SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
STRATEGI PEMBANGUNAN WILAYAH
DAN PERKOTAAN INDONESIA
Keynote Address
pada Seminar Reformasi Kebijakan Perkotaan Dalam Era Desentralisasi
Jakarta, 5 Juni 2001
Oleh :
Erna Witoelar
DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH
Jalan Pattimura No.20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
STRATEGI PEMBANGUNAN WILAYAH
DAN PERKOTAAN INDONESIA
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Pertama-tama, kami ingin menyampaikan penghargaan atas undangan yang
diberikan kepada kami, untuk berbicara sebagai keynote speaker. Momen ini
merupakan suatu kesempatan yang baik bagi kami untuk menyampaikan
gagasan di hadapan bapak dan ibu dan sekalian civitas academica Universitas
Indonesia.
Kami juga menyampaikan penghargaan kepada panitia atas usaha dan kerja
kerasnya untuk mengupayakan terlaksananya seminar yang membahas tema
yang aktual dan penting ini. Tema “Reformasi Kebijakan Perkotaan dalam Era
Desentralisasi” dan topik bahasan yang akan saya sampaikan ini sangat terkait
erat dengan situasi dan permasalahan yang sedang dihadapi oleh kita semua.
Hal ini karena itu, kebijakan dan strategi pengembangan wilayah dan perkotaan
perlu disesuaikan, sehingga manfaat yang optimal dapat diperoleh.
Para hadirin dan peserta seminar yang terhormat,
2
Dalam era desentralisasi dan partisipasi masyarakat serta keterbukaan, telah
terjadi kecenderungan yang berkembang dalam masyarakat dan juga keinginan
pemerintah daerah yaitu agar dalam penyelenggaraan otonomi daerah peran
masyarakat dalam proses pembangunan harus diutamakan. Lahirnya Undang-
undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan
legitimasi untuk menyerahkan kewenangan dalam proses penyelenggaraan
penataan ruang kepada daerah. Namun, konsekuensi kondisi tersebut
memberikan implikasi antara lain adalah memberikan kemungkinan banyaknya
daerah yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri, tanpa berupaya untuk
ber-sinergi dalam pelaksanaan pembangunan dengan daerah lainnya, demi
sekedar mengejar target dalam lingkup “kacamata” masing-masing. Kondisi
tersebut akan menimbulkan persoalan pembangunan apabila tidak diikat
dengan satu kerangka keterpaduan yang mengedepankan kepentingan wilayah
yang lebih luas dan dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia.
Masing-masing daerah otonom sangat bersemangat dalam membangun
daerahnya masing-masing sehingga tiap daerah menginginkan ketersediaan
sarana, prasarana, maupun pelayanan yang sama di daerahnya. Kalaupun
secara finansial dapat dipenuhi oleh pemerintah pusat, hal ini tetap menjadi
ganjalan dari segi efisiensi dan produktivitas. Prasarana yang bersifat tunggal
dan melayani wilayah sekitarnya (prasarana wilayah) seperti pelabuhan,
sangatlah tidak efisien apabila harus dibangun pada setiap daerah. Karena itu
haruslah dicari suatu sinergi yang baik dalam mengupayakan ketersediaan
prasarana sejenis yang secara hirarki fungsional dia dapat melayani kebutuhan
kebutuhan yang tidak hanya menguntungkan pembangunan daerah tetapi juga
wilayah dan nasional. Sebagai contoh, prasarana jalan secara sistem berhirarki
mulai dari jalan arteri, kolektor, dan lokal yang secara keseluruhan mendukung
kelancaran sistem aktivitas dan produksi baik dari asal bahan baku maupun
menuju outlet-nya. Begitu pula dengan sistem kota-kota yang terdiri dari fungsi
3
pelayanan kegiatan nasional, wilayah, maupun lokal. Kota-kota tersebut secara
hirarki fungsional melayani penduduk kotanya maupun wilayah sekitarnya.
Isu selanjutnya adalah implikasi demokratisasi, yaitu keikutsertaan masyarakat
dalam penentuan keputusan-keputusan publik. Saya bermaksud memberikan
penekanan yang kuat pada aspek ini, karena hal ini merupakan inti dari
reformasi yang kita cita-citakan yaitu timbulnya masyarakat sipil (civil society),
masyarakat yang egaliter berdasarkan kesetaraan. Dengan demikian,
masyarakat harus diberikan peranan yang cukup besar dalam penentuan
“nasib”nya. Dalam kaitan tersebut, pendekatan perencanaan yang sentralistik
dan top-down harus segera direvisi menjadi pendekatan perencanaan yang
lebih mengedepankan demand masyarakat yang disebut sebagai community
driven planning. Isu yang paling aktual untuk saat ini adalah bagaimana
upaya untuk mencapai kondisi di mana masyarakat sendirilah yang mendesain
rencana yang diinginkan dan pemerintah adalah fasilitatornya. Hal ini sangat
penting dalam penataan ruang wilayah dan perkotaan.
Isu ketiga yang hendak saya bahas adalah terkait dengan tantangan dalam
