Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang pentingnya keselamatan pasien di rumah sakit, rumusan masalah tentang pengertian, tujuan, dan standar keselamatan pasien khususnya di ruang instalasi rawat darurat, serta tujuan pembelajaran untuk mahasiswa.
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan layanan jasa yang memiliki peran penting
bagi kehidupan masyarakat. Rumah sakit merupakan tempat yang sangat
kompleks yang terdapat berbagai macam obat, tes dan prosedur, banyak alat
dengan teknologinya, berbagai jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap
memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan
kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan peluang untuk terjadinya kesalahan pelayanan yang dapat
berakibat terhadap keselamatan pasien.
Tidak lepas dari pengaruh meningkatnya perkembangan teknologi
informatika yangsaat ini memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk
mendapatkan berbagai informasi, termasuk juga informasi tentang hal
kesehatan, sehingga pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semakin
bertambah. Bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
menuntut pemberi pelayanan kesehatan untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang lebih baik dan memuaskan. Sehingga banyak rumah sakit
1
2. berlomba-lomba bagaimana memenangkan persaingan dengan cara
memberikan rasa kepuasan pada pelanggan atau pasien
Saat ini isu penting dan global dalam pelayanan kesehatan adalah
keselamatan pasien (Patient Safety). Isu ini praktis mulai dibicarakan kembali
pada tahun 2000an, sejak laporan dari Institute of Medicine (IOM) yang
menerbitkan laporan: To Err Is Human, Building A Safer Health System dan
memuat data menarik tentang Kejadian Tidak Diharapkan/ KTD (Adverse
Event). Laporan itu mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah dan
Colorado serta New York. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD (Adverse
Event) sebesar 2,9%, dimana 6,6% di antaranya meninggal. Sedangkan di New
York KTD adalah sebesar 3,7% dengan angka kematian 13,6%. Angka
kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh Amerika yang
berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000 – 98.000 per tahun. Organisasi
kesehatan dunia (WHO) telah menegaskan pentingnya keselamatan dalam
pelayanan kepada pasien. Publikasi WHO pada tahun 2004, mengumpulkan
angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai negara : Amerika, Inggris,
Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2 – 16,6 %. Dengan
data-data tersebut, berbagai negara segera melakukan penelitian dan
mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien (Depkes RI, 2006).
Di Indonesia data tentang Kejadian Tidak Diharapakan (KTD) dan
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) masih sulit didapatkan (KKP-RS, 2008).
2
3. Laporan insiden keselamatan pasien berdasarkan provinsi pada tahun 2007,
ditemukan provinsi DKI Jakarta menempati urutan tertinggi yaitu 37,9% di
antara delapan provinsi lainnya, yaitu Jawa Tengah 15,9 %, D.I. Yogyakarta
18,8%, Jawa Timur 11,7%, Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali
1,4%, Aceh 10,7% dan Sulawesi Selatan 0,7% (KKP-RS, 2008). Menurut
Utarini (2011), keselamatan pasien telah menjadi perhatian serius. Dari
penelitiannya terhadap pasien rawat inap di 15 rumah sakit dengan 4500 rekam
medik menunjukkan angka KTD yang sangat bervariasi, yaitu 8,0% hingga
98,2% untuk diagnostic error dan 4,1% hingga 91,6% untuk medication error.
Sejak berlakunya UU No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen
dan UU No. 29 tentang Praktik Kedokteran, muncullah berbagai tuntutan
hukum kepada dokter dan rumah sakit. Hal ini hanya dapat ditangkal apabila
rumah sakit menerapkan sistem keselamatan pasien. Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia (PERSI) telah membentuk Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKP-RS) pada tanggal 1 Juni 2005. Selanjutnya Gerakan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit ini kemudian dicanangkan oleh Menteri
Kesehatan pada Seminar Nasional PERSI pada tanggal 21 Agustus 2005, di
Jakarta. Di samping itu pula KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit) telah
menyusun Sasaran Keselamatan Pasien yang diadopsi dari JCI (Joint
Commision International) 2011, yang menjadi salah satu standar akreditasi
rumah sakit versi 2012. Standar akreditasi rumah sakit disusun sebagai upaya
3
4. untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit dan
menjalankan amanah Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah
sakit yang mewajibkan rumah sakit untuk melaksanakan akreditasi dalam
rangka peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit minimal dalam jangka
waktu 3 (tiga) tahun sekali.
