Teks tersebut merupakan dokumen rencana strategi dan program pembangunan wilayah Kabupaten X yang mengidentifikasi potensi dan permasalahan wilayah melalui analisis agregat dan intra-wilayah serta merumuskan alternatif skenario dan program pembangunan jangka pendek, menengah, dan panjang."
1. TAKE HOME TEST MATA KULIAH
PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH
(PPW602)
Dosen Pengampu
Dr.-Ing. Wiwandari Handayani, ST. MT. MPS.
PERENCANAAN STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN WILAYAH X
Disusun oleh:
BRAMANTIYO MARJUKI 21040116410036
MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
2. 1
I. PERMASALAHAN DAN TUJUAN KAJIAN
Kabupaten X merupakan sebuah kabupaten dengan potensi kewilayahan yang besar
namun belum tertangani secara optimal. Potensi yang ada antara lain sebagai berikut:
1. Terdapat kampung nelayan dengan kawasan pantai yang indah berjarak kurang lebih
200 km dari ibukota kabupaten dengan aksesbilitas kurang baik.
2. Terdapat sumur eksplorasi minyak bumi oleh PT. Y yang merupakan perusahaan
asing.
3. Terdapat kawasan perkebunan yang didominasi kelapa sawit yang banyak dikuasai
oleh transmigran (pendatang)
4. Di ibukota kabupaten terdapat pelelangan ikan (PPN) terbesar di Indonesia.
Selain potensi di atas, Kabupaten X memiliki karakteristik wilayah sebagai berikut:
1. Kepadatan Penduduk 50 jiwa/km2.
2. Komoditas unggulannya adalah Kelapa Sawit, Kakao, Kopi dan Karet.
3. LPE sebesar 6,5%
4. Indeks Gini sebesar 0,43
5. Kontribusi sektor pertanian dalam PDRB sebesar 19%
6. Kontribusi sektor pertambangan dalam PDRB sebesar 69%
7. IPM sebesar 74
8. Masyarakat miskin sebesar 9%
Adapun tujuan kajian yang ingin dilaksanakan meliputi:
1. Mengidentifikasi Potensi dan Permasalahan Wilayah melalui analisis agregat dan
intra-wilayah.
2. Merumuskan alternatif strategi dan program pembangunan untuk perencanaan
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang di Kabupaten X.
II. PENDEKATAN PERENCANAAN
Kajian perencanaan wilayah pada saat ini jika dilihat dari proses perencanaan yang
dilakukan masih berkutat pada salah satunya adalah pendekatan perencanaan yang akan
digunakan. Dalam hal ini terdapat dua arus pendekatan perencanaan, yaitu elite planning atau
perencanaan top down. Perencanaan ini dilaksanakan oleh aktor – aktor tertentu yang
mempunyai kapasitas teknis dan politis untuk melaksanakan perencanaan. Sedangkan yang
3. 2
kedua adalah participatory planning atau bottom up planning. Pendekatan ini membuka seluruh
stakeholder yang ada di dalam wilayah untuk terlibat dalam penyusunan perencanaan sehingga
keluaran yang dihasilkan lebih komprehensif, obyektif, detil dan tepat sasaran (Marshall dan
Glasson, 2007).
Melihat bahwa permasalahan dan kebijakan yang akan diambil bersifat komprehensif dan
terimplementasi ke seluruh bagian wilayah, maka pendekatan yang dipilih adalah pendekatan
Elite Planning, dimana hanya aktor-aktor yang mempunyai kapasitas teknis dan politis yang
melakukan dan memutuskan perencanaan yang akan dilakukan.
III. PROSES PERENCANAAN
Proses perencanaan wilayah, sebagaimana proses perencanaan lainnya dimulai dari
beberapa tahapan. Tahapan yang pertama adalah identifikasi permasalahan, kemudian
dilanjutkan dengan penyusunan alternatif skenario, pemilihan skenario dan diakhiri dengan
jangka waktu pelaksanaan program (Marshall dan Glasson, 2007). Dalam hal ini kajian yang
dilakukan akan mengikuti proses perencanaan ini. Proses perencanaan yang akan dilakukan
secara skematis dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Proses Perencanaan Yang Akan Dilaksanakan
IdentifikasiPermasalahan
1. Analisis Agregat
2. Analisis intra
wilayah
PenyusunanSkenario
1. Alternatif
Skenario
2. Pengambilan
skenario terbaik.
