SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
ANASTESI LOKAL

KELOMPOK 4
FARMASI B
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Angga Aditya R
Siska Hermawati
Rahmawati
Yuliana Putri A
Tri Rahmi
Dzati Illiyah I
Ratna Endah L
Venny Aryandini
Sherly Diama

(201210410311180)
(201210410311184)
(201210410311185)
(201210410311186)
(201210410311187)
(201210410311188)
(201210410311192)
(201210410311189)
(201210410311190)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
2013
ANASTESI LOKAL

Tujuan :
1. Memahami farmakokinetik obat anastesi lokal yang diberikan secara topikal pada
mukosa mata.
2. Membandingkan efek farmakologis anestesi lokal tanpa adrenalin dengan anestesi
lokal + adrenalin
Dasar Teori :
Anastesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunanian- “tidak, tanpa” dan aesthētos,
“persepsi, kemampuan untuk merasa”), secara umum berarti suatu tindakan yang
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anastesi digunakan pertama kali oleh Oliver
Wendel Holmes Sr pada tahun 1846
Anastesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara
lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Kerja ini dapat digunakan secara klinis untuk
mengurangi rasa sakit dari atau impuls vasokonstriktor simpati menuju daerah tubuh tertentu.
Anestesi lokal merupakan penetrasi kedalam akson dalam bentuk basa larut lemak
yang bebas. Didalam akson berbentuk molekul berproton, yang kemudian memasuki dan
menyumbat kanal Na+ setelah terikat pada‟reseptor‟ (residu dari heliks transmembran S6)
dengan demikian, anestetik lokal kuaterner (berproton lengkap) hanya bekerja bila disuntikan
ke dalam akson saraf. Obat yang tidak bermuatan (misalnya benzokain) larut dalam membran
tetapi kanal di blok dengan hukum all-or-none (semua atau tidak sama sekali). Jadi, pada
prinsipnya molekul-molekul yang terionisasi dan tidak terionisasi bekerja dengan cara yang
sama (yaitu terikata pada reseptor di kanal Na+). Hal ini memblok kanal kebanyak dengan
mencegah terbukanya gerbang h ( yaitu dengan meningkatkan inaktivasi). Kadang-kadang
begitu banyak kanal terinaktivasi sehingga jumlahnya berada dibawah jumlah minimal yang
diperlukan agar depolarisasi mencapa ambang batas, dan karena aksi tidak dapat
dibangkitkan maka terjadi blok saraf. Anestetik lokal bersifat „tergantung pemakaian (use
dependent)‟ (artinya derajat blok proposional terhadap stimulasi saraf). Hal ini menunjukkan
bahwa makin banyak molekul obat ( dalam bentuk terprotonisasi) memasuki kanal Na+
ketika kanal-kanal terbuka dan menyebabkan lebih banyak terinaktivasi.
Dalam praktikum ini digunakan anastetik lokal Tetrakain (pontokain).
1. Pontokain
Suatu ester amino kerja panjang, secara signifikan lebih poten dan mempunyai durasi
kerja lebih panjang daripada prokain. Toksisitas sistemik tetrakain lebih tinggi karena
tetrakain dimetabolisme lebih lambat daripada anastetik local jenis ester lain yang umum
digunakan. Obat ini banyak digunakan pada anastesi spinal ketika durasi yang panjang
diperlukan. Tetrakain juga ditambahkan pada beberapa sediaan anastesi topical. Tetrakain
jarang digunakan pada blockade syaraf perifer karena sering diperlukan dosis yang besar,
onset yang lambat, dan berpotensi menimbulkan toksisitas.
Anastetik local yang utama digunakan untuk anastesi membrane mukosa dan kulit.
Beberapa anastetik bersifat terlalu mengiritasi atau tidak efektif jika diaplikasikan pada
mata, akan tetapi anastetik bermanfaaat jika digunakan sebagai senyawa anastetik topical
pada kulit dan atau membrane mukosa. Sediaan ini efektif untuk meredakan gejala
pruritus pada anus dan alat kelamin, ruam akibat tanaman poison ivy, serta berbagai
dermatose akut dan kronis lain. Anastesi local ini terkadang dikombinasi dengan
glukokortikoid atau antihistamin dan tersedia pada sejumlah formula paten.
2. Adrenalin (Epinefrin)
Epinefrin merupakan suatu stimulasi yang poten pada reseptor α- dan βadrenergik, sehinggan efeknya terhadap organ target bersifat komplek. Epinefrin
dihasilkan oleh kelenjar adrenal dan merupakan suatu hormon saraf simpatis.
Epinefrin bekerja pada semua reseptor adrenergik α1, β1, α2, dan β2. Epinefrin
merupakan salah satu obat vasopresor paling poten yang di kenal. Pada pemberian
oralepinefrin tidak mencapai dosis terapi karena sebagian besar di rusak oleh enzim
COMT dan MAO yang banyak terdapat pada dinding usus dan hati. Pada penyuntikan
Sk, absorspi lambat karena vasokontriksi lokal, dapat di percepat dengan memijat
tempat suntikan. Absorpsi yang lebihcepat terjadi dengan penyuntikan IM. Epinefrin
stabil dalam darah. Pada orang normal, jumlah Epi yang utuh hanya dalam urin
sedikit. Pada pasien feokromositoma, urin mengandung Epi dan NE utuh dalam
jumlah besar. Manfaat epinefrin dalam klinik berdasarkan efeknya terhadap pembuluh
darah, jantung, dan otot polos bronkus. Penggunaannya adalah untuk mengatasi
dengan cepat reaksi hipersensitivitas termasuk anafilaksisterhadap obat dan alergen
lainnya. Epinefrin juga digunakan untuk memperpanjang masa kerja anestesi lokal.
Anastesi topikal adalah obat bius lokal yang digunakan untuk mematikan
permukaan bagian tubuh. Anastesi topikal ini dapat digunakan sebagai pemati rasa
untuk area kulit serta depan bola mata, bagian dalam hidung, telinga atau
tenggorokan, dalam anus dan daerah genital.
Alat dan Bahan
-

Pipet
Kapas
Senter
Penggaris

- Gunting
- Lidokain
- Lidokain + Adrenalin
- Kelinci

Prosedur Kerja
1. Potong bulu mata kelinci sependek mungkin
2. Untuk tindakan kontrol, lakukan pengamatan awal pada :
-