pengembangan perkotaan. Pada tahun 1980 penduduk perkotaan berjumlah
sekitar 32,85 juta atau 22,27% dari penduduk nasional. Tahun 1990, dalam
waktu 10 tahun penduduk perkotaan menjadi 55,43 juta atau 30,9% dari
penduduk nasional, sedang tahun 1995 penduduk perkotaan bertambah
menjadi 35,91%. Perkembangan tesebut disamping akan meningkatkan beban
kota dalam penyediaan infrastruktur, fasilitas umum dan prasarana lingkungan,
juga menimbulkan dampak perpindahan penduduk dari desa ke kota. Berbagai
isu telah menjadi fokus dalam pembangunan perkotaan dan diantaranya telah
pula menjadi suatu agenda pembahasan internasional seperti “Deklarasi
Berlin”. Kenyataannya, dunia sedang menghadapi pertumbuhan jumlah
penduduk yang pesat dan banyak kota-kota yang dihadapkan kepada
4
hypergrowth gagal untuk mengatasi tantangan dalam penciptaan lapangan
kerja, penyediaan rumah yang layak huni, serta pemenuhan kebutuhan pokok
warganya. Selain itu, kita juga menghadapi kenyataan bahwa banyak kota-kota
yang rawan dengan konflik-konflik horizontal dan segregasi sosial. Karena itu
hal ini juga menjadi penekanan penting dalam pembahasan di sini.
Dalam kaitan dengan isu-isu yang saya paparkan, maka saya akan
melanjutkannya dengan bagaimana strategi untuk mengatasi permasalahan
serta tantangan tersebut.
Para hadirin dan peserta seminar yang terhormat,
Pembangunan wilayah dan perkotaan dengan pendekatan pengembangan
wilayah melalui kegiatan penataan ruang pada dasarnya merupakan suatu
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjamin
lingkungan hidup yang berkelanjutan dengan memperhatikan keunggulan
komparatif di suatu wilayah, dan mengurangi kesenjangan pembangunan
dengan mengurangi kawasan-kawasan yang miskin, kumuh dan tertinggal.
Salah satu kegiatannya adalah peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap
faktor-faktor produksi, pengolahan dan pemasaran, serta mendorong dan
memfasilitasi masyarakat dengan sarananya. Pengembangan wilayah
dilakukan menitikberatkan pada aspek ruang atau lokasi untuk
mengoptimalisasi sumber daya alam yang ada dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakatnya.
Penataan ruang merupakan suatu langkah pendekatan spasial untuk
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Dengan berlakunya UU No. 22
tahun 1999, pelaksanaan kegiatan pengembangan wilayah dan pembangunan
perkotaan dilaksanakan dengan pendekatan bottom-up dan melibatkan semua
5
pelaku pembangunan (stakeholders) pada setiap tahap pembangunan.
Pengembangan wilayah dan pembangunan perkotaan secara realistis
memperhatikan tuntutan dunia usaha dan masyarakat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana sehingga aktivitas perekonomian
dalam wilayah atau kawasan dapat berjalan dengan baik, yang selanjutnya
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sekaligus untuk menjaga dan
meningkatkan mutu lingkungan.
Untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah, ada dua hal yang dapat
dilakukan pemerintah pusat dalam memposisikan diri sebagai pembina dan
pendorong. Pertama adalah dengan memfasilitasi peningkatan kemampuan
pemerintah daerah. Pemerintah, sebagaimana digariskan oleh UU 22/1999,
memfasilitasi dengan cara pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan,
dan supervisi. Salah satu contoh penting untuk tersebut adalah adanya
pedoman standar pelayanan minimal untuk bidang penataan ruang dan
permukiman yang dikeluarkan oleh Depkimpraswil. Dengan adanya standar
tersebut, maka pemerintah daerah wajib untuk memenuhi kebutuhan minimal
warganya dalam kebutuhan prasarana maupun bidang penataan ruang antara
lain: keharusan adanya RTRW Kota dan RDTR pada kawasan strategis,
fasilitas perizinan (IMB dan izin lokasi), sistem informasi, unit pengaduan, dan
pemeriksaan berkala dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang. Namun
demikian, fasilitasi tersebut secara konsisten tetap memperhatikan ide dan
gagasan asli (genuine) yang bersumber dari masyarakat dan pelaku
pembangunan perkotaan
Pemerintah pusat merupakan “penjaga” kepentingan nasional. Karena itu,
peran yang kedua adalah pemerintah pusat juga mengeluarkan kerangka
perencanaan makro seperti struktur tata ruang nasional. Pada tingkatan
rencana makro tersebut, yang merupakan fokus penataan adalah bagaimana
6
mewujudkan struktur perwilayahan melalui upaya mensinergikan antar kawasan
yang antara lain dicapai dengan pengaturan hirarki fungsional yaitu: sistem
kota-kota, sistem jaringan prasarana wilayah, serta fasilitasi kerjasama lintas
propinsi, kabupaten, dan kota.
Hadirin yang terhormat,
