SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

PP 129 Tahun 2000 menyebutkan bahwa pembentukan, pemekaran, penghapusan dan
penggabungan Daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui:
peningkatan pelayanan kepada masyarakat, percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi,
percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah, percepatan pengelolaan potensi
daerah, peningkatan keamanan dan ketertiban, serta peningkatan hubungan yang serasi antara
pusat dan daerah.
Terjadinya berbagai konflik di masa transisi pasca pemekaran telah menjauhkan atau
paling tidak memperlambat tujuan pemekaran daerah. Di samping itu, dari hasil studi yang
dilakukan penulis bersama Tim dari Direktorat Otonomi Daerah BAPPENAS tahun 2004,
ditemukan bahwa belum meningkatnya pelayanan kepada masyarakat di beberapa daerah
otonom baru disamping karena persoalan konflik tadi diantaranya diakibatkan juga oleh
persoalan kelembagaan, infrastruktur, dan Sumber Daya Manusia.
Dalam aspek kelembagaan, ditemui bahwa beberapa daerah otonom baru saat
membentuk unit-unit organisasi pemerintah daerah tidak sepenuhnya mempertimbangkan
kondisi daerah dan kebutuhan masyarakat. Pembentukan daerah otonom baru sepertinya
menjadi sarana bagi-bagi jabatan. Terlihat juga adanya kelambatan pembentukan instansi
vertikal, serta kurangnya kesiapan institusi legislatif sebagai partner pemerintah daerah.
Untuk infrastruktur, sebagian besar daerah otonom baru belum didukung oleh
prasarana dan sarana pemerintahan yang memadai. Banyak kantor pemerintahan menempati
gedung-gedung sangat sederhana yang jauh dari layak. Ditemui di beberapa daerah, aula
sederhana disekat-sekat papan triplek untuk ditempati beberapa dinas.
Dalam hal Sumber Daya Manusia secara kuantitatif relatif tidak ada masalah,
walaupun masih juga ditemui ada Kantor Bappeda yang hanya diisi oleh 2 (dua) orang, yaitu
1 (satu) orang Kepala Bappeda dan 1 (satu) orang staf. Secara kualitas yang menonjol adalah
penempatan pegawai yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, misalnya ditemui
ada Kepala Dinas Perhubungan berlatar belakang Sarjana Sastra.
B. Rumusan Masalah.
Dari uraian pada latar belakang di atas, kami mengambil rumusan masalah sebagai
berikut :
A. Apakah yang di maksud dengan Otoni Daerah?
B. Apa devinisi dari pemekaran daerah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Otonomi Daerah
Pemberlakuan sistem otonomi daerah merupakan amanat yang diberikan oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Amandemen
Kedua tahun 2000 untuk dilaksanakan berdasarkan undang-undang yang dibentuk khusus
untuk mengatur pemerintahan daerah. UUD 1945 pasca-amandemen itu mencantumkan
permasalahan pemerintahan daerah dalam Bab VI, yaitu Pasal 18, Pasal 18A, dan Pasal 18B.
Sistem otonomi daerah sendiri tertulis secara umum dalam Pasal 18 untuk diatur lebih lanjut
oleh undang-undang.Pasal 18 ayat (2) menyebutkan, “Pemerintahan daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan.”Selanjutnya, pada ayat (5) tertulis, “Pemerintahan daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.” Dan ayat (6) pasal yang sama menyatakan,
“Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.”4 Secara khusus, pemerintahan daerah
diatur dalam Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Namun,
karena dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan
tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, maka aturan baru pun dibentuk untuk
menggantikannya. Pada 15 Oktober 2004, Presiden Megawati Soekarnoputri mengesahkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU Nomor 32 Tahun 2004)
memberikan definisi otonomi daerah sebagai berikut.4 Indonesia (a), Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, ps. 18.3 Rizky Argama Desember 2005“Otonomi
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.”5 UU Nomor 32 Tahun 2004 juga mendefinisikan daerah otonom.
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang
diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya
guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat.