Besarnya pupil
Reflek terhadap cahaya
Reflek kornea / konjungtiva
Keadaan pembuluh darah konjungtiva
Lakrimasi, iritasi
(dilakukan berturut-turut setiap 5 menit sebanyak 3 kali )
3. Teteskan obat pada mata kanan ( lidokain) dan mata kiri (lidokain + adrenalin )
4. Lakukan prosedur pengamatan :
- Reflek kornea : (+) = reflek menutupnya palpebra oleh usapan kapas
(-)= tidak ada reflek
- Reflek cahaya : (+) = mengecilnya pupil
(-) = tidak ada reflek
- Pembuluh darah : N = normal merah
P = pucat
- Iritasi : (+) =ada iritasi ditandai dengan pengeluaran air mata
(-) = tidak ada iritasi
Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan
Lebar
(mm)
Kontrol
5 menit
10 menit
15 menit
Pentokain
5 menit
10 menit
15 menit
20 menit
25 menit
30 menit
Lidokain
adrenalin
5 menit
10 menit
15 menit
20 menit
25 menit
30 menit

pupil Cahaya

Pembuluh
darah

iritasi

kornea

6
5
5

-

N
N
N

-

+
+
+

3
4
3
3
5
5

+
+
+
+
+
+

N
N
N
N
N
N

-

+
+
+
+
+
+

5
4
3
5
4
3

+
+
+
+
+
+

P
P
P
P
P
P

+
+
-

+
+
+
+
+
+

+
PEMBAHASAN
A. ABSORBSI
Absorbsi sistemik suntikan anastesi lokal dari tempat suntikan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain dosis, tempat suntikan, ikatan obat- jaringan, adanya bahan
vasokonstriktor dan sifat fisikokimia obat. Aplikasi anastesi lokal pada daerah yang kaya
vaskularisasinya seperti mukosa trakea menyebabkan penyerapan obat yang sangat cepat dan kadar
obat dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan tempat yang perfusinya jelek seperti tendon. Untuk
anatesi regional yang menghambat saraf yang besar kadar darah maksimum anastesi local menurun
sesuai dengan tempat pemberian yaitu: interkostal (tertinggi) > caudal > epidural > pleksus brachialis
> saraf ischiadicus (terendah). Bahan vasokontriktor seperti epinefrin mengurangi penyerapan
sistemik anastesi lokal dari tempat tumpukan obat dengan mengurangi aliran darah di
daerah ini. Keadaan ini menjadi nyata terhadap obat yang masa kerjanya singkat atau lemah seperti
prokain, lidokain, dan mepivakain (tidak untuk prilokain). Ambilan obat oleh saraf diduga diperkuat
oleh kadar obat local yang tinggi dan efek toksik sistemik obat akan berkurang karena kadar obat
yang masuk dalam darah hanya sepertiganya saja. Kombinasi pengurangan penyerapan sistemik dan
peningkatan ambilan saraf inilah yang memungkinkan perpanjangan efek anastesi local sampai 50%.
Vasokonstriktor kurang efektif dalam memperpanjang sifat anastesi obat yang mudah larut dalam
lipid dan bekerja lama (bupivakain, etidokain) mungkin karena molekulnya sangat terikat dalam
jaringan. Selain itu katekolamin mungkin mempengaruhi fungsi neuronal antara lain
meningkatkan analgesia terutama pada medulla spinalis.(Katzung, 1997)
B. DISTRIBUSI
Distribusi obat adalah proses suatu obat yang secara refersible meninggalkan aliran darah
dan masuk ke interstisium (cairan ekstra sel) dan / atau ke sel sel jaringan. Pengiriman obat dari
plasma ke interstisium terutama tergantung pada aliran darah, permeabilitas kapiler, derajat ikatan
obat tersebut dengan protein plasma atau jaringan, dan hidrofobisitas dari obat tersebut.
Distribusi obat ada 3 cara yaitu
1. Aliran darah
2. Permeabilitas kapiler
3. Pengikatan obat-obat pada protein
Anastesi local amida disebar meluasa dalam tubuh setelah pemberian bolus intravena. Bukti
menunjukkan bahwa penyimpanan obat mungkin terjadi dalam jaringan lemak setelah fase distribusi
awal yang cepat yang mungkin menandakan ambilan kedalam organ yang perfusinya tinggi seperti
otak, hati,ginjal dan jantung, diikuti oleh fase distribusi lambat yang terjadi karena ambilan dari
jaringan yang perfusinya sedang seperti otot dan usus. Karena waktu paruh plasma yang sangat
singkat dari obat tipe ester, maka distribusinya tidak diketahui. (Katzung, 1997)
Faktor yang mempengaruhi distribusi obat :
1. Permeabilitas membran
2. Pengikatan protein plasma
3. Depot penyimpanan
C. METABOLISME DAN EKSKRESI
Anastesi lokal diubah dalam hati dan plasma menjadi metabolit yang mudah larut dalam air
dan kemudian diekskresikan ke dalam urin. Karenaanastesi lokal yang bentuknya tak
bermuatan mudah berdifusi melalui lipid, makasedikit atau tidak ada sama sekali bentuk
netralnya yang diekskresikan.Pengasaman urin akan meningkatkan ionisasi basa tersier menjadi
bentukbermuatan yang mudah larut dalam air, sehingga mudah diekskresikan karenabentuk ini tidak
mudah diserap kembali oleh tubulus ginjal. (Katzung, 1997)Tipe ester anastesi lokal dihidrolisis
sangat cepat di dalam darah olehbutirilkolinesterase (Pseudocolinesterase). Oleh karena itu,
obat ini khas sekalimempunyai waktu paruh yang sangat singkat, kurang dari 1 menit
untuk prokaindan kloroprokain. (Katzung, 1997)Ikatan amida dari anastesi lokal amida
dihidrolisis oleh enzim mikrosomalhati. Kecepatan metabolisme senyawa amida didalam hati ini
bervariasi bagisetiap individu, perkiraan urutannya adalah prilokain (tercepat) > etidokkain >lidokain
> mepivakain > bupivakain (terlambat). Akibatnya, toksisitas darianestesi lokal tipe amida ini akan
meningkat pada pasien dengan gangguanfungsi hati. Penurunan pembersihan anestesi lokal oleh hati
ini harus diantisipasidengan menurunkan aliran darah ke hati. Sebagai contoh, pembersihan
lidokainoleh hati pada binatang yang dianestesi dengan halotan lebih lambat daripengukuran binatang
yang diberi nitrogen oksida dan kurare. Penurunan pembersihan ini berhubungan dengan penurunan
aliran darah ke dalam hati danpenekanan mikrosom hati karena halotan. Propanolol dapat
memperpanjangwaktu paruh anestesi lokal amida. (Katzung, 1997)

