SlideShare a Scribd company logo
1 of 73
Download to read offline
www.doktermudaliar.wordpress.com       Menguak Misteri Kamar Bius




                                   0
www.doktermudaliar.wordpress.com                         Menguak Misteri Kamar Bius




              “Anestesi adalah seni”
                        Layaknya sebuah penerbangan, dokter anestesi adalah pilotnya.
                                      Keselamatan penerbangan berada di tangannya.
                                                                                Dan…
                             Layaknya dalam penerbangan saat-saat paling berbahaya
                            Adalah saat take off (induksi) dan landing (akhir anestesi)



                                   Jazakallah ila:

         Dr. Retna Utami, SpAn – dr Okky Susianto, Sp.An – dr Iwan, Sp.An
                               Tim Penata Anestesi
 Pamuji – H Muslim – Junaidi – Ahmad Faisal – Ahmad Junaidi – Hamdani – Sardjito
         Saipul Rahman – Sopian Hadi – Isnaini Fitri – Azis Muslim – Nelly

                              Senior Kelompok XVII H

                        Sejawat Anggota Kelompok XVII I
  HM Rizal – Miranty – Mei Vita Ariyani – Rahma Yunizar – Ridzqie DB – Septia SR




                            PERINGATAN KERAS!!
  Seluruh materi dalam buku ini tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
                     Siapa juga nyuruh membaca buku ini…..




                                         1
www.doktermudaliar.wordpress.com                Menguak Misteri Kamar Bius


                                   DAFTAR ISI


Bagaimana menyiapkan anestesi?                                        3
Follow up anestesi                                                    5
Persiapan pre anestesi                                                6
Premedikasi                                                           9
Prognosis ASA                                                         11
Teori-teori anestesi                                                  12
Stadium anestesi                                                      13
Urutan pelaksanaan anestesi umum                                      15
Monitoring anestesi                                                   16
Obat-obatan anestesi                                                  17
Pasca-anestesi                                                        24
Pengelolaan di RR                                                     26
Komplikasi anestesi                                                   27
Anestesi lokal/ regional                                              29
Terapi cairan                                                         33
Transfusi                                                             42
Terapi oksigen                                                        47
Resusitasi jantung paru                                               49
Intubasi dan ekstubasi                                                53
Aspirasi                                                              57
Shock                                                                 60
Anestesi pada manula                                                  63
Anestesi pada pediatri                                                64
Anestesi pada sectio caesarea                                         67
Anestesi pada bedah darurat                                           69




                                       2
www.doktermudaliar.wordpress.com                          Menguak Misteri Kamar Bius


        BAGAIMANA MENYIAPKAN ANESTESI?
Alat Anestesi Umum yang perlu disiapkan
   - Masker (sesuaikan dengan ukuran wajah pasien)
   - Laringoskop (terdiri atas holder dan blade. Pilih blade yang nomor 3 untuk pasien
      dewasa dengan ukuran sedang… bila lebih besar pakai ukuran 4, untuk anak
      gunakan ukuran nomor 2. Jangan lupa untuk mencek lampunya apakah nyalanya
      cukup terang)
   - Endotracheal 3 ukuran (biasanya kita menyiapkan nomor 6, 6.5, 7)
      Untuk anak dengan BB di bawah 20 kg, ukuran ET digunakan rumus sebagai
      berikut: (umur +2)/2. misal hasilnya adalah 5  maka siapkan ukuran 4.5, 5, dan
      5.5
      Jangan lupa mencek ET dengan memompanya
   - Cuff (gunanya untuk memompa ET agar posisinya terfiksir)
   - Goedel 3 ukuran (3=hijau, 4 =kuning, 5=merah)
   - Hoarness dan Ring Hoarness (untuk memfiksir masker di wajah)
   - Stilet (kawat guide saluran nafas)
   - Jackson Rees (system pemompaan digunakan untuk pasien anak-anak)
   - Jelly
   - Precordial
   - Kapas alkohol
   - Plester
   - Xilocain pump
   - Naso (buat di hidung. Tidak selalu digunakan.. hanya pada keadaan tertentu)

Sedangkan untuk Anestesi Spinal siapkan tambahan:
   - Spinocain (ada 3 ukuran. Siapkan nomor 25, 27, 29)
   - Spray alcohol
   - Betadin
   - Kassa steril
   - Bantal
   - Spuit 5 cc

Obat-Obatan Anestesi Umum: (urutkan di atas meja sesuai urutan di bawah)
  1. Sulfas Atropin
  2. Pethidin
  3. Propofol/ Recofol
  4. Succinil Cholin
  5. Tramus
  6. Sulfas Atropin
  7. Efedrin

Obat untuk Anestesi Spinal:
  1. Buvanest atau Bunascan
  2. Catapress (kadang dokter tertentu menambahkannya untuk menambah efek
      buvanest)


                                          3
www.doktermudaliar.wordpress.com                        Menguak Misteri Kamar Bius


