SlideShare a Scribd company logo
TUGAS
HUKUM TATA NEGARA I
“SISTEM PEMILU ORGANIS DAN SISTEM PEMILU MEKANIS”
Disusun Oleh:
1. Yeti Arina (124254076)
2. Nasria Ika Nitasari (124254240)
3. Yeni Agus Tri Puryanti (124254243)
4. Elfira Rabbani Hafinur (124254244)
5. Ari Tri Maria (124254245)
6. El Sinta Lisnawati (124254246)
PRODI S1 PPKn 2012 / C
JURUSAN PMP-Kn
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
SISTEM PEMILIHAN UMUM
A. PENGERTIAN SISTEM PEMILU
Sistem pemilihan umum adalah metode yang mengatur warga negara dalam memilih para
wakil rakyat diantara mereka sendiri. Metode berhubungan dengan prosedur dan aturan
merubah suara ke kursi dilembaga perwakilan. Menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily
Ibrahim, pemilihan umum tidak lain adalah suatu cara untuk memilih wakil-wakil rakyat.
Dan karenanya bagi suatu negara yang menyebut dirinya sebagai negara demokrasi,
pemilihan umum itu harus dilaksanakan dalam wakru-waktu tertentu. Menurut Bagir Manan,
pemilhan umum yang diadakan dalam siklus lima (5) tahun sekali merupakan saat atau
momentum memperlihatkan secara nyata dan langsung pemerintahan oleh rakyat. Pada saat
pemilihan umum itulah semua calon yang ingin duduk sebagai penyelenggara negara dan
pemerintahan bergantung sepenuhnya pada keinginan atau kehendak rakyat.
B. MACAM-MACAM SISTEM PEMILU
1. Sistem Pemilu Organis
Pandangan organis menempatkan rakyat sebagai sejumlah individu-individu yang
hidup bersama dalam berbagai macam persekutuan hidup berdasarkan: genealogis,
(rumah tangga, keluarga), fungsi tertentu (ekonomi dan industri), lapisan-lapisan sosial
(buruh tani, cendekiawan) dan lembaga-lembaga sosial (universitas). Masyarakat
dipandangnya sebagai suatu organisme yang terdiri atas organ-organ yang mempunyai
kedudukan dan fungsi tertentu dalam totalite organisme itu, seperti persekutuan-
persekutuan hidup diatas. Berdasarkan pandangan ini persekutuan-persekutuan hidup
itulah yang diutamakanya sebagai pengendali hak pilih.
Dalam sistem organis, rakyat dipandang sebagai sejumlah individu yang hidup
bersama-sama dalam beraneka warna persekutuan hidup. Jadi persekuuan-persekutuan
itulah yang diutamakan sebagai pengendali hak pilih. Menurut pemilihan organis,
partai-partai politik tidak perlu dikembangkan, karena pemilihan diselenggarakan dan
dipimpin oleh tiap-tiap persekutuan hidup dalam lingkungan sendiri. Sistem organis
Badan perwakilan bersifat Badan Perwakilan kepentingan-kepentingan khusus
persekutuan hidup itu. Dalam pengangkatan, maka bagi negara yang menganut dua
Badan Perwakilan Rakyat dipilih langsung oleh rakyat, dan Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
2. Sistem Pemilu Mekanis
Pandangan mekanis menempatkan rakyat sebagai suatu massa individu-individu
yang sama. Aliran Liberalisme, Sosialisme dan Komunisme semuanya berdasarkan
pandangan mekanis ini. Bedanya bahwa Liberalisme mengutamakan individu sebagai
kesatuan otonom dan memandang masyarakat sebagai kompleks hubungan-hubungan
antar individu yang bersift kontraktuil, sedangkan Sosialisme dan khususnya
Komunisme mengutamakan totalitet kolektip masyarakat dan mengecilkan peranan
individu dalam totalitet kolektip itu. Tetapi semua aliran diatas mengutamakan
individu sebagai pengenali hak pilih aktif dan memandang rakyat (korps pemilih)
sebagai suatu massa individu-individu yang masing-masing mengeluarkan satu suara
dalam setiap pemilihan. Menurut sistem pemilihan mekanis, partai-partai yang
mengorganisir pemilih-pemilih dan memimpin pemilih berdasarkan sistem Bi Party
dan Multi Party (Liberalisme Sosialisme) atau Uni Party (Komunis). Pelaksanaan
sistem pemilihan mekanis dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu:
 Sistem Perwakilan Distrik/Sistem Mayoritas (single member constituencies)
Dalam sistem distrik, satu wilayah kecil (distrik pemilihan) memilih satu
wakil tunggal (single-member constituency) atas dasar pluralitas (suara terbanyak).
Dinamakan sistem distrik karena, wilayah negara dibagi dalam distrik-distrik
pemilihan (daerah-daerah pemilihan) yang jumlahnya sama dengan jumlah anggota
Badan Perwakilan Rakyat yang dikehendaki. Sistem distrik sering dipakai di negara
yang mempunyai sistem dwi partai seperti Inggris serta bekas jajahannya (India dan
Malaysia), Kanada dan Amerika Serikat.
Dalam sistem distrik, karena hanya diperlukan pluralitas suara untuk
membentuk suatu pemerintahan dan bukan mayoritas dapat terjadi bahwa partai
yang menang dengan hanya memperoleh pluralitas suara dapat membentuk kabinet.
Pemerintahan samacam ini dinamakan minority governement. Ciri khas yang
melekat pada sistem distrik, yaitu bahwa pelaksanaan sistem distrik mengakibatkan
“distorsi” atau kesenjangan antara jumlah suara yang diperoleh suatu partai secara
nasional dan jumlah kursi yang diperoeh partai tersebut. akibat dari distorsi
menguntungkan partai besar melalui over-representation, dan merugikan partai
kecil karena under-representation, karena banyak suara dari partai kecil bisa
dinyatakan hilang (wasted) yaitu lantaran tidak berhasil menjadi juara pertama di
suatu distrik, sehingga itu semua akan sangat berpengaruh dalam masyarakat yang
pluralis dengan banyaknya kelompok minoritas, baik agama maupun etnis.
Macam Sistem Distrik
A. Firs Past The Post
Sistem yang menggunakan single memberdistrict dan pemilihan yang berpusat
pada calon, pemenangnya adalah calon yang memiliki suara terbanyak.
B. The Two Round System
Sistem ini menggunakan putaran kedua sebagai landasan untuk menentukan
pemenang pemilu. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan pemenang yang
memperoleh suara mayoritas.
C. The Alternative Vote
Sama seperti first past the post bedanya adalah para pemilih diberi otoritas
untuk menentukan preverensinya melalui penentuan ranking terhadap calon-
calon yang ada.
D. Block Vote
Para pemilih memiliki kebebasan untuk memilih calon-calon yang terdapat
dalam daftar calon tanpa melihat afiliasi partai dari calon-calon yang ada.
Kelebihan Sistem Distrik
1. Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena kursi
yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu. Hal ini akan
mendorong partai-partai untuk menyisihkan perbedaan-perbedaan yang ada dan
mengadakan kerjasama, sekurang-kurangnya menjelang pemilihan umum, antara
lain melalui stembus accoord.
2. Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai partai baru dapat
dibendung, malahan sistem ini bisa medorong kearah penyederhanan partai secara
alami dan tanpa paksaan.
3. Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh
komunitasnya, sehingga hubungan dengan konstituen lebih erat.
4. Bagi partai besar sistem ini menguntungkan karena melalui distortion effect dapat
meraih suara dari pemilih-pemilih lain, sehingga memperoleh kedudukan
mayoritas.
5. Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalam
parlemen, sehingga tidak perlu diadakan koalisi dengan partai lain. Hal ini
mendukung stabilitas nasional.
6. Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan.
Kelemahan Sistem Distrik
1. Sistem ini kurang memperhatikan kepentingan partai-partai kecil dan golongan
minoritas, apalagi golongan ini terpencar dalam berbagai distrik.
2. Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa partai yang calonnya kalah dalam