Efek Farmakologis anestesi lokal tanpa adrenalin (pontokain) dengan anestesi lokal lidokain
+ adrenalin
Tetrakain adalah suatu ester amino kerja panjang, secara signifikan lebih poten dan
mempunyai durasi kerja lebih panjang daripada prokain. Toksisitas sistemik tetrakain
lebih tinggi karena tetrakain dimetabolisme lebih lambat daripada anastetik local jenis
ester lain yang umum digunakan. Obat ini banyak digunakan pada anastesi spinal ketika
durasi yang panjang diperlukan. Tetrakain juga ditambahkan pada beberapa sediaan
anastesi topical. Tetrakain jarang digunakan pada blockade syaraf perifer karena sering
diperlukan dosis yang besar, onset yang lambat, dan berpotensi menimbulkan toksisitas.
Anastetik local yang utama digunakan untuk anastesi membrane mukosa dan kulit.
Beberapa anastetik bersifat terlalu mengiritasi atau tidak efektif jika diaplikasikan pada
mata, akan tetapi anastetik bermanfaaat jika digunakan sebagai senyawa anastetik topical
pada kulit dan atau membrane mukosa. Sediaan ini efektif untuk meredakan gejala
pruritus pada anus dan alat kelamin, ruam akibat tanaman poison ivy, serta berbagai
dermatose akut dan kronis lain. Anastesi local ini terkadang dikombinasi dengan
glukokortikoid atau antihistamin dan tersedia pada sejumlah formula paten.
Lidokain menghasilkan anastesia yang lebih cepat, bertahan lebih lama, dan bertahan
lebih kuat daripada prokain pada konsentrasi yang sama. Lidokain merupakan pilihan
alternatif pada individu yang sensitif terhadap anestetik lokal jenis ester. Lidokain
diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian parenteral dan dari saluran GI dan saluran
nafas. Lidokain berguna pada hampir setiap aplikasi yang memerlukan anastetik lokal
berdurasi sedang. Lidokain juga digunakan sebagai senyawa anti aritmia.
Lidokain + adrenalin akan mengurangi toksisitas sistemik dan meningkatkan masa kerja
obat.
EFEK FARMAKOLOGIS ANASTESI LOKAL TANPA ADRENALIN DENGAN
ANASTESI LOKAL + ADRENALIN
Senyawa
Ester
Cocaine

Potensi

pKa

System kerja

Medium

Procaine
(Novacain)

1

8,9

Singkat

Tetracaine
(pontocaine)
Benzocaine

16

8,5

Panjang

7,9

Medium

2

Masa kerja

Vasokonstruksi
kerja
lama
anastesi permukaan
Kerja singkat dengan adrenalin,
daya kerja panjang

Hanya
untuk
topikal

Amide
Lidocaine

4

Mepivacaine

2

Bupivacaine

16

Prilokaine

3

Medium

8,1

Panjang

Medium

Efek samping

Toksisitas tinggi
mati jaringan
Hipertensi reaksi
alergi
sediaan
kombinasi
10 kali lebih kuat dari prokain, Lebih toksik
kerja cepat berlangsung lama
Anatesi permukaan
Reabsorbsi lambat,
timbulnya
sensibilitas
Anastesi permukaan dan infiltrasi.
Tidak berakibat hipertensi, khasiat
kuat, cepat kerjanya, bertahan
lama
Mulai kerja dan kekuatannya
mirip
lidokaine,
digunakan
sebagai anastesi infiltrasi jenis
anastesi parenteral lainnya
Bersifat long acting, anastesi
daerah luas, dapat digunakan saat
kehamilan
Mulai kerja dan kekuatannya
seperti
lidokaine.
Anastesi
permukaan dan secara parenteral
dengan atau tanpa adrenalin

Overdose
akan
berpengaruh pada
SSP.
Tidak berkhasiat
vasodilatasi

Kardiotoksik

Vasodilatasi
rendah, toksisitas
rendah,
methaglobinemia,
sianosis

REFLEK LEBAR PUPIL :
Pada saat diberikan pontocain, lebar pupil sama pada saat control dan memberikan efek pada
menit ke 5 serta bekerja selama 5 menit.
Pada saat diberikan lidokain+adrenalin lebar pupil sama pada saat control dan memberikan
efek pada menit ke 5 serta bekerja selama 15 menit,hal ini menunjukkan bahwa kerja
pontocain menghambat absorbsi sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan
lidokain+adrenalin.
REFLEK CAHAYA

:

 Pada pengamatan reflek cahaya, prosedur pertama setelah mata di tetesi pantokain dan
pantokain + adrenalin yang dilakukan adalah mengukur lebar pupil sebelum
dilewatkan cahaya, setelah itu mata dilewatkan cahaya dan pupil diukur kembali.
 Sebelum dilewatkan cahaya :
 Pantokain => pada menit ke-5 pupil mengecil menjadi 3 mm dan pada menit
ke-25 kembali ke normal.
 Pantokain + adrenalin => pada menit ke-5 tidak terjadi perubahan,
kemudianmenit ke 10 ukuran pupil berubah menjadi 4 mm.
 Setelah dilewatkan cahaya :
 Pantokain => pada menit ke-5 sampai menit ke-30 pupil mengecil.
 Pantokain + adrenalin => pada menit ke-5 sampai 30 pupil tetap mengecil.
PEMBULUH DARAH

:

Dalam hasil kontrol pada hewan percobaan, keadaan pembuluh darah yang teramati terlihat
normal.
Kemudian pada mata kanan setelah ditetesi Pantokain , pembuluh darah pada menit ke-5
sampai menit ke-30 pembuluh darah tetap normal. sehingga obat yang diberikan tidak
memberikan efek.
Kemudian pada mata kiri ditetesi pantocaine + adrenalin, keadaan pembuluh darah pada
menit ke-5 sampai menit ke-30 terlihat pucat. Sehingga efek yang diberikan oleh obat
tersebut terjadi sangat lama

