SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
TUGAS EKONOMI WILAYAH& KOTA
POTENSI WILAYAH BERDASARKAN BASIS EKONOMI SEKTOR PERTANIAN DI
KABUPATEN JAYAWIJAYA PAPUA
Oleh:
Arthur Semseviera. Rontini (135060620111001)
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam wilayah tropis, Indonesia
memiliki potensi pertanian yang sangat baik, terutama untuk pertanian tropika. Salah satu
produk pertanian tropika Indonesia yang berpotensi menjadi andalan adalah produk pertanian
segar dalam bentuk buah-buahan dan sayuran. Produk lain yang turut menjadi andalan adalah
rempah-rempah dan Bahan Bakar Nabati (BBN).
Indonesia merupakan Negara agraris yang memiliki potensi besar dan sumber daya alam
yang melimpah untuk produk pertanian. Di sektor pertanian Indonesia memiliki beragam
jenis tanaman, hal ini didukung kondisi iklim tropis yang berbeda, dibidang tanaman pangan
di Indonesia memiliki tanaman unggul seperti padi, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan
berbagai jenis faritas yang lain.
Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan signifikan bagi perekonomian
Indonesia. Sektor pertanian menyerap 35.9% dari total angkatan kerja di Indonesia dan
menyumbang 14.7% bagi GNP Indonesia (BPS, 2012). Fakta-fakta tersebut menguatkan
pertanian sebagai megasektor yang sangat vital bagi perekonomian Indonesia.
Sektor pertanian di Indonesia merupakan tulang punggung dari perekonomian dan
pembangunan nasional, hal tersebut dapat dilihat dalam pembentukan PDB, penerimaan
devisa, penyerapan tenaga kerja, penyediaan pangan, dan penyediaan bahan baku industri.
Sektor pertanian juga berperan dalam memeratakan pembangunan melalui upaya
pengentasan kemiskinan dan perbaikan pendapatan masyarakat. Selain itu, sektor pertanian
juga telah menjadi salah satu pembentuk budaya bangsa dan penyeimbang ekosistem.
Pada Provinsi Papua Pertanian merupakan sektor kedua yang berpengaruh terhadap
pengembangan ekonomi wilayah, dimana sektor yang pertama yaitu didominasi oleh sektor
pertambangan, namun peran sektor pertanian sangatlah penting dalam pembangunan
infrasrtuktur dan ekonomi wilayah di papua, hal ini dapat di kabupaten-kabupaten di Provinsi
Papua dimana sektor pertanian yang unggul di dareah-daerah yang terisolasi mampu menarik
perhatian dari pemerintah dan swasta untuk membuka akses berupa jalan untuk
memproduksi hasil-hasil pertanian dari daerah-daerah tersebut hal ini juga berdampak pada
peningkatan ekonomi masyarakat papua.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja hasil komoditas pertanian yang ada di Provinsi Papua dan Kabupaten
Jayawijaya?
2. Bagaimana hasil perhitungan LQ dan Shift Share mengenai komoditas pertanian yang ada
di Provinsi Papua dan Kabupaten Jayawijaya?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis komoditas pertanian yang ada Provinsi Papua dan
Kabupaten Jayawijaya Untuk mengetahui hasil perhitungan LQ dan Shift Share mengenai
komoditas pertanian yang unggul di Provinsi Papua dan Kabupaten Jayawijaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973) yang
menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah
berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad
1999:116). Dalam penjelasan selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan industri-industri
yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor,
akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Asumsi ini
memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah
tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga
dapat menghasilkan ekspor (Suyatno 2000:146).
Ada serangkaian teori ekonomi sebagai teori yang berusaha menjalankan perubahan-
perubahan regional yang menekankan hubungan antara sektor-sektor yang terdapat dalam
perekonomian daerah. Teori yang paling sederhana dan populer adalah teori basis ekonomi
(economic base theory). Menurut Glasson (1990:63-64), konsep dasar basis ekonomi
membagi perekonomian menjadi dua sektor yaitu:
1. Sektor-sektor Basis
Sektor basis adalah sektor-sektor yang mengekspor barang-barang dan jasa ke tempat di
luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atas masukan barang dan jasa
mereka kepada masyarakat yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat
yang bersangkutan.
2. Sektor-sektor Non Basis
Sektor non basis adalah sektor-sektor yang menjadikan barang-barang yang dibutuhkan
oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas perekonomian masyarakat
bersangkutan. Sektor-sektor tidak mengekspor barang-barang. Ruang lingkup mereka dan
daerah pasar terutama adalah bersifat lokal.
Teori basis ekonomi berupaya untuk menemukan dan mengenali aktivitas basis dari suatu
wilayah, kemudian meramalkan aktivitas itu dan menganalisis dampak tambahan dari
aktivitas ekspor tersebut. Konsep kunci dari teori basis ekonomi adalah bahwa kegiatan
ekspor merupakan mesin pertumbuhan. Tumbuh tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh
bagaimana kinerja wilayah itu terhadap permintaan akan barang dan jasa dari luar.
Bertambahnya kegiatan basis di suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke dalam
daerah yang bersangkutan sehingga menambah permintaan terhadap barang dan jasa yang
dihasilkan, akibatnya akan menambah volume kegiatan non basis. Sebaliknya semakin
berkurangnya kegiatan basis akan menurunkan permintaan terhadap produk dari kegiatan non
basis yang berarti berkurangnya pendapatan yang masuk ke daerah yang bersangkutan.
Dengan demikian kegiatan basis mempunyai peran sebagai penggerak utama.
Salah satu cara dalam menentukan suatu sektor sebagai sektor basis atau non-basis adalah
analisis Location Quotient (LQ). Arsyad (1999:315) menjelaskan bahwa teknik Location
Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi dua golongan yaitu:
1. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar
daerah yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini dinamakan sektor ekonomi
potensial (basis)
2. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah tersebut dinamakan sektor
tidak potensial (non basis) atau local industry.
2.2 Pengertian Analisis Location Quotien
Metode Location Quotient (LQ) adalah metode yang membandingkan porsi lapangan
kerja/jumlah produksi/nilai tambah untuk sektor tertentu di suatu wilayah dibandingkan
dengan porsi lapangan kerja/jumlah produksi/nilai tambah untuk sektor yang sama secara
nasional. Tujuan metode LQ ini untuk mengidentifikasi sektor unggulan(basis) dalam suatu
wilayah.
Teknik analisis Location Quotient (LQ) merupakan cara permulaan untuk mengetahui
kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Cara ini tidak atau belum memberi
kesimpulan akhir. Kesimpulan yang diperoleh baru merupakan kesimpulan sementara yang
masih harus dikaji dan ditilik kembali melalui teknik analisis lain yang dapat menjawab
apakah kesimpulan sementara di atas terbukti kebenarannya.
Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor
di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas.
1. Jika nilai LQ1, maka sektor yang bersangkutan kurang terspesialisasi dibanding sektor
