SlideShare a Scribd company logo
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
PRINSIP-PRINSIP 
HUKUM KONTRAK 
DISPARITAS KONVENSIONAL 
DENGAN SYARIAH 
DOSEN PEMBIMBING: 
DR.SETIAWAN BUDI UTOMO 
OTORITAS JASA KEUANGAN 
Oleh: Fathur Rohman Ms. 
NIM. 20142660029 
Magister Hukum Ekonomi Syariah 
Universitas Muhammadiyah Surabaya 
Tahun Akademi 2014 - 2015 
M A K A L A H S E K I T A R H U K 1U M K E U A N G A N & B I S N I S 
S Y A R I A H
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
• Pengantar Produk & Jasa Industri Jasa Keuangan Syariah 
• Praktek Akad Dalam Produk Perbankan Syari'ah Dan Kedudukan Hukum 
Para Pihak 
• Produk Penghimpunan Dana Bank Syari'ah & Permasalahan Hukumnya 
• Produk Pembiayaan Bank Syari'ah & Permasalahan Hukumnya 
• Jasa Perbankan Syari'ah Dan Industri Jasa Keuangan Syariah lainnya & 
Permasalahan Hukumnya 
• Studi Kasus dan simulasi Produk Jasa Keuangan Syariah 
• Pengantar Hukum Keuangan Syariah & Kewenangan Peradilan Agama 
Dalam Sengkata Ekonomi Syari'ah. 
• Maqoshid Syari'ah & Implikasinya dan Transaksi Keuangan (Kaidah & Ushul 
Fiqih dalam Keuangan Syariah) 
• Keunikan Keuangan & Perbankan Syari'ah serta Sharia Gevernace dan 
implikasi hukumnya di Indonesia & Negara lain. 
• Regulasi & Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Syari'ah. 
• Pengenalan OJK dan Kebijakan & Strategi Pengembangan Industri Jasa 
Keuangan Syari'ah. 
• Studi Kasus Penyelesaian sengketa di sektor Perbankan dan Jasa 
Keuangan Syari'ah 
2 
MAT E R I K U L I AH O J K
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
PENDAHULUAN 
Kemunculan perbankan dan keuangan Syariah adalah mewakili penegasan hukum 
Syariah dalam bidang komersial ketika sekulerisme hampir mendominasi kehidupan umat 
manusia. 
Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dari sisi ibadah, akhlak dan 
3 
syariah. 
Bukan hanya ibadah atau keyakinan saja yang berlandaskan Syariah. Tetapi juga 
aspek hubungan antar manusia dengan manusia, khususnya yaitu dalam bermu'amalah. 
Pembahasan dalam makalah ini adalah mengenai hukum perjanjian atau kontrak, 
hukum kontrak bertujuan untuk mengatur hubungan manusia yang melakukan perjanjian. 
Highlightnya di sini mengenai perbedaan hukum kontrak konvensional dan hukum 
kontrak Syariah.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
PEMBAHASAN 
PERJANJIAN 
Pengertian Perjanjian 
• Pengertian Perjanjian atau kontrak diatur Pasal 1313 
KUH Perdata: “Perjanjian adalah suatu perbuatan 
dengan mana satu pihak atau lebih mengikat dirinya 
terhadap satu orang atau lebih.” 
• Definisi ini tidak begitu jelas karena dalam rumusan 
tersebut hanya disebutkan perbuatan saja, berarti 
bukan perbuatan hukum saja yang termasuk dalam 
perjanjian, tetapi di luar perbuatan hukum pun 
termasuk perjanjian. 
• Menurut doktrin (teori lama), perjanjian adalah 
“perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat untuk 
menimbulkan akibat hukum.” 
4
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
teori baru perjanjian 
• Van Dunne: “suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih 
berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.” 
• Black’s Law Dictinionary:"contract is An agreement between two or 
more person which creates an obligation to do or not to do particular 
thing". Artinya, persetujuan antara dua orang atau lebih, yang 
menimbulkan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan 
sesuatu secara sebagian. Intinya persetujuan dari para pihak untuk 
melaksanakan kewajiban, baik melakukan atau tidak melakukan secara 
sebagian. 
• Salim HS,SH,MS: "hubungan hukum antara subjek hukum yang satu 
dengan subjek hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan, dimana 
subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek 
hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai 
dengan yang telah disepakatinya.”[1] 
• Subekti: “suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain 
atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan satu hal. 
Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut 
yang dinamakan perikatan. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa 
suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau 
kesanggupan yang diucapkan atau ditulis”. 
5
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
hubungan perjanjian dengan perikatan 
• Perjanjian itu menerbitkan perikatan dan sebagai sumber perikatan, 
disamping sumber-sumber lain, seperti undang-undang. Jadi, ada perikatan 
yang lahir dari perjanjian dan ada perikatan yang lahir dari undang-undang. 
• Ada tiga unsur dalam perjanjian , yaitu: 
1. Ada orang yang menuntut, atau kreditor 
2. Ada orang yang dituntut, atau debitur 
3. Ada sesuatu yang dituntut, yaitu prestasi. 
• Prestasi umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu: 
6 
1. berbuat sesuatu; 
2. tidak berbuat sesuatu; 
3. menyerahkan sesuatu. 
• Pihak yang tidak melakukan prestasi disebut telah melakukan wanprestasi. 
Wanprestasi ini dapat terjadi dalam hal: 
1. Tidak berbuat sesuatu yang diperjanjikan; 
2. Tidak menyerahkan sesuatu yang telah diperjanjikan; 
3. Berbuat atau menyerahkan sesuatu namun terlambat atau tidak sesuai 
dengan yang diperjanjikan; 
4. Melakukan sesuatu yg menurut perjanjian seharusnya tidak dilakukan. 
• Perjanjian yg sah berlaku bagai Undang2 bagi mereka yang membuatnya.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
empat syarat perjanjian yang sah 
1. Perizinan yang bebas dari orang-orang yang mengikat diri 
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian 
3. Suatu hal tertentu 
4. Suatu sebab (oorzaak) yang halal, artinya tidak terlarang.[3] 
Sepuluh Asas Perjanjian 
1. asas kebebasan berkontrak; 
2. asas konsensualisme; 
3. asas kepastian hukum (pacta sunt servanda); 
4. asas iktikad baik; 
5. asas kepribadian; 
6. asas perjanjian batal demi hukum; 
7. asas keadaan memaksa (overmacht); 
8. asas canseling; 
9. asas obligatoir; 
10.asas zakwaarneming. 
7
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
8 
1. Asas Kebebasan Berkontrak 
Maksudnya: para pihak bebas membuat kontrak dan menentukan 
sendiri isi kontrak tsb sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, 
ketertiban umum, kebiasaan, kesusilaan serta didasari iktikad baik. Karena 
adanya asas kebebasan berkontrak ini, dalam praktik timbul jenis-jenis 
perjanjian yang pada mulanya tidak diatur dalam KUHPerdata. 
2. Asas Konsensualisme 
Suatu kontrak sudah sah dan mengikat ketika tercapai kata 
sepakat, selama syarat-syarat lainnya sudah terpenuhi. Asas ini merupakan 
salah satu syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana yang ditentukan 
dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Tanpa kesepakatan, perjanjian batal demi 
hukum. 
Kesepakatan maksudnya adalah seiya-sekata tentang apa yang 
diperjanjikan. Kesepakatan ini dicapai dengan penuh kesadaran, tanpa 
paksaan dan tekanan salah satu pihak. 
3. Asas Kepastian Hukum (Pacta Sunt Servanda) 
Secara harfiah berarti janji itu mengikat. Maksudnya: jika suatu 
kontrak sudah dibuat secara sah oleh para pihak, maka kontrak tersebut 
sudah mengikat para pihak, sama kekuatannya dengan sebuah undang 
undang yang dibuat parlemen dan pemerintah.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
9 
4. Asas Iktikad Baik 
Asas iktikad baik dapat disimpulkan dari pasal 1338 ayat (3) KUH 
Perdata: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.” Asas iktikad 
baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur 
harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau 
keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak. 
Asas iktikad baik dibagi menjadi dua macam, yaitu iktikad baik 
nisbi dan iktikad baik mutlak. Pada iktikad baik nisbi, orang memperhatikan 
sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada iktikad baik mutlak, 
penilaiannya terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran yang 
objektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak memihak) menurut norma-norma 
yang objektif. 
Arrest H.R. di Negeri Belanda memberikan peranan tertinggi 
terhadap iktikad baik dalam tahap praperjanjian bahkan kesehatan 
ditempatkan di bawah asas iktikad baik, bukan lagi pada teori kehendak. 
Begitu pentingnya iktikad baik tersebut sehingga dalam perundingan-perundingan 
atau perjanjian antara para pihak, kedua belah pihak akan 
berhadapan dalam suatu hubungan hukum khusus yang dikuasai oleh 
iktikad baik dan hubungan khusus ini membawa akibat lebih lanjut bahwa 
kedua belah pihak itu harus bertindak dengan mengingat kepentingan-kepentingan 
yang wajar dari pihak lain.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
10 
5. Asas Kepribadian 
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa 
seseorang yang akan melakuakan dan atau membuat kontrak hanya untuk 
kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan 
Pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata menjelaskan: “Pada 
umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain 
untuk dirinya sendiri.” Ini berarti bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak 
hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. 
Namun, ketentuan itu ada pengecualiannya, sebagaimana yang 
diintrodusir dalam Pasal 1317 KUH Perdata, yaitu: “Dapat pula perjanjian 
diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian dibuat untuk 
diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengadung suatu syarat 
semacam itu.” Pasal ini mengkonstruksikan bahwa seseorang dapat 
mengadakan perjanjian untuk kepentingan pihak ketiga, dengan suatu syarat 
yang ditentukan. 
Sedangkan dalam Pasal 1318 KUHPerdata, tidak hanya mengatur 
bagi diri sendiri, tetapi juga untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang 
yang memperoleh hak dari padanya.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
6. Asas Perjanjian Batal demi Hukum 
Suatu asas yang menyatakan bahwa suatu perjanjian akan batal demi jika 
tidak memenuhi syarat objektif. 
7. Asas Keadaan memaksa (Overmacht) 
Suatu kejadian yang tak terduga dan terjadi di luar kemampuannya sehingga 
terbebas dari keharusan membayar ganti kerugian. 
8. Asas Canseling 
Suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak memenuhi syarat 
subjektif dapat dimintakan pembatalan. 
9. Asas Obligatoir 
Suatu kontrak setelah sah, kontrak tersebut sudah mengikat, tetapi baru 
sebatas menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak. 
10. Asas Zakwaarnemig 
Seseorang yang mengurusi benda orang lain tanpa diminta oleh orang yang 
bersangkutan, ia harus mengurusnya sampai selesai. 
11
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
Unsur-unsur Perjanjian 
Dalam suatu kontrak dikenal tiga unsur, yaitu: 
12 
1. Unsur Esensiali 
Unsur yang harus ada dalam suatu kontrak karena tanpa ada 
kesepakatan tentang unsur esensiali ini maka tidak ada kontrak. Contoh, dalam 
kontrak jual-beli harus ada kesepakatan mengenai barang dan harga karena 
tanpa kesepakatan mengenai barang dan jasa dalam kontrak jual beli, kontrak 
tersebut batal demi hukum karena tidak ada hal tertentu yang diperjanjikan. 
2.Unsur Naturalia 
Unsur yang telah diatur dalam undang-undang sehingga apabila tidak 
diatur oleh para pihak dalam kontrak, undang-undang yang mengaturnya. 
Unsur yang selalu dianggap ada dalam kontrak. Contoh, jika dalam kontrak 
tidak diperjanjikan tentang cacat tersembunyi, secara otomatis berlaku 
ketentuan dalam BW bahwa penjual yang harus menanggung cacat 
tersembunyi. 
3.Unsur Aksidentalia 
Unsur yang nanti ada atau mengikat para pihak jika para pihak 
memperjanjikannya. Contoh, dalam kontrak jual beli dengan angsuran 
diperjanjikan bahwa apabila pihak debitur lalai membayar hutangnya, 
dikenakan denda dua persen perbulan keterlambatan, dan apabila debitur lalai 
membayar selama tiga bulan berturut-turut, barang yang sudah dibeli dapat 
ditarik kembali oleh kreditor tanpa melalui pengadilan.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
Penafsiran Kontrak 
• Idealnya suatu kontrak tidak memerlukan penafsiran, kalimat-kalimat yang 
ada sudah seharusnya menjelaskan klausula yang ada. Karena itu jika 
semuanya sudah jelas tidak memerlukan penafsiran, bahkan tidak boleh 
jika penafsiran tersebut akan mempunyai arti menyimpang dari yang 
tersurat tersebut. 
• Dalam ilmu hukum kontrak disebut “Doktrin Kejelasan Makna” (plain 
meaning rules), doktrin ini diakui sepenuhnya oleh KUHPerdata lewat 
Pasal 1342, yang menyatakan bahwa: "Jika kata-kata dalam suatu 
kontrak sudah jelas, maka tidak lagi diperkenankan untuk menyimpang 
daripadanya dengan jalan penafsiran". 
• Kontrak itu bermacam-macam ragamnya maka sangat mungkin akhirnya 
dibutuhkan kejelasan-kejelasan lebih lanjut. Disamping itu, karena kontrak 
merupakan ungkapan hati dari para pihak dengan menggunakan kata-kata 
yang pada prinsipnya terbatas, sehingga biasanya hampir tidak ada 
kontrak yang tidak memerlukan penafsiran. 
13
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
Prinsip-Prinsip hukum kontrak 
14 
1. Prinsip kesepakatan 
Meskipun dalam suatu kontrak baku disangsikan ada kesepakatan 
kehendak yang benar-benar seperti diinginkan oleh para pihak, tetapi kedua 
belah pihak akhirnya juga menandatangani kontrak tersebut. Dengan 
penandatanganan itu, maka dapat diasumsi bahwa kedua belah pihak telah 
menyetujui isi kontrak, sehingga dapat disimpulkan kata sepakat telah terjadi. 
2. Prinsip Asumsi Resiko 
Dalam suatu kontrak setiap pihak tidak dilarang untuk melakukan 
asumsi resiko. Artinya bahwa jika ada resiko tertentu yang mungkin terbit dari 
suatu kontrak tetapi salah satu pihak bersedia menanggung risiko tersebut 
sebagai hasil dari tawar menawarnya, maka jika memang risiko tersebut 
benar-benar terjadi, pihak yang mengasumsi risiko tersebutlah yang harus 
menagunggung risikonya. Dalam hubungan dengan kontrak baku, maka 
dengan menandatangani kontrak yang bersangkutan, berarti segala risiko 
apapun bentuknya akan ditanggung oleh pihak yang menandatanganinya 
sesuai isi dari kontrak tersebut.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
15 
3. Prinsip Kewajiban Membaca 
Dalam ilmu hukum kontrak diajarkan ada kewajiban membaca 
(duty to read) bagi setiap pihak yang akan menandatangani kontrak. 
Dengan demikian, jika dia telah menandatangani kontrak yang 
bersangkutan, hukum mengasumsikan bahwa dia telah membacanya 
dan menyetujui apa yang telah dibacanya. 
4. Prinsip Kontrak mengikuti kebiasaan 
Sudah menjadi kebiasaan sehari-hari bahwa banyak kontrak 
dibuat secara baku. Karena kontrak baku tersebut menjadi terikat, 
antara lain juga karena keterikatan suatu kontrak tidak hanya terhadap 
kata-kata yang ada dalam kontrak tersebut, tapi juga terhadap hal-hal 
yang bersifat kebiasaan. Lihat Pasal 1339 KUHPerdata Indonesia. 
Kontrak baku merupakan suatu kebiasaan sehari-hari dalam 
lalu lintas perdagangan dan sudah merupakan suatu kebutuhan 
masyarakat, sehingga eksistensinya tidak perlu dipersoalkan lagi.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
Pengertian Akad 
• Lafadh akad, berasal dari lafal arab al-‘aqd berarti perikatan, perjanjian, 
16 
dan pemufakatan al-ittifaq. 
• Secara terminology fiqh, akad: pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) 
dan qabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat 
yang berpengaruh pada objek ikatan. 
• Menurut az-Zarqa’: akad merupakan ikatan secara hukum yang dilakukan 
oleh dua atau beberapa pihak yg berkeinginan untuk mengikatkan diri. 
Kehendak pihak-pihak itu sifatnya tersembunyi dalam hati oleh sebab itu, 
untuk menyatakan kehendak masing-masing harus diungkapkan dalam 
pernyataan. Pernyataan pihak-pihak yg berakad itu disebut ijab dan qabul. 
• Ada pakar yang mendefinisikan akad sebagai satu perbuatan yang sengaja 
dibuat oleh dua orang berdasarkan kesepakatan atau kerelaan bersama. 
• Dalam hukum Islam istilah kontrak tidak dibedakan dengan perjanjian, 
keduanya identik disebut akad. Sehingga akad sebagai pertemuan ijab 
yang dinyatakan oleh salah satu pihak dengan kabul dari pihak lain secara 
sah menurut syara' yang tampak akibat hukumnya pada obyeknya. 
• Kesimpulan, kontrak: kesepakatan bersama baik lisan, isyarat, maupun 
tulisan antara dua pihak atau lebih melalui ijab qabul yg memiliki ikatan 
hukum bagi semua pihak yg terlibat untuk melaksanakan apa yg menjadi 
kesepakatan tersebut.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
• Dalam hukum Islam, Prinsip dasar suatu transaksi harus dilakukan secara 
benar dan tidak saling merugikan. Dalam Quran Surat 4 An Nisa' ayat 29: 
يَا أَيُّهَا الَّذِينََ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمَْ بَيْنََكُمَْ بِالْبَاطِلَِ إِلا أَنَْ تَكُونََ تِجَارََةَ عَنَْ تَرَا ضَمِنْكُمَْ 
وَلا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمَْ إِنََّ اللََََّ كَانََ بِكُمَْ رَحَِي ما 
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu 
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka 
sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya 
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu". 
• Bertransaksi secara benar bertujuan agar hakikat dari harta yang dimiliki 
tetap terjaga dengan baik, dalam QS. 2 al Baqarah ayat 267: 
يَا أَيُّهَا الَّذِينََ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنَْ طَيِِّبَاتَِ مَا كََسَبْتُمَْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمَْ مِنََ الأرْضَِوَلا تَيَمَّمُوا 
الْخَبِيثََ مِنْهَُ تُنْفِقُونََ وَلَسْتُمَْ بِآخِذِيهَِ إِلا أََنَْ تُغْمِضُوا فِيهَِ وَاعْلَمُوا أَنََّ اللََََّ غَنِ يَ حَمِيدَ 
