2. Langkah-Langkah Perhitungan Waris
KETAHUI TERLEBIH DAHULU MANA YANG MAHJUB,
MANA YANG MENJADI ‘ASABAH DAN MANA YANG
MENDAPATKAN BAGIAN TERTENTU.
TENTUKAN BAGIAN MASING-MASING AHLI WARIS MENCARI ASAL MASALAH (AM) DARI BAGIAN YANG
TELAH ADA
3. Contoh Kasus
Seseorang meninggal dunia dengan meninggalkan ahli waris:
1. Suami
2. Kakek
3. Bapak
4. Saudara Laki-laki
5. Anak Perempuan
6. Anak Laki-laki
Berapa bagian masing-masing ahli waris?????
4. Langkah Penyelesaian
Langkah Pertama
1. Kakek mahjub oleh Bapak
2. Saudara Laki-laki mahjub oleh bapak dan anak laki-laki
Langkah ke dua
1. Suami, mendapat bagian ¼ karena ada anak
2. Bapak, mendapat bagian 1/6 karena ada anak
3. Anak Perempuan, sebagai ‘asabah bilghoiri
4. Anak Laki-laki, sebagai ‘asabah binnafsi
5. Langkah Penyelesaian
Langkah ke tiga; mencari asal masalah (AM) dari bagian yg telah ada yaitu: ¼ dan 1/6.
Pencarian asal masalah (AM) tidak jauh dari empat kemungkinan berikut ini:
1. Tamasul; yaitu angka-angka yg ada pada bagian tersebut penyebutnya sama. Contoh: ½ dan
maka AMnya adalah 2. jika angkanya adalah ¼ dan ¼ maka AMnya adalah 4.
2. Tawafuq; yaitu jika angka-angka yg penyebutnya kecil jika dikalikan dua, akan sama dengan
angka penyebutnya yang besar. Contoh: ½ dan ¼ maka AMnya adalah 4. jika angkanya 1/3
dan 1/6 maka AMnya adalah 6.
6. Langkah Penyelesaian
3. Tadakhul; yaitu angka-angka yg penyebutnya besar tidak sama, dan yang penyebutnya kecil
kalua dikalikan tidak sama dengan angka yg penyebutnya besar. Maka kedua angka penyebut
tersebut salah satunya dibagi dua kemudian dikalikan dengan penyebut lainnya. Contoh: 1/6
dan 1/8 maka AMnya adalah 24, hasil perkalian antara 6 x 4 atau 8 x 3. atau ¼ dan 1/6 AMnya
7. Langkah Penyelesaian
Cara yang kedua adalah dengan menentukan Kelipatan Persekutuan terKecil (KPK) yaitu dengan
mencari bilangan yang bisa dibagi oleh beberapa penyebut yang ada dalam hitungan. Contoh:
jika bilangan yg ada pada suatu pembagian waris adalah ½, 1/3, 1/6 dan 1/8 maka KPK yg bisa
dibagi antara beberapa penyebut tersebut adalah 24.
Dengan sistem KPK di atas, maka dapat diketahui bahwa bagian ¼ dan 1/6 AMnya adalah 12 dan
atau dinamakan tadakhul jika menggunakan cara yang pertama.
8. ASAL MASALAH 12 (AM=12)
1. Suami ¼ x 12 = 3
2. Bapak 1/6 x 12 = 2
3. Anak Laki-laki Asabah 7 (untuk anak laki-laki dan perempuan)
4. Anak Perempuan Asabah
Maka dapat diketahui bahwa bagian suami 3, bapak 2 dan bagian anak 7 yg selanjutnya dibagi
tiga dengan ketentuan bagian laki-laki sama dengan dua bagian perempuan atau 2 bagian untuk
laki-laki dan 1 bagian untuk anak perempuan.
9. Jika harta peninggalan mayit itu Rp. 72.000.000,- maka bagian masing-masing adalah sebagai
berikut:
Suami 3/12 x Rp. 72.000.000,- = Rp. 18.000.000,-
Bapak 2/12 x Rp. 72.000.000,- = Rp. 12.000.000,-
Anak laki-laki 7/12 x Rp. 72.000.000,- = Rp. 14.000.000,-
Anak Perempuan
Bagian anak laki-laki dan perempuan (Rp. 14.000.000,-) dibagi 3 dengan asumsi kaidah 2:1. Maka
anak laki-laki mendapatkan Rp. 9.400.000 (pembulatan) sedangkan anak perempuan Rp.
4.600.000 (pembulatan)
10. ‘Aul dan Radd
Secara Bahasa ‘aul memiliki banyak arti, diantaranya: mengeraskan suara dalam menangis,
menunjukkan, meminta bantuan, memberi nafkah kepada keluarga, condong, melebihi batas.