yang sama di tingkat daerah tertentu, sehingga bukan merupakan sektor unggulan.
2. Jika nilai LQ=1, sektor yang bersangkutan memiliki tingkat spesialisasi yang sama
dengan sektor sejenis di tingkat daerah tertentu, sehingga hanya cukup untuk melayani
kebutuhan daerah sendiri.
3. Jika nilai LQ1, sektor yang bersangkutan lebih terspesialisasi dibanding sektor yang
sama di tingkat daerah tertentu, sehingga merupakan sektor unggulan.
2.3 Pengertian Analisis Shift Share
Shift Share adalah salah satu alat analisis untuk mengidentifikasi sumber ekonomi dari
sisi tenaga kerja atau pendapatan suatu wilayah tertentu. Shift Share ini berguna untuk
melihat perkembangan wilayah terhadap wilayah yang lebih luas misal perkembangan
kabupaten terhadap propinsi atau propinsi terhadap nasional. Dengan Shift Share dapat
diketahui perkembangan sektor - sektor dibanding sektor lainnya serta dapat membandingkan
laju perekonomian disuatu wilayah.
Tujuan analisis adalah untuk menentukan kinerja atau produktifitas kerja perekonomian
daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar ( tingkat regional atau
nasional).
Tiga komponen utama dalam Analysis Shift-Share:
1. Pangsa Pertumbuhan Nasional (National Growth Share) yaitu , pertumbuhan
(perubahan) variable ekonomi disuatu wilayah yang disebabkan oleh pertumbuhan
ekonomi nasional.
2. Pangsa Pertumbuhan Proposional yaitu, menggambarkan perubahan dalam suatu sektor
lokal yang diakibatkan pertumbuhan atau kemunduran sektor yang sama ditingkat
nasional.
3. Pangsa Lokal (pergeseran regional ) yaitu, pangsa dari pertumbuhan yang
menggambarkan tingkat keunikan ( kekhasan ) tertentu yang dimiliki oleh suatu
wilayah ( Lokal ) yang bisa menyebabkan variable ekonomi wilayah dari suatu
kelompok industri/sektor.
Wilayah yang dibahas dalam analysis Shift Share Analysis:
1. Differential Shift ( wilayah studi ) adalah Melihat perubahan pertumbuhan dari suatu
kegiatan/sector/industri i di wilayah studi terhadap kegiatan/sector/industri i tersebut
diwilayah referensi.
2. Proportionality shift ( wilayah refrensi ) Melihat perubahan pertumbuhan suatu suatu
sector/industri/kegiatan i diwilayah refrensi terhadap keseluruhan (total) kegiatan
/sector/industri yang ada diwilayah referensi.
Analisis ini bertolak pada asumsi bahwa pertumbuhan sektor daerah sama dengan pada
tingkat wilayah acuan, membagi perubahan atau pertumbuhan kinerja ekonomi daerah (lokal)
dalam tiga komponen :
1. Komponen Pertumbuhan Wilayah Acuan (KPW), yaitu mengukur kinerja perubahan
ekonomi pada perekonomian acuan. Hal ini diartikan bahwa daerah yang bersangkutan
tumbuh karena dipengaruhi oleh kebijakan wilayah acuan secara umum.
2. Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP), yaitu mengukur perbedaan pertumbuhan
sektor-sektor ekonomi acuan dengan pertumbuhan agregat. Apabila komponen ini pada
salah satu sektor wilayah acuan bernilai positif, berarti sektor tersebut berkembang
dalam perekonomian acuan. Sebaliknya jika negatif, sektor tersebut menurun kinerjanya.
3. Komponen Pergeseran atau Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPK), yaitu mengukur
kinerja sektor-sektor lokal terhadap sektor-sektor yang sama pada perekonomian acuan.
Apabila komponen ini pada salah satu sektor positif, maka daya saing sektor lokal
meningkat dibandingkan sektor yang sama pada ekonomi acuan, dan apabila negatif
terjadi sebaliknya.
BAB III
METODE ANALISIS
3.1 Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui perubahan struktur/kinerja ekonomi daerah
terhadap struktur ekonomi yang lebih tinggi (provinsi atau nasional) sebagai referensi.
a. Location Quotient (LQ)
LQ di dasarkan pada teori basis ekonomi. Tujuannya adalah menentukan sektor ekonomi
basis (ekspor) dan non-basis. Dalam analisis LQ ekonomi diasumsikan tertutup. Asumsi
lain, jika suatu daerah lebih berspesialisasi dibanding negara dalam menghasilkan produk
tertentu (LQ>1), maka ia akan mengekspor barang tersebut. Hasil dari LQ ini akan
digunakan untuk mengetahui struktur ekonomi, bukan untuk proyeksi.
Keterangan :
Eij = Variabel regional (contoh: hasil komoditas) sektor i di wilayah j
(kabupaten)
Ej = Variabel regional di wilayah j
Ein = Variabel regional di sektor i di wilayah n (provinsi)
En = Variabel regional di wilayah n
b. Analisis Hasil LQ
LQi > 1 mengindikasikan ada kegiatan ekspor di sektor tersebut atau sektor basis (B),
sedangkan LQi < 1 disebut sektor nonbasis (NB).
c. Keunggulan Metode LQ
Ada beberapa keunggulan dari metode LQ, antara lain :
1. Metode LQ memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung.
2. Metode LQ sederhana dan tidak mahal serta dapat diterapkan pada data historis untuk
mengetahui trend.
d. Kelemahan Metode LQ
Beberapa kelemahan metode LQ adalah:
1. Berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik dengan pola permintaan
bangsa dan bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor regional sama dengan
produktivitas tiap pekerja dalam industri-industri nasional.
2. Berasumsi bahwa tingkat ekspor tergantung pada tingkat disagregasi.
3.2 Analisis Shift Share
a. Analisis Shift Share
Analisis untuk menentukan kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dengan
membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (tingkat regional atau nasional).
Dengan Vjt= Volume dari tanaman (ton) pangan di wilayah (ex:Kabupaten) pada
tahun akhir.
Vt = Volume dari tanaman (ton) pangan di wilayah (ex: Provinsi) pada tahun
akhir.
Va = Volume dari tanaman (ton) pangan di wilayah (ex: Provinsi) pada tahun
awal.
Va = Volume dari tanaman (ton) pangan di wilayah (ex: Kabupaten) pada
tahun awal.
b. Analisis Hasil Total Shift Share
Jika nilai Shift Share > 1 = positif (+)
Shift Share < 1 = negatif (-)
Shift share positif artinya menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah
ke satu lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pada wilayah kedua (wilayah
perbandingan).
Shift Share negatif artinya pertumbuhan suatu sektor pada tingkat wilayah kesatu lebih
lambat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor tersebut pada wilayah kedua (wilayah
perbandingan).
c. Keunggulan Shift Share
Keunggulan analisis Shift- share antara lain (Stevens B.H. dan Moore dalam Modul Isian
Daerah untuk SIMRENAS):
1. Analisis Shift-share tergolong sederhana. Namun demikian, dapat memberikan
gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi.
2. Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat.
3. Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan
cukup akurat.
d. Kelemahan Shift Share
Kelemahan analisis Shift-share, yaitu:
1. Hanya dapat digunakan untuk analisis ex-post.
2. Masalah benchmark berkenaan dengan homothetic change, apakah t atau (t+1) tidak
dapat dijelaskan dengan baik.
3. Ada data periode waktu tertentu di tengah periode pengamatan yang tidak
terungkap.
4. Analisis ini membutuhkan analisis lebih lanjut apabila digunaka untuk peramalan,
mengingat bahwa regional shift tidak konstan dari suatu periode ke periode lainnya.
5. Tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antarsektor.