"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil 
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk 
kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan 
daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan 
memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha 
17 
Terpuji".
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
• Dalam system hukum Islam, kedudukan kata sepakat terhadap suatu 
kontrak sangat dijunjung tinggi, yang berarti prinsip pacta sunt servanda 
(janji itu mengikat) sangat dihormati dalam hukum syara'. Sesuai dengan 
firman Allah dalam AlQuran Surat 5 al Maidah ayat 1: 
18 
يَا أَيُّهَا الَّذِينََ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودَِ 
"Hai orang orang yang beriman penuhilah akad akad itu" 
• Tujuan akad adalah untuk melahirkan suatu akibat hukum. Lebih tegas 
lagi tujuan akad adalah maksud bersama yang dituju dan yang hendak 
diwujudkan oleh para pihak melalui perbuatan akad. Akibat hukum akad 
dalam hukum Islam disebut “hukum akad” (hukm al-‘aqd). 
• Tujuan akad tercapai tercermin pada terciptanya akibat hukum. Bila 
maksud para pihak dalam akad jual beli adalah untuk melakukan 
pemindahan milik atas suatu benda dari penjual kepada pembeli dengan 
imbalan yang diberikan oleh pembeli, maka terjadinya pemindahan milik 
tersebut merupakan akibat hukum akad jual beli.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
• Hukum akad dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 
1. hukum pokok akad (al-hukmul-ashli lil’aqd); 
2. hukum tambahan akad ( al-hukmut-tabi’ lil-‘aqd). 
• Hukum pokok akad adalah akibat hukum pokok yang timbul dari 
19 
penutupan akad. 
• Sedangkan akibat hukum tambahan akad bisa disebut juga dengan 
hak dan kewajiban yang timbul karena suatu akad. 
• Akibat hukum tambahan akad ini dibedakan menjadi dua macam, 
yaitu akibat hukum yang ditentukan oleh syariah dan akibat hukum 
yang ditentukan oleh para pihak sendiri
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
Rukun Akad 
• Rukun adalah unsur-unsur yang membentuk sesuatu, sehingga 
sesuatu itu terwujud karena adanya unsur-unsur tersebut yang 
membentuknya. Dalam konsepsi hukum Islam, unsur-unsur yang 
membentuk sesuatu itu disebut rukun. Akad terbentuk oleh unsur 
atau rukun yang membentuknya. 
• Menurut Fuqoha’ kontemporer, rukun akad itu ada empat: 
1. Para pihak yang membuat akad (al-‘aqidan) 
2. Pernyataan kehendak para pihak (shigatul-‘aqd) 
3. Objek akad (mahallul-‘aqd) 
4. Tujuan akad (maudhu’ul-‘aqd). 
• Menurut hukum syara', kata sepakat untuk suatu kontrak disebut 
ijab qabul yg merupakan salah satu rukun akad. Akad berasal dari 
al aqd yg berarti perikatan, perjanjian dan pemufakatan (al ittifaq). 
• Dalam hukum syara', pihak pelaku ijab disebut dengan “mujib”, 
sedangkan pihak pelaku kabul disebut dengan istilah “qabil”. 
• Jumhur Ulama, rukun akad adalah Ijab Qabul, para pihak dan objek 
20 
akad.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
Syarat Akad 
Ulama Fiqh menetapkan: syarat umum akad dan syarat khusus. 
Syarat-syarat umum akad: 
1. Ijab qabul harus dilakukan oleh orang yang cakap bertindak, Yaitu orang 
yg sehat akal, cukup umur (mumayyiz) dan tidak boros; 
2. Ijab qabul harus tertuju kepada objek tertentu; 
3. Ijab qabul dilakukan oleh kedua pihak dlm kontrak atau jika salah pihak 
tdk hadir, dpt ditujukan kpd pihak ketiga yg menyampaikannya kpd 
pihak yg tdk hadir, dan pihak yg tdk hadir menyatakan qabulnya; 
4. Akad tidak dilarang oleh nas syara'; 
5. Memenuhi syarat-syarat khusus bagi akad tertentu; 
6. Akad itu bermanfaat; 
7. Ijab harus tetap shahih sampai saat dilakukan Kabul. Artinya tidak sah 
akad jika sebelum kabul dilakukan telah terjadi pembatalan ijab, atau 
pelaku ijab telah gila atau meninggal dunia; 
8. Ijab kabul dilakukan dalam satu majelis (tatap muka atau kabul tunda). 
Mazhab Syafi’i: Kabul hrs sgr diucapkan stlh akad & tdk boleh ditunda; 
9. Tujuan akad hrs jelas & diakui oleh syara'. Misal, akad nikah bertujuan 
menghalalkan hubungan suami istri, krn itu akad semu dilarang. 
21
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
Asas-Asas akad 
• Asas berasal dari bahasa Arab asasun yang berarti dasar, basis dan 
fondasi. Secara terminologi asas adalah dasar atau sesuatu yang 
menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat.[18] 
• Istilah lain yang sama dengan kata asas adalah prinsip yaitu dasar atau 
kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak dan 
sebagainya. 
• Mohammad Daud Ali mengartikan asas bila dihubungkan dengan kata 
hukum adalah kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berpikir 
dan alasan pendapat terutama dalam penegakan dan pelaksanaan 
hukum. Dari definisi tersebut bila dikaitkan dengan perjanjian dalam 
hukum kontrak syariah adalah, kebenaran yang dipergunakan sebagai 
tumpuan berpikir dan alasan pendapat tentang perjanjian terutama 
dalam penegakan dan pelaksanaan hukum kontrak syari’ah. 
• Dalam hukum kontrak syari’ah terdapat asas-asas perjanjian yang 
melandasi penegakan dan pelaksanaannya. Asas-asas perjanjian 
tersebut diklasifikasikan menjadi asas-asas perjanjian yang tidak 
berakibat hukum dan sifatnya umum dan asas-asas perjanjian yang 
berakibat hukum dan sifatnya khusus. 
22
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
14 Asas perjanjian tidak berakibat hukum, sifatnya umum 
23 
1. Asas Ilahiah atau Asas Tauhid 
• Tingkah laku manusia tidak akan luput dari ketentuan Allah swt. 
Seperti yang disebutkan dalam QS. 57 al-Hadid ayat 4: 
هُوََ الَّذِي خَلَقََ السَّمَاوَاتَِ وَالأرْضََ فِي سِتَّةَِ أََيَّا مَ ثُمََّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشَِ يَعْلَمَُ مَا يَلِجَُ 
فِي الأرْضَِ وَمَا يَخْرُجَُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلَُ مِنََ السََّمَاءَِ وَمَا يَعْرُجَُ فِيهَا وَهُوََ مَعََكُمَْ أَيْنََ مَا 
كُنْتُمَْ وَاللَََُّ بِمَا تَعْمَلُونََ بَصِي رَ 
”Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian 
Dia bersemayam di atas 'Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam 
bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan 
apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu 
berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. 
• Kegiatan mu’amalah termasuk perbuatan perjanjian, tidak pernah lepas 
dari nilai ketauhidan. Manusia dalam hal itu bertanggung jawab kepada 
masyarakat, pihak kedua, diri sendiri, dan kepada Allah swt. Akibat dari 
penerapan asas ini, manusia tidak akan berbuat sekehendak hatinya 
karena segala perbuatannya akan mendapat balasan dari Allah swt.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
24 
2. Asas Kebolehan (Mabda' al-Ibahah) 
• Kaidah fiqhiyah: 
الأصل فى المعاملات الإباحة إلا أن يدل الدليل على تحريمها 
"Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil 
yang mengharamkannya". 
Kaidah fiqih tersebut bersumber pada dua hadits : 
• Hadits riwayat al Bazzar dan Thabrani : 
“Apa-apa yang dihalalkan Allah adalah halal, dan apa-apa yang diharamkan 
Allah adalah haram, dan apa-apa yang didiamkan adalah dimaafkan. Maka 
terimalah dari Allah pemaaf-Nya. Sungguh Allah itu tidak melupakan 
sesuatupun”.[22] 
• Hadits riwayat Daruquthni, dihasankan oleh an-Nawawi: 
Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban, maka jangan kamu 
sia-siakan dia dan Allah telah memberikan beberapa batas, maka janganlah 
kamu langgar dia, dan Allah telah mengharamkan sesuatu maka janganlah 
kamu pertengkarkan dia, dan Allah telah mendiamkan beberapa hal, maka 
janganlah kamu perbincangkan dia.[23] 
Kedua hadits di atas menunjukkan bahwa segala sesuatu mubah 
dilakukan sampai ada dalil yg melarangnya. Islam memberi kesempatan luas 
kepada yg berkepentingan untuk mengembangkan bentuk dan macam transaksi 
baru sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
25 
3. Asas Keadilan (al-‘adalah) 
• AlQuran Surat 57 Al-Hadid ayat 25: 
لَقَدَْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِِّنَاتَِ وَأَنْزَلْنََا مَعَهُمَُ الْكِتَابََ وَالْمِيزَانََ لِيَقُومََ النََّاسَُ بِالْقِسْطَِ وَأَنْزَلْنَا 
الْحَدِيدََ فِيهَِ بَأْ سَ شَدِيدَ وَمَنَافِعَُ لِلنَّاسَِ وَلَِيَعْلَمََ اللَََُّ مَنَْ يَنْصُرُهَُ وَرُسُلََهَُ بِالْغَيْبَِ إِنََّ اللََََّ قَوِ يَ 
عَزِي زَ 
”Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa 
bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan 
Neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan”. 
• Al Quran Surat 7 Al A’raf ayat 29: 
قُلَْ أَمَرََ رَبِِّي بِالْقِسْطَِ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمَْ عِنَْدََ كُلَِِّ مَسْجِ دَ وَادْعُوهَُ مُخْلِصِينََ لَهَُ الدِِّينََ كَمَا 
بَدَأَكُمَْ تَعُودُونََ 
“Tuhanku menyuruh supaya berlaku adil”. 
• Dalam asas ini para pihak yang melakukan kontrak dituntut untuk berlaku 
benar dalam mengungkapkan kehendak dan keadaan, memenuhi 
perjanjian yang telah mereka buat, dan memenuhi semua kewajibannya.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
26 
4. Asas Persamaan atau Kesetaraan 
• Hubungan mu’amalah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. 
Seringkali terjadi bahwa seseorang memiliki kelebihan dari yang lainnya. 
Oleh karena itu sesama manusia masing-masing memiliki kelebihan dan 
kekurangan. Maka antara manusia yang satu dengan yang lain, hendaknya 
saling melengkapi atas kekurangan yang lain dari kelebihan yang dimilikinya. 
• Dalam melakukan kontrak para pihak menentukan hak dan kewajiban 
masing-masing didasarkan pada asas persamaan dan kesetaraan. Tidak 
diperbolehkan terdapat kedholiman yang dilakukan dalam kontrak tersebut. 
Sehingga dilarang membeda-bedakan manusia karenaperbedaan warna 
kulit, agama, adat dan ras. Dalam QS. 49 Al Hujurat ayat 13 disebutkan: 
يَ ا أَيُّهَا الن اَّ سُ إِن اَّ خَلَقْنَ ا كمُْ مِنُْ ذَكَر وَأ نْثَى وَُجَعَلْنَ ا كمُْ ش عوبً ا وَقَبَ ائِلَُ لِتَعَارَُف وا إِنَُّ أَكْرَمَ كمُْ 
عِنْدَُاللََُِّأَتْق اَ كمُْ إِنَُّاللَََُّ عَلِيم خَبِي رُ 
”Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan 
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku 
supaya kamu saling mengenal”
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
27 
5. Asas Kejujuran dan Kebenaran (ash-shiddiq) 
• Jika kejujuran ini tidak diterapkan dalam kontrak, maka akan merusak 
legalitas kontrak dan menimbulkan perselisihan diantara para pihak. 
Dalam Al Quran Surat 33 Al Ahzab ayat 70: 
يَا أَيُّهَا الَّذِينََ آمَنُوا اتَّقُوا اللََََّ وَقُولُوا قَوْلا سََدِيد ا 
”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan 
katakanlah perkataan yang benar”. 
• Suatu perjanjian dapat dikatakan benar apabila memiliki manfaat bagi para 
pihak yang melakukan perjanjian dan bagi masyarakat dan lingkungannya. 
Sedangkan perjanjian yang mendatangkan mudharat dilarang.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
28 
6. Asas Tertulis (al-Kitabah) 
Suatu perjanjian hendaknya tertulis agar dapat dijadikan alat bukti di 
kemudian hari terjadi persengketaan. QS. 2 Al Baqarah ayat 282 – 283: 
يَا أَيُّهَا الَّذِينََ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمَْ بِدَيْ نَ إِلَى أَجَ لَ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهَُ وَلْيَكْتُبَْ بَيْنَكُمَْ كَاتِ بَ بِالْعََدْلَِ وَلا يَأْبََ كَاتِ بَ أَنَْ يَكْتُبََ 
كَمَا عَلَّمَهَُ اللَََُّ فَلْيَكْتُبَْ وَلْيُمْلِلَِ الَّذِي عَلَيْهَِ الْحَقَُّ وََلْيَتَّقَِ اللََََّ رَبَّهَُ وَلا يَبْخَسَْ مِنْهَُ شَيْئ ا فََإِنَْ كَانََ الَّذِي عَلَيْهَِ الْحَقَُّ سَفِي ها أَوَْ 
ضَعِيف ا أَوَْ لا يَسْتَطِيعَُ أَنَْ يُمِلََّ هُوََ فَلْيُمْلِلَْ وَلِيُّهَُ بِالَْعَدْلَِ وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنَِ مِنَْ رِجَالِكُمَْ فَإِنَْ لَمَْ يَكُونَا رَجُلَيْنَِ فَرَجُ لَ 
وَامْرَأَتَانَِ مِمَّنَْ تَرْضَوْنََ مِنََ الشُّهَدَاءَِ أَنَْ تَضِلََّ إِحْدَاهُمَا فََتُذَكِِّرََ إِحْدَاهُمَا الأخْرَى وَلا يَأْبََ الشُّهَدَاءَُ إِذَا مَا دُعُوا وَلا 
تَسْأمَُوا أَنَْ تَكْتُبُوهَُ صَغِي را أَوَْ كَبِي را إِلَى أَجَلِهَِ ذَلِكُمَْ أَقَْسَطَُ عِنْدََ اللَََِّ وَأَقْوَمَُ لِلشَّهَادَةَِ وَأَدْنَى أََلا تَرْتَابُوا إِلا أَنَْ تَكُونََ 
تِجَارَةَ حَاضِرَةَ تُدِيرُونَهَا بَيْنَكُمَْ فَلَيْسََ عَلَيْكُمَْ جُنَا حَ أََلا تَكْتُبُوهَا وَأَشْهِدُوا إِذَا تَبَايَعْتُمَْ وَلا يُضََارََّ كَاتِ بَ وَلا شَهِيدَ وَإِنَْ 
تَفْعَلُوا فَإِنَّهَُ فُسُو قَ بِكُمَْ وَاتَّقُوا اللََََّ وَيُعَلِِّمُكُمَُ اللَََُّ وَاللَََُّ بِكُلَِِّ شَيْ ءَ عَلِي مَ 
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang 
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya 
dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka 
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakan (apa yang akan ditulis itu), dan 
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikit pun daripada utangnya. Jika 
yang berutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan, 
maka hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang 
lelaki di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi 
yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu 
enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis utang itu, baik kecil 
maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat 
menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah muamalahmu itu), 
kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, 
(jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling 
sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada 
dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.“ 
]
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
29 
• QS. 2 Al Baqarah ayat 283: 
وَإِنَْ كُنْتُمَْ عَلَى سَفَ رَ وَلَمَْ تَجِدُوا كَاتِب ا فَرِهََا نَ مَقْبُوضَةَ فَإِنَْ أَمِنََ بَعْضُكُمَْ بََعْ ضا فَلْيُؤَدَِِّ الَّذِي 
اؤْتُمِنََ أَمَانَتَهَُ وَلْيَتَّقَِ اللََََّ رَبَّهَُ وَلا تَكْتَُمُوا الشَّهَادَةََ وَمَنَْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهَُ آثَِ مَ قَلْبُهَُ وَاللَََُّ بِمَا تَعْمَلُونََ 
عَلِي مَ 
"Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang 
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang 
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian 
kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu 
menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah 
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan 
barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang 
yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". 
• Dari kedua ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah SWT menganjurkan 
kepada manusia agar suatu perjanjian dilakukan secara tertulis, dihadiri para 
saksi dan diberikan tanggung jawab individu yang melakukan perjanjian dan 
yang menjadi saksi tersebut. Selain itu dianjurkan pula jika suatu perjanjian 
dilaksanakan tidak secara tunai maka dapat dipegang suatu benda sebagai 
jaminannya.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
30 
7. Asas Iktikad Baik (Asas Kepercayaan) 
• Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yaitu: ”Perjanjian harus dilaksanakan 
dengan iktikad baik”. Asas ini mengandung pengertian bahwa para pihak 
dalam suatu perjanjian harus melaksanakan substansi kontrak atau 
prestasi berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh serta 
kemauan baik dari para pihak agar tercapai tujuan perjanjian. 
8. Asas Kemaslahatan dan Kemanfaatan 
• Semua bentuk perjanjian harus mendatangkan kemanfaatan dan 
kemaslahatan bagi para pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian dan 
bagi masyarakat sekitar meskipun tidak terdapat ketentuannya dalam al 
Qur’an dan Al Hadits. 
• Asas kemanfaatan dan kemaslahatan ini sangat relevan dengan tujuan 
hukum Islam secara universal. 
• filosof Islam al-Ghazali (wafat 505H/1111M) dan asy-Syatibi (wafat 
790H/1388M) merumuskan tujuan hukum Islam berdasarkan Qur’an 
Hadits sebagai mewujudkan kemaslahatan untuk memenuhi dan 
melindungi 5 kepentingan pokok manusia yaitu melindungi: Religiusitas; 
Jiwa-raga; Akal-pikiran; Martabat diri dan keluarga; dan Harta kekayaan.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
asas perjanjian yang berakibat hukum dan bersifat khusus 
9. Asas Konsensualisme/Kerelaan (Mabda’ ar-Ridlo’iyyah) 
Dalam Al Quran Surat 4 An-Nisa ayat 29: 
يَا أَيُّهَا الَّذِينََ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمَْ بَيْنَكُمَْ بِالْبَاطَِلَِ إِلا أَنَْ تَكُونََ تِجَارَةَ عَنَْ تَرَا ضَ مِنْكُمَْ وََلا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمَْ إِنََّ 
اللََََّ كَانََ بِكُمَْ رَحِي ما 
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta 
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang 
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu”. 
• Transaksi harus berdasar suka sama suka / kerelaan dari para pihak, 
dilarang ada tekanan, paksaan, penipuan, dan mis-statement. Jika hal 
ini tidak dipenuhi maka transaksi tsb dilakukan dengan cara yg batil. 
• Asas ini juga bersumber dari hadits riwayat Ibn Hibban & Baihaqi: 
عن أبى سعيد الخدرى رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه و أله وسلم قال: إنما البيع عن تراض. 
)رواه البيهقي وابن ماجه و صحصه ابن حبان( 
"Dari Abi Sa'id Al Khudlori bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:" 
Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka." 
• Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata: syarat sah perjanjian hrs ada 
kesepakatan para pihak. Asas konsensualisme menyatakan bahwa 
perjanjian umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup dengan 
kesepakatan kedua belah pihak, yang merupakan persesuaian antara 
kehendak dan pernyataan yg dibuat 31 
oleh para pihak.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
10. Asas Kebebasan Berkontrak (Mabda’ Hurriyah at-ta’aqud) 
