tentang panjar ini, saya tulis selebihnya secara manual. saya memilih untuk meng-uploadnya langsung tanpa memeriksanya lagi, jadi mohon maaf bila banyak kesalahan dalam tulisan ini. :)
Mata kuliah Agama Islam tentang Jual beli. Cari mata kuliah lain lebih banyak di: http://muhammadhabibielecture.blogspot.com/2014/12/kuliah-semester-1-thp-ftp-ub.html
Kegiatan perniagaan (bisnis) merupakan salah satu fitrah dari manusia karena dengan berniaga manusia dapat memenuhi berbagai keperluannya. Setiap bisnis yang dijalankan oleh manusia pasti akan menimbulkan dua konsekuensi dimasa depan, yaitu keuntungan dan kerugian. Keduanya merupakan dua hal yang tidak terpisahkan dari kegiatan bisnis. Tidak ada satu pun yang bisa menjamin bahwa bisnis yang dijalankan oleh seseorang akan mengalami keuntungan atau kerugian dimasa depan. Dengan demikian, risiko itu sendiri merupakan fitrah yang senantiasa melekat dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, Islam tidak mengenal adanya transaksi bisnis yang bebas risiko (Rahmawati, 2013)
Efisiensi mengarah pada ukuran baik atau buruknya penggunaan sumber daya dalam mencapai tujuan. Menurut Sumanth (1984) efisiensi merupakan rasio dari output aktual yang dicapai terhadap output standar yang diharapkan.
penerbitan sbsn dan pengaturannya, mekanisme dasar penerbitan sbsn, bentuk mekanisme penjualan/pembelian sbsn, pengaturan dan pengawasan sbsn, perbedaan/persamaan sbsn dan sun
Sistem Ketatanegaraan Indonesiamelingkup Bentuk Negara adalah Kesatuan, Bentuk Pemerintahan adalah Republik, Sistem Pemerintahan adalah Presidensial, Sistem Politik adalah Demokrasi atau kedaulatan rakyat
1. Kamis, 14 November 2013
Kelompok 1
Achmad Boys Awaluddin Rifai
Ashop Barqoya
Ibnu Khanun
Musa Mufid
2. Pengertian Bay’ Tawarruq
Secara Bahasa : dari kata wariq: simbol atau karakter
dari perak (/ uang dinar – alkahfi:19 ). Arti Tawaruq :
mencari uang tunai (perak,emas,dll) dengan berbagai
cara
Istilah ini diperkenalkan dari zaman Hambali
(madzhab Hambali)
Sementara madzhab Syafi’I menyebutnya dengan
sebutan “Zarnagah”
3. Bay’ Tawarruq adalah jual beli suatu komoditas yang
melibatkan 3 pihak.
Pihak pertama menjual komoditas kepada pihak
kedua secara tangguh/cicilan, untuk kemudian
langsung dijual kembali oleh pihak kedua kepada
pihak ketiga secara tunai
4. Dalil Al-Qur’an
QS. An Nisa (4) :29: ”Hai orang-orang yang beriman!
Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta
sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu
...”
5. Dalil Hadist
Hadist yang tercatat oleh al-Bukhari dan Muslim terbukti telah
mendukung transaksi ini.
“Ketika salah satu petani kurma dari Khaybar datang dan
membawa kan Kualitas Kurma yang tebaik kepada Nabi
Muhammad SAW , Nabi bertanya kepada petani tersebut apakah
semua buah kurma dari Khaybar sangat baik mutu nya. Petani
ini menjawab tidak, saya menukar dua ukuran (kg) kualitas
kurma yang rendah untuk satu ukuran (kg) yang
bagus, terkadang saya harus menukar 3 ukuran (kg) yang kulitas
rendah untuk satu ukuran (kg) yang kualitas nya bagus. Lalu
Nabi Muhammad melarang petani itu untuk melakukan
transaksi itu dan malah menyarankan untuk menjual semua
kualitas rendah nya agar mendapat kan uang tunai (berupa koin
perak pada jaman itu) dan lalu menggunakan uang tersebut
untuk membeli Kurma dengan kualitas yang bagus.
6. Dengan demikian, hal ini menunjukan legalitas dari
transaksi jual beli dimana maksud dan niat yang
berlainan menggunakan suatu media dapat di terima
dan dilakukan dan bebas dari riba secara explicit dan
implicit. Jadi untuk mendapatkan likuiditas dengan
media ini (tawarruq) sudah seharus nya di perkenan
kan apabila memang di perlukan.
7. Hukum Tawarruq
Hukumnya adalah Mubah / Boleh Ini adalah
pendapat kebanyakan ulama hanafiyah dan hanabilah.
Alasan pemikiran mereka ialah karena telah
terpenuhi syarat dan rukun jual beli. Kemudian, jual
beli tawarruq ini tidak terdapat larangan syariah
padanya. Karena itu ia termasuk al-ibahah al-ashliyah
(hukum dasarnya memang boleh), sesuai dengan
kaidah, ”Pada dasarnya semua akad itu dibolehkan
kecuali ada dalil yang melarangnya”
8. Hukumnya adalah Haram, Ini adalah riwayat kedua
dari Imam Ahmad dan pendapat ‘Umar bin ‘Abdul
‘Aziz serta dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah, Ibnul Qoyyim, dll
Alasan mereka, bahwa jual beli ini seolah-olah
seseorang menjual dirham dengan dirham yang lebih
banyak atau meminjam dirham dan membayarnya
dengan dirham yang lebih banyak sebagai kompensasi
dari masa penantian. Jual beli ini mirip dengan riba.
Meskipun bukan riba yang sesungguhnya
9. Syarat Bay’ Tawarruq
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin mensyaratkan bolehnya bay’
tawarruq dengan beberapa ketentuan:
1. Ia butuh untuk melakukan transaksi tersebut
dengan kebutuhan yang jelas.
2. Sulit baginya mendapatkan keperluannya dengan
jalan Al-Qardh (pinjaman), As-Salam maupun yang
lainnya.
3. Hendaknya barang yang akan ditransaksikan telah
dipegang dan dikuasai oleh penjual
10. Karakteristik Tawarruq
Terbagi menjadi 2, yaitu haqiqi dan munazzam
Tawarruq Haqiqi : dimana jika seseorang membeli barang dari
seorang penjual dengan harga kredit lalu ia menjual barang
tersebut secara kontan kepada pihak ketiga selain dari penjual
(tanpa diatur / diskenariokan terlebih dahulu ).
Tawarruq Munazzam : Tawarruq dimana pihak ketiganya telah
ditunjuk terlebih dahulu atau diskenariokan yang biasanya
dilakukan oleh pihak perbankan. Contohnya adalah ketika
nasabah (pihak A) membeli sebuah komoditas kepada pihak
bank (Pihak B), biasanya kendaraan bermotor, besi, barang
elektronik, dll, lalu pihak bank memerintahkan seorang agen
untuk menjualkan barang tersebut yang kemudian uangnya
diserahkan pada pihak A tadi.
14. KESIMPULAN
Akad Tawarruq motif utamanya adalah karena
kebutuhan akan likuiditas pada saat tersebut , dan
komoditas yang digunakan biasanya merupakan
komoditas local ( seperti beras , besi , kendaraan
bermotor , peralatan elektronik , dll ) dan diperbankan
produk yang menggunakan akad tawarruq ini adalah
commodity murabahah.
Perbedaan mendasar Akad tawarruq dengan Bai’ alinah adalah tawarruq tidak menjual kembali ke
pemilik asalnya.