Strategi pembangunan wilayah dan perkotaan mempunyai prinsip dasar
pembangunan dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat. Hal ini
dapat tercapai bila proses pembangunan berakar pada kemampuan sumber
daya alamnya dan kreativitas seluruh pelaku pembangunan.
Terkait dengan prinsip dasar di atas, pemerintah harus mengupayakan bentuk-
bentuk partisipasi yang efektif dan produktif. Pemerintah pusat dalam hal ini
adalah fasilitator untuk pencapaian community driven planning tersebut.
Dengan demikian proses pelaksanaan pengembangan wilayah dan
pembangunan kota diharapkan akan mencapai hasil secara efektif dengan
memanfaatkan sumber daya secara efisien dan ditangani melalui kegiatan
penataan ruang.
Strategi kebijaksanaan penataan ruang disusun dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Keterpaduan program, bagi semua sektor dengan memperhatikan lintas
sektoral tetapi juga lintas wilayah melalui kerangka pengembangan wilayah
atau kawasan.
b. Pendekatan yang mengedepankan peran masyarakat dalam pembangunan.
c. Sinerji pembangunan dengan memperhatikan potensi dan keunggulan lokal
dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7
d. Akomodatif terhadap berbagai masukan, kemitraan dengan seluruh
stakeholder dan transparansi dalam pelaksanaan pembangunan.
e. Mengupayakan pelaksanaan pembangunan yang konsisten terhadap
rencana tata ruang.
f. Penegakkan hukum yang konsisten. Dengan penegakan hukum, diharapkan
dapat terhindari kepentingan sepihak, dan terlaksanananya pembagian
peran yang “seimbang” antar seluruh pelaku pembangunan.
g. Melakukan kerja sama antar wilayah untuk menciptakan sinerji
pembangunan.
Ibu dan Bapak peserta seminar yang saya hormati,
Dalam kaitan dengan strategi pengembangan perkotaan, beberapa hal dapat
menjadi pertimbangan, seperti:
1) Penanganan pembangunan kota yang bersifat mendesak dan jangka
pendek
a. Kebijakan pembangunan kota diarahkan pada pemulihan kondisi kota
dan pengembalian fungsi kota untuk segera dapat menjamin keamanan
dan kenyamanan kehidupan kota, terutama di kota-kota metropolitan dan
besar.
b. Kebijakan pembangunan kota sebagai upaya menjamin kelangsungan
kegiatan-kegiatan dan program-program pembangunan yang sedang
berjalan.
2) Penanganan pembangunan kota berkelanjutan (jangka menengah dan
panjang)
a. Meningkatkan peran pembinaan pembinaan perkotaan bagi daerah
dalam pembangunan perkotaan
b. Mendorong dan meningkatkan kapasitas pusat maupun daerah dalam
pengelolaan pembangunan kota yang lebih efisien dan efektif melalui
8
pelatihan pengembangan untuk meningkatkan kemampuan sumber
daya.
c. Mengurangi ketidakseimbangan pertumbuhan kawasan kota
d. Mendorong usaha pelestarian sumber daya alam dan buatan serta
pemulihan kota
e. Meningkatkan daya saing kota sesuai dengan potensi yang dimiliki.
f. Mendorong keterkaitan desa-kota melalui peningkatan aksesibilitas kota-
desa dan mengembangkan fasilitas dan sarana produksi.
Terwujudnya pembangunan perkotaan pada saat ini lebih banyak ditentukan
oleh perilaku pasar, komunikasi, informasi yang transparan kepada masyarakat
pelaku pembangunan perkotaan. Oleh sebab itu upaya pembangunan
perkotaan dilakukan dengan menawarkan kepada semua pelaku pembangunan
perkotaan sesuai dengan kebutuhan kota masing-masing.
Dalam upaya pengembangan wilayah dan pembangunan kota, peran
pemerintah akan lebih ditekankan pada penyiapan pedoman, norma, standar
dan peraturan, pengembangan informasi dan teknologi, perumusan kebijakan
dan strategi nasional. Disisi lain kita semakin dituntut untuk mengenali
permasalahan kota dan pemecahan yang inovatif yang tidak lagi tergantung
pada pemerintah, meskipun pemerintah masih mempunyai kewajiban
membantu dalam pembangunan perkotaan.
Hadirin yang saya hormati,
Pada kesempatan ini, kami tidak bermaksud mempertentangkan pendekatan
yang bersifat top-down dengan botom-up, pendekatan mikro dengan
pendekatan makro, serta pertentangan antara kewenangan pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah. Kami hanya ingin menggarisbawahi pentingnya
9
untuk memikirkan upaya-upaya untuk mengisi celah diantaranya (gap filling).
Karena itu, kami mengajak saudara-saudara untuk terus memikirkan upaya-
upaya untuk mendorong dan memfasilitasi terwujudnya otonomi daerah secara
transparan dan akuntabel.
Akhir kata, kami ucapkan selamat ber-seminar, semoga materi-materi yang
menjadi topik bahasan dapat bermanfaat bagi pembangunan wilayah dan kota
secara keseluruhan.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 5 Juni 2001
Erna Witoelar
10

