SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
Infeksi pada anak
Nurcholid Umam K
FK UAD Jogjakarta
Demam Dengue/Demam Berdarah
Dengue
Definisi
 Infeksi disebabkan virus Dengue ditandai
dengan demam tinggi mendadak disertai
manifestasi perdarahan dan bertendensi
menimbulkan renjatan dan kematian.
Etiologi dan Patofisiologi
 Virus Dengue tipe I, II, III, IV
 Aktivasi komplemen, agregasi trombosit,
kerusakan sel endotel-->kebocoran
kapiler, ekstravasasi plasma,
hemokonsentrasi, renjatan, efusi cairan,
ensefalopati, hipoksia jaringan.
Vaskulopati + trombopati + koagulopati +
trombositopenia--> perdarahan,
ensefalopati.
Demam Dengue
 Demam tinggi mendadak
 Ditambah gejala penyerta 2 atau lebih:
- Nyeri kepala
- Nyeri retro orbita
- Nyeri otot dan tulang
- Ruam kulit
- Meski jarang dapat disertai manifestasi perdarahan
- Leukopenia
- Uji HI >1280 atau IgM/IgG positif
 Tidak ditemukan tanda kebocoran plasma
(hemokonsentrasi, efusi pleura, asites,
hipoproteinemia).
Tata laksana
 Sebagian besar anak dapat dirawat di rumah
dengan memberikan nasihat perawatan pada
orang tua anak.
 Berikan anak banyak minum dengan air hangat
atau larutan oralit untuk mengganti cairan yang
hilang akibat demam dan muntah.
 Berikan parasetamol untuk demam. Jangan
berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-
obatan ini dapat merangsang perdarahan.
 Anak harus dibawa ke rumah sakit apabila
demam tinggi, kejang, tidak bisa minum,
muntah terus-menerus.
Demam Berdarah Dengue
 Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas,
berlangsung terus
 menerus selama 2-7 hari
 Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
◦ uji bendung positif
◦ petekie, ekimosis, purpura
◦ perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
◦ hematemesis dan atau melena
 Pembesaran hati
 Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba,
penyempitan
 tekanan nadi ( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur,
kaki dan
 tangan dingin, kulit lembab, capillary refill time
memanjang (>2 detik) dan
 pasien tampak gelisah.
Laboratorium
 Trombositopenia (100 000/μl atau kurang)
 Adanya kebocoran plasma karena peningkatan
permeabilitas kapiler, dengan
 manifestasi sebagai berikut:
• Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar
• Penurunan hematokrit ≥ 20%, setelah mendapat terapi
cairan
• Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.
 Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari
kriteria laboratorium (atau hanya peningkatan
hematokrit) cukup untuk menegakkan
Diagnosis Kerja DBD.
Derajat Penyakit
 Derajat I Demam disertai gejala tidak khas dan
satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji
bendung.
 Derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan
spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
 Derajat III Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu
nadi cepat dan lambat,tekanan nadi menurun
(20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis
di sekitar mulut, kulit dingin dan lembap dan
anak tampak gelisah.
 Derajat IV Syok berat (profound shock), nadi
tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak
terukur.
Typhoid Fever
Definisi
 Infeksi sistemik akut disebabkan oleh
Salmonella typhi atau paratyphi
Etiologi
 Salmonella typhi dan atau paratyphi A, B
dan C.
Patogenesis
 Bakteri -->epitel usus --> lamina propria:
