SlideShare a Scribd company logo
1 of 112
M. Yusrizal Adi S,SH.MH
Fakultas Hukum
Universitas Medan Area
Medan
 Pemilihan Umum ( PEMILU)
Sebagai pelaksanaan
kedaulatan rakyat atau
demokrasi
 Pemilu dilaksanakan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) yaitu
suatu lembaga independent yang
dibentuk dengan suatu undang-
1. Menguatkan legitimasi pranata
politik (eksekutif, legislatif,
judikatif)
2. Menjamin stabilitas peralihan
kepemimpinan
3. Memilih kader penguasa yang
terbaik
4. Menegakkan demokrasi.
Menurut Dr. Wahyudi Kumorotomo
1. Demokratis (persaingan sehat, jujur, adil, aman)
2. Terciptanya infrastruktur politik (DPR, presiden)
yg kuat dan berkualitas
3. Derajat keterwakilan yg optimal; mengurangi
kemungkinan over-representation di daerah
tertentu dan under-representation di daerah
lainnya
4. Menyeluruh & tuntas; peraturan yg jelas, tanpa
intervensi pemerintah atau pihak tertentu
5. Praktis, tidak rumit dan mudah dilaksanakan.
 LANDASAN IDIL : PANCASILA
 LANDASAN KONSTITUSIONAL : UUD 1945
 LANDASAN OPERASIONAL : PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT PEMILU,
a. UU No.2/2008 ttg Parpol  sudah diubah dg
UU No.2/2011
b. UU No 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD
c. UU No 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara
Pemilihan Umum
d. UU No 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan
umum Presiden Dan wakil presiden
e. UU Nomor 8 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Atas UU Nomor 1 Tahun 2015
Tentang Penetapan peraturan pemerintah
pengganti undang-undang Nomor 1 tahun
2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota menjadi undang-undang
 Sistem Pemilihan Organis yakni Dalam Sistem
Organis, rakyat dipandang sebagai sejumlah
individu-individu yang hidup bersama-bersama
dalam beraneka warna persekutuan hidup seperti
geneaologi (rumah tangga)
 sistem Pemilihan mekanis, dimana partai politik
mengorganisir pemilihan-pemilihan dan partai
partai politik berkembang, baik menurut sistem
satu partai, dua partai atau multi partai. Sistem
mekanis dapat dilaksanakan dengan cara yaitu,
sistem perwakilan distrik/single member
constituency dan sistem perwakilan proposional/
multi member constituencies
1. Sistem Proporsional (proportional representation);
Kursi yg dimenangkan parpol berbanding
seimbang dg proporsi suara yg diperolehnya.
Mis: Partai A=48,5%, B=29%,C=14%,D=7,5%,
E=1%  Quota: 100%/5 kursi = 20%; Jatah kursi
ke-4 diberikan ke partai C krn terbesar sisa
suaranya (14%).
Variasi sistem: closed system & open system.
Kursi yang tersedia di parlemen,
diperebutkan dalam suatu pemilihan umum,
dibagi kepada partai-partai politik dan
golongan-golongan politik yang ikut serta
dalam Pemilu sesuai dengan imbangan suara
dalam Pemilu.
Misal 1 : 400.000 pemilih mempunyai1 kursi
artinya satu orang wakil memperoleh
dukungan 400.000 pemilih.
 Sistem proporsional lahir untuk menjawab
kelemahan dari sistem distrik. Sistem
proporsional merupakan sistem pemilihan
yang memperhatikan proporsi atau
perimbangan antara jumlah penduduk
dengan jumlah kursi di suatu daerah
pemilihan. Dengan sistem ini, maka dalam
lembaga perwakilan, daerah yang memiliki
penduduk lebih besar akan memperoleh
kursi yang lebih banyak di suatu daerah
pemilihan, begitu pun sebaliknya.

 Sistem proporsional juga mengatur tentang proporsi
antara jumlah suara yang diperoleh suatu partai
politik untuk kemudian dikonversikan menjadi kursi
yang diperoleh partai politik tersebut. Karena adanya
perimbangan antara jumlah suara dengan kursi, maka
di Indonesia dikenal Bilangan Pembagi Pemilih
(BPP). BPP merefleksikan jumlah suara yang
menjadi batas diperolehnya kursi di suatu daerah
pemilihan. Partai politik dimungkinkan mencalonkan
lebih dari satu kandidat karena kursi yang
diperebutkan di daerah pemilihan lebih dari satu.
 Sistem proposional lebih demokratis,
praktis tanpa ada suara yang hilang
 Setiap suara dihitung, dan yang kalah
suaranya dikompensasikan, sehingga
tidak ada suara yang hilang
 Sistem proposional dianggap representatif
karena jumlah kursi partai dalam
parlemen sesuai dengan suara yang
diperolehnya dari masyarakat dalam
pemilu
 Tidak ada distorsi, di mana perolehan
kursi kira-kira sama dengan persentase
perolehan suara secara nasional
 Sistem ini kurang mendorong partai-partai
untuk berintegrasi atau kerjasama antara
partai yang satu dengan yang lain dan
memanfaatkan persamaan-persamaan
yang ada, tetapi sebaliknya cenderung
mempertajam perbedaan-perbedaan
 Sistem proposional memberikan
kedudukan yang kuat pada pimpinan partai
melalui sistem daftar karena pimpinan
partai sesudah berkonsultasi dengan
cabang-cabang menentukan daftar calon
 Wakil yang terpilih kemungkinan
renggang ikatannya dengan warga
yang telah memilihnya
 Mempermudah timbulnya partai-
partai baru
 Wakil lebih terikat dan loyal dengan
partai daripada rakyat atau daerah
yang diwakilinya
 Banyaknya partai bisa mempersulit
terbentuknya pemerintahan stabil
Sistem Distrik (plurality system);
Wilayah pemilihan dibagi ke dalam bbrp distrik
pemilihan.
Rumus pengalokasian kursi: absolut majority; 50%+1
(Inggris) dan simple majority (Amerika).
 Sistem distrik biasa disebut juga single member
constituency tetapi ada juga yang memakai
istilah single member district. Pada intinya,
sistem distrik merupakan sistem pemilihan
dimana suatu negara dibagi menjadi beberapa
daerah pemilihan yang jumlahnya sama dengan
jumlah wakil rakyat yang akan dipilih dalam
sebuah lembaga perwakilan.