B. Pemekaran Daerah
Pemekaran daerah di Indonesia adalah pembentukan wilayah administratif baru di
tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Landasan hukum terbaru untuk
pemekaran daerah di Indonesia adalah UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Selengkapnya, dalam 5 tahun saja, rakyat Indonesia harus memilih satu presiden dan satu
wakil presiden, 33 pasang gubernur dan wakil gubernur, 398 bupati dan wakil bupati, 93
walikota dan wakil walikota serta sedikitnya 27 ribu kepala desa. Selama lima tahun itu pula,
rakyat juga mengikuti pemilihan anggota legislatif. Dalam pemilu 2009 – 2014, rakyat kita
telah memilih 132 anggota DPD, 560 anggota DPR, 2.005 anggota DPRD provinsi dan
15.750 anggota DPRD kabupaten/kota.
Jumlah suara rakyat yang sah mengikuti pemilu legislatif 2009 adalah, 104.099.785.
Jumlah suara tidak sah 17.488.581, total jumlah pemilih 121.588.366, jumlah yang tidak
memilih 49.677.075, dan jumlah pemilih terdaftar adalah 171.265.441. Data jumlah pemilih
ini menunjukkan partisipasi rakyat lebih dari 60 persen, dan kita sebagai negara berpenduduk
muslim terbesar di dunia telah membuktikan diri kita sebagai negara demokrasi.
Otonomi daerah telah menjadi instrumen utama dalam transformasi sistem
pemerintahan sentralistik ke desentralistik selama 10 tahun terakhir. Apakah otonomi daerah
berhasil nanti. Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono pernah mengatakan, 80 persen
pemekaran daerah gagal. Apakah pernyataan itu dibarengi dengan evaluasi total atas
pemekaran daerah? Ternyata tidak. Presiden hanya membatasi jumlah daerah yang akan
dimekarkan saja. Pengawasan dan evaluasi atas daerah pemekaran baru terus dilakukan,
sebaliknya belum ada satupun daerah yang dikembalikan ke kabupaten induk. Itu berarti
otonomisasi terus bergulir. Diperkirakan, pada tahun 2025, Indonesia akan memiliki 44
hingga 50 provinsi baru, tentu otomatis ada peningkatan jumlah kabupaten, kota, kecamatan
dan jumlah desa.
C. Dasar Hukum Pemekaran Daerah
UUD 1945 tidak mengatur perihal pembentukan daerah atau pemekaran suatu wilayah
secara khusus, namun disebutkan dalam Pasal 18B ayat (1) bahwa, “Negara mengakui dan
menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa
yang diatur dengan undang-undang.”14 Selanjutnya, pada ayat (2) pasal yang sama tercantum
kalimat sebagai berikut. “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undang-undang.” Secara lebih khusus, UU Nomor 32 Tahun 2004
mengatur ketentuan mengenai pembentukan daerah dalam Bab II tentang Pembentukan
Daerah dan Kawasan Khusus. Dapat dianalogikan, masalah pemekaran wilayah juga
termasuk dalam ruang lingkup pembentukan daerah. UU Nomor 32 Tahun 2004 menentukan
bahwa pembentukan suatu daerah harus ditetapkan dengan undang-undang tersendiri.
Ketentuan ini tercantum dalam Pasal 4 ayat (1). Kemudian, ayat (2) pasal yang sama
menyebutkan sebagai berikut. “Undang-undang pembentukan daerah sebagaimana dimaksu
pada ayat (1) antara lain mencakup nama, cakupan wailayah, batas, ibukota, kewenangan
menyelenggarakan urusa pemerintahan, penunjukan penjabat kepala daerah,pengisian
Legalisasi pemekaran wilayah dicantumkan dalam pasal yang sama pada ayat
berikutnya (ayat (3)) yang menyatakan bahwa, “Pembentukan daerah dapat berupa
penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari
satu daerah menjadi dua daerah atau lebih.” Dan ayat (4) menyebutkan : “Pemekaran dari
satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan.”

D. Manfaat Pemekaran Daerah
Fenomena pemekaran daerah telah menimbulkan sikap pro dan kontra di berbagai
kalangan. Berbagai pihak memperdebatkan manfaat ataupun kerugian yang timbul dari
banyaknya wilayah yang dimekarkan. Jika diamati secara sepintas, kondisi ini disatu sisi
menunjukkan adanya perkembangan yang mengarah kepada perbaikan dan pendekatan
pelayanan publik kepada masyarakat, yang pada akhirnya, mensejahterakan penduduk di
wilayah yang baru dimekarkan. Namun di lain sisi, perkembangan ini juga menimbulkan
kekawatiran karena beban APBN untuk membiayai daerah otonom baru akan semakin berat.
Lebih dari itu, pemekaran belum tentu dapat mengefisiensikan kinerja pemerintahan dan
mendekatkan pelayanan publik, yang pada akhirnya, belum mampu mensejahterakan rakyat.
Dalam kondisi demikian, timbul pertanyaan apakah kesejahteraan masyarakat dan kualitas
pelayanan publik pada akhirnya benar-benar meningkat setelah daerah tersebut dimekarkan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Yayasan Inovasi Pemerintahan Daerah (YIPD) dengan
dukungan Partnership for Governance Reform in Indonesia pada Februari - April, 2011
melakukan kajian atas pemekaran daerah dengan studi kasus di daerah yang berada di 2
provinsi yaitu Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Jambi. Namun berbeda dengan studi
yang sudah dilakukan sebelumnya, kajian ini tidak memfokuskan diri pada evaluasi atas
kinerja pemerintahan daerah DOHP sebagai suatu unit pemerintahan. Tujuan dari kajian ini
adalah untuk mengetahui dampak dari pemekaran dengan menganalisis biaya dan manfaat
pemekaran daerah di 2 provinsi.
Bagi propinsi Jambi, pemekaran daerah merupakan sebuah keharusan karena daerah
ini memiliki wilayah yang sangat luas sehingga pemekaran daerah dapat mendekatkan
pelayanan publik kepada masyarakat, khususnya di daerah pesisir. Peneliti dari Pusat Studi
Hukum dan Kebijakan Otonomi Daerah (PSHKOD) Universitas Jambi, M. Taufik
Qurochman, berpendapat bahwa pemekaran daerah sejatinya memberikan manfaat bagi
masyarakat daripada kutukan karena semua kabupaten/kota yang ada di propinsi Jambi,
kecuali kotamadya Jambi, memiliki sumberdaya alam yang melimpah, seperti perkebunan
kelapa sawit dan karet, serta pertambangan batubara, minyak bumi dan gas alam. "Namun,
jika tidak diimbangi dengan perbaikan kualitas aparat pelayanan publik, maka pemekaran
bisa menjadi kutukan," ujar Taufik.