6. Tidak ada keterkaitan antar daerah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Produksi Sektor Pertanian di Provinsi Papua
Hasil sektor pertanian di Provinsi Papua menurut Papua Dalam Angka Tahun 2013 dan
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua adalah ubi jalar, padi,ubi kayu dan kacang tanah.
Berikut adalah jumlah (ton) pada masing-masing komoditas.
Tahun
Komoditas
Ubi Jalar Padi Ubi Kayu
Kacang
Tanah
2008 337.096 85.699 35.100 2.851
2009 343.325 98.514 36.500 2.463
2010 349.135 102.610 35.530 2.540
2011 348.38 115.38 34.899 2.105
2012 345.094 138.032 36.679 2.094
Luas Lahan (ha) 33.071 37.149 3.020 1.990
Sumber: BPS Provinsi Papua dan Papua Dalam Angka 2013
4.2 Data Hasil Produksi Sektor Pertanian di Kabupaten Sidoarjo
Hasil sektor pertanian di Provinsi Papua menurut Papua Dalam Angka Tahun 2013 dan
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua adalah ubi jalar, padi,ubi kayu dan kacang tanah.
Berikut adalah jumlah (ton) pada masing-masing komoditas.
Tahun
Komoditas
Ubi Kayu Padi Ubi Jalar
Kacang
Tanah
2008 3.694 333 13.933 484
2009 4.177 350 2.959 354
2010 2.507 778 2.241 168
2011 1.437 415 1.272 70
2012 1.333 166 3.519 50
Luas Lahan (ha) 336 45 109 76
Sumber: BPS Provinsi Papua dan Papua Dalam Angka 2013
4.3 Perhitungan Analisis Location Qoutient (LQ)
Adapun hasil produksi sektor pertanian di Kabupaten Jayawijaya dan Provinsi Papua dapat
dilihat pada Tabel dibawah ini
Jenis
Komoditas
Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua
Hasil
Produksi
(ton)
Luas Lahan
(ha)
Hasil
Produksi
(ton)
Luas
Lahan
(ha)
Ubi Jalar 23.924 336 1.066.197 33.071
Padi
Sawah
2.042 45 436.393 37.149
Ubi Kayu 13.148 109 178.708 3.020
Kacang
Tanah
1.126 76 12.053 1.990
Jumlah 40.240 556 1.693.351 75.230
Sumber: BPS Provinsi Papua dan Papua Dalam Angka 2013
1. Perhitungan LQ Ubi Jalar
LQ Ubi Jalar =
23.924/40.240
1.066.197/1.693.351
= 0,91
2. Perhitungan LQ Padi
LQ Padi =
2.042/40.240
436.393/1.693.351
= 0,2
3. Perhitungan LQ Ubi Kayu
LQ Ubi Kayu =
13.148/40.240
178.708/1.693.351
= 3,09
4. Perhitungan LQ Kacang Tanah
LQ Kacang Tanah =
1.126/40.240
12.053/1.693.351
= 3,93
Tabel Hasil LQ Produksi Pertanian
Jenis
Komoditas
Kabupaten
Jayawijaya
Provinsi Papua LQ
Hasil Produksi
(ton/th)
Hasil Produksi
(ton/th)
Ubi Jalar 23.924 1.066.197 0,91
Padi
Sawah
2.042 436.393 0,2
Ubi Kayu 13.148 178.708 3,09
Kacang
Tanah
1.126 12.053 3,93
Jumlah 40.240 1.693.351
Sumber: Hasil Analisis, 2015
Pada tabel hasil LQ diatas dapat dilihat terdapat kotak merah pada komoditas Ubi Kayu
dan Kacang Tanah, karena nilai LQ > 1 yaitu mencapai 3,09 untuk komoditas Ubi Kayu dan
3,93 untuk komoditas Kacang tanah. Hal ini menunjukkan bahwa hasil komoditas dari
komoditas Ubi Kayu dan Kacang Tanah dapat mencukupi kebutuhan di Kabupaten
Jayawijaya dan di wilayah lainnya.
Komoditas Padi Sawah dan Ubi Jalar merupakan komoditas yang tidak unggul di
Kabupaten Jayawijaya. Hal ini disebabkan karena nilai LQ 0,91 untuk komoditas Ubi Jalar
dan 0,2 untuk komoditas Kacang tanah. Dengan nilai kurang dari satu maka komoditas ini
tidak dapat mencukupi kebutuhan Kabupaten Jayawijaya, apalagi untuk mencukupi
kebutuhan wilayah lain.
4.4 Perhitungan Analisis Shift Share
Adapun hasil produksi sektor pertanian di Kabupaten Jayawijaya Provisi Papua dapat
dilihat pada Tabel dibawah ini
Tabel Produksi Pertanian
Sumber: BPS Jawa Timur dan Jawa Timur Dalam Angka 2013
Dalam perhitungan Shift Share ini, perhitungan dimulai dari tahun awal yakni
menggunakan tahun dasar 2008 dan tahun akhir tahun 2012.
1. Perhitungan Shift Share Ubi Jalar
Total S.Share Ubi Jalar = 1.333 − (
345.094
337.096
)3.694
= −2448,64
2. Perhitungan Shift Share Ubi Kayu
Total S.Share Ubi Kayu = 3.519 − (
35.100
36.679
)13.933
= −9814.2
3. Perhitungan Shift Share Kacang Tanah
Tahun
Komoditas Provinsi Papua Komoditas di Kabupaten Jayawijaya
Ubi Jalar
Padi
Sawah
Ubi
Kayu
Kacang
Tanah
Ubi
Jalar
Padi
Sawah
Ubi
Kayu
Kacang
Tanah
2008 337.096 85.699 35.100 2.851 3.694 333 13.933 484
2009 343.325 98.514 36.500 2.463 4.177 350 2.959 354
2010 349.135 102.610 35.530 2.540 2.507 778 2.241 168
2011 348.38 115.38 34.899 2.105 1.437 415 1.272 70
2012 345.094 138.032 36.679 2.094 1.333 166 3.519 50
Luas
Lahan
(ha)
33.071 37.149 3.020 1.990 336 45 109 76
Total S.Share Kacang Tanah = 50 − (
2.094
2.851
) 484
= −305.488
4. Perhitungan Shift Share Padi Sawah
Total S.Share Padi Sawah = 166 − (
138.032
85.699
)333
= −370,538
Tabel Hasil Shift Share Produksi Pertanian
Jenis
Komoditas
Kabupaten
Jayawijaya
Provinsi Papua Total Shift Share
Hasil Produksi (ton) Hasil Produksi (ton)
Ubi Jalar 23.924 1.066.197 -2448,64 -
Padi Sawah 2.042 436.393 -370,538 -
Ubi Kayu 13.148 178.708 -9814,2 -
Kacang
Tanah
1.126 12.053 -305,488 -
Jumlah 40.240 1.693.351
Sumber: Hasil Analisis, 2015
Pada tabel hasil Shift Share diatas dapat dilihahat Dari hasil perhitungan shift shre pada
keempat komoditas memperoleh hasil (-), dimana komodtas Ubi Jalar yaitu -248,64,
Komoditas Padi sawah yaitu -370,538, Komoditas Ubi Kayu yaitu -8914,2, dan, komoditas
Kacang tanah -305,488. Sehingga perkembangan dari komoditas Ubi jalar, Padi sawah, Ubi
kayu, dan Kacang tanah tidak dapat memicu pertumbuhan pada sektor pertanian karena
memiliki pertumbuhan yang lambat.
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh melalui searhing diwebsite Badan Pusat Stastik Provisi Papua
dan Papua dalam angka Tahun 2013 mengenai hasil komoditas sektor pertanian yang terdapat pada
Provinsi Papua dan Kabupaten Jayawijaya yang kemudian dihitung nilai LQ dan Shift share. Perhitungan
nilai LQ bertjuan untuk mengetahui komuditas pertanian yang unggul pada Kabupaten Jayawijaya
sedangkan Perhitungan Shift share bertujuan untuk mengetahui komuditas apakah yang mampu memicu
pertumbuhan pada sektor komoditas pertanian di kabupaten Jayawijaya.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai LQ>1 adalah komuditas yang paling unggul pertama di
Kabupaten Jayawijaya adalah kacang tanah dengan nilai LQ 3,93 dan komiditas unggul kedua yaitu ubi
kayu dengan nilai LQ sebesar 3.09. Sedangkan Hasil perhitungan total shift share (+) adalah komoditas
yang paling memicu pertumbuhan cepat, namun tidak diperolah nilai (+) dari komuditas ubi jalar, padi
sawah, ubi jalar, dan Kacang tanah, sehingga belum mampu mimicu pertumbuhan sektor pertanian pada
kabupaten Jayawijaya.
DAFTAR PUSTAKA
http://anisfikry.blogspot.com/2013/05/analisis-shift-share-untuk-sebagai.html (diakses pada
tanggal 10 April 2015)
http://bunda-bisa.blogspot.com/2013/03/teori-basis-ekonomi.html (diakses pada tanggal 10
April 2015)
http://perencanaankota.blogspot.com/2013/06/location-quotient-dan-shift-share.html (diakses
pada tanggal 10 April 2015)
http://ruangkotahanun.blogspot.com/2011/05/analisis-shiftshare.html (diakses pada tanggal
10 April 2015)
http://studyandlearningnow.blogspot.com/2013/06/alat-analisis-yang-digunakan-untuk.html
(diakses pada tanggal 10 April 2015)
Papua Dalam Angka Tahun 2013
http://papua.bps.go.id/website/flipping_publikasi/Papua-Dalam-Angka-2013/indexFlip.php
(diakses pada 10 April 2015)