Obat-obatan emergency yang harus ada dalam kotak emergency:
  1. Atropin
  2. Efedrin
  3. Ranitidin
  4. Ketorolac
  5. Metoklorpamid
  6. Aminofilin
  7. Asam Traneksamat
  8. Adrenalin
  9. Kalmethason
  10. furosemid (harus ada untuk pasien urologi)
  11. lidocain
  12. gentamicyn salep mata
  13. Oxitocyn (untuk pasien obsgyn)
  14. Methergin (untuk pasien obsgyn)
  15. Adrenalin

Administrasi
  1. Laporan Anestesi
  2. BAKHP

Kelengkapan Kamar Operasi yang jadi tanggung jawab kita
   A. Mesin Anestesi
   - cek apakah halotan/isofluran dalam keadaan terisi penuh  bila tidak, lakukan
       pengisian
   - pasang kabel mesin dan nyalakan
   - pasang pipa oksigen dan N2O
   - cek pompa oksigen, apakah dapat terpompa
   - cek apakah pipa pembuangan gas sudah terpasang dan terbuang di tempat yang
       tepat
   hal-hal yang penting diketahui:
   - aliran oksigen ada dua jalur, jangan sampai salah memilih jalurnya. Ada jalur
       untuk masker dan ada jalur untuk nasal
   - pembuangan udara akan melalui sodalime (batu-batu) yang berfungsi mengikat
       CO2. laporkan bila sodalime sudah berubah warna sangat tua)
   - monitor mesin penting untuk mengetahui keadaan nafas pasien kita. Minta
       ajarkan penata bagaimana membacanya.
   - Alat pengatur respirasi… dari spontan ke kontrol
   B. Monitor Anestesi
       Pastikan minimal terpasang tensi dan saturasi
   C. Suction
       Cek apakah suction bekerja dengan baik
   D. Tangan Meja
   E. Bantal




                                         4
www.doktermudaliar.wordpress.com                      Menguak Misteri Kamar Bius


                      FOLLOW UP ANESTESI
S)     KU             :……………….
       Batuk/pilek (…/...)
       Panas (…..)
       Haid (wanita) (…..)
       Gigi goyang/gigi palsu (…/...)
       Alergi obat/makanan (…/...)
       Riwayat operasi dengan bius umum sebelumnya (…..)
       Riwayat HT/DM/Asma (…/.../…)
O)     TD     :
       N      :
       RR     :
       T      :
       BB     :
       Rh/Wh :

       Hasil Lab
       Hb     :
       Leu :
       Ht     :
       PT/APTT:
       SGOT/PT:
       Ureum/Cr:
A)
P)     sesuaikan lembar konsul
                                        Dr……… Sp.An/ DM……….

Perhatikan ketika anda follow up…. Apakah telah terdapat resep buat anestesinya…
Apabila tidak ada…. Cek apakah sudah diserahkan ke depoIV, cara menceknya dengan
melihat dari kartu obat pasien… kalau yakin belum… maka jangan ragu untuk
meresepkan. Biasanya resepnya adalah seperti ini:
R/     IVFD RL         No III
       IVFD NS         No III
       WidaHES         No I (dr. Oky .. harus FimaHES)
       Blood set       No I
       Surflo no18 No I
       Pronalges suppNo II
       Inj Tomit       No I
       Inj Ranitidin No I
       Inj Kalmethason        No I
       Inj Ketorolac No I
       Spuit 3cc       No II
       Spuit 5 cc      No II
       S i.m.m                   .
   (Jangan lupa untuk WidaHES berikan BAKHPnya bila pasien Jamkesmas/ ASKES)


                                        5
www.doktermudaliar.wordpress.com                          Menguak Misteri Kamar Bius


                   PERSIAPAN PRE ANESTESI

Persiapan praanestesi meliputi:
 1. Mengumpulkan data
 2. Menentukan masalah yang ada pada pasien sesuai data
 3. Meramalkan kemungkinan penyulit yang akan terjadi
 4. Melakukan persiapan untuk mencegah penyulit yang akan terjadi
 5. Menentukan status fisik pasien
 6. Menentukan tindakan anestesi

Anamnesis
  - riwayat anestesi dan operasi sebelumnya.
  - riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler, TB, asma)
  - pemakaian obat tertentu, seperti antidiabetik, antikoagulan, kortikosteroid,
     antihipertensi secara teratur. Dua obat terakhir harus diteruskan selama operasi
     dan anestesi, sedangkan obat yang lain harus dimodifikasi.
  - riwayat diet (kapan makan atau minum terakhir. jelaskan perlunya puasa sebelum
     operasi)
  - kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau obat-obatan)
  - Riwayat penyakit keluarga

