𝑥 ∶ 𝑏 9. Buku IX : Bilangan dalam Perbandingan lanjutan; Teori dari bilangan genap dan bilangan ganjil, Bilangan Sempurna. Pada bagian A sampai E, bahasan yang dibahas dalam buku ini adalah mengenai konsep perbandingan. Yang paling special dalam buku ini adalah setelah teorema IX.20 yaitu mengenai teori dari bilangan genap dan bilangan ganjil (“the even and the odd” as Plato says), yang tidak memiliki hubungan dengan yang mendahuluinya, tetapi hanya bertumpu pada Definisi 6-10 dari Buku VII. Puncak dari teori ini adalah tentang bilangan genap sempurna (IX.36).
  • 22. 22 10. Buku X: Perbandingan ruas garis Buku X adalah buku yang paling tebal dari Elemen. Dalam buku ini, algoritma Euclidean Buku VII diterapkan untuk mendapatkan criteria besaran yang sepadan: X.5. Besaran sepadan memiliki rasio satu sama lain yang sama. X.6. Jika dua besaran memiliki satu sama lain rasio yang sama, besaran akan sepadan. Dalam X.9 Euclid menyatakan sebagai konsekuensi langsung yang sisi dari persegi luas n adalah dapat dibandingkan dengan sisi persegi dari area 1 ketika n bukan bilangan persegi. Sebagian besar materi Buku X, hingga Proposisi 115, terdiri dalam studi yang cermat dari berbagai jenis garis dapat dibandingkan dan di luar lingkup tujuan. Secara historis, penemuan perbandingan garis, atau, seperti kita akan mengatakan hari ini, bilangan irasional. 11. Buku XI: Dasar-dasar geometri Ruang Buku XI diawali dengan defenisi-defenisi yang akan digunakan pada buku XII dan XIII. Dalam buku ini terdapat postulat-postulat dari Buku I. berikut bagian dari buku XI: a. (XI.l-19) Dasar-dasar geometri ruang (garis, bidang, kesejajaran, dan orthogonality). b. (XI.20-23) sudut dalam ruang, sifat dan konstruksinya. c. (XI.24-37) kesejajaran dalam ruang 12. Buku XII: Luas dan Volume; Metode Eudoxus tentang “Exhaustion” Beberapa metode diperlukan untuk menentukan daerah lingkaran dalam kaitannya dengan persegi, atau volume piramida. Metode exhaustion yang dipakai Euclides pertama kali diciptakan oleh Eudoxus. Metode pembuktian sangat berbeda dan jauh lebih rumit daripada buku-buku sebelumnya, kecuali buku V. 13. Buku XIII: Polyhedra beraturan Buku ini membahas tentang Polyhedra. Polihedra adalah suatu bidang tiga dimensi yang tersusun atas sisi-sisi berbentuk poligon. Kata Polyhedra diambil dari kata yunani kuno, yaitu poli atau banyak dan edon. GEOMETRI NON EUCLID A. Perkembangan Geometri Non Euclid 1. Matematikawan Arab Bangsa Arab mengembangkan keilmuan Geometri yang bersumber dari India dan Yunani di bidang matematika. Mereka dikenal sangat luar biasa dalam mengungkap permasalahan matematika terutama yang berkaitan dengan Trigonometri dan juga beberapa masalah yang tak terpecahkan dalam hal teori kesejajaran. Salah satunya, yang cukup populer
  • 23. 23 adalah Omar Khayyam (Nishapur – sekarang Iran, 1048 – 1131). Omar Khayyam mencoba untuk membuktikan postulat kesejajaran Euclid dengan hanya memanfaatkan postulat yang pertama dari empat postulat lainnya yang dikemukakan oleh Euclid. Di mana, dengan menggunakan postulat-postulat tersebut ia memberikan kejelasan mengenai teorema kesejajaran Euclid berdasarkan pada birectangular quadrilateral. Satu tokoh matematikawan Arab lainnya yang juga berkontribusi terhadap perkembangan keilmuan bidang Geometry adalah Nasîr Eddîn (1201-1274). Salah satu hipotesisnya yang berkenaan dengan Postulat Ke-5 Euclid adalah ‘if two straight lines r and s are the one perpendicular and the other oblique to the segment AB, the perpendiculars drawn from s upon r are less than AB on the side on which s makes an acute angle with AB, and greater on the side on which s makes an obtuse angle with AB’. Hipotesisnya ini, menuntunnya untuk menyimpulkan bahwa jumlah sudut dari suatu segitiga adalah sama dengan dua kali sudut siku. Dan segitiga siku-siku merupakan setengah bagian dari suatu segiempat yang ‘dipotong’ mengikuti diagonalnya. 