SlideShare a Scribd company logo
1
Sistem Pemilu
1.   Single-member Constituency (Satu daerah pemilihan
     memilih satu wakil; biasanya disebut sistem distrik).
     Sistem ini diterapkan di negara dengan sistem dwi partai
     seperti Inggris, India, Malaysia dan Amerika.
2.   Multi-member Constituency (satu daerah pemilihan
     memilih beberapa wakil; biasanya dinamakan sistem
     perwakilan berimbang atau sistem proporsional). Sistem
     ini diterapkan di negara dengan banyak partai seperti
     Belgia, Swedia, Italia, Belanda dan Indonesia.




                                                                2
Perbedaannya:
  Cara menghitung perolehan suara dapat menghasilkan perbedaan dalam komposisi perwakilan
  dalam parlemen bagi masing-masing parpol.
Contoh: 1. Wilayah yang sama: (1 provinsi terdiri dari 10 distrik)
          2. Jumlah kursi: 10 kursi
          3. Jumlah penduduk: 100.000
          4. Hasil pemilu A. Dpt 60% suara
                              B. Dpt 30% suara
                              C. Dpt 10% suara




Sistem distrik                                Sistem proporsional
     Wilayah yg terdiri dari 10 distrik       Wilayah yang dianggap sebagai kesatuan,
     memperebutkan 10 kursi kesatuan.              memperebutkan 10 kursi
Setiap distrik memperebutkan 1 kursi
                      1K    1K
               1K                1K                                10 K
                      1K    1K
                 1K              1K
                       1K   1K                A.   Menang 60% suara, dapat 6 kursi
A.   Menang 5 distrik ke atas, dpt 10 kursi   B.   Menang 30% suara, dpt 3 kursi
B.   Tdk dpt kursi                            C.   Menang 10% suara, dapat 1 kursi
C.   Suara hilang (wasted)                    Tidak ada suara hilang
                                                                                            3
Keuntungan Sistem Distrik
1.   Integrasi parpol karena kursi yang diperebutkan dlm setiap distrik
     pemilihan hanya satu
2.   Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai baru dpt
     dibendung; malahan sistem ini bisa mendorong ke arah penyederhanaan
     partai secara alami tanpa paksaan. Sistem ini di Inggris dan Amerika
     menunjang bertahannya sistem dwi partai
3.   Krn kecilnya distrik, mk wakil yg terpilih dpt dikenal oleh
     komunitasnya, sehingga hubungan dengan konstituen lebih erat.
4.   Bagi partai besar sistem ini menguntungkan karena melalui distortion
     effect dpt meraih suara dari pemilih2 lain, sehingga memeroleh kedudukan
     mayoritas. Dengan demikian partai pemenang sedikit banyak dpt
     mengendalikan parlemen.
5.   Lbh mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalam
     parlemen, sehingga tdk perlu diadakan koalisi dng partai lain. Hal ini
     mendukung stabilitas nasional.
6.   Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan



                                                                                4
Kelemahan Sistem Distrik
1.   Sistem ini kurang memerhatikan kepentingan partai2 kecil dan
     golongan minoritas, apalagi jika golongan2 ini terpencar dlm
     berbagai distrik.
2.   Kurang representatif dlm arti bahwa partai yg calonnya kalah dlm
     suatu distrik kehilangan suara yg tlh mendukungnya.
3.   Kurang efektif dlm masyarakat yg plural karena terbagi dlm
     kelompok etnis, religius dan tribal, sehingga menimbulkan
     anggapan bahwa suatu kebudayaan nasional yg terpadu scr
     edeologis dan etnis mungkin merupakan prasyarat bagi suksesnya
     sistem ini.
4.   Ada kemungkinan si wakil cenderung utk lbh memerhatikan
     kepentingan distrik serta warga distriknya, daripada kepentingan
     nasional.




                                                                        5
Keuntungan Sistem proporsional
1.   Representatif, krn jml kursi partai dlm parlemen
     sesuai dengan jumlah suara masyarakat yg diperoleh
     dlm pemilu.
2.   Demokratis, lbh egaliter krn praktis tanpa ada
     distorsi yaitu kesenjangan antara suara nasional dan
     jumlah kursi dlm parlemen, tanpa suara yg hilang
     atau wasted.




                                                            6
Kelemahan Sistem Proporsional
1.Kurang mendorong partai2 utk berintegrasi atau bekerja
   sama satu sama lain dan memanfaatkan persamaan2 yg
   ada, tetapi sebaliknya, cenderung mempertajam
   perbedaan2. Sistem ini umumnya dianggap berakibat
   menambah jumlah partai.
2. Terjadi fragmentasi partai. Jk timbul konflik dlm suatu
   partai, anggotanya cenderung memisahkan diri dan
   mendirikan partai baru, dng perhitungan bhw ada peluang
   bagi partai baru itu utk memeroleh kursi dlm parlemen
   melalui pemilu. Jd kurang menggalang kekompakan dlm
   tubuh partai.