Undang-Undang No 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah
Sakit, disebutkan bahwa akreditasi bertujuan meningkatkan keselamatan pasien
rumah sakit dan meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber
daya manusia rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi. Sejak tahun 2012,
akreditasi rumah sakit mulai beralih dan berorientasi pada paradigma baru
dimana penilaian akreditasi didasarkan pada pelayanan berfokus pada pasien.
Keselamatan pasien menjadi indikator standar utama penilaian akreditasi baru
yang dikenal dengan akreditasi rumah sakit versi 2012 ini. Dalam standar
akreditasi rumah sakit versi 2012, mencakup standar pelayanan berfokus pada
pasien, standar manajemen rumah sakit, sasaran keselamatan pasien di rumah
sakit dan standar program MDGs (Dirjen Bina Upaya Kesehatan, 2012).
1.2 Rumusan masalah
1. Pengertian dari Pasien Safety?
2. Tujuan Dari Pasien Safety
4
5. 3. Bagaimana Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada Ruang Instlasi
Rawat Darurat?
4. Bagaimana Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit Ruang Instlasi
Rawat Darurat?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui pengertian dari pasien safety
2. Mahasiswa mengetahui tujuan dari pasien safety
3. Mahasiswa mengetahui Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada
Ruang Instlasi Rawat Darurat
4. Mahasiswa mengetahui Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada
Ruang Instlasi Rawat Darurat
5
6. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pasien Safety
Keselamatan pasien di Rumah Sakit adalah sistem pelayanan dalam suatu
Rumah Sakit yang memberikan asuhan pasien menjadi lebih aman, termasuk di
dalamnya mengukur risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko terhadap pasien,
analisa insiden, kemampuan untuk belajar & menindaklanjuti insiden serta
menerapkan solusi untuk mengurangi risiko. "Safety is a fundamental principle of
patient care and a critical component of hospital quality management." (World
Alliance for Patient Safety, Forward Programme WHO, 2004). Oleh karena itu
diperlukan komitmen tenaga medis untuk menjaga keselamatan pasien ,kompeten dan
etis dalam keperawatan(CNA, 2002). Keselamatan pasien merupakan suatu sistem
yang sangat dibutuhkan mengingat saat ini banyak pasien yang dalam penanganannya
sangat memprihatikan,dengan adanya sistem ini diharapkan dapat meminimalisir
kesalahan dalam penanganan pasien baik pada pasien UGD, rawat inap maupun pada
pasien poliklinik (PERSI,2006).
6
7. Keselamatan pasien adalah suatu system dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera,
cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
2.2 Tujuan Pasien Safety
Tujuan system ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu system keselamatan ini mempunyai tujuan agar
tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah
sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian yang tidak di harapkan di
rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
2.3 Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu
ditangani segera di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan standar keselamatan
pasien rumah sakit yang merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk
7
8. melaksanakan kegiatannya. Standar Keselamatan Pasien wajib diterapkan rumah
sakit dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi Rumah
Sakit. Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut:
Standar I. Hak pasien
Standar:
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
Kriteria:
1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
8
9. 3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas
dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
Standar II. Mendidik pasien dan keluarga
Standar:
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan
pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di rumah sakit
harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut
diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
9
10. Standar III. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
Standar:
Rumah Sakit menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria:
1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien
masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan,
rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit.
2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien
dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh
tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi
untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan
sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut
lainnya.
4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
10
11. Standar IV. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Standar:
Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara
intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien.
Kriteria:
1. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (desain) yang baik,
mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas
pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-
faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
2. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu
pelayanan, keuangan.
3. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.
11
12. Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar:
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit “.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit
dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan
pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji,
dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
Kriteria:
1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden.
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
12
13. 4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis
Akar Masalah “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’
pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan
dengan “Kejadian Sentinel”.