2.Matematikawan Eropa Beberapa matematikawan Eropa kemudian juga mencoba membuktikan kebenaran Postulat Ke-5 Euclid, yang beberapa diantaranya adalah: 1. John Wallis (1616-1703), seorang profesor dari Oxford University. Ia membuat pembuktian terhadap Postulat Ke-5 Euclid dengan berdasarkan pada aksioma ‘to every figure there exists a similiar figure of arbitrary magnitude’. 2. C. S. Clavio (1573 - 1612) Ia mencoba untuk memunculkan model pembuktian baru terhadap hipotesis Euclid dengan berlandaskan pada teorema ‘the line equidistant from a straight line is straight line’. Dalam banyak hal, ternyata apa yang dihasilkannya memiliki kemiripan dengan karya Nasîr Eddîn. 3. Jonh Playfair (1748-1819) Postulat Playfair. Untuk suatu garis 𝑙 dan setiap titik 𝑃 yang tidak terletak pada garis 𝑙, terdapat suatu garis 𝑚 yang melewati 𝑃 dan sejajar dengan 𝑙. Dengan postulatnya, Playfair mencoba untuk mengkonstruksi postulat kesejajaran yang dikemukakan oleh Euclid agar lebih mudah dipahami. 4. Adrien Marie Legendre (1752-1833) Ia tidak sepenuhnya mengakui kebenaran hipotesis Saccheri, terutama yang berkenaan dengan sudut tumpul (obtuse angle). Ia membuktikan bahwa ‘jumlah sudut dari suatu segitiga adalah kurang dari atau sama dengan dua kali sudut siku’. Pada teorema ke-
  • 24. 24 2nya, Legendre mengungkapkan bahwa ‘jika jumlah sudut pada suatu segitiga kurang dari atau sama dengan dua kali sudut siku dalam suatu segitiga maka ianya juga akan berlaku sama pada segitiga-segitiga lainnya’ B.Dasar Geometri Non Euclid Girolamo Saccheri (San Remo, 1667-1733). Ia adalah seorang profesor di Pavia University. Ia-lah yang mempublikasikan keberadaan Euclides ab Omni Naevo Vindicatus dan kemudian mencoba untuk membuktikan Postulat Ke-5 Euclid. Saccheri menggunakan Absurd Method dalam pengkonstruksian Postulat Ke-5 Euclid. Hasil temuannya kemudian menjadi dasar bagi perkembangan Geometri Non-Euclid. Selama sekian abad lamanya, para ahli matematika pada akhir abad 18 hingga awal abad 19, beberapa dari para matematikawan mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Tapi apa yang kemudian mereka hasilkan ternyata tidak cukup memuaskan. Namun beberapa diantaranya ternyata berhasil membuat kemajuan, mereka adalah : Ferdinand Karl Schweikart (1780-1859). Ia yang kemudian membagi keilmuan Geometri ke dalam dua kutub yaitu Geometri euclid dan Geometri yang menolak kebenaran Postulat Ke-5 Euclid (atau Geometri Non-Euclid). Franz Adolf Taurinus (1728-1779). Ia adalah sepupu dari Schweikart, yang secara otomatis juga berperan sebagai rekan kerja Schweikart. Johann Heinrich Lambert (1728-1779). Ia yang mengajukan konsep Geometri pada bola nyata dan radius tak berhingga dari sebuah bola. Selama sekian abad lamanya, para ahli matematika pada akhir abad 18 hingga awal abad 19, beberapa dari para matematikawan mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Tapi apa yang kemudian mereka hasilkan ternyata tidak cukup memuaskan. Namun beberapa diantaranya ternyata berhasil membuat kemajuan, mereka adalah : Ferdinand Karl Schweikart (1780-1859). Ia yang kemudian membagi keilmuan Geometri ke dalam dua kutub yaitu Geometri euclid dan Geometri yang menolak kebenaran Postulat Ke-5 Euclid (atau Geometri Non-Euclid). Franz Adolf Taurinus (1728-1779). Ia adalah sepupu dari Schweikart, yang secara otomatis juga berperan sebagai rekan kerja Schweikart. Johann Heinrich Lambert (1728-1779). Ia yang mengajukan konsep Geometri pada bola nyata dan radius tak berhingga dari sebuah bola. C. Kelahiran Geometri non Euclid Selama sekian abad lamanya, para ahli matematika pada akhir abad 18 hingga awal abad 19, beberapa dari para matematikawan mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Tapi apa yang kemudian mereka hasilkan ternyata tidak cukup memuaskan. Namun beberapa diantaranya ternyata berhasil membuat kemajuan, mereka adalah :