More Related Content

What's hot

Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMakalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Mutiara Shifa
 
Pendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunanPendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunan
Qiu El Fahmi
 
peran pemerintah dalam penyediaan barang publik
peran pemerintah dalam penyediaan barang publikperan pemerintah dalam penyediaan barang publik
peran pemerintah dalam penyediaan barang publik
Badrotuz Zahro
 
Materi perencanaan regional
Materi perencanaan regionalMateri perencanaan regional
Materi perencanaan regional
Local Government
 
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhanaCara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
Bagus ardian
 

What's hot (20)

Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahIsu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Paradigma baru pembangunan perdesaan
Paradigma baru pembangunan perdesaanParadigma baru pembangunan perdesaan
Paradigma baru pembangunan perdesaan
 
Proyeksi penduduk
Proyeksi pendudukProyeksi penduduk
Proyeksi penduduk
 
Analisis shift share epp
Analisis shift share eppAnalisis shift share epp
Analisis shift share epp
 
Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Pertanian
Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan PertanianKebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Pertanian
Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Pertanian
 
Beberapa ukuran dasar demografi
Beberapa ukuran dasar demografiBeberapa ukuran dasar demografi
Beberapa ukuran dasar demografi
 
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMakalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
 
Pendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunanPendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunan
 
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan ProsesPerencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
 
peran pemerintah dalam penyediaan barang publik
peran pemerintah dalam penyediaan barang publikperan pemerintah dalam penyediaan barang publik
peran pemerintah dalam penyediaan barang publik
 
Shadow Price
Shadow PriceShadow Price
Shadow Price
 
Pembangunan regional mteri pak iman
Pembangunan regional mteri pak imanPembangunan regional mteri pak iman
Pembangunan regional mteri pak iman
 
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. BanjarnegaraMelihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
 
Materi perencanaan regional
Materi perencanaan regionalMateri perencanaan regional
Materi perencanaan regional
 
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhanaCara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
 
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN PARTISIPATIF
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN  PARTISIPATIFMENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN  PARTISIPATIF
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN PARTISIPATIF
 
Peran sektor pertanian
Peran sektor pertanianPeran sektor pertanian
Peran sektor pertanian
 
Barang publik dan barang privat
Barang publik dan barang privatBarang publik dan barang privat
Barang publik dan barang privat
 
Analisis input output
Analisis input outputAnalisis input output
Analisis input output
 

Viewers also liked

Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMOD...
Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMOD...Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMOD...
Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMOD...
Ronykur Ronykur
 
Uspto reexamination request - update - may 02 to may 09, 2011 - invn tree
Uspto   reexamination request - update - may 02 to may 09, 2011 - invn treeUspto   reexamination request - update - may 02 to may 09, 2011 - invn tree
Uspto reexamination request - update - may 02 to may 09, 2011 - invn tree
InvnTree IP Services Pvt. Ltd.
 
Ekonomi wilayah
Ekonomi wilayahEkonomi wilayah
Ekonomi wilayah
Ary Ajo
 
5. perubahan struktur ekonomi
5. perubahan struktur ekonomi5. perubahan struktur ekonomi
5. perubahan struktur ekonomi
Fahmi Me
 

Viewers also liked (20)

Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMOD...
Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMOD...Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMOD...
Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMOD...
 
