SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
Critical Review Perencanaan Wilayah



 Konsep Agropolitan sebagai
Upaya Pengembangan Kawasan
         Pedesaan
     Studi Kasus: Kabupaten Pemalang




                     OLEH :
      Ainun Dita Febriyanti - 3609 100 019




         Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota - 2012
Pendahuluan
         Wilayah menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
memiliki definisi sebagai suatu ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau
aspek fungsional. Isard (1975) menambahkan bahwa wilayah merupakan suatu area yang
memiliki arti karena adanya masalah-masalah yang ada di dalamnya sedemikian rupa,
bukan hanya sekedar areal dengan batas-batas tertentu sehingga ahli regional memiliki
ketertarikan di dalam menangani permasalahan tersebut, khususnya karena menyangkut
permasalahan sosial dan ekonomi.
         Permasalahan sosial ekonomi tersebut sangat berkaitan dengan pengembangan
atau pembangunan wilayah itu sendiri. Pengembangan wilayah merupakan upaya
membangun dan mengembangkan suatu wilayah berdasarkan pendekatan spasial dengan
mempertimbangkan aspek sosial-budaya, ekonomi, lingkungan fisik, dan kelembagaan
dalam suatu kerangka perencanaan dan pengelolaan pembangunan yang terpadu.
Sedangkan pembangunan secara filosofis merupakan suatu upaya yang sistematik dan
berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif
yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanitis (Rustiadi, 2009).
         Dalam pengembangan suatu wilayah ada berbagai konsep yang digunakan, seperti
konsep pengembangan wilayah agropolitan, megapolitan, growth pole, minapolitan, dan lain
sebagainya. Konsep-konsep pengembangan wilayah tersebut dapat digolongkan sebagai
konsep pengembangan wilayah basis ekonomi, ekologi, sosial, dan teknologi. Salah satu
konsep pengembangan wilayah yang berbasis ekonomi adalah konsep pengembangan
agropolitan.
         Konsep agropolitan muncul dari permasalahan adanya ketimpangan pembangunan
wilayah antara kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dengan wilayah
pedesaan sebagai pusat kegiatan pertanian tertinggal. Proses interaksi kedua wilayah
selama ini secara fungsional ada dalam posisi saling memperlemah. Wilayah pedesaan
dengan kegiatan utama sektor primer, khususnya pertanian, mengalami permasalahan
produktivitas yang stagnan, di sisi lain, wilayah perkotaan sebagai tujuan pasar dan pusat
pertumbuhan menerima beban berlebih (over urbanization), sehingga memunculkan
ketidaknyamanan akibat permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan (Pranoto,
2005).
         Kabupaten Pemalang sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang
memiliki komoditas tinggi di sektor pertanian mengalami kendala dalam mengembangkan


                                                                                             1
wilayahnya. Hal ini berdampak pada kemajuan wilayah di Kabupaten Pemalang. Apabila
dilihat lebih lanjut, kabupaten ini memiliki potensi yang cukup tinggi, namun tidak didukung
dengan adanya sarana dan prasaran yang memadai. Tidak adanya fasilitas penunjang ini
tentunya akan menurunkan kualitas pertanian di Kabupaten Pemalang. Selain itu, adanya
proses urbanisasi yang tidak terkendali juga mendesak produktifitas pertanian di Kabupaten
Pemalang. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai
petani, Indonesia harus mengimpor produk-produk pertanian berupa kedelai sebanyak
1.277.685 ton/ US$ 275 juta, sayur-sayuran sebanyak US$ 62 juta, dan buah-buahan
sebanyak US$ 65 juta (Departemen Kimpraswil, 2007). Bagaimana mungkin Indonesia akan
mengimpor produk pertaniannya bila kualitas produksi pertanian menurun dikarenakan
kurangnya fasilitas penunjang?
       Berdasarkan kondisi yang seperti ini, diperlukan suatu konsep pengembangan
wilayah agropolitan yang dapat dijadikan alternatif solusi dalam pengembangan kawasan
pedesaan di Kabupaten Pemalang tanpa melupakan kawasan perkotaan. Melalui
pengembangan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan
agropolitan dengan wilayah produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan. Melalui
pendekatan ini, produk pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahulu di pusat
kawasan agropolitan sebelum di jual (ekspor) ke pasar yang lebih luas sehingga nilai
tambah tetap berada di kawasan agropolitan (Daidullah, 2006; 1).




