2. 1.1 Pengenalan
Pada umumnya, individu itu tidak merasakan bahwa
menggunakan bahasa adalah suatu kemahiran yang luar
biasa kompleksnya. Penggunaan bahasa terasa lumrah
karena memang dengan tidak diajari oleh siapa pun,
seorang bayi membesar bersama-sama dengan
pertumbuhan bahasanya. Dari umur setahun hingga satu
setengah tahun, seorang bayi mula mengeluarkan
bentuk-bentuk bahasa yang dapat kita kenali sebagai
perkataan, dan akhirnya menjadi ayat kompleks apabila
menjelang umurnya mepat tahun atau lima tahun.
Apabila dewasa, kita menggunakan bahasa kita seolah-
olah dengan tidak berpikir. Apabila kita ingin
mengungkapkan sesuatu, pada masa itu pulalah kita
mengeluarkan bunyi-bunyi yang disebut bahasa. Akan
tetapi, jikalau kita renungkan secara mendalam, kita
3. Contoh
Suatu hari di kebun binatang, anda berjalan-jalan dengan
seorang anak kecil dan melihat seekor binatang, anda
berkata,
“Lihat itu, singanya besar, ya!”
Lantas bagaimana kita dapat memilih perkataan yang
berbunyi (singa), padahal dalam otak kita pastilah terdapat
ribuan perkataan yang kita simpan, sebagiannya mirip dan
sebagiannya tidak mirip dengan konsep singa.
Mirip dalam konsep singa (harimau, serigala, kucing,
anjing) dan mirip dalam bunyi singa (singkong, senget dan
singkir).
4. Lalu bagaimana sampai kita dapat mengeluarkan perkataan
singa dan bukan perkataan lain? Jikat kita keliru dalam
bebahasa, pilihan perkataan yang dikeluarkan itu pastilah tidak
jauh daripada perkataan yang kita inginkan, baik dilihat dari segi
bunyi dan maknanya.
Mungkin orang akan akan berkata “Lihat itu, harimaunya besar,
ya!”
Kekeliruan pemilihan kata harimau untuk singa, pastilah
mempunyai alasan. Orang tidak membuat kekeliruan
pemilihan perkataan secara sembarangan, pastilah ada
aturan yang diikuti oleh manusia mana pun juga mengapa
Jawabann
ya
5. Begitu juga dengan tersilap lidah. Perkataan yang
tersilap itu pastilah tidak jauh dari daripada perkataan
aslinya. Seperti seorang pelawak yang mengubah
antipasi menjadi antisapi. Walaupun seseorang
mungkin tidak mengetahui alasannya, dia mungkin
mempunyai gerakan hati dalam memilih kekeliruan
yang tepat. Atau akan benar-benar tersilap saat
berkata kepala menjadi kelapa.
Contoh-contoh yang sudah dijelaskan
menunjukan bahwa dalam kita berbahasa, kita
melakukan aktivitas mental yang kemudian
tertuang dalam bentuk bahasa yang kita
gunakan.
6. 1.2 Sejarah Lahirnya Psikolingusitik
Psikolinguistik berasal dari gabungan antara dua ilmu, yaitu
Psikolog dan Linguistik.
Ilmu ini sudah tampak pada abad ke-20 oleh psikologi Jerman
bernama Wilhelm Wundi, menyatakan bahwa bahasa dapat
dijelaskan dengan dasar prinsip-prinsip psikoligis (Kess,1992).
Perkembangan ini dapat dibagi menjadi empat tahap (Kess,
1992): (1) tahap formatif, (2) tahap linguistik, (3) tahap kognitif,
(4) tahap teori psikolinguistik, realiti psikologi dan ilmu kognitif.
8. 1. Tahap formatif
Pada pertengahan abad ke-20 John W. Gardner
menggagaskan penggabungan kedua ilmu ini. Ide ini
kemudian dikembangkan oleh John B. Caroll yang pada
tahun 1951 menyelenggarakan seminar mengenai
keberkatian antara kedua ilmu tersebut.
Kemudian pada tahun 1953 yang menghasilkan
pertemuan ini menggema begitu kuat diantara para
sarjana ilmu psikologi dan ilmu linguistik sehingga
banyak penyelidikan yang kemudian dilakukan terarah
pada kaitan antara kedua ilmu ini. Pada masa itulah
istilah psycholinguisstisc pertama kali digunakan.
