Pembelajaran berdemokrasi tersebut, sebenarnya bisa diawali dari level yang paling kecil yakni dengan adanya pemilihan Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Seperti yang dilaksanakan oleh SMP ISLAM AL HIKMAH JAKARTA dalam acara Pemilihan ketua OSIS yang dilakukan secara langsung ini, menjadi pembelajaran berharga bagi para siswa untuk mengenal proses demokrasi. Sehingga, nantinya saat mereka menjadi bagian dari masyarakat sesungguhnya sudah memiliki pengalaman yang berharga
1. BELAJAR DEMOKRASI SEJAK DINI
Penulis : Muhammad Syachri Fajrin
Aura demokrasi di Indonesia sudah mulai terasa, di seluruh pelosok daerah di
Indonesia sudah mulai mempersiapakan diri menyambut pesta demokrasi yang
sebentar lagi akan dilaksanakan. Begitu juga dengan kami SMP Islam Al Hikmah
Jakarta yang akan mengadakan Pesta demokrasi PEMILU KETUA OSIS (Pemilihan
Ketua Osis) Kamis, 1 Nopember 2018. Dalam kegiatan tersebut bertujuan untuk
memberikan pembelajaran berdemokrasi dimulai sejak dini.
Negara kita adalah negara Demokrasi sudah sepatutnya pembelajaran akan
demokrasi ditanamkan sejak dini, sosialisasi demokrasi pada anak adalah proses
yang memungkinkan bagi seorang anak memperoleh pengetahuan, kepercayaan,
dan sikap demokratisnya menghadapi segala perbedaan dalam
masyarakat multikultural. Oleh karena itu, mengajari anak berdemokrasi berarti
mengalirkan seperangkat nilai-nilai demokrasi sebagai dasar filsafat hidup bahwa
pribadi manusia adalah makhluk bebas dan sederajat dengan sesamanya. Hal ini
penting dilakukan untuk pembentukan watak dan karakter anak agar bertumbuh
menjadi manusia berkualitas, berkepribadian, serta bertoleransi dalam kehidupan
bersama kelak.
Ada fenomena
menarik yang
layak dicermati
tentang
kehidupan
berdemokrasi
para
pemimpin kita
akhir-akhir ini.
Perilaku para
elite politik
setidaknya
sebagaimana
dipertunjukan
oleh para
anggota dewan
yang terhormat
penuh dengan keributan berebut kata dan kuasa, jauh dari dunia pikir, refleksi dan
kontemplasi. Demokrasi, yang sering diplesetkan menjadi ‘democrazy’ sepenuhnya
adalah wacana tentang jawaban yang didesakkan layaknya sebuah dogma. Mereka
tidak lagi bisa berdialog dan “membahasakan” kepentingan rakyat, tapi sibuk dan
menyibukkan diri dengan kepentingan sesaat guna merebut dan mempertahankan
kekuasaan. Berdemokrasi bukan lagi merupakan perbedaan tentang prinsip yang
lurus dan jelas karena demokrasi dengan mengedepankan cara-cara debat kusir
seperti itu tidak lagi disertai cara-cara yang berperikemanusiaan, berkarakter dan
berkepribadian.
2. Tidak bisa dipungkiri bahwa sikap dan perilaku demokrasi ala anggota dewan
itu erat kaitannya dengan proses sosialisasi politik yang diterima sejak masa anak-
anaknya. Proses ini memang berlangsung seumur hidup, yang diterimanya baik
melalui pendidikan formal, non-formal dan informal, atau tak sengaja melalui
pergaulan dan pengalaman hidup sehari-hari. Kenyataan ini tidak saja berakibat
pada kesulitan dalam pengambilan keputusan strategis, tapi juga berbuntut pada
friksi koalisi-koalisian yang semakin kerap mengemuka.
Pembelajaran berdemokrasi tersebut, sebenarnya bisa diawali dari level yang
paling kecil yakni dengan adanya pemilihan Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah
(OSIS). Seperti yang dilaksanakan oleh SMP ISLAM AL HIKMAH JAKARTA dalam
acara Pemilihan ketua OSIS yang dilakukan secara langsung ini, menjadi
pembelajaran berharga bagi para siswa untuk mengenal proses demokrasi.
Sehingga, nantinya saat mereka menjadi bagian dari masyarakat sesungguhnya
sudah memiliki pengalaman yang berharga.
Perestiwa perpolitikan di negeri ini mungkin banyak pelajaran yang bisa
diambil hikmahnya oleh masyarakat. Semisal Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
lalu pertarungan perebutan pimpinan DPR/MPR RI semakin membuka kita pada
kualitas anggota dewan yang terhormat yang telah dipilih oleh rakyat.