                                                                                               2
Pembahasan
       Dalam konteks spasial, proses pembangunan bangunan-bangunan bertingkat yang
telah dilaksanakan selama ini ternyata telah menimbulkan berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan tingkat kesejahteraan antar wilayah yang tidak berimbang, khususnya
terhadap Kabupaten Pemalang. Hal ini dapat dilihat dari interaksi antara desa kota yang
secara empiris seringkali menunjukkan suatu hubungan yang saling memperlemah.
Berkembangnya kota sebagai pusat-pusat pertumbuhan ternyata tidak memberikan efek
penetesan ke bawah (trickle down effect), tetapi justru menimbulkan efek pengurasan
sumberdaya dari wilayah di sekitarnya (backwash effect).
       Ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya backwash effect tersebut.
Pertama, terbukanya akses ke daerah pedesaan melalui infrastruktur jalan yang seringkali
mendorong kaum elit kota, pejabat pemerintah pusat, dan perusahaan-perusahaan besar
untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada di desa. Kedua, kawasan pedesaan di
Pemalang sendiri umumnya dihuni oleh masyarakat yang kualitas SDM-nya kurang
berkembang.
       Dalam kaitannya dengan sejarah perkembangan wilayah pedesaan di Indonesia,
secara spesifik semakin lemahnya kawasan perdesaan juga didorong oleh kebijakan
nasional yang sangat bersifat urban bias (Anwar 2001). Kebijakan ini seringkali merugikan
sektor pertanian berupa dikenakannya pajak-pajak ekspor dan pungutan dalam negeri
ataupun pajak implisit seperti mata uang rupiah yang kelebihan nilai. Hal ini tentunya
merugikan bagi para petani karena harga ekspor pertanian yang menjadi tidak kompetitif
dan pada akhirnya juga berdampak pada melemahnya pembangunan kawasan pedesaan.
       Dalam konteks pengembangan agropolitan terdapat tiga isu utama yang perlu
mendapat perhatian: (1) akses terhadap lahan pertanian dan air, (2) devolusi politik dan
wewenang administratif dari tingkat pusat ke tingkat lokal, dan (3) perubahan paradigm atau
kebijakan pembangunan nasional untuk lebih mendukung diversifikasi produk pertanian
(Pranoto, 2005). Kabupaten Pemalang sebagai bagian integral dari kebijakan pembangunan
Indonesia mendapat dampaknya. Kondisi ini pada akhirnya memperlemah kondisi hasil
pertanian di wilayah Pemalang.
       Berdasarkan isu dan permasalahan pembangunan pedesaan yang terjadi di
Kabupaten Pemalang, pengembangan kawasan agropolitan merupakan alternatif solusi
untuk pengembangan wilayah pedesaan. Kawasan agropolitan disini diartikan sebagai
sistem fungsional desa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yakni
dengan adanya pusat agropolitan dan desa-desa di sekitarnya membentuk kawasan


                                                                                              3
agropolitan. Kawasan agropolitan juga dicirikan sebagai kawasan pertanian yang tumbuh
dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis di pusat agropolitan yang
diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian
(agribisnis) di wilayah sekitarnya.
       Dalam pengembangannya, kawasan tersebut tidak bisa terlepas dari pengembangan
sistem pusat-pusat kegiatan nasional (RTRWN) dan sistem pusat kegiatan pada tingkat
Propinsi (RTRW Propinsi) dan Kabupaten (RTRW Kabupaten). Hal ini disebabkan, rencana
tata ruang wilayah merupakan kesepakatan bersama tentang pengaturan ruang wilayah.
Terkait dengan Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN), maka pengembangan kawasan
agropolitan harus mendukung pengembangan kawasan andalan. Dengan demikian tujuan
pembangunan nasional dapat diwujudkan.
       Disamping itu, pentingnya pengembangan kawasan agropolitan di Pemalang
diindikasikan oleh kurangnya sarana dan prasarana penunjang kegiatan pertanian. Sama
halnya dengan kawasan lain, adanya konsep agropolitan yang direalisasikan dengan
pembangunan sarana dan prasarana jalan maupun pemasaran sangat membantu petani
dalam memperoleh sarana produksi seperti pupuk dan pestisida.
       Secara    lebih   luas,   pengembangan kawasan   agropolitan   diharapkan dapat
mendukung terjadinya sistem kota-kota yang terintegrasi. Hal ini ditunjukkan dengan
keterkaitan antar kota dalam bentuk pergerakan barang, modal, dan manusia. Melalui
dukungan sistem infrastruktur transportasi yang memadai, keterkaitan antar kawasan
agropolitan dan pasar dapat dilaksanakan. Dengan demikian, perkembangan kota yang
serasi, seimbang, dan terintegrasi dapat terwujud.




                                                                                          4
Penutup
   Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Pembangunan kawasan pedesaan tidak bisa dipungkiri merupakan hal mutlak yang
   dibutuhkan di Pemalang. Hal ini didasari bukan hanya karena terdapatnya ketimpangan
   antara kawasan perdesaan dengan perkotaan akan tetapi juga mengingat tingginya
   potensi di kawasan perdesaan yang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai alat
   untuk mendorong pembangunan.
b. Pengembangan        kawasan    agropolitan   menjadi   sangat   penting   dalam   konteks
   pengembangan wilayah dikarenakan: (1) kawasan dan sektor sesuai dengan keunikan
   lokal, (2) pengembangan kawasan agropolitan meningkatkan pemerataan, dan (3)
   keberlanjutan dari pengembangan kawasan dan sektor menjadi lebih pasti (sektor yang
   dipilih mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif dibandingkan dengan sektor
   lainnya).


   Adapun kendala yang dihadapi secara umum dengan adanya konsep agropolitan
menurut Rustiadi (2007) yaitu:
   a. Belum berimbangnya pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya sosial,
        buatan, dan alam.
   b. Pengaturan akses terhadap sunberdaya (access right): pebuatan penguasaan
        masyarakat local terhadap sumberdaya utama.
   c. Masalah keberimbangan perencanaan top down dan bottom up, disebabkan
        lemahnya common ownership.
   d. Lemahnya keterkaitan Rencana Tata Ruang dan Rencana Agropolitan.
   e. Pengembangan kelembagaan masyarakat lokal (khususnya kelompok produksi).
   f.   Integrasi lintas sektoral dalam pengembangan kawasan.
   g. Belum berkembangnya sektor-sektor hilir (sekunder dan tersier).