• Islam memberikan kebebasan kepada para pihak untuk melakukan 
suatu perikatan. Bentuk perikatan tsb ditentukan oleh para pihak. Bila 
telah disepakati bentuk dan isinya, maka perikatan tsb mengikat para 
pihak & harus dilaksanakan hak dan kewajibannya. 
• Hal ini tidak absolute. Sepanjang tidak bertentangan dengan syari’ah, 
maka perikatan tersebut wajib dilaksanakan. 
• Menurut Faturrahman Djamil:“Syariah memberikan kebebasan kepada 
setiap orang yang melakukan akad sesuai yang diinginkannya, tetapi 
yang menentukan syarat sahnya adalah ajaran agama".[30] 
• Dalam Al Quran Surat 5 Al-Maidah ayat 1 disebutkan: 
32 
يَا أَيُّهَا الَّذِينََ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودَِ 
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah perjanjian-perjanjian itu”
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
33 
11. Asas Perjanjian Itu Mengikat 
• Asas ini berasal dari hadits Nabi Muhammad saw riwayat At 
Turmudzi: 
الصلح جائز بين المسلمين إلا صلحا حرم حلالا أو أحل حراما, و المسلمين 
على شروطهم إلا شرطا حرم حلالا أو أحل حراما )رواه الترمذى عن عمرو 
بن عوف( 
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali 
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang 
haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali 
syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram” 
(HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf). 
• Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa setiap orang yang 
melakukan perjanjian terikat kepada isi perjanjian yang telah 
disepakati bersama pihak lain dalam perjanjian. Sehingga seluruh isi 
perjanjian adalah sebagai peraturan yang wajib dilakukan oleh para 
pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
34 
12. Asas Keseimbangan 
• Meskipun secara faktual jarang terjadi keseimbangan antara para 
pihak dalam bertransaksi, namun hukum perjanjian Islam tetap 
menekankan perlu keseimbangan tersebut, baik keseimbangan 
antara apa yang diberikan dan apa yang diterima maupun 
keseimbangan dalam memikul risiko. 
• Asas keseimbangan dalam transaksi tercermin pada dibatalkan 
suatu akad yang mengalami ketidakseimbangan prestasi yang 
mencolok. 
• Asas keseimbangan dalam memikul risiko tercermin dalam 
larangan terhadap transaksi riba, dalam konsep riba hanya 
debitur yang memikul segala risiko atas kerugian usaha, 
sementara kreditor bebas sama sekali dan harus mendapat 
prosentase tertentu sekalipun pada saat dananya mengalami 
kembalian negative.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
35 
13. Asas Kepastian Hukum (AsasPacta Sunt Servanda ) 
Asas kepastian hukum ini disebut secara umum dalam kalimat terakhir Al 
Quran Surat 17 Bani Israil / Al Isro' ayat 15: 
مَنَِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهَِ وَمَنَْ ضَلََّ فَإِنَّمَا يَضِلَُّ عَلَيْهَا وَلا تََزِرَُ وَازِرَةَ وِزْرََ 
أُخْرَى وَمَا كُنَّا مُعَذِِّبِينََ حَتَّى نَبْعَثََ رَسُولا 
"Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka 
sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan 
barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) 
dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang 
lain, dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang 
rasul". 
Al Quran Surat 5 al-Maidah ayat 95: 
يَا أَيُّهَا الَّذِينََ آمَنُوا لا تَقْتُلُوا الصَّيْدََ وَأَنَْتُمَْ حُرُ مَ وَمَنَْ قَتَلَهَُ مِنْكُمَْ مُتََعَمِِّد ا فَجَزَا ءَ مِثْلَُ مَا 
قَتَلََ مِنََ النَّعَمَِ يَحْكُمَُ بِهَِ ذَوَا عَدْ لَ مِنْكُمَْ هََدْي ا بَالِغََ الْكَعْبَةَِ أَوَْ كَفَّارَةَ طَعَامَُ مَسَاكِينََ أَوَْ 
عَدْلَُ ذَلِكََ صِيَا ما لِيَذُوقََ وَبَالََ أَمْرِهَِ عَفَا اللَََُّ عَمَّا سَلَفََ وَمَنَْ عَادََ فَيَنَْتَقِمَُ اللَََُّ مِنْهَُ وَاللَََُّ 
عَزِي زَ ذُو انْتِقَا مَ
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang 
buruan, ketika kamu sedang ihram. Barang siapa di antara kamu 
membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan 
binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut 
putusan dua orang yang adil di antara kamu, sebagai had-ya yang di bawa 
sampai ke Kakbah, atau (dendanya) membayar kafarat dengan memberi 
makan orang-orang miskin, atau berpuasa seimbang dengan makanan yang 
dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya. 
Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barang siapa yang kembali 
mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi 
mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa". 
• Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Allah swt. mengampuni apa yang 
terjadi di masa lalu. Dari kedua ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa 
asas kepastian hukum merupakan tidak ada satu perbuatanpun dapat di 
hukum kecuali atas kekuatan ketentuan peraturan perundang-undangan 
yang ada dan berlaku untuk perbuatan tersebut. 
• Asas kepastian hukum ini terkait dengan akibat perjanjian. Dalam hal ini 
hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yg dibuat 
oleh para pihak, seperti sebuah undang-undang, mereka tidak boleh 
intervensi terhadap substansi kontrak yg dibuat para pihak. 
• Asas Pacta Sunt Servanda termuat dlm Pasal 1338 ayat (1) KUH 
Perdata:”Perjanjian yg dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang”. 
36
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
14. Asas Kepribadian (Personalitas) 
• Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang 
yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk 
kepentingan perseorangan. Hal ini dapat dipahami dari Pasal 1315 dan 
Pasal 1340 KUHPerdata. Pasal 1315 KUH Perdata menjelaskan: ”Pada 
umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian 
selain untuk dirinya sendiri”. 
• Pasal 1340 KUHPerdata disebutkan: ”Perjanjian hanya berlaku antara 
37 
para pihak yang membuatnya”. 
• Namun ada pengecualian seperti diintrodusir dalam Pasal 1317 KUH 
Perdata: ”Dapat pula perjanjian diadakan untuk kepentingan pihak 
ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri atau suatu 
pemberian kepada orang lain mengandung suatu syarat semacam itu”. 
• Pasal ini mengkonstruksikan: seseorang dapat mengadakan perjanjian 
untuk kepentingan pihak ketiga dengan suatu syarat yang ditentukan. 
• Pasal 1318 KUHPerdata tidak hanya mengatur perjanjian untuk diri 
sendiri tetapi juga untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang 
yang memperoleh hak darinya. 
• Asas kepribadian dalam perjanjian dikecualikan bila perjanjian tersebut 
dilakukan seseorang untuk orang lain yang memberikan kuasa bertindak 
hukum untuk dirinya atau orang tersebut berwenang atasnya.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
Empat Prinsip Hukum Kontrak Syariah 
dalam Praktek Keuangan Moderen 
1. Sifat Tak Mengikat Dari Sebagian Besar Kontrak Dasar 
Tidak mengikat (ja’iz) versus mengikat 
• Semua usulan kontrak bisa jaiz yang berarti tidak mengikat atau dapat 
dibatalkan sewaktu waktu, ataupun lazim yang berarti mengikat atau 
tidak dapat dibatalkan. Sebuah kontrak jaiz bisa pada salah satu pihak 
ataupun kedua belah pihak. 
• Kontrak yang jaiz bagi kedua belah pihak meliputi persekutuan (semua 
bentuk), perwakilan, deposit, pinjaman (‘ariyah), dan hadiah. Kontrak 
lainnya yang jaiz bagi kedua belah pihak sampai penyerahan (barang) 
meliputi hibah, pinjaman qardl, dan gadai. 
• Kontrak lainnya dapat diakhiri oleh salah satu pihak seperti gadai oleh 
penerima gadai (setelah penyerahan), atau jaminan oleh orang yang 
berhutang. Kontrak lazim meliputi jual beli, sewa, perdamaian, 
pemindahan hutang dan pembatalan. 
38
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
2. Skema ganda untuk menentukan resiko kerugian 
Resiko kerugian (dloman) versus Kepercayaan 
• Hukum Syariah menetapkan hubungan yang menyangkut tanggung 
jawab atas kehilangan atau kerusakan objek tertentu yang terdapat 
dalam kontrak dengan pihak pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut. 
• Hukum Syariah hanya mempertimbangkan dua kemungkinan hubungan 
seperti itu, yaitu pihak yang memegang obyek tersebut dapat sebagai 
orang yang terpercaya atau wakil (amin), atau sebagai penjamin 
(dlomin). 
• Orang yang terpercaya tidak bertanggung jawab sama sekali atas cacat 
pada objek, kecuali kalau melanggar kepercayaan. Sebaliknya dlomin 
atau penjamin menanggung resiko kehilangan yang sama dengan 
pemilik. 
• Jika objek musnah karena takdir Allah atau force majeure (kejadian di 
luar kemauan dan kemampuan manusia).[37] 
39
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
3. Larangan Jual Beli Hutang Dengan Hutang 
• Prinsip ketiga yaitu mengenai larangan jual beli hutang dengan hutang, 
tentang jual beli hutang dengan hutang ini, berpengaruh ketika 
kewajiban (baik untuk melakukan tindakan tertentu atau membayar 
uang atau harta lainnya) dapat ditanggguhkan, dan ketika kewajiban 
tersebut dijual, dibeli, atau dipindahtangankan. 
• Ada banyak batasan yang diterapkan pada jual beli ini, yang 
disimpulkan dari dalil yang melarang jual beli “al kally bil kally”, secara 
harfiah berarti tukar menukar dua hal yang keduanya ditangguhkan, 
atau tukar menukar nilai imbangan yang ditangguhkan (nasi’ah) 
dengan nilai imbangan yang ditangguhkan lainnya. 
• Aturan pertama melarang tukar menukar jika kontrak menetapkan 
syarat penangguhan, bukan hanya penyerahan kepemilikan tetapi juga 
pembayaran atau penyerahan riil kedua nilai imbangan, misalnya 
gandum yang dihutang dengan uang yang dihutang. 
• Aturan kedua melarang menukar harta abstrak dengan harta abstrak. 
Aturan ini berlaku bahkan jika salah satu atau kedua dayn dibayarkan 
dengan kontan. Dengan demikian aturan ini melarang jual beli dayn 
baik yang dibayar kontan atau dihutang. 
40
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
4. Sifat Perjanjian Yang Tidak Mengikat 
Janji Wa’ad Menurut Hukum Syariah 
• Hukum klasik menyatakan bahwa semata mata janji tidaklah mengikat. 
Kewajiban justru berasal dari pengiriman yang telah lalu ataupun 
perusakan harta, yang secara otomatis menghasilkan kewajiban timbal 
balik, baik langsung maupun ditangguhkan atau dari sumpah. 
• Ketika janji semata mata janji bukan sumpah dihadapan Allah dan bukan 
pula janji timbal balik atas barang, maka hukum klasik melihatnya sebagai 
tidak memiliki signifikasi hukum, yang tidak diperkuat secara memadai 
dengan proses hukum. 
• Pada perbankan dan keuangan modern, banyak hal bergantung pada janji. 
Banyak transaksi mengikat kedua belah pihak hanya pada waktu yang 
akan datang, dan praktis setiap transaksi sepenuhnya dapat dimulai dalam 
bentuk yang dapat mengikat melalui janji. 
• Banyak bunga uang yang sebagian atau seluruhnya semata mata berupa 
janji. Sedangkan menurut hukum Islam, hampir semua kontrak menjadi 
mengikat hanya setelah salah satu pihak telah memenuhi janjinya, yang 
berarti bahwa landasan untuk melaksanakan kontrak atau mengganti 
kerusakan tidak hanya bersandar pada konsep janji tetapi juga bersandar 
pada landasan kuat berupa peningkatan kekayaan dan kepercayaan yang 
tidak adil. 
41
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
Persamaan Antara Perjanjian Eropa Kontinental dan Akad 
• Secara umum terlihat banyak kesamaan tentang hukum perjanjian 
antara kedua sistem hukum tersebut (seperti pada uraian diatas). 
• Keduanya mengatur tentang unsur perjanjian, syarat perjanjian, 
kebebasan membuat perjanjian dan berakhirnya perjanjian. Walau 
berbeda rinciannya yg disebabkan filosofi hukum, istilah yang 
digunakan, sumber hukum dan proses pencarian kedua hukum tsb. 
Perbedaan Antara Perjanjian Eropa Kontinental dan Akad 
Perbedaan relevan & signifikan ttg perjanjian antara kedua sistem hukum: 
• Perjanjian menurut hukum Islam sah bila tidak bertentangan dengan 
syariat sedangkan menurut hukum Eropa Kontinental perjanjian sah bila 
tidak bertentangan dengan UU. 
• Subjek perjanjian menurut hukum Islam adalah mukallaf yang ahli (baik 
lelaki atau perempuan) dan tidak dalam pengampuan sedangkan dalam 
hukum Eropa Kontinental selain dewasa dan tidak dalam pengampuan, 
wanita yg menjadi istri tak berhak mengikatkan diri tanpa izin suami 
(pasal ini tidak berlaku di RI dg SEMA No.1/1963). 
• Islam tegas menyatakan perjanjian tidak boleh mengandung riba, ghoror 
dan maisir. Dalam hukum Eropa Kontinental ini tidak diatur dg. rinci. 
42
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
Analisis Perjanjian Eropa Kontinental dan Akad 
• Secara umum hukum perjanjian dalam kedua sistem hukum tersebut 
banyak kesamaan. Keduanya mengatur unsur perjanjian, syarat 
perjanjian, kebebasan membuat perjanjian dan berakhirnya perjanjian. 
Walau berbeda dalam rincian yg disebabkan filosofi hukum, istilah yang 
digunakan, sumber hukum dan proses pencarian kedua hukum tsb. 
• Hukum Islam berdasar al-Qur’an dan al-Hadits sedangkan hukum Eropa 
Kontinental bersumber dari Statue Law (hukum tertulis) yg sangat 
dipengaruhi pandangan hidup manusia pembuatnya yg sangat subjektif. 
• Walau ciri khas hukum Eropa Kontinental produk hukumnya terkodifikasi 
dalam suatu hukum tertulis (UU) tapi khusus untuk perjanjian UU hanya 
sebagai pelengkap dari perjanjian, atau berlaku adagium Lex specialis 
derogate lex generalis dimana lex spesialis adalah isi perjanjian tersebut 
dan lex generalis UU. 
43
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
• Berlaku pula asas pacta sunt servanda, bahwa perjanjian berlaku 
laksana UU bagi mereka yang membuat. Hal ini serupa dengan sifat 
kebebasan menentukan syarat dalam akad pada hukum Islam, bahwa 
setiap orang yang melakukan akad bebas untuk mengemukakan dan 
menentukan syarat, selama syarat itu tidak bertentangan dengan 
kehendak syara’ dan tidak bertentangan pula dengan hakikat akad, 
pihak yang berakad bebas mengemukakan persyaratan dalam suatu 
akad selama syarat-syarat itu bermanfaat bagi kedua belah pihak. 
• Kemaslahatan yang ingin dicapai hukum Eropa Kontinental adalah 
melindungi kesusilaan dan kepentingan umum sedang hukum Islam 
juga berusaha mewujudkan hal tersebut yang dikenal dalam 
Maqashidul Syariah (melindungi agama, jiwa, akal, kehormatam dan 
harta), karena aspek melindungi agama ini menurut hemat penulis 
hukum Islam berbeda dengan hukum lainnya termasuk juga dalam 
hukum perjanjian, makanya dalam perikatan Islam tidak boleh 
mengandung riba, maisir dan ghoror yang dilarang dalam syariat. 
44
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
• H.S. Salim, Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Penyusunan 
Kontrak). Jakarta, Sinar Grafika, 2006. 
• Miru, Ahmadi, Hukum Kontrak &Perancangan Kontrak. Jakarta, Raja 
45 
Grafindo Persada, 2007. 
• Musbikin, Imam, Qawa’id Al-Fiqhiyah. cet. 1, Jakarta, Raja Grafindo 
Persada, 2001. 
• Setiawan Budi Utomo, Dr., Slide Presentasi, "Praktek Akad Dalam 
Produk & Jasa Perbankan Syariah", OJK, Jakarta, 2014. 
• Setiawan Budi Utomo, Dr., Slide Presentasi, " Kebijakan 
Pengembangan Industri Jasa Keuangan Syariah MHES PTA UnMuh 
Sby 1 Nov 2014", OJK, Jakarta, 2014. 
• Setiawan Budi Utomo, Dr., Slide Presentasi, " Kewenangan 
Pengadilan Agama dalam Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah", 
OJK, Jakarta, 2014. 
• Setiawan Budi Utomo, Dr., Slide Presentasi, "Pengenalan Otoritas 
Jasa Keuangan untuk Hakim Pengadilan Agama edited", OJK, 
Jakarta, 2014. 
• Subekti, Hukum Perjanjian. Jakarta, Intemasa, 2001. 
• Sula, Syakir, Muhammad, Asuransi Syari’ah (Life and General): 
Konsep dan Sistem Operasional. Cet. 1, Jakarta, Gema Insani Press, 
2004. 
• Vogel, E. Frank, Hukum Keuangan Islam (Konsep, Teori, dan 
Praktik), Bandung, Nusamedia, 2007
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
PENUTUP 
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: 
• hukum konvensional tidak jauh berbeda dengan hukum Islam. 
Terlihat dari prinsip dan asas-asas antara keduanya tidak terlalu 
memiliki perbedaan yang menonjol. 
• Baik hukum Eropa Kontinental maupun akad dalam Islam kedua-duanya 
mementingkan kemaslahatan. 
• Hanya saja dalam hukum kontinental tidak bersandar pada al- 
Qur’an dan Sunnah, tetapi bersandar pada pemikiran seseorang. 
• Akan tetapi tujuannya tetap sama, yaitu guna menjalin hubungan 
yang baik antara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian. 
46
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
DAFTAR PUSTAKA 
• Ali, Daud, Mohammad, Asas-asas Hukum Islam. Jakarta, CV. Rajawali, 
47 
1990. 
• Ali, Daud, Mohammad, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata 
Hukum Syariah di Indonesia. cetakan ke-8, Jakarta, Raja Grafindo 
Persada, 2000. 
• al-Shiddieqiyy, Hasbi, Pengantar Fiqh Mu’amalah. Jakarta, Bulan Bintang, 
1974. 
• Anwar, Syamsul, Hukum Perjanjian Syariah (Studi tentang Teori Akad 
dalam Fikih Muamalat). Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2007. 
• Anwar, Syamsul, Makalah Kontrak dalam Islam. 2006. 
• Asyhadie, Zaeni, Hukum Bisnis (Prinsip Pelaksanaannya di Indonesia). 
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2008. 
• Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 
ke-3, Jakarta. Balai Pustaka, 2002. 
• Dewi, Gemala, dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia. cetakan ke-2 
Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2006. 
• Djamil, Faturrahman, “Hukum Perjanjian Syari’ah”. cet. 1, Bandung, Citra 
Aditya Bakti, 2001. 
• Fuady, Munir, HUKUM KONTRAK (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), 
• Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalat. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
48
2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 
49