More Related Content

What's hot

Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...Operator Warnet Vast Raha
 
Proposal Penelitian ppt
Proposal Penelitian pptProposal Penelitian ppt
Proposal Penelitian pptAulia Hamunta
 
Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa
Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desaMakalah proses perencanaan pembangunan suatu desa
Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desaOperator Warnet Vast Raha
 
Jurnal pengembangan wilayah perbatasan
Jurnal pengembangan wilayah perbatasanJurnal pengembangan wilayah perbatasan
Jurnal pengembangan wilayah perbatasanImam Moklisin
 
Sistem administrasi daerah dan kota
Sistem administrasi daerah dan kotaSistem administrasi daerah dan kota
Sistem administrasi daerah dan kotaSyaifOer
 
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah DaerahPenyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah DaerahDadang Solihin
 
Persentasi tasik
Persentasi tasikPersentasi tasik
Persentasi tasikAndiyasa
 
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah DaerahPenyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah DaerahDadang Solihin
 
Strategi Percepatan Pembangunan berbasis Sistem
Strategi Percepatan Pembangunan berbasis SistemStrategi Percepatan Pembangunan berbasis Sistem
Strategi Percepatan Pembangunan berbasis SistemDadang Solihin
 
Penguatan Pertumbuhan Investasi dalam rangka Pembangunan Daerah
Penguatan Pertumbuhan Investasi dalam rangka Pembangunan DaerahPenguatan Pertumbuhan Investasi dalam rangka Pembangunan Daerah
Penguatan Pertumbuhan Investasi dalam rangka Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Eksistensi Kelembagaan Penanaman Modal dalam Meningkatkan Investasi di Indonesia
Eksistensi Kelembagaan Penanaman Modal dalam Meningkatkan Investasi di IndonesiaEksistensi Kelembagaan Penanaman Modal dalam Meningkatkan Investasi di Indonesia
Eksistensi Kelembagaan Penanaman Modal dalam Meningkatkan Investasi di IndonesiaDadang Solihin
 
Delapan fungsi keluarga for plkb
Delapan fungsi keluarga for plkbDelapan fungsi keluarga for plkb
Delapan fungsi keluarga for plkbSyafrida Lubis
 
Mendaratkan Pengembangan Potensi Lokal ke Tataran Internasional
Mendaratkan Pengembangan Potensi Lokal  ke Tataran Internasional Mendaratkan Pengembangan Potensi Lokal  ke Tataran Internasional
Mendaratkan Pengembangan Potensi Lokal ke Tataran Internasional Dadang Solihin
 
Karawang yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur pada 2021
Karawang yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur pada 2021Karawang yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur pada 2021
Karawang yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur pada 2021Dadang Solihin
 
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Peraturan Presiden No 2/2015
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Peraturan Presiden No 2/2015Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Peraturan Presiden No 2/2015
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Peraturan Presiden No 2/2015Dadang Solihin
 

What's hot (19)

Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
 
LOKAKARYA PEMBANGUNAN
LOKAKARYA PEMBANGUNANLOKAKARYA PEMBANGUNAN
LOKAKARYA PEMBANGUNAN
 
Proposal Penelitian ppt
Proposal Penelitian pptProposal Penelitian ppt
Proposal Penelitian ppt
 
Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa
Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desaMakalah proses perencanaan pembangunan suatu desa
Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa
 
Jurnal pengembangan wilayah perbatasan
Jurnal pengembangan wilayah perbatasanJurnal pengembangan wilayah perbatasan
Jurnal pengembangan wilayah perbatasan
 
perencaan
perencaanperencaan
perencaan
 
Sistem administrasi daerah dan kota
Sistem administrasi daerah dan kotaSistem administrasi daerah dan kota
Sistem administrasi daerah dan kota
 
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah DaerahPenyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah
 
Persentasi tasik
Persentasi tasikPersentasi tasik
Persentasi tasik
 
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah DaerahPenyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah
 
Strategi Percepatan Pembangunan berbasis Sistem
Strategi Percepatan Pembangunan berbasis SistemStrategi Percepatan Pembangunan berbasis Sistem
Strategi Percepatan Pembangunan berbasis Sistem
 
Penguatan Pertumbuhan Investasi dalam rangka Pembangunan Daerah
Penguatan Pertumbuhan Investasi dalam rangka Pembangunan DaerahPenguatan Pertumbuhan Investasi dalam rangka Pembangunan Daerah
Penguatan Pertumbuhan Investasi dalam rangka Pembangunan Daerah
 