Sementara itu, pemekaran daerah di propinsi Kalimantan Timur dianggap sangat layak untuk
memeratakan pembangunan di daerah yang selama ini belum tersentuh pembangunannya
(pesisir dan perbatasan). Tidak seperti pemekaran daerah yang banyak terjadi di Pulau Jawa
dan Pulau Sumatra, khusus untuk Pulau Kalimantan, pemekaran daerah tidak harus
mempertimbangkan jumlah penduduk sebagai syarat pemekaran daerah. Sehingga ke depan,
tidak perlu ada moraturium pemekaran daerah di pulau Kalimantan. "Perlu political will dari
pemerintah daerah untuk melihat banyaknya potensi yang belum dikembangkan di wilayah
Kalimantan," terang Ellyano S. L., akademisi dari Universitas Balikpapan. Sehingga,
pembangunan sarana dan prasarana transportasi dengan sendirinya akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya, meningkatkan lapangan kerja di daerah yang
dimekarkan.
Mayoritas daerah otonomi baru (DOB) pasca pemekaran di kedua Propinsi juga
menghadapi masalah yang sama yakni rendahnya kualitas aparat pelayanan publik. Hal ini
diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dalam
memahami dan mengembangkan potensi yang dimiliki daerahnya. Umumnya, SKPD di
daerah pemekaran bukan merupakan penduduk asli, melainkan penduduk daerah Induk
ataupun daerah lain yang masih berada dalam propinsi yang sama. "Mayoritas dari mereka
adalah penduduk pendatang yang belum memiliki pengetahuan tentang potensi yang dimiliki
daerah pemekaran, sehingga terjadi ketidakoptimalan dalam public service delivery dan
mismanagement dalam pengelolaan sumberdaya," terang Ellyano. Kinerja aparat pemerintah
daerah pemekaran dapat disebut kurang optimal karena tidak mampu mengelola sistem yang
sudah dibangun. Sebagai contoh, kinerja aparat pelayanan terpadu satu pintu (PTSP).
"Seluruh kabupaten hasil pemekaran memiliki PTSP, akan tetapi ketiadaan standar pelayanan
minimum (SPM) menyebabkan pelayanan publik masih terasa berbeli-belit," tegas Taufik.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pelatihan peningkatan kapasitas, tidak hanya bagi pegawai
dari unsur penduduk lokal, tetapi juga bagi pegawai dari unsur pendatang.
Dari segi kuantitas pelayanan publik, meskipun terjadi perbaikan dalam hal
penyediaan jumlah tenaga aparat pelayanan publik di kedua propinsi, namun hal ini masih
terasa kurang bagi masyarakat di daerah pemekaran, terutama untuk sektor kesehatan. Abdul
Manan Ismasil dari LSM Rapi menuturkan bahwa ketersediaan dokter spesialis di kabupaten
Tanjung Jabung Timur sangatlah minim. "Sehingga warga terpaksa ke kota Jambi jika
mereka benar-benar membutuhkan pertolongan yang serius," tegas Abdul. Persoalan serupa
juga ditemui di daerah Kutai Timur, hanya saja beberapa perwakilan CSO menganggap telah
terjadi ketimpangan pembangunan di daerahnya. "Pemerintah Daerah Kutai Timur
nampaknya lebih fokus membangun kota Sangata (ibukota Kabupaten Kutai Timur), daripada
kecamatan-kecamatan lain, yang masih tertinggal dalam hal penyediaan sarana dan prasarana
kesehatan," ujar Sapni, tokoh masyarakat di Kutai Timur.
Dibalik kritikan yang menyudutkan kinerja aparat pemerintah kabupaten di masingmasing daerah studi, pemekaran daerah memberikan dampak yang luar biasa dari segi
kuantitas pembangunan sarana transportasi (jalan dan jembatan) serta pelayanan publik
(pendidikan dan kesehatan) di kedua propinsi. Jelas ini membawa multiplier effect pada
masyarakat dalam bentuk kegiatan perekonomian dan sosial yang mulai meningkat. Hal ini
diakibatkan oleh meningkatnya baik secara nominal maupun komposisi dana perimbangan
pusat yang diterima oleh masing-masing kabupaten di kedua propinsi. Juga, meningkatnya
nominal PAD yang diterima oleh masing-masing kabupaten di kedua Propinsi, meski secara
komposisi, tidak terjadi perubahan yang signifikan pada kabupaten di propinsi Jambi dan
Kalimantan Timur dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian pada pembahasan di atas penyusun dapat mengambil kesimpulan yakni
sebagai berikut:
a) Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya
guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b)

Pemekaran daerah di Indonesia adalah pembentukan wilayah administratif baru di

tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Landasan hukum terbaru untuk
pemekaran daerah di Indonesia adalah UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Selengkapnya, dalam 5 tahun saja, rakyat Indonesia harus memilih satu presiden dan satu
wakil presiden, 33 pasang gubernur dan wakil gubernur, 398 bupati dan wakil bupati, 93
walikota dan wakil walikota serta sedikitnya 27 ribu kepala desa. Selama lima tahun itu pula,
rakyat juga mengikuti pemilihan anggota legislatif. Dalam pemilu 2009 – 2014, rakyat kita
telah memilih 132 anggota DPD, 560 anggota DPR, 2.005 anggota DPRD provinsi dan
15.750 anggota DPRD kabupaten/kota.