REFLEK IRITASI :
 Pantokain => mula kerja = menit ke-5 sampai 30 tidak ada menunjukkam iritasi atau
mengeluarkan air mata.
 pantokain + adrenalin = menit ke-5 sampai 15 tidak menunjukkan iritasi, kemudian
pada menit ke-15 sampai menit ke-25 menimbulkan iritasi, kemudian sampai kemenit
30 tidak menimbulkan iritasi.
REFLEK KORNEA :
Pada reflek kornea, setelah diberikan obat pontocain pada menit ke-5 obat tidak memberikan
efek sampa menit ke-30. Pada reflek Pontocain+ adrenalin, obat tidak memberikan efek
sampai menit ke-30.
Kesimpulan dan Saran
 Adrenalin bekerja untuk memperpanjang efek obat. Pada praktikum kali ini,
farmakokinetik obat anastesi lokal yang diberikan secara topikal pada mukosa mata
melalui 4 tahapan yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Absorbsi
sistemik suntikan anastesi lokal dari tempat suntikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain dosis, tempat suntikan, ikatan obat- jaringan, adanya bahan vasokonstriktor dan
sifat fisikokimia obat. Aplikasi anastesi lokal pada daerah yang kaya vaskularisasinya seperti
mukosa trakea menyebabkan penyerapan obat yang sangat cepat dan kadar obat dalam darah yang
lebih tinggi dibandingkan tempat yang perfusinya jelek seperti tendon. Distribusi obat ada 3 cara yaitu
Aliran darah, Permeabilitas kapiler, Pengikatan obat-obat pada protein. Untuk metabolisme dan
ekskresi, Anastesi lokal diubah dalam hati dan plasma menjadi metabolit yang mudah larut dalam air
dan kemudian diekskresikan ke dalam urin
 Efek Farmakologis anestesi lokal tanpa adrenalin (pontokain) dengan anestesi lokal
lidokain + adrenalin
Toksisitas sistemik tetrakain lebih tinggi karena tetrakain dimetabolisme lebih lambat
daripada anastetik local jenis ester lain yang umum digunakan. Obat ini banyak
digunakan pada anastesi spinal ketika durasi yang panjang diperlukan. Tetrakain juga
ditambahkan pada beberapa sediaan anastesi topical. Tetrakain jarang digunakan pada
blockade syaraf perifer karena sering diperlukan dosis yang besar, onset yang lambat,
dan berpotensi menimbulkan toksisitas.
Dari percobaan terjadi perbedaan hasil, karena :
a. Kondisi hewan uji yang berbeda, sehingga mempengaruhi pengamatan reaksi obat
b. Waktu pengamatan tidak konstan sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal
c. Kesalahan kerja pada saat praktikum
Daftar Pustaka

Farmakologi dan Terapi Edisi 5
Neal, M.J. At a Glance Farmakologi Medis; Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta. 2006. Hal 12-13
Goodman & Gilman, Manual Farmakologi dan Terapi, Jakarta : EGC. 2011.
M.D Olson, James. Bacaan Mudah Farmakologi. Jakarta: EGC, 2003

More Related Content

What's hot

Penentuan dosis-Dose Adjustment
Penentuan dosis-Dose AdjustmentPenentuan dosis-Dose Adjustment
Penentuan dosis-Dose AdjustmentTaofik Rusdiana
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOLBIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Taofik Rusdiana
 
Laporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofenLaporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofenKezia Hani Novita
 
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonlaporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonAndriana Andriana
 
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutanYaumil Fajri
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CNovi Fachrunnisa
 
Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Trie Marcory
 
Laporan lengkap larutan klmpk 6
Laporan lengkap larutan klmpk 6Laporan lengkap larutan klmpk 6
Laporan lengkap larutan klmpk 6Alljabar Rahmat
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisDwi Andriani
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiSurya Amal
 
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiLaporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiMina Audina
 
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrikTrie Marcory
 

What's hot (20)

Penentuan dosis-Dose Adjustment
Penentuan dosis-Dose AdjustmentPenentuan dosis-Dose Adjustment
Penentuan dosis-Dose Adjustment
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOLBIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
 
Laporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofenLaporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofen
 
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonlaporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
 
farmasetika dasar
farmasetika dasarfarmasetika dasar
farmasetika dasar
 
Titrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetriTitrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetri
 
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
 
Metode soap
Metode soapMetode soap
Metode soap
 
Tetes Mata
Tetes MataTetes Mata
Tetes Mata
 
Mikromeritik
Mikromeritik Mikromeritik
Mikromeritik
 
Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi
 
Laporan lengkap larutan klmpk 6
Laporan lengkap larutan klmpk 6Laporan lengkap larutan klmpk 6
Laporan lengkap larutan klmpk 6
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
 
Ekskresi dan klirens ginjal
Ekskresi dan klirens ginjalEkskresi dan klirens ginjal
Ekskresi dan klirens ginjal
 
Evaluasi Tablet
Evaluasi TabletEvaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
 
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiLaporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
 
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrik
 

Viewers also liked

Presentasi farmakologi anestesi lokal
Presentasi farmakologi anestesi lokalPresentasi farmakologi anestesi lokal
Presentasi farmakologi anestesi lokalPanji Dammen
 
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Novi Fachrunnisa
 
Laporan praktikum farmakologi ed 50
Laporan praktikum farmakologi ed 50Laporan praktikum farmakologi ed 50
Laporan praktikum farmakologi ed 50Siska Hermawati
 
Obat anastesi lokal dan umum
Obat anastesi lokal dan umumObat anastesi lokal dan umum
Obat anastesi lokal dan umumTitis Utami
 
Menguak misteri-kamar-bius
Menguak misteri-kamar-biusMenguak misteri-kamar-bius
Menguak misteri-kamar-biusrenny anggraini
 
Membaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan Sistematis
Membaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan SistematisMembaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan Sistematis
Membaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan SistematisRobertus Arian Datusanantyo
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANsrinova uli
 
Makalah farmakologi
Makalah farmakologi Makalah farmakologi
Makalah farmakologi dinana88
 
gigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapgigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapikaa388
 
207529254 buku-saku-resep-obat
207529254 buku-saku-resep-obat207529254 buku-saku-resep-obat
207529254 buku-saku-resep-obatDuel Rasyid
 
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa Melayu
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa MelayuKonsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa Melayu
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa MelayuIPG Kampus Kota Bharu
 

Viewers also liked (20)

Presentasi farmakologi anestesi lokal
Presentasi farmakologi anestesi lokalPresentasi farmakologi anestesi lokal
Presentasi farmakologi anestesi lokal
 
Fonologi
Fonologi Fonologi
Fonologi
 
Anestetik lokal
Anestetik lokalAnestetik lokal
Anestetik lokal
 
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
 
Laporan praktikum farmakologi ed 50
Laporan praktikum farmakologi ed 50Laporan praktikum farmakologi ed 50
Laporan praktikum farmakologi ed 50
 
Obat anastesi lokal dan umum
Obat anastesi lokal dan umumObat anastesi lokal dan umum
Obat anastesi lokal dan umum
 
Menguak misteri-kamar-bius
Menguak misteri-kamar-biusMenguak misteri-kamar-bius
Menguak misteri-kamar-bius
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
Membaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan Sistematis
Membaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan SistematisMembaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan Sistematis
Membaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan Sistematis
 