Eksistensi Kelembagaan Penanaman Modal dalam Meningkatkan Investasi di Indonesia
Eksistensi Kelembagaan Penanaman Modal dalam Meningkatkan Investasi di IndonesiaEksistensi Kelembagaan Penanaman Modal dalam Meningkatkan Investasi di Indonesia
Eksistensi Kelembagaan Penanaman Modal dalam Meningkatkan Investasi di Indonesia
 
Delapan fungsi keluarga for plkb
Delapan fungsi keluarga for plkbDelapan fungsi keluarga for plkb
Delapan fungsi keluarga for plkb
 
Mendaratkan Pengembangan Potensi Lokal ke Tataran Internasional
Mendaratkan Pengembangan Potensi Lokal  ke Tataran Internasional Mendaratkan Pengembangan Potensi Lokal  ke Tataran Internasional
Mendaratkan Pengembangan Potensi Lokal ke Tataran Internasional
 
Karawang yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur pada 2021
Karawang yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur pada 2021Karawang yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur pada 2021
Karawang yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur pada 2021
 
Adm pembangunan
Adm pembangunanAdm pembangunan
Adm pembangunan
 
30769259 pembangunan-daerah
30769259 pembangunan-daerah30769259 pembangunan-daerah
30769259 pembangunan-daerah
 
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Peraturan Presiden No 2/2015
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Peraturan Presiden No 2/2015Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Peraturan Presiden No 2/2015
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Peraturan Presiden No 2/2015
 

Similar to STRATEGI PEMBANGUNAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang BerkualitasRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang BerkualitasDadang Solihin
 
Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)
Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)
Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)nikenpraw
 
ppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptxppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptxHANIFPRASETYO10
 
Bab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaBab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaLatifah Tio
 
Masukan untuk RPJPD Kota Kotamubagu 2025-2045
Masukan untuk RPJPD Kota Kotamubagu 2025-2045Masukan untuk RPJPD Kota Kotamubagu 2025-2045
Masukan untuk RPJPD Kota Kotamubagu 2025-2045Dadang Solihin
 
Pedum-Posyantek-1.pdf
Pedum-Posyantek-1.pdfPedum-Posyantek-1.pdf
Pedum-Posyantek-1.pdfDianSopyan
 
Aksi reaksi dan peran litbang
Aksi reaksi dan peran litbangAksi reaksi dan peran litbang
Aksi reaksi dan peran litbangRustan Amarullah
 
Ppwp 1a
Ppwp 1aPpwp 1a
Ppwp 1agunjul
 
Bab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancanganBab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancanganLatifah Tio
 
Pengelolaan Kawasan Perkotaan
Pengelolaan Kawasan PerkotaanPengelolaan Kawasan Perkotaan
Pengelolaan Kawasan PerkotaanSiti Sahati
 
(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerahElisabeth Marina
 
PAPARAN OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI RT DAN RW -2019.pptx
PAPARAN OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI RT DAN RW -2019.pptxPAPARAN OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI RT DAN RW -2019.pptx
PAPARAN OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI RT DAN RW -2019.pptxbandungwetan
 

Similar to STRATEGI PEMBANGUNAN (20)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang BerkualitasRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
 
Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)
Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)
Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)
 
ppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptxppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptx
 
Aksi reaksi dan peran litbang (Rustan)
Aksi reaksi dan peran litbang (Rustan)Aksi reaksi dan peran litbang (Rustan)
Aksi reaksi dan peran litbang (Rustan)
 
Bab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaBab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang Kota
 
Masukan untuk RPJPD Kota Kotamubagu 2025-2045
Masukan untuk RPJPD Kota Kotamubagu 2025-2045Masukan untuk RPJPD Kota Kotamubagu 2025-2045
Masukan untuk RPJPD Kota Kotamubagu 2025-2045
 
Msp03sosped
Msp03sospedMsp03sosped
Msp03sosped
 
Msp03sosped
Msp03sospedMsp03sosped
Msp03sosped
 
30769259 pembangunan-daerah
30769259 pembangunan-daerah30769259 pembangunan-daerah
30769259 pembangunan-daerah
 
Pedum-Posyantek-1.pdf
Pedum-Posyantek-1.pdfPedum-Posyantek-1.pdf
Pedum-Posyantek-1.pdf
 
Paper rpp-desa
Paper rpp-desaPaper rpp-desa
Paper rpp-desa
 
Aksi reaksi dan peran litbang
Aksi reaksi dan peran litbangAksi reaksi dan peran litbang
Aksi reaksi dan peran litbang
 
Ppwp 1a
Ppwp 1aPpwp 1a
Ppwp 1a
 
Bab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancanganBab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancangan
 
Pengelolaan Kawasan Perkotaan
Pengelolaan Kawasan PerkotaanPengelolaan Kawasan Perkotaan
Pengelolaan Kawasan Perkotaan
 
3637 5191-1-sm
3637 5191-1-sm3637 5191-1-sm
3637 5191-1-sm
 
Tugas mid
Tugas midTugas mid
Tugas mid
 
(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah(7)pembangunan ekonomi daerah
(7)pembangunan ekonomi daerah
 