More Related Content

What's hot

Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Idik Saeful Bahri
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Idik Saeful Bahri
 
surat kuasa tergugat
surat kuasa tergugatsurat kuasa tergugat
surat kuasa tergugat
Nakano
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara
nurul khaiva
 
Praktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan AgamaPraktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan Agama
Andrie Irawan
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
Dian Oktavia
 
Ppt sekilas hukum kontrak
Ppt sekilas hukum kontrakPpt sekilas hukum kontrak
Ppt sekilas hukum kontrak
dewi kemala sari
 
Memahami Restorative Justice
Memahami Restorative JusticeMemahami Restorative Justice
Memahami Restorative Justice
Lestari Moerdijat
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara
Tri Widodo W. UTOMO
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1
villa kuta indah
 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPuspa Bunga
 
Hukum agraria
Hukum agraria   Hukum agraria
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
Idik Saeful Bahri
 
Hukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat copy
Hukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat   copyHukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat   copy
Hukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat copy
Novhy Haryani
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalEvirna Evirna
 
Alternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian SengketaAlternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian Sengketa
Leks&Co
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Idik Saeful Bahri
 
Ciri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatCiri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatNuelimmanuel22
 
Perbandingan metode penelitian hukum normatif dengan empiris
Perbandingan metode penelitian hukum normatif dengan empirisPerbandingan metode penelitian hukum normatif dengan empiris
Perbandingan metode penelitian hukum normatif dengan empiris
MariaOktavianyNar
 

What's hot (20)

Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
 
surat kuasa tergugat
surat kuasa tergugatsurat kuasa tergugat
surat kuasa tergugat
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara
 
Praktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan AgamaPraktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan Agama
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Ppt sekilas hukum kontrak
Ppt sekilas hukum kontrakPpt sekilas hukum kontrak
Ppt sekilas hukum kontrak
 
Memahami Restorative Justice
Memahami Restorative JusticeMemahami Restorative Justice
Memahami Restorative Justice
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1
 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power point
 
Hukum agraria
Hukum agraria   Hukum agraria
Hukum agraria
 
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat copy
Hukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat   copyHukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat   copy
Hukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat copy
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
 
Alternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian SengketaAlternatif penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian Sengketa
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
 
Ciri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatCiri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adat
 
Perbandingan metode penelitian hukum normatif dengan empiris
Perbandingan metode penelitian hukum normatif dengan empirisPerbandingan metode penelitian hukum normatif dengan empiris
Perbandingan metode penelitian hukum normatif dengan empiris
 

Viewers also liked

Teori Kontrak/Akad dalam Muamalat
Teori Kontrak/Akad dalam MuamalatTeori Kontrak/Akad dalam Muamalat
Teori Kontrak/Akad dalam Muamalat
salmy1001
 
Jenis Kontrak Muamalat
Jenis Kontrak MuamalatJenis Kontrak Muamalat
Jenis Kontrak Muamalat
Ahmad Sufyan Che Abdullah
 
Hukum Perjanjian (Kontrak)
Hukum Perjanjian (Kontrak)Hukum Perjanjian (Kontrak)
Hukum Perjanjian (Kontrak)
Shintia Delinda
 
AQAD / KONTRAK DALAM PERNIAGAAN ISLAM
AQAD / KONTRAK DALAM PERNIAGAAN ISLAMAQAD / KONTRAK DALAM PERNIAGAAN ISLAM
AQAD / KONTRAK DALAM PERNIAGAAN ISLAMFatzia Hijazu
 
Kontrak Jual Beli
Kontrak Jual BeliKontrak Jual Beli
Kontrak Jual Beli
salmy1001
 
Etika dan-hukum-dalam-bisnis
Etika dan-hukum-dalam-bisnisEtika dan-hukum-dalam-bisnis
Etika dan-hukum-dalam-bisnis085289742051
 
Skpw 2163 kuliah 6 kitaran hidup keluarga (april 2013)
Skpw 2163 kuliah 6 kitaran hidup keluarga (april 2013)Skpw 2163 kuliah 6 kitaran hidup keluarga (april 2013)
Skpw 2163 kuliah 6 kitaran hidup keluarga (april 2013)
Jamiah Manap
 
Keadilan Dalam Pandangan Islam
Keadilan Dalam Pandangan IslamKeadilan Dalam Pandangan Islam
Keadilan Dalam Pandangan Islam
Muhamad Yogi
 
muamalah
muamalahmuamalah
Definisi perikatan
Definisi perikatanDefinisi perikatan
Definisi perikatanghuvrani
 
Jenayah zina
Jenayah zinaJenayah zina
Jenayah zina
shahirah44
 
Rahasia Dagang
Rahasia DagangRahasia Dagang
Rahasia Dagang
Adora Aline A.
 
Hukum Perikatan
Hukum PerikatanHukum Perikatan
Hukum PerikatanDiarta
 
Hukum bisnis-s2
Hukum bisnis-s2Hukum bisnis-s2
Hukum bisnis-s2Moh Faisol
 
Sejarah STPM Faktor faktor dan ciri- ciri piagam madinah serta kesannya terh...
Sejarah STPM Faktor  faktor dan ciri- ciri piagam madinah serta kesannya terh...Sejarah STPM Faktor  faktor dan ciri- ciri piagam madinah serta kesannya terh...
Sejarah STPM Faktor faktor dan ciri- ciri piagam madinah serta kesannya terh...
Khai Khairy
 
Komunikasi keuangan suami istri febiola aryanti-online courses-medidu
Komunikasi keuangan suami istri   febiola aryanti-online courses-mediduKomunikasi keuangan suami istri   febiola aryanti-online courses-medidu
Komunikasi keuangan suami istri febiola aryanti-online courses-mediduSigit Sedayu
 
Sumber hukum
Sumber hukumSumber hukum
Sumber hukum
roellys
 
Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjianputrakarno
 
Bab 8 Kontrak Musawwamah
Bab 8   Kontrak MusawwamahBab 8   Kontrak Musawwamah
Bab 8 Kontrak MusawwamahWanBK Leo
 

Viewers also liked (20)

Teori Kontrak/Akad dalam Muamalat
Teori Kontrak/Akad dalam MuamalatTeori Kontrak/Akad dalam Muamalat
Teori Kontrak/Akad dalam Muamalat
 
HUKUM KONTRAK
HUKUM KONTRAKHUKUM KONTRAK
HUKUM KONTRAK
 
Jenis Kontrak Muamalat
Jenis Kontrak MuamalatJenis Kontrak Muamalat
Jenis Kontrak Muamalat
 
Hukum Perjanjian (Kontrak)
Hukum Perjanjian (Kontrak)Hukum Perjanjian (Kontrak)
Hukum Perjanjian (Kontrak)
 
AQAD / KONTRAK DALAM PERNIAGAAN ISLAM
AQAD / KONTRAK DALAM PERNIAGAAN ISLAMAQAD / KONTRAK DALAM PERNIAGAAN ISLAM
AQAD / KONTRAK DALAM PERNIAGAAN ISLAM
 
Kontrak Jual Beli
Kontrak Jual BeliKontrak Jual Beli
Kontrak Jual Beli
 
Etika dan-hukum-dalam-bisnis
Etika dan-hukum-dalam-bisnisEtika dan-hukum-dalam-bisnis
Etika dan-hukum-dalam-bisnis
 
Skpw 2163 kuliah 6 kitaran hidup keluarga (april 2013)
Skpw 2163 kuliah 6 kitaran hidup keluarga (april 2013)Skpw 2163 kuliah 6 kitaran hidup keluarga (april 2013)
Skpw 2163 kuliah 6 kitaran hidup keluarga (april 2013)
 
Keadilan Dalam Pandangan Islam
Keadilan Dalam Pandangan IslamKeadilan Dalam Pandangan Islam
Keadilan Dalam Pandangan Islam
 
muamalah
muamalahmuamalah
muamalah
 
Definisi perikatan
Definisi perikatanDefinisi perikatan
Definisi perikatan
 
Jenayah zina
Jenayah zinaJenayah zina
Jenayah zina
 
Rahasia Dagang
Rahasia DagangRahasia Dagang
Rahasia Dagang
 
Hukum Perikatan
Hukum PerikatanHukum Perikatan
Hukum Perikatan
 
Hukum bisnis-s2
Hukum bisnis-s2Hukum bisnis-s2
Hukum bisnis-s2
 
Sejarah STPM Faktor faktor dan ciri- ciri piagam madinah serta kesannya terh...
Sejarah STPM Faktor  faktor dan ciri- ciri piagam madinah serta kesannya terh...Sejarah STPM Faktor  faktor dan ciri- ciri piagam madinah serta kesannya terh...
Sejarah STPM Faktor faktor dan ciri- ciri piagam madinah serta kesannya terh...
 