Pemeriksaan Fisik
berpatokan pada B6:
1. Breath
   keadaan jalan nafas, bentuk pipi dan dagu, mulut dan gigi, lidah dan tonsil. Apakah
   jalan nafas mudah tersumbat? Apakah intubasi akan sulit? Apakah pasien ompong
   atau menggunakan gigi palsu atau mempunyai rahang yang kecil yang akan
   mempersulit laringoskopi? Apakah ada gangguan membuka mulut atau kekakuan
   leher? Apakah ada pembengkakan abnormal pada leher yang mendorong saluran
   nafas bagian atas?
   Tentukan pula frekuensi nafas, tipe napas apakah cuping hidung, abdominal atau
   torakal, apakah terdapat nafas dengan bantuan otot pernapasan (retraksi kosta). Nilai
   pula keberadaan ronki, wheezing, dan suara nafas tambahan (stridor).
2. Blood
   Tekanan nadi, pengisian nadi, tekanan darah, perfusi perifer. Nilai syok atau
   perdarahan. Lakukan pemeriksaan jantung
3. Brain
   GCS. adakah kelumpuhan saraf atau kelainan neurologist. Tanda-tanda TIK
4. Bladder
   produksi urin. pemeriksaan faal ginjal
5. Bowel
   Pembesaran hepar. Bsing usus dan peristaltik usus. cairan bebas dalam perut atau
   massa abdominal?
6. Bone



                                           6
www.doktermudaliar.wordpress.com                          Menguak Misteri Kamar Bius

   kaku kuduk atau patah tulang? Periksa bentuk leher dan tubuh. klainan tulang
   belakang?

Pemeriksaan Laboratorium Dan Radiologi
   a. Pemeriksaan standar yaitu darah rutin (kadar hemoglobin, leukosit, bleeding time,
      clothing time atau APTT & PPT)
   b. Pemeriksaan kadar gula darah puasa
   c. Liver function test
   d. Renal function test
   e. Pemeriksaan foto toraks
   f. Pemeriksaan pelengkap atas indikasi seperti gula darah 2 jam post prandial,
      pemeriksaan EKG untuk pasien > 40 tahun
   g. Pada operasi besar dan mungkin bermasalah periksa pula kadar albumin, globulin,
      elektrolit darah, CT scan, faal paru, dan faal hemostasis.


Persiapan Penyulit yang Akan Terjadi
Penyakit Kardiovaskular
    Resiko serius  Terapi oksigen dan pemantauan EKG harus diteruskan sampai
       pasca operasi.
    Zat anestesi membuat jantung sensitive terhadap kerja katekolamin yang
       dilepaskan. Selanjutnya dapat terjadi kemunduran hemodinamik dan dapat terjadi
       aritmia, takikardi ventricular sampai fibrilasi ventricular.
    Pada pasien dengan gagal jantung perfusi organ menjadi buruk. Ambilan gas dan
       uap ihalasi terhalangi.
   
       Pada pasien hipertensi, terapi antihipertensi harus diteruskan sepanjang operasi.
       Bahaya hipertensi balik dengan resiko gangguan kardiovaskular setelah
       penghentian obat jauh lebih berat diandingkan dengan resiko karena meneruskan
       terapi.

Penyakit Pernafasan
    Penyakit saluran nafas dan paru-paru mempengaruhi oksigenasi, eliminasi
      karbondioksida, ambilan gas-gas inhalasi dan meningkatkan insidens infeksi
      pascaoperasi.
    Bronkospasme berat yang mengancam jiwa kadang-kadang timbul pada pasien
      asma atau pecandu nikotin.
    Penundaan operasi elektif pada pasien yang menderita infeksi saluran nafas atas
      karena efek obat sedative dan atropine, dan penurunan respons imunologi yang
      terjadi karena anestesi umum dapat meningkatkan resiko infeksi dada
      pascaoperasi

Diabetes Mellitus
hampir semua obat anestesi bersifat meningkatkan glukosa darah. Penderita diabetes
yang tidak stabil seharusnya tidak dianestesi untuk pembedahan elektif, kecuali jika
kondisi bedah itu sendiri merupakan penyebab ketidakstabilan tersebut.



                                           7
www.doktermudaliar.wordpress.com                        Menguak Misteri Kamar Bius

Penyakit Hati
Metabolisme obat-obatan anestesi akan terganggu akibat adanya gagal hati. Obat-obatan
analgesic dan sedative juga menjadi memiliki masa kerja yang panjang karena
metabolisme oleh otak juga berubah karena penyakit hati.
Anestesi pada pasien ikterus mempunyai dua resiko nyata. Pertama adalah perdarahan
akibat kekurangan protrombin. Resiko yang kedua adalah gagal ginjal akibat bilirubin
yang berakumulasi pada tubulus renalis


Persiapan Sebelum Pembedahan
Secara umum, persiapan pembedahan antara lain :
1. Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang NGT. Lama puasa pada orang
   dewasa kira-kira 6-8 jam, anak-anak 4-6 jam, bayi 2 jam (stop ASI). Pada operasi
   darurat, pasien tidak puasa, maka dilakukan pemasangan NGT untuk dekompresi
   lambung.
2. Pengosongan kandung kemih.
2. Informed consent (Surat izin operasi dan anestesi).
3. Pemeriksaan fisik ulang
4. Pelepasan kosmetik, gigi palsu, lensa kontak dan asesori lainnya.
5. Premedikasi secara intramuskular ½ - 1 jam menjelang operasi atau secara intravena
   jika diberikan beberapa menit sebelum operasi.




