Dokumen tersebut merangkum desain pembelajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA). Ia membahas tentang materi pembelajaran untuk tingkat pemula, menengah, dan lanjut; metodologi dan teknik pembelajaran; materi ajar; media pembelajaran; serta kualifikasi pengajar BIPA. Dokumen ini bertujuan merancang pembelajaran BIPA yang efektif berdasarkan pendekatan komunikatif dan pengintegrasian budaya lokal.
3. 1. TINGKAT PEMULA
Untuk tingkat pemula diberikan materi bahasa,
antara lain kata sapaan, ungkapan keseharian
sederhana, kalimat sederhana, kalimat aktif,
kalimat pasif, kalimat negatif, preposisi,
kata/kalimat tanya, kata bilangan, dan afiksasi
(me(N)-, me(N)- kan, me(N)-i, se-nya, di-, di-kan,
di-i, ber-, ter-, dan pe(N)-).
4. 2. TINGKAT MENENGAH
Untuk tingkat menengah diberikan materi bahasa,
antara lain ungkapan dalam bahasa Indonesia,
kalimat kompleks, kalimat aktif, kalimat pasif,
kalimat negatif, kalimat transitif dan intransitif,
preposisi, kalimat tanya, dan afiksasi (me(N)-,
me(N)-kan, me(N)-i, se-nya, di-, di-kan, di-i, ber-,
ter-, dan pe(N)-, pe(N)-an, per-an, ber-an, memper-
kan, member-kan,).
5. 3. TINGKAT LANJUT
Untuk tingkat lanjut, penekanannya lebih pada
pemahaman secara analitis terhadap materi bahasa.
Kepada pelajar, selain diberikan materi-materi tersebut,
banyak juga diberikan materi-materi analisis, yakni
menganalisis kalimat salah dan membenarkannya serta
mengubah pola kalimat tanpa mengubah maknanya.
Materi menyimak dan wicara dikembangkan dengan
menggunakan materi dialog, mulai dari dialog yang
sangat sederhana (misalnya: salam) sampai dengan
dialog yang sangat kompleks dan formal (misalnya:
seminar). Materi dialog ini dalam praktik
pembelajarannya sekaligus dimanfaatkan untuk materi
pembelajaran menyimak. Dengan demikian materi
pembelajaran menyimak dan wicara dikemas dalam
satu wujud materi.
6. SELAIN ITU ...
Tingkat pemula
Dialog keseharian
sederhana
Tingkat lanjut
Dialog keseharian
kompleks
Tingkat menengah
Dialog keseharian agak
komplek
7. Tahapan materi yang disajikan dalam pembelajaran :
Penyajian dialog,
Penyajian kata-kata sulit yang ada dalam dialog dan latihan
membuat kalimat dengan kata-kata sulit tersebut,
Latihan merespon pernyataan-pernyataan lepas dan pertanyaan-
pertanyaan yang ada dalam dialog,
Mengembangkan kreativitas dengan cara membuat pertanyaan atau
pernyataan sesuai dengan topik yang dikehendaki dalam soal,
Teks bacaan dengan kata-kata yang tingkat kesulitannya hampir
sama dengan kata-kata yang ada dalam dialog,
Pertanyaan bacaan dan latihan tentang isi bacaan,
Mengubah pola kalimat dari kalimat yang ada dalam bacaan, dan
Menulis ringkasan/kesan/ kritik/tanggapan terhadap isi bacaan.
8. 2. METODOLOGI DAN TEKNIK PEMBELAJARAN
1. Pada pembelajaran kelas, bentuk kegiatan meliputi kegiatan
berdiskusi, melafalkan dialog, debat, melakukan wawancara dengan
tamu kelas oleh pebelajar, dan penyampaian materi kebahasaan
oleh guru yang selanjutnya dipraktikkan dalam bentuk performansi
oleh pebelajar.
2. Dalam pembelajaran di luar kelas, kegiatan tutorial meliputi (1)
prereading, (2) penentuan objek tutorial, (3) penjelasan materi, dan
(4) evaluasi tutorial. Kegiatan pembelajaran luar kelas yang lain
adalah kegiatan kunjungan, dimana para pebelajar dituntut untuk
aktif berinteraksi dan berkomunikasi dengan penduduk sekitar
tempat kunjungan.