Adapun dalam ilmu mawaris adalah jumlah bagian ahli waris lebih banyak dari asal
masalahnya. Maka, asalah masalahnya harus diganti atau diubah. Dengan demikian, jika jumlah
bagian yang akan diterima ahli waris lebih banyak dari asal masalah, maka secara otomatis
bagian yang akan diterima oleh ahli waris menjadi berkurang.
Para pakar ilmu mawaris menegaskan bahwa permasalahan ‘aul hanya akan terjadi pada
masalah 6, 12 dan 24. Maka, selain asal masalah tersebut (yaitu: 2,3,4,8), tidak akan terjadi ‘aul.
Namun demikian, masalah ‘aul tidak harus terjadi pada asal masalah di atas.
11. Contoh Kasus ‘Aul sesuai dengan klasifikasi
asal masalah.
1. Asal Masalah 6
a. ‘Aul 7; asal masalah ini bisa ‘aul menjadi 7,8,9 dan 10.
Seorang meninggal dengan meninggalkan ahli waris:
Suami ½ x 6 = 3, 3/7 x harta
2 saudara perempuan sebapak 2/3 x 6 = 4, 4/7 x harta
Maka dengan demikian pada kasus ini asal masalah yg awalnya 6 akan menjadi 7.
12. Contoh Kasus ‘Aul sesuai dengan klasifikasi
asal masalah.
1. Asal Masalah 6
b. ‘Aul 8;
Seorang meninggal dengan meninggalkan ahli waris:
Suami ½ x 6 = 3, 3/8 x harta
Ibu 1/3 x 6 = 2, 2/8 x harta
Saudara Pr kandung ½ x 6 = 3, 3/8 x harta
Kasus ini dinamakan mubahalah yg berarti saling melaknat. Karena Ketika sahabat ibn Abbas
menyelesaikan kasus di atas sesuai cara tsb ditentang oleh para sahabat yg berselisih dengannya.
13. Contoh Kasus ‘Aul sesuai dengan klasifikasi
asal masalah.
1. Asal Masalah 6
c. ‘Aul 9;
Seorang meninggal dengan meninggalkan ahli waris:
Suami ½ x 6 = 3, 3/9 x harta
2 Saudara Pr kandung 2/3 x 6 = 4, 4/9 x harta
2 Saudara Pr seibu 1/3 x 6 = 2, 2/9 x harta
14. Contoh Kasus ‘Aul sesuai dengan klasifikasi
asal masalah.
1. Asal Masalah 6
d. ‘Aul 10;
Seorang meninggal dengan meninggalkan ahli waris:
Suami ½ x 6 = 3, 3/10 x harta
2 Saudara Pr kandung 2/3 x 6 = 4, 4/10 x harta
2 Saudara Pr seibu 1/3 x 6 = 2, 2/10 x harta
Ibu 1/6 x 6 = 1, 1/10 x harta
15. Contoh Kasus ‘Aul sesuai dengan klasifikasi
asal masalah.
2. Asal Masalah 12
a. ‘Aul 13;
Seorang meninggal dengan meninggalkan ahli waris:
Suami ¼ x 12 = 3, 3/13 x harta
Ibu 1/6 x 12 = 2, 2/13 x harta
2 anak Perempuan 2/3 x 12 = 8, 8/13 x harta
16. Contoh Kasus ‘Aul sesuai dengan klasifikasi
asal masalah.
2. Asal Masalah 12
b. ‘Aul 15;
Seorang meninggal dengan meninggalkan ahli waris:
Suami ¼ x 12 = 3, 3/15 x harta
Ibu 1/6 x 12 = 2, 2/15 x harta
Bapak 1/6 x 12 = 2, 2/15 x harta
2 anak Perempuan 2/3 x 12 = 8, 8/15 x harta
17. Contoh Kasus ‘Aul sesuai dengan klasifikasi
asal masalah.
2. Asal Masalah 12
c. ‘Aul 17;
Seorang meninggal dengan meninggalkan ahli waris:
3 Istri ¼ x 12 = 3, 3/17 x harta
2 Ibu 1/6 x 12 = 2, 2/17 x harta
4 Saudara PR seibu 1/3 x 12 = 4, 4/17 x harta
8 Saudara PR kandung 2/3 x 12 = 8, 8/17 x harta
Masalah ini dinamakan masalah ummu al aramil (ibu bagi para janda) karena semua ahli waris adalah
perempuan yg pada umumnya adalah janda.
18. Contoh Kasus ‘Aul sesuai dengan klasifikasi
asal masalah.