JangkaWaktuPelaksanaan
1. Jangka Pendek
2. Jangka
Menengah
3. Jangka Panjang
4. 3
IV. ANALISIS AGREGAT DAN ANALISIS INTRA WILAYAH
IV.1 Analisis Agregat
Analisis agregat merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui gambaran umum
kontribusi perkembangan perekonomian suatu wilayah kepada wilayah lain yang lebih luas.
Dengan analisis agregat diketahui bagaimana tingkat, sumber dan distribusi pendapatan dan
tenaga kerja yang terdapat dalam suatu wilayah, data ini sangat penting untuk melihat gambaran
umum keadaan perekonomian suatu wilayah dan bagaimana setiap sektor perekonomian
menyumbangkan pendapatannya dalam pendapatan suatu wilayah.
Melalui data tingkat pendapatan yang dianalisis melalui analisis agregat, dapat diketahui
bagaimana komposisi sektor ekonomi berperan dalam perkembangan perekonomian wilayah
tersebut, sehingga dapat diketahui jumlah faktor – faktor produksi (investasi, tenaga kerja) yang
tersedia dan bagaimana kualitasnya.
Seluruh data-data tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, terutama antar sektor
ekonomi (backward forward linkage) yang dapat menunjukan pola perubahan aspek-aspek
ekonomi dan perbandingan aspek-aspek tesebut terhadap aspek yang terdapat di nasional dan
wilayah lain. Pola perubahan aspek-aspek ekonomi yang terjadi memliki sifat dan intensitas
aliran faktor-faktor produksi yang terjadi antarwilayah.
Peran pemerintah dalam perkembangan perekonomian yang dilihat melalui analisis
agregat sangat penting, terutama dalam menentukan kebijakan publik, dan administrasi yang
berpengaruh terhadap kinerja perekonomian wilayah. Oleh karena itu pola perubahan aliran
faktor produksi dan tingkat pendapatan sangat dipengaruhi kebijakan instusional yang berkaitan
dengan bagaimana potensi masalah dan peluang yang dapat dilihat dalam upaya pengembangan
kondisi perekonomian suatu wilayah di masa depan. Kebijakan pemerintah juga sangat
berpengaruh dalam melihat konsekuensi dari kebijakan ini dalam kaitan dengan wilayah lain.
IV.2 Analisis Agregat Kabupaten X
Untuk melakukan analisis agregat Kabupaten X, diperlukan informasi PDRB kabupaten X
dan PDRB wilayah di atasnya. Dalam hal ini kontribusi sektor pertanian dan pertambangan dalam
PDRB Kabupaten X diketahui sebesar 19% dan 69%. Sementara PDRB nasional adalah sebesar
13,52% dan 7,62%. Jika dimodelkan dalam diagram, maka perbandingan kontribusi sektor
pertanian dan pertambangan terhadap nasional dapat ditampilkan dalam Gambar 2 di bawah ini.
5. 4
Dari perbandingan antara kontribusi sektor pertanian dan pertambangan Kabupaten X dan
Nasional, dapat diketahui bahwa kedua sektor memiliki kontribusi terhadap PDRB yang lebih
tinggi daripada kontribusi sektor serupa di tingkat nasional. Dengan demikian sektor pertanian
dan pertambangan di Kabupaten X merupakan salah satu lokus unggulan untuk sektor pertanian
dan pertambangan di tingkat nasional. Selain itu, jika dilihat dari perbandingan antara sektor
pertanian dan pertambangan, kabupaten X memiliki potensi dan output di bidang pertambangan
yang besar dan berkontribusi hampir ¾ dari total PDRB. Potensi pertambangan yang tinggi di
Kabupaten X disebabkan oleh adanya kawasan sumur minyak bumi yang saat ini dikelola PT. Y
yang merupakan perusahaan asing. Sementara untuk sektor pertanian disumbang oleh
keberadaan perkebunan kelapa sawit yang dikuasai transmigran.