Dari sederet fakta pembelajaran demokrasi di atas sekiranya pengenalan
proses demokrasi sejak dini ini perlu ditanamkan oleh sekolah khususnya di SMP
Islam Al Hikmah Jakarta yang memberikan Pembelajaran Berdemokrasi Sejak
Dini dengan kegiatan Pemilihan Ketua OSIS yang merupakan sumber
pendidikan utama anak bangsa ini.
Mengenalkan, demokrasi bagi siswa ini merupakan langkah awal
mempersiapkan calon pemimpin masa depan bangsa ini, setidaknya banyaknya
calon pemimpin ke depan yang kaya akan pengalaman mulai dari jenjang sekolah.
Bagaimana praktik menggunakan hak suara/hak pilihnya sesuai keinginan
setiap siswa sendiri untuk menentukan siapa yang berhak dan pantas menjadi
pemimpinnya dalam suatu wadah organisasi siswa di sekolah yang bernama OSIS.
Kegiatan untuk memilih seorang ketua OSIS yang disalurkan melalui Pemilihan
Umum ketua OSIS sudah menjadi agenda rutin tahunan dalam reorganisasi struktur
kepengurusan OSIS di SMP Islam Al Hikmah dengan didukung kreativitas unsur
pendidik serta era digital akan semakin bernilai ketika disentuh dengan nilai-nilai
pendidikan demokrasi yang baik, jujur dan semarak layaknya sebuah pesta
demokrasi.
Dengan pelaksanakan yang dilakukan melalui tahapan dan suasana
berdemokrasi yang menyenangkan yang diawali dengan quick count survey untuk
calon ketua OSIS hingga pemungutan suara secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil untuk memilih seorang Ketua OSIS merupakan upaya
menanamkan pemahaman demokrasi sejak dini kepada anak didiknya, serupa
pemilihan presiden dan kepala daerah.
3. Lebih tak kalah penting bahwa pembelajaran berdemokrasi ala pelajar
diyakini sebagai proses pemahaman demokrasi yang baik bagi pelajar agar tidak
canggung lagi ketika kelak hidup bermasyarakat dan ikut berperan serta dalam
kehidupan bernegara yang menganut sistem demokrasi.
Pelaksanaan perestiwa pemilihan ketua OSIS dapat dijadikan agenda yang
selalu dinantikan sekaligus hari teristimewa bagi siswa sebagai ajang pesta
demokrasi pemilihan pengurus OSIS di SMP Islam Al Hikmah.
Dari sebuah pembelajaran demokrasi yang bermula dari sekolah tentunya
banyak hal yang didapat. Kebiasan yang dilakukan secara rutin tentunya akan
berbuah suatu karakter yang kuat bagaimana akan menghasilkan kepempinan yang
bisa mengendalikan dirinya sendiri tentunya juga akan mampu mengendalikan
sesuatu yang lebih besar.
Terlebih sikap dan prilaku yang sportif dan santun dalam pembelajaran
demokrasi dapat dinyatakan bahwa menang atau kalah itu hal biasa, kita harus
sportif dan berlapang dada. Kesantunan disini sebagai sebuah karakter yang lahir
dari kepolosan, kebiasaan dan budaya sekolah yang menjadi bagian kehidupan siswa
sehari-hari.
Harapan besar tentunya dapat dipetik terutama dalam mempertajam sudut
pandang terhadap cara anak belajar dan menilai. Serta melihat mereka sebagai
pribadi yang unik dan istimewa bukan hanya sebagai anak-anak tetapi calon-calon
pemimpin masa depan.
Memahami, belajar, menarik kesimpulan, membuat argumen, menghargai
orang lain dengan unik dari sudut pandang mereka sendiri dengan dewasa meskipun
mereka masih pelajar tak melulu mereka harus disuapi atau didikte karena mereka
belajar dari mengamati, mengalami, merenungi dan menggunakan landasan-
landasan teori dari buku text, referensi belajar di sekolah.
Akhirnya meminjam istilah dari Abraham Lincoln, Presiden Amerika Srikat
yang ke-16, dalam pidato Gettyburgnya berujar, “Demokrasi merupakan suatu
sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat”, dari istilah tersebut bisa disimpulkan bahwa rakyat merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi dalam suatu pemerintahan, dimana masing-masing dari mereka
memiliki hak dalam bersuara yang sama dalam upaya mengantur kebijakan
pemerintah. Dalam sistem ini, keputusan diambil berdasarkan hasil suara terbanyak.
Harapan saya, sungguh saya meyakini dan membenarkan dari sebuah
demokrasi sejak dini yang baik, maka akan terlahir pemimpin yang berkualitas baik
dari segi lahir maupun batin yang menjadi harapan banyak orang.