                                                             7
Lanjutan…..
3. Kedudukan yg kuat pd pimpinan partai melalui sistem daftar krn
   pimpinan partai menentukan daftar calon.
4. Wakil yg terpilih kemungkinan renggang ikatannya dng konstituennya.
   Pertama, krn wilayahnya lbh besar (bisa sek mebesar
   provinsi), sehingga sukar utk dikenal org banyak. Kedua, krn peran
   partai dlm meraih kemenangan lbh besar ketimbang kepribadian
   seseorang. Dng demikian si wakil akn lbh terdorng utk memerhatikan
   kepentingan partai serta maslaah2 umum ketimbang kepentingan
   distrik serta warganya.
5. Banyaknya partai yg bresaing, sulit bagi suatu partai utk meraih
   mayoritas (50% + satu) dlm parlemen, yg diperlukan utk membentuk
   pemerintahan. Partai yg terbesar terpaksa berkoalisi dengan beberapa
   partai lain




                                                                          8
Sistem Pemilu
                         Sistem Pemilu


 Plural-Majority      Semi-Proporsional       Proporsional
                                           List Prportional
First Past the Post   Parallel System      Representation

  Block Vote           Limited Vote        Mixed Member
Alternative Vote         Single Non-        Proportional
                       Transferable Vote    Single Transferable
  Two Round
                                                    Vote
    System
                                                                  9
Sistem Pemilu Plural Majority
  Sistem ini menerapkan distrik wakil tunggal. Diharapkan
   mampu menciptakan satu pemerintahan stabil melalui
   mayoritas di parlemen.
1. First Past the Post (FPTP): sistem distrik wakil tunggal di mana
   calon legislatif yg menang adl calon yg mendpt suara
   terbanyak tanpa hrs memeroleh suara mayoritas-absolut.
   Dampak positifnya: 1)menyediakan opsi yg tegas bagi sistem 2
   partai 2) membangun oposisi yg seimbang di parlemen,
   3)memungkinkan para pemilih memimilih individu daripada
   sekadar memilih gambar partai semata; 4) FPTP memberi
   ruang bagi mekanisme akuntabilitas dan responsibilitas yg
   jelas pd para wakil rakyat di parlemen pd konstituen
   pemilihnya.




                                                                10
2. Sistem Block Vote: sebenarnya model ini adalah sistem
   FPTP yg digunakan dlm distrik (wakil) majemuk. BV
   memberi kesempatan pd para pemilih utk memilih calon
   legisltaif tanpa mempertimbangkan afiliasi partainya.
   Parpol yg memenangkan sebagian besar hati pemilih di
   suatu wilayah secara otomatis mengambil semua kursi di
   ditrik itu. Pemilih dpt menggunakan sebanyak mungkin
   atau sesedikit mungkin pilihan yg dikehendaki. Pemilih
   dpt memilih calon legislatif secara individual sekaligus
   perengkuhan cakupan wilayah yag scr geografis luas.



                                                              11
ď‚— Sistem Alternative (AV), pemilih mengurutkan
  calon2 anggota parlemen yg sesuai dng preferensi
  pilihan mereka.
ď‚— Sistem Two Round System/run off/double ballot:
 putaran pertama FPTP. Jk muncul calon
 pemeroleh suara terbanyak scr langsung didaulat
 menjd anggota legislatif dan tdk perlu putaran
 kedua. Rangkin terbawah tdk ikutserta pd putaran
 kedua. Berkurangnya peserta membuka peluang
 mendpt pemenang absolut (50%+1)

                                                     12
Sistem Pemilu Proporsional/Representasi
Sistem yang mengurangi kesenjangan antara
   perolehan suara partai secara nasional dg
   perolehan kursinya di parlemen
1. Sistem pemilihan List Proportional Represntation
   (List PR), setiap partai membuat daftar nama
   calon leg yg ditawarkan pd pemilih pd suatu wil
   representasi tertentu, pemilih bisa memilih satu
   calon saja.


                                                      13
2. Sistem pemilihan Mixed-Member Proportional
     (MMP). Sistem ini mengabungkan ciri positif dari
     sistem pemilu model mayoritas maupun
     representasi proporsional.




                                                        14
Sistem Pemilihan Semi Proporsional
ď‚—    Sistem yg mengonversi suara menjadi kursi dengan
     hasil yg berada di antara sistem pemilihan
     proporsional dengan mayoritarian dari sistem
     plural-majority
1.   Parallel system (PS), sistem ini menggunakan
     daftar2 calon seperti pd sistem representasi
     proporsional yag digabungkan dng sistem distrik
     plural-majority.




                                                        15
2. Sistem pemilihan limited vote (LV), sistem
  campuran antara sistem pemilihan single non-
  transferable vote dng sistem pemilihan block
  vote, karena menyertakan distrik wakil majemuk
  dan calon legislatif.
3. Sistem pemilihan single non-transferable vote.
  Setiap pemilih punya 1 suara, tetapi ada lebih 1
  kursi yg hrs diisi dlm setiap distrik. Jd calon
  legislatif dan partai dng suara terbanyaklah yg
  mengisi posisi legislatif.

