Patient Safety dan Pencegahan Infeksi Dalam Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita:
1. Strategi Hemat Biaya Untuk Meningkatkan Keamanan Ibu Dan Perawatan Bayi Baru Lahir
2. Sumber Daya Dan Sistem yang Dibutuhkan Untuk Menerapkan Rekomendasi
1. PATIENT SAFETY DAN PENCEGAHAN INFEKSI
DALAM ASUHAN NEONATUS, BAYI
DAN BALITA
Gita Kostania, S.S.T., M.Kes.
Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Malang
2. Outline
Sumber Daya Dan Sistem yang dibutuhkan Untuk
Menerapkan Rekomendasi
Strategi Hemat Biaya Untuk Meningkatkan Keamanan Ibu
Dan Perawatan Bayi Baru Lahir
3. Strategi hemat biaya untuk meningkatkan keamanan ibu dan perawatan bayi baru lahir dapat
dilakukan dengan cara mengembangkan budaya keselamatan pasien
8 (Delapan) Langkah untuk Mengembangkan Budaya Keselamatan Pasien (Hasting G., 2008)
Put the focus back on safety
Encourage open reporting
Make data capture a priority
Think small and make the right thing easy to do
Use systems-wide approaches
Build implementation knowledge
Involve patients in safety efforts
Develop top-class patient safety leaders
4. Put the focus back on safety
Patient safety harus menjadi prioritas strategis dari rumah sakit
atau unit pelayanan kesehatan lainnya.
Tanggung jawab untuk keselamatan pasien tidak bisa didelegasikan dan setiap staf
memegang peran kunci dalam membangun dan mempertahankan fokus patient safety di
dalam memberikan pelayanan ke pasien.
(kembali fokus ke keselamatan pasien)
5. Think small and make the right thing easy to do (berpikir mudah dan membuat langkah mudah untuk
peningkatan pelayanan)
Memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien
membutuhkan langkah-langkah yang agak kompleks.
Memecah kompleksitas dan membuat langkah-langkah yang
lebih mudah
Memberikan peningkatan pelayanan yang lebih nyata.
6. Encourage open reporting
Mencatat tindakan-tindakan yang membahayakan pasien sama pentingnya
dengan mencatat tindakan-tindakan yang menyelamatkan pasien.
Diskusi terbuka mengenai insiden-insiden yang terjadi bisa menjadi
pembelajaran bagi semua staf.
(mendorong sistem pelaporan terbuka)
Koordinator patient safety dan manajer RS membuat budaya
yang mendorong pelaporan.
7. Make data capture a priority
Dibutuhkan sistem pencatatan data yang lebih baik untuk mempelajari dan
mengikuti perkembangan kualitas dari waktu ke waktu.
Misalnya data mortalitas dari tahun ke tahun.
(membuat sistem pencatatan sebagai prioritas)
klinisi dan manajer bisa melihat bagaimana manfaat dari
penerapan patient safety.
8. Use systems-wide approaches
Keselamatan pasien tidak bisa menjadi tanggung jawab individual. Pengembangan
hanya bisa terjadi jika ada sistem pendukung yang adekuat.
(gunakan pendekatan sistem yang menyeluruh bukan individual)
Staf juga harus dilatih dan didorong untuk melakukan peningkatan
kualitas pelayanan dan keselamatan terhadap pasien.
Pendekatan patient safety diintegrasikan secara utuh kedalam sistem
yang berlaku di RS atau tempat pelayanan kesehatan lainnya.
9. Build implementation knowledge( mengembangkan sistem berpikir dan implementasi program)
Staf juga membutuhkan motivasi dan dukungan untuk mengembangkan metodologi, sistem
berfikir, dan implementasi program Pemimpin sebagai pengarah jalannya program
memegang peranan kunci.
Di Inggris, pengembangan mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien sudah
dimasukkan ke dalam kurikulum kedokteran dan keperawatan, sehingga diharapkan sesudah
lulus kedua hal ini sudah menjadi bagian dalam budaya kerja.