Dengan demikian, satu distrik akan
menghasilkan satu wakil rakyat. Kandidat
yang memperoleh suara terbanyak di suatu
distrik, maka akan menjadi wakil rakyat
terpilih. Sedangkan kandidat yang
memperoleh suara lebih sedikit, maka
suaranya tidak akan di perhitungkan atau
dianggap hilang walau sekecil apapun selisih
perolehan suara yang ada. Sehingga dikenal
istilah the winner takes all atau sistem
mayoritas
 Distrik wilayahnya relatif kecil, maka pemilih dapat
mengenali calon-calon wakil rakyat yang akan
dipilih didistriknya Calon yang dipilih dikenal baik
karena batas distrik
 Sistem distrik lebih mendorong kearah integrasi
partai-partai politik karena kursi yang
diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya
satu wakil
 Kecenderungan untuk membentuk partai baru
dapat dibendung. Sistem ini bisa mendorong
kearah penyederhanaan partai secara alamiah dan
tanpa paksaan
 Sistem distrik sederhana, mudah untuk
diselenggarakan, tidak memerlukan waktu dan
dana yang banyak
 Berkurangnya parpol memudahkan pemerintahan
yang lebih stabil (integrasi)
 Kurang memperhitungkan partai-partai kecil
dan golongan minoritas
 Kurang representatif karena calon yang kalah
kehilangan suara pendukungnya
 Terlalu banyak suara yang terbuang
1, Banyak suara yang terbuang.
Misalnya :
Calon A = 50 suara
Calon B = 45 suara
Calon C = 40 suara
Calon D = 30 suara
Yang menang adalah Calon A dan menjadi wakil
distrik. Apabila dibandingkan suara antara A
dengan B, C, dan D, maka presentasi Calon A di
distrik tersebut adalah rendah ( low representative)
2. Menyulitkan bagi partai kecil untuk memperoleh
kursi ( wakil di parlemen)
Proporsional Distrik
1. Peran partai Kuat sekali Sangat lemah
2. Distorsi Rendah Tinggi
3. Kedekatan calon
dg pemilih
Rendah Tinggi
4. Akuntabilitas Rendah Tinggi
5. Politik uang Rendah Tinggi
6. Kualitas
legislatif
Sama dg Distrik Sama dg
Proporsional
PERIODESASI PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA
1. Pemilu tahun1955 (Masa Parlementer).
2. Pemilu tahun 1971-1997 (Masa Orde Baru)
a. Pemilu 1977
b. Pemilu 1982
c. Pemilu 1987
d. Pemilu 1992
e. Pemilu 1997
3. Pemilu 1999-2014 (Masa Reformasi)
a. Pemilu tahun 1999
b. Pemilu 2004
c. Pemilu 2009
cd. Pemilu 2014
Pemilu 1955 adalah pemilu pertama yang
diselenggarakan dalam sejarah kemerdekaan
bangsa Indonesia yang baru berusia 10
(sepuluh) tahun. Pemilu 1955 dilaksanakan
pada masa Demokrasi Parlementer pada
kabinet Burhanuddin Harahap. Pemungutan
suara dilakukan 2 (dua) kali, yaitu untuk
memilih anggota DPR pada 29 September 1955
dan untuk memilih anggota Dewan
Konstituante pada 15 Desember 1955
 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1953 tentang
pemilihan Anggota Konstituante dan Anggota DPR
sebagaimana diubah dengan UU Nomor 18 Tahun
1953.
 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1954 tentang
Menyelenggarakan Undang-Undang Pemilu.
 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1954 tentang
Cara Pencalonan Keanggotaan DPR/Konstituante oleh
Anggota Angkatan Perang dan Pernyataan Non
Aktif/Pemberhentian berdasarkan penerimaan
keanggotaan pencalonan keanggotaan tersebut,
maupun larangan mengadakan Kampanye Pemilu
terhadap Anggota Angkatan Perang
 Pemilu anggota DPR diikuti 118 peserta yang
terdiri dari 36 partai politik, 34 organisasi
kemasyarakatan, dan 48 perorangan,
sedangkan untuk Pemilu anggota
Konstituante di ikuti 91 peserta yang terdiri
dari 39 partai politik, 23 organisasi
kemasyarakatan, dan 29 perorangan.
1. Partai Komunis Indonesia (PKI), berdiri 7
Nopember 1945, diketuai oleh Moh.Yusuf
Sarjono
2. Partai Islam Masjumi, berdiri 7 Nopember 1945,
diketuai oleh dr. Sukirman Wirjo-sardjono
3. Partai Buruh Indonesia, berdiri 8 Nopember
1945, diketuai oleh Nyono
4. Partai Rakyat Djelata, berdiri 8 Nopember 1945,
diketuai oleh Sutan Dewanis
5. Partai Kristen Indonesia (Parkindo), berdiri 10
Nopember 1945 diketuai oleh DS. Probowinoto
6. Partai Sosialis Indonesia, berdiri 10 Nopember
1945 diketuai oleh Mr. Amir Syarifudin
7. Partai Rakyat Sosialis, berdiri 20 Nopember
1945 diketuai oleh Sutan Syahrir
8. h. Partai Katholik Republik Indonesia (PKRI),
berdiri 8 Desember 1945, diketuai oleh J.
Kasimo
9. i. Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai)
diketuai oleh JB. Assa
10. j. Gabungan Partai Sosialis Indonesia dan Partai
Rakyat Sosialis, menjadi Partai Sosialis pada 17
Desember 1945, diketuai oleh Sutan Syahrir,
Amir Syarifudin dan Oei Hwee Goat
11. k. Partai Republik Indonesia, Gerakan Republik
Indonesia dan Serikat Rakyat Indonesia menjadi
Partai Nasional Indonesia (PNI) 29 Januari 1946,
diketuai oleh Sidik Joyosuharto.
 Pemilu 1971 merupakan pemilu kedua yang
diselenggarakan bangsa Indonesia. Pemilu 1971
dilaksanakan pada pemerintahan Orde Baru,
tepatnya 5 tahun setelah pemerintahan ini
berkuasa. Pemilu yang dilaksanakan pada 5 Juli
1971 ini diselenggarakan untuk memilih Anggota
DPR.
 Sistem Pemilu 1971 menganut sistem perwakilan
berimbang (proporsional) dengan sistem stelsel
daftar, artinya besarnya kekuatan perwakilan
organisasi dalam DPR dan DPRD, berimbang
dengan besarnya dukungan pemilih karena
pemilih memberikan su-aranya kepada
Organisasi Peserta Pemilu.
1. TAP MPRS No. XI/MPRS/1966
2. TAP MPRS No. XLII/MPRS/1966
3. UU Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum
Anggota-Anggota Badan Permusyawaratan /
Perwakilan Rakyat
4. UU Nomor 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan
Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.
Badan Penyelenggara Pemilu yakni Lembaga Pemilihan
Umum (LPU) dibentuk dengan Keputusan Presiden
Nomor 3 Tahun 1970. LPU diketuai oleh Menteri Dalam
Negeri yang keanggotaannya terdiri atas Dewan
Pimpinan, Dewan Pertimbangan, Sekretariat Umum LPU
dan Badan Perbekalan dan Perhubungan
Peserta Pemilu 1971 :
1. Partai Nahdlatul
Ulama
2. Partai Muslim
Indonesia
3. Partai Serikat Islam
Indonesia
4. Persatuan Tarbiyah
Islamiiah
5. Partai Nasionalis
Indonesia
6. Partai Kristen
Indonesia
7. Partai Katholik
8. Partai Ikatan
Pendukung
Kemerdekaan
Indonesia
9. Partai Murba
10. Sekber Golongan
Karya
Sistem Pemilu
 Pemilu kedua pada pemerintahan orde baru
ini diselenggarakan pada tanggal 2 Mei 1977.
Sama halnya dengan Pemilu 1971, pada
Pemilu 1977 juga menggunakan sistem
perwakilan berimbang (proporsional) dengan
stelsel daftar.
1. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 tentang Garis-
garis Besar Haluan Negara Bidang Politik, Aparatur
Pemerintah, Hukum dan Hubungan Luar Negeri.
2. Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/1973 tentang
Pemilihan Umum.
3. Undang-undang Nomor 3/1975 Tentang Partai
Politik dan Golongan Karya.
4. Undang-undang Nomor 5/1974 tentang Pokok-
pokok Pemerintahan di daerah.
5. Undang-undang Nomor 8/1974 tentang Pokok-
pokok Kepegawaian.
6. Undang-undang Nomor 5/1979 tentang
Pemerintahan Desa.
 Badan Penyelenggara Pemilu
Pemilu 1977 diselenggarakan oleh Badan
Penyelenggara Pemilu yang memiliki struktur
yang sama dengan penyelenggaraan pada
tahun 1971, yaitu PPI ditingkat pusat, PPD I di
provinsi, PPD II di kabupaten/kotamadya, PPS
di kecamatan, Pantarlih di desa/kelurahan, dan
KPPS. Bagi warga negara Indonesia di luar
negeri dibentuk PPLN, PPSLN, dan KPPSLN yang
bersifat sementara (adhoc).
 Pada Pemilu 1977, ada fusi atau peleburan partai
politik peserta Pemilu 1971 se-hingga Pemilu
1977 diikuti 3 (tiga) peserta Pemilu, yaitu :
1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang
merupakan fusi/penggabungan dari: NU,
Parmusi, Perti, dan PSII.
2. Golongan Karya (GOLKAR).
3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI) merupakan
fusi/penggabungan dari: PNI, Parkindo, Partai
Katolik, Partai IPKI, dan Partai Murba
Sistem Pemilu
 Pemilu 1982 merupakan pemilu ketiga yang
diselenggarakan pada pemerintahan Orde
Baru. Pemilu ini diselenggarakan pada
tanggal 4 Mei 1982. Sistem Pemilu 1982
tidak berbeda dengan sistem yang digunakan
dalam Pemilu 1971 dan Pemilu 1977, yaitu
masih menggunakan sistem perwakilan
berimbang (proporsional).
Dasar Hukum
1. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1978
tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara
dan Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/1978
Tentang Pemilu.
2. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1980
tentang Pemilihan Umum.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
1980 sebagai pengganti Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 1976.
Badan Penyelenggara Pemilu
 Struktur organisasi penyelenggara
Pemilu1982 sama dengan struktur organisasi
penyelenggara Pemilu 1977, yaitu terdiri dari
PPI, PPD I, PPD II, PPS, Pantarlih, dan KPPS
serta PPLN, PPSLN, dan KPPSLN
1. Partai Persatuan Pembangunan
(PPP).
2. Golongan Karya (Golkar).
3. Partai Demokrasi Indonesia
(PDI).
Sistem Pemilu
 Pemilu keempat pada pemerintahan Orde
Baru dilaksanakan pada tanggal 23 April
1987. Sistem Pemilu yang digunakan pada
tahun 1987 masih sama dengan sistem
yang digunakan dalam Pemilu 1982, yaitu
menganut sistem perwakilan berimbang
(proporsional) dengan stelsel daftar
Dasar Hukum
1. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1983 tentang
GBHN dan Ketetapan MPR Nomor III/ MPR/1983
tentang Pemilihan Umum.
2. UU Nomor 1 Tahun 1980 tentang Perubahan
Atas UU Nomor 15 Tahun 1969 sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 4 Tahun 1975
dan UU Nomor 2 Tahun 1980.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1980
sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor
1 Tahun 1976.
Badan Penyelenggara Pemilu.
 Struktur organisasi penyelenggara
Pemilu 1987 sama dengan struktur
organisasi penyelenggara Pemilu
1982, yaitu terdiri dari PPI, PPD I, PPD
II, PPS, Pantarlih dan KPPS, serta PPLN,
PPSLN, dan KPPSLN.
 Peserta Pemilu 1987
1) Partai Persatuan
Pembangunan.
2) Golongan Karya
3) Partai Demokrasi Indonesia
Sistem Pemilu
 Pemilu kelima pada pemerintahan Orde Baru
dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 1992.
Sistem Pemilu yang digunakan pada tahun
1992 masih sama dengan sistim yang
digunakan dalam Pemilu 1987, yaitu
menganut sistem perwakilan berimbang
(proporsional) dengan stelsel daftar.
1. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1988 tentang
GBHN dan Ketetapan MPR Nomor III/ MPR/1988
tentang Pemilu.
2. UU Nomor 1 Tahun 1980 tentang Perubahan
Atas UU Nomor 15 Tahun 1969 sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 4 Tahun 1975
dan UU Nomor 2 Tahun 1980.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1985
5. Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1990
Badan Penyelenggara Pemilu.
 Struktur organisasi penyelenggara
Pemilu 1992 sama dengan
struktur organisasi penyelenggara
Pemilu 1987, yaitu terdiri dari PPI,
PPD I, PPD II, PPS, Pantarlih dan
KPPS, serta PPLN, PPSLN, dan
KPPSLN.
1) Partai Persatuan
Pembangunan.
2) Golongan Karya.
3) Partai Demokrasi Indonesia.
Sistem Pemilu.
 Pemilu keenam pada pemerintahan Orde Baru
ini dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1997.
Sistem Pemilu yang digunakan pada tahun
1997 masih sama dengan sistem yang
digunakan dalam Pemilu 1992, yaitu
menganut sistem perwakilan berimbang
(proporsional) dengan stelsel daftar.
1. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1993 tentang
GBHN dan Ketetapan MPR Nomor III/ MPR/1993
tentang Pemilu.
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1996 tentang
Pemilihan Umum.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 1969 tentang Susunan dan
Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1975 dan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1985
Badan Penyelenggara Pemilu.
 Struktur organisasi penyelenggara
Pemilu 1997 sama dengan
struktur organisasi penyelenggara
Pemilu 1992, yaitu terdiri dari PPI,
PPD I, PPD II, PPS, Pantarlih dan
KPPS, serta PPLN, PPSLN, dan
KPPSLN.
1) Partai Persatuan
Pembangunan.
2) Golongan Karya.
3) Partai Demokrasi Indonesia
Sistem Pemilu.
 Pemilu 1999 merupakan pemilu pertama
pada masa reformasi. Pemungutan suara
dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999
secara serentak di seluruh wilayah
Indonesia. Sistem Pemilu 1999 sama
dengan Pemilu 1997 yaitu sistem
perwakilan berimbang (propor-sional)
dengan stelsel daftar.
1. Undang-undang Nomor 2 Tahun
1999 tentang Partai Politik.
2. Undang-undang Nomor 3 Tahun
1999 tentang Pemilihan Umum.
3. Undang-undang Nomor 4 Tahun
1999 tentang Susunan dan
Kedudukan MPR, DPR dan DPRD.
 Badan Penyelenggara Pemilu.
 Pemilu tahun 1999 dilaksanakan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) yang dibentuk oleh Presiden.
KPU beranggotakan 48 orang dari unsur partai politik
dan 5 orang wakil pemerintah. Dalam
menyelenggarakan Pemilu, KPU juga dibantu oleh
Sekretariat Umum KPU. Penyelenggara pemilu tingkat
pusat dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan Indonesia
(PPI) yang jumlah dan unsur anggotanya sama dengan
KPU.
 Untuk penyelenggaraan di tingkat daerah
dilaksanakan oleh PPD I, PPD II, PPK, PPS, dan
KPPS. Untuk penyelenggaraan di luar negeri
dilaksanakan oleh PPLN, PPSLN, dan KPPSLN
yang keanggotaannya terdiri atas wakil-wakil
parpol peserta Pemilu ditambah beberapa orang
wakil dari pemerintah dan tokoh-tokoh
masyarakat
Peserta Pemilu tahun 1999
diikuti oleh 48 Partai Politik,
yaitu
1. Partai Indonesia Baru.
2. Partai Kristen Nasional
Indonesia.
3. Partai Nasional
Indonesia.
4. Partai Aliansi Demokrat
Indonesia.
5. Partai Kebangkitan
Muslim Indonesia.
6. Partai Ummat Islam.
7. Partai Kebangkitan Umat.
8. Partai Masyumi Baru.
9. Partai Persatuan
Pembangunan.
10. Partai Syarikat Islam
Indonesia.
11. Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan.
12. Partai Abul Yatama.
13. Partai Kebangsaan
Merdeka.
14. Partai Demokrasi Kasih
Bangsa.
15. Partai Amanat Nasional.
16. Partai Rakyat Demokratik
17. Partai Syarikat Islam
Indonesia 1905.
18. Partai Katholik
Demokrat
19. Partai Pilihan Rakyat.
20. Partai Rakyat Indoneia.
21. Partai Politik Islam
Indonesia Masyumi.
22. Partai Bulan Bintang.
23. Partai Solidaritas
Pekerja.
24. Partai Keadilan.
25. Partai Nahdlatul Umat
26. PNI-Front Marhaenis.
27. Partai Ikatan
Pend.Kmd. Indonesia
28. Partai Republik.
29. Partai Islam Demokrat.
30. PNI-Massa Marhaen.
31. Partai Musyawarah
Rakyat Banyak.
32. Partai Demokrasi
Indonesia.
33. Partai Golongan Karya.
34. Partai Persatuan.
35. Partai Kebangkitan
Bangsa.
36. Partai Uni Demokrasi
Indonesia.
37. Partai Buruh Nasional.
38. Partai Musyawarah
Kekeluargaan
Gotong Royong
(MKGR).
39. Partai Daulat Rakyat.
40. Partai Cinta Damai.
41. Partai Keadilan dan
Persatuan.
42. Partai Solidaritas
Pekerja Seluruh
Indonesia.
43. Partai Nasional
Bangsa Indonesia.
44. Partai Bhinneka
Tunggal Ika.
45. Partai Solidaritas Uni
Nasional Indonesia.
46. Partai Nasional
Demokrat.
47. Partai Umat
Muslimin Indonesia.
48. Partai Perkerja
Indonesia.
 Pemilu 2004 merupakan pemilu pertama yang
memungkinkan rakyat memilih langsung wakil
mereka untuk duduk di DPR, DPD, dan DPRD
serta memilih langsung presiden dan wakil
presiden. Pemilu 2004 diselenggarakan secara
serentak pada tanggal 5 April 2004 untuk
memilih 550 Anggota DPR, 128 Anggota DPD,
serta Anggota DPRD (DPRD Provinsi maupun
DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia periode
2004-2009. Sedangkan untuk memilih presiden
dan wakil presiden untuk masa bakti 2004-2009
diselenggarakan pada tanggal 5 Juli 2004
(putaran I) dan 20 September 2004 (putaran II).
Sistem Pemilu.
 Pemilu 2004 dilaksanakan dengan sistem yang
berbeda dari pemilu-pemilu sebelumnya. Pemilu
untuk memilih Anggota DPR dan DPRD (termasuk
didalamnya DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten/Kota) dilaksanakan dengan sistem
perwakilan berimbang (proporsional) dengan
sistem daftar calon terbuka.
 Partai politik akan mendapatkan kursi sejumlah
suara sah yang diperolehnya. Perolehan kursi ini
akan diberikan kepada calon yang memenuhi
atau melebihi nilai BPP. Apabila tidak ada, maka
kursi akan diberikan kepada calon berdasarkan
nomor urut. Pemilu untuk memilih Anggota DPD
dilaksanakan dengan sistem distrik berwakil
banyak.
 Undang-undang No. 31 Tahun 2002
tentang Partai Politik.
 Undang-undang No. 12 Thn 2003
tentang Pemilihan Umum Anggota
DPR, DPD dan DPRD.
 Undang Undang Nomor 23 tahun
2003 Tentang Pemilihan Umum
Presiden Dan Wakil Presiden.
Badan Penyelenggara Pemilu
 Penyelenggaraan Pemilu 2004 dilakukan oleh
KPU. Penyelenggaraan ditingkat provinsi
dilakukan KPU Provinsi, sedangkan ditingkat
kabupaten/kota oleh KPU Kabupaten/Kota. Selain
badan penyelenggara pemilu diatas, terdapat
juga penyelenggara pemilu yang bersifat
sementara (adhoc) yaitu Panitia Pemilihan
Kecamatan (PPK), Panitia Pemu-ngutan Suara
(PPS) untuk tingkat desa/kelurahan, dan
Kelompok Penyelenggara Pemu-ngutan Suara
(KPPS) untuk di TPS. Untuk penyelenggaraan di
luar negeri, dibentuk Panitia Pemungutan Luar
Negeri (PPLN) dan Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN).
 Pemilu Anggota DPR,
DPD, dan DPRD tahun
2004 diikuti oleh 24
partai, yaitu
1. Partai Nasional
Indonesia
Marhaenisme (PNI
Marhaenisme).
2. Partai Buruh Sosial
Demokrat (PBSD).
3. Partai Bulan Bintang
(PBB).
4. Partai Merdeka.
5. Partai Persatuan
Pembangunan (PPP).
6. Partai Persatuan
Demokrasi
Kebangsaan (PDK).
7. Partai Perhimpunan
Indonesia Baru (PIB).
8. Partai Nasional
Banteng Kemerdekaan
(PNBK).
9. Partai Demokrat.
10. Partai Keadilan dan
Persatuan Indonesia
(PKP Indonesia).
11. Partai Penegak
Demokrasi Indonesia
(PPDI).
12. Partai Persatuan
Nahdlatul Ummah
Indonesia (PPNUI).
13. Partai Amanat Nasional
(PAN).
14. Partai Karya Peduli
Bangsa (PKPB).
15. Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB).
16. Partai Keadilan
Sejahtera (PKS
17. Partai Bintang
Reformasi (PBR).
18. Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan
(PDIP).
19. Partai Damai Sejahtera.
20. Partai Golongan Karya
(Partai Golkar).
21. Partai Patriot Pancasila.
22. Partai Sarikat Indonesia.
23. Partai Persatuan Daerah
(PPD).
24. Partai Pelopor
 Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun
2004 putaran I (pertama) sebanyak 5 (lima)
pasangan, adalah sebagai berikut
1. H. Wiranto, SH. dan Ir. H.Salahuddin Wahid
2. Hj. Megawati Soekarnoputri dan K. H.
Ahmad Hasyim Muzadi
3. Prof. Dr. H. M. Amien Rais dan Dr. Ir. H.
Siswono Yudo Husodo
4. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs. H.
Muhammad Jusuf Kalla
5. Dr. H. Hamzah Haz dan H. Agum Gumelar,
M.Sc.
 Karena kelima pasangan calon presiden dan wakil
presiden peserta Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden putaran I (pertama) belum ada yang
memperoleh suara lebih dari 50%, maka
dilakukan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
putaran II (kedua), dengan peserta dua pasangan
calon presiden dan wakil presiden yang
memperoleh suara terbanyak pertama dan
terbanyak kedua, yaitu :
Nama Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden
Putaran II
1. Hj. Megawati Soekarnoputri dan K. H. Ahmad
Hasyim Muzadi
2. H.Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs. H.
Muhammad Jusuf Kalla
Pemilu 2009 merupakan pemilu ketiga pada
masa reformasi yang diselenggarakan secara
serentak pada tanggal 9 April 2009 untuk
memilih 560 Anggota DPR, 132 Anggota DPD,
serta Anggota DPRD (DPRD Provinsi maupun
DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia periode
2009-2014. Sedangkan untuk memilih
presiden dan wakil presiden untuk masa bakti
2009-2014 diselenggarakan pada tanggal 8
Juli 2009 (satu putaran).
Sistem Pemilu.
 Pemilu 2009 untuk memilih Anggota DPR, DPRD
Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dilaksanakan
dengan sistem perwakilan berimbang
(proporsional) dengan sistem daftar calon
terbuka. Kursi yang dimenangkan setiap partai
politik mencerminkan proporsi total suara yang
didapat setiap parpol.
 Mekanisme sistem ini memberikan peran besar
kepada pemilih untuk menentukan sendiri
wakilnya yang akan duduk di lembaga
perwakilan. Calon terpilih adalah mereka yang
memperoleh suara terbanyak. Untuk memilih
Anggota DPD dilaksanakan dengan sistem distrik
berwakil banyak. Distrik disini adalah provinsi,
dimana setiap provinsi memiliki 4 (empat)
perwakilan.
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007
tentang Penyelenggara Pemilihan Umum;
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Partai Politik;
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008
tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan
DPRD;
4. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
Badan Penyelenggara Pemilu
 UUD 1945 menyebutkan bahwa Pemilihan Umum
dilaksanakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum
yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
Penyelenggara pemilu ditingkat nasional dilaksanakan
oleh KPU, ditingkat provinsi dilaksanakan oleh KPU
Provinsi, ditingkat kabupaten/kota dilaksanakan oleh
KPU Kabupaten/Kota.
 Selain badan penyelenggara pemilu diatas, terdapat
juga penyelenggara pemilu yang bersifat sementara
(adhoc) yaitu Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK),
Panitia Pemungutan Suara (PPS) untuk tingkat
desa/kelurahan, dan Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara (KPPS) untuk di TPS. Untuk
penyelenggaraan di luar negeri, dibentuk Panitia
Pemu-ngutan Luar Negeri (PPLN) dan Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri
(KPPSLN).
 Peserta Pemilu
Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun
2009 diikuti oleh 44 partai, 38 partai
merupakan partai nasional dan 6 partai
merupakan partai lokal Aceh
1. Partai Hati Nurani
Rakyat
2. Partai Karya Peduli
Bangsa
3. Partai Pengusaha dan
Pekerja Indonesia
4. Partai Peduli Rakyat
Nasional
5. Partai Gerakan
Indonesia Raya
6. Partai Barisan Nasional
7. Partai Keadilan dan
Persatuan Indonesia
8. Partai Keadilan
Sejahtera
9. Partai Amanat Nasional
10. Partai Perjuangan
Indonesia Baru
11. Partai Kedaulatan
12. Partai Persatuan Daerah
13. Partai Kebangkitan
Bangsa
14. Partai Pemuda
Indonesia
15. Partai Nasional
Indonesia Marhaenisme
16. Partai Demokrasi
Pembaruan
17. Partai Karya Perjuangan
18. Partai Matahari Bangsa
19. Partai Penegak
Demokrasi
Indonesia
20. Partai Demokrasi
Kebangsaan
21. Partai Republika
Nusantara
22. Partai Pelopor
23. Partai Golongan
Karya
24. Partai Persatuan
Pembangunan
25. Partai Damai
Sejahtera
26. Partai Nasional
Benteng Kerakyatan
Indonesia.
27. Partai Bulan Bintang
28. Partai Demokrasi
Indonesia
Perjuangan.
29. Partai Bintang
Reformasi
30. Partai Patriot
31. Partai Demokrat
32. Partai Kasih
Demokrasi
Indonesia
33. Partai Indonesia
Sejahtera.
34. Partai Kebangkitan
Nasional Ulama
35. Partai Aceh Aman
Seujahtra (Partai
Lokal)
36. Partai Daulat Aceh
(Partai Lokal)
37. Partai Suara
Independen Rakyat
Aceh (Partai Lokal)
38. Partai Rakyat Aceh
(Partai Lokal)
39. Partai Aceh (Partai
Lokal)
40. Partai Bersatu Aceh
(Partai Lokal)
41. Partai Merdeka
42. Partai Persatuan
Nahdlatul Ummah
Indonesia
43. Partai Sarikat
Indonesia
44. Partai Buruh
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 diikuti oleh 3
(tiga) pasangan calon, yaitu :
1. Hj. Megawati Soekarnoputri dan H. Prabowo
Subianto (didukung oleh PDIP, Partai Gerindra, PNI
Marhaenisme, Partai Buruh, Pakar Pangan, Partai
Merdeka, Partai Kedaulatan, PSI, PPNUI)
2. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono dan Prof. Dr.
Boediono (didukung oleh Partai Demokrat, PKS,
PAN, PPP, PKB, PBB, PDS, PKPB, PBR, PPRN,
PKPI, PDP, PPPI, Partai RepublikaN, Partai Patriot,
PNBKI, PMB, PPI, Partai Pelopor, PKDI, PIS, Partai
PIB, Partai PDI)
3. Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla dan H. Wiranto,
 penyelenggaraan pemilihan umum tahun
2014 adalah untuk memilih anggota Legislatif
(DPR) dan DPD, DPRD dan Presiden dan wakil
presiden, serta pemilu kepala daerah
1. UUD 1945 Pasal 1 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 18
ayat (3), Pasal 19 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22C ayat
5. UU Nomor 8 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi
Undang-undang
6. UU Nomor 2 Tahun 2015 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-
Undang
PASAL 5, UU NOMOR 8 TAHUN 2012
Ayat 1:
Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi,
dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan
sistem proporsional terbuka.
Ayat 2:
Pemilu untuk memilih anggota DPD dilaksanakan
dengan sistem distrik berwakil banyak.
1. Tahapan persiapan;
2. Tahapan
penyelenggaraan;
3. Tahapan penyelesaian.
1. Penataan organisasi;
2. Pendaftaran Pemantau dan Pemantauan;
3. Pembentukan Badan Penyelenggara
4. Seleksi Anggota KPU provinsi dan KPU
kabupaten/kota;
5. Rapat Kerja, Rapat Koordinasi dan Bimbingan
Teknis di setiap tingkatan;
6. Sosialisasi, Publikasi dan Pendidikan Pemilih
7. Pengelolaan data dan informasi
8. Logistik
NO. KEGIATAN JADWAL
1 Penataan organisasi 9 Juni s/d 9 Des 2012
2 Pendaftaran pemantau Agust 2012 s/d Maret 2014
3
Pembentukan Badan
Penyelenggara
a. PPK dan PPS/PPLN Nov 2012 s/d Jan 2013
b. KPPS/KPPSLN 9 Feb s/d 9 Maret 2014
c. Pantarlih Feb 2013
4
Seleksi Anggota KPU Prov & KPU
Kab/Kota
Jan s/d Des 2013
5 Pengadaan & distribusi logistik 9 Juni 2013 s/d 8 April 2014
◦ Perencanaan Program dan Anggaran
◦ Penyusunan Peraturan KPU
◦ Pendaftaran dan Verifikasi Peserta Pemilu
◦ Pemutakhiran Data Pemilih dan Penyusunan Daftar Pemilih
◦ Penyusunan Daftar Pemilih di Luar Negeri
◦ Penataan dan Penetapan Daerah Pemilihan
◦ Pencalonan Anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD
kabupaten/kota
◦ Kampanye
◦ Masa Tenang
◦ Pemungutan dan Penghitungan Suara
◦ Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara
◦ Penetapan Hasil Pemilu Secara Nasional
◦ Penetapan partai politik memenuhi ambang batas
◦ Penetapan Perolehan Kursi dan Calon Terpilih
◦ Peresmian keanggotaan
◦ Pengucapan sumpah/janji anggota
NO. KEGIATAN JADWAL
1 Perencanaan program & anggaran 9 Juni 2012 s/d 31 Des 2013
2 Penyusunan peraturan KPU 9 Juni 2012 s/d 9 Juni 2013
3 Pendaftaran , verifikasi & penetapan Peserta Pemilu 9 Agust/d 15 Des 2012
a. Pengundian & penetapan nomor urut 16 s/d 18 Des 2012
b. Penyelesaian sengketa TUN 17 Des 2012 s/d 21 Feb 2013
4 Pemutakhiran data Pemilih & penyusunan daftar Pemilih 9 Nov 2012 s/d 23 Okt 2013
5 Penataan & penetapan daerah pemilihan 10 Des 2012 s/d 9 Maret 2013
6 Pencalonan anggota DPR, DPD & DPRD 6 April s/d 4 Agust 2013
7 Kampanye Pemilu 17 Des 2012 s/d 5 April 2014
8 Masa Tenang 6 s/d 8 April 2014
9 Pemungutan & penghitungan suara 9 April 2014
10 Rekapitulasi penghitungan suara
a. PPS/PPLN 10 s/d 15 April 2014
b. PPK 13 s/d 17 April 2014
c. KPU Kabupaten/Kota 19 s/d 21 April 2012
d. KPU Provinsi 22 s/d 24 April 2014
e. KPU 26 April s/d 6 Mei 2014
11 Penetapan hasil Pemilu secara nasional 7 s/d 9 Mei 2014
12 Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, & DPRD
a. DPRD Kabupaten/Kota Juli s/d Agust 2014
b. DPRD Provinsi Agust s/d Sept 2014
c. DPR & DPD 1 Oktober 2014
Perselisihan Hasil Pemilu
◦ Pengajuan perselisihan hasil pemilu Anggota
DPR, DPD, dan DPRD kepada Mahkamah
Konstitusi
b. Penyusunan Laporan Penyelenggaraan
Pemilu
◦ KPU kabupaten/kota;
◦ KPU provinsi.
c. Penyusunan Dokumentasi
d. Pengelolaan Arsip
e. Pembubaran Badan-Badan Penyelenggara