7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar
disiplin.
8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk
evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.
13
14. Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar:
1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuksetiap
jabatan men cakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
2. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien.
Kriteria:
1. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi
bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya
masing-masing.
2. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
3. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai
keselamatan pasien
Standar:
14
15. 1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang halhal terkait dengan
keselamatan pasien.
2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.
2.4 Sasaran Keselamatan Pasien di Instalasi Gawat Darurat
a. Identifikasi pasien
• Setiap akan melakukan tindakan, petugas meminta pasien atau keluarga
pasien untuk menyebutkan nama, umur, dan alamatnya.
• Pasien IGD yang akan rawat inap dipasang gelang identitas di IGD, berisi
nama, tanggal lahir dan alamat pasien, no rekam medis
Gelang merah muda (pink) untuk perempuan, gelang biru muda untuk
laki-laki. Gelang merah tua untuk pasien yang ada riwayat alergi obat atau
makanan, sedangkan kuning untuk pasien dengan resiko jatuh.
b. Komunikasi yang efektif
15
16. Merupakan komunikasi diantara para petugas pemberi pelayanan yang
dilakukan dengan tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat dipahami oleh
penerima, sehingga dapat mengurangi kesalahan dan menghasilkan perbaikan
untuk keselamatan pasien
Komunikasi efektuf dapat dilakukan secara verbal, tertulis,electronic
Metode Komunikasi:
• SBAR (situasi, background, Assesment, Recommendation)
Dilakukan saat:
• Melaporkan kondisi pasien kepada DPJP atau dokter konsulen
• Serah terima pasien antar petugas kesehatan
• TBAK (Tulis, Baca, Konfirmasi kembali)
Dilakukan saat:
• Menerima instruksi pertelepon atau lisan
• Menerima pelaporan hasil tes kritis atau pemeriksaan cito
• Menerima pelaporan nilai kritis
c. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu di Waspadai
Obat High Alert adalah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi, terdaftar
dalam kategori obat beresiko tinggi, dapat menyebabkan cidera serius pada
pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaannya
Contoh:
16
17. • Electrolit pekat
• KCl 7,46 inj (hanya IPI)
• MgSO4, 20%, MgSO4 40% inj
• Calcium Glukonas 10% inj
• Natrium Bicarbonat 8,4% inj
• NaCl 3% infuse (hanya IPI)
• Injeksi Heparin (instalasi farmasi)
• Obat kanker (instalasi farmasi)
• Obat LASA atau NORUM (Look Alike Sound Alike atau nama obat rupa
mirip)
Obat high alen disimpan ditempat terpisah, akses terbatas, diberi label
High Alert.
Electrolit paket diberi label orange, obat LASA diberi label hijau.
Penulisan Resep jangan menggunakan singkatan, terutama untuk obat-
obat LASA
7 Benar : Benar obat, Benar Indikasi, Benar Dosis, Benar Waktu, Benar
Pasien,Benar cara pemberian, Benar dokumentasi.
Pemberian obat High Alert kepada pasien :
• Sebelum perawat memberikan obat High Alert kepada pasien, maka
perawat lain harus melakukan pemeriksaan kembali secara independen
17
18. • Kesesuaian antara obat dan rekam medis atau instruksi dokter dan dengan
kardeks.
• Ketepatan perhitungan dosis obat.
• Identitas pasien.
• Obat High Alert infuse harus dipastikan :
Ketepatan kecepatan infuse
• Jika obat lebih dari satu, tempelhan label nama obat pada syringe
pump dan disetiap ujung jalur selang.
• Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar menjelaskan
kepada perawat penerima pasien, bahwa pasien mendapatkan obat
High Alert.
d. Kepastian Tepat Lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
• Penandaan (Mark site) daerah operasi atau tindakan invasive
• Dilakukan oleh dokter operator atau dokter yang didelegasikan
• Operasi elektif → dilakukan diruang rawat inap
• Operasi cito → IGD atau rawat inap
• Pasien ODC → di Poliklinik
• Menggunakan spidol permanen warna hitam untuk kulit putih dan warna
putih untuk kulit hitam.