  • 25. 25 Ferdinand Karl Schweikart (1780-1859). Ia yang kemudian membagi keilmuan Geometri ke dalam dua kutub yaitu Geometri euclid dan Geometri yang menolak kebenaran Postulat Ke-5 Euclid (atau Geometri Non-Euclid). Franz Adolf Taurinus (1728-1779). Ia adalah sepupu dari Schweikart, yang secara otomatis juga berperan sebagai rekan kerja Schweikart. Johann Heinrich Lambert (1728-1779). Ia yang mengajukan konsep Geometri pada bola nyata dan radius tak berhingga dari sebuah bola. Para ahli matematika dunia sadar bahwa Postulat Ke-5 Euclid tidak dapat dibuktikan dengan menggunakan aksioma-aksioma yang terdapat pada Geometri Euclid. Terdapat banyak fakta yang mengindikasikan penolakan ini. pada waktu yang hampir bersamaan, tiga orang matematikawan ternyata berhasil menemukan solusi dari perdebatan panjang mengenai keberadaan Postulat Ke-5 Euclid. Mereka adalah :  Karl Friedrich Gauss di Jerman (Brunswick 1777 – Gotinga 1855)  Nicolai Ivanovitsch Lobatchevski di Rusia (Novgororod, sekarang Gorki, 1792- 1856)  János Bolyai di Hungaria (Kolozxvar, sekarang Napoca Rumania, 1802-1860) D. Geometri Hiperbolik Pada kajian Geometri Hiperbolik ini objek-objek kajianya yang berupa titik, garis, bidang dan segmen tidak sama dengan titik, garis, bidang dan segmen pada Geometri Parabolik. Pada Geometri Hiperbolik Ini bidang direpresentasikan oleh sebuah lingkaran O (Prenowitz,1965: 91). E. Geometri Eliptik Geometri Eliptik berbeda dengan Geometri Euclid hanya pada postulat kesejajarannya saja, Postulat kesejajaran dari Riemann adalah sebagai berikut (Moeharti, 1986: 5.17): “Tidak ada garis-garis sejajar dengan garis lain”. Berdasarkan pada Postulat diatas, pada Geometri Eliptik ini dua garis selalu berpotongan dan tidak ada dua garis sejajar. Pada Geometri Eliptik terdapat dua macam pengkhususan yang pertama Geometri “single elliptic” dan yang kedua Geometri “double elliptic”. Kata Eliptik didasarkan atas klasifikasi Geometri Proyektif, karena tidak ada dua garis yang dapat dibuat sejajar garis tersebut. Untuk dapat memudahkan dalil-dalil berikut, maka sebagai model dari Geometri “double elliptic” ialah bola dan untuk Geometri “single elliptic” adalah setengah bola.
  • 26. 26 PI (𝝅) A. Sejarah Penggunaan Simbol 𝝅 Dalam sejarah matematika, perbandingan keliling dan diameter lingkaran diungkapkan dalam berbagai simbol di berbagai belahan dunia. Penggunaan huruf Yunani π juga menyatakan beragam hal dalam sejarah matematika. Perbandingan keliling dengan diameter lingkaran atau tepatnya 3,14159... disimbolkan dengan huruf π pertama kali dilakukan oleh William Jones (1675-1749) tahun 1706. Namun pemakaian simbol ini secara luas hingga kini setelah dipopulerkan oleh matematikawan Leonhart Euler (1707- 1783). William Jones sendiri sebelumnya kurang dikenal, tetapi setelah korespondensinya dengan Newton diketahui oleh para sejarawan, ia mulai dikenal dalam sejarah matematika. Ia antara lain pernah menjadi anggota the Royal Society (suatu perhimpunan ilmuwan ternama di Inggris) tahun 1711. Simbol huruf Yunani π sendiri telah digunakan dalam matematika jauh sebelum Jones. Simbol ini antara lain telah digunakan oleh matematikawan William Oughtred (1574-1660), Isaac Barrow (1630-1677), dan David Gregory (1661-1701). Menurut sejarawan Cajori, penggunaan simbol tunggal untuk menyatakan perbandingan keliling terhadap diameter mungkin pertama-tama dilakukan oleh J. Christoph Sturm dalam bukunya Mathesis enucleata tahun 1689. Hanya ia menggunakan simbol tunggal e bukan π. Tetapi klaim Cajori ini mungkin saja salah, sebab jauh sebelum Eropa mengenal perbandingan keliling terhadap diameter lingkaran, peradaban