fagositosis/respons inflamasi/endotoksin
(lokal, sistemik, komplemen)--> plaque
payeri: multiplikasi--> duktus torasikus
--> sirkulasi: bakterimia pertama-->
organ target RES (hati, limfa, sumsum
tulang)-->bakterimia kedua-->organ lain:
manifestasi radang organ/
endotoksinemia-->kandung empedu-->
sebagian dikeluarkan melalui feses
Bentuk Klinis
 Demam tifoid klinis
 Demam tifoid
 Demam tifoid berat
 Ensefalopati tifoid
Demam Tifoid Klinis
 Panas lebih dari 7 hari, di dukung gejala
klinik lain:
 -Gangguan GIT : typhoid tongue,
rhagaden, anoreksia, konstipasi/ diare
 -Hepatomegali
 -Tidak ditemukan penyebab lain dari
panas.
Demam tifoid
 Demam Tifoid Klinis + Salmonella typhi
(+) pada biakan darah, urine atau feces
dan/ atau pemeriksaan serologis
didapatkan titer O Ag > 1/160 atau
meningkat lebih 4 kali dalam interval 1
minggu
 Saat ini telah dikembangkan pemeriksaan
serologis IgM dan IgG yang lebih sensitif
(tubex TF dan Typhidot)
Demam Tifoid Berat
 Demam Tifoid + keadaan: lebih dari
minggu kedua sakit, toksik, dehidrasi,
delirium jelas, hepatomegali (&
splenomegali), leukopeni < 2000/ul,
aneosinofilia, SGOT/SGPT meningkat
Ensefalopati tifoid
 Demam tifoid atau demam tifoid klinis
disertai satu atau lebih gejala:
 -kejang
 -kesadaran menurun : soporous sampai
koma
 -kesadaran berubah/ kontak psikik tidak
ada
Diagnosis
 Keadaan umum: tanda toksik: tampak
sakit berat
 Demam
 Gejala gastrointestinal: diare, konstipasi,
mual, muntah
 Kelainan kulit: Rose spot
 Kelainan saluran napas: batuk, tanda-
tanda infeksi saluran napas bawah
 Kesadaran: penurunan kesadaran
 Kelainan neurologis: kejang
 Kardiovaskular: nadi, tekanan darah
Px Penunjang
 Pemeriksaan penunjang saat MRS:
pemeriksaan darah rutin, kultur empedu darah,
urin dan atau feses, dan pemeriksaan serologis
(widal). Apabila pada pemeriksaan kultur
empedu (-), pemeriksaan diulang seminggu
kemudian. Apabila pada pemeriksaan serologis
titer O Ag ≤ 1/160, maka pemeriksaan
dilakukan secara berkala setiap minggu.
 Tubex TF (IgM) atau Typhidot (IgG dan IgM)
 SGOT, SGPT dengan indikasi tanda-tanda
demam tifoid berat
Terapi
 Obat pilihan pertama: Kloramfenikol 50-
100 mg/kg BB/hari oral atau IV dalam 4
dosis (dosis maksimal 2 g/hari) sampai
tujuh hari bebas panas, minimal sepuluh
hari. Tiamfenikol?
 Demam tifoid berat: Ceftriakson 80
mg/kgBB/hari IV dosis tunggal diberikan
selama 5-7 hari,
Terapi
 Apabila Hb <8 g% dan atau leukosit
<2000/mm3, kloramfenikol diganti dengan:
◦ Ampisilin 200 mg/kgBB/hari IV dalam 4 dosis, atau
◦ Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari IV dalam 3 dosis,
atau
◦ Trimetoprim–sulfametoksasol 10mg/kbBB/hari
(TMP) atau 50 mg/kg BB/hari (SMX) oral dalam 2
dosis bila alergi penisilin, atau
◦ Cefixim 10 mg/kgBB/hari peroral dalam 2 dosis
selama 10 hari (tidak digunakan pada demam tifoid
berat)
Roseola infantum/eksantema subitum
Roseola Infantum
 Exanthem subitum
 3 bulan- 3 tahun. (puncak pada 6 bulan-1
tahun)
 (Human Herpes Virus) HHV-6,7: DNA virus,
Herpesviridae
 Masa inkubasi bervariasi(9-10 days)
Clinical Manifestation
 Demam tinggi 39-41 c selama 3-4 hari
◦ Gejala tidak spesifik
◦ Kejang demam
 Rash makulopapular muncul setelah demam
turun
 CBC: WBC normal, dominasi limfosit
Treatment and Care
 Symptomatic dan supportive
 Isolasi: standard precaution
 Prevention: No vaccination
Terima kasih