ad hoc
f. Penyusunan Laporan Keuangan
NO. KEGIATAN JADWAL
1 Perselisihan Hasil Pemilihan Umum 12 s/d 14 Mei 2014
2 Penyusunan laporan penyelenggaraan Okt s/d Nov 2014
3 Penyusunan dokumentasi 9 April s/d 31 Agust 2014
4 Pengelolaan arsip 1 Sept 2014 s/d 1 Okt 2019
5 Pembubaran Badan Penyelenggara Adhoc 9 Juni 2014
6 Penyusunan laporan keuangan 1 Juli s/d 31 Des 2014
Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014
Penyelen
ggara
Pemilu
KPU : perwakilan
Pemerintah,
perwakilan partai
politik peserta
pemilu, serta
anggota
independen.
KPU : anggotanya
dipilih melalui
proses pemilihan
oleh Presiden
(pengusul nama
balon) dan DPR
yang menyeleksi
dan menentukan
hasil akhir nama-
nama anggota KPU.
KPU :
anggotanya
dipilih melalui
proses pemilihan
oleh Presiden
(pengusul nama
balon) dan DPR
yang menyeleksi
dan menentukan
hasil akhir
nama-nama
anggota KPU.
KPU:
anggotanya dipilih
melalui proses
pemilihan oleh
Presiden
(pengusul nama
balon) dan DPR
yang menyeleksi
dan menentukan
hasil akhir nama-
nama anggota
KPU.
Sistem
Pemiliha
n
Sistem
proporsional
dengan daftar
calon tertutup
Sistem proporsional
daftar calon terbuka
Sistem
proporsional
dengan daftar
calon terbuka
Sistem
proporsional
dengan daftar
calon terbuka
Aspek
Pemilu
1999
Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014
Daerah
pemilihan
Wilayah
administratif
(provinsi,
kabupaten
dan kota)
- Penetapan dapil
oleh KPU
- Dapil DPR : provinsi
atau bagian-bagian
provinsi
- Dapil DPRD Provinsi
: kabupaten/kota
- Dapil DPRD
Kabupaten/Kota:
kecamatan
- Penetapan dapil DPR RI
oleh DPR RI (dlm UU)
- Dapil DPR : provinsi atau
bagian-bagian dari
provinsi
- Dapil DPRD Provinsi :
kabupaten/kota
- Dapil DPRD Kab./Kota :
kecamatan
- Penetapan dapil
DPR RI oleh
anggota DPR RI
(dalam UU Pemilu)
- Dapil DPR adalah
provinsi atau
bagian-bagiannya
- Dapil DPRD
Provinsi adalah
kabupaten/kota
- Dapil DPRD
Kabupaten/Kota
adalah kecamatan
Cara
pemberian
suara
Mencoblos
lambang
partai
Mencoblos nama dan /
atau lambang partai
Memberi tanda satu kali
pada nama partai atau
lambang partai atau nama
calon
Mencoblos satu kali
pada nomor atau
tanda gambar partai
politik atau nama
caleg
Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014
Penghitun
gan suara
- Hasil di TPS
- Agregasi di PPS,
PPK, KPU
Kabupaten /
Kota, KPU
Provinsi dan KPU
KPU Nasional
- Stembus Accord
(penggabungan
suara beberapa
parpol yang
suaranya kurang
/ kecil untuk
mendapatkan 1
kursi).
- Hasil di TPS - Hasil di TPS
- Agregasi di PPK,
KPU Kabupaten /
/ Kota, KPU
Provinsi dan KPU
KPU Nasional
- Penerapan 2,5%
Parliamentary
Threshold
(ambang batas
perolehan suara
partai politik
untuk diikutkan
dalam
pembagian kursi)
- Hasil di TPS
- Agregasi di PPS,
PPK, KPU
Kabupaten /
Kota, KPU
Provinsi dan KPU
KPU Nasional
- Penerapan 3,5%
Parliamentary
Threshold
(ambang batas
perolehan suara
partai politik
untuk diikutkan
dalam
pembagian kursi)
Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014
Pembagian
Kursi
3-12 kursi per dapil
3-12 kursi per
dapil
3-10 kursi per dapil
untuk DPR
3-12 kursi per dapil
untuk DPRD Provinsi
dan DPRD Kabupaten
/ Kota
3-10 kursi per dapil
DPR
3-12 kursi per dapil
DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten /
Kota
Penentuan
Caleg terpilih
Nomor urut
Memenuhi
100% BPP atau
nomor urut
Memenuhi 30% BPP
atau nomor urut
(Setelah Putusan MK,
berdasarkan suara
terbanyak)
- Caleg dengan suara
terbanyak
- Jika caleg terpilih
jumlahnya kurang
dari kursi yang
diperoleh partai,
kursi diisi oleh
caleg yang
memperoleh suara
terbanyak
berikutnya
 Penghitungan suara di TPS dilakukan setelah
pemungutan suara selesai. Perolehan suara untuk parpol
maupun caleg perorangan dihitung berdasarkan tingkat
pemilihannya. Saksi peserta pemilu berhak mendapatkan
salinan hasil penghitungan suara.
 Setelah proses penghitungan suara di TPS selesai,
selanjutnya dilakukan rekapitulasi atau agregasi
perolehan suara peserta pemilu di tingkat
kelurahan/desa.
 Seluruh proses penghitungan suara serta rekapitulasinya
dapat diikuti atau disaksikan oleh saksi peserta pemilu,
pemantau, pengawas pemilu serta masyarakat umum.
Pada Pemilu 2014 diberlakukan parliamentary
threshold (PT) 3,5 % hanya untuk perolehan
kursi DPR RI.
Parpol yang tidak mendapatkan suara sah
sekurang-kurangnya 3,5% dari suara sah secara
nasional maka tidak diikutsertakan dalam
pembagian kursi DPR di semua dapil. Kursi
dibagikan kepada parpol yang lolos PT.
91
a. mandiri;
b. jujur;
c. adil;
d. kepastian
hukum;
e. tertib;
f. kepentingan
umum;
g. keterbukaan;
h. proporsionalita
s;
i. profesionalitas;
j. akuntabilitas;
k. efisiensi; dan
l. efektivitas.
Pasal 22E UUD 1945 yang berbunyi :
1) Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun
sekali.
2) Pemilu diselenggarakan utnuk memilih anggota
DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden dan
DPRD.
3) Peserta Pemilu untuk memilih DPR dan anggota
DPRD adalah Partai Politik.
4) Peserta Pemilu untuk memilih anggota DPD
adalah perseorangan.
5) Pemilu diselenggarakan oleh suatu Komisi
Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap
dan mandiri
6) Ketentuan lebih tentang Pemilu diatur oleh
undang- undang
 Dasar Hukum :
1. UUD 1945
2. UU No 8 tahun 2015 tentang Perubahan
UU No 1 tahun 2015 tentang Penetapan
PERPU No 1 tahun 2014 tentang pemilihan
gubernur, bupati dan walikota menjadi
Undang-Undang
3. UU No 2 tahun 2011 tentang Perubahan
UU No 2 tahun 2008 tentang partai Politik
4. UU No 9 tahun 2015 tentang perubahan
kedua UU No 23 tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah
 Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil
kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah kepala daerah dipilih
secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau
disingkat Pilkada. Pilkada pertama kali
diselenggarakan pada bulan Juni 2005.
 Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan
Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu,
sehingga secara resmi bernama Pemilihan umum
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau
disingkat Pemilukada. Pemilihan kepala daerah
pertama yang diselenggarakan berdasarkan
undang-undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta
2007.
 Pada tahun 2011, terbit undang-undang baru
mengenai penyelenggara pemilihan umum yaitu
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Di dalam
undang-undang ini, istilah yang digunakan adalah
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota.
 Pada tahun 2014, DPR-RI kembali mengangkat isu
krusial terkait pemilihan kepala daerah secara
langsung. Sidang Paripurna DRI RI pada tanggal 24
September 2014 memutuskan bahwa Pemilihan
Kepala Daerah dikembalikan secara tidak langsung,
atau kembali dipilih oleh DPRD. Putusan Pemilihan
kepala daerah tidak langsung didukung oleh 226
anggota DPR-RI yang terdiri Fraksi Partai Golkar
berjumlah 73 orang, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) berjumlah 55 orang, Fraksi Partai Amanat
Nasional (PAN) berjumlah 44 orang, dan Fraksi
Gerindra berjumlah 32 orang
 Keputusan ini telah menyebabkan beberapa
pihak kecewa. Keputusan ini dinilai sebagai
langkah mundur di bidang "pembangunan"
demokrasi, sehingga masih dicarikan cara untuk
menggagalkan keputusan itu melalui uji materi
ke MK.
 Bagi sebagian pihak yang lain, Pemilukada tidak
langsung atau langsung dinilai sama saja. Tetapi
satu hal prinsip yang harus digarisbawahi
(walaupun dalam pelaksanaan Pemilukada tidak
langsung nanti ternyata menyenangkan rakyat)
adalah: Pertama, Pemilukada tidak langsung
menyebabkan hak pilih rakyat hilang. Kedua,
Pemilukada tidak langsung menyebabkan
anggota DPRD mendapat dua hak sekaligus,
yakni hak pilih dan hak legislasi. Padahal jika
Pemilukada secara langsung, tidak menyebabkan
hak pilih anggota DPRD (sebagai warga negara)
hak pilihnya tetap ada
 Pilkada diselenggarakan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan
KPU Kabupaten/Kota dengan diawasi
oleh Panitia Pengawas Pemilihan
Umum (Panwaslu) Provinsi dan
Panwaslu Kabupaten/Kota.
 Khusus di Aceh , Pilkada
diselenggarakan oleh Komisi
Independen Pemilihan (KIP) dengan
diawasi oleh Panitia Pengawas
Pemilihan Aceh (Panwaslih Aceh).
 266 Daerah yang menyelenggarakan
pemilukada serentak di Indonesia pada tahun
9 desember 2015
 UU Pilkada telah menentukan perkara
sengketa pilkada yang bisa diajukan ke MK
hanya menyangkut sengketa penetapan hasil
penghitungan suara. Selain itu, sengketa hasil
ini ada syarat presentase tertentu yang
dibatasi secara limitatif. “
 Ada presentase tertentu dibatasi limitatif
perkara yang bisa digugat ke MK
 Pasal 158 ayat (1) UU Pilkada menyebut
syarat pengajuan (pembatalan) jika ada
perbedaan selisih suara maksimal 2 persen
dari penetapan hasil penghitungan suara KPU
Provinsi bagi provinsi maksimal 2 juta
penduduk. Bagi penduduk lebih dari 2 juta
hingga 6 juta, syarat pengajuan jika ada
perbedaan selisih maksimal 1,5 persen dari
penetapan hasil penghitungan suara KPU
Provinsi.
 persentase selisih suara dihitung dari suara
terbanyak berdasarkan hasil penghitungan
suara.
 Persoalan yang menyangkut pelanggaran etik,
administratif, pidana pemilu, dan keabsahan
penetapan pasangan calon merupakan
kewenangan Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu (DKPP), Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan lewat
penegakan hukum terpadu (Gakumdu), dan
PTUN
 Komisi Pemilihan Umum ( UU No 22 Tahun
2007)
 Badan Pengawas Pemilu
 Panitia Pengawas Pemilu
 Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
 Mahkamah Agung
 Mahkamah Konstitusi
 Pemilihan kepala daerah (Pilkada atau
Pemilukada) dilakukan secara langsung oleh
Penduduk daerah administratif setempat yang
memenuhi syarat.
 Pemilihan kepala daerah dilakukan satu paket
bersama dengan wakil kepala daerah. Kepala
daerah dan wakil kepala daerah yang
dimaksud mencakup:
1. Gubernur dan wakil gubernur untuk
provinsi
2. Bupati dan wakil bupati untuk
kabupaten
3. Wali kota dan wakil wali kota untuk kota
1. merencanakan program dan anggaran
serta menetapkan jadwal;
2. menyusun dan menetapkan tata kerja KPU,
KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK,
PPS, KPPS, PPLN, dan KPPSLN;
3. menyusun dan menetapkan pedoman
teknis untuk setiap tahapan Pemilu setelah
terlebih dahulu berkonsultasi dengan DPR
dan Pemerintah;
4. mengoordinasikan, menyelenggarakan,
dan mengendalikan semua tahapan Pemilu;
5. menerima daftar pemilih dari KPU Provinsi;
6. memutakhirkan data pemilih berdasarkan data
kependudukan yang disiapkan dan diserahkan
oleh Pemerintah dengan memperhatikan data
Pemilu dan/atau pemilihan gubernur, bupati, dan
walikota terakhir dan menetapkannya sebagai
daftar pemilih;
7. menetapkan peserta Pemilu;
8. menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi
penghitungan suara tingkat nasional berdasarkan
hasil rekapitulasi penghitungan suara di KPU
Provinsi untuk Pemilu Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan hasil rekapitulasi penghitungan suara
di setiap KPU Provinsi untuk Pemilu Anggota
Dewan Perwakilan Daerah dengan membuat berita
acara penghitungan suara dan sertifikat hasil
penghitungan suara;
9. membuat berita acara penghitungan suara dan
sertifikat penghitungan suara serta wajib
menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu
dan Bawaslu;
10. menerbitkan keputusan KPU untuk
mengesahkan hasil Pemilu dan
mengumumkannya;
11. menetapkan dan mengumumkan perolehan
jumlah kursi anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota untuk setiap partai politik
peserta Pemilu anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
12. mengumumkan calon anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan
Daerah terpilih dan membuat berita
acaranya;
13. menetapkan standar serta kebutuhan
pengadaan dan pendistribusian
perlengkapan;
14. menindaklanjuti dengan segera rekomendasi
Bawaslu atas temuan dan laporan adanya
dugaan pelanggaran Pemilu;
15. mengenakan sanksi administratif dan/atau
menonaktifkan sementara anggota KPU Provinsi,
anggota PPLN, anggota KPPSLN, Sekretaris
Jenderal KPU, dan pegawai Sekretariat Jenderal
KPU yang terbukti melakukan tindakan yang
mengakibatkan terganggunya tahapan
penyelenggaraan Pemilu yang sedang
berlangsung berdasarkan rekomendasi Bawaslu
dan/atau ketentuan peraturan perundang-
undangan;
16. melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan
Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas
dan wewenang KPU kepada masyarakat;
15. menetapkan kantor akuntan publik untuk
mengaudit dana kampanye dan
mengumumkan laporan sumbangan dana
kampanye;
16. melakukan evaluasi dan membuat laporan
setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu; dan
17. melaksanakan tugas dan wewenang lain
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
KPU sebanyak 7 (tujuh)
orang;
KPU Provinsi sebanyak 5
(lima) orang; dan c.
KPU Kabupaten/Kota
sebanyak 5 (lima) orang.
 Berikut ini merupakan daftar 7 anggota KPU
yang telah dilantik bersama 5 anggota Bawaslu
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
pada Kamis, 12 April 2012:
1. Ketua: Husni Kamil Manik, S.P., Anggota
KPU Sumatera Barat.
2. Ida Budhiati, S.H ., M.H., Ketua KPU Jawa
Tengah.
3. Sigit Pamungkas, S.IP., MA., Dosen
FISIPOL UGM Yogyakarta.
4. Arief Budiman, S.S., S.IP., MBA., Anggota
KPU Jawa Timur.
5. Dr. Ferry Kurnia Rizkiyansyah, S.IP., M.Si.,
Ketua KPU Jawa Barat.
6. Drs. Hadar Nafis Gumay, Pegiat
LSM/Direktur Eksekutif Centre for
Electoral Reform (Cetro).
7. Juri Ardiantoro, M.Si., Ketua KPU DKI
Jakarta.
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to SISTEM PEMILU.pptx