18
19. • Lokasi operasi ditandai dengan lingkaran atau ditulis nama lengkap atau
inisial dokter yang akan melakukan tindakan.
• Proses proverifikasi
Dilakukan oleh tim bedah sebelum tindakan operasi atau invasive
dilakukan, tujuannya :
• Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang tepat
• Memastikan bahwa semua dokumen, foto rogten, hasil pemeriksaan
yang relevan tersedia, diberi label dan dipampang.
Kapan dan dimana?
• Pada saat penjadwalan operasi (One Day Care)
• Di ruangan atau IGD sebelum diantar ke IBS
• Di IKO saat serah terima ke perawat IBS
• Proses Time Out
• Dilakukan di IBS oleh tim anastesi dan tim bedah, terdiri dari:
• Sign In → sebelum pasien dibius
• Time Out → sebelum pasien diinsisi
• Sign Out → sebelum pasien keluar dari IBS
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Merupakan infeksi yang terjadi selama proses perawatan di rumah sakit atau di
fasilitas kesehatan lain, dimana pasien tidak ada atau tidak dalam masa
19
20. inkubasi, termasuk infeksi didapat di rumah sakit tapi muncul setelah pulang,
juga infeksi pada pelayanan kesehatan.
Dilakukan dengan Hand Hygiene dan penggunaan alat pelindung diri (APD).
Yang wajib melakukan hand hygiene adalah
• Setiap orang yang kontak langsung dengan pasien misalnya: dokter,
perawat, fisioterapi, dan petugas kesehatan lain.
• Setiap orang yang tidak kontak langsung dengan pasien misalnya: ahli
gizi, farmasi, dan petugas laboratorium.
• Setiap orang yang bekerja di rumah sakit
• Lakukan 6 langkah cuci tangan yang benar, setiap kali:
• Sebelum melakukan tindakan
• Sesudah melakukan tindakan
• Sebelum menyentuh cairan tubuh pasien
• Sesudah menyentuh cairan tubuh pasien
• Sevbelum dan sesudah menyentuh lingkungan sekitar pasien
• Sediakan Alkohol Hand Rub atau Gel di area kerja
f. Pengurangan resiko jatuh
• Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan pasien atau saksi mata, yang
melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring atau
20
21. terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka.
• Asesmen Faktor Risiko Jatuh
Factor risiko jatuh ada 2:
Factor intrinsik
• Diagnose dan perubahan fisik: penyakit akut, kelainan mental,
TIA (Transien Ischemic Attack), kejang, stroke, hipotensi
ortostatik, postur tubuh abnormal, keterbatasan mobilitas.
• Obat dan interaksinya: polifarmasi, sedative, antihipertensi,
obat psikotropika, anti depresan, antiaritmia, antikoagulan,
diuretic dan laksatif
• Kondisi mental atau penggunaan alcohol: gangguan memori
atau kognitif, gangguan mental, impulsife, ansietas, delirium,
keracunan
• Karakteristik pasien: usia, jenis kelamin(resiko osteoporosis),
cacat, gangguan keseimbangan, defisit motorik, penggunaan
alat bantu, riwayat jatuh, gangguan komunikasi.
Factor ekstrinsik
• Karakteristik lingkungan: pencahayaan, permukaan lantai
yang dapat mengakibatkan terpeleset, perabotan tidak tertata
21
22. dengan baik, posisi tempat tidur tinggi, tempat tidur
terkunci/tidak terkunci, tidak ada alas kaki anti slip, sarana
pendukung (bel, pembatas tempat tidur) tidak tersedia, kondisi
kursi roda/alat bantu kurang baik.
Kapan dilakukan pengkajian ?
• Marse Fall Scale untuk pasien dewasa
• Humpty Dumpty untuk pasien anak
• Sydney Scoring untuk pasien geriatri
Intervensi risiko jatuh standar pada dewasa (jika skor 25-50)
• Tingkatkan observasi bantuan yang sesuai saat ambulasi
• Keselamatan lingkungan: ruangan tertata baik, pencahayaan
cukup, pintu tidak terkunci, gunakan penghalang tempat tidur
dan roda dalam keadaan terkunci.