                                                     16
penentuan partai politik untuk Pemilu 2009
1. partai yang berbadan hukum langsung mendaftar ke Komisi Pemilihan
   Umum (KPU) untuk melakukan verifikasi partai. Jika lolos verifikasi, maka
   partai tersebut dapat maju dalam Pemilu 2009.
2. partai yang memiliki kursi di DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) secara
   otomatis menjadi kontestan Pemilu 2009. Artinya, 16 partai yang saat ini
   memiliki kursi di DPR otomatis menjadi peserta Pemilu 2009.
3. partai yang tidak memiliki kursi di DPR (jumlahnya ada 8 partai) langsung
   mendaftar ke KPU untuk melakukan verifikasi partai dan jika lolos, maka
   berhak maju ke Pemilu 2009.


     Pengaturan demikian sebenarnya hanya menguntungkan partai partai politik
      (parpol) besar saja. Peta kontestan Pemilu 2009 setidaknya dapat
      diindikasikan bahwa jumlah partai yang ikut dalam pemilu mendatang akan
      lebih dari 24 partai.




                                                                                17
Penetapan perolehan kursi
     Penentuan perolehan suara ditentukan berdasar partai politik yang
     memenuhi ambang batas 2,5 % dari jumlah suara sah secara nasional.
     Kemudian, ditentukan bilangan pembagi pemilih (BPP) dengan cara
     membagi jumlah suara sah Parpol Peserta Pemilu dengan jumlah
     kursi di suatu daerah pemilihan.

1. Tahap pertama, membagi jumlah suara sah yang diperoleh parpol
   dengan BPP.
2. Tahap kedua, jika masih ada sisa kursi, maka diberikan kepada parpol
   yang memperoleh suara sekurang-kurangnya 50 %.
3. Tahap ketiga, jika masih terdapat sisa kursi dari tahap kedua, maka
   seluruh sisa suara dikumpulkan di provinsi untuk menentukan BPP
   DPR yang baru di provinsi yang bersangkutan.




                                                                          18
penetapan calon anggota legislatif
ď‚— Ditentukan berdasarkan perolehan suara 30 % dari BPP, jika tidak
  terpenuhi, akan ditentukan oleh nomor urut yang ditetapkan parpol.
  Penggunaan nomor urut sebagai penentu terakhir jika terdapat kondisi
  di luar butir a (“calon terpilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
  Kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan calon yang memperoleh suara
  sekurang-kurangnya 30 % dari BPP”)

ď‚— Dalam penentuan calon terpilih ini menunjukkan bahwa sebenarnya
  sistem pemilu yang ditawarkan UU Pemilu yang baru ini merupakan
  kombinasi sistem proporsional setengah terbuka dan proporsional
  terbuka, dan mungkin yang lebih dominan adalah proporsional
  setengah terbuka. Hal ini berarti tidak berbeda dengan UU Pemilu
  sebelumnya yang menggunakan sistem proporsional setengah terbuka.




                                                                      19

More Related Content

What's hot

sistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organis
sistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organissistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organis
sistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organisNasria Ika
 
MATERI TAHAPAN PEMILU 2024.ppt
MATERI TAHAPAN PEMILU 2024.pptMATERI TAHAPAN PEMILU 2024.ppt
MATERI TAHAPAN PEMILU 2024.ppt
CristianoKunto
 
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRISistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Tri Widodo W. UTOMO
 
Etika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikEtika Administrasi Publik
Etika Administrasi Publik
Siti Sahati
 
Sejarah Pemilu Indonesia
Sejarah Pemilu IndonesiaSejarah Pemilu Indonesia
Sejarah Pemilu Indonesia
Midway Writer
 
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILU
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILUPENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILU
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILUAN ASYUF
 
Pemilu yang berintegritas
Pemilu yang berintegritasPemilu yang berintegritas
Pemilu yang berintegritasElection Commision
 
Sistem politik indonesia
Sistem politik indonesiaSistem politik indonesia
Sistem politik indonesiaMochammad Ridwan
 
3. SOSIALISASI PEMILU TAHUN 2024.pptx
3. SOSIALISASI PEMILU TAHUN 2024.pptx3. SOSIALISASI PEMILU TAHUN 2024.pptx
3. SOSIALISASI PEMILU TAHUN 2024.pptx
WidhetaJD
 
E government dalam pelayanan publik
E government dalam pelayanan publikE government dalam pelayanan publik
E government dalam pelayanan publik
Muslimin B. Putra
 
Tantangan pemilu serentak 2024
Tantangan pemilu serentak 2024Tantangan pemilu serentak 2024
Tantangan pemilu serentak 2024
Ahsanul Minan
 
Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...
Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...
Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...
Tri Widodo W. UTOMO
 
BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]
BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]
BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]
Siti Sahati
 
Materi Sistem Politik Indonesia
Materi Sistem Politik IndonesiaMateri Sistem Politik Indonesia
Materi Sistem Politik IndonesiaTadulako University
 
Strategi pemenangan caleg
Strategi pemenangan calegStrategi pemenangan caleg
Strategi pemenangan caleg
Achmad Rozi El Eroy
 