Similar to SISTEM PEMILU.pptx (20)

Makalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesia
 
Sistem Pemilu
Sistem PemiluSistem Pemilu
Sistem Pemilu
 
Makalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesia
 
Tinjauan kritis
Tinjauan kritisTinjauan kritis
Tinjauan kritis
 
Sistem pemilihan umum
Sistem pemilihan umumSistem pemilihan umum
Sistem pemilihan umum
 
PEMILU 2014.pptx
PEMILU 2014.pptxPEMILU 2014.pptx
PEMILU 2014.pptx
 
Sistem pemilu
Sistem pemiluSistem pemilu
Sistem pemilu
 
Pemilu
PemiluPemilu
Pemilu
 
Sistem Politik Di Indonesia
Sistem Politik Di IndonesiaSistem Politik Di Indonesia
Sistem Politik Di Indonesia
 
Tugas pkn revisi 1
Tugas pkn revisi 1Tugas pkn revisi 1
Tugas pkn revisi 1
 
Sistem Pemerintahan Amerika Serikat
Sistem Pemerintahan Amerika SerikatSistem Pemerintahan Amerika Serikat
Sistem Pemerintahan Amerika Serikat
 
Tugas powerpoint seppty warbianti
Tugas powerpoint seppty warbiantiTugas powerpoint seppty warbianti
Tugas powerpoint seppty warbianti
 
Sistem demokrasi di indonesia
Sistem demokrasi di indonesiaSistem demokrasi di indonesia
Sistem demokrasi di indonesia
 
Pemilu
PemiluPemilu
Pemilu
 
Kelompok 5 HTN.pptx
Kelompok 5 HTN.pptxKelompok 5 HTN.pptx
Kelompok 5 HTN.pptx
 
Transfusi parpol
Transfusi parpolTransfusi parpol
Transfusi parpol
 
Presentation11
Presentation11Presentation11
Presentation11
 
MARIYUDI - Pembekalan Panwascam Aceh Utara 2022.ppt
MARIYUDI - Pembekalan Panwascam Aceh Utara 2022.pptMARIYUDI - Pembekalan Panwascam Aceh Utara 2022.ppt
MARIYUDI - Pembekalan Panwascam Aceh Utara 2022.ppt
 
Skripsi heri
Skripsi heriSkripsi heri
Skripsi heri
 
Pkn amerika
Pkn  amerikaPkn  amerika
Pkn amerika
 

More from zulamirulhaq1

International Anti-Corruption Day XL by Slidesgo.pptx
International Anti-Corruption Day XL by Slidesgo.pptxInternational Anti-Corruption Day XL by Slidesgo.pptx
International Anti-Corruption Day XL by Slidesgo.pptxzulamirulhaq1
 
PARPOL DAN PEMILU.ppt
PARPOL DAN PEMILU.pptPARPOL DAN PEMILU.ppt
PARPOL DAN PEMILU.pptzulamirulhaq1
 
19b37-sistem-hukum-di-dunia.pptx
19b37-sistem-hukum-di-dunia.pptx19b37-sistem-hukum-di-dunia.pptx
19b37-sistem-hukum-di-dunia.pptxzulamirulhaq1
 
BAHAN-7-SUMBER-HUKUM.ppt
BAHAN-7-SUMBER-HUKUM.pptBAHAN-7-SUMBER-HUKUM.ppt
BAHAN-7-SUMBER-HUKUM.pptzulamirulhaq1
 
3. lembaga penunjang.pptx
3. lembaga penunjang.pptx3. lembaga penunjang.pptx
3. lembaga penunjang.pptxzulamirulhaq1
 
kekuasaan_tingkat_dan_fungsi.ppt
kekuasaan_tingkat_dan_fungsi.pptkekuasaan_tingkat_dan_fungsi.ppt
kekuasaan_tingkat_dan_fungsi.pptzulamirulhaq1
 

More from zulamirulhaq1 (9)

International Anti-Corruption Day XL by Slidesgo.pptx
International Anti-Corruption Day XL by Slidesgo.pptxInternational Anti-Corruption Day XL by Slidesgo.pptx
International Anti-Corruption Day XL by Slidesgo.pptx
 
PARPOL DAN PEMILU.ppt
PARPOL DAN PEMILU.pptPARPOL DAN PEMILU.ppt
PARPOL DAN PEMILU.ppt
 
PARPOL ..ppt
PARPOL ..pptPARPOL ..ppt
PARPOL ..ppt
 
19b37-sistem-hukum-di-dunia.pptx
19b37-sistem-hukum-di-dunia.pptx19b37-sistem-hukum-di-dunia.pptx
19b37-sistem-hukum-di-dunia.pptx
 
BAHAN-7-SUMBER-HUKUM.ppt
BAHAN-7-SUMBER-HUKUM.pptBAHAN-7-SUMBER-HUKUM.ppt
BAHAN-7-SUMBER-HUKUM.ppt
 
PKN X P9.ppt
PKN X P9.pptPKN X P9.ppt
PKN X P9.ppt
 
3. lembaga penunjang.pptx
3. lembaga penunjang.pptx3. lembaga penunjang.pptx
3. lembaga penunjang.pptx
 
kekuasaan_tingkat_dan_fungsi.ppt
kekuasaan_tingkat_dan_fungsi.pptkekuasaan_tingkat_dan_fungsi.ppt
kekuasaan_tingkat_dan_fungsi.ppt
 