   Sedangkan saran yang dapat diajukan dari permasalahan ketimpangan yang terjadi
dalam konsep pengembangan wilayah agropolitan diantaranya adalah:
   a. Memperkuat manajemen perencanaan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan
        agribisnis/agropolitan dari pusat sampai daerah, dengan: (1) mengoptimalkan
        sosialisasi dan (2) meningkatkan koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan
        konsistensi   penyusunan,   pelaksanaan    dan akselerasi     program   pengelolaan
        agribisnis/agropolitan.


                                                                                               5
b. Perlu meningkatkan kondisi agribisnis dengan menghilangkan 9 aspek kelemahan
   dan ancaman terhadap kondisi agribisnis meliputi: (1) SDM; (2) permodalan; (3)
   produksi; (4) distribusi; (5) pengolahan; (6) pemasaran; (7) daya saing; (8)
   kelembagaan; dan (9) sarana dan prasarana.
c. Perlu segera mewujudkan landasan hukum yang kuat bagi pengembangan kawasan
   agropolitan dengan menetapkan peraturan daerah tentang penataan ruang dan
   masterplan yang mengatur pengembangan kawasan agropolitan berdasarkan
   Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.




                                                                                    6
Daftar Pustaka
Daidullah, Samsudin T. 2006. Strategi Pengembangan Agropolitan Dinas Tanaman Pangan
     Hortikula, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Boul. Yogyakarta. Thesis: Program
     Studi Magister Manajemen Agribisnis Sekolah Pascasarjana Universitas Gajahmada
     2006.


Deni, Ruchyat. 2007. Pengembangan Kawasan Agropolitan dalam Rangka Pengembangan
     Wilayah Berbasis RTRWN. Direktor Jenderal Penataan Ruang Departemen
     Pemukiman dan Prasarana Wilayah R.I. Jakarta.


Pranoto, S. 2005. Pembangunan Perdesaan Berkelanjutan melalui Model Pengembangan
     Agropolitan (Disertasi). Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.


Rustiadi, E. 2007. Penataan Ruang dan Penguatan Infrastruktur Desa dalam Mendukung
     Konsep Agropolitan. Makalah Seminar dan Lokakarya Menuju Desa 2030. LPPM-IPB.
     Bogor.


Rustiadi, E, dkk. 2007. Agropolitan Membangun Ekonomi Perdesaan. Crestpent Press.
     Bogor.


Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang. Sekretariat Negara
     2007.




                                                                                        7

More Related Content

What's hot

Analisis satuan kemampuan lahan
Analisis satuan kemampuan lahanAnalisis satuan kemampuan lahan
Analisis satuan kemampuan lahanSOFI ANI
 
Analisa Isu-Isu Strategis RPJMD Propinsi Maluku Utara
Analisa Isu-Isu Strategis RPJMD Propinsi Maluku UtaraAnalisa Isu-Isu Strategis RPJMD Propinsi Maluku Utara
Analisa Isu-Isu Strategis RPJMD Propinsi Maluku UtaraOswar Mungkasa
 
Bab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaBab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaLatifah Tio
 
Peraturan Penataan Ruang RDTR
Peraturan Penataan Ruang  RDTRPeraturan Penataan Ruang  RDTR
Peraturan Penataan Ruang RDTRhenny ferniza
 
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraLaras Kun Rahmanti Putri
 
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riauAnalisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riauOpissen Yudisyus
 
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1laboratorium pwkuinam
 
Analisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah Sekitarnya
Analisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah SekitarnyaAnalisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah Sekitarnya
Analisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah SekitarnyaSally Indah N
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Analisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahanAnalisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahanibram77
 
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)bintang purba
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MalangPenataan Ruang
 
Pembangunan Ekonomi Lokal
Pembangunan Ekonomi LokalPembangunan Ekonomi Lokal
Pembangunan Ekonomi LokalSri Wahyuni
 
4. elemen urban design
4. elemen urban design4. elemen urban design
4. elemen urban designBenny Iskandar
 
Konsep dan Skenario Perencanaan Kecamatan Wonogiri
Konsep dan Skenario Perencanaan Kecamatan WonogiriKonsep dan Skenario Perencanaan Kecamatan Wonogiri
Konsep dan Skenario Perencanaan Kecamatan WonogiriLatifah Tio
 
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. BanjarnegaraMelihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. BanjarnegaraLaras Kun Rahmanti Putri
 
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanSni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanArdita Putri Usandy
 

What's hot (20)

Analisis satuan kemampuan lahan
Analisis satuan kemampuan lahanAnalisis satuan kemampuan lahan
Analisis satuan kemampuan lahan
 
Morfologi wilayah kota
Morfologi wilayah kotaMorfologi wilayah kota
Morfologi wilayah kota
 
Analisa Isu-Isu Strategis RPJMD Propinsi Maluku Utara
Analisa Isu-Isu Strategis RPJMD Propinsi Maluku UtaraAnalisa Isu-Isu Strategis RPJMD Propinsi Maluku Utara
Analisa Isu-Isu Strategis RPJMD Propinsi Maluku Utara
 
Bab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaBab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang Kota
 
Peraturan Penataan Ruang RDTR
Peraturan Penataan Ruang  RDTRPeraturan Penataan Ruang  RDTR
Peraturan Penataan Ruang RDTR
 
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
 
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riauAnalisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
 