Anestesi lokal
Anestesi lokalAnestesi lokal
Anestesi lokal
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
fonetik fonologi
fonetik fonologifonetik fonologi
fonetik fonologi
 
Pengenalan ekg dasar
Pengenalan ekg dasarPengenalan ekg dasar
Pengenalan ekg dasar
 
Sop prosedur perawatan
Sop prosedur perawatan Sop prosedur perawatan
Sop prosedur perawatan
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
 
Makalah farmakologi
Makalah farmakologi Makalah farmakologi
Makalah farmakologi
 
gigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapgigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkap
 
207529254 buku-saku-resep-obat
207529254 buku-saku-resep-obat207529254 buku-saku-resep-obat
207529254 buku-saku-resep-obat
 
Makalah pemberian obat pada kulit
Makalah pemberian obat pada kulitMakalah pemberian obat pada kulit
Makalah pemberian obat pada kulit
 
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa Melayu
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa MelayuKonsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa Melayu
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa Melayu
 

Similar to ANASTESI LOKAL

62749747 presus-tiva
62749747 presus-tiva62749747 presus-tiva
62749747 presus-tivaNaufal Naufal
 
Ftf 1 (autosaved)
Ftf 1 (autosaved)Ftf 1 (autosaved)
Ftf 1 (autosaved)aisharf
 
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptxNelaSharon1
 
FARMAKOLOGI OBAT ANESTESI LOKAL DAN REGIONAL.pptx
FARMAKOLOGI OBAT ANESTESI LOKAL DAN REGIONAL.pptxFARMAKOLOGI OBAT ANESTESI LOKAL DAN REGIONAL.pptx
FARMAKOLOGI OBAT ANESTESI LOKAL DAN REGIONAL.pptxMinatiLinda1
 
BAB 2 Farmakologi - Cara Pemberian Obat - Copy.pptx
BAB 2 Farmakologi - Cara Pemberian Obat - Copy.pptxBAB 2 Farmakologi - Cara Pemberian Obat - Copy.pptx
BAB 2 Farmakologi - Cara Pemberian Obat - Copy.pptxfurqanridha
 
Ppt farmasi fisika - MERANCANG DESAIN PRODUK OBAT BERDASARKAN SIFAT FISIKA KI...
Ppt farmasi fisika - MERANCANG DESAIN PRODUK OBAT BERDASARKAN SIFAT FISIKA KI...Ppt farmasi fisika - MERANCANG DESAIN PRODUK OBAT BERDASARKAN SIFAT FISIKA KI...
Ppt farmasi fisika - MERANCANG DESAIN PRODUK OBAT BERDASARKAN SIFAT FISIKA KI...ALLKuliah
 
Analgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiAnalgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiNunung Ayu Novi
 
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptxpersiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptxsyukronchalim
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalWarnet Raha
 

Similar to ANASTESI LOKAL (20)

62749747 presus-tiva
62749747 presus-tiva62749747 presus-tiva
62749747 presus-tiva
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detal
 
Ftf 1 (autosaved)
Ftf 1 (autosaved)Ftf 1 (autosaved)
Ftf 1 (autosaved)
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Anestesi_lokal.pptx
Anestesi_lokal.pptxAnestesi_lokal.pptx
Anestesi_lokal.pptx
 
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx
346513313-Sediaan-Parenteral-1.pptx
 
FARMAKOLOGI OBAT ANESTESI LOKAL DAN REGIONAL.pptx
FARMAKOLOGI OBAT ANESTESI LOKAL DAN REGIONAL.pptxFARMAKOLOGI OBAT ANESTESI LOKAL DAN REGIONAL.pptx
FARMAKOLOGI OBAT ANESTESI LOKAL DAN REGIONAL.pptx
 
BAB 2 Farmakologi - Cara Pemberian Obat - Copy.pptx
BAB 2 Farmakologi - Cara Pemberian Obat - Copy.pptxBAB 2 Farmakologi - Cara Pemberian Obat - Copy.pptx
BAB 2 Farmakologi - Cara Pemberian Obat - Copy.pptx
 
Ppt farmasi fisika - MERANCANG DESAIN PRODUK OBAT BERDASARKAN SIFAT FISIKA KI...
Ppt farmasi fisika - MERANCANG DESAIN PRODUK OBAT BERDASARKAN SIFAT FISIKA KI...Ppt farmasi fisika - MERANCANG DESAIN PRODUK OBAT BERDASARKAN SIFAT FISIKA KI...
Ppt farmasi fisika - MERANCANG DESAIN PRODUK OBAT BERDASARKAN SIFAT FISIKA KI...
 
Acara 3
Acara 3Acara 3
Acara 3
 
226372818 injeksi (repaired)
226372818 injeksi (repaired)226372818 injeksi (repaired)
226372818 injeksi (repaired)
 
226372818 injeksi (repaired)
226372818 injeksi (repaired)226372818 injeksi (repaired)
226372818 injeksi (repaired)
 
Analgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiAnalgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesi
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detal
 
226372818 injeksi
226372818 injeksi226372818 injeksi
226372818 injeksi
 
226372818 injeksi
226372818 injeksi226372818 injeksi
226372818 injeksi
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detal
 
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptxpersiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detal
 