Materi penguatan kelembagaan kpu
Materi penguatan kelembagaan kpuMateri penguatan kelembagaan kpu
Materi penguatan kelembagaan kpu
SukrinTaib
 
Partisipasi Politik Perempuan
Partisipasi Politik PerempuanPartisipasi Politik Perempuan
Partisipasi Politik Perempuanmusniumar
 
3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan
Muh Firyal Akbar
 
Memahami UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017
Memahami UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017Memahami UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017
Memahami UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017
Ahsanul Minan
 
New public Service
New public ServiceNew public Service
New public Service
Muslimin B. Putra
 

What's hot (20)

sistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organis
sistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organissistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organis
sistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organis
 
MATERI TAHAPAN PEMILU 2024.ppt
MATERI TAHAPAN PEMILU 2024.pptMATERI TAHAPAN PEMILU 2024.ppt
MATERI TAHAPAN PEMILU 2024.ppt
 
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRISistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
 
Etika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikEtika Administrasi Publik
Etika Administrasi Publik
 
Sejarah Pemilu Indonesia
Sejarah Pemilu IndonesiaSejarah Pemilu Indonesia
Sejarah Pemilu Indonesia
 
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILU
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILUPENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILU
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILU
 
Pemilu yang berintegritas
Pemilu yang berintegritasPemilu yang berintegritas
Pemilu yang berintegritas
 
Sistem politik indonesia
Sistem politik indonesiaSistem politik indonesia
Sistem politik indonesia
 
3. SOSIALISASI PEMILU TAHUN 2024.pptx
3. SOSIALISASI PEMILU TAHUN 2024.pptx3. SOSIALISASI PEMILU TAHUN 2024.pptx
3. SOSIALISASI PEMILU TAHUN 2024.pptx
 
E government dalam pelayanan publik
E government dalam pelayanan publikE government dalam pelayanan publik
E government dalam pelayanan publik
 
Tantangan pemilu serentak 2024
Tantangan pemilu serentak 2024Tantangan pemilu serentak 2024
Tantangan pemilu serentak 2024
 
Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...
Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...
Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...
 
BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]
BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]
BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]
 
Materi Sistem Politik Indonesia
Materi Sistem Politik IndonesiaMateri Sistem Politik Indonesia
Materi Sistem Politik Indonesia
 
Strategi pemenangan caleg
Strategi pemenangan calegStrategi pemenangan caleg
Strategi pemenangan caleg
 
Materi penguatan kelembagaan kpu
Materi penguatan kelembagaan kpuMateri penguatan kelembagaan kpu
Materi penguatan kelembagaan kpu
 
Partisipasi Politik Perempuan
Partisipasi Politik PerempuanPartisipasi Politik Perempuan
Partisipasi Politik Perempuan
 
3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan
 
Memahami UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017
Memahami UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017Memahami UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017
Memahami UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017
 
New public Service
New public ServiceNew public Service
New public Service
 

Similar to Sistem pemilu

Essay hukum tata negara
Essay hukum tata negaraEssay hukum tata negara
Essay hukum tata negaraNasria Ika
 
Sistem Pemilihan Umum yang Dilaksanakan di Negara Demokrasi
Sistem Pemilihan Umum yang Dilaksanakan di Negara Demokrasi Sistem Pemilihan Umum yang Dilaksanakan di Negara Demokrasi
Sistem Pemilihan Umum yang Dilaksanakan di Negara Demokrasi shutzz
 
Perbandingan sistem pemilu di indonesia
Perbandingan sistem pemilu di indonesiaPerbandingan sistem pemilu di indonesia
Perbandingan sistem pemilu di indonesia
Election Commision
 
SISTEM PEMILU.pptx
SISTEM PEMILU.pptxSISTEM PEMILU.pptx
SISTEM PEMILU.pptx
zulamirulhaq1
 
FS-SISTEM-PEMILU-MARUN.pdf
FS-SISTEM-PEMILU-MARUN.pdfFS-SISTEM-PEMILU-MARUN.pdf
FS-SISTEM-PEMILU-MARUN.pdf
FatihBirri
 
Sistem Pemilu Distrik
Sistem Pemilu DistrikSistem Pemilu Distrik
Sistem Pemilu Distrik
Alya Titania Annisaa
 
Sistem pemilu indonesia
Sistem pemilu indonesiaSistem pemilu indonesia
Sistem pemilu indonesia
Aulia Faris Humam
 
Kajian teori e voting pemilu
Kajian teori e voting pemiluKajian teori e voting pemilu
Kajian teori e voting pemiluTrinandha Yudha
 
Perlindungan suara pemilih
Perlindungan suara pemilihPerlindungan suara pemilih
Perlindungan suara pemilih
Ahsanul Minan
 
Sistem Pemilu
Sistem PemiluSistem Pemilu
Sistem Pemilu
Fadila Lestari
 
Pengisian Lembaga Perwakilan
Pengisian Lembaga Perwakilan Pengisian Lembaga Perwakilan
Pengisian Lembaga Perwakilan
Sharon Alfa Marlina
 