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
 
Analisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah Sekitarnya
Analisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah SekitarnyaAnalisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah Sekitarnya
Analisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah Sekitarnya
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
 
[Minggu 5] anlok central place theory
[Minggu 5] anlok central place theory[Minggu 5] anlok central place theory
[Minggu 5] anlok central place theory
 
Analisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahanAnalisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahan
 
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
Analisis dibutuhkan dalam pembuatan rdtr (permen atr no 16 tahun 2018)
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
 
Review RTRW kota semarang
Review RTRW kota semarangReview RTRW kota semarang
Review RTRW kota semarang
 
Pembangunan Ekonomi Lokal
Pembangunan Ekonomi LokalPembangunan Ekonomi Lokal
Pembangunan Ekonomi Lokal
 
4. elemen urban design
4. elemen urban design4. elemen urban design
4. elemen urban design
 
Konsep dan Skenario Perencanaan Kecamatan Wonogiri
Konsep dan Skenario Perencanaan Kecamatan WonogiriKonsep dan Skenario Perencanaan Kecamatan Wonogiri
Konsep dan Skenario Perencanaan Kecamatan Wonogiri
 
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. BanjarnegaraMelihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
 
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanSni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
 

Viewers also liked

Agropolitan strategy development theories and strategies
Agropolitan strategy development theories and strategiesAgropolitan strategy development theories and strategies
Agropolitan strategy development theories and strategiesJimly Faraby
 
Makalah Tentang Pengembangan Agropolitan
Makalah Tentang Pengembangan AgropolitanMakalah Tentang Pengembangan Agropolitan
Makalah Tentang Pengembangan AgropolitanFitri Indra Wardhono
 
Proposal pembangunan kawasan agropolitan panggungharjo - juara nasional lom...
Proposal pembangunan   kawasan agropolitan panggungharjo - juara nasional lom...Proposal pembangunan   kawasan agropolitan panggungharjo - juara nasional lom...
Proposal pembangunan kawasan agropolitan panggungharjo - juara nasional lom...Training Management Forum of Indonesia
 
Development from below (riska)
Development from below (riska)Development from below (riska)
Development from below (riska)Rischa Ristiyana
 
Agropolitan sibima pangandaran
Agropolitan sibima pangandaranAgropolitan sibima pangandaran
Agropolitan sibima pangandaranWarino Sikepis
 
Presentasi undip jokowi agropolitan [compatibility mode]
Presentasi undip jokowi agropolitan [compatibility mode]Presentasi undip jokowi agropolitan [compatibility mode]
Presentasi undip jokowi agropolitan [compatibility mode]brekelez
 
Adriana Allen: A PERIscope on the PERI-urban
Adriana Allen: A PERIscope on the PERI-urbanAdriana Allen: A PERIscope on the PERI-urban
Adriana Allen: A PERIscope on the PERI-urbanSTEPS Centre
 
Urban Rural Linkages Session
Urban Rural Linkages SessionUrban Rural Linkages Session
Urban Rural Linkages Sessionpractice2policy
 
Rural-Urban Linkages for Growth, Employment and Poverty Reduction
Rural-Urban Linkages for Growth, Employment and Poverty ReductionRural-Urban Linkages for Growth, Employment and Poverty Reduction
Rural-Urban Linkages for Growth, Employment and Poverty ReductionJoachim von Braun
 
Hugo_G_ Peri urban demographic change
Hugo_G_ Peri urban demographic changeHugo_G_ Peri urban demographic change
Hugo_G_ Peri urban demographic changelatrobeuni
 
Koordinasi penyusunan rpjmn 2015 2019 dan rkp 2015 bidang pembangunan perdesa...
Koordinasi penyusunan rpjmn 2015 2019 dan rkp 2015 bidang pembangunan perdesa...Koordinasi penyusunan rpjmn 2015 2019 dan rkp 2015 bidang pembangunan perdesa...
Koordinasi penyusunan rpjmn 2015 2019 dan rkp 2015 bidang pembangunan perdesa...keuangandesa
 
Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...
Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...
Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...KPDT
 
Royal mutiara village 1 Nusa Dua Bali
Royal mutiara village 1 Nusa Dua BaliRoyal mutiara village 1 Nusa Dua Bali
Royal mutiara village 1 Nusa Dua BaliErlangga Sandiadi
 

Viewers also liked (20)

Agropolitan strategy development theories and strategies
Agropolitan strategy development theories and strategiesAgropolitan strategy development theories and strategies
Agropolitan strategy development theories and strategies
 
Makalah Tentang Pengembangan Agropolitan
Makalah Tentang Pengembangan AgropolitanMakalah Tentang Pengembangan Agropolitan
Makalah Tentang Pengembangan Agropolitan
 
Proposal pembangunan kawasan agropolitan panggungharjo - juara nasional lom...
Proposal pembangunan   kawasan agropolitan panggungharjo - juara nasional lom...Proposal pembangunan   kawasan agropolitan panggungharjo - juara nasional lom...
Proposal pembangunan kawasan agropolitan panggungharjo - juara nasional lom...
 