Recently uploaded

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 

ANASTESI LOKAL

  • 1. PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ANASTESI LOKAL KELOMPOK 4 FARMASI B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Angga Aditya R Siska Hermawati Rahmawati Yuliana Putri A Tri Rahmi Dzati Illiyah I Ratna Endah L Venny Aryandini Sherly Diama (201210410311180) (201210410311184) (201210410311185) (201210410311186) (201210410311187) (201210410311188) (201210410311192) (201210410311189) (201210410311190) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI 2013
  • 2. ANASTESI LOKAL Tujuan : 1. Memahami farmakokinetik obat anastesi lokal yang diberikan secara topikal pada mukosa mata. 2. Membandingkan efek farmakologis anestesi lokal tanpa adrenalin dengan anestesi lokal + adrenalin Dasar Teori : Anastesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunanian- “tidak, tanpa” dan aesthētos, “persepsi, kemampuan untuk merasa”), secara umum berarti suatu tindakan yang menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anastesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846 Anastesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Kerja ini dapat digunakan secara klinis untuk mengurangi rasa sakit dari atau impuls vasokonstriktor simpati menuju daerah tubuh tertentu. Anestesi lokal merupakan penetrasi kedalam akson dalam bentuk basa larut lemak yang bebas. Didalam akson berbentuk molekul berproton, yang kemudian memasuki dan menyumbat kanal Na+ setelah terikat pada‟reseptor‟ (residu dari heliks transmembran S6) dengan demikian, anestetik lokal kuaterner (berproton lengkap) hanya bekerja bila disuntikan ke dalam akson saraf. Obat yang tidak bermuatan (misalnya benzokain) larut dalam membran tetapi kanal di blok dengan hukum all-or-none (semua atau tidak sama sekali). Jadi, pada prinsipnya molekul-molekul yang terionisasi dan tidak terionisasi bekerja dengan cara yang sama (yaitu terikata pada reseptor di kanal Na+). Hal ini memblok kanal kebanyak dengan mencegah terbukanya gerbang h ( yaitu dengan meningkatkan inaktivasi). Kadang-kadang begitu banyak kanal terinaktivasi sehingga jumlahnya berada dibawah jumlah minimal yang diperlukan agar depolarisasi mencapa ambang batas, dan karena aksi tidak dapat dibangkitkan maka terjadi blok saraf. Anestetik lokal bersifat „tergantung pemakaian (use dependent)‟ (artinya derajat blok proposional terhadap stimulasi saraf). Hal ini menunjukkan bahwa makin banyak molekul obat ( dalam bentuk terprotonisasi) memasuki kanal Na+ ketika kanal-kanal terbuka dan menyebabkan lebih banyak terinaktivasi. Dalam praktikum ini digunakan anastetik lokal Tetrakain (pontokain). 1. Pontokain Suatu ester amino kerja panjang, secara signifikan lebih poten dan mempunyai durasi kerja lebih panjang daripada prokain. Toksisitas sistemik tetrakain lebih tinggi karena tetrakain dimetabolisme lebih lambat daripada anastetik local jenis ester lain yang umum
  • 3. digunakan. Obat ini banyak digunakan pada anastesi spinal ketika durasi yang panjang diperlukan. Tetrakain juga ditambahkan pada beberapa sediaan anastesi topical. Tetrakain jarang digunakan pada blockade syaraf perifer karena sering diperlukan dosis yang besar, onset yang lambat, dan berpotensi menimbulkan toksisitas. Anastetik local yang utama digunakan untuk anastesi membrane mukosa dan kulit. Beberapa anastetik bersifat terlalu mengiritasi atau tidak efektif jika diaplikasikan pada mata, akan tetapi anastetik bermanfaaat jika digunakan sebagai senyawa anastetik topical pada kulit dan atau membrane mukosa. Sediaan ini efektif untuk meredakan gejala pruritus pada anus dan alat kelamin, ruam akibat tanaman poison ivy, serta berbagai dermatose akut dan kronis lain. Anastesi local ini terkadang dikombinasi dengan glukokortikoid atau antihistamin dan tersedia pada sejumlah formula paten. 2. Adrenalin (Epinefrin) Epinefrin merupakan suatu stimulasi yang poten pada reseptor α- dan βadrenergik, sehinggan efeknya terhadap organ target bersifat komplek. Epinefrin dihasilkan oleh kelenjar adrenal dan merupakan suatu hormon saraf simpatis. Epinefrin bekerja pada semua reseptor adrenergik α1, β1, α2, dan β2. Epinefrin merupakan salah satu obat vasopresor paling poten yang di kenal. Pada pemberian oralepinefrin tidak mencapai dosis terapi karena sebagian besar di rusak oleh enzim COMT dan MAO yang banyak terdapat pada dinding usus dan hati. Pada penyuntikan Sk, absorspi lambat karena vasokontriksi lokal, dapat di percepat dengan memijat tempat suntikan. Absorpsi yang lebihcepat terjadi dengan penyuntikan IM. Epinefrin stabil dalam darah. Pada orang normal, jumlah Epi yang utuh hanya dalam urin sedikit. Pada pasien feokromositoma, urin mengandung Epi dan NE utuh dalam jumlah besar. Manfaat epinefrin dalam klinik berdasarkan efeknya terhadap pembuluh darah, jantung, dan otot polos bronkus. Penggunaannya adalah untuk mengatasi dengan cepat reaksi hipersensitivitas termasuk anafilaksisterhadap obat dan alergen lainnya. Epinefrin juga digunakan untuk memperpanjang masa kerja anestesi lokal. Anastesi topikal adalah obat bius lokal yang digunakan untuk mematikan permukaan bagian tubuh. Anastesi topikal ini dapat digunakan sebagai pemati rasa untuk area kulit serta depan bola mata, bagian dalam hidung, telinga atau tenggorokan, dalam anus dan daerah genital. Alat dan Bahan - Pipet Kapas Senter Penggaris - Gunting - Lidokain - Lidokain + Adrenalin - Kelinci Prosedur Kerja 1. Potong bulu mata kelinci sependek mungkin 2. Untuk tindakan kontrol, lakukan pengamatan awal pada :
  • 4. - Besarnya pupil Reflek terhadap cahaya Reflek kornea / konjungtiva Keadaan pembuluh darah konjungtiva Lakrimasi, iritasi (dilakukan berturut-turut setiap 5 menit sebanyak 3 kali ) 3. Teteskan obat pada mata kanan ( lidokain) dan mata kiri (lidokain + adrenalin ) 4. Lakukan prosedur pengamatan : - Reflek kornea : (+) = reflek menutupnya palpebra oleh usapan kapas (-)= tidak ada reflek - Reflek cahaya : (+) = mengecilnya pupil (-) = tidak ada reflek - Pembuluh darah : N = normal merah P = pucat - Iritasi : (+) =ada iritasi ditandai dengan pengeluaran air mata (-) = tidak ada iritasi Hasil Pengamatan Tabel Pengamatan Lebar (mm) Kontrol 5 menit 10 menit 15 menit Pentokain 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit Lidokain adrenalin 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit pupil Cahaya Pembuluh darah iritasi kornea 6 5 5 - N N N - + + + 3 4 3 3 5 5 + + + + + + N N N N N N - + + + + + + 5 4 3 5 4 3 + + + + + + P P P P P P + + - + + + + + + +
