081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
RISIKO DAN HAZARD K3 PADA PASIEN DALAM SETIAP TAHAP PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. RISIKO DAN HAZARD K3
PADA PASIEN DALAM
SETIAP TAHAP PEMBERIAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Lailatul Husni, SKM, M. Kes
2. Pengertian Patient Safety
Keselamatan pasien
(patient safety)
suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih
aman, mencegah terjadinya
cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
3. Sistem tersebut meliputi
1. Pengenalan resiko,
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien,
3. Pelaporan dan analisis insiden,
4. Kemampuan belajar dari insiden,
5. Tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko.
4. TUJUAN PATIENT SAFETY
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien dan
masyarakat;
3. Menurunnya KTD di RS
4. Terlaksananya program-program pencegahan shg tidak
terjadi pengulangan KTD.
5. Sembilan solusi keselamatan
Pasien di RS yaitu (Daud, 2007)
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike,
sound-alike medication names).
2. Pastikan identifikasi pasien
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat.
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan
pelayanan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang.
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi
nosokomial.
6. PRINSIPPATIENT SAFETY
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan
pasien, ciptakan kepemimpinan dan budaya
yang terbuka dan adil.
2. Pimpin dan dukung staf RS, bangunlah
komitmen dan fokus yang kuat dan jelas
tentang keselamatan pasien di RS.
.
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko,
kembangkan sistem dan proses pengelolaan
risiko, serta lakukan identifikasi dan penilaian
hal yang potensial bermasalah..
7. Lanjutan…..
4. Kembangkan sistem pelaporan, pastikan staf dapat
dengan mudah melaporkan kejadian/insiden, serta RS
mengatur pelaporan kepada KKP-RS.
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, kembangkan
cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan
pasien, dorong staf untuk melakukan analisis akar masalah
untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan
pasien, gunakan informasi yang ada tentang kejadian/
masalah untuk melakukan perubahan pada sistem
pelayanan.
8. Pengaruh faktor lingkungan dan
manusia pada keselamatan pasien
1. Pengaruh Faktor Lingkungan Pada Keselamatan
Pasien
a. Lingkungan Fisik
Penerangan, suhu
udara, kelembaban,
vibrasi mekanis, radiasi,
tekanan udara
b. Lingkungan kimia
Gas, uap, debu, kabut,
asap awan, cairan dan
benda padat
c. Lingkungan Biologi
Tumbuhan dan hewan.
Virus, bakteri, dll
d. Lingkungan Psikologi
Suasana kerja, hubungan
kerja Lingkungan
e. Fisiologi
Konstruksi mesin, sikap
dan cara kerja
9. 2. Pengaruh Faktor Manusia Pada Keselamatan
Pasien
a. Pentingnya Faktor Manusia pada
Keselamatan Pasien
Hubungan antara manusia dan sistem
dan bagaimana mereka berinteraksi
dengan berfokus pada peningkatan
efisiensi, kreativitas, produktivitas dan
kepuasan pekerjaan dengan tujuan
meminimalkan kesalahan pengaruh
faktor manusia pada keselamatan
pasien
10. b. Pengetahuan yang Diperlukan
Interaksi antara tiga aspek saling berhubungan
yang menggunakan human factor atau ergonomik :
1. Individu di tempat kerja
2. Tugas yang dibebankan untuk individu
3. Tempat kerjanya
c. Hubungan Antara Human Factor Dengan
Keselamatan Pasien
kelelahan dan stress.
11. Cara untuk meningkatkan
keselamatan pasien
Standar keselamatan pasien menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 7 ayat (2) meliputi :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan
pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
12. Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan
Pasien Rumah Sakit
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan
pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Mengembangkan sistem pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang
keselamatan pasien
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem
keselamatan pasien
13. EBP untuk peningkatan
keselamatan pasien
• Evidence Based Practice sangat diperlukan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan,
keselamatan pasien, keefektifan
managemen dalam pengelolaan pelayanan
keperawatan, dan meningkatkan
kesadaran akan pentingnya bukti empiris
dalam melaksanakan pelayanan.
14. Budaya dalam lingkup kerja
perawat dalam peningkatan
keselamatan pasien
Budaya keselamatan pasien
Produk dari nilai, sikap, kompetensi, dan pola perilaku
individu dan kelompok yang menentukan komitmen,
gaya dan kemampuan suatu organisasi pelayanan
kesehatan terhadap program keselamatan pasien
Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS)
(2017), budaya keselamatan di rumah sakit adalah sebuah
lingkungan yang kolaboratif karena staf klinis
memperlakukan satu sama lain secara hormat dengan
melibatkan serta memberdayakan pasien dan keluarga.
15. Dimensi Budaya Keselamatan
Pasien
1. Budaya keterbukaan (open culture),
Menggambarkan staf rumah sakit
merasa nyaman berdiskusi mengenai
insiden yang terjadi ataupun topik
tentang keselamatan pasien dengan
rekan satu tim maupun dengan
atasannya.
16. Ciri – ciri budaya keterbukaan
1. Adanya persepsi staf mengenai keselamatan
pasien,
2. Keterbukaan komunikasi,
3. Kerjasama tim dalam unit, serta
4. Kerjasama tim antar unit.
17. 2. Budaya pelaporan (reporting culture),
Budaya pelaporan merupakan budaya dimana
staf rumah sakit siap untuk melaporkan insiden atau
near miss, sehingga dapat dinilai jenis kesalahan
(error) dan dapat diketahui kesalahan yang biasa
dilakukan oleh staf serta dapat diambil tindakan
sebagai bahan pembelajaran organisasi.
Ciri – ciri budaya pelaporan
Adanya pelaporan kejadian dan perpindahan
dan transisi pasien (hand over).
18. 3. Budaya keadilan (just culture)
Budaya keadilan merupakan budaya dimana perawat dan
pasien diperlakukan secara adil saat terjadi insiden dan tidak
terfokus untuk mencari kesalahan individu tetapi lebih
mempelajari secara sistem yang mengakibatkan terjadinya
kesalahan.
Ciri – ciri Budaya keadilan
• Adanya respon tidak menyalahkan terhadap kesalahan,
• Adanya umpan balik dan komunikasi mengenai kesalahan,
• Adanya staffing (proses menegaskan pekerja yang ahli mengisi
struktur organisasi melalui seleksi dan pengembangan
personel.)
19. 4. Budaya Belajar (learnin culture)
Budaya belajar merupakan budaya dimana
setiap anggota mampu dan bersedia untuk menggali
pengetahuan dari pengalaman dan data yang
diperoleh serta kesediaan untuk
mengimplementasikan perubahan dan perbaikan yang
berkesinambungan.
Ciri – ciri Budaya belajar
• Adanya pembelajaran organisasi,
• Adanya harapan dan tindakan supervisor yang
mendukung keselamatan, dan
• Adanya dukungan manajemen terhadap upaya
keselamatan pasien.
20. Penyebab terjadinya adverse
events terkait prosedur invasif
1. Diagnosa
tidak menerapkan pemeriksaan yang tidak sesuai
2. Pemeriksaan
menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau
bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi
3. Pemberiaan obat
• Kesalahan pada procedure pengobatan
• Pelaksanaan terapi yang salah
• Metode penggunaan obat yang salah
• Keterlambatan dalam merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak
layak
4. Kesalahan komunikasi