Asia baik India, Cina, Arab, Persia maupun Mesir telah mengenal perbandingan ini. Sebut saja al- Kashi sekitar abad ke-15 telah menggunakan simbol tunggal berupa huruf Arab “tho” untuk menyatakan bilangan 3,1415... . "There are various other ways of finding the Lengths or Areas of particular Curve Lines, or Planes, which may very much facilitate the Practice; as for instance, in the Circle, the Diameter is to the Circumference as 1 to , &c. = 3.14159, &c. =. This series (among others for the same purpose, and drawn from the same Principle) I received from the Excellent Analyst, and my much esteem'd Friend Mr. John
  • 27. 27 Machin; and by means thereof, Van Ceulen's Number, or that in Art. 64.38 may be Examin'd with all desirable Ease and Dispatch." B. Pengertian Pi Pi adalah suatu tetapan yang dipakai untuk mencari luas lingkaran. Di sekolah, kita diajarkan bahwa nilai π (Pi) adalah 22/7. Sejak dulu, para ahli matematika telah mencari nilai π (Pi) yang benar. Pi (π) adalah sebuah konstanta dalam matematika yang merupakan perbandingan keliling lingkaran dengan diameternya. Huruf π adalah aksara Yunani yang dibaca pi dan pi juga bisa dipakai dalam penulisan. Nilai π yang lazim digunakan adalah 3,14 atau 22/7 namun untuk lebih tepatnya, sudah dicari sampai > 1,241,100,000,000 tempat desimal. Nilai π sampai 10 tempat desimal adalah 3,14159265358. C. Sejarah Nilai Pi 1. Abad ke-19 SM bangsa Babilonia menetapkan bahwa π = 25/8 = 3,125. 2. Abad ke-17 SM, pakar matematika dari Mesir Ahmes menghitung bahwa π = 256/81 = 3,1605. 3. Abad ke-9 SM, astronom India Yajnavalkya menghitung bahwa π = 339/108 = 3,1389. 4. Abad ke-3 SM, Archimedes dari Yunani menyatakan bahwa 3 + 10/7 < π < 3 + 1/7, atau π (Pi) itu terletak antara bilangan 3,1408 dan 3,1428. 5. Tahun 263, matematikawan China Liu Hui menghitung bahwa π = 3,141014. 6. Abad ke-15, Ghyath ad-din Jamshid Kashani dari Persia telah menghitung nilai π yang akurat sampai 16 digit. 7. Tahun 1600, matematikan Jerman Ludolph van Ceulen menghitung π dengan akurasi sampai 32 digit. Ia sangat bangga atas hal ini sampai di pahatkan dibatu nisannya. 8. Tahun 1873, seorang matematikawan amatir William Shanks menyelesaikan 20 tahun menghitung phi dengan akurasi sampai 707 digit. 9. Tahun 1910, matematikawan India Srinivasa Ramanujan, merumuskan deret π yang digunakan matematikawan saat ini untuk menghitung nilai π. D. Fakta – fakta menarik mengenai Pi 1. Pada tahun 1706, seorang ahli Matematika bahasa Inggris memperkenalkan abjad Yunani pi untuk mewakili nilai yang dikatakan. 2. Pada tahun 1737, Euler resmi mengadopsi simbol π ini untuk mewakili bilangan. 3. Pada tahun 1897, legislatif dari Indiana mencoba menentukan nilai pi yang paling
  • 28. 28 akurat. Namun ternyata kebijakan ini tidak berhasil. Sebagian besar orang pada waktu itu tidak mengetahui fakta bahwa lingkaran memiliki jumlah sudut yang tak terbatas. Nilai dari pi adalah 22/7 dan ditulis sebagai π = 22/7 atau = 3,14. Nilai pi dengan 100 tempat desimal pertama adalah: 3,141592653589793238462643383279502884197169399375 1058209749445923078164062862089986280348253421170679. E. Sejarah lampau tentang π dari abad ke abad Dari berbagai sabak/tablet lempung, kayu, dan batu yang pernah ditemukan, disimpulkan catatan-catatan bahwa bangsa Babilonia telah menggunakan π = 3 sejak tahun 4000 SM (Sebelum Masehi), kemudian π = 25/8 = 3,125 pada 1900–1600 SM. Bangsa Mesir telah telah melakukan perhitungan luas lingkaran dengan menggunakan π = (16/9)^2 ≈ 3,1605 sejak tahun 1850 SM. India menggunakan π = (9785/5568)^2 ≈ 3.088 sejak tahun 600 SM. Bangsa Indian menggunakan π = sqrt(10) ≈ 3.1622 sejak tahun 150 SM. Definisi π sebagai ratio keliling lingkaran terhadap diameternya dan metode pendekatan yang lebih jelas ditemukan dari catatan tahun 250 SM milik Archimedes