More Related Content

Similar to Infeksi pada anak.pptx

Demam berdarah dengue pada anak
Demam berdarah dengue pada anakDemam berdarah dengue pada anak
Demam berdarah dengue pada anakNova Ci Necis
 
DEMAM_BERDARAH_DENGUE_dan pencegahannyappt.pptx
DEMAM_BERDARAH_DENGUE_dan pencegahannyappt.pptxDEMAM_BERDARAH_DENGUE_dan pencegahannyappt.pptx
DEMAM_BERDARAH_DENGUE_dan pencegahannyappt.pptxpromkespkmpangalenga
 
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DHF.ppt
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DHF.pptASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DHF.ppt
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DHF.pptnurfa30
 
127324844-DEMAM-BERDARAH-DENGUE-ppt.ppt
127324844-DEMAM-BERDARAH-DENGUE-ppt.ppt127324844-DEMAM-BERDARAH-DENGUE-ppt.ppt
127324844-DEMAM-BERDARAH-DENGUE-ppt.pptmonicatrifitriana
 
234901205 case-report-bedah-jaka
234901205 case-report-bedah-jaka234901205 case-report-bedah-jaka
234901205 case-report-bedah-jakahomeworkping3
 
Case Report Typhoid Fever
Case Report Typhoid FeverCase Report Typhoid Fever
Case Report Typhoid FeverHannaSilmiZahra
 
Referat dhf
Referat dhfReferat dhf
Referat dhftami93
 
PPT Asuhan Keperawatan dengan Demam berdarah Duenge (DBD)
PPT Asuhan Keperawatan dengan Demam berdarah Duenge (DBD)PPT Asuhan Keperawatan dengan Demam berdarah Duenge (DBD)
PPT Asuhan Keperawatan dengan Demam berdarah Duenge (DBD)Dini Rohmah
 

Similar to Infeksi pada anak.pptx (20)

Askep dbd AKPER PEMDA MUNA
Askep dbd AKPER PEMDA MUNA Askep dbd AKPER PEMDA MUNA
Askep dbd AKPER PEMDA MUNA
 
Demam berdarah dengue pada anak
Demam berdarah dengue pada anakDemam berdarah dengue pada anak
Demam berdarah dengue pada anak
 
Askep dhf
Askep dhfAskep dhf
Askep dhf
 
Survei dbd
Survei dbdSurvei dbd
Survei dbd
 
Asuhan keperawatan dbd
Asuhan keperawatan dbdAsuhan keperawatan dbd
Asuhan keperawatan dbd
 
Dhf
DhfDhf
Dhf
 
DEMAM_BERDARAH_DENGUE_dan pencegahannyappt.pptx
DEMAM_BERDARAH_DENGUE_dan pencegahannyappt.pptxDEMAM_BERDARAH_DENGUE_dan pencegahannyappt.pptx
DEMAM_BERDARAH_DENGUE_dan pencegahannyappt.pptx
 
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DHF.ppt
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DHF.pptASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DHF.ppt
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DHF.ppt
 
127324844-DEMAM-BERDARAH-DENGUE-ppt.ppt
127324844-DEMAM-BERDARAH-DENGUE-ppt.ppt127324844-DEMAM-BERDARAH-DENGUE-ppt.ppt
127324844-DEMAM-BERDARAH-DENGUE-ppt.ppt
 
Dhf
DhfDhf
Dhf
 
142286579 case
142286579 case142286579 case
142286579 case
 
Css dengue
Css dengueCss dengue
Css dengue
 
Thypoid
ThypoidThypoid
Thypoid
 
234901205 case-report-bedah-jaka
234901205 case-report-bedah-jaka234901205 case-report-bedah-jaka
234901205 case-report-bedah-jaka
 
SLIDE DHF.pptx
SLIDE DHF.pptxSLIDE DHF.pptx
SLIDE DHF.pptx
 
Dbd
DbdDbd
Dbd
 
Case Report Typhoid Fever
Case Report Typhoid FeverCase Report Typhoid Fever
Case Report Typhoid Fever
 