Teori basis ekonomi
Teori basis ekonomiTeori basis ekonomi
Teori basis ekonomi
 
Sistem Informasi Geografis 1
Sistem Informasi Geografis 1Sistem Informasi Geografis 1
Sistem Informasi Geografis 1
 
Sistem Informasi Geografis 2
Sistem Informasi Geografis 2Sistem Informasi Geografis 2
Sistem Informasi Geografis 2
 
Analisis Sinyal Kecil
Analisis Sinyal KecilAnalisis Sinyal Kecil
Analisis Sinyal Kecil
 
Uspto reexamination request - update - may 02 to may 09, 2011 - invn tree
Uspto   reexamination request - update - may 02 to may 09, 2011 - invn treeUspto   reexamination request - update - may 02 to may 09, 2011 - invn tree
Uspto reexamination request - update - may 02 to may 09, 2011 - invn tree
 
Ekonomi regional
Ekonomi regionalEkonomi regional
Ekonomi regional
 
Ekonomi wilayah
Ekonomi wilayahEkonomi wilayah
Ekonomi wilayah
 
Makalah teori lokasi
Makalah teori lokasiMakalah teori lokasi
Makalah teori lokasi
 
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMIPERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
 
Charisma 11140935 perubahan struktur ekonomi indonesia
Charisma 11140935 perubahan struktur ekonomi indonesiaCharisma 11140935 perubahan struktur ekonomi indonesia
Charisma 11140935 perubahan struktur ekonomi indonesia
 
6 perubahan struktur ekonomi
6 perubahan struktur ekonomi6 perubahan struktur ekonomi
6 perubahan struktur ekonomi
 
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...
 
OECD Global Interim Economic Outlook February 2016 presentation
OECD Global Interim Economic Outlook February 2016 presentationOECD Global Interim Economic Outlook February 2016 presentation
OECD Global Interim Economic Outlook February 2016 presentation
 
ANALISIS DAN EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EKONOMI WILAYAH DI PROVINSI KA...
ANALISIS DAN EVALUASI  IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EKONOMI WILAYAH  DI PROVINSI KA...ANALISIS DAN EVALUASI  IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EKONOMI WILAYAH  DI PROVINSI KA...
ANALISIS DAN EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EKONOMI WILAYAH DI PROVINSI KA...
 
Shift Share Analysis Based on Main Activity Sector of Selected Districts of B...
Shift Share Analysis Based on Main Activity Sector of Selected Districts of B...Shift Share Analysis Based on Main Activity Sector of Selected Districts of B...
Shift Share Analysis Based on Main Activity Sector of Selected Districts of B...
 
5. perubahan struktur ekonomi
5. perubahan struktur ekonomi5. perubahan struktur ekonomi
5. perubahan struktur ekonomi
 
konsep ekonomi regional
konsep ekonomi regionalkonsep ekonomi regional
konsep ekonomi regional
 
Europa puntos extremos
Europa puntos extremosEuropa puntos extremos
Europa puntos extremos
 
Presentasi karya ilmiah
Presentasi karya ilmiahPresentasi karya ilmiah
Presentasi karya ilmiah
 

Similar to Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedelai daan Jagung Kabupaten Jayawijaya

Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanianMakalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
Opissen Yudisyus
 
Pembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesiaPembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesia
sarianputra
 

Similar to Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedelai daan Jagung Kabupaten Jayawijaya (20)

From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
 
Analisis Aspek Ekonomi.docx
Analisis Aspek Ekonomi.docxAnalisis Aspek Ekonomi.docx
Analisis Aspek Ekonomi.docx
 
8 peran dan sektor pertanian
8 peran dan sektor pertanian8 peran dan sektor pertanian
8 peran dan sektor pertanian
 
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Bondowoso agroindustri
Bondowoso agroindustri Bondowoso agroindustri
Bondowoso agroindustri
 
PERANAN SEKTOR PERTANNIAN
PERANAN SEKTOR PERTANNIAN PERANAN SEKTOR PERTANNIAN
PERANAN SEKTOR PERTANNIAN
 
Peranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanianPeranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanian
 
Abdul ajid 11140963
Abdul ajid  11140963Abdul ajid  11140963
Abdul ajid 11140963
 
Tugas 8. peranan sektor pertanian ppt
Tugas 8. peranan sektor pertanian pptTugas 8. peranan sektor pertanian ppt
Tugas 8. peranan sektor pertanian ppt
 
peranan sektor pertanian
peranan sektor pertanianperanan sektor pertanian
peranan sektor pertanian
 
Ratya
RatyaRatya
Ratya
 
7 pembangunan ekonomi daerah.
7 pembangunan ekonomi daerah.7 pembangunan ekonomi daerah.
7 pembangunan ekonomi daerah.
 
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanianMakalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
 
BAB 1 (Autosaved).docx
BAB 1 (Autosaved).docxBAB 1 (Autosaved).docx
BAB 1 (Autosaved).docx
 
Sub sektorindustri, 113 133abas
Sub sektorindustri, 113 133abasSub sektorindustri, 113 133abas
Sub sektorindustri, 113 133abas
 
Model analisis simultan, nanik istianingsih
Model analisis simultan, nanik istianingsihModel analisis simultan, nanik istianingsih
Model analisis simultan, nanik istianingsih
 
Pembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesiaPembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesia
 
Ekspor dan impor Pertanian
Ekspor dan impor PertanianEkspor dan impor Pertanian
Ekspor dan impor Pertanian
 
Konsep Agropolitan
Konsep AgropolitanKonsep Agropolitan
Konsep Agropolitan
 

Recently uploaded

Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
luqmanhakimkhairudin
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
SuzanDwiPutra
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
GilangNandiaputri1
 

Recently uploaded (20)

Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
 
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDMateri Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
 
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptxAksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxKegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 

Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedelai daan Jagung Kabupaten Jayawijaya