B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah yang saya susun ini masihlah jauh dari sempurna, oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati penyusun sangat mengharapkan kritik dan sarannya
demi kesempurnaan makalah ini.

More Related Content

What's hot

Pembagian kekuasaan di indonesia
Pembagian kekuasaan di indonesiaPembagian kekuasaan di indonesia
Pembagian kekuasaan di indonesiasalim_perdana
 
Clean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan Implementasi
Clean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan ImplementasiClean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan Implementasi
Clean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan ImplementasiDadang Solihin
 
Teori struktural fungsional
Teori struktural fungsionalTeori struktural fungsional
Teori struktural fungsionalNovri To Day
 
Legenda aceh beungong meulu dan beungong peukeun
Legenda aceh   beungong meulu dan beungong peukeunLegenda aceh   beungong meulu dan beungong peukeun
Legenda aceh beungong meulu dan beungong peukeunChia Ie
 
Sikap kritis terhadap perundang-undangan yang tidak mengakomodasi aspirasi ma...
Sikap kritis terhadap perundang-undangan yang tidak mengakomodasi aspirasi ma...Sikap kritis terhadap perundang-undangan yang tidak mengakomodasi aspirasi ma...
Sikap kritis terhadap perundang-undangan yang tidak mengakomodasi aspirasi ma...Ratna Melati
 
Masa Pemerintahan Kabinet Wilopo
Masa Pemerintahan Kabinet WilopoMasa Pemerintahan Kabinet Wilopo
Masa Pemerintahan Kabinet WilopoDavid Adi Nugroho
 
Modernisasi westernisasi dan sekularisasi
Modernisasi westernisasi dan sekularisasiModernisasi westernisasi dan sekularisasi
Modernisasi westernisasi dan sekularisasirialesmana
 
Inovasi Digital Pelayanan Publik
Inovasi Digital Pelayanan PublikInovasi Digital Pelayanan Publik
Inovasi Digital Pelayanan PublikTri Widodo W. UTOMO
 
5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah
5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah
5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi TerpisahSutikno Tumingan
 
Perubahan sosial budaya
Perubahan sosial budayaPerubahan sosial budaya
Perubahan sosial budayaDwi Halimasari
 
Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik
Reformasi Birokrasi dan Pelayanan PublikReformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik
Reformasi Birokrasi dan Pelayanan PublikTri Widodo W. UTOMO
 
Program Pengendalian Gratifikasi (PPG)
Program Pengendalian Gratifikasi (PPG)Program Pengendalian Gratifikasi (PPG)
Program Pengendalian Gratifikasi (PPG)aliyudhi_h
 
Pembebasan irian barat
Pembebasan irian baratPembebasan irian barat
Pembebasan irian barathermangenius
 
Pendidikan kewarganegaraan identitas nasional
Pendidikan kewarganegaraan identitas nasionalPendidikan kewarganegaraan identitas nasional
Pendidikan kewarganegaraan identitas nasionalJoel mabes
 
(D). Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
(D). Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial(D). Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
(D). Bentuk-Bentuk Interaksi SosialBagus Adhi Pratama
 

What's hot (20)

Pembagian kekuasaan di indonesia
Pembagian kekuasaan di indonesiaPembagian kekuasaan di indonesia
Pembagian kekuasaan di indonesia
 
Perjanjian Linggarjati
Perjanjian LinggarjatiPerjanjian Linggarjati
Perjanjian Linggarjati
 
Clean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan Implementasi
Clean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan ImplementasiClean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan Implementasi
Clean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan Implementasi
 
Teori struktural fungsional
Teori struktural fungsionalTeori struktural fungsional
Teori struktural fungsional
 
Legenda aceh beungong meulu dan beungong peukeun
Legenda aceh   beungong meulu dan beungong peukeunLegenda aceh   beungong meulu dan beungong peukeun
Legenda aceh beungong meulu dan beungong peukeun
 
Sikap kritis terhadap perundang-undangan yang tidak mengakomodasi aspirasi ma...
Sikap kritis terhadap perundang-undangan yang tidak mengakomodasi aspirasi ma...Sikap kritis terhadap perundang-undangan yang tidak mengakomodasi aspirasi ma...
Sikap kritis terhadap perundang-undangan yang tidak mengakomodasi aspirasi ma...
 
