SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
TAKE HOME TEST MATA KULIAH
PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH
(PPW602)
Dosen Pengampu
Dr.-Ing. Wiwandari Handayani, ST. MT. MPS.
PERENCANAAN STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN WILAYAH X
Disusun oleh:
BRAMANTIYO MARJUKI 21040116410036
MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
1
I. PERMASALAHAN DAN TUJUAN KAJIAN
Kabupaten X merupakan sebuah kabupaten dengan potensi kewilayahan yang besar
namun belum tertangani secara optimal. Potensi yang ada antara lain sebagai berikut:
1. Terdapat kampung nelayan dengan kawasan pantai yang indah berjarak kurang lebih
200 km dari ibukota kabupaten dengan aksesbilitas kurang baik.
2. Terdapat sumur eksplorasi minyak bumi oleh PT. Y yang merupakan perusahaan
asing.
3. Terdapat kawasan perkebunan yang didominasi kelapa sawit yang banyak dikuasai
oleh transmigran (pendatang)
4. Di ibukota kabupaten terdapat pelelangan ikan (PPN) terbesar di Indonesia.
Selain potensi di atas, Kabupaten X memiliki karakteristik wilayah sebagai berikut:
1. Kepadatan Penduduk 50 jiwa/km2.
2. Komoditas unggulannya adalah Kelapa Sawit, Kakao, Kopi dan Karet.
3. LPE sebesar 6,5%
4. Indeks Gini sebesar 0,43
5. Kontribusi sektor pertanian dalam PDRB sebesar 19%
6. Kontribusi sektor pertambangan dalam PDRB sebesar 69%
7. IPM sebesar 74
8. Masyarakat miskin sebesar 9%
Adapun tujuan kajian yang ingin dilaksanakan meliputi:
1. Mengidentifikasi Potensi dan Permasalahan Wilayah melalui analisis agregat dan
intra-wilayah.
2. Merumuskan alternatif strategi dan program pembangunan untuk perencanaan
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang di Kabupaten X.
II. PENDEKATAN PERENCANAAN
Kajian perencanaan wilayah pada saat ini jika dilihat dari proses perencanaan yang
dilakukan masih berkutat pada salah satunya adalah pendekatan perencanaan yang akan
digunakan. Dalam hal ini terdapat dua arus pendekatan perencanaan, yaitu elite planning atau
perencanaan top down. Perencanaan ini dilaksanakan oleh aktor – aktor tertentu yang
mempunyai kapasitas teknis dan politis untuk melaksanakan perencanaan. Sedangkan yang
2
kedua adalah participatory planning atau bottom up planning. Pendekatan ini membuka seluruh
stakeholder yang ada di dalam wilayah untuk terlibat dalam penyusunan perencanaan sehingga
keluaran yang dihasilkan lebih komprehensif, obyektif, detil dan tepat sasaran (Marshall dan
Glasson, 2007).
Melihat bahwa permasalahan dan kebijakan yang akan diambil bersifat komprehensif dan
terimplementasi ke seluruh bagian wilayah, maka pendekatan yang dipilih adalah pendekatan
Elite Planning, dimana hanya aktor-aktor yang mempunyai kapasitas teknis dan politis yang
melakukan dan memutuskan perencanaan yang akan dilakukan.
III. PROSES PERENCANAAN
Proses perencanaan wilayah, sebagaimana proses perencanaan lainnya dimulai dari
beberapa tahapan. Tahapan yang pertama adalah identifikasi permasalahan, kemudian
dilanjutkan dengan penyusunan alternatif skenario, pemilihan skenario dan diakhiri dengan
jangka waktu pelaksanaan program (Marshall dan Glasson, 2007). Dalam hal ini kajian yang
dilakukan akan mengikuti proses perencanaan ini. Proses perencanaan yang akan dilakukan
secara skematis dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Proses Perencanaan Yang Akan Dilaksanakan
IdentifikasiPermasalahan
1. Analisis Agregat
2. Analisis intra
wilayah
PenyusunanSkenario
1. Alternatif
Skenario
2. Pengambilan
skenario terbaik.
JangkaWaktuPelaksanaan
1. Jangka Pendek
2. Jangka
Menengah
3. Jangka Panjang
3
IV. ANALISIS AGREGAT DAN ANALISIS INTRA WILAYAH
IV.1 Analisis Agregat
Analisis agregat merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui gambaran umum
kontribusi perkembangan perekonomian suatu wilayah kepada wilayah lain yang lebih luas.
Dengan analisis agregat diketahui bagaimana tingkat, sumber dan distribusi pendapatan dan
tenaga kerja yang terdapat dalam suatu wilayah, data ini sangat penting untuk melihat gambaran
umum keadaan perekonomian suatu wilayah dan bagaimana setiap sektor perekonomian
menyumbangkan pendapatannya dalam pendapatan suatu wilayah.
Melalui data tingkat pendapatan yang dianalisis melalui analisis agregat, dapat diketahui
bagaimana komposisi sektor ekonomi berperan dalam perkembangan perekonomian wilayah
tersebut, sehingga dapat diketahui jumlah faktor – faktor produksi (investasi, tenaga kerja) yang
tersedia dan bagaimana kualitasnya.
Seluruh data-data tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, terutama antar sektor
ekonomi (backward forward linkage) yang dapat menunjukan pola perubahan aspek-aspek
ekonomi dan perbandingan aspek-aspek tesebut terhadap aspek yang terdapat di nasional dan
wilayah lain. Pola perubahan aspek-aspek ekonomi yang terjadi memliki sifat dan intensitas
aliran faktor-faktor produksi yang terjadi antarwilayah.
Peran pemerintah dalam perkembangan perekonomian yang dilihat melalui analisis
agregat sangat penting, terutama dalam menentukan kebijakan publik, dan administrasi yang
berpengaruh terhadap kinerja perekonomian wilayah. Oleh karena itu pola perubahan aliran
faktor produksi dan tingkat pendapatan sangat dipengaruhi kebijakan instusional yang berkaitan
dengan bagaimana potensi masalah dan peluang yang dapat dilihat dalam upaya pengembangan
kondisi perekonomian suatu wilayah di masa depan. Kebijakan pemerintah juga sangat
berpengaruh dalam melihat konsekuensi dari kebijakan ini dalam kaitan dengan wilayah lain.
IV.2 Analisis Agregat Kabupaten X
Untuk melakukan analisis agregat Kabupaten X, diperlukan informasi PDRB kabupaten X
dan PDRB wilayah di atasnya. Dalam hal ini kontribusi sektor pertanian dan pertambangan dalam
PDRB Kabupaten X diketahui sebesar 19% dan 69%. Sementara PDRB nasional adalah sebesar
13,52% dan 7,62%. Jika dimodelkan dalam diagram, maka perbandingan kontribusi sektor
pertanian dan pertambangan terhadap nasional dapat ditampilkan dalam Gambar 2 di bawah ini.
4
Dari perbandingan antara kontribusi sektor pertanian dan pertambangan Kabupaten X dan
Nasional, dapat diketahui bahwa kedua sektor memiliki kontribusi terhadap PDRB yang lebih
tinggi daripada kontribusi sektor serupa di tingkat nasional. Dengan demikian sektor pertanian
dan pertambangan di Kabupaten X merupakan salah satu lokus unggulan untuk sektor pertanian
dan pertambangan di tingkat nasional. Selain itu, jika dilihat dari perbandingan antara sektor
pertanian dan pertambangan, kabupaten X memiliki potensi dan output di bidang pertambangan
yang besar dan berkontribusi hampir ¾ dari total PDRB. Potensi pertambangan yang tinggi di
Kabupaten X disebabkan oleh adanya kawasan sumur minyak bumi yang saat ini dikelola PT. Y
yang merupakan perusahaan asing. Sementara untuk sektor pertanian disumbang oleh
keberadaan perkebunan kelapa sawit yang dikuasai transmigran.
Adapun untuk sektor lain jika dilihat dari perbandingan dengan data nasional (bersumber
dari publikasi BPS Tahun 2016 dapat dirangkum dalam tabel indikator sosial ekonomi sebagai
berikut.
Tabel 1. Tabel Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten X
Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten X Nasional
Kepadatan Penduduk 50 jiwa per km2 132 juta per km2
Komoditas Unggulan Kelapa Sawit, Kakao, Kopi,
Karet
Laju Pertumbuhan Ekonomi 6,5% 4,79%
Indeks Gini 0,43 0,397
Kontribusi Pertanian 19% 13,52%
Kontribusi pertambangan 69% 7,62%
Indeks Pembangunan Manusia 74 69,56
Masyarakat Miskin 9% 10,56%
0
20
40
60
80
Kabupaten X Nasional
Gambar 2. Perbandingan PDRB Kabupaten X
dan Nasional
Pertanian Pertambangan
5
Dari tabel indikator sosial ekonomi diatas, dapat disimpulkan beberapa karakteristik wilayah
Kabupaten X jika dibandingkan dengan kondisi nasional sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten X lebih tinggi daripada nasional.
2. Indeks pembangunan manusia Kabupaten X lebih tinggi daripada nasional.
3. Disparitas ekonomi di Kabupaten X lebih tinggi daripada nasional.
4. Kemiskinan di Kabupaten X cukup tinggi karena mendekati persentase kemiskinan
nasional.
5. Kepadatan penduduk termasuk dalam kategori jarang.
IV.3 Analisis Intra Wilayah
Analisis intrawilayah merupakan salah satu jenis analisis yang melihat secara lebih
mendalam apa yang ada di wilayah. Wilayah dilihat sebagai sebuah unit atau penjumlahan dari
elemen-elemen yang ada di dalamnya. Dalam analisis intarawilayah ini, hal yang disoroti adalah
bagaimana karakteristik dari tempat-tempat dalam suatu wilayah dan bagaimana interaksi yang
terjadi di dalamnya. Analisis dilakukan lebih dalam pada setiap komponen yang ada di dalamnya.
Jadi, analisis ini memandang suatu wilayah sebagai kumpulan dari wilayah-wilayah lain yantg
skalanya lebih sempit serta masing-masingnya memiliki aktivitas dan karakteristik sendiri-
sendiri. Analisis intrawilayah suatu kotamadya berarti menyoroti pokok analisis pada
kecamatan-kecamatan yang ada di dalamnya, analisis intrawilayah suatu provinsi berarti
menyoroti pokok analisis pada kabupaten-kabupaten yang ada di dalamnya, dan seterusnya.
Contoh hal yang dibahas dalam suatu analisis intrawilayah yaitu bagaimana karakteristik
ekonomi di subwilayah dan bagaimana perbandingan diantaranya, bagaimana tingkat
pendapatan pada masing-masing subwilayah dan bagaimana kontribusi masing-masingnya
terhadap wilayah, bagaimana tingkat konsentrasi dan spesialisasi sektor-sektor ekonomi pada
masing-masing subwilayah, dan lain-lain.
IV.4 Analisis Intra Wilayah Kabupaten X
Berdasarkan informasi dari profil wilayah pada Bab I, Kabupaten X memiliki sebuah
kampung nelayan dengan kawasan pantai yang indah. Kawasan pantai ini merupakan sebuah
potensi pariwisata yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Sementara di Ibukota Kabupaten X
terdapat Tempat Pelelangan Ikan terbesar di Indonesia, namun jaraknya dari pusat produksi
perikanan (dalam hal ini kampung nelayan) terpisah jarak 200 km dengan aksesbilitas yang
kurang baik. Dengan demikian potensi perikanan di Kabupaten X belum tergarap maksimal
karena lokasi pelelangan yang jauh dan aksesbilitasnya kurang.
6
V. POTENSI DAN PERMASALAHAN WILAYAH
Dari hasil yang diperoleh dari analisis agregat dan analisis intra wilayah, dapat disusun
matriks potensi dan permasalahan wilayah yang terjadi di Kabupaten X sebagai berikut:
Tabel 2. Potensi dan Permasalahan Wilayah Kabupaten X
Sektor Potensi Permasalahan
Pariwisata Wisata Pantai Aksesbilitas kurang
Perikanan Terdapat Kampung Nelayan dan
Pelelangan Ikan
Aksesbilitas kurang
Pertambangan Minyak Bumi Dikuasai asing
Pertanian Kelapa Sawit Dikuasai Transmigran
Sumberdaya Manusia Tingkat Pendidikan Baik Tingkat Kemiskinan Tinggi
Kepadatan penduduk jarang
Ekonomi Pertumbuhan ekonomi tinggi Disparitas pendapatan tinggi
VI. PENYUSUNAN SKENARIO PERENCANAAN WILAYAH
VI.1 Harapan dari Skenario Perencanaan
Menurut Pike et al (2006), Perencanaan Pengembangan Wilayah yang baik adalah
perencanaan yang mampu menghasilkan kebijakan yang memberdayakan faktor endogen yang
ada di dalam wilayah, namun pada saat yang bersamaan juga mampu menarik sumberdaya
eksogen untuk berkontribusi dalam memajukan wilayah. Pembangunan faktor endogen akan
berarti melibatkan seluruh sumberdaya yang ada di dalam wilayah untuk berkontribusi secara
maksimal dalam pengembangan dan pembangunan wilayah. Bentuk umum dari pembangunan
dan keterlibatan faktor endogen dalam pembangunan wilayah adalah berkurangnya disparitas
pendapatan, membaiknya tingkat pendidikan, munculnya inovasi dan spesialisasi dalam kegiatan
ekonomi. Meskipun demikian, pembangunan faktor endogen pada umumnya memerlukan waktu
yang relatif lama dan dukungan kebijakan yang kontinu.
Di sisi lain, penyusunan skenario perencanaan juga harus mampu memancing dan
menarik sumberdaya eksogen melalui investasi ekonomi untuk masuk ke dalam wilayah, sembari
mempertahankan dan mengembangan investasi yang sudah masuk dan berjalan. Pembangunan
faktor endogen bersifat mikro dan berdampak tidak meluas, oleh karena itu perlu dilengkapi
investasi eksogen yang mampu mendatangkan proyek pembangunan skala besar (infrastruktur
maupun industri) agar pertumbuhan ekonomi lebih cepat terakselerasi. Dalam hal ini skenario
perencanaan yang akan disusun diusahakan agar sebesar-besarnya mengakomodasi
7
pembangunan faktor endogen namun pada saat yang bersamaan tetap mempertahankan dan
meningkatkan kinerja dari adanya investasi eksogen yang sudah ada.
VI.1 Skenario Perencanaan
Dengan mempertimbangkan potensi dan permasalahan yang sudah teridentifikasi, dan
disertai urgensi untuk membangun faktor endogen wilayah sembari mempertahankan investasi
eksogen yang sudah terbangun,maka gambaran kegiatan dan program yang dapat dimunculkan
untuk mewujudkan pembangunan wilayah yang berkelanjutan adalah sebagaimana berikut di
bawah ini.
Tabel 3. Matriks Indikasi Program dan Kegiatan Pembangunan Wilayah
Sektor Program Kegiatan
Infrastruktur Perbaikan Akesbilitas kawasan pantai ke
Ibukota
 Perbaikan jalan sepanjang 200 km