Adapun untuk sektor lain jika dilihat dari perbandingan dengan data nasional (bersumber
dari publikasi BPS Tahun 2016 dapat dirangkum dalam tabel indikator sosial ekonomi sebagai
berikut.
Tabel 1. Tabel Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten X
Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten X Nasional
Kepadatan Penduduk 50 jiwa per km2 132 juta per km2
Komoditas Unggulan Kelapa Sawit, Kakao, Kopi,
Karet
Laju Pertumbuhan Ekonomi 6,5% 4,79%
Indeks Gini 0,43 0,397
Kontribusi Pertanian 19% 13,52%
Kontribusi pertambangan 69% 7,62%
Indeks Pembangunan Manusia 74 69,56
Masyarakat Miskin 9% 10,56%
0
20
40
60
80
Kabupaten X Nasional
Gambar 2. Perbandingan PDRB Kabupaten X
dan Nasional
Pertanian Pertambangan
6. 5
Dari tabel indikator sosial ekonomi diatas, dapat disimpulkan beberapa karakteristik wilayah
Kabupaten X jika dibandingkan dengan kondisi nasional sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten X lebih tinggi daripada nasional.
2. Indeks pembangunan manusia Kabupaten X lebih tinggi daripada nasional.
3. Disparitas ekonomi di Kabupaten X lebih tinggi daripada nasional.
4. Kemiskinan di Kabupaten X cukup tinggi karena mendekati persentase kemiskinan
nasional.
5. Kepadatan penduduk termasuk dalam kategori jarang.
IV.3 Analisis Intra Wilayah
Analisis intrawilayah merupakan salah satu jenis analisis yang melihat secara lebih
mendalam apa yang ada di wilayah. Wilayah dilihat sebagai sebuah unit atau penjumlahan dari
elemen-elemen yang ada di dalamnya. Dalam analisis intarawilayah ini, hal yang disoroti adalah
bagaimana karakteristik dari tempat-tempat dalam suatu wilayah dan bagaimana interaksi yang
terjadi di dalamnya. Analisis dilakukan lebih dalam pada setiap komponen yang ada di dalamnya.
Jadi, analisis ini memandang suatu wilayah sebagai kumpulan dari wilayah-wilayah lain yantg
skalanya lebih sempit serta masing-masingnya memiliki aktivitas dan karakteristik sendiri-
sendiri. Analisis intrawilayah suatu kotamadya berarti menyoroti pokok analisis pada
kecamatan-kecamatan yang ada di dalamnya, analisis intrawilayah suatu provinsi berarti
menyoroti pokok analisis pada kabupaten-kabupaten yang ada di dalamnya, dan seterusnya.
Contoh hal yang dibahas dalam suatu analisis intrawilayah yaitu bagaimana karakteristik
ekonomi di subwilayah dan bagaimana perbandingan diantaranya, bagaimana tingkat
pendapatan pada masing-masing subwilayah dan bagaimana kontribusi masing-masingnya
terhadap wilayah, bagaimana tingkat konsentrasi dan spesialisasi sektor-sektor ekonomi pada
masing-masing subwilayah, dan lain-lain.
IV.4 Analisis Intra Wilayah Kabupaten X
Berdasarkan informasi dari profil wilayah pada Bab I, Kabupaten X memiliki sebuah
kampung nelayan dengan kawasan pantai yang indah. Kawasan pantai ini merupakan sebuah
potensi pariwisata yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Sementara di Ibukota Kabupaten X
terdapat Tempat Pelelangan Ikan terbesar di Indonesia, namun jaraknya dari pusat produksi
perikanan (dalam hal ini kampung nelayan) terpisah jarak 200 km dengan aksesbilitas yang
kurang baik. Dengan demikian potensi perikanan di Kabupaten X belum tergarap maksimal
karena lokasi pelelangan yang jauh dan aksesbilitasnya kurang.