PPT-HTN.ppt
PPT-HTN.pptPPT-HTN.ppt
PPT-HTN.ppt
 

SISTEM PEMILU.pptx

  • 1. M. Yusrizal Adi S,SH.MH Fakultas Hukum Universitas Medan Area Medan
  • 2.  Pemilihan Umum ( PEMILU) Sebagai pelaksanaan kedaulatan rakyat atau demokrasi  Pemilu dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yaitu suatu lembaga independent yang dibentuk dengan suatu undang-
  • 3. 1. Menguatkan legitimasi pranata politik (eksekutif, legislatif, judikatif) 2. Menjamin stabilitas peralihan kepemimpinan 3. Memilih kader penguasa yang terbaik 4. Menegakkan demokrasi.
  • 4. Menurut Dr. Wahyudi Kumorotomo 1. Demokratis (persaingan sehat, jujur, adil, aman) 2. Terciptanya infrastruktur politik (DPR, presiden) yg kuat dan berkualitas 3. Derajat keterwakilan yg optimal; mengurangi kemungkinan over-representation di daerah tertentu dan under-representation di daerah lainnya 4. Menyeluruh & tuntas; peraturan yg jelas, tanpa intervensi pemerintah atau pihak tertentu 5. Praktis, tidak rumit dan mudah dilaksanakan.
  • 5.  LANDASAN IDIL : PANCASILA  LANDASAN KONSTITUSIONAL : UUD 1945  LANDASAN OPERASIONAL : PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT PEMILU, a. UU No.2/2008 ttg Parpol  sudah diubah dg UU No.2/2011 b. UU No 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD c. UU No 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum d. UU No 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan umum Presiden Dan wakil presiden
  • 6. e. UU Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan peraturan pemerintah pengganti undang-undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi undang-undang
  • 7.  Sistem Pemilihan Organis yakni Dalam Sistem Organis, rakyat dipandang sebagai sejumlah individu-individu yang hidup bersama-bersama dalam beraneka warna persekutuan hidup seperti geneaologi (rumah tangga)  sistem Pemilihan mekanis, dimana partai politik mengorganisir pemilihan-pemilihan dan partai partai politik berkembang, baik menurut sistem satu partai, dua partai atau multi partai. Sistem mekanis dapat dilaksanakan dengan cara yaitu, sistem perwakilan distrik/single member constituency dan sistem perwakilan proposional/ multi member constituencies
  • 8. 1. Sistem Proporsional (proportional representation); Kursi yg dimenangkan parpol berbanding seimbang dg proporsi suara yg diperolehnya. Mis: Partai A=48,5%, B=29%,C=14%,D=7,5%, E=1%  Quota: 100%/5 kursi = 20%; Jatah kursi ke-4 diberikan ke partai C krn terbesar sisa suaranya (14%). Variasi sistem: closed system & open system.
  • 9. Kursi yang tersedia di parlemen, diperebutkan dalam suatu pemilihan umum, dibagi kepada partai-partai politik dan golongan-golongan politik yang ikut serta dalam Pemilu sesuai dengan imbangan suara dalam Pemilu. Misal 1 : 400.000 pemilih mempunyai1 kursi artinya satu orang wakil memperoleh dukungan 400.000 pemilih.
  • 10.  Sistem proporsional lahir untuk menjawab kelemahan dari sistem distrik. Sistem proporsional merupakan sistem pemilihan yang memperhatikan proporsi atau perimbangan antara jumlah penduduk dengan jumlah kursi di suatu daerah pemilihan. Dengan sistem ini, maka dalam lembaga perwakilan, daerah yang memiliki penduduk lebih besar akan memperoleh kursi yang lebih banyak di suatu daerah pemilihan, begitu pun sebaliknya. 
  • 11.  Sistem proporsional juga mengatur tentang proporsi antara jumlah suara yang diperoleh suatu partai politik untuk kemudian dikonversikan menjadi kursi yang diperoleh partai politik tersebut. Karena adanya perimbangan antara jumlah suara dengan kursi, maka di Indonesia dikenal Bilangan Pembagi Pemilih (BPP). BPP merefleksikan jumlah suara yang menjadi batas diperolehnya kursi di suatu daerah pemilihan. Partai politik dimungkinkan mencalonkan lebih dari satu kandidat karena kursi yang diperebutkan di daerah pemilihan lebih dari satu.
  • 12.  Sistem proposional lebih demokratis, praktis tanpa ada suara yang hilang  Setiap suara dihitung, dan yang kalah suaranya dikompensasikan, sehingga tidak ada suara yang hilang  Sistem proposional dianggap representatif karena jumlah kursi partai dalam parlemen sesuai dengan suara yang diperolehnya dari masyarakat dalam pemilu  Tidak ada distorsi, di mana perolehan kursi kira-kira sama dengan persentase perolehan suara secara nasional
  • 13.  Sistem ini kurang mendorong partai-partai untuk berintegrasi atau kerjasama antara partai yang satu dengan yang lain dan memanfaatkan persamaan-persamaan yang ada, tetapi sebaliknya cenderung mempertajam perbedaan-perbedaan  Sistem proposional memberikan kedudukan yang kuat pada pimpinan partai melalui sistem daftar karena pimpinan partai sesudah berkonsultasi dengan cabang-cabang menentukan daftar calon
  • 14.  Wakil yang terpilih kemungkinan renggang ikatannya dengan warga yang telah memilihnya  Mempermudah timbulnya partai- partai baru  Wakil lebih terikat dan loyal dengan partai daripada rakyat atau daerah yang diwakilinya  Banyaknya partai bisa mempersulit terbentuknya pemerintahan stabil
  • 15. Sistem Distrik (plurality system); Wilayah pemilihan dibagi ke dalam bbrp distrik pemilihan. Rumus pengalokasian kursi: absolut majority; 50%+1 (Inggris) dan simple majority (Amerika).  Sistem distrik biasa disebut juga single member constituency tetapi ada juga yang memakai istilah single member district. Pada intinya, sistem distrik merupakan sistem pemilihan dimana suatu negara dibagi menjadi beberapa daerah pemilihan yang jumlahnya sama dengan jumlah wakil rakyat yang akan dipilih dalam sebuah lembaga perwakilan.
  • 16.  Dengan demikian, satu distrik akan menghasilkan satu wakil rakyat. Kandidat yang memperoleh suara terbanyak di suatu distrik, maka akan menjadi wakil rakyat terpilih. Sedangkan kandidat yang memperoleh suara lebih sedikit, maka suaranya tidak akan di perhitungkan atau dianggap hilang walau sekecil apapun selisih perolehan suara yang ada. Sehingga dikenal istilah the winner takes all atau sistem mayoritas
  • 17.  Distrik wilayahnya relatif kecil, maka pemilih dapat mengenali calon-calon wakil rakyat yang akan dipilih didistriknya Calon yang dipilih dikenal baik karena batas distrik  Sistem distrik lebih mendorong kearah integrasi partai-partai politik karena kursi yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu wakil  Kecenderungan untuk membentuk partai baru dapat dibendung. Sistem ini bisa mendorong kearah penyederhanaan partai secara alamiah dan tanpa paksaan  Sistem distrik sederhana, mudah untuk diselenggarakan, tidak memerlukan waktu dan dana yang banyak  Berkurangnya parpol memudahkan pemerintahan yang lebih stabil (integrasi)
  • 18.  Kurang memperhitungkan partai-partai kecil dan golongan minoritas  Kurang representatif karena calon yang kalah kehilangan suara pendukungnya  Terlalu banyak suara yang terbuang
  • 19. 1, Banyak suara yang terbuang. Misalnya : Calon A = 50 suara Calon B = 45 suara Calon C = 40 suara Calon D = 30 suara Yang menang adalah Calon A dan menjadi wakil distrik. Apabila dibandingkan suara antara A dengan B, C, dan D, maka presentasi Calon A di distrik tersebut adalah rendah ( low representative) 2. Menyulitkan bagi partai kecil untuk memperoleh kursi ( wakil di parlemen)
  • 20. Proporsional Distrik 1. Peran partai Kuat sekali Sangat lemah 2. Distorsi Rendah Tinggi 3. Kedekatan calon dg pemilih Rendah Tinggi 4. Akuntabilitas Rendah Tinggi 5. Politik uang Rendah Tinggi 6. Kualitas legislatif Sama dg Distrik Sama dg Proporsional
  • 21. PERIODESASI PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA 1. Pemilu tahun1955 (Masa Parlementer). 2. Pemilu tahun 1971-1997 (Masa Orde Baru) a. Pemilu 1977 b. Pemilu 1982 c. Pemilu 1987 d. Pemilu 1992 e. Pemilu 1997 3. Pemilu 1999-2014 (Masa Reformasi) a. Pemilu tahun 1999 b. Pemilu 2004 c. Pemilu 2009 cd. Pemilu 2014
  • 22. Pemilu 1955 adalah pemilu pertama yang diselenggarakan dalam sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia yang baru berusia 10 (sepuluh) tahun. Pemilu 1955 dilaksanakan pada masa Demokrasi Parlementer pada kabinet Burhanuddin Harahap. Pemungutan suara dilakukan 2 (dua) kali, yaitu untuk memilih anggota DPR pada 29 September 1955 dan untuk memilih anggota Dewan Konstituante pada 15 Desember 1955
  • 23.  Undang-undang Nomor 7 Tahun 1953 tentang pemilihan Anggota Konstituante dan Anggota DPR sebagaimana diubah dengan UU Nomor 18 Tahun 1953.  Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1954 tentang Menyelenggarakan Undang-Undang Pemilu.  Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1954 tentang Cara Pencalonan Keanggotaan DPR/Konstituante oleh Anggota Angkatan Perang dan Pernyataan Non Aktif/Pemberhentian berdasarkan penerimaan keanggotaan pencalonan keanggotaan tersebut, maupun larangan mengadakan Kampanye Pemilu terhadap Anggota Angkatan Perang
  • 24.  Pemilu anggota DPR diikuti 118 peserta yang terdiri dari 36 partai politik, 34 organisasi kemasyarakatan, dan 48 perorangan, sedangkan untuk Pemilu anggota Konstituante di ikuti 91 peserta yang terdiri dari 39 partai politik, 23 organisasi kemasyarakatan, dan 29 perorangan.
  • 25. 1. Partai Komunis Indonesia (PKI), berdiri 7 Nopember 1945, diketuai oleh Moh.Yusuf Sarjono 2. Partai Islam Masjumi, berdiri 7 Nopember 1945, diketuai oleh dr. Sukirman Wirjo-sardjono 3. Partai Buruh Indonesia, berdiri 8 Nopember 1945, diketuai oleh Nyono 4. Partai Rakyat Djelata, berdiri 8 Nopember 1945, diketuai oleh Sutan Dewanis 5. Partai Kristen Indonesia (Parkindo), berdiri 10 Nopember 1945 diketuai oleh DS. Probowinoto 6. Partai Sosialis Indonesia, berdiri 10 Nopember 1945 diketuai oleh Mr. Amir Syarifudin
  • 26. 7. Partai Rakyat Sosialis, berdiri 20 Nopember 1945 diketuai oleh Sutan Syahrir 8. h. Partai Katholik Republik Indonesia (PKRI), berdiri 8 Desember 1945, diketuai oleh J. Kasimo 9. i. Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai) diketuai oleh JB. Assa 10. j. Gabungan Partai Sosialis Indonesia dan Partai Rakyat Sosialis, menjadi Partai Sosialis pada 17 Desember 1945, diketuai oleh Sutan Syahrir, Amir Syarifudin dan Oei Hwee Goat 11. k. Partai Republik Indonesia, Gerakan Republik Indonesia dan Serikat Rakyat Indonesia menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI) 29 Januari 1946, diketuai oleh Sidik Joyosuharto.
  • 27.  Pemilu 1971 merupakan pemilu kedua yang diselenggarakan bangsa Indonesia. Pemilu 1971 dilaksanakan pada pemerintahan Orde Baru, tepatnya 5 tahun setelah pemerintahan ini berkuasa. Pemilu yang dilaksanakan pada 5 Juli 1971 ini diselenggarakan untuk memilih Anggota DPR.  Sistem Pemilu 1971 menganut sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan sistem stelsel daftar, artinya besarnya kekuatan perwakilan organisasi dalam DPR dan DPRD, berimbang dengan besarnya dukungan pemilih karena pemilih memberikan su-aranya kepada Organisasi Peserta Pemilu.
  • 28. 1. TAP MPRS No. XI/MPRS/1966 2. TAP MPRS No. XLII/MPRS/1966 3. UU Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-Anggota Badan Permusyawaratan / Perwakilan Rakyat 4. UU Nomor 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. Badan Penyelenggara Pemilu yakni Lembaga Pemilihan Umum (LPU) dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1970. LPU diketuai oleh Menteri Dalam Negeri yang keanggotaannya terdiri atas Dewan Pimpinan, Dewan Pertimbangan, Sekretariat Umum LPU dan Badan Perbekalan dan Perhubungan
  • 29. Peserta Pemilu 1971 : 1. Partai Nahdlatul Ulama 2. Partai Muslim Indonesia 3. Partai Serikat Islam Indonesia 4. Persatuan Tarbiyah Islamiiah 5. Partai Nasionalis Indonesia 6. Partai Kristen Indonesia 7. Partai Katholik 8. Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia 9. Partai Murba 10. Sekber Golongan Karya
  • 30. Sistem Pemilu  Pemilu kedua pada pemerintahan orde baru ini diselenggarakan pada tanggal 2 Mei 1977. Sama halnya dengan Pemilu 1971, pada Pemilu 1977 juga menggunakan sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan stelsel daftar.
  • 31. 1. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 tentang Garis- garis Besar Haluan Negara Bidang Politik, Aparatur Pemerintah, Hukum dan Hubungan Luar Negeri. 2. Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/1973 tentang Pemilihan Umum. 3. Undang-undang Nomor 3/1975 Tentang Partai Politik dan Golongan Karya. 4. Undang-undang Nomor 5/1974 tentang Pokok- pokok Pemerintahan di daerah. 5. Undang-undang Nomor 8/1974 tentang Pokok- pokok Kepegawaian. 6. Undang-undang Nomor 5/1979 tentang Pemerintahan Desa.
  • 32.  Badan Penyelenggara Pemilu Pemilu 1977 diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Pemilu yang memiliki struktur yang sama dengan penyelenggaraan pada tahun 1971, yaitu PPI ditingkat pusat, PPD I di provinsi, PPD II di kabupaten/kotamadya, PPS di kecamatan, Pantarlih di desa/kelurahan, dan KPPS. Bagi warga negara Indonesia di luar negeri dibentuk PPLN, PPSLN, dan KPPSLN yang bersifat sementara (adhoc).
  • 33.  Pada Pemilu 1977, ada fusi atau peleburan partai politik peserta Pemilu 1971 se-hingga Pemilu 1977 diikuti 3 (tiga) peserta Pemilu, yaitu : 1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan fusi/penggabungan dari: NU, Parmusi, Perti, dan PSII. 2. Golongan Karya (GOLKAR). 3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI) merupakan fusi/penggabungan dari: PNI, Parkindo, Partai Katolik, Partai IPKI, dan Partai Murba
  • 34. Sistem Pemilu  Pemilu 1982 merupakan pemilu ketiga yang diselenggarakan pada pemerintahan Orde Baru. Pemilu ini diselenggarakan pada tanggal 4 Mei 1982. Sistem Pemilu 1982 tidak berbeda dengan sistem yang digunakan dalam Pemilu 1971 dan Pemilu 1977, yaitu masih menggunakan sistem perwakilan berimbang (proporsional).
  • 35. Dasar Hukum 1. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/1978 Tentang Pemilu. 2. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1980 tentang Pemilihan Umum. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1980 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1976.
  • 36. Badan Penyelenggara Pemilu  Struktur organisasi penyelenggara Pemilu1982 sama dengan struktur organisasi penyelenggara Pemilu 1977, yaitu terdiri dari PPI, PPD I, PPD II, PPS, Pantarlih, dan KPPS serta PPLN, PPSLN, dan KPPSLN
  • 37. 1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP). 2. Golongan Karya (Golkar). 3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
  • 38. Sistem Pemilu  Pemilu keempat pada pemerintahan Orde Baru dilaksanakan pada tanggal 23 April 1987. Sistem Pemilu yang digunakan pada tahun 1987 masih sama dengan sistem yang digunakan dalam Pemilu 1982, yaitu menganut sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan stelsel daftar
  • 39. Dasar Hukum 1. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1983 tentang GBHN dan Ketetapan MPR Nomor III/ MPR/1983 tentang Pemilihan Umum. 2. UU Nomor 1 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas UU Nomor 15 Tahun 1969 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 4 Tahun 1975 dan UU Nomor 2 Tahun 1980. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1980 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1976.