Masa Pemerintahan Kabinet Wilopo
Masa Pemerintahan Kabinet WilopoMasa Pemerintahan Kabinet Wilopo
Masa Pemerintahan Kabinet Wilopo
 
SPIP DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN MENUJU GOOD GOVERNANCE
SPIP DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN MENUJU GOOD GOVERNANCESPIP DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN MENUJU GOOD GOVERNANCE
SPIP DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN MENUJU GOOD GOVERNANCE
 
Urusan Pemerintahan
Urusan Pemerintahan Urusan Pemerintahan
Urusan Pemerintahan
 
Modernisasi westernisasi dan sekularisasi
Modernisasi westernisasi dan sekularisasiModernisasi westernisasi dan sekularisasi
Modernisasi westernisasi dan sekularisasi
 
Inovasi Digital Pelayanan Publik
Inovasi Digital Pelayanan PublikInovasi Digital Pelayanan Publik
Inovasi Digital Pelayanan Publik
 
5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah
5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah
5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah
 
Perubahan sosial budaya
Perubahan sosial budayaPerubahan sosial budaya
Perubahan sosial budaya
 
Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik
Reformasi Birokrasi dan Pelayanan PublikReformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik
Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik
 
Program Pengendalian Gratifikasi (PPG)
Program Pengendalian Gratifikasi (PPG)Program Pengendalian Gratifikasi (PPG)
Program Pengendalian Gratifikasi (PPG)
 
Pembebasan irian barat
Pembebasan irian baratPembebasan irian barat
Pembebasan irian barat
 
Pendidikan kewarganegaraan identitas nasional
Pendidikan kewarganegaraan identitas nasionalPendidikan kewarganegaraan identitas nasional
Pendidikan kewarganegaraan identitas nasional
 
Lan manajemen pengawasan
Lan manajemen pengawasanLan manajemen pengawasan
Lan manajemen pengawasan
 
(D). Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
(D). Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial(D). Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
(D). Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
 
Bentuk negara & pemerintahan
Bentuk negara & pemerintahanBentuk negara & pemerintahan
Bentuk negara & pemerintahan
 

Viewers also liked

Viewers also liked (6)

Makalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaranMakalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaran
 
Syarat pemekaran wilayah
Syarat pemekaran wilayahSyarat pemekaran wilayah
Syarat pemekaran wilayah
 
Pp 43-2014 tentang-desa
Pp 43-2014 tentang-desaPp 43-2014 tentang-desa
Pp 43-2014 tentang-desa
 
Penyusunan proposal desa
Penyusunan proposal desaPenyusunan proposal desa
Penyusunan proposal desa
 
Proposal rintisan-desa-wisata
Proposal rintisan-desa-wisataProposal rintisan-desa-wisata
Proposal rintisan-desa-wisata
 
Rencana Pembangunan Desa Wisata
Rencana Pembangunan Desa WisataRencana Pembangunan Desa Wisata
Rencana Pembangunan Desa Wisata
 

Similar to Makalah pemekaran

otonomi daerah [Autosaved].pptx
otonomi daerah [Autosaved].pptxotonomi daerah [Autosaved].pptx
otonomi daerah [Autosaved].pptxHamidMukhlis1
 
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerahPeranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerahOperator Warnet Vast Raha
 
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah STIP WUNA
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah STIP WUNA Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah STIP WUNA
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah STIP WUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerahPeranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerahOperator Warnet Vast Raha
 
PKN - Otonomi Daerah
PKN - Otonomi DaerahPKN - Otonomi Daerah
PKN - Otonomi Daerahtioprayogi
 
Makalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaranMakalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaranWarnet Raha
 
Perekonomian Indonesia
Perekonomian IndonesiaPerekonomian Indonesia
Perekonomian Indonesiadwifebri10
 

Similar to Makalah pemekaran (20)

Makalah pemekaran
Makalah pemekaranMakalah pemekaran
Makalah pemekaran
 
Makalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerahMakalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerah
 
Makalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerahMakalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerah
 
Makalah pemekaran
Makalah pemekaranMakalah pemekaran
Makalah pemekaran
 
Makalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerahMakalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerah
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
otonomi daerah [Autosaved].pptx
otonomi daerah [Autosaved].pptxotonomi daerah [Autosaved].pptx
otonomi daerah [Autosaved].pptx
 
REDESAIN HUKUM OTONOMI DAERAH DI DAERAH PROPINSI PAPUA BARAT
REDESAIN HUKUM OTONOMI DAERAH  DI DAERAH PROPINSI PAPUA BARATREDESAIN HUKUM OTONOMI DAERAH  DI DAERAH PROPINSI PAPUA BARAT
REDESAIN HUKUM OTONOMI DAERAH DI DAERAH PROPINSI PAPUA BARAT
 
PERKEMBANGAN PENGATURAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DARI MASA KE MASA
PERKEMBANGAN PENGATURAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DARI MASA KE MASAPERKEMBANGAN PENGATURAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DARI MASA KE MASA
PERKEMBANGAN PENGATURAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DARI MASA KE MASA
 
Makalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaranMakalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaran
 
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerahPeranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
 
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah STIP WUNA
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah STIP WUNA Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah STIP WUNA
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah STIP WUNA
 
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerahPeranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
 
PKN - Otonomi Daerah
PKN - Otonomi DaerahPKN - Otonomi Daerah
PKN - Otonomi Daerah
 