Perikanan Penguatan PPN  Perbaikan bangunan PPN
 Peningkatan Sarana dan Prasarana PPN
Penguatan Perikanan Laut  Bantuan Alat-alat pengusahaan ikan
 Pembentukan Koperasi Nelayan
 Implementasi kredit usaha perikanan skala
kecil
 Pembangunan Dermaga dan Pelabuhan
Perikanan Tangkap
 Subsidi Nelayan
Sumberdaya Manusia Penguatan Perikanan  Peningkatan kapasitas dan pengetahuan
penangkapan ikan untuk nelayan
Penguatan Kapasitas endogen di bidang
Kelapa Sawit
 Pelatihan pengelolaan dan pengolahan kelapa
sawit
 Pembentukan Sekolah Tinggi Perkebunan

Penguatan Kapasitas endogen di bidang
Pertambangan
 Pelatihan pengelolaan dan pengolahan kelapa
sawit
 Pembentukan Sekolah Tinggi Pertambangan

Transportasi Peningkatan aksesbilitas  Pembukaaan trayek transportasi publik roda
empat Pantai – Ibukota Kabupaten
 Pengadaan Sarana Transportasi Publik untuk
mendukung transportasi Ibukota-Pantai PP
Pariwisata Pembangunan dan Penguatan Wisata
Pantai
 Pembangunan arena rekrekasi pantai
 Pembangunan sarana akomodasi wisata
pantai
 Pembukaan konsensi pengelolaan pantai
terpadu
 Implementasi event-event promosi wisata
pantai dan wisata bahari
8
Perkebunan Industrialisasi Perkebunan  Pembangunan industri agro dengan
komoditas utama kelapa sawit, kakao, kopi,
karet
Inisiasi pemberdayaan SDM Lokal dalam
Industri Kelapa Sawit
 Pemberdayaan tenaga lokal dalam
pengelolaan industri kelapa sawit

Kerjasama antar sektor Inisiasi pemberdayaan SDM Lokal dalam
Industri Minyak Bumi
 MOU penggunaan tenaga kerja lokal dalam
industri