  • 1. TUGAS EKONOMI WILAYAH& KOTA POTENSI WILAYAH BERDASARKAN BASIS EKONOMI SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN JAYAWIJAYA PAPUA Oleh: Arthur Semseviera. Rontini (135060620111001) JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam wilayah tropis, Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat baik, terutama untuk pertanian tropika. Salah satu produk pertanian tropika Indonesia yang berpotensi menjadi andalan adalah produk pertanian segar dalam bentuk buah-buahan dan sayuran. Produk lain yang turut menjadi andalan adalah rempah-rempah dan Bahan Bakar Nabati (BBN). Indonesia merupakan Negara agraris yang memiliki potensi besar dan sumber daya alam yang melimpah untuk produk pertanian. Di sektor pertanian Indonesia memiliki beragam jenis tanaman, hal ini didukung kondisi iklim tropis yang berbeda, dibidang tanaman pangan di Indonesia memiliki tanaman unggul seperti padi, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan berbagai jenis faritas yang lain. Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan signifikan bagi perekonomian Indonesia. Sektor pertanian menyerap 35.9% dari total angkatan kerja di Indonesia dan menyumbang 14.7% bagi GNP Indonesia (BPS, 2012). Fakta-fakta tersebut menguatkan pertanian sebagai megasektor yang sangat vital bagi perekonomian Indonesia. Sektor pertanian di Indonesia merupakan tulang punggung dari perekonomian dan pembangunan nasional, hal tersebut dapat dilihat dalam pembentukan PDB, penerimaan devisa, penyerapan tenaga kerja, penyediaan pangan, dan penyediaan bahan baku industri. Sektor pertanian juga berperan dalam memeratakan pembangunan melalui upaya pengentasan kemiskinan dan perbaikan pendapatan masyarakat. Selain itu, sektor pertanian juga telah menjadi salah satu pembentuk budaya bangsa dan penyeimbang ekosistem. Pada Provinsi Papua Pertanian merupakan sektor kedua yang berpengaruh terhadap pengembangan ekonomi wilayah, dimana sektor yang pertama yaitu didominasi oleh sektor pertambangan, namun peran sektor pertanian sangatlah penting dalam pembangunan infrasrtuktur dan ekonomi wilayah di papua, hal ini dapat di kabupaten-kabupaten di Provinsi Papua dimana sektor pertanian yang unggul di dareah-daerah yang terisolasi mampu menarik perhatian dari pemerintah dan swasta untuk membuka akses berupa jalan untuk memproduksi hasil-hasil pertanian dari daerah-daerah tersebut hal ini juga berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat papua.
  • 3. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja hasil komoditas pertanian yang ada di Provinsi Papua dan Kabupaten Jayawijaya? 2. Bagaimana hasil perhitungan LQ dan Shift Share mengenai komoditas pertanian yang ada di Provinsi Papua dan Kabupaten Jayawijaya? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui jenis-jenis komoditas pertanian yang ada Provinsi Papua dan Kabupaten Jayawijaya Untuk mengetahui hasil perhitungan LQ dan Shift Share mengenai komoditas pertanian yang unggul di Provinsi Papua dan Kabupaten Jayawijaya.
  • 4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Teori Basis Ekonomi Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973) yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad 1999:116). Dalam penjelasan selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno 2000:146). Ada serangkaian teori ekonomi sebagai teori yang berusaha menjalankan perubahan- perubahan regional yang menekankan hubungan antara sektor-sektor yang terdapat dalam perekonomian daerah. Teori yang paling sederhana dan populer adalah teori basis ekonomi (economic base theory). Menurut Glasson (1990:63-64), konsep dasar basis ekonomi membagi perekonomian menjadi dua sektor yaitu: 1. Sektor-sektor Basis Sektor basis adalah sektor-sektor yang mengekspor barang-barang dan jasa ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atas masukan barang dan jasa mereka kepada masyarakat yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan. 2. Sektor-sektor Non Basis Sektor non basis adalah sektor-sektor yang menjadikan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas perekonomian masyarakat bersangkutan. Sektor-sektor tidak mengekspor barang-barang. Ruang lingkup mereka dan daerah pasar terutama adalah bersifat lokal. Teori basis ekonomi berupaya untuk menemukan dan mengenali aktivitas basis dari suatu wilayah, kemudian meramalkan aktivitas itu dan menganalisis dampak tambahan dari aktivitas ekspor tersebut. Konsep kunci dari teori basis ekonomi adalah bahwa kegiatan
  • 5. ekspor merupakan mesin pertumbuhan. Tumbuh tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh bagaimana kinerja wilayah itu terhadap permintaan akan barang dan jasa dari luar. Bertambahnya kegiatan basis di suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan sehingga menambah permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, akibatnya akan menambah volume kegiatan non basis. Sebaliknya semakin berkurangnya kegiatan basis akan menurunkan permintaan terhadap produk dari kegiatan non basis yang berarti berkurangnya pendapatan yang masuk ke daerah yang bersangkutan. Dengan demikian kegiatan basis mempunyai peran sebagai penggerak utama. Salah satu cara dalam menentukan suatu sektor sebagai sektor basis atau non-basis adalah analisis Location Quotient (LQ). Arsyad (1999:315) menjelaskan bahwa teknik Location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi dua golongan yaitu: 1. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini dinamakan sektor ekonomi potensial (basis) 2. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah tersebut dinamakan sektor tidak potensial (non basis) atau local industry. 2.2 Pengertian Analisis Location Quotien Metode Location Quotient (LQ) adalah metode yang membandingkan porsi lapangan kerja/jumlah produksi/nilai tambah untuk sektor tertentu di suatu wilayah dibandingkan dengan porsi lapangan kerja/jumlah produksi/nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional. Tujuan metode LQ ini untuk mengidentifikasi sektor unggulan(basis) dalam suatu wilayah. Teknik analisis Location Quotient (LQ) merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Cara ini tidak atau belum memberi kesimpulan akhir. Kesimpulan yang diperoleh baru merupakan kesimpulan sementara yang masih harus dikaji dan ditilik kembali melalui teknik analisis lain yang dapat menjawab apakah kesimpulan sementara di atas terbukti kebenarannya. Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas.