7. 6
V. POTENSI DAN PERMASALAHAN WILAYAH
Dari hasil yang diperoleh dari analisis agregat dan analisis intra wilayah, dapat disusun
matriks potensi dan permasalahan wilayah yang terjadi di Kabupaten X sebagai berikut:
Tabel 2. Potensi dan Permasalahan Wilayah Kabupaten X
Sektor Potensi Permasalahan
Pariwisata Wisata Pantai Aksesbilitas kurang
Perikanan Terdapat Kampung Nelayan dan
Pelelangan Ikan
Aksesbilitas kurang
Pertambangan Minyak Bumi Dikuasai asing
Pertanian Kelapa Sawit Dikuasai Transmigran
Sumberdaya Manusia Tingkat Pendidikan Baik Tingkat Kemiskinan Tinggi
Kepadatan penduduk jarang
Ekonomi Pertumbuhan ekonomi tinggi Disparitas pendapatan tinggi
VI. PENYUSUNAN SKENARIO PERENCANAAN WILAYAH
VI.1 Harapan dari Skenario Perencanaan
Menurut Pike et al (2006), Perencanaan Pengembangan Wilayah yang baik adalah
perencanaan yang mampu menghasilkan kebijakan yang memberdayakan faktor endogen yang
ada di dalam wilayah, namun pada saat yang bersamaan juga mampu menarik sumberdaya
eksogen untuk berkontribusi dalam memajukan wilayah. Pembangunan faktor endogen akan
berarti melibatkan seluruh sumberdaya yang ada di dalam wilayah untuk berkontribusi secara
maksimal dalam pengembangan dan pembangunan wilayah. Bentuk umum dari pembangunan
dan keterlibatan faktor endogen dalam pembangunan wilayah adalah berkurangnya disparitas
pendapatan, membaiknya tingkat pendidikan, munculnya inovasi dan spesialisasi dalam kegiatan
ekonomi. Meskipun demikian, pembangunan faktor endogen pada umumnya memerlukan waktu
yang relatif lama dan dukungan kebijakan yang kontinu.
Di sisi lain, penyusunan skenario perencanaan juga harus mampu memancing dan
menarik sumberdaya eksogen melalui investasi ekonomi untuk masuk ke dalam wilayah, sembari
mempertahankan dan mengembangan investasi yang sudah masuk dan berjalan. Pembangunan
faktor endogen bersifat mikro dan berdampak tidak meluas, oleh karena itu perlu dilengkapi
investasi eksogen yang mampu mendatangkan proyek pembangunan skala besar (infrastruktur
maupun industri) agar pertumbuhan ekonomi lebih cepat terakselerasi. Dalam hal ini skenario
perencanaan yang akan disusun diusahakan agar sebesar-besarnya mengakomodasi
8. 7
pembangunan faktor endogen namun pada saat yang bersamaan tetap mempertahankan dan
meningkatkan kinerja dari adanya investasi eksogen yang sudah ada.
VI.1 Skenario Perencanaan
Dengan mempertimbangkan potensi dan permasalahan yang sudah teridentifikasi, dan
disertai urgensi untuk membangun faktor endogen wilayah sembari mempertahankan investasi
eksogen yang sudah terbangun,maka gambaran kegiatan dan program yang dapat dimunculkan
untuk mewujudkan pembangunan wilayah yang berkelanjutan adalah sebagaimana berikut di
bawah ini.