dari Syracuse Yunani. Perhitungan keliling lingkaran dilakukan oleh Archimedes dalam pendekatan bentuk lingkaran sebagai suatu polygon, yaitu bentuk segi-banyak sama sisi. Archimedes menghitung keliling lingkaran berdasarkan panjang sisi polygon segi-96 sama sisi yang digunakan sebagai perimeter dalam dan perimeter luar suatu lingkaran, sehingga dihasilkan nilai batas bawah dan batas atas 223/71 < π < 22/7 (3.1408 < π < 3.1429). Di Persia, pada tahun 1424 dipublikasikan Risala al-Muhitiyya (“Treatise on the Circumference”) oleh Jamshid Masud al-Kashi al-Kashani yang mengemukakan perhitungan berdasarkan struktur polygon 3 x 228 sisi dengan hasil π = 3,1415 9265 3589 7932 5… yang memberikan ketelitian 17 digit desimal. Dengan nilai tersebut oleh Al-Kashani dikatakan bahwa perhitungan keliling suatu lingkaran berdiameter 600.000 kali diameter bumi (rataan jejari bumi 6.370 km) akan memberikan kesalahan yang kurang dari “ketebalan rambut ekor kuda”, suatu ukuran Persia kuno yang setara dengan sekitar 0,7 millimeter. Al-Kashani telah memberikan pemahaman dengan baik mengenai ketakbermaknaan deretan panjang angka desimal. F. Napak tilas π a-la Archimedes Dengan menggunakan pendekatan hexagonal, diperoleh keliling hexagon dalam adalah 3 dan keliling hexagon luar adalah 2 sqrt(3) = 3,46410161513776. Jika kita kembali ke definisi π sebagai ratio keliling lingkaran terhadap diameternya (π = C /d), maka diperoleh nilai-nilai batas bawah dan batas atas 3,0 < π < 3,46410161513776. Nilai batas bawah π = 3
  • 29. 29 adalah penggunaan awal nilai π yang pernah digunakan oleh bangsa Babilonia tahun 4000 SM dan hingga saat ini digunakan pada sekolah-sekolah dasar di Jepang untuk pengenalan awal tentang penggunaan π. Dengan cara seperti itulah, semakin tinggi orde polygon yang digunakan sebagai pendekatan untuk menghitung keliling lingkaran, maka nilai batas bawah dan batas atas yang makin konvergen. Konvergensi nilai tersebut seperti yang dihasilkan oleh Archimedes 223/71 < π < 22/7 (3 + 10/71 < π < 3 + 10/70 atau 3,1408 < π < 3,1429) dengan menggunakan 96- gon, oleh Liu Hui π = 3.1416 dengan menggunakan 3.072-gon, dan oleh Zu Chongzhi π = 355/113 = 3,1415929204… dengan menggunakan 12.288-gon. Sifat-sifat π : Beberapa sifat π yang penting adalah sebagai berikut 1. Nilai π adalah bilangan irasional, artinya tidak dapat secara tepat dinyatakan dengan ratio bilangan integer terhadap bilangan integer. Pernyataan nilai π = 22/7 atau 355/113 merupakan suatu nilai pendekatan rasionaliasi yang sangat populer. Pernyataan nilai π dalam angka desimal akan memiliki panjang angka desimal di belakang koma dengan panjang tak-berhingga. 2. Nilai π juga merupakan bilangan transendental, artinya tidak menjadi solusi bagi persamaan polinomial tak-konstan yang memiliki koefisien-koefisien rasional. Transendensi pada π memiliki dua konsekuensi, yaitu: pertama, π tidak dapat dinyatakan sebagai kombinasi bilangan-bilangan rasional maupun sebagai akar kuadrat dan akar integer dari suatu bilangan integer; kedua, tidak mungkin dibuat suatu segi empat bujursangkar dengan luasan yang sama dengan luas lingkaran yang sesuai (squaring a circle), dengan sisi segi empat bujur sangkar sqrt (π) seperti pada gambar di bawah ini. 3. Digit-digit desimal pada π tidak memiliki pola keteraturan dan telah dibuktikan memiliki keacakan secara statistik, termasuk dalam uji normalitas dengan hasil yang tidak konsisten. Suatu bilangan irasional dikatakan memenuhi sifat normalitas jika semua angka yang muncul dalam deretan angka desimalnya memiliki tingkat keseringan muncul yang sama. 4. Meskipun bersifat irasional dan transendental dengan pola desimal tak beraturan, terdapat pula upaya para matematikawan untuk melakukan pendekatan fraksional kontinu (continued fractional) dengan pola tertentu.