  • 40. Badan Penyelenggara Pemilu.  Struktur organisasi penyelenggara Pemilu 1987 sama dengan struktur organisasi penyelenggara Pemilu 1982, yaitu terdiri dari PPI, PPD I, PPD II, PPS, Pantarlih dan KPPS, serta PPLN, PPSLN, dan KPPSLN.
  • 41.  Peserta Pemilu 1987 1) Partai Persatuan Pembangunan. 2) Golongan Karya 3) Partai Demokrasi Indonesia
  • 42. Sistem Pemilu  Pemilu kelima pada pemerintahan Orde Baru dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 1992. Sistem Pemilu yang digunakan pada tahun 1992 masih sama dengan sistim yang digunakan dalam Pemilu 1987, yaitu menganut sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan stelsel daftar.
  • 43. 1. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1988 tentang GBHN dan Ketetapan MPR Nomor III/ MPR/1988 tentang Pemilu. 2. UU Nomor 1 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas UU Nomor 15 Tahun 1969 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 4 Tahun 1975 dan UU Nomor 2 Tahun 1980. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1985 5. Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1990
  • 44. Badan Penyelenggara Pemilu.  Struktur organisasi penyelenggara Pemilu 1992 sama dengan struktur organisasi penyelenggara Pemilu 1987, yaitu terdiri dari PPI, PPD I, PPD II, PPS, Pantarlih dan KPPS, serta PPLN, PPSLN, dan KPPSLN.
  • 45. 1) Partai Persatuan Pembangunan. 2) Golongan Karya. 3) Partai Demokrasi Indonesia.
  • 46. Sistem Pemilu.  Pemilu keenam pada pemerintahan Orde Baru ini dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1997. Sistem Pemilu yang digunakan pada tahun 1997 masih sama dengan sistem yang digunakan dalam Pemilu 1992, yaitu menganut sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan stelsel daftar.
  • 47. 1. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dan Ketetapan MPR Nomor III/ MPR/1993 tentang Pemilu. 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1996 tentang Pemilihan Umum. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1975 dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1985
  • 48. Badan Penyelenggara Pemilu.  Struktur organisasi penyelenggara Pemilu 1997 sama dengan struktur organisasi penyelenggara Pemilu 1992, yaitu terdiri dari PPI, PPD I, PPD II, PPS, Pantarlih dan KPPS, serta PPLN, PPSLN, dan KPPSLN.
  • 49. 1) Partai Persatuan Pembangunan. 2) Golongan Karya. 3) Partai Demokrasi Indonesia
  • 50. Sistem Pemilu.  Pemilu 1999 merupakan pemilu pertama pada masa reformasi. Pemungutan suara dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999 secara serentak di seluruh wilayah Indonesia. Sistem Pemilu 1999 sama dengan Pemilu 1997 yaitu sistem perwakilan berimbang (propor-sional) dengan stelsel daftar.
  • 51. 1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik. 2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum. 3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD.
  • 52.  Badan Penyelenggara Pemilu.  Pemilu tahun 1999 dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dibentuk oleh Presiden. KPU beranggotakan 48 orang dari unsur partai politik dan 5 orang wakil pemerintah. Dalam menyelenggarakan Pemilu, KPU juga dibantu oleh Sekretariat Umum KPU. Penyelenggara pemilu tingkat pusat dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) yang jumlah dan unsur anggotanya sama dengan KPU.
  • 53.  Untuk penyelenggaraan di tingkat daerah dilaksanakan oleh PPD I, PPD II, PPK, PPS, dan KPPS. Untuk penyelenggaraan di luar negeri dilaksanakan oleh PPLN, PPSLN, dan KPPSLN yang keanggotaannya terdiri atas wakil-wakil parpol peserta Pemilu ditambah beberapa orang wakil dari pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat
  • 54. Peserta Pemilu tahun 1999 diikuti oleh 48 Partai Politik, yaitu 1. Partai Indonesia Baru. 2. Partai Kristen Nasional Indonesia. 3. Partai Nasional Indonesia. 4. Partai Aliansi Demokrat Indonesia. 5. Partai Kebangkitan Muslim Indonesia. 6. Partai Ummat Islam. 7. Partai Kebangkitan Umat. 8. Partai Masyumi Baru. 9. Partai Persatuan Pembangunan. 10. Partai Syarikat Islam Indonesia. 11. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. 12. Partai Abul Yatama. 13. Partai Kebangsaan Merdeka. 14. Partai Demokrasi Kasih Bangsa. 15. Partai Amanat Nasional. 16. Partai Rakyat Demokratik
  • 55. 17. Partai Syarikat Islam Indonesia 1905. 18. Partai Katholik Demokrat 19. Partai Pilihan Rakyat. 20. Partai Rakyat Indoneia. 21. Partai Politik Islam Indonesia Masyumi. 22. Partai Bulan Bintang. 23. Partai Solidaritas Pekerja. 24. Partai Keadilan. 25. Partai Nahdlatul Umat 26. PNI-Front Marhaenis. 27. Partai Ikatan Pend.Kmd. Indonesia 28. Partai Republik. 29. Partai Islam Demokrat. 30. PNI-Massa Marhaen. 31. Partai Musyawarah Rakyat Banyak. 32. Partai Demokrasi Indonesia. 33. Partai Golongan Karya. 34. Partai Persatuan. 35. Partai Kebangkitan Bangsa. 36. Partai Uni Demokrasi Indonesia. 37. Partai Buruh Nasional.
  • 56. 38. Partai Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR). 39. Partai Daulat Rakyat. 40. Partai Cinta Damai. 41. Partai Keadilan dan Persatuan. 42. Partai Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia. 43. Partai Nasional Bangsa Indonesia. 44. Partai Bhinneka Tunggal Ika. 45. Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia. 46. Partai Nasional Demokrat. 47. Partai Umat Muslimin Indonesia. 48. Partai Perkerja Indonesia.
  • 57.  Pemilu 2004 merupakan pemilu pertama yang memungkinkan rakyat memilih langsung wakil mereka untuk duduk di DPR, DPD, dan DPRD serta memilih langsung presiden dan wakil presiden. Pemilu 2004 diselenggarakan secara serentak pada tanggal 5 April 2004 untuk memilih 550 Anggota DPR, 128 Anggota DPD, serta Anggota DPRD (DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia periode 2004-2009. Sedangkan untuk memilih presiden dan wakil presiden untuk masa bakti 2004-2009 diselenggarakan pada tanggal 5 Juli 2004 (putaran I) dan 20 September 2004 (putaran II).
  • 58. Sistem Pemilu.  Pemilu 2004 dilaksanakan dengan sistem yang berbeda dari pemilu-pemilu sebelumnya. Pemilu untuk memilih Anggota DPR dan DPRD (termasuk didalamnya DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota) dilaksanakan dengan sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan sistem daftar calon terbuka.  Partai politik akan mendapatkan kursi sejumlah suara sah yang diperolehnya. Perolehan kursi ini akan diberikan kepada calon yang memenuhi atau melebihi nilai BPP. Apabila tidak ada, maka kursi akan diberikan kepada calon berdasarkan nomor urut. Pemilu untuk memilih Anggota DPD dilaksanakan dengan sistem distrik berwakil banyak.
  • 59.  Undang-undang No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik.  Undang-undang No. 12 Thn 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD.  Undang Undang Nomor 23 tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden.
  • 60. Badan Penyelenggara Pemilu  Penyelenggaraan Pemilu 2004 dilakukan oleh KPU. Penyelenggaraan ditingkat provinsi dilakukan KPU Provinsi, sedangkan ditingkat kabupaten/kota oleh KPU Kabupaten/Kota. Selain badan penyelenggara pemilu diatas, terdapat juga penyelenggara pemilu yang bersifat sementara (adhoc) yaitu Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemu-ngutan Suara (PPS) untuk tingkat desa/kelurahan, dan Kelompok Penyelenggara Pemu-ngutan Suara (KPPS) untuk di TPS. Untuk penyelenggaraan di luar negeri, dibentuk Panitia Pemungutan Luar Negeri (PPLN) dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN).
  • 61.  Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD tahun 2004 diikuti oleh 24 partai, yaitu 1. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme (PNI Marhaenisme). 2. Partai Buruh Sosial Demokrat (PBSD). 3. Partai Bulan Bintang (PBB). 4. Partai Merdeka. 5. Partai Persatuan Pembangunan (PPP). 6. Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PDK). 7. Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB). 8. Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK). 9. Partai Demokrat.
  • 62. 10. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia). 11. Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI). 12. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI). 13. Partai Amanat Nasional (PAN). 14. Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB). 15. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). 16. Partai Keadilan Sejahtera (PKS 17. Partai Bintang Reformasi (PBR). 18. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). 19. Partai Damai Sejahtera. 20. Partai Golongan Karya (Partai Golkar). 21. Partai Patriot Pancasila. 22. Partai Sarikat Indonesia. 23. Partai Persatuan Daerah (PPD). 24. Partai Pelopor
  • 63.  Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004 putaran I (pertama) sebanyak 5 (lima) pasangan, adalah sebagai berikut 1. H. Wiranto, SH. dan Ir. H.Salahuddin Wahid 2. Hj. Megawati Soekarnoputri dan K. H. Ahmad Hasyim Muzadi 3. Prof. Dr. H. M. Amien Rais dan Dr. Ir. H. Siswono Yudo Husodo 4. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla 5. Dr. H. Hamzah Haz dan H. Agum Gumelar, M.Sc.
  • 64.  Karena kelima pasangan calon presiden dan wakil presiden peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden putaran I (pertama) belum ada yang memperoleh suara lebih dari 50%, maka dilakukan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden putaran II (kedua), dengan peserta dua pasangan calon presiden dan wakil presiden yang memperoleh suara terbanyak pertama dan terbanyak kedua, yaitu : Nama Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Putaran II 1. Hj. Megawati Soekarnoputri dan K. H. Ahmad Hasyim Muzadi 2. H.Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla
  • 65. Pemilu 2009 merupakan pemilu ketiga pada masa reformasi yang diselenggarakan secara serentak pada tanggal 9 April 2009 untuk memilih 560 Anggota DPR, 132 Anggota DPD, serta Anggota DPRD (DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia periode 2009-2014. Sedangkan untuk memilih presiden dan wakil presiden untuk masa bakti 2009-2014 diselenggarakan pada tanggal 8 Juli 2009 (satu putaran).
  • 66. Sistem Pemilu.  Pemilu 2009 untuk memilih Anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dilaksanakan dengan sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan sistem daftar calon terbuka. Kursi yang dimenangkan setiap partai politik mencerminkan proporsi total suara yang didapat setiap parpol.  Mekanisme sistem ini memberikan peran besar kepada pemilih untuk menentukan sendiri wakilnya yang akan duduk di lembaga perwakilan. Calon terpilih adalah mereka yang memperoleh suara terbanyak. Untuk memilih Anggota DPD dilaksanakan dengan sistem distrik berwakil banyak. Distrik disini adalah provinsi, dimana setiap provinsi memiliki 4 (empat) perwakilan.
  • 67. 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum; 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik; 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD; 4. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
  • 68. Badan Penyelenggara Pemilu  UUD 1945 menyebutkan bahwa Pemilihan Umum dilaksanakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Penyelenggara pemilu ditingkat nasional dilaksanakan oleh KPU, ditingkat provinsi dilaksanakan oleh KPU Provinsi, ditingkat kabupaten/kota dilaksanakan oleh KPU Kabupaten/Kota.  Selain badan penyelenggara pemilu diatas, terdapat juga penyelenggara pemilu yang bersifat sementara (adhoc) yaitu Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS) untuk tingkat desa/kelurahan, dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) untuk di TPS. Untuk penyelenggaraan di luar negeri, dibentuk Panitia Pemu-ngutan Luar Negeri (PPLN) dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN).
  • 69.  Peserta Pemilu Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2009 diikuti oleh 44 partai, 38 partai merupakan partai nasional dan 6 partai merupakan partai lokal Aceh
  • 70. 1. Partai Hati Nurani Rakyat 2. Partai Karya Peduli Bangsa 3. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia 4. Partai Peduli Rakyat Nasional 5. Partai Gerakan Indonesia Raya 6. Partai Barisan Nasional 7. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 8. Partai Keadilan Sejahtera 9. Partai Amanat Nasional 10. Partai Perjuangan Indonesia Baru 11. Partai Kedaulatan 12. Partai Persatuan Daerah 13. Partai Kebangkitan Bangsa 14. Partai Pemuda Indonesia 15. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 16. Partai Demokrasi Pembaruan 17. Partai Karya Perjuangan 18. Partai Matahari Bangsa
  • 71. 19. Partai Penegak Demokrasi Indonesia 20. Partai Demokrasi Kebangsaan 21. Partai Republika Nusantara 22. Partai Pelopor 23. Partai Golongan Karya 24. Partai Persatuan Pembangunan 25. Partai Damai Sejahtera 26. Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia. 27. Partai Bulan Bintang 28. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. 29. Partai Bintang Reformasi 30. Partai Patriot 31. Partai Demokrat 32. Partai Kasih Demokrasi Indonesia
  • 72. 33. Partai Indonesia Sejahtera. 34. Partai Kebangkitan Nasional Ulama 35. Partai Aceh Aman Seujahtra (Partai Lokal) 36. Partai Daulat Aceh (Partai Lokal) 37. Partai Suara Independen Rakyat Aceh (Partai Lokal) 38. Partai Rakyat Aceh (Partai Lokal) 39. Partai Aceh (Partai Lokal) 40. Partai Bersatu Aceh (Partai Lokal) 41. Partai Merdeka 42. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia 43. Partai Sarikat Indonesia 44. Partai Buruh
  • 73. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 diikuti oleh 3 (tiga) pasangan calon, yaitu : 1. Hj. Megawati Soekarnoputri dan H. Prabowo Subianto (didukung oleh PDIP, Partai Gerindra, PNI Marhaenisme, Partai Buruh, Pakar Pangan, Partai Merdeka, Partai Kedaulatan, PSI, PPNUI) 2. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono dan Prof. Dr. Boediono (didukung oleh Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, PKB, PBB, PDS, PKPB, PBR, PPRN, PKPI, PDP, PPPI, Partai RepublikaN, Partai Patriot, PNBKI, PMB, PPI, Partai Pelopor, PKDI, PIS, Partai PIB, Partai PDI) 3. Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla dan H. Wiranto,
  • 74.  penyelenggaraan pemilihan umum tahun 2014 adalah untuk memilih anggota Legislatif (DPR) dan DPD, DPRD dan Presiden dan wakil presiden, serta pemilu kepala daerah
  • 75. 1. UUD 1945 Pasal 1 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 18 ayat (3), Pasal 19 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22C ayat
  • 76. 5. UU Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-undang 6. UU Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang- Undang
  • 77. PASAL 5, UU NOMOR 8 TAHUN 2012 Ayat 1: Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional terbuka. Ayat 2: Pemilu untuk memilih anggota DPD dilaksanakan dengan sistem distrik berwakil banyak.
  • 78. 1. Tahapan persiapan; 2. Tahapan penyelenggaraan; 3. Tahapan penyelesaian.
  • 79. 1. Penataan organisasi; 2. Pendaftaran Pemantau dan Pemantauan; 3. Pembentukan Badan Penyelenggara 4. Seleksi Anggota KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota; 5. Rapat Kerja, Rapat Koordinasi dan Bimbingan Teknis di setiap tingkatan; 6. Sosialisasi, Publikasi dan Pendidikan Pemilih 7. Pengelolaan data dan informasi 8. Logistik