Tabel 3. Matriks Indikasi Program dan Kegiatan Pembangunan Wilayah
Sektor Program Kegiatan
Infrastruktur Perbaikan Akesbilitas kawasan pantai ke
Ibukota
Perbaikan jalan sepanjang 200 km
Perikanan Penguatan PPN Perbaikan bangunan PPN
Peningkatan Sarana dan Prasarana PPN
Penguatan Perikanan Laut Bantuan Alat-alat pengusahaan ikan
Pembentukan Koperasi Nelayan
Implementasi kredit usaha perikanan skala
kecil
Pembangunan Dermaga dan Pelabuhan
Perikanan Tangkap
Subsidi Nelayan
Sumberdaya Manusia Penguatan Perikanan Peningkatan kapasitas dan pengetahuan
penangkapan ikan untuk nelayan
Penguatan Kapasitas endogen di bidang
Kelapa Sawit
Pelatihan pengelolaan dan pengolahan kelapa
sawit
Pembentukan Sekolah Tinggi Perkebunan
Penguatan Kapasitas endogen di bidang
Pertambangan
Pelatihan pengelolaan dan pengolahan kelapa
sawit
Pembentukan Sekolah Tinggi Pertambangan
Transportasi Peningkatan aksesbilitas Pembukaaan trayek transportasi publik roda
empat Pantai – Ibukota Kabupaten
Pengadaan Sarana Transportasi Publik untuk
mendukung transportasi Ibukota-Pantai PP
Pariwisata Pembangunan dan Penguatan Wisata
Pantai
Pembangunan arena rekrekasi pantai
Pembangunan sarana akomodasi wisata
pantai
Pembukaan konsensi pengelolaan pantai
terpadu
Implementasi event-event promosi wisata
pantai dan wisata bahari
9. 8
Perkebunan Industrialisasi Perkebunan Pembangunan industri agro dengan
komoditas utama kelapa sawit, kakao, kopi,
karet
Inisiasi pemberdayaan SDM Lokal dalam
Industri Kelapa Sawit
Pemberdayaan tenaga lokal dalam
pengelolaan industri kelapa sawit
Kerjasama antar sektor Inisiasi pemberdayaan SDM Lokal dalam
Industri Minyak Bumi
MOU penggunaan tenaga kerja lokal dalam
industri
Penguatan Profit Sharing dari
Industrialisasi Wilayah
Ratifikasi sharing revenue antara pelaku
industri minyak bumi dan kelapa sawit
dengan pemerintah
Komunikasi dan
Informasi
Penguatan Komunikasi dan Informasi Pembangunan Jaringan Internet fiber optic di
Kabupaten X
Pembangunan Website untuk promosi
kegiatan yang mampu mengundang investasi
di Kabupaten X
VII. STRATEGI IMPLEMENTASI SKENARIO PERENCANAAN WILAYAH
Dari matriks indikasi program dan kegiatan yang sudah disusun, selanjutnya dilakukan
pemilahan urgensi program berdasarkan kepentingan pewujudannya dalam jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang. Pemilahan dan pembagian urgensi dilakukan guna
memastikan kegiatan dan program yang disusun dapat berjalan sesuai dengan rangkaian
kronologis dari strategi yang disusun dan mampu memecahkan permasalahan kewilayahan yang
ada. Adapun matriks hasil penyusunan strategi implementasi skenario pembangunan dapat
dilihat pada Tabel di bawah ini.
10. Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
Kegiatan Output Keterangan Kegiatan Output Keterangan Kegiatan Output Keterangan
Perbaikan Jalan 50 km Perbaikan jalan
sepanjang 50 km,
dilaksanakan secara
multiyears
Pembangunan Jalan
sepanjang 200 km tidak
mampu dilaksanakan
dalam jangka pendek,
Perbaikan Jalan Perbaikan Jalan 200
km selesai.
Pembiayaan dari profit
sharing sektor migas
Sampai jangka
menengah , kegiatan
perbaikan jalan 200 km
sudah terselesaikan
Perawatan jalan
secara berkala
Jalan tetap dalam
kondisi bagus dan
terawatt
Kualitas jalan yang
bagus akan membawa
keuntungan
aksesbilitas yang
terjaga sehingga
aktivitas ekonomi tidak
terhambat.
