Similar to METAFISIKA KETUHANAN - KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN DENGAN NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM SILA PERTAMA PANCASILA (20)
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
METAFISIKA KETUHANAN - KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN DENGAN NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM SILA PERTAMA PANCASILA
1. z
Oleh Kelompok 3 :
Wahyu Qohar Suhada : 2215200023
Irwansyah Putra : 2215200013
Nova Fitria Marpaung : 2215200012
Julita Rakhmah Hasibuan : 2215200024
KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN
DENGAN NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM
SILA PERTAMA PANCASILA
Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Syarifuddin, M.H
2. z
Pancasila berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu Panca yang berarti lima dan
Sila yang berarti prinsip. Sehingga, Pancasila diartikan sebagai lima prinsip
dasar yang dijadikan pandangan dan jati diri bangsa Indonesia. Sesuai
namanya, Pancasila memiliki lima sila. Sila pertama Pancasila berbunyi,
"Ketuhanan Yang Maha Esa". Sila ini mengandung nilai atau pedoman dasar
dalam kehidupan rakyat Indonesia. Sila pertama Pancasila disimbolkan
dengan lambang bintang dan ditempatkan di tengah-tengah perisai yang
tersemat di dada burung Garuda Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung dalam
lima sila Pancasila yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan,
nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang
hidup dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa
Indonesia, dan bersifat universal. Nilai yang terkandung dalam sila pertama
Pancasila adalah nilai ketuhanan. Sila pertama Pancasila mengandung arti
bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang mempercayai Tuhan.
NILAI YANG TERKANDUNG DALAM SILA PERTAMA
3. z
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Mahas Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dengan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
BUTIR-BUTIR PENGAMALAN SILA PERTAMA PANCASILA
4. z
Sebagai pengamal Pancasila, dalam berpancasila manusia yang
Berketuhanan, Berprikemanusiaan, Berpersatuan Indonesia, Berkerakyatan dan
Berkeadailan Sosial tersebut tidak meragukan sama sekali tentang adanya Tuhan,
manusia, satu (bangsa) rakyat, serta adil.
Hal-hal tersebut oleh manusia Pancasila sudah diyakini dan dianggap
sebagai bagian dari realitas (kenyataan) sendiri. Tuhan, manusia, dan seterusnya
itu, tentang adanya sudah tidak dipersoalkan lagi. Peradaan dari Tuhan, manusia,
dan seterusnya itu adalah terlepas dari persepsi subjek (manusia). Jadi, diketahui
atau tidak diketahui oleh manusia, hal-hal tersebut tetaplaj riil (nyata).
ASUMSI DASAR METAFISIKA DALAM PANCASILA
5. z
Ruang lingkup metafiska “Ketuhanan Yang Maha Esa” meliputi sejarah
kepercayaan lapisan masyarakat Indonesia pada umumnya yang terdiri, Animisme,
Dinamisme dan Aliran Kebatinan, yang didasari banyak unsur metafisik,
merupakan cikal bakal terbentuknya wadah sifat gotong royong yang suka hidup
dalam kebersamaan yang dirangkum dengan pola
kehidupan dibawah satu naungan yang berwadahkan Pancasila yang fokus
membahas sila pertama dari Pancasila yakni “Ketuhanan Yang Maha Esa”, dalam
perspektif metafisika, pelaksanaan rekonstruksi karakter jiwa bangsa Indonesia dari
berbagai sudut pandang terutama mengedepankan metafisika dan tasawuf, yang
meningkatkan kapabilitas manusia untuk mencapai memanusiakan manusia
menjadi manusia seutuhnya. Pembinaan rekonstruksi karakter, yang dipaparkan di
dilengkapi dengan pedoman serta pelaksanaan yang kesemuanya dirangkum dalam
bidang metafisika sebagai induk dari Filsafat metafisika dan Ilmu metafisika
dibantu dengan pemaparan metafisika eksakta serta energi-energi yang terkandung
dalam kitab suci.
RUANG LINGKUP METAFISIKA PADA SILA PERTAMA PANCASILA
6. z
Sila pertama Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah
suatu pengakuan bangsa terhadap adanya sang Pencipta, Penguasa Alam yaitu
Tuhan Yang Maha Esa. Secara foilosofis faham ini telah disepakati oleH bangsa
Indonesia dimana mereka memiliki beragam kepercayaan, keyakinan dari aqidah
agama yang berbeda-beda. Oleh karena itu perbedaan aqidah perlu diketahui oleh
setiap penganut agama agar jelas titik temu dan titik pisahnya, karena “Ketuhanan
Yang Maha Esa” yang merupakan sila pertama dalam Pancasila menuntut agar
bangsa Indonesia memeluk ajaran agama sesuai dengan pilihannya sebagai hak
asasinya dan memlilki integritas yang tinggi menerima perbedaan faham dan agidah
dari setiap warga negara. Kebersamaan dalam faham “Ketuhanan Yang Maha Esa”
sebagai bangsa namun berbeda dalam agidah; sikap toleransi akan menjadi alami
bila warga memiliki Ilmu Pengetahuan dalam agamanya, serta dapat memahami
keyakinan serta dapat memahami keyakinan serta aqidah umat lainnya.
PERAN METAFISIKA TERHADAP PAHAM KEBERSAMAAN PADA SILA
PERTAMA PANCASILA
7. z
Pendekatan dalam melakukan refleksi metafisika atas Pancasila khususnya terhadap
sila pertama dapat menggunakan pijakan dasar pada eksistensi manusia yang
memiliki kesadaran penuh sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang dengan itu manusia
merasa tak mungkin ada tanpa peran Penciptaan Tuhan, dengan asumsi dasar bahwa
hanya manusia yang bereksistensi yang dapat berpikir dan mendunia, sehingga
hanya manusia yang bereksistensi itulah yang dapat melakukan refleksi metafisika
terhadap hal-hal yang ada dibalik yang real maupun yang transenden (termasuk
didalamnya hal adanya Pancasila). Disamping itu juga dilandasi adanya titik temu
antara metafisika dan Pancasila yang terletak pada eksistensi manusia. Disini
Pancasila menempatkan manusia Indonesia sebagai subjek monopluralis.
Konsekuensi logis implementasinya bahwa manusia Indonesia sebagai makhluk
monopluralis dengan segala potensi internal maupun ekternalnya, harus berupaya
terus menerus menggali nilai-nilai implementatif dari nilai-nilai dasar ontologis
Pancasila khususnya pada sila pertama, sehingga Pancasila tidak dirasakan semakin
kabur dan kering dari kehidupan sehari-hari masyarakat manusia Indonesia.
KESIMPULAN
8. z
Diharapkan agar semua manusia menerapkan nilai-nilai religius dengan
pendekatan dan penguatan seutuhnya. Dan pendidikan karakter, moral seperti
disiplin ilmu metafisika sehingga dapat menyeimbangkan korelasi antara nilai-nilai
metafisika ketuhanan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama
Pancasila pada masyarakat agar mampu menciptakan manusia sebagai insan
yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain.
SARAN