Komunikasi keuangan suami istri febiola aryanti-online courses-medidu
Komunikasi keuangan suami istri   febiola aryanti-online courses-mediduKomunikasi keuangan suami istri   febiola aryanti-online courses-medidu
Komunikasi keuangan suami istri febiola aryanti-online courses-medidu
 
Sumber hukum
Sumber hukumSumber hukum
Sumber hukum
 
Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjian
 
Bab 8 Kontrak Musawwamah
Bab 8   Kontrak MusawwamahBab 8   Kontrak Musawwamah
Bab 8 Kontrak Musawwamah
 

Similar to prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah

Pertemuan Kedua.ppt
Pertemuan Kedua.pptPertemuan Kedua.ppt
Pertemuan Kedua.ppt
AndiMaysarahDosen
 
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).pptMateri Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
SiumKarang
 
1,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,2019
1,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,20191,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,2019
1,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,2019
An Nisa Rizki Yulianti
 
Hukum Perikatan utk PPA USAKTI
Hukum Perikatan utk PPA USAKTIHukum Perikatan utk PPA USAKTI
Hukum Perikatan utk PPA USAKTIAdi Sudradjat
 
Chapter 1 Hukum Kontrak (Perjanjian).ppt
Chapter 1 Hukum Kontrak (Perjanjian).pptChapter 1 Hukum Kontrak (Perjanjian).ppt
Chapter 1 Hukum Kontrak (Perjanjian).ppt
kadevabryan
 
Asas-asas Dalam Hukum Perikatan
Asas-asas Dalam Hukum PerikatanAsas-asas Dalam Hukum Perikatan
Asas-asas Dalam Hukum Perikatan
Riska Dewi Permata Sutrisno
 
Hukum perdata perjanjian-perikatan
Hukum perdata perjanjian-perikatanHukum perdata perjanjian-perikatan
Hukum perdata perjanjian-perikatanDin Haidiati
 
Makalah hukum bisnis
Makalah hukum bisnisMakalah hukum bisnis
Makalah hukum bisnisNikky Ningsih
 
Makalah aspk hukum
Makalah aspk hukumMakalah aspk hukum
Makalah aspk hukum
Hikmah Siti Nazwah
 
kontrak dokter
kontrak dokterkontrak dokter
kontrak dokter
heru iskandar
 
Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)
Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)
Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)Aprinsya Panjaitan
 
Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjian
hylmihalim
 
Kontrak dalam bisnis
Kontrak dalam bisnisKontrak dalam bisnis
Kontrak dalam bisnismailinursal
 
REFLEKSI MATERI KONTRAK BISNIS
REFLEKSI MATERI KONTRAK BISNISREFLEKSI MATERI KONTRAK BISNIS
REFLEKSI MATERI KONTRAK BISNIS
helmikurniawan11
 
Materi Seminar Himapa Unpad.pptx
Materi Seminar Himapa Unpad.pptxMateri Seminar Himapa Unpad.pptx
Materi Seminar Himapa Unpad.pptx
MrFirmansyah1
 
PPT_Kelompok 1_Hukum Perikatan_Pengantar Hukum Bisnis.pptx
PPT_Kelompok 1_Hukum Perikatan_Pengantar Hukum Bisnis.pptxPPT_Kelompok 1_Hukum Perikatan_Pengantar Hukum Bisnis.pptx
PPT_Kelompok 1_Hukum Perikatan_Pengantar Hukum Bisnis.pptx
FauziRusdianto1
 
Contract Clauses & Term _Training "PROCUREMENT Contract & Biding EVALUATION".
Contract Clauses & Term _Training "PROCUREMENT Contract & Biding EVALUATION".Contract Clauses & Term _Training "PROCUREMENT Contract & Biding EVALUATION".
Contract Clauses & Term _Training "PROCUREMENT Contract & Biding EVALUATION".
Kanaidi ken
 

Similar to prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah (20)

Pertemuan Kedua.ppt
Pertemuan Kedua.pptPertemuan Kedua.ppt
Pertemuan Kedua.ppt
 
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).pptMateri Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
 
1,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,2019
1,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,20191,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,2019
1,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,2019
 
Hukum Perikatan utk PPA USAKTI
Hukum Perikatan utk PPA USAKTIHukum Perikatan utk PPA USAKTI
Hukum Perikatan utk PPA USAKTI
 
Chapter 1 Hukum Kontrak (Perjanjian).ppt
Chapter 1 Hukum Kontrak (Perjanjian).pptChapter 1 Hukum Kontrak (Perjanjian).ppt
Chapter 1 Hukum Kontrak (Perjanjian).ppt
 
Asas-asas Dalam Hukum Perikatan
Asas-asas Dalam Hukum PerikatanAsas-asas Dalam Hukum Perikatan
Asas-asas Dalam Hukum Perikatan
 
Hukum perdata perjanjian-perikatan
Hukum perdata perjanjian-perikatanHukum perdata perjanjian-perikatan
Hukum perdata perjanjian-perikatan
 
Makalah hukum bisnis
Makalah hukum bisnisMakalah hukum bisnis
Makalah hukum bisnis
 
Makalah aspk hukum
Makalah aspk hukumMakalah aspk hukum
Makalah aspk hukum
 
kontrak dokter
kontrak dokterkontrak dokter
kontrak dokter
 
Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)
Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)
Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)
 
Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjian
 
Kontrak dalam bisnis
Kontrak dalam bisnisKontrak dalam bisnis
Kontrak dalam bisnis
 
REFLEKSI MATERI KONTRAK BISNIS
REFLEKSI MATERI KONTRAK BISNISREFLEKSI MATERI KONTRAK BISNIS
REFLEKSI MATERI KONTRAK BISNIS
 
Materi Seminar Himapa Unpad.pptx
Materi Seminar Himapa Unpad.pptxMateri Seminar Himapa Unpad.pptx
Materi Seminar Himapa Unpad.pptx
 
Hukum Perjanjian
Hukum PerjanjianHukum Perjanjian
Hukum Perjanjian
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Hukum perjanjian
Hukum perjanjianHukum perjanjian
Hukum perjanjian
 
PPT_Kelompok 1_Hukum Perikatan_Pengantar Hukum Bisnis.pptx
PPT_Kelompok 1_Hukum Perikatan_Pengantar Hukum Bisnis.pptxPPT_Kelompok 1_Hukum Perikatan_Pengantar Hukum Bisnis.pptx
PPT_Kelompok 1_Hukum Perikatan_Pengantar Hukum Bisnis.pptx
 
Contract Clauses & Term _Training "PROCUREMENT Contract & Biding EVALUATION".
Contract Clauses & Term _Training "PROCUREMENT Contract & Biding EVALUATION".Contract Clauses & Term _Training "PROCUREMENT Contract & Biding EVALUATION".
Contract Clauses & Term _Training "PROCUREMENT Contract & Biding EVALUATION".
 

More from Alalan Tanala

Sistem Gadai Pohon Kelapa Dalam Pespektif Hukum Ekonmi Syari'ah"
Sistem Gadai Pohon Kelapa Dalam Pespektif Hukum Ekonmi Syari'ah"Sistem Gadai Pohon Kelapa Dalam Pespektif Hukum Ekonmi Syari'ah"
Sistem Gadai Pohon Kelapa Dalam Pespektif Hukum Ekonmi Syari'ah"
Alalan Tanala
 
Pengesahan tesis
Pengesahan tesisPengesahan tesis
Pengesahan tesis
Alalan Tanala
 
Sistem gadai pohon kelapa artikel corrected
Sistem gadai pohon kelapa artikel correctedSistem gadai pohon kelapa artikel corrected
Sistem gadai pohon kelapa artikel corrected
Alalan Tanala
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Bahan kuliah fasya iaii 29.03.15
Bahan kuliah fasya iaii  29.03.15Bahan kuliah fasya iaii  29.03.15
Bahan kuliah fasya iaii 29.03.15Alalan Tanala
 
Bahan kuliah fasya iaii 29.03.15
Bahan kuliah fasya iaii  29.03.15Bahan kuliah fasya iaii  29.03.15
Bahan kuliah fasya iaii 29.03.15Alalan Tanala
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Romo magnis suseno sahkan nikah beda agama
Romo magnis suseno sahkan nikah beda agamaRomo magnis suseno sahkan nikah beda agama
Romo magnis suseno sahkan nikah beda agama
Alalan Tanala
 
Pengertian itsbat nikah
Pengertian itsbat nikahPengertian itsbat nikah
Pengertian itsbat nikah
Alalan Tanala
 
Sejarah khi di indonesia
Sejarah khi di indonesiaSejarah khi di indonesia
Sejarah khi di indonesia
Alalan Tanala
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
Alalan Tanala
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agama
Alalan Tanala
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
@Konsep mudharabah dalam al quran dan al hadits untuk dosen
@Konsep mudharabah dalam al quran dan al hadits untuk dosen@Konsep mudharabah dalam al quran dan al hadits untuk dosen
@Konsep mudharabah dalam al quran dan al hadits untuk dosenAlalan Tanala
 
05 bentuk penyelesaian sengketa
05 bentuk penyelesaian sengketa05 bentuk penyelesaian sengketa
05 bentuk penyelesaian sengketa
Alalan Tanala
 
P3 hukum pancung
P3 hukum pancungP3 hukum pancung
P3 hukum pancung
Alalan Tanala
 
mudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran haditsmudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran hadits
Alalan Tanala
 
Kritik atas time value of money
Kritik atas time value of moneyKritik atas time value of money
Kritik atas time value of moneyAlalan Tanala
 

More from Alalan Tanala (20)

Sistem Gadai Pohon Kelapa Dalam Pespektif Hukum Ekonmi Syari'ah"
Sistem Gadai Pohon Kelapa Dalam Pespektif Hukum Ekonmi Syari'ah"Sistem Gadai Pohon Kelapa Dalam Pespektif Hukum Ekonmi Syari'ah"
Sistem Gadai Pohon Kelapa Dalam Pespektif Hukum Ekonmi Syari'ah"
 
Pengesahan tesis
Pengesahan tesisPengesahan tesis
Pengesahan tesis
 
Sistem gadai pohon kelapa artikel corrected
Sistem gadai pohon kelapa artikel correctedSistem gadai pohon kelapa artikel corrected
Sistem gadai pohon kelapa artikel corrected
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agama
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agama
 
Bahan kuliah fasya iaii 29.03.15
Bahan kuliah fasya iaii  29.03.15Bahan kuliah fasya iaii  29.03.15
Bahan kuliah fasya iaii 29.03.15
 
Bahan kuliah fasya iaii 29.03.15
Bahan kuliah fasya iaii  29.03.15Bahan kuliah fasya iaii  29.03.15
Bahan kuliah fasya iaii 29.03.15
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agama
 
Romo magnis suseno sahkan nikah beda agama
Romo magnis suseno sahkan nikah beda agamaRomo magnis suseno sahkan nikah beda agama
Romo magnis suseno sahkan nikah beda agama
 
Pengertian itsbat nikah
Pengertian itsbat nikahPengertian itsbat nikah
Pengertian itsbat nikah
 
Sejarah khi di indonesia
Sejarah khi di indonesiaSejarah khi di indonesia
Sejarah khi di indonesia
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agama
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agama
 
@Konsep mudharabah dalam al quran dan al hadits untuk dosen
@Konsep mudharabah dalam al quran dan al hadits untuk dosen@Konsep mudharabah dalam al quran dan al hadits untuk dosen
@Konsep mudharabah dalam al quran dan al hadits untuk dosen
 
05 bentuk penyelesaian sengketa
05 bentuk penyelesaian sengketa05 bentuk penyelesaian sengketa
05 bentuk penyelesaian sengketa
 
P3 hukum pancung
P3 hukum pancungP3 hukum pancung
P3 hukum pancung
 
mudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran haditsmudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran hadits
 
Kritik atas time value of money
Kritik atas time value of moneyKritik atas time value of money
Kritik atas time value of money
 

Recently uploaded

ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
adbangplk
 
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdfppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
thegoddescorp
 
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRIPengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
JabalArfah
 
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
intelkejarimimika07
 
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
HansWijaya13
 
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdfppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
thegoddescorp
 
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.comSalinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
CI kumparan
 
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASICONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
SharonPriscilla3
 
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdfPerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
asmazn0001
 
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASIPPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
MunirMisbah1
 
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
SardiPasaribu
 
PPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdf
PPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdfPPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdf
PPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdf
SyifaNurlitaTavadjio
 
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
CIkumparan
 

Recently uploaded (13)

ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
ARAH KEBIJAKAN DAK DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN ANALISA USULAN DAK 2025 KALT...
 
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdfppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
ppt.kls.xi. kd. ancaman ideologi.pptx.pdf
 
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRIPengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
Pengawasan Pemilu 2024 sebagai bentuk kecintaan kita terhadap NKRI
 
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
449048659-powerpoint-Peran-Kejaksaan-ppt.ppt
 
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
SOSIALISASI TAHAPAN DAN PENCALONAN PERSEORANGAN DALAM PEMILIHAN SERENTAK 2024...
 
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdfppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
ppt. kls xi kd. 3.4. Hubungan Internasional.pptx.pdf
 
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.comSalinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
Salinan PP Nomor 25 Tahun 2024. kumparanNews, kumparan.com
 
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASICONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
CONTOH MAKALAH JOINT VENTURE DAN ENTERPRISE DALAM HUKUM INVESTASI
 
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdfPerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
PerGub_No._49_Thn_2015_ttg_Pedoman_Remunerasi_BLUD jatim.pdf
 
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASIPPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
PPT USHUL FIQIH MAQASID SYARIAH ALLAL AL_FASI
 
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).pptGratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
Gratifikasi_dan_Anti_Korupsi_(Tim_Penyuluh_31_Mei_2021).ppt
 
PPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdf
PPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdfPPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdf
PPT Kel 1 HUKUM ANTAR TATA HUKUM smt.pdf
 
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri DrafDOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
DOC-20240528-WA0150..pdf Revisi UU Polri Draf
 

prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah

  • 1. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 PRINSIP-PRINSIP HUKUM KONTRAK DISPARITAS KONVENSIONAL DENGAN SYARIAH DOSEN PEMBIMBING: DR.SETIAWAN BUDI UTOMO OTORITAS JASA KEUANGAN Oleh: Fathur Rohman Ms. NIM. 20142660029 Magister Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Surabaya Tahun Akademi 2014 - 2015 M A K A L A H S E K I T A R H U K 1U M K E U A N G A N & B I S N I S S Y A R I A H
  • 2. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 • Pengantar Produk & Jasa Industri Jasa Keuangan Syariah • Praktek Akad Dalam Produk Perbankan Syari'ah Dan Kedudukan Hukum Para Pihak • Produk Penghimpunan Dana Bank Syari'ah & Permasalahan Hukumnya • Produk Pembiayaan Bank Syari'ah & Permasalahan Hukumnya • Jasa Perbankan Syari'ah Dan Industri Jasa Keuangan Syariah lainnya & Permasalahan Hukumnya • Studi Kasus dan simulasi Produk Jasa Keuangan Syariah • Pengantar Hukum Keuangan Syariah & Kewenangan Peradilan Agama Dalam Sengkata Ekonomi Syari'ah. • Maqoshid Syari'ah & Implikasinya dan Transaksi Keuangan (Kaidah & Ushul Fiqih dalam Keuangan Syariah) • Keunikan Keuangan & Perbankan Syari'ah serta Sharia Gevernace dan implikasi hukumnya di Indonesia & Negara lain. • Regulasi & Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Syari'ah. • Pengenalan OJK dan Kebijakan & Strategi Pengembangan Industri Jasa Keuangan Syari'ah. • Studi Kasus Penyelesaian sengketa di sektor Perbankan dan Jasa Keuangan Syari'ah 2 MAT E R I K U L I AH O J K
  • 3. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 PENDAHULUAN Kemunculan perbankan dan keuangan Syariah adalah mewakili penegasan hukum Syariah dalam bidang komersial ketika sekulerisme hampir mendominasi kehidupan umat manusia. Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dari sisi ibadah, akhlak dan 3 syariah. Bukan hanya ibadah atau keyakinan saja yang berlandaskan Syariah. Tetapi juga aspek hubungan antar manusia dengan manusia, khususnya yaitu dalam bermu'amalah. Pembahasan dalam makalah ini adalah mengenai hukum perjanjian atau kontrak, hukum kontrak bertujuan untuk mengatur hubungan manusia yang melakukan perjanjian. Highlightnya di sini mengenai perbedaan hukum kontrak konvensional dan hukum kontrak Syariah.
  • 4. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 PEMBAHASAN PERJANJIAN Pengertian Perjanjian • Pengertian Perjanjian atau kontrak diatur Pasal 1313 KUH Perdata: “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang atau lebih.” • Definisi ini tidak begitu jelas karena dalam rumusan tersebut hanya disebutkan perbuatan saja, berarti bukan perbuatan hukum saja yang termasuk dalam perjanjian, tetapi di luar perbuatan hukum pun termasuk perjanjian. • Menurut doktrin (teori lama), perjanjian adalah “perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.” 4
  • 5. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 teori baru perjanjian • Van Dunne: “suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.” • Black’s Law Dictinionary:"contract is An agreement between two or more person which creates an obligation to do or not to do particular thing". Artinya, persetujuan antara dua orang atau lebih, yang menimbulkan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara sebagian. Intinya persetujuan dari para pihak untuk melaksanakan kewajiban, baik melakukan atau tidak melakukan secara sebagian. • Salim HS,SH,MS: "hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan, dimana subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakatinya.”[1] • Subekti: “suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan satu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis”. 5
  • 6. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 hubungan perjanjian dengan perikatan • Perjanjian itu menerbitkan perikatan dan sebagai sumber perikatan, disamping sumber-sumber lain, seperti undang-undang. Jadi, ada perikatan yang lahir dari perjanjian dan ada perikatan yang lahir dari undang-undang. • Ada tiga unsur dalam perjanjian , yaitu: 1. Ada orang yang menuntut, atau kreditor 2. Ada orang yang dituntut, atau debitur 3. Ada sesuatu yang dituntut, yaitu prestasi. • Prestasi umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu: 6 1. berbuat sesuatu; 2. tidak berbuat sesuatu; 3. menyerahkan sesuatu. • Pihak yang tidak melakukan prestasi disebut telah melakukan wanprestasi. Wanprestasi ini dapat terjadi dalam hal: 1. Tidak berbuat sesuatu yang diperjanjikan; 2. Tidak menyerahkan sesuatu yang telah diperjanjikan; 3. Berbuat atau menyerahkan sesuatu namun terlambat atau tidak sesuai dengan yang diperjanjikan; 4. Melakukan sesuatu yg menurut perjanjian seharusnya tidak dilakukan. • Perjanjian yg sah berlaku bagai Undang2 bagi mereka yang membuatnya.
  • 7. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 empat syarat perjanjian yang sah 1. Perizinan yang bebas dari orang-orang yang mengikat diri 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian 3. Suatu hal tertentu 4. Suatu sebab (oorzaak) yang halal, artinya tidak terlarang.[3] Sepuluh Asas Perjanjian 1. asas kebebasan berkontrak; 2. asas konsensualisme; 3. asas kepastian hukum (pacta sunt servanda); 4. asas iktikad baik; 5. asas kepribadian; 6. asas perjanjian batal demi hukum; 7. asas keadaan memaksa (overmacht); 8. asas canseling; 9. asas obligatoir; 10.asas zakwaarneming. 7
  • 8. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 8 1. Asas Kebebasan Berkontrak Maksudnya: para pihak bebas membuat kontrak dan menentukan sendiri isi kontrak tsb sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, kebiasaan, kesusilaan serta didasari iktikad baik. Karena adanya asas kebebasan berkontrak ini, dalam praktik timbul jenis-jenis perjanjian yang pada mulanya tidak diatur dalam KUHPerdata. 2. Asas Konsensualisme Suatu kontrak sudah sah dan mengikat ketika tercapai kata sepakat, selama syarat-syarat lainnya sudah terpenuhi. Asas ini merupakan salah satu syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Tanpa kesepakatan, perjanjian batal demi hukum. Kesepakatan maksudnya adalah seiya-sekata tentang apa yang diperjanjikan. Kesepakatan ini dicapai dengan penuh kesadaran, tanpa paksaan dan tekanan salah satu pihak. 3. Asas Kepastian Hukum (Pacta Sunt Servanda) Secara harfiah berarti janji itu mengikat. Maksudnya: jika suatu kontrak sudah dibuat secara sah oleh para pihak, maka kontrak tersebut sudah mengikat para pihak, sama kekuatannya dengan sebuah undang undang yang dibuat parlemen dan pemerintah.
  • 9. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 9 4. Asas Iktikad Baik Asas iktikad baik dapat disimpulkan dari pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.” Asas iktikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak. Asas iktikad baik dibagi menjadi dua macam, yaitu iktikad baik nisbi dan iktikad baik mutlak. Pada iktikad baik nisbi, orang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada iktikad baik mutlak, penilaiannya terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran yang objektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak memihak) menurut norma-norma yang objektif. Arrest H.R. di Negeri Belanda memberikan peranan tertinggi terhadap iktikad baik dalam tahap praperjanjian bahkan kesehatan ditempatkan di bawah asas iktikad baik, bukan lagi pada teori kehendak. Begitu pentingnya iktikad baik tersebut sehingga dalam perundingan-perundingan atau perjanjian antara para pihak, kedua belah pihak akan berhadapan dalam suatu hubungan hukum khusus yang dikuasai oleh iktikad baik dan hubungan khusus ini membawa akibat lebih lanjut bahwa kedua belah pihak itu harus bertindak dengan mengingat kepentingan-kepentingan yang wajar dari pihak lain.
  • 10. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 10 5. Asas Kepribadian Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakuakan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata menjelaskan: “Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.” Ini berarti bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Namun, ketentuan itu ada pengecualiannya, sebagaimana yang diintrodusir dalam Pasal 1317 KUH Perdata, yaitu: “Dapat pula perjanjian diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengadung suatu syarat semacam itu.” Pasal ini mengkonstruksikan bahwa seseorang dapat mengadakan perjanjian untuk kepentingan pihak ketiga, dengan suatu syarat yang ditentukan. Sedangkan dalam Pasal 1318 KUHPerdata, tidak hanya mengatur bagi diri sendiri, tetapi juga untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang yang memperoleh hak dari padanya.
  • 11. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 6. Asas Perjanjian Batal demi Hukum Suatu asas yang menyatakan bahwa suatu perjanjian akan batal demi jika tidak memenuhi syarat objektif. 7. Asas Keadaan memaksa (Overmacht) Suatu kejadian yang tak terduga dan terjadi di luar kemampuannya sehingga terbebas dari keharusan membayar ganti kerugian. 8. Asas Canseling Suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak memenuhi syarat subjektif dapat dimintakan pembatalan. 9. Asas Obligatoir Suatu kontrak setelah sah, kontrak tersebut sudah mengikat, tetapi baru sebatas menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak. 10. Asas Zakwaarnemig Seseorang yang mengurusi benda orang lain tanpa diminta oleh orang yang bersangkutan, ia harus mengurusnya sampai selesai. 11
  • 12. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 Unsur-unsur Perjanjian Dalam suatu kontrak dikenal tiga unsur, yaitu: 12 1. Unsur Esensiali Unsur yang harus ada dalam suatu kontrak karena tanpa ada kesepakatan tentang unsur esensiali ini maka tidak ada kontrak. Contoh, dalam kontrak jual-beli harus ada kesepakatan mengenai barang dan harga karena tanpa kesepakatan mengenai barang dan jasa dalam kontrak jual beli, kontrak tersebut batal demi hukum karena tidak ada hal tertentu yang diperjanjikan. 2.Unsur Naturalia Unsur yang telah diatur dalam undang-undang sehingga apabila tidak diatur oleh para pihak dalam kontrak, undang-undang yang mengaturnya. Unsur yang selalu dianggap ada dalam kontrak. Contoh, jika dalam kontrak tidak diperjanjikan tentang cacat tersembunyi, secara otomatis berlaku ketentuan dalam BW bahwa penjual yang harus menanggung cacat tersembunyi. 3.Unsur Aksidentalia Unsur yang nanti ada atau mengikat para pihak jika para pihak memperjanjikannya. Contoh, dalam kontrak jual beli dengan angsuran diperjanjikan bahwa apabila pihak debitur lalai membayar hutangnya, dikenakan denda dua persen perbulan keterlambatan, dan apabila debitur lalai membayar selama tiga bulan berturut-turut, barang yang sudah dibeli dapat ditarik kembali oleh kreditor tanpa melalui pengadilan.
  • 13. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 Penafsiran Kontrak • Idealnya suatu kontrak tidak memerlukan penafsiran, kalimat-kalimat yang ada sudah seharusnya menjelaskan klausula yang ada. Karena itu jika semuanya sudah jelas tidak memerlukan penafsiran, bahkan tidak boleh jika penafsiran tersebut akan mempunyai arti menyimpang dari yang tersurat tersebut. • Dalam ilmu hukum kontrak disebut “Doktrin Kejelasan Makna” (plain meaning rules), doktrin ini diakui sepenuhnya oleh KUHPerdata lewat Pasal 1342, yang menyatakan bahwa: "Jika kata-kata dalam suatu kontrak sudah jelas, maka tidak lagi diperkenankan untuk menyimpang daripadanya dengan jalan penafsiran". • Kontrak itu bermacam-macam ragamnya maka sangat mungkin akhirnya dibutuhkan kejelasan-kejelasan lebih lanjut. Disamping itu, karena kontrak merupakan ungkapan hati dari para pihak dengan menggunakan kata-kata yang pada prinsipnya terbatas, sehingga biasanya hampir tidak ada kontrak yang tidak memerlukan penafsiran. 13
  • 14. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 Prinsip-Prinsip hukum kontrak 14 1. Prinsip kesepakatan Meskipun dalam suatu kontrak baku disangsikan ada kesepakatan kehendak yang benar-benar seperti diinginkan oleh para pihak, tetapi kedua belah pihak akhirnya juga menandatangani kontrak tersebut. Dengan penandatanganan itu, maka dapat diasumsi bahwa kedua belah pihak telah menyetujui isi kontrak, sehingga dapat disimpulkan kata sepakat telah terjadi. 2. Prinsip Asumsi Resiko Dalam suatu kontrak setiap pihak tidak dilarang untuk melakukan asumsi resiko. Artinya bahwa jika ada resiko tertentu yang mungkin terbit dari suatu kontrak tetapi salah satu pihak bersedia menanggung risiko tersebut sebagai hasil dari tawar menawarnya, maka jika memang risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak yang mengasumsi risiko tersebutlah yang harus menagunggung risikonya. Dalam hubungan dengan kontrak baku, maka dengan menandatangani kontrak yang bersangkutan, berarti segala risiko apapun bentuknya akan ditanggung oleh pihak yang menandatanganinya sesuai isi dari kontrak tersebut.
  • 15. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 15 3. Prinsip Kewajiban Membaca Dalam ilmu hukum kontrak diajarkan ada kewajiban membaca (duty to read) bagi setiap pihak yang akan menandatangani kontrak. Dengan demikian, jika dia telah menandatangani kontrak yang bersangkutan, hukum mengasumsikan bahwa dia telah membacanya dan menyetujui apa yang telah dibacanya. 4. Prinsip Kontrak mengikuti kebiasaan Sudah menjadi kebiasaan sehari-hari bahwa banyak kontrak dibuat secara baku. Karena kontrak baku tersebut menjadi terikat, antara lain juga karena keterikatan suatu kontrak tidak hanya terhadap kata-kata yang ada dalam kontrak tersebut, tapi juga terhadap hal-hal yang bersifat kebiasaan. Lihat Pasal 1339 KUHPerdata Indonesia. Kontrak baku merupakan suatu kebiasaan sehari-hari dalam lalu lintas perdagangan dan sudah merupakan suatu kebutuhan masyarakat, sehingga eksistensinya tidak perlu dipersoalkan lagi.
  • 16. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 Pengertian Akad • Lafadh akad, berasal dari lafal arab al-‘aqd berarti perikatan, perjanjian, 16 dan pemufakatan al-ittifaq. • Secara terminology fiqh, akad: pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh pada objek ikatan. • Menurut az-Zarqa’: akad merupakan ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yg berkeinginan untuk mengikatkan diri. Kehendak pihak-pihak itu sifatnya tersembunyi dalam hati oleh sebab itu, untuk menyatakan kehendak masing-masing harus diungkapkan dalam pernyataan. Pernyataan pihak-pihak yg berakad itu disebut ijab dan qabul. • Ada pakar yang mendefinisikan akad sebagai satu perbuatan yang sengaja dibuat oleh dua orang berdasarkan kesepakatan atau kerelaan bersama. • Dalam hukum Islam istilah kontrak tidak dibedakan dengan perjanjian, keduanya identik disebut akad. Sehingga akad sebagai pertemuan ijab yang dinyatakan oleh salah satu pihak dengan kabul dari pihak lain secara sah menurut syara' yang tampak akibat hukumnya pada obyeknya. • Kesimpulan, kontrak: kesepakatan bersama baik lisan, isyarat, maupun tulisan antara dua pihak atau lebih melalui ijab qabul yg memiliki ikatan hukum bagi semua pihak yg terlibat untuk melaksanakan apa yg menjadi kesepakatan tersebut.
  • 17. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 • Dalam hukum Islam, Prinsip dasar suatu transaksi harus dilakukan secara benar dan tidak saling merugikan. Dalam Quran Surat 4 An Nisa' ayat 29: يَا أَيُّهَا الَّذِينََ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمَْ بَيْنََكُمَْ بِالْبَاطِلَِ إِلا أَنَْ تَكُونََ تِجَارََةَ عَنَْ تَرَا ضَمِنْكُمَْ وَلا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمَْ إِنََّ اللََََّ كَانََ بِكُمَْ رَحَِي ما "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu". • Bertransaksi secara benar bertujuan agar hakikat dari harta yang dimiliki tetap terjaga dengan baik, dalam QS. 2 al Baqarah ayat 267: يَا أَيُّهَا الَّذِينََ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنَْ طَيِِّبَاتَِ مَا كََسَبْتُمَْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمَْ مِنََ الأرْضَِوَلا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثََ مِنْهَُ تُنْفِقُونََ وَلَسْتُمَْ بِآخِذِيهَِ إِلا أََنَْ تُغْمِضُوا فِيهَِ وَاعْلَمُوا أَنََّ اللََََّ غَنِ يَ حَمِيدَ "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha 17 Terpuji".