Pembukaan trayek dan
pengadaan sarana
transportasi publik
Pantai – Ibukota PP
Munculnya
pelayanan angkutan
umum Pantai-
Ibukota PP
Transportasi publik yang
melayani pusat kegiatan
dan sektor potensi
harus diusahakan dari
awal guna menambah
pendapatan dan
memperkuat branding
pariwisata
Penambahan Sarana
Transportasi seiiring
meningkatnya kualitas
jalan
Sarana transportasi
lebih banyak dan
pelayanan lebih baik
Pada jangka menengah
transportasi publik
harus sudah melayani
sentra wisata dan pusat
kegiatan tanpa adanya
hambatan.
Peningkatan kapasitas
dan keterampilan
nelayan
Nelayan lebih trampil Penguatan keterampilan
nelayan mendesak
untuk diprioritaskan
karena akan
memperkuat
pendapatan daerah dan
daya saing
Pembentukan
koperasi nelayan
Bantuan alat-alat
penangkapan ikan
Subsidi nelayan
Peningkatan PPN
Produktivitas
perikanan laut semakin
meningkat. Fasilitas
penampungan dan
pelelangan semakin
membaik
Ketika nelayan terampil,
kemampuan
berproduksi harus
disubsidi terlebih
dahulu guna menjamin
produktivitas dan
ketahanan ekonomi
yang ajeg.
Peningkatan sarana
prasarana PPN
PPN yang
memenuhi
kapasitas produksi
wilayah
Pada jangka panjang,
Kabupaten X mampu
menjadi sentra
perikanan dengan
fasilitas dan sarana
prasarana yang
mendukung
Pelatihan pengelolaan
dan pengolahan tenaga
trampil kelapa sawit
Muncul SDM wilayah
yang trampil di
bidang industri
kelapa sawit
Penguatan faktor
endogen harus dimulai
sedini mungkin
Inisiasi
pemberdayaan
tenaga trampil lokal
dalam pengelolaan
industri kelapa sawit
Pembangunan
sekolah tinggi
perkebunan
Inisiasi agroindustri
Tenaga trampil
intra wilayah masuk
ke industri kelapa
sawit
Pengelolaan kelapa
sawit mulai
terindustrialisasikan
Pada jangka menengah,
hasil penguatan
kapasitas harus mulai
terserap di pasar kerja
dan penguatan
kapasitas lebih lanjut
melalui pendidikan
tinggi muncul.
Pemberdayaan tenaga
trampil lokal dalam
industri kelapa sawit
secara kontinu
Tenaga trampil
lulusan pendidikan
tinggi terserap
pasar kerja intra
wilayah
Pada jangka panjang,
hasil penguatan
kapasitas pendidikan
tinggi harus mulai
terserap di pasar kerja.
Pembangunan Dermaga Dermaga terbangun Dermaga merupakan
fasilitas penting dalam
pengusahaan awal
penguatan perikanan
Pembangunan Pelabuhan Pelabuhan Terbangun Seiring dengan
peningkaan pendapatan
pemerintah dari sharing
revenue, pembangunan
pelabuhan dapat
dimungkinkan pada
jangka menengah
Pelatihan
pengelolaan dan
pengolahan tenaga
trampil
pertambangan
MOU dengan industri
tambang asing untuk
mulai memanfaatkan
potensi SDM lokal
Ratifikasi Profit
Sharing Pemerintah
Muncul SDM
wilayah yang
trampil di bidang
industri
pertambangan
Dihasilkan MOU
penggunaan
tenaga lokal
Kesepakatan profit
sharing yang lebih
adil
Penguatan faktor
endogen harus dimulai
sedini mungkin.
Kesepakatan profit
sharing yang lebih adil
harus disepakati dalam
jangka pendek guna
membiayai program
pembangunan jangka
menengah dan jangka
panjang
Inisiasi
pemberdayaan
tenaga trampil lokal
dalam pengelolaan
industri
pertambangan
Pembangunan
sekolah tinggi
pertambangan
Tenaga trampil intra
wilayah masuk ke
industri
pertambangan
Profit sharing
terkoreksi berjalan
Pada jangka menengah,
hasil penguatan
kapasitas harus mulai
terserap di pasar kerja
dan penguatan
kapasitas lebih lanjut
melalui pendidikan
tinggi muncul (Sesuai
hasil MOU).