Good Governance
Good GovernanceGood Governance
Good Governance
 
PAPARAN OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI RT DAN RW -2019.pptx
PAPARAN OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI RT DAN RW -2019.pptxPAPARAN OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI RT DAN RW -2019.pptx
PAPARAN OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI RT DAN RW -2019.pptx
 

STRATEGI PEMBANGUNAN

  • 1. STRATEGI PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PERKOTAAN INDONESIA Keynote Address pada Seminar Reformasi Kebijakan Perkotaan Dalam Era Desentralisasi Jakarta, 5 Juni 2001 Oleh : Erna Witoelar
  • 2. DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Jalan Pattimura No.20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan STRATEGI PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PERKOTAAN INDONESIA Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. Pertama-tama, kami ingin menyampaikan penghargaan atas undangan yang diberikan kepada kami, untuk berbicara sebagai keynote speaker. Momen ini merupakan suatu kesempatan yang baik bagi kami untuk menyampaikan gagasan di hadapan bapak dan ibu dan sekalian civitas academica Universitas Indonesia. Kami juga menyampaikan penghargaan kepada panitia atas usaha dan kerja kerasnya untuk mengupayakan terlaksananya seminar yang membahas tema yang aktual dan penting ini. Tema “Reformasi Kebijakan Perkotaan dalam Era Desentralisasi” dan topik bahasan yang akan saya sampaikan ini sangat terkait erat dengan situasi dan permasalahan yang sedang dihadapi oleh kita semua. Hal ini karena itu, kebijakan dan strategi pengembangan wilayah dan perkotaan perlu disesuaikan, sehingga manfaat yang optimal dapat diperoleh. Para hadirin dan peserta seminar yang terhormat, 2
  • 3. Dalam era desentralisasi dan partisipasi masyarakat serta keterbukaan, telah terjadi kecenderungan yang berkembang dalam masyarakat dan juga keinginan pemerintah daerah yaitu agar dalam penyelenggaraan otonomi daerah peran masyarakat dalam proses pembangunan harus diutamakan. Lahirnya Undang- undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan legitimasi untuk menyerahkan kewenangan dalam proses penyelenggaraan penataan ruang kepada daerah. Namun, konsekuensi kondisi tersebut memberikan implikasi antara lain adalah memberikan kemungkinan banyaknya daerah yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri, tanpa berupaya untuk ber-sinergi dalam pelaksanaan pembangunan dengan daerah lainnya, demi sekedar mengejar target dalam lingkup “kacamata” masing-masing. Kondisi tersebut akan menimbulkan persoalan pembangunan apabila tidak diikat dengan satu kerangka keterpaduan yang mengedepankan kepentingan wilayah yang lebih luas dan dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Masing-masing daerah otonom sangat bersemangat dalam membangun daerahnya masing-masing sehingga tiap daerah menginginkan ketersediaan sarana, prasarana, maupun pelayanan yang sama di daerahnya. Kalaupun secara finansial dapat dipenuhi oleh pemerintah pusat, hal ini tetap menjadi ganjalan dari segi efisiensi dan produktivitas. Prasarana yang bersifat tunggal dan melayani wilayah sekitarnya (prasarana wilayah) seperti pelabuhan, sangatlah tidak efisien apabila harus dibangun pada setiap daerah. Karena itu haruslah dicari suatu sinergi yang baik dalam mengupayakan ketersediaan prasarana sejenis yang secara hirarki fungsional dia dapat melayani kebutuhan kebutuhan yang tidak hanya menguntungkan pembangunan daerah tetapi juga wilayah dan nasional. Sebagai contoh, prasarana jalan secara sistem berhirarki mulai dari jalan arteri, kolektor, dan lokal yang secara keseluruhan mendukung kelancaran sistem aktivitas dan produksi baik dari asal bahan baku maupun menuju outlet-nya. Begitu pula dengan sistem kota-kota yang terdiri dari fungsi 3
  • 4. pelayanan kegiatan nasional, wilayah, maupun lokal. Kota-kota tersebut secara hirarki fungsional melayani penduduk kotanya maupun wilayah sekitarnya. Isu selanjutnya adalah implikasi demokratisasi, yaitu keikutsertaan masyarakat dalam penentuan keputusan-keputusan publik. Saya bermaksud memberikan penekanan yang kuat pada aspek ini, karena hal ini merupakan inti dari reformasi yang kita cita-citakan yaitu timbulnya masyarakat sipil (civil society), masyarakat yang egaliter berdasarkan kesetaraan. Dengan demikian, masyarakat harus diberikan peranan yang cukup besar dalam penentuan “nasib”nya. Dalam kaitan tersebut, pendekatan perencanaan yang sentralistik dan top-down harus segera direvisi menjadi pendekatan perencanaan yang lebih mengedepankan demand masyarakat yang disebut sebagai community driven planning. Isu yang paling aktual untuk saat