Penguatan Profit Sharing dari
Industrialisasi Wilayah
 Ratifikasi sharing revenue antara pelaku
industri minyak bumi dan kelapa sawit
dengan pemerintah
Komunikasi dan
Informasi
Penguatan Komunikasi dan Informasi  Pembangunan Jaringan Internet fiber optic di
Kabupaten X
 Pembangunan Website untuk promosi
kegiatan yang mampu mengundang investasi
di Kabupaten X
VII. STRATEGI IMPLEMENTASI SKENARIO PERENCANAAN WILAYAH
Dari matriks indikasi program dan kegiatan yang sudah disusun, selanjutnya dilakukan
pemilahan urgensi program berdasarkan kepentingan pewujudannya dalam jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang. Pemilahan dan pembagian urgensi dilakukan guna
memastikan kegiatan dan program yang disusun dapat berjalan sesuai dengan rangkaian
kronologis dari strategi yang disusun dan mampu memecahkan permasalahan kewilayahan yang
ada. Adapun matriks hasil penyusunan strategi implementasi skenario pembangunan dapat
dilihat pada Tabel di bawah ini.
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
Kegiatan Output Keterangan Kegiatan Output Keterangan Kegiatan Output Keterangan
Perbaikan Jalan 50 km Perbaikan jalan
sepanjang 50 km,
dilaksanakan secara
multiyears
Pembangunan Jalan
sepanjang 200 km tidak
mampu dilaksanakan
dalam jangka pendek,
Perbaikan Jalan Perbaikan Jalan 200
km selesai.
Pembiayaan dari profit
sharing sektor migas
Sampai jangka
menengah , kegiatan
perbaikan jalan 200 km
sudah terselesaikan
Perawatan jalan
secara berkala
Jalan tetap dalam
kondisi bagus dan
terawatt
Kualitas jalan yang
bagus akan membawa
keuntungan
aksesbilitas yang
terjaga sehingga
aktivitas ekonomi tidak
terhambat.
Pembukaan trayek dan
pengadaan sarana
transportasi publik
Pantai – Ibukota PP
Munculnya
pelayanan angkutan
umum Pantai-
Ibukota PP
Transportasi publik yang
melayani pusat kegiatan
dan sektor potensi
harus diusahakan dari
awal guna menambah
pendapatan dan
memperkuat branding
pariwisata
Penambahan Sarana
Transportasi seiiring
meningkatnya kualitas
jalan
Sarana transportasi
lebih banyak dan
pelayanan lebih baik
Pada jangka menengah
transportasi publik
harus sudah melayani
sentra wisata dan pusat
kegiatan tanpa adanya
hambatan.
Peningkatan kapasitas
dan keterampilan
nelayan
Nelayan lebih trampil Penguatan keterampilan
nelayan mendesak
untuk diprioritaskan
karena akan
memperkuat
pendapatan daerah dan
daya saing
 Pembentukan
koperasi nelayan
 Bantuan alat-alat
penangkapan ikan
 Subsidi nelayan
 Peningkatan PPN
Produktivitas
perikanan laut semakin
meningkat. Fasilitas
penampungan dan
pelelangan semakin
membaik
Ketika nelayan terampil,
kemampuan
berproduksi harus
disubsidi terlebih
dahulu guna menjamin
produktivitas dan
ketahanan ekonomi
yang ajeg.
Peningkatan sarana
prasarana PPN
PPN yang
memenuhi
kapasitas produksi
wilayah
Pada jangka panjang,
Kabupaten X mampu
menjadi sentra
perikanan dengan
fasilitas dan sarana
prasarana yang
mendukung
Pelatihan pengelolaan
dan pengolahan tenaga
trampil kelapa sawit
Muncul SDM wilayah
yang trampil di
bidang industri
kelapa sawit
Penguatan faktor
endogen harus dimulai
sedini mungkin
 Inisiasi
pemberdayaan
tenaga trampil lokal
dalam pengelolaan
industri kelapa sawit
 Pembangunan
sekolah tinggi
perkebunan
 Inisiasi agroindustri
 Tenaga trampil
intra wilayah masuk
ke industri kelapa
sawit
 Pengelolaan kelapa
sawit mulai
terindustrialisasikan
Pada jangka menengah,
hasil penguatan
kapasitas harus mulai
terserap di pasar kerja
dan penguatan
kapasitas lebih lanjut
melalui pendidikan
tinggi muncul.
Pemberdayaan tenaga
trampil lokal dalam
industri kelapa sawit
secara kontinu
Tenaga trampil
lulusan pendidikan
tinggi terserap
pasar kerja intra
wilayah
Pada jangka panjang,
hasil penguatan
kapasitas pendidikan
tinggi harus mulai
terserap di pasar kerja.
Pembangunan Dermaga Dermaga terbangun Dermaga merupakan
fasilitas penting dalam
pengusahaan awal
penguatan perikanan
Pembangunan Pelabuhan Pelabuhan Terbangun Seiring dengan
peningkaan pendapatan
pemerintah dari sharing
revenue, pembangunan
pelabuhan dapat
dimungkinkan pada
jangka menengah
 Pelatihan
pengelolaan dan
pengolahan tenaga
trampil
pertambangan
 MOU dengan industri
tambang asing untuk
mulai memanfaatkan
potensi SDM lokal
 Ratifikasi Profit
Sharing Pemerintah
 Muncul SDM
wilayah yang
trampil di bidang
industri
pertambangan
 Dihasilkan MOU
penggunaan
tenaga lokal
 Kesepakatan profit
sharing yang lebih
adil
Penguatan faktor
endogen harus dimulai
sedini mungkin.
Kesepakatan profit
sharing yang lebih adil
harus disepakati dalam
jangka pendek guna
membiayai program
pembangunan jangka
menengah dan jangka
panjang
 Inisiasi
pemberdayaan
tenaga trampil lokal
dalam pengelolaan
industri
pertambangan
 Pembangunan
sekolah tinggi
pertambangan
 Tenaga trampil intra
wilayah masuk ke
industri
pertambangan
 Profit sharing
terkoreksi berjalan
Pada jangka menengah,
hasil penguatan
kapasitas harus mulai
terserap di pasar kerja
dan penguatan
kapasitas lebih lanjut
melalui pendidikan
tinggi muncul (Sesuai
hasil MOU).
Pemberdayaan tenaga
trampil lokal dalam
industri
pertambangan secara
kontinu
Tenaga trampil
lulusan pendidikan
tinggi terserap
pasar kerja intra
wilayah
Pada jangka panjang,
hasil penguatan
kapasitas pendidikan
tinggi harus mulai
terserap di pasar kerja.
1
dan Pengusaha
Minyak (mengingat
output dari sektor ini
sangat besar)
Pembangunan jaringan
telekomunikasi telepon
dan internet
Jaringan
telekomunikasi dan
internet terbangun di
kawasan strategis.
Pengembangan jaringan
komunikasi informasi
penting sebagai media
promosi potensi wilayah
Pembangunan website
dan media promosi
kegiatan/potensi wilayah
 Website terbangun.
 Media sosial dan
sarana promosi
berbasis IT
terbangun
Begitu prasarana
terbangun, penguatan
dan promosi potensi
daerah dapat mulai
dilaksanakan.
Promosi kegiatan
pelaporan, dan event
di wilayah melalui
website dan media
sosial
Seluruh kegiatan di
wilayah
terpublikasikan
dengan baik
-
Pembangunan sarana
rekreasi pantai dan
fasilitas pendukung
Munculnya kegiatan
wisata dan
datangnya
wisatawan
Pengembangan awal
wisata pantai dimulai
dari pemenuhan fasilitas
dasar yang tidak
berbiaya besar
Pembangunan sarana
akomodasi wisata pantai
(Hotel, restoran, fasilitas
hiburan)
Wisatawan semakin
meningkat, brand
kawasan mulai muncul,
aktivitas ekonomi
perdagangan dan jasa
tumbuh
Upaya pembangunan
kepariwisataan
dilanjutkan dengan
peningkatan fasilitas-
fasilitas yang
dibutuhkan seiring
meningkatnya
wisatawan
 Pembukaan
konsensi pariwisata
terpadu
 Pengadaan event-
event wisata untuk
semakin
meningkatkan
minat wisatawan
baik dalam negeri
maupun manca
negara
Jumlah wisatawan
terus bertambah
dan brand kawasan
sebagai kawasan
wisata terkenal di
tingkat nasional
maupun
internasional
VIII. PENUTUP DAN KESIMPULAN
Matriks strategi implementasi kegiatan pengembangan wilayah yang disusun
dikembangkan berdasarkan pemahaman atas permasalahan dan potensi yang ada di Kabupaten
X. Dalam hal ini semangat yang dimunculkan adalah kebijakan pembangunan wilayah yang
mampu memperkuat dan memberdayakan sumberdaya endogen dari wilayah, namun tetap
bersahabat dengan investasi dari luar wilayah. Penguatan faktor endogen dirasa strategis
mengingat wilayah Kabupaten X mengalami disparitas pendapatan dan kemiskinan yang tinggi,
namun hasil dan potensi sumber daya alamnya besar. Di sisi lain, tingkat pendidikan melalui IPM-
nya relatif tinggi, sehingga faktor endogennya sangat potensial untuk dikembangkan guna
mewujudkan pengelolaan wilayah yang memiliki lokalitas yang baik. Faktor endogen merupakan
faktor spesifik wilayah yang tidak mudah ditransfer ke wilayah lain, dengan adanya penguatan
faktor ini, maka akan terbentuk human capital di dalam wilayah yang akan mampu mewujudkan
daya saing wilayah melalui serangkaian inovasi dan knowledge spillover tanpa harus melakukan
migrasi ke wilayah lain. Ini berbeda dengan investasi eksogen yang sewaktu-waktu dapat ditarik
kembali oleh investor apabila iklim usaha dan iklim investasi tidak bersahabat.
1
DAFTAR PUSTAKA
Bendavild-Val, A. 1991. Regional and Local Economic Analysis for Practitioner. New York: Praeger.
Glasson, J. & Marshall, T. 2007. Regional Planning. New York: Routledge.
Pike, A. A., Rodriguez, P., & Tomaney, J. 2006. Local and Regional Development. New York: Praeger.