                                         8
www.doktermudaliar.wordpress.com                          Menguak Misteri Kamar Bius


                               PREMEDIKASI
Tujuan
     - pasien tenang, rasa takutnya berkurang
     - Mengurangi nyeri/sakit saat anestesi dan pembedahan
     - Mengurangi dosis dan efek samping anestetika
     - Menambah khasiat anestetika
Cara:
   - intramuskuler (1 jam sebelum anestesi dilakukan)
   - intravena (5-10 menit sebelum anestesi dilakukan, dosisnya 1/3 – 1/2 dari dosis
      intramuscular)
   - oral misalnya, malam hari sebelum anestesi dan operasi dilakukan, pasien diberi
      obat penenang (diazepam) peroral terlebih dahulu, terutama pasien dengan
      hipertensi.

   1. hilangkan kegelisahan  Tanya jawab
   2. ketenangan  sedative
   3. ananlgesi  narko analgetik
   4. amnesia  hiosin diazepam
   5. turunkan sekresi saluran nafas  atropine, hiosisn
   6. meningkatkan pH kurangi cairan lambung  antacid
   7. cegah reaksi alergi  anihistamin, kortikosteroid
   8. cegah refleks vagal  atropine
   9. mudahkan induksi  petidin, morfin
   10. kurangi kebutuhan dosis anestesi  narkotik hypnosis
   11. cegah mual muntah  droperidol, metoklorpamid

Penggolongan Obat-Obat Premedikasi
1. Golongan Narkotika
    - analgetika sangat kuat.
    - Jenisnya : petidin dan morfin.
    - Tujuan: mengurangi rasa nyeri saat pembedahan.
    - Efek samping: mendepresi pusat nafas, mual-muntah, Vasodilatasi pembuluh
       darah  hipotensi
    - diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan sifat analgesik rendah,
       misalnya: halotan, tiopental, propofol.
    - Pethidin diinjeksikan pelan untuk:
             mengurangi kecemasan dan ketegangan
             menekan TD dan nafas
             merangsang otot polos
    - Morfin adalah obat pilihan jika rasa nyeri telah ada sebelum pembedahan
             mengurangi kecemasan dan ketegangan
             menekan TD dan nafas
             merangsang otot polos
             depresan SSP


                                           9
www.doktermudaliar.wordpress.com                          Menguak Misteri Kamar Bius


               pulih pasca bedah lebih lama
               penyempitan bronkus
               mual muntah (+)

2. Golongan Sedativa & Transquilizer
    - Golongan ini berfungsi sebagai obat penenang dan membuat pasien menjadi
       mengantuk.
    - Contoh : luminal dan nembufal untuk golongan sedative; diazepam dan DHBF
       (Dihidrobensferidol) untuk golongan transquilizer.
    - Efek samping: depresi nafas, depresi sirkulasi.
    - diberikan apabila pasien memiliki rasa sakit/nyeri sebelum dianestesi, pasien
       tampak lebih gelisah
    Barbiturat
    - menimbulkan sedasi dan menghilangkan kekhawatiran sebelum operasi
    - depresan lemah nafas dan silkulasi
    - mual muntah jarang
    Diazepam
    - induksi, premedikasi, sedasi
    - menghilangkan halusinasi karena ketamin
    - mengendalikan kejang
    - menguntungkan untuk usia tua
    - jarang terjadi depresi nafas, batuk, disritmia
    - premedikasi 1m 10 mg, oral 5-10 mg

3. Golongan Obat Pengering
    - bertujuan menurunkan sekresi kelenjar saliva, keringat, dan lendir di mulut serta
       menurunkan efek parasimpatolitik / paravasopagolitik sehingga menurunkan
       risiko timbulnya refleks vagal.
    - Contoh: sulfas atropine dan skopolamin.
    - Efek samping: proses pembuangan panas akan terganggu, terutama pada anak-
       anak sehingga terjadi febris dan dehidrasi
    - diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan efek hipersekresi, mis:
       dietileter atau ketamin




                                          10
www.doktermudaliar.wordpress.com                           Menguak Misteri Kamar Bius


                             PROGNOSIS ASA
- ASA 1
Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain penyakit yang akan
dioperasi.
- ASA 2
Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang selain penyakit
yang akan dioperasi. Misalnya diabetes mellitus yang terkontrol atau hipertensi ringan
- ASA 3
Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain penyakit yang akan dioperasi, tetapi belum
mengancam jiwa. Misalnya diabetes mellitus yang tak terkontrol, asma bronkial,
hipertensi tak terkontrol
- ASA 4
Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam jiwa selain penyakit yang akan
dioperasi. Misalnya asma bronkial yang berat, koma diabetikum
- ASA 5
Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin saja dapat
menyelamatkan tapi risiko kematian tetap jauh lebih besar. Misalnya operasi pada pasien
koma berat
- ASA 6
Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana organnya akan diangkat
untuk kemudian diberikan sebagai organ donor bagi yang membutuhkan.