suatu distrik kehilangan suara yang telah mendukungnya. Hal ini berarti bahwa
ada sejumlah suara yang tidak diperhitungkan sama sekali, atau terbuang sia-sia.
Dan jika banyak partai mengadu kekuatan, maka jumlah suara yang hilang dapat
mencapai jumlah yang besar. Hal ini akan dianggap tidak adil terhadap partai dan
golongan yang dirugikan.
3. Sistem distrik dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang plural karena
terbagi dalam kelompok etnis, religius, dan tribal, sehingga menimbulkan
anggapan bahwa suatu kebudayaan nasional yang terpadusecara ideologis dan
etnis mungkin merupakan prasyarat bagi suksesnya sistem ini.
4. Ada kemungkinan si wakil cenderung untuk lebih memperhatikan kepentingan
distrik serta warga distrinya, daripada kepentingan nasional.
5. Sistem ini kurang mewakili kepentingan masyarakat heterogen dan pluralis.
 Sistem Proposional/Perwakilan Berimbang (multi member constituency)
Sistem proposional adalah sistem dimana kursi-kursi di lembaga perwakilan rakyat
dibagikan kepada tiap-tiap partai politik, disesuaikan dengan persentase atau
pertimbangan jumlah suara yang diperoleh tiap-tiap partai politik (satu daerah
pemilihan, memilih beberapa wakil). Dalam sistem proporsional satu wilayah
dianggap sebagai satu kesatuan, dan dalam wilayah itu jumlah kursi dibagi sesuai
jumlah suara yang diperoleh oleh para kontestan, secara nasional tanpa menghiraukan
distribusi suara itu. Jumlah suara yang diperoleh secara nasional oleh setiap partai
menentukan jumlah kursinya diparlemen.
Sistem ini dimaksud untuk menghilangkan beberapa kelemahan dari sistem distrik.
Gagasan pokok ialah bahwa jumlah kursi yang diperoleh oleh suatu golongan atau
partai lain sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya. Sistem perwakilan
berimbang ini sering dikombinasikan dengan beberapa prosedur lain antara lain
dengan sistem daftar (list system). Dalam sistem daftar setiap partai atau golongan
mengajukan satu daftar calon dan si pemilih memilih salah satu daftar darinya dan
dengan demikian memilih satu partai dengan semua calon yang diajukan oleh partai itu
untuk bermacam-macam kursi yang sedang diperebutkan. Sistem perwakilan ini
dipakai Negeri Belanda, Swedia, Belgia, Indonesia.
Macam Sistem Proposional
A. List Propotional Representation
Disini partai-partai peserta pemilu menunjukkan daftar calon yang diajukan,
para pemilih cukup memilih partai. Alokasi kursi partai didasarkan pada daftar
urut yang sudah ada.
B. The Single Transferable Vote
Para pemilih di beri otoritas untuk menentukan preferensinya. Pemenangnya
didasarkan atas penggunaan kota.
Kelebihan Sistem Proposional
1. Sistem ini dianggap representatif, karena jumah kursi partai dalam parlemen
sesuai dengan jumlah suara masyarakat yang diperoleh dalam pemilihan umum.
2. Sistem ini dianggap lebih demokratis dalam arti egalitarian karena praktis tanpa
ada distori yaitu kesenjangan antara suara nasional dan jumlah kursi dalam
parlemen tanpa ada suara yang hilang ataua wasted.
3. Dianggap lebih mewakili suara rakyat.
Kelemahan Sistem Proposional
1. Sistem ini kurang mendorong partai-partai untuk berintegrasi atau bekerjasama
satu sama lain dan memanfaatkan persamaan yang ada, tetapi cenderung
mempertajam perbedaan. Sistem ini umumnya dianggap berakibat menambah
jumlah partai.
2. Sistem ini mempermudah fragmentasi. Jika timbul konflik dalam suatu partai,
anggotanya cenderung memisahkan diri dan mendirikan partai baru, dengan
perhitungan bahwa ada peluang bagi partai baru itu untuk memperoleh beberapa
kursi dalam parlemen melalui pemilihan umum. Jadi kurang menggalang
kekompakan dalam tubuh partai.
3. Sistem proporsional memberikan kedudukan yang kuat pada pimpinan partai
melalui sistem daftar karena pimpinan partai menentuan daftar calon.
4. Wakil yang terpilih kemungkinan renggang ikatannya dengan konstituennya.
Pertama karena wilayahnya lebih besar sehingga sukar untuk dikenal orang
banyak. Kedua karena peran partai dalam meraih kemenangan lebih besar
ketimbang kepribadian seseorang.
5. Karena banyaknya partai yang bersaing, sulit bagi suatu partai untuk meraih
mayoritas dalam parlemen, yang diperlukan untuk membentuk suatu
pemerintahan.
KESIMPULAN
Sistem pemilu dibedakan menjadi dua yaitu sistem pemilu organis dan sistem pemilu
mekanis. Menurut sistem mekanis badan perwakilan bersifat badan perwakilan kepentingan
umum rakyat seluruhnya . Sedangkan menurut sistem organis badan perwakiln bersifat badan
perwakilan kepentingan-kepentingan khusus persekutuan hidup itu. Sistem mekanis
menghasilkan “Parlemen”, dan sistem organis menghasilkan “Dewan Korporatif”. Perlu
diperhatikan bahwa kedua sistem itu dapat dikombinasikan khusus dalam negara-negara
dengan sistem bikameral. Menurut sistem pemilihan mekanis, partai-partai yang
mengorganisir pemilih-pemilih dan memimpin pemilih berdasarkan sistem Bi Party atau
Multy Party. Sedangkan menurut sistem pemilihan organis, partai-partai politik tidak perlu
dikembangkan, karena pemilihan diselenggarakan dan dipimpin oleh tiap-tiap persekutuan
hidup dalam lingkunganya sendiri.
Dalam sistem pemilu mekanis dibagi menjadi dua yaitu sistem pemilu distrik (sistem
pemilu mayoritas / single member constituencies) dan sistem pemilu proporsional (sistem
perwakilan berimbang / multi member constituencies). Perbedaan pokok antara sistem Distrik
dan Proposional adalah bahwa cara menghitung perolehan suara dapat menghasilkan
perbedaan dalam komposisi perwakilan dalam parlemen bagi masing-masing partai politik.
Menurut sistem mekanis badan perwakilan bersifat badan perwakilan kepentingan umum
rakyat seluruhnya. Ciri khas yang melekat pada sistem distrik, yaitu bahwa pelaksanaan
sistem distrik mengakibatkan “distorsi” atau kesenjangan antara jumlah suara yang diperoleh
suatu partai secara nasional dan jumlah kursi yang diperoleh partai tersebut. Sedangkan ciri
khas yang melekat pada sistem proporsional yaitu lebih demokratis dalam arti egalitarian
karena praktis tanpa ada distori yaitu kesenjangan antara suara nasional dan jumlah kursi
dalam parlemen tanpa ada suara yang hilang ataua wasted.
Perbedaan Sistem Distrik dan Sistem Proporsional :
SISTEM DISTRIK
Wilayah yang terdiri dari 10 distrik,
memperebutkan 10 kursi kesatuan.
Setiap distrik memperbutkan 1 kursi.
A. Menang 5 distrik ke atas, dapat 10 kursi.
B. Tidak dapat kursi.
C. Suara hilang (wasted)
SISTEM PROPORSIONAL
Wilayah yang dianggap sebagai kesatuan,
memperebutkan 10 kursi.
A. Menang 60% suara, dapat 6 kursi
B. Menang 30% suara, dapat 3 kursi
C. Menang 10% suara, dapat 1 kursi
Tidak ada suara hilang
1 K
1 K
1 K
1 K
1 K
1 K 1 K 1 K
1 K
1 K
1K
SUMBER :
Budiarjo, Miriam. 2008. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama
Kusnardi, & Ibrahim, Harmaily. 1988. “Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia”. Jakarta;
Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan CV “Sinar
Bakti”
Soedarsih, & Satmoko, Agus. 2009. “Budaya dan Sistem Politik Indonesia”. Surabaya ;
Unesa University Press
http://www.htnathaanakcerdasSistemPemilu.html
http://www.htn/Sistempemilihanumum.html
http://www.htn/SistemPemiludiIndonesiaSistemPemiludiIndonesia.html
http://www.htn/SecarikCoretankuMAKALAHHUKUMTATANEGARA.html