More Related Content

What's hot

Kajian pemekaran daerah
Kajian pemekaran daerahKajian pemekaran daerah
Kajian pemekaran daerahHerry Prananto
 
Perkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran DaerahPerkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran Daerahbarita
 
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakatDampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakatOperator Warnet Vast Raha
 
Men seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanMen seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanSari Faizah
 
Implementasi kebijakan fiskal moneter kemacetan lalu lintas perkotaan
Implementasi kebijakan fiskal moneter kemacetan lalu lintas perkotaanImplementasi kebijakan fiskal moneter kemacetan lalu lintas perkotaan
Implementasi kebijakan fiskal moneter kemacetan lalu lintas perkotaanpujiatisrirejeki
 
Materi 9 good governance dan otonomi daerah
Materi 9 good governance dan otonomi daerahMateri 9 good governance dan otonomi daerah
Materi 9 good governance dan otonomi daerahfirdaanggraeni2
 
Evaluasi Kebijakan Green Infrastructure Sanitasi Lingkungan Dan Implementasin...
Evaluasi Kebijakan Green Infrastructure Sanitasi Lingkungan Dan Implementasin...Evaluasi Kebijakan Green Infrastructure Sanitasi Lingkungan Dan Implementasin...
Evaluasi Kebijakan Green Infrastructure Sanitasi Lingkungan Dan Implementasin...suningterusberkarya
 
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...Arthur Semseviera Rontini
 
Pembentukan Daerah Otonomi Baru dan Kinerja Keuangan Daerah
Pembentukan Daerah Otonomi Baru  dan Kinerja Keuangan DaerahPembentukan Daerah Otonomi Baru  dan Kinerja Keuangan Daerah
Pembentukan Daerah Otonomi Baru dan Kinerja Keuangan DaerahDadang Solihin
 
Pengembangan Agribisnis sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten ...
Pengembangan Agribisnis sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten ...Pengembangan Agribisnis sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten ...
Pengembangan Agribisnis sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten ...Ar Tinambunan
 
Problems of Toll Road in Indonesia and How to tackle them
Problems of Toll Road in Indonesia and How to tackle themProblems of Toll Road in Indonesia and How to tackle them
Problems of Toll Road in Indonesia and How to tackle thembramantiyo marjuki
 
Akuntansi sektor publik
Akuntansi sektor publikAkuntansi sektor publik
Akuntansi sektor publikAndi Lala
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan TimurKamen Ride
 

What's hot (20)

perencaan
perencaanperencaan
perencaan
 
Kajian pemekaran daerah
Kajian pemekaran daerahKajian pemekaran daerah
Kajian pemekaran daerah
 
Perkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran DaerahPerkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran Daerah
 
Tubes Pengek Smt 2
Tubes Pengek Smt 2Tubes Pengek Smt 2
Tubes Pengek Smt 2
 
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakatDampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
 
Men seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanMen seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaan
 
Masukan untuk Bahan Penyusunan Debat Capres-Cawapres Pemilu 2019
Masukan untuk Bahan Penyusunan Debat Capres-Cawapres Pemilu 2019Masukan untuk Bahan Penyusunan Debat Capres-Cawapres Pemilu 2019
Masukan untuk Bahan Penyusunan Debat Capres-Cawapres Pemilu 2019
 
Makalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaranMakalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaran
 
Implementasi kebijakan fiskal moneter kemacetan lalu lintas perkotaan
Implementasi kebijakan fiskal moneter kemacetan lalu lintas perkotaanImplementasi kebijakan fiskal moneter kemacetan lalu lintas perkotaan
Implementasi kebijakan fiskal moneter kemacetan lalu lintas perkotaan
 
Pemekaran wilayah menimbulkan masalah baru
Pemekaran wilayah  menimbulkan masalah baruPemekaran wilayah  menimbulkan masalah baru
Pemekaran wilayah menimbulkan masalah baru
 
Materi 9 good governance dan otonomi daerah
Materi 9 good governance dan otonomi daerahMateri 9 good governance dan otonomi daerah
Materi 9 good governance dan otonomi daerah
 
Evaluasi Kebijakan Green Infrastructure Sanitasi Lingkungan Dan Implementasin...
Evaluasi Kebijakan Green Infrastructure Sanitasi Lingkungan Dan Implementasin...Evaluasi Kebijakan Green Infrastructure Sanitasi Lingkungan Dan Implementasin...
Evaluasi Kebijakan Green Infrastructure Sanitasi Lingkungan Dan Implementasin...
 
Makalah pemekaran
Makalah pemekaranMakalah pemekaran
Makalah pemekaran
 
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
 
Pembentukan Daerah Otonomi Baru dan Kinerja Keuangan Daerah
Pembentukan Daerah Otonomi Baru  dan Kinerja Keuangan DaerahPembentukan Daerah Otonomi Baru  dan Kinerja Keuangan Daerah
Pembentukan Daerah Otonomi Baru dan Kinerja Keuangan Daerah
 
Pengembangan Agribisnis sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten ...
Pengembangan Agribisnis sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten ...Pengembangan Agribisnis sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten ...
Pengembangan Agribisnis sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten ...
 
Problems of Toll Road in Indonesia and How to tackle them
Problems of Toll Road in Indonesia and How to tackle themProblems of Toll Road in Indonesia and How to tackle them
Problems of Toll Road in Indonesia and How to tackle them
 
Urgensi pengendalian produksi batubara baru
Urgensi pengendalian produksi batubara baruUrgensi pengendalian produksi batubara baru
Urgensi pengendalian produksi batubara baru
 
Akuntansi sektor publik
Akuntansi sektor publikAkuntansi sektor publik
Akuntansi sektor publik
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
 

Viewers also liked

Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016bramantiyo marjuki
 
Sedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problems
Sedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problemsSedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problems
Sedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problemsbramantiyo marjuki
 
Perencanaan Hub Logistik Sederhana Berbasis Tabulasi Silang dan GIS
Perencanaan Hub Logistik Sederhana Berbasis Tabulasi Silang dan GISPerencanaan Hub Logistik Sederhana Berbasis Tabulasi Silang dan GIS
Perencanaan Hub Logistik Sederhana Berbasis Tabulasi Silang dan GISbramantiyo marjuki
 
Tutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI Software
Tutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI SoftwareTutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI Software
Tutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI Softwarebramantiyo marjuki
 
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISbramantiyo marjuki
 
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPSSurvei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPSbramantiyo marjuki
 
Acara 2 pengenalan peta geologi dan peta geomorfologi
Acara 2   pengenalan peta geologi dan peta geomorfologiAcara 2   pengenalan peta geologi dan peta geomorfologi
Acara 2 pengenalan peta geologi dan peta geomorfologiaryadipayana
 
Mengapa Gameloft Memilih Yogyakarta?
Mengapa Gameloft Memilih Yogyakarta?Mengapa Gameloft Memilih Yogyakarta?
Mengapa Gameloft Memilih Yogyakarta?bramantiyo marjuki
 
Georisk buku pedoman analisis risiko (penanggulangan bencana)
Georisk buku pedoman analisis risiko (penanggulangan bencana)Georisk buku pedoman analisis risiko (penanggulangan bencana)
Georisk buku pedoman analisis risiko (penanggulangan bencana)Achmad Wahid
 
Praktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + softwarePraktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + softwareJihad Brahmantyo
 
Disaster Risk Mapping Project, 2013, Kolaka , Sulawesi Tenggara, Indonesia
Disaster Risk Mapping Project, 2013, Kolaka , Sulawesi Tenggara, IndonesiaDisaster Risk Mapping Project, 2013, Kolaka , Sulawesi Tenggara, Indonesia
Disaster Risk Mapping Project, 2013, Kolaka , Sulawesi Tenggara, Indonesiabramantiyo marjuki
 
Metode Pemetaan Risiko Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta 2008
Metode Pemetaan Risiko Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta 2008Metode Pemetaan Risiko Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta 2008
Metode Pemetaan Risiko Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta 2008bramantiyo marjuki
 
Report Landuse Mapping Kutai Barat, 2011, WWF Indonesia
Report Landuse Mapping Kutai Barat, 2011, WWF IndonesiaReport Landuse Mapping Kutai Barat, 2011, WWF Indonesia
Report Landuse Mapping Kutai Barat, 2011, WWF Indonesiabramantiyo marjuki
 
Skala, resolusi, akurasi horisontal, akurasi vertikal
Skala, resolusi, akurasi horisontal, akurasi vertikalSkala, resolusi, akurasi horisontal, akurasi vertikal
Skala, resolusi, akurasi horisontal, akurasi vertikalbramantiyo marjuki
 
Tutorial ASTER Imagery DEM Extraction Using ENVI Software
Tutorial ASTER Imagery DEM Extraction Using ENVI SoftwareTutorial ASTER Imagery DEM Extraction Using ENVI Software
Tutorial ASTER Imagery DEM Extraction Using ENVI Softwarebramantiyo marjuki
 