  • 18. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 • Dalam system hukum Islam, kedudukan kata sepakat terhadap suatu kontrak sangat dijunjung tinggi, yang berarti prinsip pacta sunt servanda (janji itu mengikat) sangat dihormati dalam hukum syara'. Sesuai dengan firman Allah dalam AlQuran Surat 5 al Maidah ayat 1: 18 يَا أَيُّهَا الَّذِينََ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودَِ "Hai orang orang yang beriman penuhilah akad akad itu" • Tujuan akad adalah untuk melahirkan suatu akibat hukum. Lebih tegas lagi tujuan akad adalah maksud bersama yang dituju dan yang hendak diwujudkan oleh para pihak melalui perbuatan akad. Akibat hukum akad dalam hukum Islam disebut “hukum akad” (hukm al-‘aqd). • Tujuan akad tercapai tercermin pada terciptanya akibat hukum. Bila maksud para pihak dalam akad jual beli adalah untuk melakukan pemindahan milik atas suatu benda dari penjual kepada pembeli dengan imbalan yang diberikan oleh pembeli, maka terjadinya pemindahan milik tersebut merupakan akibat hukum akad jual beli.
  • 19. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 • Hukum akad dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. hukum pokok akad (al-hukmul-ashli lil’aqd); 2. hukum tambahan akad ( al-hukmut-tabi’ lil-‘aqd). • Hukum pokok akad adalah akibat hukum pokok yang timbul dari 19 penutupan akad. • Sedangkan akibat hukum tambahan akad bisa disebut juga dengan hak dan kewajiban yang timbul karena suatu akad. • Akibat hukum tambahan akad ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu akibat hukum yang ditentukan oleh syariah dan akibat hukum yang ditentukan oleh para pihak sendiri
  • 20. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 Rukun Akad • Rukun adalah unsur-unsur yang membentuk sesuatu, sehingga sesuatu itu terwujud karena adanya unsur-unsur tersebut yang membentuknya. Dalam konsepsi hukum Islam, unsur-unsur yang membentuk sesuatu itu disebut rukun. Akad terbentuk oleh unsur atau rukun yang membentuknya. • Menurut Fuqoha’ kontemporer, rukun akad itu ada empat: 1. Para pihak yang membuat akad (al-‘aqidan) 2. Pernyataan kehendak para pihak (shigatul-‘aqd) 3. Objek akad (mahallul-‘aqd) 4. Tujuan akad (maudhu’ul-‘aqd). • Menurut hukum syara', kata sepakat untuk suatu kontrak disebut ijab qabul yg merupakan salah satu rukun akad. Akad berasal dari al aqd yg berarti perikatan, perjanjian dan pemufakatan (al ittifaq). • Dalam hukum syara', pihak pelaku ijab disebut dengan “mujib”, sedangkan pihak pelaku kabul disebut dengan istilah “qabil”. • Jumhur Ulama, rukun akad adalah Ijab Qabul, para pihak dan objek 20 akad.
  • 21. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 Syarat Akad Ulama Fiqh menetapkan: syarat umum akad dan syarat khusus. Syarat-syarat umum akad: 1. Ijab qabul harus dilakukan oleh orang yang cakap bertindak, Yaitu orang yg sehat akal, cukup umur (mumayyiz) dan tidak boros; 2. Ijab qabul harus tertuju kepada objek tertentu; 3. Ijab qabul dilakukan oleh kedua pihak dlm kontrak atau jika salah pihak tdk hadir, dpt ditujukan kpd pihak ketiga yg menyampaikannya kpd pihak yg tdk hadir, dan pihak yg tdk hadir menyatakan qabulnya; 4. Akad tidak dilarang oleh nas syara'; 5. Memenuhi syarat-syarat khusus bagi akad tertentu; 6. Akad itu bermanfaat; 7. Ijab harus tetap shahih sampai saat dilakukan Kabul. Artinya tidak sah akad jika sebelum kabul dilakukan telah terjadi pembatalan ijab, atau pelaku ijab telah gila atau meninggal dunia; 8. Ijab kabul dilakukan dalam satu majelis (tatap muka atau kabul tunda). Mazhab Syafi’i: Kabul hrs sgr diucapkan stlh akad & tdk boleh ditunda; 9. Tujuan akad hrs jelas & diakui oleh syara'. Misal, akad nikah bertujuan menghalalkan hubungan suami istri, krn itu akad semu dilarang. 21
  • 22. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 Asas-Asas akad • Asas berasal dari bahasa Arab asasun yang berarti dasar, basis dan fondasi. Secara terminologi asas adalah dasar atau sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat.[18] • Istilah lain yang sama dengan kata asas adalah prinsip yaitu dasar atau kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak dan sebagainya. • Mohammad Daud Ali mengartikan asas bila dihubungkan dengan kata hukum adalah kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berpikir dan alasan pendapat terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum. Dari definisi tersebut bila dikaitkan dengan perjanjian dalam hukum kontrak syariah adalah, kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berpikir dan alasan pendapat tentang perjanjian terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum kontrak syari’ah. • Dalam hukum kontrak syari’ah terdapat asas-asas perjanjian yang melandasi penegakan dan pelaksanaannya. Asas-asas perjanjian tersebut diklasifikasikan menjadi asas-asas perjanjian yang tidak berakibat hukum dan sifatnya umum dan asas-asas perjanjian yang berakibat hukum dan sifatnya khusus. 22
  • 23. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 14 Asas perjanjian tidak berakibat hukum, sifatnya umum 23 1. Asas Ilahiah atau Asas Tauhid • Tingkah laku manusia tidak akan luput dari ketentuan Allah swt. Seperti yang disebutkan dalam QS. 57 al-Hadid ayat 4: هُوََ الَّذِي خَلَقََ السَّمَاوَاتَِ وَالأرْضََ فِي سِتَّةَِ أََيَّا مَ ثُمََّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشَِ يَعْلَمَُ مَا يَلِجَُ فِي الأرْضَِ وَمَا يَخْرُجَُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلَُ مِنََ السََّمَاءَِ وَمَا يَعْرُجَُ فِيهَا وَهُوََ مَعََكُمَْ أَيْنََ مَا كُنْتُمَْ وَاللَََُّ بِمَا تَعْمَلُونََ بَصِي رَ ”Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. • Kegiatan mu’amalah termasuk perbuatan perjanjian, tidak pernah lepas dari nilai ketauhidan. Manusia dalam hal itu bertanggung jawab kepada masyarakat, pihak kedua, diri sendiri, dan kepada Allah swt. Akibat dari penerapan asas ini, manusia tidak akan berbuat sekehendak hatinya karena segala perbuatannya akan mendapat balasan dari Allah swt.
  • 24. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 24 2. Asas Kebolehan (Mabda' al-Ibahah) • Kaidah fiqhiyah: الأصل فى المعاملات الإباحة إلا أن يدل الدليل على تحريمها "Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya". Kaidah fiqih tersebut bersumber pada dua hadits : • Hadits riwayat al Bazzar dan Thabrani : “Apa-apa yang dihalalkan Allah adalah halal, dan apa-apa yang diharamkan Allah adalah haram, dan apa-apa yang didiamkan adalah dimaafkan. Maka terimalah dari Allah pemaaf-Nya. Sungguh Allah itu tidak melupakan sesuatupun”.[22] • Hadits riwayat Daruquthni, dihasankan oleh an-Nawawi: Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban, maka jangan kamu sia-siakan dia dan Allah telah memberikan beberapa batas, maka janganlah kamu langgar dia, dan Allah telah mengharamkan sesuatu maka janganlah kamu pertengkarkan dia, dan Allah telah mendiamkan beberapa hal, maka janganlah kamu perbincangkan dia.[23] Kedua hadits di atas menunjukkan bahwa segala sesuatu mubah dilakukan sampai ada dalil yg melarangnya. Islam memberi kesempatan luas kepada yg berkepentingan untuk mengembangkan bentuk dan macam transaksi baru sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.
  • 25. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 25 3. Asas Keadilan (al-‘adalah) • AlQuran Surat 57 Al-Hadid ayat 25: لَقَدَْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِِّنَاتَِ وَأَنْزَلْنََا مَعَهُمَُ الْكِتَابََ وَالْمِيزَانََ لِيَقُومََ النََّاسَُ بِالْقِسْطَِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدََ فِيهَِ بَأْ سَ شَدِيدَ وَمَنَافِعَُ لِلنَّاسَِ وَلَِيَعْلَمََ اللَََُّ مَنَْ يَنْصُرُهَُ وَرُسُلََهَُ بِالْغَيْبَِ إِنََّ اللََََّ قَوِ يَ عَزِي زَ ”Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan Neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan”. • Al Quran Surat 7 Al A’raf ayat 29: قُلَْ أَمَرََ رَبِِّي بِالْقِسْطَِ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمَْ عِنَْدََ كُلَِِّ مَسْجِ دَ وَادْعُوهَُ مُخْلِصِينََ لَهَُ الدِِّينََ كَمَا بَدَأَكُمَْ تَعُودُونََ “Tuhanku menyuruh supaya berlaku adil”. • Dalam asas ini para pihak yang melakukan kontrak dituntut untuk berlaku benar dalam mengungkapkan kehendak dan keadaan, memenuhi perjanjian yang telah mereka buat, dan memenuhi semua kewajibannya.
  • 26. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 26 4. Asas Persamaan atau Kesetaraan • Hubungan mu’amalah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Seringkali terjadi bahwa seseorang memiliki kelebihan dari yang lainnya. Oleh karena itu sesama manusia masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Maka antara manusia yang satu dengan yang lain, hendaknya saling melengkapi atas kekurangan yang lain dari kelebihan yang dimilikinya. • Dalam melakukan kontrak para pihak menentukan hak dan kewajiban masing-masing didasarkan pada asas persamaan dan kesetaraan. Tidak diperbolehkan terdapat kedholiman yang dilakukan dalam kontrak tersebut. Sehingga dilarang membeda-bedakan manusia karenaperbedaan warna kulit, agama, adat dan ras. Dalam QS. 49 Al Hujurat ayat 13 disebutkan: يَ ا أَيُّهَا الن اَّ سُ إِن اَّ خَلَقْنَ ا كمُْ مِنُْ ذَكَر وَأ نْثَى وَُجَعَلْنَ ا كمُْ ش عوبً ا وَقَبَ ائِلَُ لِتَعَارَُف وا إِنَُّ أَكْرَمَ كمُْ عِنْدَُاللََُِّأَتْق اَ كمُْ إِنَُّاللَََُّ عَلِيم خَبِي رُ ”Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal”
  • 27. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 27 5. Asas Kejujuran dan Kebenaran (ash-shiddiq) • Jika kejujuran ini tidak diterapkan dalam kontrak, maka akan merusak legalitas kontrak dan menimbulkan perselisihan diantara para pihak. Dalam Al Quran Surat 33 Al Ahzab ayat 70: يَا أَيُّهَا الَّذِينََ آمَنُوا اتَّقُوا اللََََّ وَقُولُوا قَوْلا سََدِيد ا ”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”. • Suatu perjanjian dapat dikatakan benar apabila memiliki manfaat bagi para pihak yang melakukan perjanjian dan bagi masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan perjanjian yang mendatangkan mudharat dilarang.
  • 28. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 28 6. Asas Tertulis (al-Kitabah) Suatu perjanjian hendaknya tertulis agar dapat dijadikan alat bukti di kemudian hari terjadi persengketaan. QS. 2 Al Baqarah ayat 282 – 283: يَا أَيُّهَا الَّذِينََ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمَْ بِدَيْ نَ إِلَى أَجَ لَ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهَُ وَلْيَكْتُبَْ بَيْنَكُمَْ كَاتِ بَ بِالْعََدْلَِ وَلا يَأْبََ كَاتِ بَ أَنَْ يَكْتُبََ كَمَا عَلَّمَهَُ اللَََُّ فَلْيَكْتُبَْ وَلْيُمْلِلَِ الَّذِي عَلَيْهَِ الْحَقَُّ وََلْيَتَّقَِ اللََََّ رَبَّهَُ وَلا يَبْخَسَْ مِنْهَُ شَيْئ ا فََإِنَْ كَانََ الَّذِي عَلَيْهَِ الْحَقَُّ سَفِي ها أَوَْ ضَعِيف ا أَوَْ لا يَسْتَطِيعَُ أَنَْ يُمِلََّ هُوََ فَلْيُمْلِلَْ وَلِيُّهَُ بِالَْعَدْلَِ وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنَِ مِنَْ رِجَالِكُمَْ فَإِنَْ لَمَْ يَكُونَا رَجُلَيْنَِ فَرَجُ لَ وَامْرَأَتَانَِ مِمَّنَْ تَرْضَوْنََ مِنََ الشُّهَدَاءَِ أَنَْ تَضِلََّ إِحْدَاهُمَا فََتُذَكِِّرََ إِحْدَاهُمَا الأخْرَى وَلا يَأْبََ الشُّهَدَاءَُ إِذَا مَا دُعُوا وَلا تَسْأمَُوا أَنَْ تَكْتُبُوهَُ صَغِي را أَوَْ كَبِي را إِلَى أَجَلِهَِ ذَلِكُمَْ أَقَْسَطَُ عِنْدََ اللَََِّ وَأَقْوَمَُ لِلشَّهَادَةَِ وَأَدْنَى أََلا تَرْتَابُوا إِلا أَنَْ تَكُونََ تِجَارَةَ حَاضِرَةَ تُدِيرُونَهَا بَيْنَكُمَْ فَلَيْسََ عَلَيْكُمَْ جُنَا حَ أََلا تَكْتُبُوهَا وَأَشْهِدُوا إِذَا تَبَايَعْتُمَْ وَلا يُضََارََّ كَاتِ بَ وَلا شَهِيدَ وَإِنَْ تَفْعَلُوا فَإِنَّهَُ فُسُو قَ بِكُمَْ وَاتَّقُوا اللََََّ وَيُعَلِِّمُكُمَُ اللَََُّ وَاللَََُّ بِكُلَِِّ شَيْ ءَ عَلِي مَ "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikit pun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis utang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.“ ]
  • 29. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 29 • QS. 2 Al Baqarah ayat 283: وَإِنَْ كُنْتُمَْ عَلَى سَفَ رَ وَلَمَْ تَجِدُوا كَاتِب ا فَرِهََا نَ مَقْبُوضَةَ فَإِنَْ أَمِنََ بَعْضُكُمَْ بََعْ ضا فَلْيُؤَدَِِّ الَّذِي اؤْتُمِنََ أَمَانَتَهَُ وَلْيَتَّقَِ اللََََّ رَبَّهَُ وَلا تَكْتَُمُوا الشَّهَادَةََ وَمَنَْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهَُ آثَِ مَ قَلْبُهَُ وَاللَََُّ بِمَا تَعْمَلُونََ عَلِي مَ "Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". • Dari kedua ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah SWT menganjurkan kepada manusia agar suatu perjanjian dilakukan secara tertulis, dihadiri para saksi dan diberikan tanggung jawab individu yang melakukan perjanjian dan yang menjadi saksi tersebut. Selain itu dianjurkan pula jika suatu perjanjian dilaksanakan tidak secara tunai maka dapat dipegang suatu benda sebagai jaminannya.
  • 30. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 30 7. Asas Iktikad Baik (Asas Kepercayaan) • Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yaitu: ”Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik”. Asas ini mengandung pengertian bahwa para pihak dalam suatu perjanjian harus melaksanakan substansi kontrak atau prestasi berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh serta kemauan baik dari para pihak agar tercapai tujuan perjanjian. 8. Asas Kemaslahatan dan Kemanfaatan • Semua bentuk perjanjian harus mendatangkan kemanfaatan dan kemaslahatan bagi para pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian dan bagi masyarakat sekitar meskipun tidak terdapat ketentuannya dalam al Qur’an dan Al Hadits. • Asas kemanfaatan dan kemaslahatan ini sangat relevan dengan tujuan hukum Islam secara universal. • filosof Islam al-Ghazali (wafat 505H/1111M) dan asy-Syatibi (wafat 790H/1388M) merumuskan tujuan hukum Islam berdasarkan Qur’an Hadits sebagai mewujudkan kemaslahatan untuk memenuhi dan melindungi 5 kepentingan pokok manusia yaitu melindungi: Religiusitas; Jiwa-raga; Akal-pikiran; Martabat diri dan keluarga; dan Harta kekayaan.
  • 31. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 asas perjanjian yang berakibat hukum dan bersifat khusus 9. Asas Konsensualisme/Kerelaan (Mabda’ ar-Ridlo’iyyah) Dalam Al Quran Surat 4 An-Nisa ayat 29: يَا أَيُّهَا الَّذِينََ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمَْ بَيْنَكُمَْ بِالْبَاطَِلَِ إِلا أَنَْ تَكُونََ تِجَارَةَ عَنَْ تَرَا ضَ مِنْكُمَْ وََلا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمَْ إِنََّ اللََََّ كَانََ بِكُمَْ رَحِي ما ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu”. • Transaksi harus berdasar suka sama suka / kerelaan dari para pihak, dilarang ada tekanan, paksaan, penipuan, dan mis-statement. Jika hal ini tidak dipenuhi maka transaksi tsb dilakukan dengan cara yg batil. • Asas ini juga bersumber dari hadits riwayat Ibn Hibban & Baihaqi: عن أبى سعيد الخدرى رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه و أله وسلم قال: إنما البيع عن تراض. )رواه البيهقي وابن ماجه و صحصه ابن حبان( "Dari Abi Sa'id Al Khudlori bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:" Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka." • Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata: syarat sah perjanjian hrs ada kesepakatan para pihak. Asas konsensualisme menyatakan bahwa perjanjian umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup dengan kesepakatan kedua belah pihak, yang merupakan persesuaian antara kehendak dan pernyataan yg dibuat 31 oleh para pihak.
  • 32. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 10. Asas Kebebasan Berkontrak (Mabda’ Hurriyah at-ta’aqud) • Islam memberikan kebebasan kepada para pihak untuk melakukan suatu perikatan. Bentuk perikatan tsb ditentukan oleh para pihak. Bila telah disepakati bentuk dan isinya, maka perikatan tsb mengikat para pihak & harus dilaksanakan hak dan kewajibannya. • Hal ini tidak absolute. Sepanjang tidak bertentangan dengan syari’ah, maka perikatan tersebut wajib dilaksanakan. • Menurut Faturrahman Djamil:“Syariah memberikan kebebasan kepada setiap orang yang melakukan akad sesuai yang diinginkannya, tetapi yang menentukan syarat sahnya adalah ajaran agama".[30] • Dalam Al Quran Surat 5 Al-Maidah ayat 1 disebutkan: 32 يَا أَيُّهَا الَّذِينََ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودَِ “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah perjanjian-perjanjian itu”