More Related Content

What's hot

Pemilu dan pemilukada berkualitas
Pemilu dan pemilukada berkualitasPemilu dan pemilukada berkualitas
Pemilu dan pemilukada berkualitasElection Commision
 
Potensi kerawanan pemilu-updated
Potensi kerawanan pemilu-updatedPotensi kerawanan pemilu-updated
Potensi kerawanan pemilu-updated
Ahsanul Minan
 
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
Muhammad Rafi Kambara
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Vallen Hoven
 
Makalah Tentang Perjudian
Makalah Tentang PerjudianMakalah Tentang Perjudian
Makalah Tentang Perjudian
Wawan Taryanto
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
Fenti Anita Sari
 
MATERI TAHAPAN PEMILU 2024.ppt
MATERI TAHAPAN PEMILU 2024.pptMATERI TAHAPAN PEMILU 2024.ppt
MATERI TAHAPAN PEMILU 2024.ppt
CristianoKunto
 
Anatomi kontrak
Anatomi kontrakAnatomi kontrak
Anatomi kontrak
DIAN EKA PERMATASARI
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Idik Saeful Bahri
 
realisme hukum
 realisme hukum realisme hukum
realisme hukum
D'jaln Sunyi
 
PEMILIH PEMULA
PEMILIH PEMULAPEMILIH PEMULA
PEMILIH PEMULAAN ASYUF
 
PKN XI Kekuasaan Kehakiman
PKN XI Kekuasaan KehakimanPKN XI Kekuasaan Kehakiman
PKN XI Kekuasaan Kehakiman
Trie Nakita Sabrina
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalEvirna Evirna
 