Makalah pemekaran
Makalah pemekaranMakalah pemekaran
Makalah pemekaran
 
Makalah pemekaran
Makalah pemekaranMakalah pemekaran
Makalah pemekaran
 
Makalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaranMakalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaran
 
Makalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaranMakalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaran
 
Perekonomian Indonesia
Perekonomian IndonesiaPerekonomian Indonesia
Perekonomian Indonesia
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Makalah pemekaran

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PP 129 Tahun 2000 menyebutkan bahwa pembentukan, pemekaran, penghapusan dan penggabungan Daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui: peningkatan pelayanan kepada masyarakat, percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah, percepatan pengelolaan potensi daerah, peningkatan keamanan dan ketertiban, serta peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. Terjadinya berbagai konflik di masa transisi pasca pemekaran telah menjauhkan atau paling tidak memperlambat tujuan pemekaran daerah. Di samping itu, dari hasil studi yang dilakukan penulis bersama Tim dari Direktorat Otonomi Daerah BAPPENAS tahun 2004, ditemukan bahwa belum meningkatnya pelayanan kepada masyarakat di beberapa daerah otonom baru disamping karena persoalan konflik tadi diantaranya diakibatkan juga oleh persoalan kelembagaan, infrastruktur, dan Sumber Daya Manusia. Dalam aspek kelembagaan, ditemui bahwa beberapa daerah otonom baru saat membentuk unit-unit organisasi pemerintah daerah tidak sepenuhnya mempertimbangkan kondisi daerah dan kebutuhan masyarakat. Pembentukan daerah otonom baru sepertinya menjadi sarana bagi-bagi jabatan. Terlihat juga adanya kelambatan pembentukan instansi vertikal, serta kurangnya kesiapan institusi legislatif sebagai partner pemerintah daerah. Untuk infrastruktur, sebagian besar daerah otonom baru belum didukung oleh prasarana dan sarana pemerintahan yang memadai. Banyak kantor pemerintahan menempati gedung-gedung sangat sederhana yang jauh dari layak. Ditemui di beberapa daerah, aula sederhana disekat-sekat papan triplek untuk ditempati beberapa dinas. Dalam hal Sumber Daya Manusia secara kuantitatif relatif tidak ada masalah, walaupun masih juga ditemui ada Kantor Bappeda yang hanya diisi oleh 2 (dua) orang, yaitu 1 (satu) orang Kepala Bappeda dan 1 (satu) orang staf. Secara kualitas yang menonjol adalah penempatan pegawai yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, misalnya ditemui ada Kepala Dinas Perhubungan berlatar belakang Sarjana Sastra.
  • 2. B. Rumusan Masalah. Dari uraian pada latar belakang di atas, kami mengambil rumusan masalah sebagai berikut : A. Apakah yang di maksud dengan Otoni Daerah? B. Apa devinisi dari pemekaran daerah?
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Otonomi Daerah Pemberlakuan sistem otonomi daerah merupakan amanat yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Amandemen Kedua tahun 2000 untuk dilaksanakan berdasarkan undang-undang yang dibentuk khusus untuk mengatur pemerintahan daerah. UUD 1945 pasca-amandemen itu mencantumkan permasalahan pemerintahan daerah dalam Bab VI, yaitu Pasal 18, Pasal 18A, dan Pasal 18B. Sistem otonomi daerah sendiri tertulis secara umum dalam Pasal 18 untuk diatur lebih lanjut oleh undang-undang.Pasal 18 ayat (2) menyebutkan, “Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.”Selanjutnya, pada ayat (5) tertulis, “Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.” Dan ayat (6) pasal yang sama menyatakan, “Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.”4 Secara khusus, pemerintahan daerah diatur dalam Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Namun, karena dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, maka aturan baru pun dibentuk untuk menggantikannya. Pada 15 Oktober 2004, Presiden Megawati Soekarnoputri mengesahkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU Nomor 32 Tahun 2004) memberikan definisi otonomi daerah sebagai berikut.4 Indonesia (a), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, ps. 18.3 Rizky Argama Desember 2005“Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”5 UU Nomor 32 Tahun 2004 juga mendefinisikan daerah otonom. Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya
  • 4. guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. B. Pemekaran Daerah Pemekaran daerah di Indonesia adalah pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Landasan hukum terbaru untuk pemekaran daerah di Indonesia adalah UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Selengkapnya, dalam 5 tahun saja, rakyat Indonesia harus memilih satu presiden dan satu wakil presiden, 33 pasang gubernur dan wakil gubernur, 398 bupati dan wakil bupati, 93 walikota dan wakil walikota serta sedikitnya 27 ribu kepala desa. Selama lima tahun itu pula, rakyat juga mengikuti pemilihan anggota legislatif. Dalam pemilu 2009 – 2014, rakyat kita telah memilih 132 anggota DPD, 560 anggota DPR, 2.005 anggota DPRD provinsi dan 15.750 anggota DPRD kabupaten/kota. Jumlah suara rakyat yang sah mengikuti pemilu legislatif 2009 adalah, 104.099.785. Jumlah suara tidak sah 17.488.581, total jumlah pemilih 121.588.366, jumlah yang tidak memilih 49.677.075, dan jumlah pemilih terdaftar adalah 171.265.441. Data jumlah pemilih ini menunjukkan partisipasi rakyat lebih dari 60 persen, dan kita sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia telah membuktikan diri kita sebagai negara demokrasi. Otonomi daerah telah menjadi instrumen utama dalam transformasi sistem pemerintahan sentralistik ke desentralistik selama 10 tahun terakhir. Apakah otonomi daerah berhasil nanti. Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono pernah mengatakan, 80 persen pemekaran daerah gagal. Apakah pernyataan itu dibarengi dengan evaluasi total atas pemekaran daerah? Ternyata tidak. Presiden hanya membatasi jumlah daerah yang akan dimekarkan saja. Pengawasan dan evaluasi atas daerah pemekaran baru terus dilakukan, sebaliknya belum ada satupun daerah yang dikembalikan ke kabupaten induk. Itu berarti otonomisasi terus bergulir. Diperkirakan, pada tahun 2025, Indonesia akan memiliki 44 hingga 50 provinsi baru, tentu otomatis ada peningkatan jumlah kabupaten, kota, kecamatan dan jumlah desa.
  • 5. C. Dasar Hukum Pemekaran Daerah UUD 1945 tidak mengatur perihal pembentukan daerah atau pemekaran suatu wilayah secara khusus, namun disebutkan dalam Pasal 18B ayat (1) bahwa, “Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.”14 Selanjutnya, pada ayat (2) pasal yang sama tercantum kalimat sebagai berikut. “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.” Secara lebih khusus, UU Nomor 32 Tahun 2004 mengatur ketentuan mengenai pembentukan daerah dalam Bab II tentang Pembentukan Daerah dan Kawasan Khusus. Dapat dianalogikan, masalah pemekaran wilayah juga termasuk dalam ruang lingkup pembentukan daerah. UU Nomor 32 Tahun 2004 menentukan bahwa pembentukan suatu daerah harus ditetapkan dengan undang-undang tersendiri. Ketentuan ini tercantum dalam Pasal 4 ayat (1). Kemudian, ayat (2) pasal yang sama menyebutkan sebagai berikut. “Undang-undang pembentukan daerah sebagaimana dimaksu pada ayat (1) antara lain mencakup nama, cakupan wailayah, batas, ibukota, kewenangan menyelenggarakan urusa pemerintahan, penunjukan penjabat kepala daerah,pengisian Legalisasi pemekaran wilayah dicantumkan dalam pasal yang sama pada ayat berikutnya (ayat (3)) yang menyatakan bahwa, “Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih.” Dan ayat (4) menyebutkan : “Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan.” D. Manfaat Pemekaran Daerah Fenomena pemekaran daerah telah menimbulkan sikap pro dan kontra di berbagai kalangan. Berbagai pihak memperdebatkan manfaat ataupun kerugian yang timbul dari banyaknya wilayah yang dimekarkan. Jika diamati secara sepintas, kondisi ini disatu sisi menunjukkan adanya perkembangan yang mengarah kepada perbaikan dan pendekatan pelayanan publik kepada masyarakat, yang pada akhirnya, mensejahterakan penduduk di wilayah yang baru dimekarkan. Namun di lain sisi, perkembangan ini juga menimbulkan kekawatiran karena beban APBN untuk membiayai daerah otonom baru akan semakin berat. Lebih dari itu, pemekaran belum tentu dapat mengefisiensikan kinerja pemerintahan dan mendekatkan pelayanan publik, yang pada akhirnya, belum mampu mensejahterakan rakyat.
  • 6. Dalam kondisi demikian, timbul pertanyaan apakah kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan publik pada akhirnya benar-benar meningkat setelah daerah tersebut dimekarkan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Yayasan Inovasi Pemerintahan Daerah (YIPD) dengan dukungan Partnership for Governance Reform in Indonesia pada Februari - April, 2011 melakukan kajian atas pemekaran daerah dengan studi kasus di daerah yang berada di 2 provinsi yaitu Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Jambi. Namun berbeda dengan studi yang sudah dilakukan sebelumnya, kajian ini tidak memfokuskan diri pada evaluasi atas kinerja pemerintahan daerah DOHP sebagai suatu unit pemerintahan. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui dampak dari pemekaran dengan menganalisis biaya dan manfaat pemekaran daerah di 2 provinsi. Bagi propinsi Jambi, pemekaran daerah merupakan sebuah keharusan karena daerah ini memiliki wilayah yang sangat luas sehingga pemekaran daerah dapat mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat, khususnya di daerah pesisir. Peneliti dari Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Otonomi Daerah (PSHKOD) Universitas Jambi, M. Taufik Qurochman, berpendapat bahwa pemekaran daerah sejatinya memberikan manfaat bagi masyarakat daripada kutukan karena semua kabupaten/kota yang ada di propinsi Jambi, kecuali kotamadya Jambi, memiliki sumberdaya alam yang melimpah, seperti perkebunan kelapa sawit dan karet, serta pertambangan batubara, minyak bumi dan gas alam. "Namun, jika tidak diimbangi dengan perbaikan kualitas aparat pelayanan publik, maka