Proposal proyek kawasan agropolitan 'satriya tani' desa panggungharjo
Proposal proyek kawasan agropolitan 'satriya tani' desa panggungharjoProposal proyek kawasan agropolitan 'satriya tani' desa panggungharjo
Proposal proyek kawasan agropolitan 'satriya tani' desa panggungharjo
 
Development from below (riska)
Development from below (riska)Development from below (riska)
Development from below (riska)
 
Agropolitan sibima pangandaran
Agropolitan sibima pangandaranAgropolitan sibima pangandaran
Agropolitan sibima pangandaran
 
Training PELD 2014
Training PELD 2014Training PELD 2014
Training PELD 2014
 
Presentasi undip jokowi agropolitan [compatibility mode]
Presentasi undip jokowi agropolitan [compatibility mode]Presentasi undip jokowi agropolitan [compatibility mode]
Presentasi undip jokowi agropolitan [compatibility mode]
 
Adriana Allen: A PERIscope on the PERI-urban
Adriana Allen: A PERIscope on the PERI-urbanAdriana Allen: A PERIscope on the PERI-urban
Adriana Allen: A PERIscope on the PERI-urban
 
Tugas Psi Pendidikan
Tugas Psi PendidikanTugas Psi Pendidikan
Tugas Psi Pendidikan
 
Urban Rural Linkages Session
Urban Rural Linkages SessionUrban Rural Linkages Session
Urban Rural Linkages Session
 
Rural urban linkages and public private partnership [compatibility mode]
Rural urban linkages and  public private partnership [compatibility mode]Rural urban linkages and  public private partnership [compatibility mode]
Rural urban linkages and public private partnership [compatibility mode]
 
Rural-Urban Linkages for Growth, Employment and Poverty Reduction
Rural-Urban Linkages for Growth, Employment and Poverty ReductionRural-Urban Linkages for Growth, Employment and Poverty Reduction
Rural-Urban Linkages for Growth, Employment and Poverty Reduction
 
Hugo_G_ Peri urban demographic change
Hugo_G_ Peri urban demographic changeHugo_G_ Peri urban demographic change
Hugo_G_ Peri urban demographic change
 
Rural Urban Relationship
Rural Urban RelationshipRural Urban Relationship
Rural Urban Relationship
 
Koordinasi penyusunan rpjmn 2015 2019 dan rkp 2015 bidang pembangunan perdesa...
Koordinasi penyusunan rpjmn 2015 2019 dan rkp 2015 bidang pembangunan perdesa...Koordinasi penyusunan rpjmn 2015 2019 dan rkp 2015 bidang pembangunan perdesa...
Koordinasi penyusunan rpjmn 2015 2019 dan rkp 2015 bidang pembangunan perdesa...
 
Proposal pembangunan kawasan agropolitan panggungharjo
Proposal pembangunan kawasan agropolitan panggungharjoProposal pembangunan kawasan agropolitan panggungharjo
Proposal pembangunan kawasan agropolitan panggungharjo
 
Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...
Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...
Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...
 
Royal mutiara village 1 Nusa Dua Bali
Royal mutiara village 1 Nusa Dua BaliRoyal mutiara village 1 Nusa Dua Bali
Royal mutiara village 1 Nusa Dua Bali
 
Pwkuinamptr09
Pwkuinamptr09Pwkuinamptr09
Pwkuinamptr09
 

Similar to Konsep Agropolitan

pengembangan-agropolitan-di-jawa-tengah.ppt
pengembangan-agropolitan-di-jawa-tengah.pptpengembangan-agropolitan-di-jawa-tengah.ppt
pengembangan-agropolitan-di-jawa-tengah.pptCIPTAKARYAMETRO
 
Critical review anindya cahya 08211640000107
Critical review anindya cahya 08211640000107Critical review anindya cahya 08211640000107
Critical review anindya cahya 08211640000107Anindya Agustri
 
Pedum agro 2011 jatim
Pedum agro 2011 jatimPedum agro 2011 jatim
Pedum agro 2011 jatimzenoz
 
PENGEMBANGAN KAWASAN DAN WILAYAH STRATEGI AGROPOLITAN DAN MINAPOLITAN.pdf
PENGEMBANGAN KAWASAN DAN WILAYAH STRATEGI AGROPOLITAN DAN MINAPOLITAN.pdfPENGEMBANGAN KAWASAN DAN WILAYAH STRATEGI AGROPOLITAN DAN MINAPOLITAN.pdf
PENGEMBANGAN KAWASAN DAN WILAYAH STRATEGI AGROPOLITAN DAN MINAPOLITAN.pdfDifaOktavia1
 
Men seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanMen seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanSari Faizah
 
ppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptxppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptxHANIFPRASETYO10
 
2 pemahaman terhadap_agroindustri_dgrims
2 pemahaman terhadap_agroindustri_dgrims2 pemahaman terhadap_agroindustri_dgrims
2 pemahaman terhadap_agroindustri_dgrimsYunus Paelo
 
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan KotaKumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan KotaFitri Indra Wardhono
 
Makalah kesehatan Agropolitan
Makalah kesehatan AgropolitanMakalah kesehatan Agropolitan
Makalah kesehatan Agropolitanosin mangopa
 
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...bramantiyo marjuki
 
Strategi Pembangunan Wilayah
Strategi Pembangunan WilayahStrategi Pembangunan Wilayah
Strategi Pembangunan WilayahSri Wahyuni
 
Pembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesiaPembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesiasarianputra
 
Ppwp 1a
Ppwp 1aPpwp 1a
Ppwp 1agunjul
 
Analisis Aspek Ekonomi.docx
Analisis Aspek Ekonomi.docxAnalisis Aspek Ekonomi.docx
Analisis Aspek Ekonomi.docxhustinahalimah
 