Referat dhf
Referat dhfReferat dhf
Referat dhf
 
PPT Asuhan Keperawatan dengan Demam berdarah Duenge (DBD)
PPT Asuhan Keperawatan dengan Demam berdarah Duenge (DBD)PPT Asuhan Keperawatan dengan Demam berdarah Duenge (DBD)
PPT Asuhan Keperawatan dengan Demam berdarah Duenge (DBD)
 
Severe Malaria
Severe MalariaSevere Malaria
Severe Malaria
 

Recently uploaded

Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 

Recently uploaded (18)

Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 

Infeksi pada anak.pptx

  • 1. Infeksi pada anak Nurcholid Umam K FK UAD Jogjakarta
  • 3. Definisi  Infeksi disebabkan virus Dengue ditandai dengan demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan dan kematian.
  • 4. Etiologi dan Patofisiologi  Virus Dengue tipe I, II, III, IV  Aktivasi komplemen, agregasi trombosit, kerusakan sel endotel-->kebocoran kapiler, ekstravasasi plasma, hemokonsentrasi, renjatan, efusi cairan, ensefalopati, hipoksia jaringan. Vaskulopati + trombopati + koagulopati + trombositopenia--> perdarahan, ensefalopati.
  • 5. Demam Dengue  Demam tinggi mendadak  Ditambah gejala penyerta 2 atau lebih: - Nyeri kepala - Nyeri retro orbita - Nyeri otot dan tulang - Ruam kulit - Meski jarang dapat disertai manifestasi perdarahan - Leukopenia - Uji HI >1280 atau IgM/IgG positif  Tidak ditemukan tanda kebocoran plasma (hemokonsentrasi, efusi pleura, asites, hipoproteinemia).
  • 6. Tata laksana  Sebagian besar anak dapat dirawat di rumah dengan memberikan nasihat perawatan pada orang tua anak.  Berikan anak banyak minum dengan air hangat atau larutan oralit untuk mengganti cairan yang hilang akibat demam dan muntah.  Berikan parasetamol untuk demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat- obatan ini dapat merangsang perdarahan.  Anak harus dibawa ke rumah sakit apabila demam tinggi, kejang, tidak bisa minum, muntah terus-menerus.
  • 7. Demam Berdarah Dengue  Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus  menerus selama 2-7 hari  Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan: ◦ uji bendung positif ◦ petekie, ekimosis, purpura ◦ perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi ◦ hematemesis dan atau melena  Pembesaran hati  Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan  tekanan nadi ( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan  tangan dingin, kulit lembab, capillary refill time memanjang (>2 detik) dan  pasien tampak gelisah.
  • 8. Laboratorium  Trombositopenia (100 000/μl atau kurang)  Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan  manifestasi sebagai berikut: • Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar • Penurunan hematokrit ≥ 20%, setelah mendapat terapi cairan • Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.  Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja DBD.
  • 9. Derajat Penyakit  Derajat I Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji bendung.  Derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.  Derajat III Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat,tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembap dan anak tampak gelisah.  Derajat IV Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
  • 10.
  • 11.
  • 13. Definisi  Infeksi sistemik akut disebabkan oleh Salmonella typhi atau paratyphi
  • 14. Etiologi  Salmonella typhi dan atau paratyphi A, B dan C.