• Monitor kebutuhan pasien secara berkala (minimal tiap 2 jam
dalam 24 jam pertama)
• Berikan edukasi untuk mencegah jatuh pada pasien dan
keluarga.
• Berikan brosur pencegahan jatuh
• Alat bantu jalan dalam kondisi baik
22
23. • Anjurkan pasien untuk mengenakan alas kaki yang tidak licin
• Intervensi risiko jatuh tinggi pada orang dewasa (bila skor
≥51)
• Pastikan gelang resiko jatuh berwarna kuning
• Pasang tanda resiko jatuh segitiga warna kuning pada tempat
tidur pasien, bila pasien mobilisasi pasang tanda resiko jatuh
segitiga warna kuning pada alat bantu yang digunakan (kursi
roda/tiang infuse)
• Lakukan intervensi resiko jatuh standar
Analisa cara berjalan
• Pasien ditempatkan dekat dengan nurse station
• Handrall mudah dijangkau pasien dan kokoh
• Lantai kamar mandi dengan karpet anti slip/tidak licin, serta
anjurkan pasien menggunakan tempat duduk dikamar mandi
saat pasien mandi
• Damping pasien bila ke kamar mandi, jangan ditinggalkan
sendiri di toilet, pintu kamar mandi jangan dikunci
• Memberikan brosur edukasi risiko jatuh pada pasien dan
keluarganya.
23
24. Intervensi risiko jatuh rendah pada anak (skor 7-11)
• Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
• Tempatkan pasien pada tempat tidur rendah, dilengkapi
dengan penghalang dan roda terkunci
• Ciptakan lingkungan/kamar cukup penerangan dan
pencahayaan
• Anjurkan pasien untuk menggunakan alas kaki yang tidak
licin.
• Nilai kemampuan untuk ke kamar mandi dan memberikan
bantuan jika dibutuhkan.
• Menempatkan pasien dekat nurse station dengan penerangan
yang cukup.
• Ciptakan lingkungan yang bebas dari peralatan yang
mengandung risiko.
• Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga.
• Berikan brosur edukasi jatuh bagi pasien dan keluarganya.
• Interervensi jatuh tinggi pada anak (skor ≥12)
• Pakaikangelang risiko jatuh warna kuning.
• Pasang tanda risiko jatuh segitiga warna kuning pada tempat
tidur pasien, bila pasien mobilisasi pasang tanda risiko jatuh
24
25. segitiga warna kuning pada alat bantu yang digunakan (kursi
roda / tiang infuse)
• Lakukan intervensi risiko jatuh rendah.
• Lakukan observasi pasien minimal tiap 2 jam dalam 2 jam
pertama.
• Temani pasien pada saat mobilisasi.
• Tempatkan pasien pada tempat tidur yang disesuaikan dengan
perkembangan pasien.
• Tempatkan pasien yang memerlukan dengan nurse station.
• Pastikan pintu kamar tidak terkunci setiap saat.
• Tempatkan pasien pada tempat tidur rendah.
• Dokumentasikan semua prosedur yang dilakukan pada pasien.
• Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga.
• Berikan brosur edukasi jatuh pada pasien dan keluarganya.
Insiden kejadian kesalahan transportasi menjemput pasien
• Kesalahan pada saat menjemput yang dimaksud adalah
kesalahan alamat, salah rumah.
Faktor penyebab:
• Informasi kurang jelas.
• Penerima telepon tidak paham lokasi jemputan
25
26. Solusi :
• Tanyakan dengan detail, alamat dan lokasinya.
• Jika masih tidak paham, konfirmasi ke teman perawat lainnya
yang lebih paham lokasi.
• Tanyakan nomor telepon yang bisa dihubungi, kalau ada
nomor telepon rumah.
• Konfirmasi / telepon saat akan berangkat menjemput.
• Bawa handphone, agar sewaktu-waktu dapat menghubungi
pihak keluarga pasien untuk konfirmasi ulang lokasi /
pemandu jalan.