3. Pada kelas pilihan, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan instruksi yang seluruhnya menggunakan bahasa
Indonesia. Para pengajar juga mewajibkan pebelajar bertanya dalam
bahasa Indonesia. Namun, karena fokus kegiatan kelas pilihan
adalah melatih skil keindonesiaan pebelajar, evaluasi kebahasaan
dan komunikasi tidak dilakukan.
9. Masalah nonkebahasaan :
Benturan budaya dalam penyesuaian pebelajar dengan kelas,
guru, dan tutor,
Pemasangan tutor yang tidak tepat karena karakter pebelajar
yang kontras dengan tutor,
Kondisi lingkungan rumah tinggal yang tak mendukung
terjadinya komunikasi bahasa indonesia karena penghuni
selalu mengajak berbahasa inggris,
Kondisi psikologis pebelajar yang fluktuatif akibat persaingan,
stres dengan tugas, capai, dan rindu keluarga.
Masalah kebahasaan meliputi :
Kesulitan melafalkan ejaan bahasa indonesia,
Menyesuaikan aksen orang indonesia, dan
Kekurangmampuan tutor dalam menjelaskan materi atau
kosa kata tertentu.
10. 3. MATERI AJAR
Materi pembelajaran disusun sendiri oleh para pengajar
di bawah pengawasan koordinator akademik. Materi
berbentuk teks atau kegiatan, berisi tentang topik-topik
yang dapat langsung dipraktikkan pebelajar setelah
keluar dari kelas.
Susunan materi ajar, teridentifikasi adanya penerapan
pendekatan komunikatif. Hal tersebut ditunjukkan
dengan penyesuaian materi dengan kebutuhan
berbahasa pebelajar, sehingga layak terap (applicable),
pemberian konteks pada setiap kegiatan, dan
pemberian sampel terkait dengan norma kesopanan
bertutur yang memperhatikan tata krama tutur bahasa
Indonesia (Oka, 1987:133).
11. Pada contoh-contoh materi yang disajikan, terdapat
kalimat yang berisi prosedur atau cara-cara yang
mengacu pada kalimat utamanya, yaitu memperkenalkan
diri dan keluarga. Materi tersebut diambil dari kondisi
faktual di lapangan, di mana para pebelajar pada minggu
pertama perlu mengembangkan interaksi dengan
lingkungan barunya yang diawali dengan
memperkenalkan diri. Materi tersebut applicable (dapat
langsung dipraktikkan) dan bersifat trainable (mudah
dilatihkan). Kalimat-kalimat yang disajikan tidak lepas dari
konteks, misalnya cara memperkenalkan diri selalu
disertai dengan konteks tempat seperti di kampus, di kos,
di rumah makan, dan di acara resmi. Kemudian konteks
situasi seperti memperkenalkan orang lain, keluarga, dan
teman.
Contoh
12. Pada contoh lain, penggunaan tata bahasa imbuhan
meN- diberi keterangan penggunaannya dalam aktivitas
sehari-hari sesuai dengan konteks ruangan. Acuan
materi tersebut dapat menumbuhkan kreativitas
kebahasaan pebelajar karena pembelajar akan mencari
variasi lain imbuhan MeN- dalam berbagai penggunaan.
Di samping itu, materi tersebut mengajak pebelajar
berpikir logis untuk menyesuaikan penggunaan kata
kerja yang berimbuhan MeN-. Rancangan materi
dinyatakan mampu mengembangkan pemahaman
bahasa Indonesia melalui bentuk-bentuk dialog yang
situasional-kontekstual.