Untuk operasi darurat, di belakang angka diberi huruf E (emergency) atau D (darurat),
mis: operasi apendiks diberi kode ASA 1.E




                                           11
www.doktermudaliar.wordpress.com                         Menguak Misteri Kamar Bius


                         TEORI-TEORI ANESTESI
   1. Teori Koloid
      Obat anestesi  penggumpalan sel koloid  anestesi yang reversibel
      Bukti : eter, halotan  hambat gerak dan aliran protoplasma pada amoeba (terjadi
      penggumpalan protoplasma)
   2. Teori Lipid
      - Ada hubungan kelarutan zat anestesi dalam lemak dan timbulnya
        anestesi.
      - Kelarutan   anestesi makin kuat
      - Daya larut makin cepat, anestesi juga cepat
      - Bila obesitas, anestesi juga susah krn lemak tidak memiliki PD
   3. Teori Adsorbsi dan tegangan permukaan
      Hubungan potensi zat anestesi dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan
       proses metabolisme dan transmisi neural terganggu menyebabkan anestesi.
   4. Teori biokimia
      Secara in vitro zat anestesi menghambat pengambilan O2 di otak (fosforilasi
      oksidatif).
   5. Teori Neurofisiologi
      Terjadi penurunan transmisi sinaps di ganglion cervicalis superior dan
      menghambat fungsi formatio reticularis ascenden yang berfungsi
      mempertahankan kesadaran.
   6. Teori Fisika
      Anestesi terjadi oleh karena molekul yang inert (bergerak) dari zat anestesi akan
      menempati ruang di dalam sel yang tidak mengandung air                  sehingga
      menyebabkan gangguan permeabilitas membran terhadap molekul dan ion oleh
      karena terbentuk mikrokristal di SSP.

                                TRIAS ANESTESI :
      Analgesia
      Hipnosis
      Arefleksia / relaksasi




                                         12
www.doktermudaliar.wordpress.com                             Menguak Misteri Kamar Bius


                           STADIUM ANESTESI

Stadium 1 : Stadium analgesia atau disorientasi
- Induksi  kesadaran hilang
- Nyeri () o.k bedah kecil
- Berakhir : refleks bulu mata hilang

Stadium 2 : stadium hipersekresi atau eksitasi atau delirium
- Kesadaran (-)/ refleks bulu mata (-) ----- ventilasi teratur
- Terjadi depresi pada ganglia basalis  rx berlebihan bila ada rangasang
  (hidung, cahaya, nyeri, rasa, raba)

Stadium 3 :
Disebut Stadium Pembedahan; ventilasi teratur ---- apneu, terbagi 4 plana :
Plana 1:- Ventilasi teratur : torako abdominal
       - Pupil terfiksasi, miosis
       - Refleks cahaya (+)
       - Lakrimasi 
       - Refleks faring dan muntah (-)
       - Tonus otot mulai 

Plana 2 :- Ventilasi teratur : abdominaltorakal
       - Volume tidal 
       - Frekuensi nafas 
       - Pupil : terfiksasi ditengah, midriasis
       - Refleks cahaya 
       - Refleks kornea (-)

Plana 3 :- Ventilasi teratur : abdominal dgn kelumpuhan saraf interkostal
       - Lakrimasi (-)
       - Pupil melebar dan sentral
       - Refleks laring dan peritoneum (-)
       - Tonus otot 

Plana 4 : - Ventilasi tidak teratur dan tidak adequat ok otot diafragma
            lumpuh ( tonus otot tidak sesuai volume tidal)
       - Tonus otot 
       - Pupil midriasis
       - Refleks sfingter ani dan kelenjar lakrimalis (-)

Stadium 4 : Stadium paralisis
- Disebut juga stadium kelebihan obat.
- Terjadi henti nafas sampai henti jantung




                                             13
www.doktermudaliar.wordpress.com                           Menguak Misteri Kamar Bius


Ventilasi normal :
       - Wanita dewasa : dominan abdomen (diafragma)
       - Pria dewasa : dominan torakal

Pupil
        Pada pupil yang diperhatikan : - gerak
                                       - fixasi posisi pupil
       Stadium I : tidak melebar karena psikosensorik dan pengaruh emosi
       Stadium II : pupil midriasis karena rangsang simpatik pada otot dilatator
       Stadium III : pupil mulai midriasis lagi karena pelepasan adrenalin pada anestesi
        dengan eter atau siklopropan tapi tidak terjadi pada halotan dan IV

Stadium pembedahan : pupil terfiksasi ditengah dan ventilasi teratur
Anestesi dalam (kelebihan dosis) :
       - Pupil dilatasi maksimal ok paralisis N.kranialis III
       - Ventilasi perut dan dangkal
Sebab lain pupil midriasis :
      1. Saat induksi : o.k sudah setengah sadar (sub concious fear)
      2. Premedikasi atropin tanda opiat
      3. Hipoksia
      4. Syok dan perdarahan

Refleks bulu mata
       N : sentuhan  berkedip (kontraksi)
       (-) : akhir stadium I, awal stadium II
Refleks kelopak mata
       N : tarik kelopak mata  ada tarikan (kontraksi)
       (-) : awal stadium III
Refleks cahaya :
       N : Pupil miosis
       (-) : Stadium 3 plana 3




                                           14
www.doktermudaliar.wordpress.com                            Menguak Misteri Kamar Bius


     URUTAN PELAKSANAAN ANESTESI UMUM

Berikut merupakan langkah pelaksanaan anestesi umum yang biasa dilakukan oleh DM
untuk kasus:

   1. Setelah pasien dibaringkan di atas meja operasi. Pasang tensi, saturasi, precordial.
        Nyalakan monitor. Nyalakan mesin anestesi. Atur kecepatan infuse.
   2. Tunggu instruksi. Setelah lapor ke konsulen, dan operator sudah siap. Berarti
        anestesi sudah boleh dilakukan.
   3. Minta pasien untuk berdoa
   4. Suntikkan pre medikasi: SA 0,25 mg dan Pethidin 30-50 mg
   5. Suntikkan Recofol 100 mg.
   6. Tunggu sampai refleks bulu mata hilang.
   7. Bila refleks bulu mata telah hilang pasang masker dengan posisi benar. (Jaw
        thrust, chin lift, tekan masker dengan ibu jari dan telunjuk)
   8. Naikkan oksigen sampai 6-10 l
   9. kurangi oksigen sampai 3 l. naikkan N2O menjadi 3l. buka isofluran/halotan
   10. Tetap berada dalam posisi seperti itu. Sambil kadang-kadang lakukan pemompaan
        bila diperlukan. Perhatikan infus, nadi, tensi, saturasi, pompa atau monitor mesin.
        Sesekali raba nadi pasien.
   11. Bila diperlukan pasien rileks maka berikan Succinil cholin atau tramus tergantung
        dosis yang diperlukan.
   12. Selanjutnya tinggal seni anestesinya. Kalau tensi naik dan turun, kalau nadi naik
        atau turun, kalau nafas kurang spontan, lambat atau cepat. Yang kita lakukan bisa
        perdalam atau kurangi obat anestesi, tambah obat tertentu, atur cairan, atur posisi
        pasien dan lain-lain.
   13. Bila operasi sudah hampir selesai kurangi dosis perlahan sampai kemudian tinggal
        oksigen saja.
    14.      Operasi selesai… bawa pasien ke RR. Dan tunggu sampai pasien bangun.




                                           15
www.doktermudaliar.wordpress.com                          Menguak Misteri Kamar Bius


                     MONITORING ANESTESI
   1. Kedalaman anestesi
   2. Kardiovaskuler :
       - Tekanan darah (invasif atau non invasif)
       - EKG
       - CVP
   3. Ventilasi respirasi :
       - Stetoskop
       - Pulse oksimetri  saturasi
       - Capnometer
       - Analisa gas darah
   4. Suhu : tidak boleh febris ok obat anstesi menyebabkan febris
       - Malignant /hyperthermia : naiknya suhu tubuh sangat cepat
       - Axilla, rectal, osefagus, nasofaring
   5. Produksi urin : ½ - 1 cc/kg BB/j
   6. Terapi Cairan : Puasa, maintenance, cairan pengganti perdarahan bila diperlukan; >
       20% perdarahan diberi transfusi “whole blood”.
   7. Sirkuit anestesi

Digunakan kapnometer untuk mengukur O2 dalam darah
O2----mesin anestesi  corugated-corugated  masker/ ET  Pasien




                                          16
www.doktermudaliar.wordpress.com                          Menguak Misteri Kamar Bius


                         OBAT-OBATAN ANESTESI
    DOSIS OBAT-OBATAN (Yang dicantumkan disini hanya yang biasa di RS Ulin)

    Obat          Dalam Jumlah di pengenceran      Dalam              Dosis        1 cc
                 sediaan  sediaan                   spuit          (mg/kgBB)      spuit =
Pethidin         ampul   100mg/2cc 2cc +         10 cc            0,5-1          10 mg
                                    aquadest 8cc
Fentanyl                 0,05 mg/cc                                              0,05mg
Recofol          ampul   200mg/     10cc +       10 cc            2-2,5          10 mg
(Propofol)               20cc       lidocain 1
                                    ampul
Ketamin          vial    100mg/cc 1cc +          10 cc            1-2            10 mg
                                    aquadest 9cc
Succinilcholin   vial    200mg/     Tanpa        5 cc             1-2            20 mg
                         10cc       pengenceran
Atrakurium       ampul   10mg/cc    Tanpa        5 cc             Intubasi: 0,5- 10 mg
Besilat                             pengenceran                   0,6,
(Tramus/                                                          relaksasi:
Tracrium)                                                         0,08,
                                                                  maintenance:
                                                                  0,1-0,2
Efedrin HCl      ampul   50mg/cc       1cc +          10 cc       0,2            5 mg
                                       aquadest 9cc
Sulfas Atropin   ampul   0,25mg/cc     Tanpa          3 cc        0,005          0,25 mg
                                       pengenceran
Ondansentron     ampul   4mg/2cc       Tanpa          3 cc        8 mg           2 mg
HCl (Narfoz)                           pengenceran                (dewasa)
                                                                  5 mg (anak)
Aminofilin       ampul   24mg/cc       Tanpa          10 cc       5              24 mg
                                       pengenceran
Dexamethason ampul       5 mg/cc       Tanpa                      1              5 mg
                                       pengenceran
Adrenalin        ampul   1 mg/cc                                  0,25-0,3
Neostigmin       ampul   0,5mg/cc      Tanpa                      Masukkan 2     0,5 mg
(prostigmin)                           pengenceran                ampul
                                                                  prostigmin +
                                                                  1 ampul SA
Midazolam        ampul   5mg/5cc       Tanpa                      0,07-0,1       1 mg
(Sedacum)                              pengenceran
Ketorolac        ampul   60 mg/2cc     Tanpa                                     30 mg
                                       pengenceran
Difenhidramin    ampul   5mg/cc        Tanpa                                     5 mg
HCl                                    pengenceran