Sistem Pemerintahan Amerika Serikat
Sistem Pemerintahan Amerika SerikatSistem Pemerintahan Amerika Serikat
Sistem Pemerintahan Amerika SerikatDini Islamiana
 
BAHAN TENTIR UAS HTN.pdf
BAHAN TENTIR UAS HTN.pdfBAHAN TENTIR UAS HTN.pdf
BAHAN TENTIR UAS HTN.pdf
MrFirmansyah1
 
Sistem pemilihan umum
Sistem pemilihan umumSistem pemilihan umum
Sistem pemilihan umum
Fhadel Muhammad
 
Pkn amerika
Pkn  amerikaPkn  amerika
Pkn amerika
sulis tiyono
 
Sp amerikat serikat
Sp amerikat serikatSp amerikat serikat
Sp amerikat serikat
Anisatul Mascalina
 
Sistem Pemilu dan Pemilukada.ppt
Sistem Pemilu dan Pemilukada.pptSistem Pemilu dan Pemilukada.ppt
Sistem Pemilu dan Pemilukada.ppt
BAZNASKabupatenMajal
 

Similar to Sistem pemilu (20)

Essay hukum tata negara
Essay hukum tata negaraEssay hukum tata negara
Essay hukum tata negara
 
Sistem Pemilihan Umum yang Dilaksanakan di Negara Demokrasi
Sistem Pemilihan Umum yang Dilaksanakan di Negara Demokrasi Sistem Pemilihan Umum yang Dilaksanakan di Negara Demokrasi
Sistem Pemilihan Umum yang Dilaksanakan di Negara Demokrasi
 
Perbandingan sistem pemilu di indonesia
Perbandingan sistem pemilu di indonesiaPerbandingan sistem pemilu di indonesia
Perbandingan sistem pemilu di indonesia
 
SISTEM PEMILU.pptx
SISTEM PEMILU.pptxSISTEM PEMILU.pptx
SISTEM PEMILU.pptx
 
Sistem pemilihan umum
Sistem pemilihan umumSistem pemilihan umum
Sistem pemilihan umum
 
FS-SISTEM-PEMILU-MARUN.pdf
FS-SISTEM-PEMILU-MARUN.pdfFS-SISTEM-PEMILU-MARUN.pdf
FS-SISTEM-PEMILU-MARUN.pdf
 
Sistem Pemilu Distrik
Sistem Pemilu DistrikSistem Pemilu Distrik
Sistem Pemilu Distrik
 
Sistem pemilu indonesia
Sistem pemilu indonesiaSistem pemilu indonesia
Sistem pemilu indonesia
 
Kajian teori e voting pemilu
Kajian teori e voting pemiluKajian teori e voting pemilu
Kajian teori e voting pemilu
 
Perlindungan suara pemilih
Perlindungan suara pemilihPerlindungan suara pemilih
Perlindungan suara pemilih
 
Sistem Pemilu
Sistem PemiluSistem Pemilu
Sistem Pemilu
 
Tinjauan kritis
Tinjauan kritisTinjauan kritis
Tinjauan kritis
 
Pengisian Lembaga Perwakilan
Pengisian Lembaga Perwakilan Pengisian Lembaga Perwakilan
Pengisian Lembaga Perwakilan
 
Sistem Pemerintahan Amerika Serikat
Sistem Pemerintahan Amerika SerikatSistem Pemerintahan Amerika Serikat
Sistem Pemerintahan Amerika Serikat
 
BAHAN TENTIR UAS HTN.pdf
BAHAN TENTIR UAS HTN.pdfBAHAN TENTIR UAS HTN.pdf
BAHAN TENTIR UAS HTN.pdf
 
Sistem pemilihan umum
Sistem pemilihan umumSistem pemilihan umum
Sistem pemilihan umum
 
Pkn amerika
Pkn  amerikaPkn  amerika
Pkn amerika
 
Presentation11
Presentation11Presentation11
Presentation11
 
Sp amerikat serikat
Sp amerikat serikatSp amerikat serikat
Sp amerikat serikat
 
Sistem Pemilu dan Pemilukada.ppt
Sistem Pemilu dan Pemilukada.pptSistem Pemilu dan Pemilukada.ppt
Sistem Pemilu dan Pemilukada.ppt
 

More from University of Andalas

Tradisi Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi Tradisi Teori KomunikasiTradisi Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi Tradisi Teori Komunikasi
University of Andalas
 
Teori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku KomunikasiTeori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku Komunikasi
University of Andalas
 
Positivistik vs Fenomenologis
Positivistik vs FenomenologisPositivistik vs Fenomenologis
Positivistik vs Fenomenologis
University of Andalas
 
Tradisi Sosiopsikologis
Tradisi SosiopsikologisTradisi Sosiopsikologis
Tradisi Sosiopsikologis
University of Andalas
 
Teori tentang Hubungan
Teori  tentang HubunganTeori  tentang Hubungan
Teori tentang Hubungan
University of Andalas
 
Pesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori KomunikasiPesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori Komunikasi
University of Andalas
 
Komunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori IlmiahKomunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori Ilmiah
University of Andalas
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
University of Andalas
 
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - KonstitusiPengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
University of Andalas
 
Partai Politik
Partai PolitikPartai Politik
Partai Politik
University of Andalas
 
Konsep Politik
Konsep PolitikKonsep Politik
Konsep Politik
University of Andalas
 
Komunikasi Politik
Komunikasi PolitikKomunikasi Politik
Komunikasi Politik
University of Andalas
 
Kelompok Kepentingan
Kelompok KepentinganKelompok Kepentingan
Kelompok Kepentingan
University of Andalas
 
Industrialisasi Media
Industrialisasi MediaIndustrialisasi Media
Industrialisasi Media
University of Andalas
 
Fins Membela Kebebasan
Fins Membela KebebasanFins Membela Kebebasan
Fins Membela Kebebasan
University of Andalas
 
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi PolitikPartisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
University of Andalas
 
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan KekuasaanKonsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
University of Andalas
 
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan IndonesiaBahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan IndonesiaUniversity of Andalas
 

More from University of Andalas (20)

Tradisi Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi Tradisi Teori KomunikasiTradisi Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi Tradisi Teori Komunikasi
 
Teori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku KomunikasiTeori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku Komunikasi
 
Positivistik vs Fenomenologis
Positivistik vs FenomenologisPositivistik vs Fenomenologis
Positivistik vs Fenomenologis
 
Tradisi Sosiopsikologis
Tradisi SosiopsikologisTradisi Sosiopsikologis
Tradisi Sosiopsikologis
 
Teori tentang Hubungan
Teori  tentang HubunganTeori  tentang Hubungan
Teori tentang Hubungan
 
Pesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori KomunikasiPesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori Komunikasi
 
Komunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori IlmiahKomunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori Ilmiah
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - KonstitusiPengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
 
Partai Politik
Partai PolitikPartai Politik
Partai Politik
 
Konsep Politik
Konsep PolitikKonsep Politik
Konsep Politik
 
Komunikasi Politik
Komunikasi PolitikKomunikasi Politik
Komunikasi Politik
 
Kelompok Kepentingan
Kelompok KepentinganKelompok Kepentingan
Kelompok Kepentingan
 
Industrialisasi Media
Industrialisasi MediaIndustrialisasi Media
Industrialisasi Media
 
Fins Membela Kebebasan
Fins Membela KebebasanFins Membela Kebebasan
Fins Membela Kebebasan
 
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi PolitikPartisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
 
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan KekuasaanKonsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
 
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan IndonesiaBahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
 
Bahan 1
Bahan 1Bahan 1
Bahan 1
 

Recently uploaded

ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
PreddySilitonga
 
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratPendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Eldi Mardiansyah
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
zakkimushoffi41
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
SholahuddinAslam
 
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdfObservasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
andikuswandi67
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
jaya35ml2
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
JokoPramono34
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahanAKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
PutuRatihSiswinarti1
 
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptxALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
rusinaharva1
 
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptxRESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
ABDULRASIDSANGADJI1
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 

Recently uploaded (20)

ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
 
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratPendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
 
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdfObservasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahanAKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
 
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptxALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
 
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptxRESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 