Similar to Konsep Agropolitan (20)

pengembangan-agropolitan-di-jawa-tengah.ppt
pengembangan-agropolitan-di-jawa-tengah.pptpengembangan-agropolitan-di-jawa-tengah.ppt
pengembangan-agropolitan-di-jawa-tengah.ppt
 
Critical review anindya cahya 08211640000107
Critical review anindya cahya 08211640000107Critical review anindya cahya 08211640000107
Critical review anindya cahya 08211640000107
 
Pedum agro 2011 jatim
Pedum agro 2011 jatimPedum agro 2011 jatim
Pedum agro 2011 jatim
 
PENGEMBANGAN KAWASAN DAN WILAYAH STRATEGI AGROPOLITAN DAN MINAPOLITAN.pdf
PENGEMBANGAN KAWASAN DAN WILAYAH STRATEGI AGROPOLITAN DAN MINAPOLITAN.pdfPENGEMBANGAN KAWASAN DAN WILAYAH STRATEGI AGROPOLITAN DAN MINAPOLITAN.pdf
PENGEMBANGAN KAWASAN DAN WILAYAH STRATEGI AGROPOLITAN DAN MINAPOLITAN.pdf
 
Men seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanMen seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaan
 
ppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptxppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptx
 
2 pemahaman terhadap_agroindustri_dgrims
2 pemahaman terhadap_agroindustri_dgrims2 pemahaman terhadap_agroindustri_dgrims
2 pemahaman terhadap_agroindustri_dgrims
 
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan KotaKumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
 
Makalah kesehatan Agropolitan
Makalah kesehatan AgropolitanMakalah kesehatan Agropolitan
Makalah kesehatan Agropolitan
 
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
 
Paper rpp-desa
Paper rpp-desaPaper rpp-desa
Paper rpp-desa
 
Strategi Pembangunan Wilayah
Strategi Pembangunan WilayahStrategi Pembangunan Wilayah
Strategi Pembangunan Wilayah
 
Pertemuan kesepuluh
Pertemuan kesepuluhPertemuan kesepuluh
Pertemuan kesepuluh
 
Msp03sosped
Msp03sospedMsp03sosped
Msp03sosped
 
Msp03sosped
Msp03sospedMsp03sosped
Msp03sosped
 
54 98-1-sm
54 98-1-sm54 98-1-sm
54 98-1-sm
 
Pembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesiaPembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesia
 
Ppwp 1a
Ppwp 1aPpwp 1a
Ppwp 1a
 
3637 5191-1-sm
3637 5191-1-sm3637 5191-1-sm
3637 5191-1-sm
 
Analisis Aspek Ekonomi.docx
Analisis Aspek Ekonomi.docxAnalisis Aspek Ekonomi.docx
Analisis Aspek Ekonomi.docx
 

More from Ainun Dita Febriyanti

More from Ainun Dita Febriyanti (6)

Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya
Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek SurabayaAnalisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya
Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya
 
Sistem Anggaran
Sistem AnggaranSistem Anggaran
Sistem Anggaran
 
Pengembangan Masyarakat
Pengembangan MasyarakatPengembangan Masyarakat
Pengembangan Masyarakat
 
Masyarakat Pesisir dan Pemberdayaannya
Masyarakat Pesisir dan PemberdayaannyaMasyarakat Pesisir dan Pemberdayaannya
Masyarakat Pesisir dan Pemberdayaannya
 
Pemberdayaan Masyarakat Kampung Batik Laweyan
Pemberdayaan Masyarakat Kampung Batik LaweyanPemberdayaan Masyarakat Kampung Batik Laweyan
Pemberdayaan Masyarakat Kampung Batik Laweyan
 
Kota Venesia
Kota VenesiaKota Venesia
Kota Venesia
 

Recently uploaded

Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 

Recently uploaded (20)

Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 

Konsep Agropolitan

  • 1. Critical Review Perencanaan Wilayah Konsep Agropolitan sebagai Upaya Pengembangan Kawasan Pedesaan Studi Kasus: Kabupaten Pemalang OLEH : Ainun Dita Febriyanti - 3609 100 019 Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota - 2012
  • 2. Pendahuluan Wilayah menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memiliki definisi sebagai suatu ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Isard (1975) menambahkan bahwa wilayah merupakan suatu area yang memiliki arti karena adanya masalah-masalah yang ada di dalamnya sedemikian rupa, bukan hanya sekedar areal dengan batas-batas tertentu sehingga ahli regional memiliki ketertarikan di dalam menangani permasalahan tersebut, khususnya karena menyangkut permasalahan sosial dan ekonomi. Permasalahan sosial ekonomi tersebut sangat berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan wilayah itu sendiri. Pengembangan wilayah merupakan upaya membangun dan mengembangkan suatu wilayah berdasarkan pendekatan spasial dengan mempertimbangkan aspek sosial-budaya, ekonomi, lingkungan fisik, dan kelembagaan dalam suatu kerangka perencanaan dan pengelolaan pembangunan yang terpadu. Sedangkan pembangunan secara filosofis merupakan suatu upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanitis (Rustiadi, 2009). Dalam pengembangan suatu wilayah ada berbagai konsep yang digunakan, seperti konsep pengembangan wilayah agropolitan, megapolitan, growth pole, minapolitan, dan lain sebagainya. Konsep-konsep pengembangan wilayah tersebut dapat digolongkan sebagai konsep pengembangan wilayah basis ekonomi, ekologi, sosial, dan teknologi. Salah satu konsep pengembangan wilayah yang berbasis ekonomi adalah konsep pengembangan agropolitan. Konsep agropolitan muncul dari permasalahan adanya ketimpangan pembangunan wilayah antara kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dengan wilayah pedesaan sebagai pusat kegiatan pertanian tertinggal. Proses interaksi kedua wilayah selama ini secara fungsional ada dalam posisi saling memperlemah. Wilayah pedesaan dengan kegiatan utama sektor primer, khususnya pertanian, mengalami permasalahan produktivitas yang stagnan, di sisi lain, wilayah perkotaan sebagai tujuan pasar dan pusat pertumbuhan menerima beban berlebih (over urbanization), sehingga memunculkan ketidaknyamanan akibat permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan (Pranoto, 2005). Kabupaten Pemalang sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang memiliki komoditas tinggi di sektor pertanian mengalami kendala dalam mengembangkan 1
  • 3. wilayahnya. Hal ini berdampak pada kemajuan wilayah di Kabupaten Pemalang. Apabila dilihat lebih lanjut, kabupaten ini memiliki potensi yang cukup tinggi, namun tidak didukung dengan adanya sarana dan prasaran yang memadai. Tidak adanya fasilitas penunjang ini tentunya akan menurunkan kualitas pertanian di Kabupaten Pemalang. Selain itu, adanya proses urbanisasi yang tidak terkendali juga mendesak produktifitas pertanian di Kabupaten Pemalang. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, Indonesia harus mengimpor produk-produk pertanian berupa kedelai sebanyak 1.277.685 ton/ US$ 275 juta, sayur-sayuran sebanyak US$ 62 juta, dan buah-buahan sebanyak US$ 65 juta (Departemen Kimpraswil, 2007). Bagaimana mungkin Indonesia akan mengimpor produk pertaniannya bila kualitas produksi pertanian menurun dikarenakan kurangnya fasilitas penunjang? Berdasarkan kondisi yang seperti ini, diperlukan suatu konsep pengembangan wilayah agropolitan yang dapat dijadikan alternatif solusi dalam pengembangan kawasan pedesaan di Kabupaten Pemalang tanpa melupakan kawasan perkotaan. Melalui pengembangan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan. Melalui pendekatan ini, produk pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahulu di pusat kawasan agropolitan sebelum di jual (ekspor) ke pasar yang lebih luas sehingga nilai tambah tetap berada di kawasan agropolitan (Daidullah, 2006; 1). 2
  • 4. Pembahasan Dalam konteks spasial, proses pembangunan bangunan-bangunan bertingkat yang telah dilaksanakan selama ini ternyata telah menimbulkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan antar wilayah yang tidak berimbang, khususnya terhadap Kabupaten Pemalang. Hal ini dapat dilihat dari interaksi antara desa kota yang secara empiris seringkali menunjukkan suatu hubungan yang saling memperlemah. Berkembangnya kota sebagai pusat-pusat pertumbuhan ternyata tidak memberikan efek penetesan ke bawah (trickle down effect), tetapi justru menimbulkan efek pengurasan sumberdaya dari wilayah di sekitarnya (backwash effect). Ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya backwash effect tersebut. Pertama, terbukanya akses ke daerah pedesaan melalui infrastruktur jalan yang seringkali mendorong kaum elit kota, pejabat pemerintah pusat, dan perusahaan-perusahaan besar untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada di desa. Kedua, kawasan pedesaan di Pemalang sendiri umumnya dihuni oleh masyarakat yang kualitas SDM-nya kurang berkembang. Dalam kaitannya dengan sejarah perkembangan wilayah pedesaan di Indonesia, secara spesifik semakin lemahnya kawasan perdesaan juga didorong oleh kebijakan nasional yang sangat bersifat urban bias (Anwar 2001). Kebijakan ini seringkali merugikan sektor pertanian berupa dikenakannya pajak-pajak ekspor dan pungutan dalam negeri ataupun pajak implisit seperti mata uang rupiah yang kelebihan nilai. Hal ini tentunya merugikan bagi para petani karena harga ekspor pertanian yang menjadi tidak kompetitif dan pada akhirnya juga berdampak pada melemahnya pembangunan kawasan pedesaan. Dalam konteks pengembangan agropolitan terdapat tiga isu utama yang perlu mendapat perhatian: (1) akses terhadap lahan pertanian dan air, (2) devolusi politik dan wewenang administratif dari tingkat pusat ke tingkat lokal, dan (3) perubahan paradigm atau kebijakan pembangunan nasional untuk lebih mendukung diversifikasi produk pertanian (Pranoto, 2005). Kabupaten Pemalang sebagai bagian integral dari kebijakan pembangunan Indonesia mendapat dampaknya. Kondisi ini pada akhirnya memperlemah kondisi hasil pertanian di wilayah Pemalang. Berdasarkan isu dan permasalahan pembangunan pedesaan yang terjadi di Kabupaten Pemalang, pengembangan kawasan agropolitan merupakan alternatif solusi untuk pengembangan wilayah pedesaan. Kawasan agropolitan disini diartikan sebagai sistem fungsional desa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yakni dengan adanya pusat agropolitan dan desa-desa di sekitarnya membentuk kawasan 3