  • 15. Patogenesis  Bakteri -->epitel usus --> lamina propria: fagositosis/respons inflamasi/endotoksin (lokal, sistemik, komplemen)--> plaque payeri: multiplikasi--> duktus torasikus --> sirkulasi: bakterimia pertama--> organ target RES (hati, limfa, sumsum tulang)-->bakterimia kedua-->organ lain: manifestasi radang organ/ endotoksinemia-->kandung empedu--> sebagian dikeluarkan melalui feses
  • 16. Bentuk Klinis  Demam tifoid klinis  Demam tifoid  Demam tifoid berat  Ensefalopati tifoid
  • 17. Demam Tifoid Klinis  Panas lebih dari 7 hari, di dukung gejala klinik lain:  -Gangguan GIT : typhoid tongue, rhagaden, anoreksia, konstipasi/ diare  -Hepatomegali  -Tidak ditemukan penyebab lain dari panas.
  • 18. Demam tifoid  Demam Tifoid Klinis + Salmonella typhi (+) pada biakan darah, urine atau feces dan/ atau pemeriksaan serologis didapatkan titer O Ag > 1/160 atau meningkat lebih 4 kali dalam interval 1 minggu  Saat ini telah dikembangkan pemeriksaan serologis IgM dan IgG yang lebih sensitif (tubex TF dan Typhidot)
  • 19. Demam Tifoid Berat  Demam Tifoid + keadaan: lebih dari minggu kedua sakit, toksik, dehidrasi, delirium jelas, hepatomegali (& splenomegali), leukopeni < 2000/ul, aneosinofilia, SGOT/SGPT meningkat
  • 20. Ensefalopati tifoid  Demam tifoid atau demam tifoid klinis disertai satu atau lebih gejala:  -kejang  -kesadaran menurun : soporous sampai koma  -kesadaran berubah/ kontak psikik tidak ada
  • 21. Diagnosis  Keadaan umum: tanda toksik: tampak sakit berat  Demam  Gejala gastrointestinal: diare, konstipasi, mual, muntah  Kelainan kulit: Rose spot  Kelainan saluran napas: batuk, tanda- tanda infeksi saluran napas bawah  Kesadaran: penurunan kesadaran  Kelainan neurologis: kejang  Kardiovaskular: nadi, tekanan darah
  • 22. Px Penunjang  Pemeriksaan penunjang saat MRS: pemeriksaan darah rutin, kultur empedu darah, urin dan atau feses, dan pemeriksaan serologis (widal). Apabila pada pemeriksaan kultur empedu (-), pemeriksaan diulang seminggu kemudian. Apabila pada pemeriksaan serologis titer O Ag ≤ 1/160, maka pemeriksaan dilakukan secara berkala setiap minggu.  Tubex TF (IgM) atau Typhidot (IgG dan IgM)  SGOT, SGPT dengan indikasi tanda-tanda demam tifoid berat
  • 23. Terapi  Obat pilihan pertama: Kloramfenikol 50- 100 mg/kg BB/hari oral atau IV dalam 4 dosis (dosis maksimal 2 g/hari) sampai tujuh hari bebas panas, minimal sepuluh hari. Tiamfenikol?  Demam tifoid berat: Ceftriakson 80 mg/kgBB/hari IV dosis tunggal diberikan selama 5-7 hari,
  • 24. Terapi  Apabila Hb <8 g% dan atau leukosit <2000/mm3, kloramfenikol diganti dengan: ◦ Ampisilin 200 mg/kgBB/hari IV dalam 4 dosis, atau ◦ Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari IV dalam 3 dosis, atau ◦ Trimetoprim–sulfametoksasol 10mg/kbBB/hari (TMP) atau 50 mg/kg BB/hari (SMX) oral dalam 2 dosis bila alergi penisilin, atau ◦ Cefixim 10 mg/kgBB/hari peroral dalam 2 dosis selama 10 hari (tidak digunakan pada demam tifoid berat)
  • 26. Roseola Infantum  Exanthem subitum  3 bulan- 3 tahun. (puncak pada 6 bulan-1 tahun)  (Human Herpes Virus) HHV-6,7: DNA virus, Herpesviridae  Masa inkubasi bervariasi(9-10 days)
  • 27. Clinical Manifestation  Demam tinggi 39-41 c selama 3-4 hari ◦ Gejala tidak spesifik ◦ Kejang demam  Rash makulopapular muncul setelah demam turun  CBC: WBC normal, dominasi limfosit
  • 28.
  • 29.
  • 30. Treatment and Care  Symptomatic dan supportive  Isolasi: standard precaution  Prevention: No vaccination