  • 5. PEMBAHASAN A. ABSORBSI Absorbsi sistemik suntikan anastesi lokal dari tempat suntikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain dosis, tempat suntikan, ikatan obat- jaringan, adanya bahan vasokonstriktor dan sifat fisikokimia obat. Aplikasi anastesi lokal pada daerah yang kaya vaskularisasinya seperti mukosa trakea menyebabkan penyerapan obat yang sangat cepat dan kadar obat dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan tempat yang perfusinya jelek seperti tendon. Untuk anatesi regional yang menghambat saraf yang besar kadar darah maksimum anastesi local menurun sesuai dengan tempat pemberian yaitu: interkostal (tertinggi) > caudal > epidural > pleksus brachialis > saraf ischiadicus (terendah). Bahan vasokontriktor seperti epinefrin mengurangi penyerapan sistemik anastesi lokal dari tempat tumpukan obat dengan mengurangi aliran darah di daerah ini. Keadaan ini menjadi nyata terhadap obat yang masa kerjanya singkat atau lemah seperti prokain, lidokain, dan mepivakain (tidak untuk prilokain). Ambilan obat oleh saraf diduga diperkuat oleh kadar obat local yang tinggi dan efek toksik sistemik obat akan berkurang karena kadar obat yang masuk dalam darah hanya sepertiganya saja. Kombinasi pengurangan penyerapan sistemik dan peningkatan ambilan saraf inilah yang memungkinkan perpanjangan efek anastesi local sampai 50%. Vasokonstriktor kurang efektif dalam memperpanjang sifat anastesi obat yang mudah larut dalam lipid dan bekerja lama (bupivakain, etidokain) mungkin karena molekulnya sangat terikat dalam jaringan. Selain itu katekolamin mungkin mempengaruhi fungsi neuronal antara lain meningkatkan analgesia terutama pada medulla spinalis.(Katzung, 1997) B. DISTRIBUSI Distribusi obat adalah proses suatu obat yang secara refersible meninggalkan aliran darah dan masuk ke interstisium (cairan ekstra sel) dan / atau ke sel sel jaringan. Pengiriman obat dari plasma ke interstisium terutama tergantung pada aliran darah, permeabilitas kapiler, derajat ikatan obat tersebut dengan protein plasma atau jaringan, dan hidrofobisitas dari obat tersebut. Distribusi obat ada 3 cara yaitu 1. Aliran darah 2. Permeabilitas kapiler 3. Pengikatan obat-obat pada protein Anastesi local amida disebar meluasa dalam tubuh setelah pemberian bolus intravena. Bukti menunjukkan bahwa penyimpanan obat mungkin terjadi dalam jaringan lemak setelah fase distribusi awal yang cepat yang mungkin menandakan ambilan kedalam organ yang perfusinya tinggi seperti otak, hati,ginjal dan jantung, diikuti oleh fase distribusi lambat yang terjadi karena ambilan dari jaringan yang perfusinya sedang seperti otot dan usus. Karena waktu paruh plasma yang sangat singkat dari obat tipe ester, maka distribusinya tidak diketahui. (Katzung, 1997) Faktor yang mempengaruhi distribusi obat : 1. Permeabilitas membran 2. Pengikatan protein plasma 3. Depot penyimpanan
  • 6. C. METABOLISME DAN EKSKRESI Anastesi lokal diubah dalam hati dan plasma menjadi metabolit yang mudah larut dalam air dan kemudian diekskresikan ke dalam urin. Karenaanastesi lokal yang bentuknya tak bermuatan mudah berdifusi melalui lipid, makasedikit atau tidak ada sama sekali bentuk netralnya yang diekskresikan.Pengasaman urin akan meningkatkan ionisasi basa tersier menjadi bentukbermuatan yang mudah larut dalam air, sehingga mudah diekskresikan karenabentuk ini tidak mudah diserap kembali oleh tubulus ginjal. (Katzung, 1997)Tipe ester anastesi lokal dihidrolisis sangat cepat di dalam darah olehbutirilkolinesterase (Pseudocolinesterase). Oleh karena itu, obat ini khas sekalimempunyai waktu paruh yang sangat singkat, kurang dari 1 menit untuk prokaindan kloroprokain. (Katzung, 1997)Ikatan amida dari anastesi lokal amida dihidrolisis oleh enzim mikrosomalhati. Kecepatan metabolisme senyawa amida didalam hati ini bervariasi bagisetiap individu, perkiraan urutannya adalah prilokain (tercepat) > etidokkain >lidokain > mepivakain > bupivakain (terlambat). Akibatnya, toksisitas darianestesi lokal tipe amida ini akan meningkat pada pasien dengan gangguanfungsi hati. Penurunan pembersihan anestesi lokal oleh hati ini harus diantisipasidengan menurunkan aliran darah ke hati. Sebagai contoh, pembersihan lidokainoleh hati pada binatang yang dianestesi dengan halotan lebih lambat daripengukuran binatang yang diberi nitrogen oksida dan kurare. Penurunan pembersihan ini berhubungan dengan penurunan aliran darah ke dalam hati danpenekanan mikrosom hati karena halotan. Propanolol dapat memperpanjangwaktu paruh anestesi lokal amida. (Katzung, 1997) Efek Farmakologis anestesi lokal tanpa adrenalin (pontokain) dengan anestesi lokal lidokain + adrenalin Tetrakain adalah suatu ester amino kerja panjang, secara signifikan lebih poten dan mempunyai durasi kerja lebih panjang daripada prokain. Toksisitas sistemik tetrakain lebih tinggi karena tetrakain dimetabolisme lebih lambat daripada anastetik local jenis ester lain yang umum digunakan. Obat ini banyak digunakan pada anastesi spinal ketika durasi yang panjang diperlukan. Tetrakain juga ditambahkan pada beberapa sediaan anastesi topical. Tetrakain jarang digunakan pada blockade syaraf perifer karena sering diperlukan dosis yang besar, onset yang lambat, dan berpotensi menimbulkan toksisitas. Anastetik local yang utama digunakan untuk anastesi membrane mukosa dan kulit. Beberapa anastetik bersifat terlalu mengiritasi atau tidak efektif jika diaplikasikan pada mata, akan tetapi anastetik bermanfaaat jika digunakan sebagai senyawa anastetik topical pada kulit dan atau membrane mukosa. Sediaan ini efektif untuk meredakan gejala pruritus pada anus dan alat kelamin, ruam akibat tanaman poison ivy, serta berbagai dermatose akut dan kronis lain. Anastesi local ini terkadang dikombinasi dengan glukokortikoid atau antihistamin dan tersedia pada sejumlah formula paten. Lidokain menghasilkan anastesia yang lebih cepat, bertahan lebih lama, dan bertahan lebih kuat daripada prokain pada konsentrasi yang sama. Lidokain merupakan pilihan alternatif pada individu yang sensitif terhadap anestetik lokal jenis ester. Lidokain