13. Penutur asing akan semakin tertarik mendalami materi BIPA
jika semua fungsi tersebut dimuat dalam sebuah materi ajar
yang berkualitas. Implementasi fungsi yang mendukung nilai
kearifan lokal bangsa Indonesia dapat terwujud jika materi
BIPA mencantumkan berbagai elemen-elemen kearifan lokal
seperti yang diusulkan Mustakim (2003) berikut ini:
Benda-benda budaya
Gerak-gerik anggota badan
Jarak fisik ketika berkomunikasi
Penyentuhan
Adat-istiadat yang berlaku di masyarakat
Sistem nilai yang berlaku di masyarakat
Sistem religi yang dianut masyarakat
Mata pencaharian
Kesenian
Pemanfaatan waktu
Cara berdiri/duduk/menghormati orang lain
Keramahtamahan/tegur sapa/basa basi
Pujian
Gotong royong
Sopan santun (termasuk eufemisme)
14. 4. MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran yang dipakai selama
pembelajaran, diindikasikan menerapkan prinsip-
prinsip pendekatan komunikatif. Hal tersebut
ditunjukkan dengan pemilihan media yang
memperhatikan penekanan pengembangan
kompetensi komunikatif, bervariasi wujudnya, dan
berasal dari sekitar pebelajar/otentik (Suyono dan
Basuki, 1959:9).
15. Pengelolaan media dalam pembelajaran BIPA
memperhatikan pengupayaan satuan unit yang
situasional dalam penghadiran dan pemanfaatannya.
Misalnya mulai dari media abstrak yang berupa tema,
pemberian konteks dan situasi, hingga media konkret
berupa alat-alat peraga, kartu, slide presentasi, artikel,
gambar, formulir dan KTP dihadirkan pada materi yang
berkenaan dengan identitas diri, media sayur mayur
dihadirkan dalam situasi pembelajaran kegiatan tawar
menawar di pasar, manusia dengan profesi tertentu
sebagai tamu, dsb. Dengan demikian pemanfaatan
media dalam pembelajaran ini telah sesuai dengan
aspek instruksional pembelajaran BIPA.
16. Sebuah materi berbasis multimedia yang termuat dalam
bentuk audio, audio visual, dan cetak yang diadaptasi dari
Taksonomi Bretz (dalam Sudiman, 2005:21). Melalui
taksonomi tersebut, para penulis mengembangkan
sebuah materi BIPA yang menggabungkan budaya lokal
dan multimedia. Para penulis akan menggunakan
beberapa media, baik elektronik atau cetak, sebagai
media ajar BIPA berbasis multimedia. Media ajar tersebut
adalah: 1. Audio visual Media ajar ini menggunakan
materi dalam bentuk ilustrasi audio visual yang berisikan
materi bahasa budaya lokal dan bahasa Indonesia yang
dapat menarik minat penutur asing dan melatih
kemampuan mendengar dan berbicara. 2. Cetak Media
ajar ini berwujud media cetak yang berisi latihan dan
materi BIPA yang mengakomodasi kebutuhan para
pembelajar BIPA.
17. 5. PENGAJAR BIPA
Pengajar dalam pembelajaran BIPA harus orang-orang yang
memiliki kompetensi komunikatif yang handal dilengkapi dengan
kompetensi gramatikal yang akurat dan termasa (Suyitno, 2005:14).
Oleh karena, data berupa latar belakang pendidikan pengajar akan
menunjukkan kualifikasi pengajar BIPA. Meskipun tidak seratus
persen pengajar berlatar pendidikan BIPA (87,5%), namun
pengelola program telah melakukan upaya khusus berupa pelatihan
dan penyamaan pandangan terhadap hakikat pendekatan yang
digunakan dalam pengajaran BIPA. Dengan demikian, aspek
pengajar telah memenuhi kategori kelayakan sebagai pengajar
BIPA. Selain itu, kegiatan monitoring atau pemantauan dan evaluasi
mingguan juga dilakukan untuk memastikan para pengajar dapat
menjadi model penutur bahasa Indonesia yang baik atau dengan
kata lain, pengajar mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar serta bertanggung jawab terhadap bahasa yang
diajarkannya.
18. Daftar Pustaka
Agustina, Rina. Andayani, Wardani, Nugraheni Eko.
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA BAGI PENUTUR ASING DI UPT P2B
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA. Hal.
142. Vol 1, No.2, 2013
Setyaningsih, Nina. Nugroho, Raden Arief.
Suryaningtyas, Valentina Widya. Pengembangan Materi
BIPA Berbasis Multimedia Dan Berkonten Budaya
Lokal. CULTURE Vol.3 No.1 Mei 2016
Azizah, Rifca Farih. Hs,Widodo. Lestari, Ida.
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI
PENUTUR ASING (BIPA) PROGRAM CLS (CRITICAL
LANGUAGE SCHOLARSHIP) DI FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG TAHUN 2012.