10. Keterlibatan pasien dalam pengembangan patient safety terbukti dapat
memberikan pengaruh yang positif. Perannya saat ini mungkin masih kecil,
tetapi akan terus berkembang.
Involve patients in safety efforts(melibatkan pasien dalam usaha keselamatan)
Memasukkan perwakilan masyarakat umum dalam komite keselamatan
pasien salah satu bentuk kontribusi aktif dari masyarakat (pasien).
Secara sederhana pasien bisa diarahkan untuk menjawab ketiga pertanyaan berikut:
apa masalahnya?
Apa yang bisa kubantu?
Apa yang tidak boleh kukerjakan?
11. Develop top-class patient safety leaders
Prioritisasi keselamatan pasien
pembangunan sistem untuk pengumpulan
data-data berkualitas tinggi
mendorong budaya tidak saling menyalahkan
memotivasi staf
melibatkan pasien dalam lingkungan kerja
(mengembangkan kepemimpinan keselamatan pasien
yang berkualitas)
Diperlukan kepemimpinan yang kuat, tim yang
kompak, serta dedikasi dan komitmen yang
tinggi untuk tercapainya tujuan pengembangan
budaya patient safety.
Dengan kepemimpinan yang baik, masing-masing anggota tim
dengan berbagai peran yang berbeda bisa saling melengkapi
dengan anggota tim lainnya melalui kolaborasi yang erat.
12. Sumber Daya Dan Sistem yang dibutuhkan Untuk Menerapkan Rekomendasi
Standar Keselamatan Pasien meliputi:
a. hak pasien
b. mendidik pasien dan keluarga
c. keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
d. penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
e. peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
f. mendidik staf tentang keselamatan pasien
g. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien
dicapai dengan
13. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien1
menciptakan kepemimpinan & budaya yang adil dan terbuka.
Dimasa lalu sangat sering terjadi reaksi pertama terhadap insiden di Fasilitas pelayanan Kesehatan adalah
menyalahkan staf yang terlibat, dan dilakukan tindakan-tindakan hukuman. Hal ini, mengakibatkan staf enggan
melapor bila terjadi insiden.
Oleh karena itu, diperlukan lingkungan dengan budaya adil dan terbuka sehingga staf berani melapor dan
penanganan insiden dilakukan secara sistematik. Dengan budaya adil dan terbuka, maka pasien, staf dan
Fasilitas Kesehatan akan memperoleh banyak manfaat.
Memimpin dan mendukung staf2
Membangun budaya keselamatan sangat tergantung kepada kepemimpinan yang kuat dan kemapuan
organisasi mendengarkan pendapat seluruh anggota.
Membangun komitmen & fokus yang kuat & jelas tentang keselamatan pasien pada pelayanan kesehatan
14. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko3
Mengembangkan sistem & proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi & asesmen hal yang
potensial bermasalah
Mengembangkan sistem pelaporan4
Memastikan staf dapat melaporkan kejadian / insiden karena Sistem pelaporan sangat vital di dalam
pengumpulan informasi sebagai dasar analisa dan penyampaikan rekomendasi.
Sistem manajemen risiko akan membantu Fasilitas pelayanan Kesehatan mengelola insiden secara efektif dan
mencegah kejadian berulang kembali. Keselamatan pasien adalah komponen kunci dari manajemen risiko, dan
harus di integrasikan dengan keselamatan staf, manajemen komplain, penanganan litigasi dan klaim serta risiko
keuangan dan lingkungan. Sistem manajemen risiko ini harus di dukung oleh strategi manajemen risiko Fasilitas
pelayanan Kesehatan, yang mencakup progam-program asesmen risiko secara pro-aktif dan risk register.
15. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien5
Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien6
mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian
tersebut timbul
Peran aktif pasien dalam proses asuhannya harus diperkenalkan dan di dorong. Pasien memainkan peranan
kunci dalam membantu penegakan diagnosa yang akurat, dalam memutuskan tindakan pengobatan yang
tepat, dalam memilih fasilitas yang aman dan berpengalaman, dan dalam mengidentifikasi Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) serta mengambil tindakan yang tepat.