  • 80. NO. KEGIATAN JADWAL 1 Penataan organisasi 9 Juni s/d 9 Des 2012 2 Pendaftaran pemantau Agust 2012 s/d Maret 2014 3 Pembentukan Badan Penyelenggara a. PPK dan PPS/PPLN Nov 2012 s/d Jan 2013 b. KPPS/KPPSLN 9 Feb s/d 9 Maret 2014 c. Pantarlih Feb 2013 4 Seleksi Anggota KPU Prov & KPU Kab/Kota Jan s/d Des 2013 5 Pengadaan & distribusi logistik 9 Juni 2013 s/d 8 April 2014
  • 81. ◦ Perencanaan Program dan Anggaran ◦ Penyusunan Peraturan KPU ◦ Pendaftaran dan Verifikasi Peserta Pemilu ◦ Pemutakhiran Data Pemilih dan Penyusunan Daftar Pemilih ◦ Penyusunan Daftar Pemilih di Luar Negeri ◦ Penataan dan Penetapan Daerah Pemilihan ◦ Pencalonan Anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota ◦ Kampanye ◦ Masa Tenang ◦ Pemungutan dan Penghitungan Suara ◦ Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara ◦ Penetapan Hasil Pemilu Secara Nasional ◦ Penetapan partai politik memenuhi ambang batas ◦ Penetapan Perolehan Kursi dan Calon Terpilih ◦ Peresmian keanggotaan ◦ Pengucapan sumpah/janji anggota
  • 82. NO. KEGIATAN JADWAL 1 Perencanaan program & anggaran 9 Juni 2012 s/d 31 Des 2013 2 Penyusunan peraturan KPU 9 Juni 2012 s/d 9 Juni 2013 3 Pendaftaran , verifikasi & penetapan Peserta Pemilu 9 Agust/d 15 Des 2012 a. Pengundian & penetapan nomor urut 16 s/d 18 Des 2012 b. Penyelesaian sengketa TUN 17 Des 2012 s/d 21 Feb 2013 4 Pemutakhiran data Pemilih & penyusunan daftar Pemilih 9 Nov 2012 s/d 23 Okt 2013 5 Penataan & penetapan daerah pemilihan 10 Des 2012 s/d 9 Maret 2013 6 Pencalonan anggota DPR, DPD & DPRD 6 April s/d 4 Agust 2013 7 Kampanye Pemilu 17 Des 2012 s/d 5 April 2014 8 Masa Tenang 6 s/d 8 April 2014 9 Pemungutan & penghitungan suara 9 April 2014 10 Rekapitulasi penghitungan suara a. PPS/PPLN 10 s/d 15 April 2014 b. PPK 13 s/d 17 April 2014 c. KPU Kabupaten/Kota 19 s/d 21 April 2012 d. KPU Provinsi 22 s/d 24 April 2014 e. KPU 26 April s/d 6 Mei 2014 11 Penetapan hasil Pemilu secara nasional 7 s/d 9 Mei 2014 12 Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, & DPRD a. DPRD Kabupaten/Kota Juli s/d Agust 2014 b. DPRD Provinsi Agust s/d Sept 2014 c. DPR & DPD 1 Oktober 2014
  • 83. Perselisihan Hasil Pemilu ◦ Pengajuan perselisihan hasil pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD kepada Mahkamah Konstitusi b. Penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemilu ◦ KPU kabupaten/kota; ◦ KPU provinsi. c. Penyusunan Dokumentasi d. Pengelolaan Arsip e. Pembubaran Badan-Badan Penyelenggara ad hoc f. Penyusunan Laporan Keuangan
  • 84. NO. KEGIATAN JADWAL 1 Perselisihan Hasil Pemilihan Umum 12 s/d 14 Mei 2014 2 Penyusunan laporan penyelenggaraan Okt s/d Nov 2014 3 Penyusunan dokumentasi 9 April s/d 31 Agust 2014 4 Pengelolaan arsip 1 Sept 2014 s/d 1 Okt 2019 5 Pembubaran Badan Penyelenggara Adhoc 9 Juni 2014 6 Penyusunan laporan keuangan 1 Juli s/d 31 Des 2014
  • 85.
  • 86. Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014 Penyelen ggara Pemilu KPU : perwakilan Pemerintah, perwakilan partai politik peserta pemilu, serta anggota independen. KPU : anggotanya dipilih melalui proses pemilihan oleh Presiden (pengusul nama balon) dan DPR yang menyeleksi dan menentukan hasil akhir nama- nama anggota KPU. KPU : anggotanya dipilih melalui proses pemilihan oleh Presiden (pengusul nama balon) dan DPR yang menyeleksi dan menentukan hasil akhir nama-nama anggota KPU. KPU: anggotanya dipilih melalui proses pemilihan oleh Presiden (pengusul nama balon) dan DPR yang menyeleksi dan menentukan hasil akhir nama- nama anggota KPU. Sistem Pemiliha n Sistem proporsional dengan daftar calon tertutup Sistem proporsional daftar calon terbuka Sistem proporsional dengan daftar calon terbuka Sistem proporsional dengan daftar calon terbuka
  • 87. Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014 Daerah pemilihan Wilayah administratif (provinsi, kabupaten dan kota) - Penetapan dapil oleh KPU - Dapil DPR : provinsi atau bagian-bagian provinsi - Dapil DPRD Provinsi : kabupaten/kota - Dapil DPRD Kabupaten/Kota: kecamatan - Penetapan dapil DPR RI oleh DPR RI (dlm UU) - Dapil DPR : provinsi atau bagian-bagian dari provinsi - Dapil DPRD Provinsi : kabupaten/kota - Dapil DPRD Kab./Kota : kecamatan - Penetapan dapil DPR RI oleh anggota DPR RI (dalam UU Pemilu) - Dapil DPR adalah provinsi atau bagian-bagiannya - Dapil DPRD Provinsi adalah kabupaten/kota - Dapil DPRD Kabupaten/Kota adalah kecamatan Cara pemberian suara Mencoblos lambang partai Mencoblos nama dan / atau lambang partai Memberi tanda satu kali pada nama partai atau lambang partai atau nama calon Mencoblos satu kali pada nomor atau tanda gambar partai politik atau nama caleg
  • 88. Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014 Penghitun gan suara - Hasil di TPS - Agregasi di PPS, PPK, KPU Kabupaten / Kota, KPU Provinsi dan KPU KPU Nasional - Stembus Accord (penggabungan suara beberapa parpol yang suaranya kurang / kecil untuk mendapatkan 1 kursi). - Hasil di TPS - Hasil di TPS - Agregasi di PPK, KPU Kabupaten / / Kota, KPU Provinsi dan KPU KPU Nasional - Penerapan 2,5% Parliamentary Threshold (ambang batas perolehan suara partai politik untuk diikutkan dalam pembagian kursi) - Hasil di TPS - Agregasi di PPS, PPK, KPU Kabupaten / Kota, KPU Provinsi dan KPU KPU Nasional - Penerapan 3,5% Parliamentary Threshold (ambang batas perolehan suara partai politik untuk diikutkan dalam pembagian kursi)
  • 89. Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014 Pembagian Kursi 3-12 kursi per dapil 3-12 kursi per dapil 3-10 kursi per dapil untuk DPR 3-12 kursi per dapil untuk DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten / Kota 3-10 kursi per dapil DPR 3-12 kursi per dapil DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten / Kota Penentuan Caleg terpilih Nomor urut Memenuhi 100% BPP atau nomor urut Memenuhi 30% BPP atau nomor urut (Setelah Putusan MK, berdasarkan suara terbanyak) - Caleg dengan suara terbanyak - Jika caleg terpilih jumlahnya kurang dari kursi yang diperoleh partai, kursi diisi oleh caleg yang memperoleh suara terbanyak berikutnya
  • 90.  Penghitungan suara di TPS dilakukan setelah pemungutan suara selesai. Perolehan suara untuk parpol maupun caleg perorangan dihitung berdasarkan tingkat pemilihannya. Saksi peserta pemilu berhak mendapatkan salinan hasil penghitungan suara.  Setelah proses penghitungan suara di TPS selesai, selanjutnya dilakukan rekapitulasi atau agregasi perolehan suara peserta pemilu di tingkat kelurahan/desa.  Seluruh proses penghitungan suara serta rekapitulasinya dapat diikuti atau disaksikan oleh saksi peserta pemilu, pemantau, pengawas pemilu serta masyarakat umum.
  • 91. Pada Pemilu 2014 diberlakukan parliamentary threshold (PT) 3,5 % hanya untuk perolehan kursi DPR RI. Parpol yang tidak mendapatkan suara sah sekurang-kurangnya 3,5% dari suara sah secara nasional maka tidak diikutsertakan dalam pembagian kursi DPR di semua dapil. Kursi dibagikan kepada parpol yang lolos PT. 91
  • 92. a. mandiri; b. jujur; c. adil; d. kepastian hukum; e. tertib; f. kepentingan umum; g. keterbukaan; h. proporsionalita s; i. profesionalitas; j. akuntabilitas; k. efisiensi; dan l. efektivitas.
  • 93. Pasal 22E UUD 1945 yang berbunyi : 1) Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali. 2) Pemilu diselenggarakan utnuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden dan DPRD. 3) Peserta Pemilu untuk memilih DPR dan anggota DPRD adalah Partai Politik. 4) Peserta Pemilu untuk memilih anggota DPD adalah perseorangan. 5) Pemilu diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri 6) Ketentuan lebih tentang Pemilu diatur oleh undang- undang
  • 94.  Dasar Hukum : 1. UUD 1945 2. UU No 8 tahun 2015 tentang Perubahan UU No 1 tahun 2015 tentang Penetapan PERPU No 1 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur, bupati dan walikota menjadi Undang-Undang 3. UU No 2 tahun 2011 tentang Perubahan UU No 2 tahun 2008 tentang partai Politik 4. UU No 9 tahun 2015 tentang perubahan kedua UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
  • 95.  Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005.  Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada. Pemilihan kepala daerah pertama yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta 2007.
  • 96.  Pada tahun 2011, terbit undang-undang baru mengenai penyelenggara pemilihan umum yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Di dalam undang-undang ini, istilah yang digunakan adalah Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota.  Pada tahun 2014, DPR-RI kembali mengangkat isu krusial terkait pemilihan kepala daerah secara langsung. Sidang Paripurna DRI RI pada tanggal 24 September 2014 memutuskan bahwa Pemilihan Kepala Daerah dikembalikan secara tidak langsung, atau kembali dipilih oleh DPRD. Putusan Pemilihan kepala daerah tidak langsung didukung oleh 226 anggota DPR-RI yang terdiri Fraksi Partai Golkar berjumlah 73 orang, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berjumlah 55 orang, Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) berjumlah 44 orang, dan Fraksi Gerindra berjumlah 32 orang
  • 97.  Keputusan ini telah menyebabkan beberapa pihak kecewa. Keputusan ini dinilai sebagai langkah mundur di bidang "pembangunan" demokrasi, sehingga masih dicarikan cara untuk menggagalkan keputusan itu melalui uji materi ke MK.  Bagi sebagian pihak yang lain, Pemilukada tidak langsung atau langsung dinilai sama saja. Tetapi satu hal prinsip yang harus digarisbawahi (walaupun dalam pelaksanaan Pemilukada tidak langsung nanti ternyata menyenangkan rakyat) adalah: Pertama, Pemilukada tidak langsung menyebabkan hak pilih rakyat hilang. Kedua, Pemilukada tidak langsung menyebabkan anggota DPRD mendapat dua hak sekaligus, yakni hak pilih dan hak legislasi. Padahal jika Pemilukada secara langsung, tidak menyebabkan hak pilih anggota DPRD (sebagai warga negara) hak pilihnya tetap ada
  • 98.  Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota.  Khusus di Aceh , Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Aceh (Panwaslih Aceh).
  • 99.  266 Daerah yang menyelenggarakan pemilukada serentak di Indonesia pada tahun 9 desember 2015  UU Pilkada telah menentukan perkara sengketa pilkada yang bisa diajukan ke MK hanya menyangkut sengketa penetapan hasil penghitungan suara. Selain itu, sengketa hasil ini ada syarat presentase tertentu yang dibatasi secara limitatif. “  Ada presentase tertentu dibatasi limitatif perkara yang bisa digugat ke MK
  • 100.  Pasal 158 ayat (1) UU Pilkada menyebut syarat pengajuan (pembatalan) jika ada perbedaan selisih suara maksimal 2 persen dari penetapan hasil penghitungan suara KPU Provinsi bagi provinsi maksimal 2 juta penduduk. Bagi penduduk lebih dari 2 juta hingga 6 juta, syarat pengajuan jika ada perbedaan selisih maksimal 1,5 persen dari penetapan hasil penghitungan suara KPU Provinsi.  persentase selisih suara dihitung dari suara terbanyak berdasarkan hasil penghitungan suara.
  • 101.  Persoalan yang menyangkut pelanggaran etik, administratif, pidana pemilu, dan keabsahan penetapan pasangan calon merupakan kewenangan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan lewat penegakan hukum terpadu (Gakumdu), dan PTUN
  • 102.  Komisi Pemilihan Umum ( UU No 22 Tahun 2007)  Badan Pengawas Pemilu  Panitia Pengawas Pemilu  Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu  Mahkamah Agung  Mahkamah Konstitusi
  • 103.  Pemilihan kepala daerah (Pilkada atau Pemilukada) dilakukan secara langsung oleh Penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat.  Pemilihan kepala daerah dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah. Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dimaksud mencakup: 1. Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi 2. Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten 3. Wali kota dan wakil wali kota untuk kota
  • 104. 1. merencanakan program dan anggaran serta menetapkan jadwal; 2. menyusun dan menetapkan tata kerja KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, PPLN, dan KPPSLN; 3. menyusun dan menetapkan pedoman teknis untuk setiap tahapan Pemilu setelah terlebih dahulu berkonsultasi dengan DPR dan Pemerintah; 4. mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan Pemilu; 5. menerima daftar pemilih dari KPU Provinsi;
  • 105. 6. memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang disiapkan dan diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan data Pemilu dan/atau pemilihan gubernur, bupati, dan walikota terakhir dan menetapkannya sebagai daftar pemilih; 7. menetapkan peserta Pemilu; 8. menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara tingkat nasional berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara di KPU Provinsi untuk Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan hasil rekapitulasi penghitungan suara di setiap KPU Provinsi untuk Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Daerah dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara;
  • 106. 9. membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat penghitungan suara serta wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu dan Bawaslu; 10. menerbitkan keputusan KPU untuk mengesahkan hasil Pemilu dan mengumumkannya; 11. menetapkan dan mengumumkan perolehan jumlah kursi anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota untuk setiap partai politik peserta Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
  • 107. 12. mengumumkan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah terpilih dan membuat berita acaranya; 13. menetapkan standar serta kebutuhan pengadaan dan pendistribusian perlengkapan; 14. menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Bawaslu atas temuan dan laporan adanya dugaan pelanggaran Pemilu;
  • 108. 15. mengenakan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara anggota KPU Provinsi, anggota PPLN, anggota KPPSLN, Sekretaris Jenderal KPU, dan pegawai Sekretariat Jenderal KPU yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung berdasarkan rekomendasi Bawaslu dan/atau ketentuan peraturan perundang- undangan; 16. melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU kepada masyarakat;
  • 109. 15. menetapkan kantor akuntan publik untuk mengaudit dana kampanye dan mengumumkan laporan sumbangan dana kampanye; 16. melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu; dan 17. melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.
  • 110. KPU sebanyak 7 (tujuh) orang; KPU Provinsi sebanyak 5 (lima) orang; dan c. KPU Kabupaten/Kota sebanyak 5 (lima) orang.
  • 111.  Berikut ini merupakan daftar 7 anggota KPU yang telah dilantik bersama 5 anggota Bawaslu oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Kamis, 12 April 2012: 1. Ketua: Husni Kamil Manik, S.P., Anggota KPU Sumatera Barat. 2. Ida Budhiati, S.H ., M.H., Ketua KPU Jawa Tengah. 3. Sigit Pamungkas, S.IP., MA., Dosen FISIPOL UGM Yogyakarta. 4. Arief Budiman, S.S., S.IP., MBA., Anggota KPU Jawa Timur. 5. Dr. Ferry Kurnia Rizkiyansyah, S.IP., M.Si., Ketua KPU Jawa Barat. 6. Drs. Hadar Nafis Gumay, Pegiat LSM/Direktur Eksekutif Centre for Electoral Reform (Cetro). 7. Juri Ardiantoro, M.Si., Ketua KPU DKI Jakarta.