Sistem pemilu

  • 1. 1
  • 2. Sistem Pemilu 1. Single-member Constituency (Satu daerah pemilihan memilih satu wakil; biasanya disebut sistem distrik). Sistem ini diterapkan di negara dengan sistem dwi partai seperti Inggris, India, Malaysia dan Amerika. 2. Multi-member Constituency (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil; biasanya dinamakan sistem perwakilan berimbang atau sistem proporsional). Sistem ini diterapkan di negara dengan banyak partai seperti Belgia, Swedia, Italia, Belanda dan Indonesia. 2
  • 3. Perbedaannya: Cara menghitung perolehan suara dapat menghasilkan perbedaan dalam komposisi perwakilan dalam parlemen bagi masing-masing parpol. Contoh: 1. Wilayah yang sama: (1 provinsi terdiri dari 10 distrik) 2. Jumlah kursi: 10 kursi 3. Jumlah penduduk: 100.000 4. Hasil pemilu A. Dpt 60% suara B. Dpt 30% suara C. Dpt 10% suara Sistem distrik Sistem proporsional Wilayah yg terdiri dari 10 distrik Wilayah yang dianggap sebagai kesatuan, memperebutkan 10 kursi kesatuan. memperebutkan 10 kursi Setiap distrik memperebutkan 1 kursi 1K 1K 1K 1K 10 K 1K 1K 1K 1K 1K 1K A. Menang 60% suara, dapat 6 kursi A. Menang 5 distrik ke atas, dpt 10 kursi B. Menang 30% suara, dpt 3 kursi B. Tdk dpt kursi C. Menang 10% suara, dapat 1 kursi C. Suara hilang (wasted) Tidak ada suara hilang 3
  • 4. Keuntungan Sistem Distrik 1. Integrasi parpol karena kursi yang diperebutkan dlm setiap distrik pemilihan hanya satu 2. Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai baru dpt dibendung; malahan sistem ini bisa mendorong ke arah penyederhanaan partai secara alami tanpa paksaan. Sistem ini di Inggris dan Amerika menunjang bertahannya sistem dwi partai 3. Krn kecilnya distrik, mk wakil yg terpilih dpt dikenal oleh komunitasnya, sehingga hubungan dengan konstituen lebih erat. 4. Bagi partai besar sistem ini menguntungkan karena melalui distortion effect dpt meraih suara dari pemilih2 lain, sehingga memeroleh kedudukan mayoritas. Dengan demikian partai pemenang sedikit banyak dpt mengendalikan parlemen. 5. Lbh mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalam parlemen, sehingga tdk perlu diadakan koalisi dng partai lain. Hal ini mendukung stabilitas nasional. 6. Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan 4
  • 5. Kelemahan Sistem Distrik 1. Sistem ini kurang memerhatikan kepentingan partai2 kecil dan golongan minoritas, apalagi jika golongan2 ini terpencar dlm berbagai distrik. 2. Kurang representatif dlm arti bahwa partai yg calonnya kalah dlm suatu distrik kehilangan suara yg tlh mendukungnya. 3. Kurang efektif dlm masyarakat yg plural karena terbagi dlm kelompok etnis, religius dan tribal, sehingga menimbulkan anggapan bahwa suatu kebudayaan nasional yg terpadu scr edeologis dan etnis mungkin merupakan prasyarat bagi suksesnya sistem ini. 4. Ada kemungkinan si wakil cenderung utk lbh memerhatikan kepentingan distrik serta warga distriknya, daripada kepentingan nasional. 5
  • 6. Keuntungan Sistem proporsional 1. Representatif, krn jml kursi partai dlm parlemen sesuai dengan jumlah suara masyarakat yg diperoleh dlm pemilu. 2. Demokratis, lbh egaliter krn praktis tanpa ada distorsi yaitu kesenjangan antara suara nasional dan jumlah kursi dlm parlemen, tanpa suara yg hilang atau wasted. 6
  • 7. Kelemahan Sistem Proporsional 1.Kurang mendorong partai2 utk berintegrasi atau bekerja sama satu sama lain dan memanfaatkan persamaan2 yg ada, tetapi sebaliknya, cenderung mempertajam perbedaan2. Sistem ini umumnya dianggap berakibat menambah jumlah partai. 2. Terjadi fragmentasi partai. Jk timbul konflik dlm suatu partai, anggotanya cenderung memisahkan diri dan mendirikan partai baru, dng perhitungan bhw ada peluang bagi partai baru itu utk memeroleh kursi dlm parlemen melalui pemilu. Jd kurang menggalang kekompakan dlm tubuh partai. 7
  • 8. Lanjutan….. 3. Kedudukan yg kuat pd pimpinan partai melalui sistem daftar krn pimpinan partai menentukan daftar calon. 4. Wakil yg terpilih kemungkinan renggang ikatannya dng konstituennya. Pertama, krn wilayahnya lbh besar (bisa sek mebesar provinsi), sehingga sukar utk dikenal org banyak. Kedua, krn peran partai dlm meraih kemenangan lbh besar ketimbang kepribadian seseorang. Dng demikian si wakil akn lbh terdorng utk memerhatikan kepentingan partai serta maslaah2 umum ketimbang kepentingan distrik serta warganya. 5. Banyaknya partai yg bresaing, sulit bagi suatu partai utk meraih mayoritas (50% + satu) dlm parlemen, yg diperlukan utk membentuk pemerintahan. Partai yg terbesar terpaksa berkoalisi dengan beberapa partai lain 8
  • 9. Sistem Pemilu Sistem Pemilu Plural-Majority Semi-Proporsional Proporsional List Prportional First Past the Post Parallel System Representation Block Vote Limited Vote Mixed Member Alternative Vote Single Non- Proportional Transferable Vote Single Transferable Two Round Vote System 9
