2. Pengertian
Menurut Supari (2005), patient safety adalah bebas dari cidera
aksidental atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan
medis dan kesalahan pengobatan. Accidental injury disebabkan karena
error akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini
termasuk : assesment/analisa resiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini
mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).
3. ASPEK HUKUM TERHADAP PATIENT
SAFETY
Aspek hukum terhadap “patient safety” atau keselamatan pasien adalah
sebagai berikut
1. UUTentang Kesehatan & UUTentang Rumah Sakit
Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum
Pasal 53 (3) UU No.36/2009
“Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan nyawa
pasien.”
Pasal 32n UU No.44/2009
“Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit.
Pasal 58 UU No.36/2009
1) “Setiap orang berhak menuntutG.R terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian
akibat kesalahan atau kelalaian dalam Pelkes yang diterimanya.”
2) “…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan
darurat.”
4. Tujuan Sistem Patient safety
tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)
2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang
efektif)
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan
keamanan dari pengobatan resiko tinggi)
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan
pasien, kesalahan prosedur operasi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi
risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien
terluka karena jatuh)
(Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006)
5. Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah
Sakit adalah:
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di
Rumah Sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit
terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya KejadianTidak Diharapkan di
Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan KTD
6. Elemen Patient safety
1. Adverse drug events(ADE)/ medication errors (ME) (ketidakcocokan
obat/kesalahan pengobatan)
2. Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
3. urgical mishaps (kecelakaan operasi)
4. Pressure ulcers (tekanan ulkus)
5. Blood product safety/administration (keamanan produk
darah/administrasi)
6. Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)
7. Immunization program (program imunisasi)
8. Falls (terjatuh)
9. Blood stream – vascular catheter care (aliran darah – perawatan kateter
pembuluh darah)
10. Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor incident
reports (tinjauan sistematis, tindakan lanjutan, dan pelaporan
pasien/pengunjung laporan kejadian)
7. Etiologi
1. Kesalahan Medis (Medical Error)Kesalahan yang
terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera pada pasien. (KKP-RS)
2. KejadianTidak Diharapkan (KTD)/ Adverse
EventSuatu kejadian yang mengakibatkan
cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan (commission) atau karena tidak
bertindak (ommision), dan bukan karena
“underlying disease” atau kondisi pasien (KKP-RS).
3. Nyaris Cedera (NC)/ Near MissSuatu kejadian
akibat melaksanakan suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi.
8. Jenis kesalahan berdasarkan kontribusi manusia pada
terjadinya suatu kesalahan :
1. Kesalahan aktif (active errors), terjadi pada level
petugas kesehatan atau staf RS yang bekerja
didepan dan efeknya terjadi hampir secara tiba-tiba
2. esalahan tersembunyi (letent errors), terjadi dalam
level manajemen seperti design yang kurang baik,
instalansi yang tidak tepat, pemeliharaan yang
gagal, keputusan manajemen yang buruk, dan
struktur organisasi yang kurang baik. Kesalahan
tersembunyi sulit untuk dicatat sehingga sering
kesalahan seperti ini tidak dapat dikenal (Reason,
2000)
9. Langkah – Langkah Pelaksanaan
Patient Safety
WHO Sembilan solusi keselamatan Pasien
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike,
sound-alike medication names)
2. Pastikan identifikasi pasien
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan
pelayanan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi
nosokomia
10. UNIVERSAL PRECAUTION
Universal Precaution (Kewaspadaan
Universal) adalah tindakan pengendalian
infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga
kesehatan untuk mengurangi resiko
penyebaran infeksi dan didasarkan pada
prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat
berpotensi menularkan penyakit baik berasal
dari pasien maupun petugas kesehatan.
11. PRINSIP UNIVERSAL PRECAUTION
–Menjaga Higyene sanitasi individu
Higyene sanitasi ruangan
Sterilisasi peralatan
Dasar kewaspadaan universal meliputi :
Pengelolaan alat kesehatan (dekontaminasi, disinfeksi dan
sterilisasi)
Cuci tangan untuk mencegah infeksi silang
Penggunaan alat pelindung diri ( sarung tangan, masker, apron,
sepatu boot )
Pengelolaan jarum dan alat tajam
Pengelolaan Limbah
12. Standart Pengendalian Infeksi –
Asepsis
Keadaan bebas dari mikroorganisme yang dapat
menimbulkan penyakit pathogen.