Makalah agama tentang akidah dan awal mula permusuhan manusia dengan iblis
Makalah agama tentang akidah dan awal mula permusuhan manusia dengan iblisMakalah agama tentang akidah dan awal mula permusuhan manusia dengan iblis
Makalah agama tentang akidah dan awal mula permusuhan manusia dengan iblisNurhayun Rismawati
 
Pengenalan alat total station (digital theodolite)
Pengenalan alat total station (digital theodolite) Pengenalan alat total station (digital theodolite)
Pengenalan alat total station (digital theodolite) bramantiyo marjuki
 

Viewers also liked (20)

Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
 
Sedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problems
Sedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problemsSedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problems
Sedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problems
 
Perencanaan Hub Logistik Sederhana Berbasis Tabulasi Silang dan GIS
Perencanaan Hub Logistik Sederhana Berbasis Tabulasi Silang dan GISPerencanaan Hub Logistik Sederhana Berbasis Tabulasi Silang dan GIS
Perencanaan Hub Logistik Sederhana Berbasis Tabulasi Silang dan GIS
 
Tutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI Software
Tutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI SoftwareTutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI Software
Tutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI Software
 
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
 
Pemetaan digital
Pemetaan digital Pemetaan digital
Pemetaan digital
 
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPSSurvei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
 
Acara 2 pengenalan peta geologi dan peta geomorfologi
Acara 2   pengenalan peta geologi dan peta geomorfologiAcara 2   pengenalan peta geologi dan peta geomorfologi
Acara 2 pengenalan peta geologi dan peta geomorfologi
 
Mengapa Gameloft Memilih Yogyakarta?
Mengapa Gameloft Memilih Yogyakarta?Mengapa Gameloft Memilih Yogyakarta?
Mengapa Gameloft Memilih Yogyakarta?
 
Georisk buku pedoman analisis risiko (penanggulangan bencana)
Georisk buku pedoman analisis risiko (penanggulangan bencana)Georisk buku pedoman analisis risiko (penanggulangan bencana)
Georisk buku pedoman analisis risiko (penanggulangan bencana)
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Praktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + softwarePraktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + software
 
Disaster Risk Mapping Project, 2013, Kolaka , Sulawesi Tenggara, Indonesia
Disaster Risk Mapping Project, 2013, Kolaka , Sulawesi Tenggara, IndonesiaDisaster Risk Mapping Project, 2013, Kolaka , Sulawesi Tenggara, Indonesia
Disaster Risk Mapping Project, 2013, Kolaka , Sulawesi Tenggara, Indonesia
 
Metode Pemetaan Risiko Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta 2008
Metode Pemetaan Risiko Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta 2008Metode Pemetaan Risiko Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta 2008
Metode Pemetaan Risiko Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta 2008
 
Report Landuse Mapping Kutai Barat, 2011, WWF Indonesia
Report Landuse Mapping Kutai Barat, 2011, WWF IndonesiaReport Landuse Mapping Kutai Barat, 2011, WWF Indonesia
Report Landuse Mapping Kutai Barat, 2011, WWF Indonesia
 
Skala, resolusi, akurasi horisontal, akurasi vertikal
Skala, resolusi, akurasi horisontal, akurasi vertikalSkala, resolusi, akurasi horisontal, akurasi vertikal
Skala, resolusi, akurasi horisontal, akurasi vertikal
 
Tutorial ASTER Imagery DEM Extraction Using ENVI Software
Tutorial ASTER Imagery DEM Extraction Using ENVI SoftwareTutorial ASTER Imagery DEM Extraction Using ENVI Software
Tutorial ASTER Imagery DEM Extraction Using ENVI Software
 
Makalah agama tentang akidah dan awal mula permusuhan manusia dengan iblis
Makalah agama tentang akidah dan awal mula permusuhan manusia dengan iblisMakalah agama tentang akidah dan awal mula permusuhan manusia dengan iblis
Makalah agama tentang akidah dan awal mula permusuhan manusia dengan iblis
 
Modul gps Garmin oregon 550
Modul gps Garmin oregon 550Modul gps Garmin oregon 550
Modul gps Garmin oregon 550
 
Pengenalan alat total station (digital theodolite)
Pengenalan alat total station (digital theodolite) Pengenalan alat total station (digital theodolite)
Pengenalan alat total station (digital theodolite)
 

Similar to POTENSI KABUPATEN X

Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitan
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitanJurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitan
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitansuningterusberkarya
 
Model analisis simultan, nanik istianingsih
Model analisis simultan, nanik istianingsihModel analisis simultan, nanik istianingsih
Model analisis simultan, nanik istianingsihNanikIstianingsih
 
Analisis Aspek Ekonomi.docx
Analisis Aspek Ekonomi.docxAnalisis Aspek Ekonomi.docx
Analisis Aspek Ekonomi.docxhustinahalimah
 
01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau
01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau
01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riauVellha Nurazizah
 
(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerahElisabeth Marina
 
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosirPwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosirSariRamadani2
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahLutfiyah Siti
 
Makalah pembangunan ekonomi daerah
Makalah pembangunan ekonomi daerahMakalah pembangunan ekonomi daerah
Makalah pembangunan ekonomi daerahRendiTrida
 
7 pembangunan ekonomi daerah.
7 pembangunan ekonomi daerah.7 pembangunan ekonomi daerah.
7 pembangunan ekonomi daerah.muhammad muhaimin
 
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...Fitri Indra Wardhono
 
KEL 3_TEORI PERTUMBUHAN DAERAH.pptx
KEL 3_TEORI PERTUMBUHAN DAERAH.pptxKEL 3_TEORI PERTUMBUHAN DAERAH.pptx
KEL 3_TEORI PERTUMBUHAN DAERAH.pptxEdwinnNababan
 
Konsep wilayah dan pertumbuhan
Konsep wilayah dan pertumbuhanKonsep wilayah dan pertumbuhan
Konsep wilayah dan pertumbuhanTuti Rina Lestari
 

Similar to POTENSI KABUPATEN X (20)

Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitan
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitanJurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitan
Jurnal wahana pengembangan ekonomi kawasan pesisir sedati berbasis minapolitan
 
Model analisis simultan, nanik istianingsih
Model analisis simultan, nanik istianingsihModel analisis simultan, nanik istianingsih
Model analisis simultan, nanik istianingsih
 
Analisis Aspek Ekonomi.docx
Analisis Aspek Ekonomi.docxAnalisis Aspek Ekonomi.docx
Analisis Aspek Ekonomi.docx
 
01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau
01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau
01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau
 
(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah
 
Saila rahmah
Saila rahmah Saila rahmah
Saila rahmah
 
Bab I proptek
Bab I proptekBab I proptek
Bab I proptek
 
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosirPwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
54 98-1-sm
54 98-1-sm54 98-1-sm
54 98-1-sm
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerah
 
Makalah pembangunan ekonomi daerah
Makalah pembangunan ekonomi daerahMakalah pembangunan ekonomi daerah
Makalah pembangunan ekonomi daerah
 
Pembangunan regional mteri pak iman
Pembangunan regional mteri pak imanPembangunan regional mteri pak iman
Pembangunan regional mteri pak iman
 
7 pembangunan ekonomi daerah.
7 pembangunan ekonomi daerah.7 pembangunan ekonomi daerah.
7 pembangunan ekonomi daerah.
 
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
 
Konsep Agropolitan
Konsep AgropolitanKonsep Agropolitan
Konsep Agropolitan
 
KEL 3_TEORI PERTUMBUHAN DAERAH.pptx
KEL 3_TEORI PERTUMBUHAN DAERAH.pptxKEL 3_TEORI PERTUMBUHAN DAERAH.pptx
KEL 3_TEORI PERTUMBUHAN DAERAH.pptx
 
30769259 pembangunan-daerah
30769259 pembangunan-daerah30769259 pembangunan-daerah
30769259 pembangunan-daerah
 
30769259 pembangunan-daerah
30769259 pembangunan-daerah30769259 pembangunan-daerah
30769259 pembangunan-daerah
 
Konsep wilayah dan pertumbuhan
Konsep wilayah dan pertumbuhanKonsep wilayah dan pertumbuhan
Konsep wilayah dan pertumbuhan
 

More from bramantiyo marjuki

Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrintPemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrintbramantiyo marjuki
 
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processingHow to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processingbramantiyo marjuki
 
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography PracticesCrowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography Practicesbramantiyo marjuki
 
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...bramantiyo marjuki
 
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID bramantiyo marjuki
 
Mapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR ImageryMapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR Imagerybramantiyo marjuki
 
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?bramantiyo marjuki
 
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017bramantiyo marjuki
 
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan UtaraFGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utarabramantiyo marjuki
 
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALILaporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALIbramantiyo marjuki
 
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...bramantiyo marjuki
 
Stakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization PracticesStakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization Practicesbramantiyo marjuki
 
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus DistrictJenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus Districtbramantiyo marjuki
 
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in IndonesiaPlanning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesiabramantiyo marjuki
 
Planning theory in Waster Management
Planning theory in Waster ManagementPlanning theory in Waster Management
Planning theory in Waster Managementbramantiyo marjuki
 