Kelompok ini mendukung peneylidikan mengenai
relativiti bahasa dan universal bahasa seperti yang
dikemukakan oleh Benjamin Lee Whorf (1956) (relativiti
9. 2. Tahap lingusitik
Perkembangan ilmu linguistik yang sejak mulanya
berorientasi kepada aliran behaviorisme dan kemudian ke
aliran mentalisme atau nativisme, pada tahun 1957 dengan
terbitnya buku Syntactic Structures (Chomsky) dan kritikan
tajam Chomsky terhadap teori behaviorisme B.F. Skinner,
inilah yang membuat psikololinguistik sebagai ilmu yang
banyak diminati, hal ini semakin berkembang karena
pandangan Chomsky tetntang universalnya bahasa
semakin mengarah kepada perolehan bahasa. Kesamaan
dalam strategi ini didukung pula oleh perkembangan ilmu
neurolinguistik (Caplan, 1987) dan biolingustik
(Lenneberg,1967; Jenskins, 2000).
Para sarjana sudah banyak melakukan penyelidikan dan
mencoba mengajar binatang berbahasa namun gagal.
Kegagalan semua proyek penyelidikan ini membuktikan
bahwa pemerolehan bahasa adalah unik untuk spesies
manusia saja. Hanya manusia sajalah yang dapat
berbahasa. Makhluk lain dapat melakukan banyak hal,
termasuk hal-hal yang dilakukan oleh manusia, tetapi
10. 3. Tahap kognitif
Pada tahap ini psikolingusitik mula mengarah kepada
funsgi kognisi dan landasan biologi manusia dalam
pemerolehan bahasa. Menurut Chomsky, perolehan
bahasa pada manusia bukanlah penguasaan komponen
bahasa dengan tidak berlandaskan pada prinsip-prinsif
kognitif.
Ujaran bukanlah suatu urutan bunyi yang linear tetapi
urutan bunyi yang membentuk unit-unit konstituen yang
berhierarki dan masing-masing unit adalah psikologis.
Pada tahap ini, orang juga mula membincangkan
peranan biologi bahasa karena malu merasa biologi
adalah landasan tempat bahasa itu tumbuh, karena
pertumbuhan bahasa seorang manusia itu berkait secara
genetik dengan pertumbuhan biologisnya.
11. 4. Tahap teori psikolingusitik
Pada tahap akhir ini, psikolinguistik tidak lagi berdiri sebagai
ilmu yang terpisah daripada ilmu-ilmu yang lain karena
perolehan dan penggunaan bahasa manusia meyangkut
banyak cabang ilmu pengetahuan lain. Psikolinguistik tidak
lagi terdiri daripada psiko dan lingustik saja tetapi juga
menyangkut dengan ilmu-ilmu lain seperti neurologi, filsafat,
primatologi, dan genetik.
Dengan perkataan lain, psikolingustik kini menjadi ilmu yang
disokong oleh ilmu-ilmu lain.
12. 1.3 Defini Psikolinguistik
Menurut para ahli:
Aichison (1998:1) memberi defini sebagai suatu
“kajian tentang bahasa dan minda”.
Harley (2001:1) mengatakannya sebagai suatu
“kajian tentang proses-proses mental dalam
penggunaan bahasa”.
Clark dan Clark (177:4) mengatakan bahwa
psikologi bahasa berkaitan dengan 3 hal utama:
kefahaman, penghasilan, dan perolehan bahasa.
Dapat disimpulkan bahwa psikolingusitik adalah
ilmu yang mempelajari proses-proses mental
yang dilalui oleh manusia dalam mereka
membina pengetahuan berbahasa.
13. Psikolingustik mempelajari 4 topik
utama :
1. Kepahaman
• 2. Penghasilan
3. Dasar biologi serta neurologi,
• 4. Perolehan bahasa,
14. 1. Kefahaman, yaitu proses-proses mental yang
dilalui oleh manusia sehingga mereka dapat
menangkap apa yang dikatakan oleh orang
dan memahami apa yang dimaksudkan.
2. Penghasilan, yaitu proses-proses mental
pada diri kita yang membuat kita dapat
membuat ujaran seperti yang kita ujarkan
3. Dasar biologi serta neurologi, yaitu yang
membuat manusia dapat berbahasa
4. Perolehan bahasa, yaitu bagaimana anak-
anak memperoleh bahasa mereka.