MATERI HUKUM DAGANG
MATERI HUKUM DAGANGMATERI HUKUM DAGANG
MATERI HUKUM DAGANG
Dian Oktavia
 
ISU STRATEGIS DAN POTENSI RAWAN PEMILU 2024.pptx
ISU STRATEGIS DAN POTENSI RAWAN  PEMILU 2024.pptxISU STRATEGIS DAN POTENSI RAWAN  PEMILU 2024.pptx
ISU STRATEGIS DAN POTENSI RAWAN PEMILU 2024.pptx
BawasluPacitan
 
Analisis kasus ketenagakerjaan
Analisis kasus ketenagakerjaanAnalisis kasus ketenagakerjaan
Analisis kasus ketenagakerjaan
Franky L. Tobing
 
Sengketa internasional power point
Sengketa internasional power pointSengketa internasional power point
Sengketa internasional power point
Khadijah Akd Putri Yaroto
 
Civil law and Common Law System Part I
Civil law and Common Law System Part ICivil law and Common Law System Part I
Civil law and Common Law System Part I
Fenti Anita Sari
 
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARAHUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
زكي عليا إبن محمد
 
Sejarah internasional hak asasi manusia
Sejarah internasional hak asasi manusiaSejarah internasional hak asasi manusia
Sejarah internasional hak asasi manusia
Doan Gabriel Silalahi
 

What's hot (20)

Pemilu dan pemilukada berkualitas
Pemilu dan pemilukada berkualitasPemilu dan pemilukada berkualitas
Pemilu dan pemilukada berkualitas
 
Potensi kerawanan pemilu-updated
Potensi kerawanan pemilu-updatedPotensi kerawanan pemilu-updated
Potensi kerawanan pemilu-updated
 
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum Internasional
 
Makalah Tentang Perjudian
Makalah Tentang PerjudianMakalah Tentang Perjudian
Makalah Tentang Perjudian
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
MATERI TAHAPAN PEMILU 2024.ppt
MATERI TAHAPAN PEMILU 2024.pptMATERI TAHAPAN PEMILU 2024.ppt
MATERI TAHAPAN PEMILU 2024.ppt
 
Anatomi kontrak
Anatomi kontrakAnatomi kontrak
Anatomi kontrak
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
realisme hukum
 realisme hukum realisme hukum
realisme hukum
 
PEMILIH PEMULA
PEMILIH PEMULAPEMILIH PEMULA
PEMILIH PEMULA
 
PKN XI Kekuasaan Kehakiman
PKN XI Kekuasaan KehakimanPKN XI Kekuasaan Kehakiman
PKN XI Kekuasaan Kehakiman
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
 
MATERI HUKUM DAGANG
MATERI HUKUM DAGANGMATERI HUKUM DAGANG
MATERI HUKUM DAGANG
 
ISU STRATEGIS DAN POTENSI RAWAN PEMILU 2024.pptx
ISU STRATEGIS DAN POTENSI RAWAN  PEMILU 2024.pptxISU STRATEGIS DAN POTENSI RAWAN  PEMILU 2024.pptx
ISU STRATEGIS DAN POTENSI RAWAN PEMILU 2024.pptx
 
Analisis kasus ketenagakerjaan
Analisis kasus ketenagakerjaanAnalisis kasus ketenagakerjaan
Analisis kasus ketenagakerjaan
 
Sengketa internasional power point
Sengketa internasional power pointSengketa internasional power point
Sengketa internasional power point
 
Civil law and Common Law System Part I
Civil law and Common Law System Part ICivil law and Common Law System Part I
Civil law and Common Law System Part I
 
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARAHUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
 
Sejarah internasional hak asasi manusia
Sejarah internasional hak asasi manusiaSejarah internasional hak asasi manusia
Sejarah internasional hak asasi manusia
 

Similar to Essay hukum tata negara

sistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organis
sistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organissistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organis
sistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organisNasria Ika
 
Sistem pemilihan umum
Sistem pemilihan umumSistem pemilihan umum
Sistem pemilihan umum
Operator Warnet Vast Raha
 
SISTEM PEMILU.pptx
SISTEM PEMILU.pptxSISTEM PEMILU.pptx
SISTEM PEMILU.pptx
zulamirulhaq1
 
FS-SISTEM-PEMILU-MARUN.pdf
FS-SISTEM-PEMILU-MARUN.pdfFS-SISTEM-PEMILU-MARUN.pdf
FS-SISTEM-PEMILU-MARUN.pdf
FatihBirri
 
Sistem pemilu
Sistem pemiluSistem pemilu
Sistem pemilu
University of Andalas
 
Makalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesia
Warnet Raha
 
Kajian teori e voting pemilu
Kajian teori e voting pemiluKajian teori e voting pemilu
Kajian teori e voting pemiluTrinandha Yudha
 
BAHAN TENTIR UAS HTN.pdf
BAHAN TENTIR UAS HTN.pdfBAHAN TENTIR UAS HTN.pdf
BAHAN TENTIR UAS HTN.pdf
MrFirmansyah1
 
Makalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesia
Septian Muna Barakati
 
Sistem pemilihan umum
Sistem pemilihan umumSistem pemilihan umum
Sistem pemilihan umum
Fhadel Muhammad
 
Sistem Pemilu
Sistem PemiluSistem Pemilu
Sistem Pemilu
Fadila Lestari
 
Sistem Pemilu Distrik
Sistem Pemilu DistrikSistem Pemilu Distrik
Sistem Pemilu Distrik
Alya Titania Annisaa
 
Sistem Pemilihan Umum yang Dilaksanakan di Negara Demokrasi
Sistem Pemilihan Umum yang Dilaksanakan di Negara Demokrasi Sistem Pemilihan Umum yang Dilaksanakan di Negara Demokrasi
Sistem Pemilihan Umum yang Dilaksanakan di Negara Demokrasi
shutzz
 
Pkn amerika
Pkn  amerikaPkn  amerika
Pkn amerika
sulis tiyono
 
Pengisian Lembaga Perwakilan
Pengisian Lembaga Perwakilan Pengisian Lembaga Perwakilan
Pengisian Lembaga Perwakilan
Sharon Alfa Marlina
 