  • 5. agropolitan. Kawasan agropolitan juga dicirikan sebagai kawasan pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis di pusat agropolitan yang diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Dalam pengembangannya, kawasan tersebut tidak bisa terlepas dari pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan nasional (RTRWN) dan sistem pusat kegiatan pada tingkat Propinsi (RTRW Propinsi) dan Kabupaten (RTRW Kabupaten). Hal ini disebabkan, rencana tata ruang wilayah merupakan kesepakatan bersama tentang pengaturan ruang wilayah. Terkait dengan Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN), maka pengembangan kawasan agropolitan harus mendukung pengembangan kawasan andalan. Dengan demikian tujuan pembangunan nasional dapat diwujudkan. Disamping itu, pentingnya pengembangan kawasan agropolitan di Pemalang diindikasikan oleh kurangnya sarana dan prasarana penunjang kegiatan pertanian. Sama halnya dengan kawasan lain, adanya konsep agropolitan yang direalisasikan dengan pembangunan sarana dan prasarana jalan maupun pemasaran sangat membantu petani dalam memperoleh sarana produksi seperti pupuk dan pestisida. Secara lebih luas, pengembangan kawasan agropolitan diharapkan dapat mendukung terjadinya sistem kota-kota yang terintegrasi. Hal ini ditunjukkan dengan keterkaitan antar kota dalam bentuk pergerakan barang, modal, dan manusia. Melalui dukungan sistem infrastruktur transportasi yang memadai, keterkaitan antar kawasan agropolitan dan pasar dapat dilaksanakan. Dengan demikian, perkembangan kota yang serasi, seimbang, dan terintegrasi dapat terwujud. 4
  • 6. Penutup Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa: a. Pembangunan kawasan pedesaan tidak bisa dipungkiri merupakan hal mutlak yang dibutuhkan di Pemalang. Hal ini didasari bukan hanya karena terdapatnya ketimpangan antara kawasan perdesaan dengan perkotaan akan tetapi juga mengingat tingginya potensi di kawasan perdesaan yang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai alat untuk mendorong pembangunan. b. Pengembangan kawasan agropolitan menjadi sangat penting dalam konteks pengembangan wilayah dikarenakan: (1) kawasan dan sektor sesuai dengan keunikan lokal, (2) pengembangan kawasan agropolitan meningkatkan pemerataan, dan (3) keberlanjutan dari pengembangan kawasan dan sektor menjadi lebih pasti (sektor yang dipilih mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif dibandingkan dengan sektor lainnya). Adapun kendala yang dihadapi secara umum dengan adanya konsep agropolitan menurut Rustiadi (2007) yaitu: a. Belum berimbangnya pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya sosial, buatan, dan alam. b. Pengaturan akses terhadap sunberdaya (access right): pebuatan penguasaan masyarakat local terhadap sumberdaya utama. c. Masalah keberimbangan perencanaan top down dan bottom up, disebabkan lemahnya common ownership. d. Lemahnya keterkaitan Rencana Tata Ruang dan Rencana Agropolitan. e. Pengembangan kelembagaan masyarakat lokal (khususnya kelompok produksi). f. Integrasi lintas sektoral dalam pengembangan kawasan. g. Belum berkembangnya sektor-sektor hilir (sekunder dan tersier). Sedangkan saran yang dapat diajukan dari permasalahan ketimpangan yang terjadi dalam konsep pengembangan wilayah agropolitan diantaranya adalah: a. Memperkuat manajemen perencanaan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan agribisnis/agropolitan dari pusat sampai daerah, dengan: (1) mengoptimalkan sosialisasi dan (2) meningkatkan koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan konsistensi penyusunan, pelaksanaan dan akselerasi program pengelolaan agribisnis/agropolitan. 5
  • 7. b. Perlu meningkatkan kondisi agribisnis dengan menghilangkan 9 aspek kelemahan dan ancaman terhadap kondisi agribisnis meliputi: (1) SDM; (2) permodalan; (3) produksi; (4) distribusi; (5) pengolahan; (6) pemasaran; (7) daya saing; (8) kelembagaan; dan (9) sarana dan prasarana. c. Perlu segera mewujudkan landasan hukum yang kuat bagi pengembangan kawasan agropolitan dengan menetapkan peraturan daerah tentang penataan ruang dan masterplan yang mengatur pengembangan kawasan agropolitan berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. 6
  • 8. Daftar Pustaka Daidullah, Samsudin T. 2006. Strategi Pengembangan Agropolitan Dinas Tanaman Pangan Hortikula, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Boul. Yogyakarta. Thesis: Program Studi Magister Manajemen Agribisnis Sekolah Pascasarjana Universitas Gajahmada 2006. Deni, Ruchyat. 2007. Pengembangan Kawasan Agropolitan dalam Rangka Pengembangan Wilayah Berbasis RTRWN. Direktor Jenderal Penataan Ruang Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah R.I. Jakarta. Pranoto, S. 2005. Pembangunan Perdesaan Berkelanjutan melalui Model Pengembangan Agropolitan (Disertasi). Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rustiadi, E. 2007. Penataan Ruang dan Penguatan Infrastruktur Desa dalam Mendukung Konsep Agropolitan. Makalah Seminar dan Lokakarya Menuju Desa 2030. LPPM-IPB. Bogor. Rustiadi, E, dkk. 2007. Agropolitan Membangun Ekonomi Perdesaan. Crestpent Press. Bogor. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang. Sekretariat Negara 2007. 7