                                             17
www.doktermudaliar.wordpress.com                           Menguak Misteri Kamar Bius


Onset dan Durasi yang penting
OBAT                    ONSET            DURASI
Succinil Cholin         1-2 mnt          3-5 mnt
Tracrium (tramus)       2-3 mnt          15-35 mnt
Sulfas Atropin          1-2 mnt
Ketamin                 30 dtk           15-20 mnt
Pethidin                10-15 mnt        90-120 mnt
Pentotal                30 dtk           4-7 mnt

Keterangan
A. Obat Induksi intravena
1. Ketamin/ketalar
    - efek analgesia kuat sekali. Terutama utk nyeri somatik, tp tidak utk nyeri visceral
    - Efek hipnotik kurang
    - Efek relaksasi tidak ada
    - Refleks pharynx & larynx masih ckp baik  batuk saat anestesi  refleks vagal
    - disosiasi  mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan waktu, halusinasi,
       gaduh gelisah, tidak terkendali. Saat pdrt mulai sadar dpt timbul eksitasi
    - Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek ini dapat
       diperkecil dengan pemberian thiopental sebelumnya)
    - TD sistolik diastolic naik 20-25%, denyut jantung akan meningkat. (akibat
       peningkatan aktivitas saraf simpatis dan depresi baroreseptor). Cegah dengan
       premedikasi opiat, hiosin.
    - dilatasi bronkus. Antagonis efek konstriksi bronchus oleh histamine. Baik untuk
       penderita-penderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkus pada anesthesia
       umum yang masih ringan.
    - Dosis berlebihan scr iv  depresi napas
    - Pd anak dpt timbulkan kejang, nistagmus
    - Meningkatkan kdr glukosa darah + 15%
    - Pulih sadar kira-kira tercapai antara 10-15 menit
    - Metabolisme di liver (hidrolisa & alkilasi), diekskresi metabolitnya utuh melalui
       urin
    - Ketamin bekerja pd daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain bekerja pd
       pusat retikular otak

   Indikasi:
    Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missal pada koreksi
       jaringan sikatrik pada daerah leher, disini untuk melakukan intubasi kadang sukar.
    Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf/radiologi (arteriograf).
    Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy)
    Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi vital. Dapat
       dipakai untuk induksi pada pasien syok.
    Untuk tindakan operasi kecil.
    Di tempat dimana alat-alat anestesi tidak ada.
    Pasien asma



                                           18
www.doktermudaliar.wordpress.com                          Menguak Misteri Kamar Bius

   Kontra Indikasi
    hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg
    riwayat Cerebro Vascular Disease (CVD)
    Dekompensasi kordis
   Harus hati-hati pada :
    Riwayat kelainan jiwa
    Operasi-operasi daerah faring karena refleks masih baik

2. Propofol (diprifan, rekofol)
     Bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih spt susu dgn bhn pelarut tdd minyak
       kedelai & postasida telur yg dimurnikan.
     Kdg terasa nyeri pd penyuntikan  dicampur lidokain 2% +0,5cc dlm 10cc
       propolol  jarang pada anak karena sakit & iritasi pd saat pemberian
     Analgetik tdk kuat
     Dpt dipakai sbg obat induksi & obat maintenance
     Obat setelah diberikan  didistribusi dgn cepat ke seluruh tubuh.
     Metabolisme di liver & metabolit tdk aktif dikeluarkan lwt ginjal.
     Saat dipakai utk induksi juga dapat tjd hipotensi karena vasodilatasi & apnea
       sejenak
    Efek Samping
     bradikardi.
     nausea, sakit kepala pada penderita yg mulai sadar.
     Ekstasi, nyeri lokal pd daerah suntikan
     Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung & pernapasan
     Sebaiknya obat ini tidak diberikan pd penderita dengan ggn jalan napas, ginjal,
       liver, syok hipovolemik.

3. Thiopental
     Ultra short acting barbiturat
     Dipakai sejak lama (1934)
     Tidak larut dlm air, tp dlm bentuk natrium (sodium thiopental) mudah larut dlm
       air

4. Pentotal
     Zat dr sodium thiopental. Btk bubuk kuning dlm amp 0,5 gr(biru), 1 gr(merah) &
       5 gr. Dipakai dilarutkan dgn aquades
     Lrt pentotal bersifat alkalis, ph 10,8
     Lrt tdk begitu stabil, hanya bs dismp 1-2 hr (dlm kulkas lebih lama, efek
       menurun)
     Pemakaian dibuat lrt 2,5%-5%, tp dipakai 2,5% u/ menghindari overdosis,
       komplikasi > kecil, hitungan pemberian lebih mudah
     Obat mengalir dlm aliran darah (aliran ke otak ↑)  efek sedasi&hipnosis cepat
       tjd, tp sifat analgesik sangat kurang
     TIK ↓
     Mendepresi pusat pernapasan
     Membuat saluran napas lebih sensitif thd rangsangan