Sehingga perlu dikembangkan cara-cara berkomunikasi cara terbuka dan mendengarkan pasien.
Jika terjadi insiden keselamatan pasien, isu yang penting bukan siapa yang harus disalahkan tetapi bagaimana dan
mengapa insiden itu terjadi.
Dorong staf untuk menggunakan analisa akar masalah guna pembelajaran tentang insiden yang terjadi.
16. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien7
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalahuntuk melakukan perubahan pada sistem
pelayanan
Salah satu kekurangan Fasilitas pelayanan Kesehatan di masa lalu adalah ketidakmampuan dalam mengenali
bahwa penyebab kegagalan yang terjadi di satu Fasilitas pelayanan Kesehatan bisa menjadi cara untuk
mencegah risiko terjadinya kegagalan di Fasilitas pelayanan Kesehatan yang lain.
Pembelajaran lewat perubahan-perubahan didalam praktek, proses atau sistem.
17. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 6 mewajibkan setiap Rumah
Sakit membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) yang ditetapkan oleh Kepala Rumah Sakit
sebagai pelaksana kegiatan keselamatan pasien. TKPRS bertanggung jawab kepada Kepala Rumah Sakit.
Tugas TPKRS adalah :
1. Mengembangkan program keselamatan pasien RS sesuai dengan kekhususan RS tesebut
2. Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program keselamatan pasien RS
3. Menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan (monitoring) dan penilaian
(evaluasi) tentang terapan (implementasi) program keselamatan pasien RS
4. Bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan RSuntuk melakukan pelatihan internal keselamatan pasien RS
5. Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta mengembangkan solusi untuk pembelajaran;
6. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada Kepala RSdalam rangka pengambilan kebijakan Keselamatan Pasien
RS
7. Membuat laporan kegiatan kepada Kepala Rumah Sakit.
18. PELAPORAN INSIDEN, ANALISIS DAN SOLUSI
Pelaporan insiden kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit mencakup KTD
(Kejadian Tak Diharapkan), KNC (Kejadian Nyaris Cidera) dan KTC (Kejadian Tidak Cidera),
dilakukan setelah analisis dan mendapatkan rekomendasi dan solusi dari TKPRS.
Pelaporan tersebut ditujukan untuk menurunkan insiden dan mengoreksi sistem dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien dan tidak untuk menyalahkan orang (non blaming).
19. TINDAKAN ADMINISTRATIF
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri Kesehatan, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan administratif kepada Rumah Sakit
yang melanggar kewajiban untuk membentuk TKPRS, menerapkan Standar Keselamatan Pasien,
mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien, dan pelaporan insiden. Berupa:
Teguran lisan;
Teguran tertulis;atau
Penundaan atau penangguhan perpanjangan izin operasional.
21. REFERENCES
Tutiany, Lindawati, dan Paula K. 2017. Manajemen Keselamatan Pasien. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI, PPSDMK.
Menteri Kesehatan. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/Viii/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta.
Martabat. 2019. 7 Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
www.jamsosindonesia.com, diakses 11-09-2020
Editor's Notes
Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden, Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaantindakan / solusi yg tepat
Ada ”penggerak” dalam tim untuk memimpin Gerakan KP, Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP, Tumbuhkan sikap kesatria yg menghargai pelaporan insiden
3. diskusi isu KP dalam forum2, untuk umpan balik kepada mjmn terkait, Penilaian risiko pada individu pasien, Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, &langkah memperkecil risiko tsb
4. Dorong anggota untuk melapor setiap insiden & insiden yg telahdicegah tetapi tetap terjadi juga, sebagai bahan pelajaran ygpenting.
5. Hargai & dukung keterlibatan pasien & kel. bila telah terjadi insiden, Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kel. bila terjadi insiden, Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kpd pasien & keluarga
6. Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden, Identifikasi bagian lain yg mungkin terkena dampak & bagipengalaman tsb
7. Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman, Telaah perubahan yg dibuat tim & pastikan pelaksanaannya, Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yg dilaporkan