ini adalah bagaimana upaya untuk mencapai kondisi di mana masyarakat sendirilah yang mendesain rencana yang diinginkan dan pemerintah adalah fasilitatornya. Hal ini sangat penting dalam penataan ruang wilayah dan perkotaan. Isu ketiga yang hendak saya bahas adalah terkait dengan tantangan dalam pengembangan perkotaan. Pada tahun 1980 penduduk perkotaan berjumlah sekitar 32,85 juta atau 22,27% dari penduduk nasional. Tahun 1990, dalam waktu 10 tahun penduduk perkotaan menjadi 55,43 juta atau 30,9% dari penduduk nasional, sedang tahun 1995 penduduk perkotaan bertambah menjadi 35,91%. Perkembangan tesebut disamping akan meningkatkan beban kota dalam penyediaan infrastruktur, fasilitas umum dan prasarana lingkungan, juga menimbulkan dampak perpindahan penduduk dari desa ke kota. Berbagai isu telah menjadi fokus dalam pembangunan perkotaan dan diantaranya telah pula menjadi suatu agenda pembahasan internasional seperti “Deklarasi Berlin”. Kenyataannya, dunia sedang menghadapi pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat dan banyak kota-kota yang dihadapkan kepada 4
  • 5. hypergrowth gagal untuk mengatasi tantangan dalam penciptaan lapangan kerja, penyediaan rumah yang layak huni, serta pemenuhan kebutuhan pokok warganya. Selain itu, kita juga menghadapi kenyataan bahwa banyak kota-kota yang rawan dengan konflik-konflik horizontal dan segregasi sosial. Karena itu hal ini juga menjadi penekanan penting dalam pembahasan di sini. Dalam kaitan dengan isu-isu yang saya paparkan, maka saya akan melanjutkannya dengan bagaimana strategi untuk mengatasi permasalahan serta tantangan tersebut. Para hadirin dan peserta seminar yang terhormat, Pembangunan wilayah dan perkotaan dengan pendekatan pengembangan wilayah melalui kegiatan penataan ruang pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjamin lingkungan hidup yang berkelanjutan dengan memperhatikan keunggulan komparatif di suatu wilayah, dan mengurangi kesenjangan pembangunan dengan mengurangi kawasan-kawasan yang miskin, kumuh dan tertinggal. Salah satu kegiatannya adalah peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap faktor-faktor produksi, pengolahan dan pemasaran, serta mendorong dan memfasilitasi masyarakat dengan sarananya. Pengembangan wilayah dilakukan menitikberatkan pada aspek ruang atau lokasi untuk mengoptimalisasi sumber daya alam yang ada dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Penataan ruang merupakan suatu langkah pendekatan spasial untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Dengan berlakunya UU No. 22 tahun 1999, pelaksanaan kegiatan pengembangan wilayah dan pembangunan perkotaan dilaksanakan dengan pendekatan bottom-up dan melibatkan semua 5
  • 6. pelaku pembangunan (stakeholders) pada setiap tahap pembangunan. Pengembangan wilayah dan pembangunan perkotaan secara realistis memperhatikan tuntutan dunia usaha dan masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana sehingga aktivitas perekonomian dalam wilayah atau kawasan dapat berjalan dengan baik, yang selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sekaligus untuk menjaga dan meningkatkan mutu lingkungan. Untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah, ada dua hal yang dapat dilakukan pemerintah pusat dalam memposisikan diri sebagai pembina dan pendorong. Pertama adalah dengan memfasilitasi peningkatan kemampuan pemerintah daerah. Pemerintah, sebagaimana digariskan oleh UU 22/1999, memfasilitasi dengan cara pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi. Salah satu contoh penting untuk tersebut adalah adanya pedoman standar pelayanan minimal untuk bidang penataan ruang dan permukiman yang dikeluarkan oleh Depkimpraswil. Dengan adanya standar tersebut, maka pemerintah daerah wajib untuk memenuhi kebutuhan minimal warganya dalam kebutuhan prasarana maupun bidang penataan ruang antara lain: keharusan adanya RTRW Kota dan RDTR pada kawasan strategis, fasilitas perizinan (IMB dan izin lokasi), sistem informasi, unit pengaduan, dan pemeriksaan berkala dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang. Namun demikian, fasilitasi tersebut secara konsisten tetap memperhatikan ide dan gagasan asli (genuine) yang bersumber dari masyarakat dan pelaku pembangunan perkotaan Pemerintah pusat merupakan “penjaga” kepentingan nasional. Karena itu, peran yang kedua adalah pemerintah pusat juga mengeluarkan kerangka perencanaan makro seperti struktur tata ruang nasional. Pada tingkatan rencana makro tersebut, yang merupakan fokus penataan adalah bagaimana 6