pemekaran bisa menjadi kutukan," ujar Taufik. Sementara itu, pemekaran daerah di propinsi Kalimantan Timur dianggap sangat layak untuk memeratakan pembangunan di daerah yang selama ini belum tersentuh pembangunannya (pesisir dan perbatasan). Tidak seperti pemekaran daerah yang banyak terjadi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatra, khusus untuk Pulau Kalimantan, pemekaran daerah tidak harus mempertimbangkan jumlah penduduk sebagai syarat pemekaran daerah. Sehingga ke depan, tidak perlu ada moraturium pemekaran daerah di pulau Kalimantan. "Perlu political will dari pemerintah daerah untuk melihat banyaknya potensi yang belum dikembangkan di wilayah Kalimantan," terang Ellyano S. L., akademisi dari Universitas Balikpapan. Sehingga, pembangunan sarana dan prasarana transportasi dengan sendirinya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya, meningkatkan lapangan kerja di daerah yang dimekarkan.
  • 7. Mayoritas daerah otonomi baru (DOB) pasca pemekaran di kedua Propinsi juga menghadapi masalah yang sama yakni rendahnya kualitas aparat pelayanan publik. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dalam memahami dan mengembangkan potensi yang dimiliki daerahnya. Umumnya, SKPD di daerah pemekaran bukan merupakan penduduk asli, melainkan penduduk daerah Induk ataupun daerah lain yang masih berada dalam propinsi yang sama. "Mayoritas dari mereka adalah penduduk pendatang yang belum memiliki pengetahuan tentang potensi yang dimiliki daerah pemekaran, sehingga terjadi ketidakoptimalan dalam public service delivery dan mismanagement dalam pengelolaan sumberdaya," terang Ellyano. Kinerja aparat pemerintah daerah pemekaran dapat disebut kurang optimal karena tidak mampu mengelola sistem yang sudah dibangun. Sebagai contoh, kinerja aparat pelayanan terpadu satu pintu (PTSP). "Seluruh kabupaten hasil pemekaran memiliki PTSP, akan tetapi ketiadaan standar pelayanan minimum (SPM) menyebabkan pelayanan publik masih terasa berbeli-belit," tegas Taufik. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelatihan peningkatan kapasitas, tidak hanya bagi pegawai dari unsur penduduk lokal, tetapi juga bagi pegawai dari unsur pendatang. Dari segi kuantitas pelayanan publik, meskipun terjadi perbaikan dalam hal penyediaan jumlah tenaga aparat pelayanan publik di kedua propinsi, namun hal ini masih terasa kurang bagi masyarakat di daerah pemekaran, terutama untuk sektor kesehatan. Abdul Manan Ismasil dari LSM Rapi menuturkan bahwa ketersediaan dokter spesialis di kabupaten Tanjung Jabung Timur sangatlah minim. "Sehingga warga terpaksa ke kota Jambi jika mereka benar-benar membutuhkan pertolongan yang serius," tegas Abdul. Persoalan serupa juga ditemui di daerah Kutai Timur, hanya saja beberapa perwakilan CSO menganggap telah terjadi ketimpangan pembangunan di daerahnya. "Pemerintah Daerah Kutai Timur nampaknya lebih fokus membangun kota Sangata (ibukota Kabupaten Kutai Timur), daripada kecamatan-kecamatan lain, yang masih tertinggal dalam hal penyediaan sarana dan prasarana kesehatan," ujar Sapni, tokoh masyarakat di Kutai Timur. Dibalik kritikan yang menyudutkan kinerja aparat pemerintah kabupaten di masingmasing daerah studi, pemekaran daerah memberikan dampak yang luar biasa dari segi kuantitas pembangunan sarana transportasi (jalan dan jembatan) serta pelayanan publik (pendidikan dan kesehatan) di kedua propinsi. Jelas ini membawa multiplier effect pada masyarakat dalam bentuk kegiatan perekonomian dan sosial yang mulai meningkat. Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya baik secara nominal maupun komposisi dana perimbangan pusat yang diterima oleh masing-masing kabupaten di kedua propinsi. Juga, meningkatnya
  • 8. nominal PAD yang diterima oleh masing-masing kabupaten di kedua Propinsi, meski secara komposisi, tidak terjadi perubahan yang signifikan pada kabupaten di propinsi Jambi dan Kalimantan Timur dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
  • 9. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian pada pembahasan di atas penyusun dapat mengambil kesimpulan yakni sebagai berikut: a) Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. b) Pemekaran daerah di Indonesia adalah pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Landasan hukum terbaru untuk pemekaran daerah di Indonesia adalah UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Selengkapnya, dalam 5 tahun saja, rakyat Indonesia harus memilih satu presiden dan satu wakil presiden, 33 pasang gubernur dan wakil gubernur, 398 bupati dan wakil bupati, 93 walikota dan wakil walikota serta sedikitnya 27 ribu kepala desa. Selama lima tahun itu pula, rakyat juga mengikuti pemilihan anggota legislatif. Dalam pemilu 2009 – 2014, rakyat kita telah memilih 132 anggota DPD, 560 anggota DPR, 2.005 anggota DPRD provinsi dan 15.750 anggota DPRD kabupaten/kota. B. Saran Penyusun menyadari bahwa makalah yang saya susun ini masihlah jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penyusun sangat mengharapkan kritik dan sarannya demi kesempurnaan makalah ini.