  • 33. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 33 11. Asas Perjanjian Itu Mengikat • Asas ini berasal dari hadits Nabi Muhammad saw riwayat At Turmudzi: الصلح جائز بين المسلمين إلا صلحا حرم حلالا أو أحل حراما, و المسلمين على شروطهم إلا شرطا حرم حلالا أو أحل حراما )رواه الترمذى عن عمرو بن عوف( “Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram” (HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf). • Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa setiap orang yang melakukan perjanjian terikat kepada isi perjanjian yang telah disepakati bersama pihak lain dalam perjanjian. Sehingga seluruh isi perjanjian adalah sebagai peraturan yang wajib dilakukan oleh para pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian.
  • 34. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 34 12. Asas Keseimbangan • Meskipun secara faktual jarang terjadi keseimbangan antara para pihak dalam bertransaksi, namun hukum perjanjian Islam tetap menekankan perlu keseimbangan tersebut, baik keseimbangan antara apa yang diberikan dan apa yang diterima maupun keseimbangan dalam memikul risiko. • Asas keseimbangan dalam transaksi tercermin pada dibatalkan suatu akad yang mengalami ketidakseimbangan prestasi yang mencolok. • Asas keseimbangan dalam memikul risiko tercermin dalam larangan terhadap transaksi riba, dalam konsep riba hanya debitur yang memikul segala risiko atas kerugian usaha, sementara kreditor bebas sama sekali dan harus mendapat prosentase tertentu sekalipun pada saat dananya mengalami kembalian negative.
  • 35. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 35 13. Asas Kepastian Hukum (AsasPacta Sunt Servanda ) Asas kepastian hukum ini disebut secara umum dalam kalimat terakhir Al Quran Surat 17 Bani Israil / Al Isro' ayat 15: مَنَِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهَِ وَمَنَْ ضَلََّ فَإِنَّمَا يَضِلَُّ عَلَيْهَا وَلا تََزِرَُ وَازِرَةَ وِزْرََ أُخْرَى وَمَا كُنَّا مُعَذِِّبِينََ حَتَّى نَبْعَثََ رَسُولا "Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul". Al Quran Surat 5 al-Maidah ayat 95: يَا أَيُّهَا الَّذِينََ آمَنُوا لا تَقْتُلُوا الصَّيْدََ وَأَنَْتُمَْ حُرُ مَ وَمَنَْ قَتَلَهَُ مِنْكُمَْ مُتََعَمِِّد ا فَجَزَا ءَ مِثْلَُ مَا قَتَلََ مِنََ النَّعَمَِ يَحْكُمَُ بِهَِ ذَوَا عَدْ لَ مِنْكُمَْ هََدْي ا بَالِغََ الْكَعْبَةَِ أَوَْ كَفَّارَةَ طَعَامَُ مَسَاكِينََ أَوَْ عَدْلَُ ذَلِكََ صِيَا ما لِيَذُوقََ وَبَالََ أَمْرِهَِ عَفَا اللَََُّ عَمَّا سَلَفََ وَمَنَْ عَادََ فَيَنَْتَقِمَُ اللَََُّ مِنْهَُ وَاللَََُّ عَزِي زَ ذُو انْتِقَا مَ
  • 36. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barang siapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu, sebagai had-ya yang di bawa sampai ke Kakbah, atau (dendanya) membayar kafarat dengan memberi makan orang-orang miskin, atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barang siapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa". • Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Allah swt. mengampuni apa yang terjadi di masa lalu. Dari kedua ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa asas kepastian hukum merupakan tidak ada satu perbuatanpun dapat di hukum kecuali atas kekuatan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada dan berlaku untuk perbuatan tersebut. • Asas kepastian hukum ini terkait dengan akibat perjanjian. Dalam hal ini hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yg dibuat oleh para pihak, seperti sebuah undang-undang, mereka tidak boleh intervensi terhadap substansi kontrak yg dibuat para pihak. • Asas Pacta Sunt Servanda termuat dlm Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata:”Perjanjian yg dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang”. 36
  • 37. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 14. Asas Kepribadian (Personalitas) • Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan. Hal ini dapat dipahami dari Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPerdata. Pasal 1315 KUH Perdata menjelaskan: ”Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri”. • Pasal 1340 KUHPerdata disebutkan: ”Perjanjian hanya berlaku antara 37 para pihak yang membuatnya”. • Namun ada pengecualian seperti diintrodusir dalam Pasal 1317 KUH Perdata: ”Dapat pula perjanjian diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri atau suatu pemberian kepada orang lain mengandung suatu syarat semacam itu”. • Pasal ini mengkonstruksikan: seseorang dapat mengadakan perjanjian untuk kepentingan pihak ketiga dengan suatu syarat yang ditentukan. • Pasal 1318 KUHPerdata tidak hanya mengatur perjanjian untuk diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang yang memperoleh hak darinya. • Asas kepribadian dalam perjanjian dikecualikan bila perjanjian tersebut dilakukan seseorang untuk orang lain yang memberikan kuasa bertindak hukum untuk dirinya atau orang tersebut berwenang atasnya.
  • 38. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 Empat Prinsip Hukum Kontrak Syariah dalam Praktek Keuangan Moderen 1. Sifat Tak Mengikat Dari Sebagian Besar Kontrak Dasar Tidak mengikat (ja’iz) versus mengikat • Semua usulan kontrak bisa jaiz yang berarti tidak mengikat atau dapat dibatalkan sewaktu waktu, ataupun lazim yang berarti mengikat atau tidak dapat dibatalkan. Sebuah kontrak jaiz bisa pada salah satu pihak ataupun kedua belah pihak. • Kontrak yang jaiz bagi kedua belah pihak meliputi persekutuan (semua bentuk), perwakilan, deposit, pinjaman (‘ariyah), dan hadiah. Kontrak lainnya yang jaiz bagi kedua belah pihak sampai penyerahan (barang) meliputi hibah, pinjaman qardl, dan gadai. • Kontrak lainnya dapat diakhiri oleh salah satu pihak seperti gadai oleh penerima gadai (setelah penyerahan), atau jaminan oleh orang yang berhutang. Kontrak lazim meliputi jual beli, sewa, perdamaian, pemindahan hutang dan pembatalan. 38
  • 39. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 2. Skema ganda untuk menentukan resiko kerugian Resiko kerugian (dloman) versus Kepercayaan • Hukum Syariah menetapkan hubungan yang menyangkut tanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan objek tertentu yang terdapat dalam kontrak dengan pihak pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut. • Hukum Syariah hanya mempertimbangkan dua kemungkinan hubungan seperti itu, yaitu pihak yang memegang obyek tersebut dapat sebagai orang yang terpercaya atau wakil (amin), atau sebagai penjamin (dlomin). • Orang yang terpercaya tidak bertanggung jawab sama sekali atas cacat pada objek, kecuali kalau melanggar kepercayaan. Sebaliknya dlomin atau penjamin menanggung resiko kehilangan yang sama dengan pemilik. • Jika objek musnah karena takdir Allah atau force majeure (kejadian di luar kemauan dan kemampuan manusia).[37] 39
  • 40. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 3. Larangan Jual Beli Hutang Dengan Hutang • Prinsip ketiga yaitu mengenai larangan jual beli hutang dengan hutang, tentang jual beli hutang dengan hutang ini, berpengaruh ketika kewajiban (baik untuk melakukan tindakan tertentu atau membayar uang atau harta lainnya) dapat ditanggguhkan, dan ketika kewajiban tersebut dijual, dibeli, atau dipindahtangankan. • Ada banyak batasan yang diterapkan pada jual beli ini, yang disimpulkan dari dalil yang melarang jual beli “al kally bil kally”, secara harfiah berarti tukar menukar dua hal yang keduanya ditangguhkan, atau tukar menukar nilai imbangan yang ditangguhkan (nasi’ah) dengan nilai imbangan yang ditangguhkan lainnya. • Aturan pertama melarang tukar menukar jika kontrak menetapkan syarat penangguhan, bukan hanya penyerahan kepemilikan tetapi juga pembayaran atau penyerahan riil kedua nilai imbangan, misalnya gandum yang dihutang dengan uang yang dihutang. • Aturan kedua melarang menukar harta abstrak dengan harta abstrak. Aturan ini berlaku bahkan jika salah satu atau kedua dayn dibayarkan dengan kontan. Dengan demikian aturan ini melarang jual beli dayn baik yang dibayar kontan atau dihutang. 40
  • 41. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 4. Sifat Perjanjian Yang Tidak Mengikat Janji Wa’ad Menurut Hukum Syariah • Hukum klasik menyatakan bahwa semata mata janji tidaklah mengikat. Kewajiban justru berasal dari pengiriman yang telah lalu ataupun perusakan harta, yang secara otomatis menghasilkan kewajiban timbal balik, baik langsung maupun ditangguhkan atau dari sumpah. • Ketika janji semata mata janji bukan sumpah dihadapan Allah dan bukan pula janji timbal balik atas barang, maka hukum klasik melihatnya sebagai tidak memiliki signifikasi hukum, yang tidak diperkuat secara memadai dengan proses hukum. • Pada perbankan dan keuangan modern, banyak hal bergantung pada janji. Banyak transaksi mengikat kedua belah pihak hanya pada waktu yang akan datang, dan praktis setiap transaksi sepenuhnya dapat dimulai dalam bentuk yang dapat mengikat melalui janji. • Banyak bunga uang yang sebagian atau seluruhnya semata mata berupa janji. Sedangkan menurut hukum Islam, hampir semua kontrak menjadi mengikat hanya setelah salah satu pihak telah memenuhi janjinya, yang berarti bahwa landasan untuk melaksanakan kontrak atau mengganti kerusakan tidak hanya bersandar pada konsep janji tetapi juga bersandar pada landasan kuat berupa peningkatan kekayaan dan kepercayaan yang tidak adil. 41
  • 42. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 Persamaan Antara Perjanjian Eropa Kontinental dan Akad • Secara umum terlihat banyak kesamaan tentang hukum perjanjian antara kedua sistem hukum tersebut (seperti pada uraian diatas). • Keduanya mengatur tentang unsur perjanjian, syarat perjanjian, kebebasan membuat perjanjian dan berakhirnya perjanjian. Walau berbeda rinciannya yg disebabkan filosofi hukum, istilah yang digunakan, sumber hukum dan proses pencarian kedua hukum tsb. Perbedaan Antara Perjanjian Eropa Kontinental dan Akad Perbedaan relevan & signifikan ttg perjanjian antara kedua sistem hukum: • Perjanjian menurut hukum Islam sah bila tidak bertentangan dengan syariat sedangkan menurut hukum Eropa Kontinental perjanjian sah bila tidak bertentangan dengan UU. • Subjek perjanjian menurut hukum Islam adalah mukallaf yang ahli (baik lelaki atau perempuan) dan tidak dalam pengampuan sedangkan dalam hukum Eropa Kontinental selain dewasa dan tidak dalam pengampuan, wanita yg menjadi istri tak berhak mengikatkan diri tanpa izin suami (pasal ini tidak berlaku di RI dg SEMA No.1/1963). • Islam tegas menyatakan perjanjian tidak boleh mengandung riba, ghoror dan maisir. Dalam hukum Eropa Kontinental ini tidak diatur dg. rinci. 42
  • 43. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 Analisis Perjanjian Eropa Kontinental dan Akad • Secara umum hukum perjanjian dalam kedua sistem hukum tersebut banyak kesamaan. Keduanya mengatur unsur perjanjian, syarat perjanjian, kebebasan membuat perjanjian dan berakhirnya perjanjian. Walau berbeda dalam rincian yg disebabkan filosofi hukum, istilah yang digunakan, sumber hukum dan proses pencarian kedua hukum tsb. • Hukum Islam berdasar al-Qur’an dan al-Hadits sedangkan hukum Eropa Kontinental bersumber dari Statue Law (hukum tertulis) yg sangat dipengaruhi pandangan hidup manusia pembuatnya yg sangat subjektif. • Walau ciri khas hukum Eropa Kontinental produk hukumnya terkodifikasi dalam suatu hukum tertulis (UU) tapi khusus untuk perjanjian UU hanya sebagai pelengkap dari perjanjian, atau berlaku adagium Lex specialis derogate lex generalis dimana lex spesialis adalah isi perjanjian tersebut dan lex generalis UU. 43
  • 44. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 • Berlaku pula asas pacta sunt servanda, bahwa perjanjian berlaku laksana UU bagi mereka yang membuat. Hal ini serupa dengan sifat kebebasan menentukan syarat dalam akad pada hukum Islam, bahwa setiap orang yang melakukan akad bebas untuk mengemukakan dan menentukan syarat, selama syarat itu tidak bertentangan dengan kehendak syara’ dan tidak bertentangan pula dengan hakikat akad, pihak yang berakad bebas mengemukakan persyaratan dalam suatu akad selama syarat-syarat itu bermanfaat bagi kedua belah pihak. • Kemaslahatan yang ingin dicapai hukum Eropa Kontinental adalah melindungi kesusilaan dan kepentingan umum sedang hukum Islam juga berusaha mewujudkan hal tersebut yang dikenal dalam Maqashidul Syariah (melindungi agama, jiwa, akal, kehormatam dan harta), karena aspek melindungi agama ini menurut hemat penulis hukum Islam berbeda dengan hukum lainnya termasuk juga dalam hukum perjanjian, makanya dalam perikatan Islam tidak boleh mengandung riba, maisir dan ghoror yang dilarang dalam syariat. 44
  • 45. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 • H.S. Salim, Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak). Jakarta, Sinar Grafika, 2006. • Miru, Ahmadi, Hukum Kontrak &Perancangan Kontrak. Jakarta, Raja 45 Grafindo Persada, 2007. • Musbikin, Imam, Qawa’id Al-Fiqhiyah. cet. 1, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001. • Setiawan Budi Utomo, Dr., Slide Presentasi, "Praktek Akad Dalam Produk & Jasa Perbankan Syariah", OJK, Jakarta, 2014. • Setiawan Budi Utomo, Dr., Slide Presentasi, " Kebijakan Pengembangan Industri Jasa Keuangan Syariah MHES PTA UnMuh Sby 1 Nov 2014", OJK, Jakarta, 2014. • Setiawan Budi Utomo, Dr., Slide Presentasi, " Kewenangan Pengadilan Agama dalam Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah", OJK, Jakarta, 2014. • Setiawan Budi Utomo, Dr., Slide Presentasi, "Pengenalan Otoritas Jasa Keuangan untuk Hakim Pengadilan Agama edited", OJK, Jakarta, 2014. • Subekti, Hukum Perjanjian. Jakarta, Intemasa, 2001. • Sula, Syakir, Muhammad, Asuransi Syari’ah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional. Cet. 1, Jakarta, Gema Insani Press, 2004. • Vogel, E. Frank, Hukum Keuangan Islam (Konsep, Teori, dan Praktik), Bandung, Nusamedia, 2007
  • 46. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 PENUTUP Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: • hukum konvensional tidak jauh berbeda dengan hukum Islam. Terlihat dari prinsip dan asas-asas antara keduanya tidak terlalu memiliki perbedaan yang menonjol. • Baik hukum Eropa Kontinental maupun akad dalam Islam kedua-duanya mementingkan kemaslahatan. • Hanya saja dalam hukum kontinental tidak bersandar pada al- Qur’an dan Sunnah, tetapi bersandar pada pemikiran seseorang. • Akan tetapi tujuannya tetap sama, yaitu guna menjalin hubungan yang baik antara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian. 46
  • 47. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 DAFTAR PUSTAKA • Ali, Daud, Mohammad, Asas-asas Hukum Islam. Jakarta, CV. Rajawali, 47 1990. • Ali, Daud, Mohammad, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Syariah di Indonesia. cetakan ke-8, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2000. • al-Shiddieqiyy, Hasbi, Pengantar Fiqh Mu’amalah. Jakarta, Bulan Bintang, 1974. • Anwar, Syamsul, Hukum Perjanjian Syariah (Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat). Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2007. • Anwar, Syamsul, Makalah Kontrak dalam Islam. 2006. • Asyhadie, Zaeni, Hukum Bisnis (Prinsip Pelaksanaannya di Indonesia). Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2008. • Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3, Jakarta. Balai Pustaka, 2002. • Dewi, Gemala, dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia. cetakan ke-2 Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2006. • Djamil, Faturrahman, “Hukum Perjanjian Syari’ah”. cet. 1, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2001. • Fuady, Munir, HUKUM KONTRAK (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), • Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalat. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.
  • 48. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 48
  • 49. 2 6 / 0 1 / 1 4 3 6 49