3. Asal Masalah 24 ‘Aul 27;
Seorang meninggal dengan meninggalkan ahli waris:
Istri 1/8 x 24 = 3, 3/27 x harta
Ibu 1/6 x 24 = 4, 4/27 x harta
Bapak 1/6 x 24 = 4, 4/27 x harta
2 anak perempuan 2/3 x 24 = 16, 16/27 x harta
Masalah ini dinamakan masalah mimbariyah karena masalah ini dijawab oleh sahabat Ali ibn Abi
Thalib secara spontan Ketika khutbah di mimbar masjid kuffah.
19. RADD
Radd merupakan kebalikan dari ‘Aul yang menurut istilah ilmu waris diartikan sebagai keadaan
dimana jumlah seluruh bagian yang diterima ahli waris lebih kecil dari asal masalahnya. Dengan
demikian, setelah ahli waris menerima bagiannya masing-masing, akan ada sisa harta belum
dibagikan. Hal ini tentunya jika tidak ada ahli waris ‘asabah.
Solusinya adalah harta waris sisa tersebut dibagikan harta sisa kepada ahli waris kepada seluruh
ahli waris yg ada selain suami atau istri. Maka, suami atau istri tdk akan menerima sisa harta
tersebut dan masalah ini dinamakan masalah zaujiyyah.
20. Radd
Kelompok Pertama Kelompok Kedua
Sisa harta tersebut harus diberikan ke Baitul Maal
dan tidak diberikan kepada zawi al furud dengan
jalan radd.
Pendapat ini diungkapkan oleh Zaid ibn Tsabit, Imam
Imam Malik, dan Imam Syafi’i.
Menurut pendapat kuat dalam mazhab Maliki dan
fatwa ulama mutaakhirin mazhab Syafi’I
menegaskan jika Baitul Maal tidak berjalan
semestinya, harta dibagikan kepada ahli waris
dengan jalan radd kepada zawi al furud selain suami
atau istri.
Menurut mereka bagian-bagian waris telah
dijelaskan dlm Al Qur’an dan Hadits, maka tidak
boleh menambah nambah bagian tanpa dalil
21. Radd
Kasus radd dibagi menjadi dua. Pertama Radd tanpa suami atau istri dan kedua radd yang
didalamnya ada ahli waris suami atau istri.
Contoh dari bagian pertama adalah:
1. Seorang meninggal dengan meninggalkan ahli waris:
Nenek 1/6 menjadi ½ x harta
Saudara seibu 1/6 menjadi ½ x harta
AMnya (KPK) 6, namun karena dua orang itu sama bagiannya, maka dijadikan AMnya 2.
22. Radd
Contoh dari bagian pertama adalah:
2. Seorang meninggal dengan meninggalkan ahli waris:
Ibu 1/6 x 6 = 1
Anak Perempuan ½ x 6 = 3
AMnya (KPK) 6, namun karena jumlah bagian mereka 4 dan tidak ada salah satu dari suami atau
istri, maka Amnya diganti menjadi 4.
Ibu 1/6 x 6 = 1, ¼ x harta
Anak Perempuan ½ x 6 = 3, ¾ x harta
23. Radd
Contoh dari bagian kedua adalah:
1. Seorang meninggal dengan meninggalkan ahli waris:
Suami ½ x 6 = 3
Ibu 1/3 x 6 = 2
AMnya (KPK) 6, namun karena jumlah bagian mereka 5, maka sisa satu bagian ini hanya
diberikan kepada ibu. Maka penyelesaiannya adalah:
Suami ½ x 6 = 3, 3/6 x harta
Ibu 1/3 x 6 = 2 + 1, 3/6 x harta
24. Radd
Contoh dari bagian kedua adalah:
2. Seorang meninggal dengan meninggalkan ahli waris:
Istri ¼
Ibu 1/6
2 saudara laki-laki seibu 1/3
Untuk lebih mudahnya bagian istri kalikan dengan harta yang ada. Kemudian ahli waris yg lain dibuat asal masalah baru dan dikali dengan
sisa harta setelah dibagikan kepada istri. Jika hartanya Rp. 360.000.000,- maka penyelesaiannya adalah:
Istri ¼ x Rp. 360.000.000 = Rp. 90.000.000,- dan sisanya adalah Rp. 270.000.000,-. Harta tersebut dibagi kpd ibu dan 2 saudara laki-laki
seibu dengan asal masalah baru
Ibu 1/6 x 6 = 1, 1/3 x Rp. 270.000.000.- = Rp. 90.000.000,-
2 saudara laki-laki seibu 1/3 x 6 = 2, 2/3 x Rp. 270.000.000.- = Rp. 180.000.000,-