  • 7. mewujudkan struktur perwilayahan melalui upaya mensinergikan antar kawasan yang antara lain dicapai dengan pengaturan hirarki fungsional yaitu: sistem kota-kota, sistem jaringan prasarana wilayah, serta fasilitasi kerjasama lintas propinsi, kabupaten, dan kota. Hadirin yang terhormat, Strategi pembangunan wilayah dan perkotaan mempunyai prinsip dasar pembangunan dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat. Hal ini dapat tercapai bila proses pembangunan berakar pada kemampuan sumber daya alamnya dan kreativitas seluruh pelaku pembangunan. Terkait dengan prinsip dasar di atas, pemerintah harus mengupayakan bentuk- bentuk partisipasi yang efektif dan produktif. Pemerintah pusat dalam hal ini adalah fasilitator untuk pencapaian community driven planning tersebut. Dengan demikian proses pelaksanaan pengembangan wilayah dan pembangunan kota diharapkan akan mencapai hasil secara efektif dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien dan ditangani melalui kegiatan penataan ruang. Strategi kebijaksanaan penataan ruang disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Keterpaduan program, bagi semua sektor dengan memperhatikan lintas sektoral tetapi juga lintas wilayah melalui kerangka pengembangan wilayah atau kawasan. b. Pendekatan yang mengedepankan peran masyarakat dalam pembangunan. c. Sinerji pembangunan dengan memperhatikan potensi dan keunggulan lokal dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7
  • 8. d. Akomodatif terhadap berbagai masukan, kemitraan dengan seluruh stakeholder dan transparansi dalam pelaksanaan pembangunan. e. Mengupayakan pelaksanaan pembangunan yang konsisten terhadap rencana tata ruang. f. Penegakkan hukum yang konsisten. Dengan penegakan hukum, diharapkan dapat terhindari kepentingan sepihak, dan terlaksanananya pembagian peran yang “seimbang” antar seluruh pelaku pembangunan. g. Melakukan kerja sama antar wilayah untuk menciptakan sinerji pembangunan. Ibu dan Bapak peserta seminar yang saya hormati, Dalam kaitan dengan strategi pengembangan perkotaan, beberapa hal dapat menjadi pertimbangan, seperti: 1) Penanganan pembangunan kota yang bersifat mendesak dan jangka pendek a. Kebijakan pembangunan kota diarahkan pada pemulihan kondisi kota dan pengembalian fungsi kota untuk segera dapat menjamin keamanan dan kenyamanan kehidupan kota, terutama di kota-kota metropolitan dan besar. b. Kebijakan pembangunan kota sebagai upaya menjamin kelangsungan kegiatan-kegiatan dan program-program pembangunan yang sedang berjalan. 2) Penanganan pembangunan kota berkelanjutan (jangka menengah dan panjang) a. Meningkatkan peran pembinaan pembinaan perkotaan bagi daerah dalam pembangunan perkotaan b. Mendorong dan meningkatkan kapasitas pusat maupun daerah dalam pengelolaan pembangunan kota yang lebih efisien dan efektif melalui 8
  • 9. pelatihan pengembangan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya. c. Mengurangi ketidakseimbangan pertumbuhan kawasan kota d. Mendorong usaha pelestarian sumber daya alam dan buatan serta pemulihan kota e. Meningkatkan daya saing kota sesuai dengan potensi yang dimiliki. f. Mendorong keterkaitan desa-kota melalui peningkatan aksesibilitas kota- desa dan mengembangkan fasilitas dan sarana produksi. Terwujudnya pembangunan perkotaan pada saat ini lebih banyak ditentukan oleh perilaku pasar, komunikasi, informasi yang transparan kepada masyarakat pelaku pembangunan perkotaan. Oleh sebab itu upaya pembangunan perkotaan dilakukan dengan menawarkan kepada semua pelaku pembangunan perkotaan sesuai dengan kebutuhan kota masing-masing. Dalam upaya pengembangan wilayah dan pembangunan kota, peran pemerintah akan lebih ditekankan pada penyiapan pedoman, norma, standar dan peraturan, pengembangan informasi dan teknologi, perumusan kebijakan dan strategi nasional. Disisi lain kita semakin dituntut untuk mengenali permasalahan kota dan pemecahan yang inovatif yang tidak lagi tergantung pada pemerintah, meskipun pemerintah masih mempunyai kewajiban membantu dalam pembangunan perkotaan. Hadirin yang saya hormati, Pada kesempatan ini, kami tidak bermaksud mempertentangkan pendekatan yang bersifat top-down dengan botom-up, pendekatan mikro dengan pendekatan makro, serta pertentangan antara kewenangan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Kami hanya ingin menggarisbawahi pentingnya 9
  • 10. untuk memikirkan upaya-upaya untuk mengisi celah diantaranya (gap filling). Karena itu, kami mengajak saudara-saudara untuk terus memikirkan upaya- upaya untuk mendorong dan memfasilitasi terwujudnya otonomi daerah secara transparan dan akuntabel. Akhir kata, kami ucapkan selamat ber-seminar, semoga materi-materi yang menjadi topik bahasan dapat bermanfaat bagi pembangunan wilayah dan kota secara keseluruhan. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Jakarta, 5 Juni 2001 Erna Witoelar 10