Ada dua jenis aspsis :
Asepsis medik, dengan cara membersihkan debu,
memcuci, merebus, isolasi, dll.
Tujuan: Membantu megurangi jumlah mikroorganisme
dan Mencegah penyebaran pada orang lain.
Asepsis bedah, dengan cara steril.
Tujuan:Menjaga semua obyek atau benda bebas dari
mikroorganisme.
13. Septik : mencegah terjadinya kontaminasi
oleh mikroorganisme pada jaringan bahan
dan alat steril.
Aseptik : mencegah terjadinya infeksi dengan
menghambat/menghancurkan tumbuhnya
organisme pahogen pada luka.
14.
15. DEKONTAMINASI
ADALAH PROSEDUR PEMBERSIHAN PERALATAN SEBELUM
DILAKUKAN DISINFEKSI DAN STERILISASI
PAKAI SARUNGTANGAN
BILAS BENDAYANGTERKONTAMINASI DENGAN AIR DINGIN
YG MENGALIR
CUCI DENGAN AIR HANGAT DAN SABUN
GUNAKAN SIKAT UNTUK MEMBUANG BAHAN ORGANIK DARI
SEMUA PERMUKAANTERMASUK SEMUA LAPISAN DAN
LEKUKAN
BILAS DENGAN AIR HANGAT
BIARKAN KERING OLEH UDARA
GANTI LARUTAN DETERGEN MINIMAL SETIAP HARI
BERSIHKAN SIKAT DAN WASKOM
LEPAS SARUNGTANGAN DAN CUCITANGAN
16. DESINFEKSI
Adalah tindakan untuk membunuh kuman
pathogen dan apathogen tetapi tidak dengan
sporanya pada alat-alat perawatan,
kedokteran dan permukaan jaringan dengan
menggunakan bahan disinfektan atau
dengan cara mencuci, mengoles, merendam
dan menjemur.
Tujuan : Memelihara peralatan dalam
keadaan siap pakai.
17. Pelaksanaan
Disinfeksi dengan cara mencuci
Mencuci dengan sabun, dibersihkan, disiram dan dibasahi
alkohol 70 %.
Mencuci luka kotor dengan H2O2 3%, bethadin.
Mencuci kulit / jaringan tubuh yang akan dioperasi
dengan laruta iodium tintura 3 % dilanjutkan dengan alcohol 70%.
Mencuci vulva sublimate 1:1000 / PK 1:1000
Dengan mengoles
Dengan merendam
Tangan dengan lysol 0,5 %.
Alat –alat dengan lysol 3-5 % +2 jam.
Tenun dengan lysol 3-5 % +24 jam.
Dengan menjemur dibawah sinar matahari Kasur, bantal tiap permukaan 2
jamAlat-alat: urinal, pispot.
18. Sterilisasi
Adalah suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen adan
apathogen beserta sporanya pada alat perawatan dan kedokteran
dengan cara merebus, stoom, panas tinngi atau menggunakan
Hal – hal yang perlu diperhatikan:
Sterilisator harus dalam keadaan siap pakai.
Peralatan harus bersi dan masih berfungsi.
Peralatan yang dibungkus harus diberi label : nama, jenis peralatan, jumlah tgl
dab jam disterilkan.
Menyusun peralatan harus sedemikia rupa sehingga seluruh bagian dapat
disterilkan.
Waktu mensterilkan setiap jenis harus tepat.
Tidak boleh menambah peralatan lain dalam sterilisator, sebelum waktu
mensterilkan selesai.
Memindahkan peralatan yang sudah steril ketempatnya dengan korentang steril.
Saat mendinginkan peralatan steril dilarang membuka bungkusnya.
Bila terbuka harus disterilkan kembali.