  • 6. 1. Jika nilai LQ1, maka sektor yang bersangkutan kurang terspesialisasi dibanding sektor yang sama di tingkat daerah tertentu, sehingga bukan merupakan sektor unggulan. 2. Jika nilai LQ=1, sektor yang bersangkutan memiliki tingkat spesialisasi yang sama dengan sektor sejenis di tingkat daerah tertentu, sehingga hanya cukup untuk melayani kebutuhan daerah sendiri. 3. Jika nilai LQ1, sektor yang bersangkutan lebih terspesialisasi dibanding sektor yang sama di tingkat daerah tertentu, sehingga merupakan sektor unggulan. 2.3 Pengertian Analisis Shift Share Shift Share adalah salah satu alat analisis untuk mengidentifikasi sumber ekonomi dari sisi tenaga kerja atau pendapatan suatu wilayah tertentu. Shift Share ini berguna untuk melihat perkembangan wilayah terhadap wilayah yang lebih luas misal perkembangan kabupaten terhadap propinsi atau propinsi terhadap nasional. Dengan Shift Share dapat diketahui perkembangan sektor - sektor dibanding sektor lainnya serta dapat membandingkan laju perekonomian disuatu wilayah. Tujuan analisis adalah untuk menentukan kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar ( tingkat regional atau nasional). Tiga komponen utama dalam Analysis Shift-Share: 1. Pangsa Pertumbuhan Nasional (National Growth Share) yaitu , pertumbuhan (perubahan) variable ekonomi disuatu wilayah yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi nasional. 2. Pangsa Pertumbuhan Proposional yaitu, menggambarkan perubahan dalam suatu sektor lokal yang diakibatkan pertumbuhan atau kemunduran sektor yang sama ditingkat nasional. 3. Pangsa Lokal (pergeseran regional ) yaitu, pangsa dari pertumbuhan yang menggambarkan tingkat keunikan ( kekhasan ) tertentu yang dimiliki oleh suatu wilayah ( Lokal ) yang bisa menyebabkan variable ekonomi wilayah dari suatu kelompok industri/sektor. Wilayah yang dibahas dalam analysis Shift Share Analysis:
  • 7. 1. Differential Shift ( wilayah studi ) adalah Melihat perubahan pertumbuhan dari suatu kegiatan/sector/industri i di wilayah studi terhadap kegiatan/sector/industri i tersebut diwilayah referensi. 2. Proportionality shift ( wilayah refrensi ) Melihat perubahan pertumbuhan suatu suatu sector/industri/kegiatan i diwilayah refrensi terhadap keseluruhan (total) kegiatan /sector/industri yang ada diwilayah referensi. Analisis ini bertolak pada asumsi bahwa pertumbuhan sektor daerah sama dengan pada tingkat wilayah acuan, membagi perubahan atau pertumbuhan kinerja ekonomi daerah (lokal) dalam tiga komponen : 1. Komponen Pertumbuhan Wilayah Acuan (KPW), yaitu mengukur kinerja perubahan ekonomi pada perekonomian acuan. Hal ini diartikan bahwa daerah yang bersangkutan tumbuh karena dipengaruhi oleh kebijakan wilayah acuan secara umum. 2. Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP), yaitu mengukur perbedaan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi acuan dengan pertumbuhan agregat. Apabila komponen ini pada salah satu sektor wilayah acuan bernilai positif, berarti sektor tersebut berkembang dalam perekonomian acuan. Sebaliknya jika negatif, sektor tersebut menurun kinerjanya. 3. Komponen Pergeseran atau Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPK), yaitu mengukur kinerja sektor-sektor lokal terhadap sektor-sektor yang sama pada perekonomian acuan. Apabila komponen ini pada salah satu sektor positif, maka daya saing sektor lokal meningkat dibandingkan sektor yang sama pada ekonomi acuan, dan apabila negatif terjadi sebaliknya.
  • 8. BAB III METODE ANALISIS 3.1 Analisis Location Quotient (LQ) Analisis ini digunakan untuk mengetahui perubahan struktur/kinerja ekonomi daerah terhadap struktur ekonomi yang lebih tinggi (provinsi atau nasional) sebagai referensi. a. Location Quotient (LQ) LQ di dasarkan pada teori basis ekonomi. Tujuannya adalah menentukan sektor ekonomi basis (ekspor) dan non-basis. Dalam analisis LQ ekonomi diasumsikan tertutup. Asumsi lain, jika suatu daerah lebih berspesialisasi dibanding negara dalam menghasilkan produk tertentu (LQ>1), maka ia akan mengekspor barang tersebut. Hasil dari LQ ini akan digunakan untuk mengetahui struktur ekonomi, bukan untuk proyeksi. Keterangan : Eij = Variabel regional (contoh: hasil komoditas) sektor i di wilayah j (kabupaten) Ej = Variabel regional di wilayah j Ein = Variabel regional di sektor i di wilayah n (provinsi) En = Variabel regional di wilayah n b. Analisis Hasil LQ LQi > 1 mengindikasikan ada kegiatan ekspor di sektor tersebut atau sektor basis (B), sedangkan LQi < 1 disebut sektor nonbasis (NB). c. Keunggulan Metode LQ Ada beberapa keunggulan dari metode LQ, antara lain : 1. Metode LQ memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung. 2. Metode LQ sederhana dan tidak mahal serta dapat diterapkan pada data historis untuk mengetahui trend. d. Kelemahan Metode LQ Beberapa kelemahan metode LQ adalah:
  • 9. 1. Berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik dengan pola permintaan bangsa dan bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor regional sama dengan produktivitas tiap pekerja dalam industri-industri nasional. 2. Berasumsi bahwa tingkat ekspor tergantung pada tingkat disagregasi. 3.2 Analisis Shift Share a. Analisis Shift Share Analisis untuk menentukan kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (tingkat regional atau nasional). Dengan Vjt= Volume dari tanaman (ton) pangan di wilayah (ex:Kabupaten) pada tahun akhir. Vt = Volume dari tanaman (ton) pangan di wilayah (ex: Provinsi) pada tahun akhir. Va = Volume dari tanaman (ton) pangan di wilayah (ex: Provinsi) pada tahun awal. Va = Volume dari tanaman (ton) pangan di wilayah (ex: Kabupaten) pada tahun awal. b. Analisis Hasil Total Shift Share Jika nilai Shift Share > 1 = positif (+) Shift Share < 1 = negatif (-) Shift share positif artinya menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah ke satu lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pada wilayah kedua (wilayah perbandingan). Shift Share negatif artinya pertumbuhan suatu sektor pada tingkat wilayah kesatu lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor tersebut pada wilayah kedua (wilayah perbandingan). c. Keunggulan Shift Share
  • 10. Keunggulan analisis Shift- share antara lain (Stevens B.H. dan Moore dalam Modul Isian Daerah untuk SIMRENAS): 1. Analisis Shift-share tergolong sederhana. Namun demikian, dapat memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi. 2. Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat. 3. Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan cukup akurat. d. Kelemahan Shift Share Kelemahan analisis Shift-share, yaitu: 1. Hanya dapat digunakan untuk analisis ex-post. 2. Masalah benchmark berkenaan dengan homothetic change, apakah t atau (t+1) tidak dapat dijelaskan dengan baik. 3. Ada data periode waktu tertentu di tengah periode pengamatan yang tidak terungkap. 4. Analisis ini membutuhkan analisis lebih lanjut apabila digunaka untuk peramalan, mengingat bahwa regional shift tidak konstan dari suatu periode ke periode lainnya. 5. Tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antarsektor. 6. Tidak ada keterkaitan antar daerah.