  • 7. diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian parenteral dan dari saluran GI dan saluran nafas. Lidokain berguna pada hampir setiap aplikasi yang memerlukan anastetik lokal berdurasi sedang. Lidokain juga digunakan sebagai senyawa anti aritmia. Lidokain + adrenalin akan mengurangi toksisitas sistemik dan meningkatkan masa kerja obat.
  • 8. EFEK FARMAKOLOGIS ANASTESI LOKAL TANPA ADRENALIN DENGAN ANASTESI LOKAL + ADRENALIN Senyawa Ester Cocaine Potensi pKa System kerja Medium Procaine (Novacain) 1 8,9 Singkat Tetracaine (pontocaine) Benzocaine 16 8,5 Panjang 7,9 Medium 2 Masa kerja Vasokonstruksi kerja lama anastesi permukaan Kerja singkat dengan adrenalin, daya kerja panjang Hanya untuk topikal Amide Lidocaine 4 Mepivacaine 2 Bupivacaine 16 Prilokaine 3 Medium 8,1 Panjang Medium Efek samping Toksisitas tinggi mati jaringan Hipertensi reaksi alergi sediaan kombinasi 10 kali lebih kuat dari prokain, Lebih toksik kerja cepat berlangsung lama Anatesi permukaan Reabsorbsi lambat, timbulnya sensibilitas Anastesi permukaan dan infiltrasi. Tidak berakibat hipertensi, khasiat kuat, cepat kerjanya, bertahan lama Mulai kerja dan kekuatannya mirip lidokaine, digunakan sebagai anastesi infiltrasi jenis anastesi parenteral lainnya Bersifat long acting, anastesi daerah luas, dapat digunakan saat kehamilan Mulai kerja dan kekuatannya seperti lidokaine. Anastesi permukaan dan secara parenteral dengan atau tanpa adrenalin Overdose akan berpengaruh pada SSP. Tidak berkhasiat vasodilatasi Kardiotoksik Vasodilatasi rendah, toksisitas rendah, methaglobinemia, sianosis REFLEK LEBAR PUPIL : Pada saat diberikan pontocain, lebar pupil sama pada saat control dan memberikan efek pada menit ke 5 serta bekerja selama 5 menit. Pada saat diberikan lidokain+adrenalin lebar pupil sama pada saat control dan memberikan efek pada menit ke 5 serta bekerja selama 15 menit,hal ini menunjukkan bahwa kerja pontocain menghambat absorbsi sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan lidokain+adrenalin.
  • 9. REFLEK CAHAYA :  Pada pengamatan reflek cahaya, prosedur pertama setelah mata di tetesi pantokain dan pantokain + adrenalin yang dilakukan adalah mengukur lebar pupil sebelum dilewatkan cahaya, setelah itu mata dilewatkan cahaya dan pupil diukur kembali.  Sebelum dilewatkan cahaya :  Pantokain => pada menit ke-5 pupil mengecil menjadi 3 mm dan pada menit ke-25 kembali ke normal.  Pantokain + adrenalin => pada menit ke-5 tidak terjadi perubahan, kemudianmenit ke 10 ukuran pupil berubah menjadi 4 mm.  Setelah dilewatkan cahaya :  Pantokain => pada menit ke-5 sampai menit ke-30 pupil mengecil.  Pantokain + adrenalin => pada menit ke-5 sampai 30 pupil tetap mengecil. PEMBULUH DARAH : Dalam hasil kontrol pada hewan percobaan, keadaan pembuluh darah yang teramati terlihat normal. Kemudian pada mata kanan setelah ditetesi Pantokain , pembuluh darah pada menit ke-5 sampai menit ke-30 pembuluh darah tetap normal. sehingga obat yang diberikan tidak memberikan efek. Kemudian pada mata kiri ditetesi pantocaine + adrenalin, keadaan pembuluh darah pada menit ke-5 sampai menit ke-30 terlihat pucat. Sehingga efek yang diberikan oleh obat tersebut terjadi sangat lama REFLEK IRITASI :  Pantokain => mula kerja = menit ke-5 sampai 30 tidak ada menunjukkam iritasi atau mengeluarkan air mata.  pantokain + adrenalin = menit ke-5 sampai 15 tidak menunjukkan iritasi, kemudian pada menit ke-15 sampai menit ke-25 menimbulkan iritasi, kemudian sampai kemenit 30 tidak menimbulkan iritasi. REFLEK KORNEA : Pada reflek kornea, setelah diberikan obat pontocain pada menit ke-5 obat tidak memberikan efek sampa menit ke-30. Pada reflek Pontocain+ adrenalin, obat tidak memberikan efek sampai menit ke-30.
  • 10. Kesimpulan dan Saran  Adrenalin bekerja untuk memperpanjang efek obat. Pada praktikum kali ini, farmakokinetik obat anastesi lokal yang diberikan secara topikal pada mukosa mata melalui 4 tahapan yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Absorbsi sistemik suntikan anastesi lokal dari tempat suntikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain dosis, tempat suntikan, ikatan obat- jaringan, adanya bahan vasokonstriktor dan sifat fisikokimia obat. Aplikasi anastesi lokal pada daerah yang kaya vaskularisasinya seperti mukosa trakea menyebabkan penyerapan obat yang sangat cepat dan kadar obat dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan tempat yang perfusinya jelek seperti tendon. Distribusi obat ada 3 cara yaitu Aliran darah, Permeabilitas kapiler, Pengikatan obat-obat pada protein. Untuk metabolisme dan ekskresi, Anastesi lokal diubah dalam hati dan plasma menjadi metabolit yang mudah larut dalam air dan kemudian diekskresikan ke dalam urin  Efek Farmakologis anestesi lokal tanpa adrenalin (pontokain) dengan anestesi lokal lidokain + adrenalin Toksisitas sistemik tetrakain lebih tinggi karena tetrakain dimetabolisme lebih lambat daripada anastetik local jenis ester lain yang umum digunakan. Obat ini banyak digunakan pada anastesi spinal ketika durasi yang panjang diperlukan. Tetrakain juga ditambahkan pada beberapa sediaan anastesi topical. Tetrakain jarang digunakan pada blockade syaraf perifer karena sering diperlukan dosis yang besar, onset yang lambat, dan berpotensi menimbulkan toksisitas. Dari percobaan terjadi perbedaan hasil, karena : a. Kondisi hewan uji yang berbeda, sehingga mempengaruhi pengamatan reaksi obat b. Waktu pengamatan tidak konstan sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal c. Kesalahan kerja pada saat praktikum
  • 11. Daftar Pustaka Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Neal, M.J. At a Glance Farmakologi Medis; Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta. 2006. Hal 12-13 Goodman & Gilman, Manual Farmakologi dan Terapi, Jakarta : EGC. 2011. M.D Olson, James. Bacaan Mudah Farmakologi. Jakarta: EGC, 2003