Insiden kejadian kesalahan transportasi mengantar pasien rujuk
keluar Rumah Sakit
Kesalahan yang dimaksud adalah kesalahan rumah sakit tujuan.
Factor penyebab :
• Kesalahan pengertian antara dokter dan perawat, mengenai
rumah sakit mana yang akan dituju / dikehendaki oleh dokter
• Kesalahan pengertian antara keluarga pasien dan perawat,
mengenai rumah sakit mana yang akan dituju / dikehendaki
oleh keluarga pasien
• Solusi :
26
27. • Tanyakan dengan jelas rumah sakit mana yang dikehendaki.
• Konfirmasi ulang dengan menanyakan lokasi / alamat rumah
sakutnya.
• Hubungi rumah sakit yang dimaksud, sampaikan kondisi
pasien dengan motode SBAR.
Formulir 1
FORMAT LAPORAN INSIDEN KE TKPRS
Rumah Sakit………………….
RAHASIA, TIDAK BOLEH DIFOTOCOPY, DILAPORKAN MAXIMAL 2 x 24
JAM
27
28. LAPORAN INSIDEN KNC, KTC, KTD DAN KEJADIAN SENTINEL
I . DATA PASIEN
Nama : ...............................................................................................................
No MR : ............................................ Ruangan : .................................................
Umur * : � 0-1 bulan � > 1 bulan – 1 tahun � > 1 tahun – 5 tahun � > 5 tahun – 15
tahun
� > 15 tahun – 30 tahun � > 30 tahun – 65 tahun � > 65 tahun
Jenis kelamin : � Laki-laki � Perempuan
Penanggung biaya pasien :
� Pribadi � Asuransi Swasta � ASKES Pemerintah � Perusahaan* �
JAMKESMAS
� Jaminan Kesehatan Daerah
Tanggal Masuk RS : ………………..........….............….......... Jam ….................
…………......
II. RINCIAN KEJADIAN
1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal : ……………….............….............….......... Jam …..........................
…………......
2. Insiden : ......................................................................................................................
3. Kronologis Insiden :
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
4. Jenis Insiden* :
� Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
� Kejadian Tidak Cedera/KTC (No Harm)
� Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel (Sentinel
Event)
5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden*
� Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
� Pasien
� Keluarga / Pendamping pasien
� Pengunjung
� Lain-lain ..................................................................................................(sebutkan)
6. Insiden terjadi pada* :
� Pasien
� Lain-lain
.....................................................................................................................(sebutkan)
Mis : karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3 RS.
7. Insiden menyangkut pasien :
28
29. � Pasien rawat inap
� Pasien rawat jalan
� Pasien UGD
� Lain-lain ..................................................................................................(sebutkan)
8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian ................................................................................................
(sebutkan)
(Tempat pasien berada)
9. Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi)
� Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya
� Anak dan Subspesialisasinya
� Bedah dan Subspesialisasinya
� Obstetri Ginekologi dan Subspesialisasinya
� THT dan Subspesialisasinya
� Mata dan Subspesialisasinya
� Saraf dan Subspesialisasinya
� Anastesi dan Subspesialisasinya
� Kulit & Kelamin dan Subspesialisasinya
� Jantung dan Subspesialisasinya
� Paru dan Subspesialisasinya
� Jiwa dan Subspesialisasinya
Lokasi kejadian ............................................................................................(sebutkan)
10.Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insiden
Unit kerja penyebab .....................................................................................(sebutkan)
11.Akibat Insiden Terhadap Pasien* :
� Kematian
� Cedera Irreversibel / Cedera Berat
Cedera Reversibel / Cedera Sedang
Cedera Ringan
Tidak ada cedera
12.Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
13.Tindakan dilakukan oleh* :
Tim : terdiri dari : .....................................................................................................
Dokter
Perawat
Petugas lainnya .......................................................................................................
14.Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?*
Ya Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini.
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja tersebut
29
30. untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Pembuat Laporan :............................ Penerima Laporan :............................
Paraf :............................ Paraf :............................
Tgl Terima :............................ Tgl Lapor :............................
Grading Risiko Kejadian* (Diisi oleh atasan pelapor) :
BIRU HIJAU KUNING MERAH
NB. * = pilih satu jawaban.