  • 11. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Produksi Sektor Pertanian di Provinsi Papua Hasil sektor pertanian di Provinsi Papua menurut Papua Dalam Angka Tahun 2013 dan Badan Pusat Statistik Provinsi Papua adalah ubi jalar, padi,ubi kayu dan kacang tanah. Berikut adalah jumlah (ton) pada masing-masing komoditas. Tahun Komoditas Ubi Jalar Padi Ubi Kayu Kacang Tanah 2008 337.096 85.699 35.100 2.851 2009 343.325 98.514 36.500 2.463 2010 349.135 102.610 35.530 2.540 2011 348.38 115.38 34.899 2.105 2012 345.094 138.032 36.679 2.094 Luas Lahan (ha) 33.071 37.149 3.020 1.990 Sumber: BPS Provinsi Papua dan Papua Dalam Angka 2013 4.2 Data Hasil Produksi Sektor Pertanian di Kabupaten Sidoarjo Hasil sektor pertanian di Provinsi Papua menurut Papua Dalam Angka Tahun 2013 dan Badan Pusat Statistik Provinsi Papua adalah ubi jalar, padi,ubi kayu dan kacang tanah. Berikut adalah jumlah (ton) pada masing-masing komoditas. Tahun Komoditas Ubi Kayu Padi Ubi Jalar Kacang Tanah 2008 3.694 333 13.933 484 2009 4.177 350 2.959 354 2010 2.507 778 2.241 168 2011 1.437 415 1.272 70 2012 1.333 166 3.519 50
  • 12. Luas Lahan (ha) 336 45 109 76 Sumber: BPS Provinsi Papua dan Papua Dalam Angka 2013 4.3 Perhitungan Analisis Location Qoutient (LQ) Adapun hasil produksi sektor pertanian di Kabupaten Jayawijaya dan Provinsi Papua dapat dilihat pada Tabel dibawah ini Jenis Komoditas Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua Hasil Produksi (ton) Luas Lahan (ha) Hasil Produksi (ton) Luas Lahan (ha) Ubi Jalar 23.924 336 1.066.197 33.071 Padi Sawah 2.042 45 436.393 37.149 Ubi Kayu 13.148 109 178.708 3.020 Kacang Tanah 1.126 76 12.053 1.990 Jumlah 40.240 556 1.693.351 75.230 Sumber: BPS Provinsi Papua dan Papua Dalam Angka 2013 1. Perhitungan LQ Ubi Jalar LQ Ubi Jalar = 23.924/40.240 1.066.197/1.693.351 = 0,91 2. Perhitungan LQ Padi LQ Padi = 2.042/40.240 436.393/1.693.351 = 0,2 3. Perhitungan LQ Ubi Kayu LQ Ubi Kayu = 13.148/40.240 178.708/1.693.351
  • 13. = 3,09 4. Perhitungan LQ Kacang Tanah LQ Kacang Tanah = 1.126/40.240 12.053/1.693.351 = 3,93 Tabel Hasil LQ Produksi Pertanian Jenis Komoditas Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua LQ Hasil Produksi (ton/th) Hasil Produksi (ton/th) Ubi Jalar 23.924 1.066.197 0,91 Padi Sawah 2.042 436.393 0,2 Ubi Kayu 13.148 178.708 3,09 Kacang Tanah 1.126 12.053 3,93 Jumlah 40.240 1.693.351 Sumber: Hasil Analisis, 2015 Pada tabel hasil LQ diatas dapat dilihat terdapat kotak merah pada komoditas Ubi Kayu dan Kacang Tanah, karena nilai LQ > 1 yaitu mencapai 3,09 untuk komoditas Ubi Kayu dan 3,93 untuk komoditas Kacang tanah. Hal ini menunjukkan bahwa hasil komoditas dari komoditas Ubi Kayu dan Kacang Tanah dapat mencukupi kebutuhan di Kabupaten Jayawijaya dan di wilayah lainnya. Komoditas Padi Sawah dan Ubi Jalar merupakan komoditas yang tidak unggul di Kabupaten Jayawijaya. Hal ini disebabkan karena nilai LQ 0,91 untuk komoditas Ubi Jalar dan 0,2 untuk komoditas Kacang tanah. Dengan nilai kurang dari satu maka komoditas ini tidak dapat mencukupi kebutuhan Kabupaten Jayawijaya, apalagi untuk mencukupi kebutuhan wilayah lain.
  • 14. 4.4 Perhitungan Analisis Shift Share Adapun hasil produksi sektor pertanian di Kabupaten Jayawijaya Provisi Papua dapat dilihat pada Tabel dibawah ini Tabel Produksi Pertanian Sumber: BPS Jawa Timur dan Jawa Timur Dalam Angka 2013 Dalam perhitungan Shift Share ini, perhitungan dimulai dari tahun awal yakni menggunakan tahun dasar 2008 dan tahun akhir tahun 2012. 1. Perhitungan Shift Share Ubi Jalar Total S.Share Ubi Jalar = 1.333 − ( 345.094 337.096 )3.694 = −2448,64 2. Perhitungan Shift Share Ubi Kayu Total S.Share Ubi Kayu = 3.519 − ( 35.100 36.679 )13.933 = −9814.2 3. Perhitungan Shift Share Kacang Tanah Tahun Komoditas Provinsi Papua Komoditas di Kabupaten Jayawijaya Ubi Jalar Padi Sawah Ubi Kayu Kacang Tanah Ubi Jalar Padi Sawah Ubi Kayu Kacang Tanah 2008 337.096 85.699 35.100 2.851 3.694 333 13.933 484 2009 343.325 98.514 36.500 2.463 4.177 350 2.959 354 2010 349.135 102.610 35.530 2.540 2.507 778 2.241 168 2011 348.38 115.38 34.899 2.105 1.437 415 1.272 70 2012 345.094 138.032 36.679 2.094 1.333 166 3.519 50 Luas Lahan (ha) 33.071 37.149 3.020 1.990 336 45 109 76
  • 15. Total S.Share Kacang Tanah = 50 − ( 2.094 2.851 ) 484 = −305.488 4. Perhitungan Shift Share Padi Sawah Total S.Share Padi Sawah = 166 − ( 138.032 85.699 )333 = −370,538 Tabel Hasil Shift Share Produksi Pertanian Jenis Komoditas Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua Total Shift Share Hasil Produksi (ton) Hasil Produksi (ton) Ubi Jalar 23.924 1.066.197 -2448,64 - Padi Sawah 2.042 436.393 -370,538 - Ubi Kayu 13.148 178.708 -9814,2 - Kacang Tanah 1.126 12.053 -305,488 - Jumlah 40.240 1.693.351 Sumber: Hasil Analisis, 2015 Pada tabel hasil Shift Share diatas dapat dilihahat Dari hasil perhitungan shift shre pada keempat komoditas memperoleh hasil (-), dimana komodtas Ubi Jalar yaitu -248,64, Komoditas Padi sawah yaitu -370,538, Komoditas Ubi Kayu yaitu -8914,2, dan, komoditas Kacang tanah -305,488. Sehingga perkembangan dari komoditas Ubi jalar, Padi sawah, Ubi kayu, dan Kacang tanah tidak dapat memicu pertumbuhan pada sektor pertanian karena memiliki pertumbuhan yang lambat.
  • 16. KESIMPULAN Berdasarkan data yang diperoleh melalui searhing diwebsite Badan Pusat Stastik Provisi Papua dan Papua dalam angka Tahun 2013 mengenai hasil komoditas sektor pertanian yang terdapat pada Provinsi Papua dan Kabupaten Jayawijaya yang kemudian dihitung nilai LQ dan Shift share. Perhitungan nilai LQ bertjuan untuk mengetahui komuditas pertanian yang unggul pada Kabupaten Jayawijaya sedangkan Perhitungan Shift share bertujuan untuk mengetahui komuditas apakah yang mampu memicu pertumbuhan pada sektor komoditas pertanian di kabupaten Jayawijaya. Berdasarkan hasil perhitungan nilai LQ>1 adalah komuditas yang paling unggul pertama di Kabupaten Jayawijaya adalah kacang tanah dengan nilai LQ 3,93 dan komiditas unggul kedua yaitu ubi kayu dengan nilai LQ sebesar 3.09. Sedangkan Hasil perhitungan total shift share (+) adalah komoditas yang paling memicu pertumbuhan cepat, namun tidak diperolah nilai (+) dari komuditas ubi jalar, padi sawah, ubi jalar, dan Kacang tanah, sehingga belum mampu mimicu pertumbuhan sektor pertanian pada kabupaten Jayawijaya.
  • 17. DAFTAR PUSTAKA http://anisfikry.blogspot.com/2013/05/analisis-shift-share-untuk-sebagai.html (diakses pada tanggal 10 April 2015) http://bunda-bisa.blogspot.com/2013/03/teori-basis-ekonomi.html (diakses pada tanggal 10 April 2015) http://perencanaankota.blogspot.com/2013/06/location-quotient-dan-shift-share.html (diakses pada tanggal 10 April 2015) http://ruangkotahanun.blogspot.com/2011/05/analisis-shiftshare.html (diakses pada tanggal 10 April 2015) http://studyandlearningnow.blogspot.com/2013/06/alat-analisis-yang-digunakan-untuk.html (diakses pada tanggal 10 April 2015) Papua Dalam Angka Tahun 2013 http://papua.bps.go.id/website/flipping_publikasi/Papua-Dalam-Angka-2013/indexFlip.php (diakses pada 10 April 2015)