MARIYUDI - Pembekalan Panwascam Aceh Utara 2022.ppt
MARIYUDI - Pembekalan Panwascam Aceh Utara 2022.pptMARIYUDI - Pembekalan Panwascam Aceh Utara 2022.ppt
MARIYUDI - Pembekalan Panwascam Aceh Utara 2022.ppt
Mariyudi Sofyan
 
Sistem Pemerintahan Amerika Serikat
Sistem Pemerintahan Amerika SerikatSistem Pemerintahan Amerika Serikat
Sistem Pemerintahan Amerika Serikat
Dini Islamiana
 

Similar to Essay hukum tata negara (20)

sistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organis
sistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organissistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organis
sistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organis
 
Sistem pemilihan umum
Sistem pemilihan umumSistem pemilihan umum
Sistem pemilihan umum
 
SISTEM PEMILU.pptx
SISTEM PEMILU.pptxSISTEM PEMILU.pptx
SISTEM PEMILU.pptx
 
FS-SISTEM-PEMILU-MARUN.pdf
FS-SISTEM-PEMILU-MARUN.pdfFS-SISTEM-PEMILU-MARUN.pdf
FS-SISTEM-PEMILU-MARUN.pdf
 
Sistem pemilu
Sistem pemiluSistem pemilu
Sistem pemilu
 
Makalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesia
 
Makalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesia
 
Kajian teori e voting pemilu
Kajian teori e voting pemiluKajian teori e voting pemilu
Kajian teori e voting pemilu
 
BAHAN TENTIR UAS HTN.pdf
BAHAN TENTIR UAS HTN.pdfBAHAN TENTIR UAS HTN.pdf
BAHAN TENTIR UAS HTN.pdf
 
Makalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesia
 
Sistem pemilihan umum
Sistem pemilihan umumSistem pemilihan umum
Sistem pemilihan umum
 
Sistem Pemilu
Sistem PemiluSistem Pemilu
Sistem Pemilu
 
Tinjauan kritis
Tinjauan kritisTinjauan kritis
Tinjauan kritis
 
Sistem Pemilu Distrik
Sistem Pemilu DistrikSistem Pemilu Distrik
Sistem Pemilu Distrik
 
Sistem Pemilihan Umum yang Dilaksanakan di Negara Demokrasi
Sistem Pemilihan Umum yang Dilaksanakan di Negara Demokrasi Sistem Pemilihan Umum yang Dilaksanakan di Negara Demokrasi
Sistem Pemilihan Umum yang Dilaksanakan di Negara Demokrasi
 
PEMILU 2014.pptx
PEMILU 2014.pptxPEMILU 2014.pptx
PEMILU 2014.pptx
 
Pkn amerika
Pkn  amerikaPkn  amerika
Pkn amerika
 
Pengisian Lembaga Perwakilan
Pengisian Lembaga Perwakilan Pengisian Lembaga Perwakilan
Pengisian Lembaga Perwakilan
 
MARIYUDI - Pembekalan Panwascam Aceh Utara 2022.ppt
MARIYUDI - Pembekalan Panwascam Aceh Utara 2022.pptMARIYUDI - Pembekalan Panwascam Aceh Utara 2022.ppt
MARIYUDI - Pembekalan Panwascam Aceh Utara 2022.ppt
 
Sistem Pemerintahan Amerika Serikat
Sistem Pemerintahan Amerika SerikatSistem Pemerintahan Amerika Serikat
Sistem Pemerintahan Amerika Serikat
 

More from Nasria Ika

model pendidikan moral berbasis liberalis, komunis,
model pendidikan moral berbasis liberalis, komunis,model pendidikan moral berbasis liberalis, komunis,
model pendidikan moral berbasis liberalis, komunis,
Nasria Ika
 
Rangkuman fenomenologi
Rangkuman fenomenologiRangkuman fenomenologi
Rangkuman fenomenologi
Nasria Ika
 
Kewirausahaan ppt
Kewirausahaan pptKewirausahaan ppt
Kewirausahaan pptNasria Ika
 
Uu no 22 th 2004
Uu no 22 th 2004Uu no 22 th 2004
Uu no 22 th 2004
Nasria Ika
 
Dupliek
DupliekDupliek
Dupliek
Nasria Ika
 
Replik
ReplikReplik
Replik
Nasria Ika
 
Repliek
RepliekRepliek
Repliek
Nasria Ika
 
Jawaban tergugat
Jawaban tergugatJawaban tergugat
Jawaban tergugat
Nasria Ika
 
Surat kuasa khusus
Surat   kuasa khususSurat   kuasa khusus
Surat kuasa khususNasria Ika
 
Surat kuasa termohon
Surat kuasa termohonSurat kuasa termohon
Surat kuasa termohonNasria Ika
 
Surat kuasa pemohon
Surat kuasa pemohonSurat kuasa pemohon
Surat kuasa pemohon
Nasria Ika
 
Contoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasiContoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasi
Nasria Ika
 
Surat gugatan
Surat gugatanSurat gugatan
Surat gugatan
Nasria Ika
 
materi Afwezigheid
materi Afwezigheidmateri Afwezigheid
materi Afwezigheid
Nasria Ika
 
keadaan tak hadir (afwezigheid)
keadaan tak hadir (afwezigheid)keadaan tak hadir (afwezigheid)
keadaan tak hadir (afwezigheid)
Nasria Ika
 
analisis kasus Transjakarta
analisis kasus Transjakartaanalisis kasus Transjakarta
analisis kasus TransjakartaNasria Ika
 
Hubungan internasional (kasus transjakarta)
Hubungan internasional (kasus transjakarta)Hubungan internasional (kasus transjakarta)
Hubungan internasional (kasus transjakarta)
Nasria Ika
 

More from Nasria Ika (20)

Ppt htn
Ppt htnPpt htn
Ppt htn
 
model pendidikan moral berbasis liberalis, komunis,
model pendidikan moral berbasis liberalis, komunis,model pendidikan moral berbasis liberalis, komunis,
model pendidikan moral berbasis liberalis, komunis,
 
Rangkuman fenomenologi
Rangkuman fenomenologiRangkuman fenomenologi
Rangkuman fenomenologi
 