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...bramantiyo marjuki
 
A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, bramantiyo marjuki
 
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...bramantiyo marjuki
 
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 TahunPerkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahunbramantiyo marjuki
 
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline  urban regenerationCritical review insights debate about urban decline  urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline urban regenerationbramantiyo marjuki
 

More from bramantiyo marjuki (20)

Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrintPemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
 
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processingHow to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
 
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography PracticesCrowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
 
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
 
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
 
Mapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR ImageryMapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR Imagery
 
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
 
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
 
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan UtaraFGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
 
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALILaporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
 
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
 
Stakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization PracticesStakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization Practices
 
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus DistrictJenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
 
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in IndonesiaPlanning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
 
Planning theory in Waster Management
Planning theory in Waster ManagementPlanning theory in Waster Management
Planning theory in Waster Management
 
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
 
A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata,
 
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
 
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 TahunPerkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
 
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline  urban regenerationCritical review insights debate about urban decline  urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
 

Recently uploaded

Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumfebrie2
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxFisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxPutriAriatna
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 

Recently uploaded (12)

Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxFisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 

POTENSI KABUPATEN X

  • 1. TAKE HOME TEST MATA KULIAH PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH (PPW602) Dosen Pengampu Dr.-Ing. Wiwandari Handayani, ST. MT. MPS. PERENCANAAN STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN WILAYAH X Disusun oleh: BRAMANTIYO MARJUKI 21040116410036 MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2016
  • 2. 1 I. PERMASALAHAN DAN TUJUAN KAJIAN Kabupaten X merupakan sebuah kabupaten dengan potensi kewilayahan yang besar namun belum tertangani secara optimal. Potensi yang ada antara lain sebagai berikut: 1. Terdapat kampung nelayan dengan kawasan pantai yang indah berjarak kurang lebih 200 km dari ibukota kabupaten dengan aksesbilitas kurang baik. 2. Terdapat sumur eksplorasi minyak bumi oleh PT. Y yang merupakan perusahaan asing. 3. Terdapat kawasan perkebunan yang didominasi kelapa sawit yang banyak dikuasai oleh transmigran (pendatang) 4. Di ibukota kabupaten terdapat pelelangan ikan (PPN) terbesar di Indonesia. Selain potensi di atas, Kabupaten X memiliki karakteristik wilayah sebagai berikut: 1. Kepadatan Penduduk 50 jiwa/km2. 2. Komoditas unggulannya adalah Kelapa Sawit, Kakao, Kopi dan Karet. 3. LPE sebesar 6,5% 4. Indeks Gini sebesar 0,43 5. Kontribusi sektor pertanian dalam PDRB sebesar 19% 6. Kontribusi sektor pertambangan dalam PDRB sebesar 69% 7. IPM sebesar 74 8. Masyarakat miskin sebesar 9% Adapun tujuan kajian yang ingin dilaksanakan meliputi: 1. Mengidentifikasi Potensi dan Permasalahan Wilayah melalui analisis agregat dan intra-wilayah. 2. Merumuskan alternatif strategi dan program pembangunan untuk perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang di Kabupaten X. II. PENDEKATAN PERENCANAAN Kajian perencanaan wilayah pada saat ini jika dilihat dari proses perencanaan yang dilakukan masih berkutat pada salah satunya adalah pendekatan perencanaan yang akan digunakan. Dalam hal ini terdapat dua arus pendekatan perencanaan, yaitu elite planning atau perencanaan top down. Perencanaan ini dilaksanakan oleh aktor – aktor tertentu yang mempunyai kapasitas teknis dan politis untuk melaksanakan perencanaan. Sedangkan yang
  • 3. 2 kedua adalah participatory planning atau bottom up planning. Pendekatan ini membuka seluruh stakeholder yang ada di dalam wilayah untuk terlibat dalam penyusunan perencanaan sehingga keluaran yang dihasilkan lebih komprehensif, obyektif, detil dan tepat sasaran (Marshall dan Glasson, 2007). Melihat bahwa permasalahan dan kebijakan yang akan diambil bersifat komprehensif dan terimplementasi ke seluruh bagian wilayah, maka pendekatan yang dipilih adalah pendekatan Elite Planning, dimana hanya aktor-aktor yang mempunyai kapasitas teknis dan politis yang melakukan dan memutuskan perencanaan yang akan dilakukan. III. PROSES PERENCANAAN Proses perencanaan wilayah, sebagaimana proses perencanaan lainnya dimulai dari beberapa tahapan. Tahapan yang pertama adalah identifikasi permasalahan, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan alternatif skenario, pemilihan skenario dan diakhiri dengan jangka waktu pelaksanaan program (Marshall dan Glasson, 2007). Dalam hal ini kajian yang dilakukan akan mengikuti proses perencanaan ini. Proses perencanaan yang akan dilakukan secara skematis dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Proses Perencanaan Yang Akan Dilaksanakan IdentifikasiPermasalahan 1. Analisis Agregat 2. Analisis intra wilayah PenyusunanSkenario 1. Alternatif Skenario 2. Pengambilan skenario terbaik. JangkaWaktuPelaksanaan 1. Jangka Pendek 2. Jangka Menengah 3. Jangka Panjang
  • 4. 3 IV. ANALISIS AGREGAT DAN ANALISIS INTRA WILAYAH IV.1 Analisis Agregat Analisis agregat merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui gambaran umum kontribusi perkembangan perekonomian suatu wilayah kepada wilayah lain yang lebih luas. Dengan analisis agregat diketahui bagaimana tingkat, sumber dan distribusi pendapatan dan tenaga kerja yang terdapat dalam suatu wilayah, data ini sangat penting untuk melihat gambaran umum keadaan perekonomian suatu wilayah dan bagaimana setiap sektor perekonomian menyumbangkan pendapatannya dalam pendapatan suatu wilayah. Melalui data tingkat pendapatan yang dianalisis melalui analisis agregat, dapat diketahui bagaimana komposisi sektor ekonomi berperan dalam perkembangan perekonomian wilayah tersebut, sehingga dapat diketahui jumlah faktor – faktor produksi (investasi, tenaga kerja) yang tersedia dan bagaimana kualitasnya. Seluruh data-data tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, terutama antar sektor ekonomi (backward forward linkage) yang dapat menunjukan pola perubahan aspek-aspek ekonomi dan perbandingan aspek-aspek tesebut terhadap aspek yang terdapat di nasional dan wilayah lain. Pola perubahan aspek-aspek ekonomi yang terjadi memliki sifat dan intensitas aliran faktor-faktor produksi yang terjadi antarwilayah. Peran pemerintah dalam perkembangan perekonomian yang dilihat melalui analisis agregat sangat penting, terutama dalam menentukan kebijakan publik, dan administrasi yang berpengaruh terhadap kinerja perekonomian wilayah. Oleh karena itu pola perubahan aliran faktor produksi dan tingkat pendapatan sangat dipengaruhi kebijakan instusional yang berkaitan dengan bagaimana potensi masalah dan peluang yang dapat dilihat dalam upaya pengembangan kondisi perekonomian suatu wilayah di masa depan. Kebijakan pemerintah juga sangat berpengaruh dalam melihat konsekuensi dari kebijakan ini dalam kaitan dengan wilayah lain. IV.2 Analisis Agregat Kabupaten X Untuk melakukan analisis agregat Kabupaten X, diperlukan informasi PDRB kabupaten X dan PDRB wilayah di atasnya. Dalam hal ini kontribusi sektor pertanian dan pertambangan dalam PDRB Kabupaten X diketahui sebesar 19% dan 69%. Sementara PDRB nasional adalah sebesar 13,52% dan 7,62%. Jika dimodelkan dalam diagram, maka perbandingan kontribusi sektor pertanian dan pertambangan terhadap nasional dapat ditampilkan dalam Gambar 2 di bawah ini.