15. 1.4 Kuadrat Bahasa
Ketika kita melihat ibu ayam dan anak ayam akan
saling berkomunikasi dengan berkotek yang
memberitahukan kepada anaknya bahwa terdapat
makanan. Kemudian dengan lebah berkomunikasi
dengan tarian yang menandakan adanya sumber
makanan. Sedangkan kera akan memberikan tanda-
tanda tertentu apabila bahaya sedang mengancam.
Dari contoh diatas bahwa hewan dapat
berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan
“bahasa” mereka sendiri.
16. Ciri-ciri khusus yang membedakan bahasa manusia
dengan binatang:
1. Bahasa manusia memiliki ketergantungan kepada struktur.
Contoh: “Orang tua itu harus mencangkul ladang kering”
2. Bahasa dan penggunaan bahasa itu kreatif.
Contoh: Dari segi penggunaan bahasa, dia kreatif karena dia
memiliki kemampuan bagi memahami dan mengujarkan
ujaran baru mana pun.
3.Bahasa dapat digunakan bagi mengungkapkan situasi atau
peristiwa yang sudah lampau atau yang belum terjadi
dan bahkan untuk sesuatu yang dibayangkan.
Contoh: Struktur bahasa memungkinkan kita untuk
Apakah bahasa yang digunakan oleh
manusia itu sama dengan bahasa
yang digunakan oleh binatang?
17. 4. Bahasa memiliki struktur ganda yang dinamakan struktur
batin dan struktur lahir.
Contoh: “Ramai ahli parlimen yang tuang”
Kalimat diatas memiliki 2 struktur batin dan struktur lahir.
5. Bahasa itu diperoleh secara turun temurun daari satu
generasi ke generasi.
Contoh: Anak Sunda yang dilahirkan dan dibesarkan dalam
keluarga Sunda di Bandung akan memperolehi bahasa
Sunda.
6. Hubungan antara perkataan dan benda, perbuatan, dan
keadaan yang dirujuknya itu arbitari.
Contoh: Orang Inggris menyebutnya rice dan run,
sedangkan orang Indonesia menyebutknya nasi dan lari.
18. 7. Bahasa memiliki pola dualiti, maksudnya bunyi-bunyi itu
sebenarnya tidak mempunyai makna dan baru
bermakna setelah bunyi-bunyi itu kita gabungkan.
Contoh: Bunyi k/a/s akan tidak memiliki makna sedangkan
apabila kita gabungkan akan menjadi “kas”.
8. Bahasa itu memiliki semantik, maksudnya bahawa
begitu suatu nama diberikan maka nama itu akan selalu
merujuk pada konsep benda itu, meskipun benda itu
sebenarnya tidak memenuhi syarat untuk nama itu.
Contoh: Kursi, meskipun kakinya patah satu akan tetap
dikatakan sebagai kursi (tempat duduk)
19. 1.5 Definisi Bahasa
Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang
arbitari yang digunakan oleh anggotan suatu
masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan
berinteraski antara sesamanya, berlandaskan
pada budaya yang miliki bersama.
Sistem dalam bahasa adalah sistem yang terdiri
dari simbol-simbol. Simbol-simbol ini bersifat
arbitari, yakni tidak ada keterkaitan antara simbol-
simbol ini dengan benda, keadaan atau peristiwa
yang diwakilinya.
Contoh : tidak ada alasan mengapa tempat
duduk dinamai kursi
20. 1.6 Komponen Bahasa
Ilmu bahasa telah mengalami bermacam-macam
perubahan dari segi landasan maupun alirannya.
Namun ada satu hal yang tetap konsisten, yaitu
komponen bahasa. Dalam aliran lingustik mana
pun bahasa selalu dikatakan memiliki tiga
komponen, sintaksis, fonologi, dan semantik.
21. 1.7 Pragmatik
Pragmatik bukanlah salah satu komponen bahasa, ia
hanyalah memberikan perspektif kepada bahasa.
Oleh karena pragmatik menyangkut mankan maka
sering kali ilmu ini dikelirukan dengan ilmu makna,
semantik.
Semantik mempelajari makna dalam bahasa alami
dengan tidak memperhatikan konteksnya. Sedangkan
pragmatik lebih merujuk kepada kajian makna dalam
interaksi antara seorang penutur dengan penutur
yang lainnya (Jucker, 1998)
Pragmatik merupakan bagian penting dalam
komunikasi tetapi tidak merupakan salah satu
komponen dalam bahasa. Pragmatik memberikan
aturan yang membimbing manusia untuk berbahasa
yang wajar.