Proposal kwu
Proposal kwuProposal kwu
Proposal kwu
 
Kewirausahaan ppt
Kewirausahaan pptKewirausahaan ppt
Kewirausahaan ppt
 
Uu no 22 th 2004
Uu no 22 th 2004Uu no 22 th 2004
Uu no 22 th 2004
 
Makalah htn
Makalah htnMakalah htn
Makalah htn
 
Dupliek
DupliekDupliek
Dupliek
 
Replik
ReplikReplik
Replik
 
Repliek
RepliekRepliek
Repliek
 
Jawaban tergugat
Jawaban tergugatJawaban tergugat
Jawaban tergugat
 
Surat kuasa khusus
Surat   kuasa khususSurat   kuasa khusus
Surat kuasa khusus
 
Surat kuasa termohon
Surat kuasa termohonSurat kuasa termohon
Surat kuasa termohon
 
Surat kuasa pemohon
Surat kuasa pemohonSurat kuasa pemohon
Surat kuasa pemohon
 
Contoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasiContoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasi
 
Surat gugatan
Surat gugatanSurat gugatan
Surat gugatan
 
materi Afwezigheid
materi Afwezigheidmateri Afwezigheid
materi Afwezigheid
 
keadaan tak hadir (afwezigheid)
keadaan tak hadir (afwezigheid)keadaan tak hadir (afwezigheid)
keadaan tak hadir (afwezigheid)
 
analisis kasus Transjakarta
analisis kasus Transjakartaanalisis kasus Transjakarta
analisis kasus Transjakarta
 
Hubungan internasional (kasus transjakarta)
Hubungan internasional (kasus transjakarta)Hubungan internasional (kasus transjakarta)
Hubungan internasional (kasus transjakarta)
 

Recently uploaded

Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
SDNBotoputih
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
PutraDwitara
 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Thahir9
 
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
Kanaidi ken
 
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdfLAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
RosidaAini3
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
StevanusOkiRudySusan
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
pristayulianabila
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Sathya Risma
 
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdfIKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
sriwulandari723
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
SriKuntjoro1
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 

Recently uploaded (20)

Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
 
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
 
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdfLAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
 
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdfIKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 