  • 5. 4 Dari perbandingan antara kontribusi sektor pertanian dan pertambangan Kabupaten X dan Nasional, dapat diketahui bahwa kedua sektor memiliki kontribusi terhadap PDRB yang lebih tinggi daripada kontribusi sektor serupa di tingkat nasional. Dengan demikian sektor pertanian dan pertambangan di Kabupaten X merupakan salah satu lokus unggulan untuk sektor pertanian dan pertambangan di tingkat nasional. Selain itu, jika dilihat dari perbandingan antara sektor pertanian dan pertambangan, kabupaten X memiliki potensi dan output di bidang pertambangan yang besar dan berkontribusi hampir ¾ dari total PDRB. Potensi pertambangan yang tinggi di Kabupaten X disebabkan oleh adanya kawasan sumur minyak bumi yang saat ini dikelola PT. Y yang merupakan perusahaan asing. Sementara untuk sektor pertanian disumbang oleh keberadaan perkebunan kelapa sawit yang dikuasai transmigran. Adapun untuk sektor lain jika dilihat dari perbandingan dengan data nasional (bersumber dari publikasi BPS Tahun 2016 dapat dirangkum dalam tabel indikator sosial ekonomi sebagai berikut. Tabel 1. Tabel Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten X Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten X Nasional Kepadatan Penduduk 50 jiwa per km2 132 juta per km2 Komoditas Unggulan Kelapa Sawit, Kakao, Kopi, Karet Laju Pertumbuhan Ekonomi 6,5% 4,79% Indeks Gini 0,43 0,397 Kontribusi Pertanian 19% 13,52% Kontribusi pertambangan 69% 7,62% Indeks Pembangunan Manusia 74 69,56 Masyarakat Miskin 9% 10,56% 0 20 40 60 80 Kabupaten X Nasional Gambar 2. Perbandingan PDRB Kabupaten X dan Nasional Pertanian Pertambangan
  • 6. 5 Dari tabel indikator sosial ekonomi diatas, dapat disimpulkan beberapa karakteristik wilayah Kabupaten X jika dibandingkan dengan kondisi nasional sebagai berikut: 1. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten X lebih tinggi daripada nasional. 2. Indeks pembangunan manusia Kabupaten X lebih tinggi daripada nasional. 3. Disparitas ekonomi di Kabupaten X lebih tinggi daripada nasional. 4. Kemiskinan di Kabupaten X cukup tinggi karena mendekati persentase kemiskinan nasional. 5. Kepadatan penduduk termasuk dalam kategori jarang. IV.3 Analisis Intra Wilayah Analisis intrawilayah merupakan salah satu jenis analisis yang melihat secara lebih mendalam apa yang ada di wilayah. Wilayah dilihat sebagai sebuah unit atau penjumlahan dari elemen-elemen yang ada di dalamnya. Dalam analisis intarawilayah ini, hal yang disoroti adalah bagaimana karakteristik dari tempat-tempat dalam suatu wilayah dan bagaimana interaksi yang terjadi di dalamnya. Analisis dilakukan lebih dalam pada setiap komponen yang ada di dalamnya. Jadi, analisis ini memandang suatu wilayah sebagai kumpulan dari wilayah-wilayah lain yantg skalanya lebih sempit serta masing-masingnya memiliki aktivitas dan karakteristik sendiri- sendiri. Analisis intrawilayah suatu kotamadya berarti menyoroti pokok analisis pada kecamatan-kecamatan yang ada di dalamnya, analisis intrawilayah suatu provinsi berarti menyoroti pokok analisis pada kabupaten-kabupaten yang ada di dalamnya, dan seterusnya. Contoh hal yang dibahas dalam suatu analisis intrawilayah yaitu bagaimana karakteristik ekonomi di subwilayah dan bagaimana perbandingan diantaranya, bagaimana tingkat pendapatan pada masing-masing subwilayah dan bagaimana kontribusi masing-masingnya terhadap wilayah, bagaimana tingkat konsentrasi dan spesialisasi sektor-sektor ekonomi pada masing-masing subwilayah, dan lain-lain. IV.4 Analisis Intra Wilayah Kabupaten X Berdasarkan informasi dari profil wilayah pada Bab I, Kabupaten X memiliki sebuah kampung nelayan dengan kawasan pantai yang indah. Kawasan pantai ini merupakan sebuah potensi pariwisata yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Sementara di Ibukota Kabupaten X terdapat Tempat Pelelangan Ikan terbesar di Indonesia, namun jaraknya dari pusat produksi perikanan (dalam hal ini kampung nelayan) terpisah jarak 200 km dengan aksesbilitas yang kurang baik. Dengan demikian potensi perikanan di Kabupaten X belum tergarap maksimal karena lokasi pelelangan yang jauh dan aksesbilitasnya kurang.
  • 7. 6 V. POTENSI DAN PERMASALAHAN WILAYAH Dari hasil yang diperoleh dari analisis agregat dan analisis intra wilayah, dapat disusun matriks potensi dan permasalahan wilayah yang terjadi di Kabupaten X sebagai berikut: Tabel 2. Potensi dan Permasalahan Wilayah Kabupaten X Sektor Potensi Permasalahan Pariwisata Wisata Pantai Aksesbilitas kurang Perikanan Terdapat Kampung Nelayan dan Pelelangan Ikan Aksesbilitas kurang Pertambangan Minyak Bumi Dikuasai asing Pertanian Kelapa Sawit Dikuasai Transmigran Sumberdaya Manusia Tingkat Pendidikan Baik Tingkat Kemiskinan Tinggi Kepadatan penduduk jarang Ekonomi Pertumbuhan ekonomi tinggi Disparitas pendapatan tinggi VI. PENYUSUNAN SKENARIO PERENCANAAN WILAYAH VI.1 Harapan dari Skenario Perencanaan Menurut Pike et al (2006), Perencanaan Pengembangan Wilayah yang baik adalah perencanaan yang mampu menghasilkan kebijakan yang memberdayakan faktor endogen yang ada di dalam wilayah, namun pada saat yang bersamaan juga mampu menarik sumberdaya eksogen untuk berkontribusi dalam memajukan wilayah. Pembangunan faktor endogen akan berarti melibatkan seluruh sumberdaya yang ada di dalam wilayah untuk berkontribusi secara maksimal dalam pengembangan dan pembangunan wilayah. Bentuk umum dari pembangunan dan keterlibatan faktor endogen dalam pembangunan wilayah adalah berkurangnya disparitas pendapatan, membaiknya tingkat pendidikan, munculnya inovasi dan spesialisasi dalam kegiatan ekonomi. Meskipun demikian, pembangunan faktor endogen pada umumnya memerlukan waktu yang relatif lama dan dukungan kebijakan yang kontinu. Di sisi lain, penyusunan skenario perencanaan juga harus mampu memancing dan menarik sumberdaya eksogen melalui investasi ekonomi untuk masuk ke dalam wilayah, sembari mempertahankan dan mengembangan investasi yang sudah masuk dan berjalan. Pembangunan faktor endogen bersifat mikro dan berdampak tidak meluas, oleh karena itu perlu dilengkapi investasi eksogen yang mampu mendatangkan proyek pembangunan skala besar (infrastruktur maupun industri) agar pertumbuhan ekonomi lebih cepat terakselerasi. Dalam hal ini skenario perencanaan yang akan disusun diusahakan agar sebesar-besarnya mengakomodasi
  • 8. 7 pembangunan faktor endogen namun pada saat yang bersamaan tetap mempertahankan dan meningkatkan kinerja dari adanya investasi eksogen yang sudah ada. VI.1 Skenario Perencanaan Dengan mempertimbangkan potensi dan permasalahan yang sudah teridentifikasi, dan disertai urgensi untuk membangun faktor endogen wilayah sembari mempertahankan investasi eksogen yang sudah terbangun,maka gambaran kegiatan dan program yang dapat dimunculkan untuk mewujudkan pembangunan wilayah yang berkelanjutan adalah sebagaimana berikut di bawah ini. Tabel 3. Matriks Indikasi Program dan Kegiatan Pembangunan Wilayah Sektor Program Kegiatan Infrastruktur Perbaikan Akesbilitas kawasan pantai ke Ibukota  Perbaikan jalan sepanjang 200 km  Perikanan Penguatan PPN  Perbaikan bangunan PPN  Peningkatan Sarana dan Prasarana PPN Penguatan Perikanan Laut  Bantuan Alat-alat pengusahaan ikan  Pembentukan Koperasi Nelayan  Implementasi kredit usaha perikanan skala kecil  Pembangunan Dermaga dan Pelabuhan Perikanan Tangkap  Subsidi Nelayan Sumberdaya Manusia Penguatan Perikanan  Peningkatan kapasitas dan pengetahuan penangkapan ikan untuk nelayan Penguatan Kapasitas endogen di bidang Kelapa Sawit  Pelatihan pengelolaan dan pengolahan kelapa sawit  Pembentukan Sekolah Tinggi Perkebunan  Penguatan Kapasitas endogen di bidang Pertambangan  Pelatihan pengelolaan dan pengolahan kelapa sawit  Pembentukan Sekolah Tinggi Pertambangan  Transportasi Peningkatan aksesbilitas  Pembukaaan trayek transportasi publik roda empat Pantai – Ibukota Kabupaten  Pengadaan Sarana Transportasi Publik untuk mendukung transportasi Ibukota-Pantai PP Pariwisata Pembangunan dan Penguatan Wisata Pantai  Pembangunan arena rekrekasi pantai  Pembangunan sarana akomodasi wisata pantai  Pembukaan konsensi pengelolaan pantai terpadu  Implementasi event-event promosi wisata pantai dan wisata bahari