FORMAT LAPORAN KE TKPRS
Rumah Sakit………………….
RAHASIA, TIDAK BOLEH DIFOTOCOPY, DILAPORKAN MAXIMAL 2 x 24
JAM
Laporan Kondisi Potensial Cedera (KPC)
1. Tanggal dan Waktu ditemukan Kondisi Potensi Cedera (KPC)
Tanggal : ......................................................... Jam ......................................
2. KPC :
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
3. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden*
Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
Pasien
Keluarga / Pendamping pasien
Pengunjung
Lain-lain ...............................................................................(sebutkan)
4. Lokasi diketahui KPC
.................................................................................................(sebutkan)
5. Unit / Departemen terkait KPC
................................................................................................ (sebutkan)
6. Tindakan yang dilakukan selama ini, dan hasilnya :
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
7. Tindakan dilakukan oleh* :
Tim : terdiri dari : ......................................................................................
Dokter
Perawat
Petugas lainnya ..........................................................................................
8. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?*
Ya Tidak
30
31. Apabila ya, isi bagian dibawah ini.
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja
tersebut
untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
Pembuat Laporan:
...................................
Penerima Laporan:
...................................
Tgl Lapor :................................... Tgl terima :...................................
Formulir 2
LAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
Laporan ini hanya dibuat jika timbul kejadian yang menyangkut pasien. Laporan
bersifat anonim, tidak mencantumkan nama, hanya diperlukan rincian kejadian,
analisa penyebab dan rekomendasi.
Untuk mengisi laporan ini sebaiknya dibaca Pedoman Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien (IKP), bila ada kerancuan persepsi, isilah sesuai dengan
pemahaman yang ada.
Isilah semua data pada Laporan Insiden Keselamatan Pasien dengan lengkap.
Jangan dikosongkan agar data dapat dianalisa.
Segera kirimkan laporan ini langsung ke Komite Nasional Keselamatan Pasien
(KNKP).
KODE RUMAH SAKIT : ...................................
I . DATA RUMAH SAKIT:
Kepemilikan Rumah Sakit :
Pemerintah
Pemerintah Daerah (Provinsi / Kab / Kota)
TNI /POLRI
Privat
BUMN / BUMD
Jenis Rumah Sakit :
RS Umum
31
32. RS Khusus:
RS Ibu dan Anak
RS Paru
RS Mata
RS Orthopedi
RS Jantung
RS Jiwa
RS Kusta
RS Khusus lainnya .....................................................
Kelas Rumah Sakit Umum Kelas Rumah Sakit Khusus
A A
B B
C C
D
Kapasitas tempat tidur : ..................................................................tempat tidur
Propinsi (lokasi RS):............................................................................................
Tanggal Laporan Insiden di kirim ke KNKP : ....................................................
II. DATA PASIEN
Umur * : 0-1 bulan > 1 bulan – 1 tahun
> 1 tahun – 5 tahun > 5 tahun – 15 tahun
> 15 tahun – 30 tahun > 30 tahun – 65 tahun
> 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
Penanggung biaya pasien :
Pribadi Asuransi Swasta
ASKES Pemerintah Perusahaan*
JAMKESMAS Jaminan Kesehatan Daerah
Tanggal Masuk RS : .................................................. Jam ...............................
III. RINCIAN KEJADIAN
1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal : .................................................. Jam ..................................
2. Insiden : .............................................................................................
3. Kronologis Insiden
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
4. Jenis Insiden* :
Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
Kejadian Tidak Cedera/KTC (No Harm Incident)
Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel
32
33. (Sentinel Event)
5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden*
Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
Pasien
Keluarga / Pendamping pasien
Pengunjung
Lain-lain...................................................................................(sebutkan)
6. Insiden terjadi pada* :
Pasien
Lain-lain ..................................................................................(sebutkan)
Mis : karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3
RS.