Essay hukum tata negara

  • 1. TUGAS HUKUM TATA NEGARA I “SISTEM PEMILU ORGANIS DAN SISTEM PEMILU MEKANIS” Disusun Oleh: 1. Yeti Arina (124254076) 2. Nasria Ika Nitasari (124254240) 3. Yeni Agus Tri Puryanti (124254243) 4. Elfira Rabbani Hafinur (124254244) 5. Ari Tri Maria (124254245) 6. El Sinta Lisnawati (124254246) PRODI S1 PPKn 2012 / C JURUSAN PMP-Kn FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
  • 2. SISTEM PEMILIHAN UMUM A. PENGERTIAN SISTEM PEMILU Sistem pemilihan umum adalah metode yang mengatur warga negara dalam memilih para wakil rakyat diantara mereka sendiri. Metode berhubungan dengan prosedur dan aturan merubah suara ke kursi dilembaga perwakilan. Menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, pemilihan umum tidak lain adalah suatu cara untuk memilih wakil-wakil rakyat. Dan karenanya bagi suatu negara yang menyebut dirinya sebagai negara demokrasi, pemilihan umum itu harus dilaksanakan dalam wakru-waktu tertentu. Menurut Bagir Manan, pemilhan umum yang diadakan dalam siklus lima (5) tahun sekali merupakan saat atau momentum memperlihatkan secara nyata dan langsung pemerintahan oleh rakyat. Pada saat pemilihan umum itulah semua calon yang ingin duduk sebagai penyelenggara negara dan pemerintahan bergantung sepenuhnya pada keinginan atau kehendak rakyat. B. MACAM-MACAM SISTEM PEMILU 1. Sistem Pemilu Organis Pandangan organis menempatkan rakyat sebagai sejumlah individu-individu yang hidup bersama dalam berbagai macam persekutuan hidup berdasarkan: genealogis, (rumah tangga, keluarga), fungsi tertentu (ekonomi dan industri), lapisan-lapisan sosial (buruh tani, cendekiawan) dan lembaga-lembaga sosial (universitas). Masyarakat dipandangnya sebagai suatu organisme yang terdiri atas organ-organ yang mempunyai kedudukan dan fungsi tertentu dalam totalite organisme itu, seperti persekutuan- persekutuan hidup diatas. Berdasarkan pandangan ini persekutuan-persekutuan hidup itulah yang diutamakanya sebagai pengendali hak pilih. Dalam sistem organis, rakyat dipandang sebagai sejumlah individu yang hidup bersama-sama dalam beraneka warna persekutuan hidup. Jadi persekuuan-persekutuan itulah yang diutamakan sebagai pengendali hak pilih. Menurut pemilihan organis, partai-partai politik tidak perlu dikembangkan, karena pemilihan diselenggarakan dan dipimpin oleh tiap-tiap persekutuan hidup dalam lingkungan sendiri. Sistem organis Badan perwakilan bersifat Badan Perwakilan kepentingan-kepentingan khusus persekutuan hidup itu. Dalam pengangkatan, maka bagi negara yang menganut dua Badan Perwakilan Rakyat dipilih langsung oleh rakyat, dan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
  • 3. 2. Sistem Pemilu Mekanis Pandangan mekanis menempatkan rakyat sebagai suatu massa individu-individu yang sama. Aliran Liberalisme, Sosialisme dan Komunisme semuanya berdasarkan pandangan mekanis ini. Bedanya bahwa Liberalisme mengutamakan individu sebagai kesatuan otonom dan memandang masyarakat sebagai kompleks hubungan-hubungan antar individu yang bersift kontraktuil, sedangkan Sosialisme dan khususnya Komunisme mengutamakan totalitet kolektip masyarakat dan mengecilkan peranan individu dalam totalitet kolektip itu. Tetapi semua aliran diatas mengutamakan individu sebagai pengenali hak pilih aktif dan memandang rakyat (korps pemilih) sebagai suatu massa individu-individu yang masing-masing mengeluarkan satu suara dalam setiap pemilihan. Menurut sistem pemilihan mekanis, partai-partai yang mengorganisir pemilih-pemilih dan memimpin pemilih berdasarkan sistem Bi Party dan Multi Party (Liberalisme Sosialisme) atau Uni Party (Komunis). Pelaksanaan sistem pemilihan mekanis dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu:  Sistem Perwakilan Distrik/Sistem Mayoritas (single member constituencies) Dalam sistem distrik, satu wilayah kecil (distrik pemilihan) memilih satu wakil tunggal (single-member constituency) atas dasar pluralitas (suara terbanyak). Dinamakan sistem distrik karena, wilayah negara dibagi dalam distrik-distrik pemilihan (daerah-daerah pemilihan) yang jumlahnya sama dengan jumlah anggota Badan Perwakilan Rakyat yang dikehendaki. Sistem distrik sering dipakai di negara yang mempunyai sistem dwi partai seperti Inggris serta bekas jajahannya (India dan Malaysia), Kanada dan Amerika Serikat. Dalam sistem distrik, karena hanya diperlukan pluralitas suara untuk membentuk suatu pemerintahan dan bukan mayoritas dapat terjadi bahwa partai yang menang dengan hanya memperoleh pluralitas suara dapat membentuk kabinet. Pemerintahan samacam ini dinamakan minority governement. Ciri khas yang melekat pada sistem distrik, yaitu bahwa pelaksanaan sistem distrik mengakibatkan “distorsi” atau kesenjangan antara jumlah suara yang diperoleh suatu partai secara nasional dan jumlah kursi yang diperoeh partai tersebut. akibat dari distorsi menguntungkan partai besar melalui over-representation, dan merugikan partai kecil karena under-representation, karena banyak suara dari partai kecil bisa dinyatakan hilang (wasted) yaitu lantaran tidak berhasil menjadi juara pertama di suatu distrik, sehingga itu semua akan sangat berpengaruh dalam masyarakat yang pluralis dengan banyaknya kelompok minoritas, baik agama maupun etnis.
  • 4. Macam Sistem Distrik A. Firs Past The Post Sistem yang menggunakan single memberdistrict dan pemilihan yang berpusat pada calon, pemenangnya adalah calon yang memiliki suara terbanyak. B. The Two Round System Sistem ini menggunakan putaran kedua sebagai landasan untuk menentukan pemenang pemilu. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan pemenang yang memperoleh suara mayoritas. C. The Alternative Vote Sama seperti first past the post bedanya adalah para pemilih diberi otoritas untuk menentukan preverensinya melalui penentuan ranking terhadap calon- calon yang ada. D. Block Vote Para pemilih memiliki kebebasan untuk memilih calon-calon yang terdapat dalam daftar calon tanpa melihat afiliasi partai dari calon-calon yang ada. Kelebihan Sistem Distrik 1. Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena kursi yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu. Hal ini akan mendorong partai-partai untuk menyisihkan perbedaan-perbedaan yang ada dan mengadakan kerjasama, sekurang-kurangnya menjelang pemilihan umum, antara lain melalui stembus accoord. 2. Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai partai baru dapat dibendung, malahan sistem ini bisa medorong kearah penyederhanan partai secara alami dan tanpa paksaan. 3. Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh komunitasnya, sehingga hubungan dengan konstituen lebih erat. 4. Bagi partai besar sistem ini menguntungkan karena melalui distortion effect dapat meraih suara dari pemilih-pemilih lain, sehingga memperoleh kedudukan mayoritas. 5. Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalam parlemen, sehingga tidak perlu diadakan koalisi dengan partai lain. Hal ini mendukung stabilitas nasional. 6. Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan.