Pemberdayaan tenaga
trampil lokal dalam
industri
pertambangan secara
kontinu
Tenaga trampil
lulusan pendidikan
tinggi terserap
pasar kerja intra
wilayah
Pada jangka panjang,
hasil penguatan
kapasitas pendidikan
tinggi harus mulai
terserap di pasar kerja.
11. 1
dan Pengusaha
Minyak (mengingat
output dari sektor ini
sangat besar)
Pembangunan jaringan
telekomunikasi telepon
dan internet
Jaringan
telekomunikasi dan
internet terbangun di
kawasan strategis.
Pengembangan jaringan
komunikasi informasi
penting sebagai media
promosi potensi wilayah
Pembangunan website
dan media promosi
kegiatan/potensi wilayah
Website terbangun.
Media sosial dan
sarana promosi
berbasis IT
terbangun
Begitu prasarana
terbangun, penguatan
dan promosi potensi
daerah dapat mulai
dilaksanakan.
Promosi kegiatan
pelaporan, dan event
di wilayah melalui
website dan media
sosial
Seluruh kegiatan di
wilayah
terpublikasikan
dengan baik
-
Pembangunan sarana
rekreasi pantai dan
fasilitas pendukung
Munculnya kegiatan
wisata dan
datangnya
wisatawan
Pengembangan awal
wisata pantai dimulai
dari pemenuhan fasilitas
dasar yang tidak
berbiaya besar
Pembangunan sarana
akomodasi wisata pantai
(Hotel, restoran, fasilitas
hiburan)
Wisatawan semakin
meningkat, brand
kawasan mulai muncul,
aktivitas ekonomi
perdagangan dan jasa
tumbuh
Upaya pembangunan
kepariwisataan
dilanjutkan dengan
peningkatan fasilitas-
fasilitas yang
dibutuhkan seiring
meningkatnya
wisatawan
Pembukaan
konsensi pariwisata
terpadu
Pengadaan event-
event wisata untuk
semakin
meningkatkan
minat wisatawan
baik dalam negeri
maupun manca
negara
Jumlah wisatawan
terus bertambah
dan brand kawasan
sebagai kawasan
wisata terkenal di
tingkat nasional
maupun
internasional
12. VIII. PENUTUP DAN KESIMPULAN
Matriks strategi implementasi kegiatan pengembangan wilayah yang disusun
dikembangkan berdasarkan pemahaman atas permasalahan dan potensi yang ada di Kabupaten
X. Dalam hal ini semangat yang dimunculkan adalah kebijakan pembangunan wilayah yang
mampu memperkuat dan memberdayakan sumberdaya endogen dari wilayah, namun tetap
bersahabat dengan investasi dari luar wilayah. Penguatan faktor endogen dirasa strategis
mengingat wilayah Kabupaten X mengalami disparitas pendapatan dan kemiskinan yang tinggi,
namun hasil dan potensi sumber daya alamnya besar. Di sisi lain, tingkat pendidikan melalui IPM-
nya relatif tinggi, sehingga faktor endogennya sangat potensial untuk dikembangkan guna
mewujudkan pengelolaan wilayah yang memiliki lokalitas yang baik. Faktor endogen merupakan
faktor spesifik wilayah yang tidak mudah ditransfer ke wilayah lain, dengan adanya penguatan
faktor ini, maka akan terbentuk human capital di dalam wilayah yang akan mampu mewujudkan
daya saing wilayah melalui serangkaian inovasi dan knowledge spillover tanpa harus melakukan
migrasi ke wilayah lain. Ini berbeda dengan investasi eksogen yang sewaktu-waktu dapat ditarik
kembali oleh investor apabila iklim usaha dan iklim investasi tidak bersahabat.
13. 1
DAFTAR PUSTAKA
Bendavild-Val, A. 1991. Regional and Local Economic Analysis for Practitioner. New York: Praeger.
Glasson, J. & Marshall, T. 2007. Regional Planning. New York: Routledge.
Pike, A. A., Rodriguez, P., & Tomaney, J. 2006. Local and Regional Development. New York: Praeger.