7. Insiden menyangkut pasien :
Pasien rawat inap
Pasien rawat jalan
Pasien UGD
Lain-lain ..................................................................................(sebutkan)
8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian ............................................................................(sebutkan)
(Tempat pasien berada)
9. Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi)
Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya
Anak dan Subspesialisasinya
Bedah dan Subspesialisasinya
Obstetri Ginekologi dan Subspesialisasinya
THT dan Subspesialisasinya
Mata dan Subspesialisasinya
Saraf dan Subspesialisasinya
Anastesi dan Subspesialisasinya
Kulit & Kelamin dan Subspesialisasinya
Jantung dan Subspesialisasinya
Paru dan Subspesialisasinya
Jiwa dan Subspesialisasinya
Lain-lain ..................................................................................(sebutkan)
10. Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insiden
Unit kerja penyebab .....................................................................(sebutkan)
11.Akibat Insiden Terhadap Pasien* :
Kematian
Cedera Irreversibel / Cedera Berat
Cedera Reversibel / Cedera Sedang
Cedera Ringan
Tidak ada cedera
33
34. 12.Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
13.Tindakan dilakukan oleh* :
Tim : terdiri dari : ...................................................................................
Dokter
Perawat
Petugas lainnya : ....................................................................................
14.Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?*
Ya Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini. Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah
diambil pada Unit kerja tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama?
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
IV. TIPE INSIDEN
Tipe Insiden : .....................................................................................................
Sub Tipe Insiden : ..............................................................................................
V. ANALISA PENYEBAB INSIDEN
Dalam pengisian penyebab langsung atau akar penyebab masalah dapat
menggunakan Faktor kontributor (bisa pilih lebih dari 1)
a. Faktor Eksternal / di luar RS
b. Faktor Organisasi dan Manajemen
c. Faktor Lingkungan kerja
d. Faktor Tim
e. Faktor Petugas & Kinerja
f. Faktor Tugas
g. Faktor Pasien
h. Faktor Komunikasi
1. Penyebab langsung (Direct / Proximate/ Immediate Cause)
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
34
35. 2. Akar penyebab masalah (underlying root cause)
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
3. Rekomendasi / Solusi
NO AKAR MASALAH REKOMENDASI/SOLUSI
NB. * = pilih satu jawaban, kecuali bila berpendapat lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Penutup
Keselamatan pasien di Rumah Sakit adalah sistem pelayanan dalam suatu
Rumah Sakit yang memberikan asuhan pasien menjadi lebih aman, termasuk di
dalamnya mengukur risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko terhadap pasien,
35
36. analisa insiden, kemampuan untuk belajar & menindaklanjuti insiden serta
menerapkan solusi untuk mengurangi risiko. "Safety is a fundamental principle of
patient care and a critical component of hospital quality management." (World
Alliance for Patient Safety, Forward Programme WHO, 2004). Mengingat
masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani segera di
rumah sakit di Indonesia maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit
yang merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk melaksanakan
kegiatannya. Standar Keselamatan Pasien wajib diterapkan rumah sakit dan
penilaiannya dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi Rumah Sakit.
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah
sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran
ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient
Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI). Maksud
dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam
keselamatan pasien.
3.2 Saran
Penting bagi kita mempelajari tentang manajemen pasien safety,
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu
system keselamatan ini mempunyai tujuan agar tercipta budaya keselamatan
36
37. pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien
dan masyarakat, menurunnya kejadian yang tidak di harapkan di rumah sakit, dan
terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
37
38. Daftar Pustaka
Adisasmoto, Wiku. 2007. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit : PT.
Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Moleong, Lexi J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rusda
Karya.
Mukhtar. 2007. Bimbingan Skripsi, Tesis, dan Artikel Ilmiah. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Nawawi, Hadari. 2005. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada
Universitas Press.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2010. Metedeologi Penelitian Kualitatif.
Bandung. Alfabeta.
Sianipar, 2006. Perencanaan Peningkatan Kinerja, Bahan Diklat Staf dan
Pimpinan Tingkat Pertama. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
Sinambela, Lijan.P. 2006. Reformasi Pelayanan Publik : PT. Bumi Aksara.
Jakarta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung.
Supranto. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan
Pangsa Pasar: PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Wijayanto, Anjar. 2007. Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan
Bangunan (IMB). Malang: Universitas Merdeka.
38