  • 10. Sistem Pemilu Plural Majority Sistem ini menerapkan distrik wakil tunggal. Diharapkan mampu menciptakan satu pemerintahan stabil melalui mayoritas di parlemen. 1. First Past the Post (FPTP): sistem distrik wakil tunggal di mana calon legislatif yg menang adl calon yg mendpt suara terbanyak tanpa hrs memeroleh suara mayoritas-absolut. Dampak positifnya: 1)menyediakan opsi yg tegas bagi sistem 2 partai 2) membangun oposisi yg seimbang di parlemen, 3)memungkinkan para pemilih memimilih individu daripada sekadar memilih gambar partai semata; 4) FPTP memberi ruang bagi mekanisme akuntabilitas dan responsibilitas yg jelas pd para wakil rakyat di parlemen pd konstituen pemilihnya. 10
  • 11. 2. Sistem Block Vote: sebenarnya model ini adalah sistem FPTP yg digunakan dlm distrik (wakil) majemuk. BV memberi kesempatan pd para pemilih utk memilih calon legisltaif tanpa mempertimbangkan afiliasi partainya. Parpol yg memenangkan sebagian besar hati pemilih di suatu wilayah secara otomatis mengambil semua kursi di ditrik itu. Pemilih dpt menggunakan sebanyak mungkin atau sesedikit mungkin pilihan yg dikehendaki. Pemilih dpt memilih calon legislatif secara individual sekaligus perengkuhan cakupan wilayah yag scr geografis luas. 11
  • 12. ď‚— Sistem Alternative (AV), pemilih mengurutkan calon2 anggota parlemen yg sesuai dng preferensi pilihan mereka. ď‚— Sistem Two Round System/run off/double ballot: putaran pertama FPTP. Jk muncul calon pemeroleh suara terbanyak scr langsung didaulat menjd anggota legislatif dan tdk perlu putaran kedua. Rangkin terbawah tdk ikutserta pd putaran kedua. Berkurangnya peserta membuka peluang mendpt pemenang absolut (50%+1) 12
  • 13. Sistem Pemilu Proporsional/Representasi Sistem yang mengurangi kesenjangan antara perolehan suara partai secara nasional dg perolehan kursinya di parlemen 1. Sistem pemilihan List Proportional Represntation (List PR), setiap partai membuat daftar nama calon leg yg ditawarkan pd pemilih pd suatu wil representasi tertentu, pemilih bisa memilih satu calon saja. 13
  • 14. 2. Sistem pemilihan Mixed-Member Proportional (MMP). Sistem ini mengabungkan ciri positif dari sistem pemilu model mayoritas maupun representasi proporsional. 14
  • 15. Sistem Pemilihan Semi Proporsional ď‚— Sistem yg mengonversi suara menjadi kursi dengan hasil yg berada di antara sistem pemilihan proporsional dengan mayoritarian dari sistem plural-majority 1. Parallel system (PS), sistem ini menggunakan daftar2 calon seperti pd sistem representasi proporsional yag digabungkan dng sistem distrik plural-majority. 15
  • 16. 2. Sistem pemilihan limited vote (LV), sistem campuran antara sistem pemilihan single non- transferable vote dng sistem pemilihan block vote, karena menyertakan distrik wakil majemuk dan calon legislatif. 3. Sistem pemilihan single non-transferable vote. Setiap pemilih punya 1 suara, tetapi ada lebih 1 kursi yg hrs diisi dlm setiap distrik. Jd calon legislatif dan partai dng suara terbanyaklah yg mengisi posisi legislatif. 16
  • 17. penentuan partai politik untuk Pemilu 2009 1. partai yang berbadan hukum langsung mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk melakukan verifikasi partai. Jika lolos verifikasi, maka partai tersebut dapat maju dalam Pemilu 2009. 2. partai yang memiliki kursi di DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) secara otomatis menjadi kontestan Pemilu 2009. Artinya, 16 partai yang saat ini memiliki kursi di DPR otomatis menjadi peserta Pemilu 2009. 3. partai yang tidak memiliki kursi di DPR (jumlahnya ada 8 partai) langsung mendaftar ke KPU untuk melakukan verifikasi partai dan jika lolos, maka berhak maju ke Pemilu 2009. Pengaturan demikian sebenarnya hanya menguntungkan partai partai politik (parpol) besar saja. Peta kontestan Pemilu 2009 setidaknya dapat diindikasikan bahwa jumlah partai yang ikut dalam pemilu mendatang akan lebih dari 24 partai. 17
  • 18. Penetapan perolehan kursi Penentuan perolehan suara ditentukan berdasar partai politik yang memenuhi ambang batas 2,5 % dari jumlah suara sah secara nasional. Kemudian, ditentukan bilangan pembagi pemilih (BPP) dengan cara membagi jumlah suara sah Parpol Peserta Pemilu dengan jumlah kursi di suatu daerah pemilihan. 1. Tahap pertama, membagi jumlah suara sah yang diperoleh parpol dengan BPP. 2. Tahap kedua, jika masih ada sisa kursi, maka diberikan kepada parpol yang memperoleh suara sekurang-kurangnya 50 %. 3. Tahap ketiga, jika masih terdapat sisa kursi dari tahap kedua, maka seluruh sisa suara dikumpulkan di provinsi untuk menentukan BPP DPR yang baru di provinsi yang bersangkutan. 18
  • 19. penetapan calon anggota legislatif ď‚— Ditentukan berdasarkan perolehan suara 30 % dari BPP, jika tidak terpenuhi, akan ditentukan oleh nomor urut yang ditetapkan parpol. Penggunaan nomor urut sebagai penentu terakhir jika terdapat kondisi di luar butir a (“calon terpilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan calon yang memperoleh suara sekurang-kurangnya 30 % dari BPP”) ď‚— Dalam penentuan calon terpilih ini menunjukkan bahwa sebenarnya sistem pemilu yang ditawarkan UU Pemilu yang baru ini merupakan kombinasi sistem proporsional setengah terbuka dan proporsional terbuka, dan mungkin yang lebih dominan adalah proporsional setengah terbuka. Hal ini berarti tidak berbeda dengan UU Pemilu sebelumnya yang menggunakan sistem proporsional setengah terbuka. 19