  • 9. 8 Perkebunan Industrialisasi Perkebunan  Pembangunan industri agro dengan komoditas utama kelapa sawit, kakao, kopi, karet Inisiasi pemberdayaan SDM Lokal dalam Industri Kelapa Sawit  Pemberdayaan tenaga lokal dalam pengelolaan industri kelapa sawit  Kerjasama antar sektor Inisiasi pemberdayaan SDM Lokal dalam Industri Minyak Bumi  MOU penggunaan tenaga kerja lokal dalam industri  Penguatan Profit Sharing dari Industrialisasi Wilayah  Ratifikasi sharing revenue antara pelaku industri minyak bumi dan kelapa sawit dengan pemerintah Komunikasi dan Informasi Penguatan Komunikasi dan Informasi  Pembangunan Jaringan Internet fiber optic di Kabupaten X  Pembangunan Website untuk promosi kegiatan yang mampu mengundang investasi di Kabupaten X VII. STRATEGI IMPLEMENTASI SKENARIO PERENCANAAN WILAYAH Dari matriks indikasi program dan kegiatan yang sudah disusun, selanjutnya dilakukan pemilahan urgensi program berdasarkan kepentingan pewujudannya dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Pemilahan dan pembagian urgensi dilakukan guna memastikan kegiatan dan program yang disusun dapat berjalan sesuai dengan rangkaian kronologis dari strategi yang disusun dan mampu memecahkan permasalahan kewilayahan yang ada. Adapun matriks hasil penyusunan strategi implementasi skenario pembangunan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
  • 10. Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang Kegiatan Output Keterangan Kegiatan Output Keterangan Kegiatan Output Keterangan Perbaikan Jalan 50 km Perbaikan jalan sepanjang 50 km, dilaksanakan secara multiyears Pembangunan Jalan sepanjang 200 km tidak mampu dilaksanakan dalam jangka pendek, Perbaikan Jalan Perbaikan Jalan 200 km selesai. Pembiayaan dari profit sharing sektor migas Sampai jangka menengah , kegiatan perbaikan jalan 200 km sudah terselesaikan Perawatan jalan secara berkala Jalan tetap dalam kondisi bagus dan terawatt Kualitas jalan yang bagus akan membawa keuntungan aksesbilitas yang terjaga sehingga aktivitas ekonomi tidak terhambat. Pembukaan trayek dan pengadaan sarana transportasi publik Pantai – Ibukota PP Munculnya pelayanan angkutan umum Pantai- Ibukota PP Transportasi publik yang melayani pusat kegiatan dan sektor potensi harus diusahakan dari awal guna menambah pendapatan dan memperkuat branding pariwisata Penambahan Sarana Transportasi seiiring meningkatnya kualitas jalan Sarana transportasi lebih banyak dan pelayanan lebih baik Pada jangka menengah transportasi publik harus sudah melayani sentra wisata dan pusat kegiatan tanpa adanya hambatan. Peningkatan kapasitas dan keterampilan nelayan Nelayan lebih trampil Penguatan keterampilan nelayan mendesak untuk diprioritaskan karena akan memperkuat pendapatan daerah dan daya saing  Pembentukan koperasi nelayan  Bantuan alat-alat penangkapan ikan  Subsidi nelayan  Peningkatan PPN Produktivitas perikanan laut semakin meningkat. Fasilitas penampungan dan pelelangan semakin membaik Ketika nelayan terampil, kemampuan berproduksi harus disubsidi terlebih dahulu guna menjamin produktivitas dan ketahanan ekonomi yang ajeg. Peningkatan sarana prasarana PPN PPN yang memenuhi kapasitas produksi wilayah Pada jangka panjang, Kabupaten X mampu menjadi sentra perikanan dengan fasilitas dan sarana prasarana yang mendukung Pelatihan pengelolaan dan pengolahan tenaga trampil kelapa sawit Muncul SDM wilayah yang trampil di bidang industri kelapa sawit Penguatan faktor endogen harus dimulai sedini mungkin  Inisiasi pemberdayaan tenaga trampil lokal dalam pengelolaan industri kelapa sawit  Pembangunan sekolah tinggi perkebunan  Inisiasi agroindustri  Tenaga trampil intra wilayah masuk ke industri kelapa sawit  Pengelolaan kelapa sawit mulai terindustrialisasikan Pada jangka menengah, hasil penguatan kapasitas harus mulai terserap di pasar kerja dan penguatan kapasitas lebih lanjut melalui pendidikan tinggi muncul. Pemberdayaan tenaga trampil lokal dalam industri kelapa sawit secara kontinu Tenaga trampil lulusan pendidikan tinggi terserap pasar kerja intra wilayah Pada jangka panjang, hasil penguatan kapasitas pendidikan tinggi harus mulai terserap di pasar kerja. Pembangunan Dermaga Dermaga terbangun Dermaga merupakan fasilitas penting dalam pengusahaan awal penguatan perikanan Pembangunan Pelabuhan Pelabuhan Terbangun Seiring dengan peningkaan pendapatan pemerintah dari sharing revenue, pembangunan pelabuhan dapat dimungkinkan pada jangka menengah  Pelatihan pengelolaan dan pengolahan tenaga trampil pertambangan  MOU dengan industri tambang asing untuk mulai memanfaatkan potensi SDM lokal  Ratifikasi Profit Sharing Pemerintah  Muncul SDM wilayah yang trampil di bidang industri pertambangan  Dihasilkan MOU penggunaan tenaga lokal  Kesepakatan profit sharing yang lebih adil Penguatan faktor endogen harus dimulai sedini mungkin. Kesepakatan profit sharing yang lebih adil harus disepakati dalam jangka pendek guna membiayai program pembangunan jangka menengah dan jangka panjang  Inisiasi pemberdayaan tenaga trampil lokal dalam pengelolaan industri pertambangan  Pembangunan sekolah tinggi pertambangan  Tenaga trampil intra wilayah masuk ke industri pertambangan  Profit sharing terkoreksi berjalan Pada jangka menengah, hasil penguatan kapasitas harus mulai terserap di pasar kerja dan penguatan kapasitas lebih lanjut melalui pendidikan tinggi muncul (Sesuai hasil MOU). Pemberdayaan tenaga trampil lokal dalam industri pertambangan secara kontinu Tenaga trampil lulusan pendidikan tinggi terserap pasar kerja intra wilayah Pada jangka panjang, hasil penguatan kapasitas pendidikan tinggi harus mulai terserap di pasar kerja.
  • 11. 1 dan Pengusaha Minyak (mengingat output dari sektor ini sangat besar) Pembangunan jaringan telekomunikasi telepon dan internet Jaringan telekomunikasi dan internet terbangun di kawasan strategis. Pengembangan jaringan komunikasi informasi penting sebagai media promosi potensi wilayah Pembangunan website dan media promosi kegiatan/potensi wilayah  Website terbangun.  Media sosial dan sarana promosi berbasis IT terbangun Begitu prasarana terbangun, penguatan dan promosi potensi daerah dapat mulai dilaksanakan. Promosi kegiatan pelaporan, dan event di wilayah melalui website dan media sosial Seluruh kegiatan di wilayah terpublikasikan dengan baik - Pembangunan sarana rekreasi pantai dan fasilitas pendukung Munculnya kegiatan wisata dan datangnya wisatawan Pengembangan awal wisata pantai dimulai dari pemenuhan fasilitas dasar yang tidak berbiaya besar Pembangunan sarana akomodasi wisata pantai (Hotel, restoran, fasilitas hiburan) Wisatawan semakin meningkat, brand kawasan mulai muncul, aktivitas ekonomi perdagangan dan jasa tumbuh Upaya pembangunan kepariwisataan dilanjutkan dengan peningkatan fasilitas- fasilitas yang dibutuhkan seiring meningkatnya wisatawan  Pembukaan konsensi pariwisata terpadu  Pengadaan event- event wisata untuk semakin meningkatkan minat wisatawan baik dalam negeri maupun manca negara Jumlah wisatawan terus bertambah dan brand kawasan sebagai kawasan wisata terkenal di tingkat nasional maupun internasional
  • 12. VIII. PENUTUP DAN KESIMPULAN Matriks strategi implementasi kegiatan pengembangan wilayah yang disusun dikembangkan berdasarkan pemahaman atas permasalahan dan potensi yang ada di Kabupaten X. Dalam hal ini semangat yang dimunculkan adalah kebijakan pembangunan wilayah yang mampu memperkuat dan memberdayakan sumberdaya endogen dari wilayah, namun tetap bersahabat dengan investasi dari luar wilayah. Penguatan faktor endogen dirasa strategis mengingat wilayah Kabupaten X mengalami disparitas pendapatan dan kemiskinan yang tinggi, namun hasil dan potensi sumber daya alamnya besar. Di sisi lain, tingkat pendidikan melalui IPM- nya relatif tinggi, sehingga faktor endogennya sangat potensial untuk dikembangkan guna mewujudkan pengelolaan wilayah yang memiliki lokalitas yang baik. Faktor endogen merupakan faktor spesifik wilayah yang tidak mudah ditransfer ke wilayah lain, dengan adanya penguatan faktor ini, maka akan terbentuk human capital di dalam wilayah yang akan mampu mewujudkan daya saing wilayah melalui serangkaian inovasi dan knowledge spillover tanpa harus melakukan migrasi ke wilayah lain. Ini berbeda dengan investasi eksogen yang sewaktu-waktu dapat ditarik kembali oleh investor apabila iklim usaha dan iklim investasi tidak bersahabat.
  • 13. 1 DAFTAR PUSTAKA Bendavild-Val, A. 1991. Regional and Local Economic Analysis for Practitioner. New York: Praeger. Glasson, J. & Marshall, T. 2007. Regional Planning. New York: Routledge. Pike, A. A., Rodriguez, P., & Tomaney, J. 2006. Local and Regional Development. New York: Praeger.