  • 5. Kelemahan Sistem Distrik 1. Sistem ini kurang memperhatikan kepentingan partai-partai kecil dan golongan minoritas, apalagi golongan ini terpencar dalam berbagai distrik. 2. Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa partai yang calonnya kalah dalam suatu distrik kehilangan suara yang telah mendukungnya. Hal ini berarti bahwa ada sejumlah suara yang tidak diperhitungkan sama sekali, atau terbuang sia-sia. Dan jika banyak partai mengadu kekuatan, maka jumlah suara yang hilang dapat mencapai jumlah yang besar. Hal ini akan dianggap tidak adil terhadap partai dan golongan yang dirugikan. 3. Sistem distrik dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang plural karena terbagi dalam kelompok etnis, religius, dan tribal, sehingga menimbulkan anggapan bahwa suatu kebudayaan nasional yang terpadusecara ideologis dan etnis mungkin merupakan prasyarat bagi suksesnya sistem ini. 4. Ada kemungkinan si wakil cenderung untuk lebih memperhatikan kepentingan distrik serta warga distrinya, daripada kepentingan nasional. 5. Sistem ini kurang mewakili kepentingan masyarakat heterogen dan pluralis.  Sistem Proposional/Perwakilan Berimbang (multi member constituency) Sistem proposional adalah sistem dimana kursi-kursi di lembaga perwakilan rakyat dibagikan kepada tiap-tiap partai politik, disesuaikan dengan persentase atau pertimbangan jumlah suara yang diperoleh tiap-tiap partai politik (satu daerah pemilihan, memilih beberapa wakil). Dalam sistem proporsional satu wilayah dianggap sebagai satu kesatuan, dan dalam wilayah itu jumlah kursi dibagi sesuai jumlah suara yang diperoleh oleh para kontestan, secara nasional tanpa menghiraukan distribusi suara itu. Jumlah suara yang diperoleh secara nasional oleh setiap partai menentukan jumlah kursinya diparlemen. Sistem ini dimaksud untuk menghilangkan beberapa kelemahan dari sistem distrik. Gagasan pokok ialah bahwa jumlah kursi yang diperoleh oleh suatu golongan atau partai lain sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya. Sistem perwakilan berimbang ini sering dikombinasikan dengan beberapa prosedur lain antara lain dengan sistem daftar (list system). Dalam sistem daftar setiap partai atau golongan mengajukan satu daftar calon dan si pemilih memilih salah satu daftar darinya dan dengan demikian memilih satu partai dengan semua calon yang diajukan oleh partai itu untuk bermacam-macam kursi yang sedang diperebutkan. Sistem perwakilan ini dipakai Negeri Belanda, Swedia, Belgia, Indonesia.
  • 6. Macam Sistem Proposional A. List Propotional Representation Disini partai-partai peserta pemilu menunjukkan daftar calon yang diajukan, para pemilih cukup memilih partai. Alokasi kursi partai didasarkan pada daftar urut yang sudah ada. B. The Single Transferable Vote Para pemilih di beri otoritas untuk menentukan preferensinya. Pemenangnya didasarkan atas penggunaan kota. Kelebihan Sistem Proposional 1. Sistem ini dianggap representatif, karena jumah kursi partai dalam parlemen sesuai dengan jumlah suara masyarakat yang diperoleh dalam pemilihan umum. 2. Sistem ini dianggap lebih demokratis dalam arti egalitarian karena praktis tanpa ada distori yaitu kesenjangan antara suara nasional dan jumlah kursi dalam parlemen tanpa ada suara yang hilang ataua wasted. 3. Dianggap lebih mewakili suara rakyat. Kelemahan Sistem Proposional 1. Sistem ini kurang mendorong partai-partai untuk berintegrasi atau bekerjasama satu sama lain dan memanfaatkan persamaan yang ada, tetapi cenderung mempertajam perbedaan. Sistem ini umumnya dianggap berakibat menambah jumlah partai. 2. Sistem ini mempermudah fragmentasi. Jika timbul konflik dalam suatu partai, anggotanya cenderung memisahkan diri dan mendirikan partai baru, dengan perhitungan bahwa ada peluang bagi partai baru itu untuk memperoleh beberapa kursi dalam parlemen melalui pemilihan umum. Jadi kurang menggalang kekompakan dalam tubuh partai. 3. Sistem proporsional memberikan kedudukan yang kuat pada pimpinan partai melalui sistem daftar karena pimpinan partai menentuan daftar calon. 4. Wakil yang terpilih kemungkinan renggang ikatannya dengan konstituennya. Pertama karena wilayahnya lebih besar sehingga sukar untuk dikenal orang banyak. Kedua karena peran partai dalam meraih kemenangan lebih besar ketimbang kepribadian seseorang. 5. Karena banyaknya partai yang bersaing, sulit bagi suatu partai untuk meraih mayoritas dalam parlemen, yang diperlukan untuk membentuk suatu pemerintahan.
  • 7. KESIMPULAN Sistem pemilu dibedakan menjadi dua yaitu sistem pemilu organis dan sistem pemilu mekanis. Menurut sistem mekanis badan perwakilan bersifat badan perwakilan kepentingan umum rakyat seluruhnya . Sedangkan menurut sistem organis badan perwakiln bersifat badan perwakilan kepentingan-kepentingan khusus persekutuan hidup itu. Sistem mekanis menghasilkan “Parlemen”, dan sistem organis menghasilkan “Dewan Korporatif”. Perlu diperhatikan bahwa kedua sistem itu dapat dikombinasikan khusus dalam negara-negara dengan sistem bikameral. Menurut sistem pemilihan mekanis, partai-partai yang mengorganisir pemilih-pemilih dan memimpin pemilih berdasarkan sistem Bi Party atau Multy Party. Sedangkan menurut sistem pemilihan organis, partai-partai politik tidak perlu dikembangkan, karena pemilihan diselenggarakan dan dipimpin oleh tiap-tiap persekutuan hidup dalam lingkunganya sendiri. Dalam sistem pemilu mekanis dibagi menjadi dua yaitu sistem pemilu distrik (sistem pemilu mayoritas / single member constituencies) dan sistem pemilu proporsional (sistem perwakilan berimbang / multi member constituencies). Perbedaan pokok antara sistem Distrik dan Proposional adalah bahwa cara menghitung perolehan suara dapat menghasilkan perbedaan dalam komposisi perwakilan dalam parlemen bagi masing-masing partai politik. Menurut sistem mekanis badan perwakilan bersifat badan perwakilan kepentingan umum rakyat seluruhnya. Ciri khas yang melekat pada sistem distrik, yaitu bahwa pelaksanaan sistem distrik mengakibatkan “distorsi” atau kesenjangan antara jumlah suara yang diperoleh suatu partai secara nasional dan jumlah kursi yang diperoleh partai tersebut. Sedangkan ciri khas yang melekat pada sistem proporsional yaitu lebih demokratis dalam arti egalitarian karena praktis tanpa ada distori yaitu kesenjangan antara suara nasional dan jumlah kursi dalam parlemen tanpa ada suara yang hilang ataua wasted.
  • 8. Perbedaan Sistem Distrik dan Sistem Proporsional : SISTEM DISTRIK Wilayah yang terdiri dari 10 distrik, memperebutkan 10 kursi kesatuan. Setiap distrik memperbutkan 1 kursi. A. Menang 5 distrik ke atas, dapat 10 kursi. B. Tidak dapat kursi. C. Suara hilang (wasted) SISTEM PROPORSIONAL Wilayah yang dianggap sebagai kesatuan, memperebutkan 10 kursi. A. Menang 60% suara, dapat 6 kursi B. Menang 30% suara, dapat 3 kursi C. Menang 10% suara, dapat 1 kursi Tidak ada suara hilang 1 K 1 K 1 K 1 K 1 K 1 K 1 K 1 K 1 K 1 K 1K
  • 9. SUMBER : Budiarjo, Miriam. 2008. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama Kusnardi, & Ibrahim, Harmaily. 1988. “Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia”. Jakarta; Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan CV “Sinar Bakti” Soedarsih, & Satmoko, Agus. 2009. “Budaya dan Sistem Politik Indonesia”. Surabaya ; Unesa University Press http://www.htnathaanakcerdasSistemPemilu.html http://www.htn/Sistempemilihanumum.html http://www.htn/SistemPemiludiIndonesiaSistemPemiludiIndonesia.html http://www.htn/SecarikCoretankuMAKALAHHUKUMTATANEGARA.html