                                          19
www.doktermudaliar.wordpress.com                          Menguak Misteri Kamar Bius

      depresi kontraksi denyut jantung, vasodilatasi pembuluh darah  hipotensi. Dpt
       menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal
    tak berefek pd kontraksi uterus, dpt melewati barier plasenta
    Dpt melewati ASI
    menyebabkan relaksasi otot ringan
    reaksi. anafilaktik syok
    gula darah sedikit meningkat.
    Metabolisme di hepar
    cepat tidur, waktu tidur relatif pendek
    Dosis iv: 3-5 mg/kgBB
Kontraindikasi
    syok berat
    Anemia berat
    Asma bronkiale  menyebabkan konstriksi bronkus
    Obstruksi sal napas atas
    Penyakit jantung & liver
    kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal)

B. Obat Anestetik inhalasi
1. Halothan/fluothan
     Tidak berwarna, mudah menguap
     Tidak mudah terbakar/meledak
     Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya
    Efek:
     Tidak merangsang traktus respiratorius
     Depresi nafas  stadium analgetik
     Menghambat salivasi
     Nadi cepat, ekskresi airmata
     Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup
     Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus
     Depresi otot jantung  aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin)
     Depresi otot polos pembuluh darah  vasodilatasi  hipotensi
     Vasodilatasi pembuluh darah otak
     Sensitisasi jantung terhadap katekolamin
     Meningkatkan aktivitas vagal  vagal refleks
     Pemberian berulang (1-3 bulan)  kerusakan hepar (immune-mediated hepatitis)
     Menghambat kontraksi otot rahim
     Absorbsi & ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil dimetabolisme tubuh
     Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance
Keuntungan
     cepat tidur
     Tidak merangsang saluran napas
     Salivasi tidak banyak
     Bronkhodilator  obat pilihan untuk asma bronkhiale
     Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi)
     Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi yang enak


                                          20
www.doktermudaliar.wordpress.com                           Menguak Misteri Kamar Bius

Kerugian
    overdosis
    Perlu obat tambahan selama anestesi
    Hipotensi karena depresi miokard & vasodilatasi
    aritmia jantung
    Sifat analgetik ringan
    Cukup mahal
    Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan

2. Nitrogen Oksida (N2O)
     gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar dan
        relatif tidak larut dalam darah.
    Efek:
     Analgesik sangat kuat setara morfin
     Hipnotik sangat lemah
     Tidak ada sifa relaksasi sama sekali
     Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%.  Bila murni
        N2O = depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP
     jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan anestetik
        lain seperti halotan dan sebagainya.

3. Eter
    -     tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau sangat merangsang
    -     iritasi saluran nafas dan sekresi kelenjar bronkus
    -     margin safety sangat luas
    -     murah
    -     analgesi sangat kuat
    -     sedatif dan relaksasi baik
    -     memenuhi trias anestesi
    -     teknik sederhana

4. Enfluran
     isomer isofluran
     tidak mudah terbakar, namun berbau.
     Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak seperti kejang
        (pada EEG).
     Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan dan enfluran
        lebih iritatif dibanding halotan.

5. Isofluran
     cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu kamar
     menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap
        penyimpanan sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar matahari.
     Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai isofluran




                                           21
www.doktermudaliar.wordpress.com                          Menguak Misteri Kamar Bius

    6. Sevofluran
         tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga banyak dipilih
           untuk induksi melalui sungkup wajah pada anak dan orang dewasa.
         tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatitis

    C. Obat Muscle Relaxant
        Bekerja pd otot bergaris  terjadi kelumpuhan otot napas & otot-otot mandibula,
         otot intercostalis, otot-otot abdominalis & relaksasi otot-otot ekstremitas.
        Bekerja pertama: kelumpuhan otot mata ekstremitas  mandibula
         intercostalis abdominal diafragma.
        Pd pemberian pastikan penderita dapat diberi napas buatan.
        Obat ini membantu pd operasi khusus spt operasi perut agar organ abdominal tdk
         keluar & terjadi relaksasi
        Terbagi dua: Non depolarisasi, dan depolarisasi

                        Depolarisasi                      Non Depolarisasi
Sediaan                 Suksinilkolin, dekametonium       Tubokurarin/kurare, Atrakurium
                                                          Besilat, vekuronium, matokurin,
                                                          alkuronium, Pankuronium
                                                          (Pavulon), galamin, fasadinium,
                                                          rekuronium,
indikasi                tindakan relaksasi singkat        tindakan relaksasi yg lama.
                        pemasangan pipa                   pada geriatri, kelainan jantung,
                        endotracheal/spasme laring        hati, ginjal yang berat
durasi                  5-10 mnt                          30 mnt – 1 jam
fasikulasi              +                                 -
Obat antagonis          -                                 + (antikolinesterase, mis:
                                                          prostigmin)
lewat barier plasenta   - (aman pada SC)
Efek muskarinik         <                                 + (bradikardi, hipersekresi,
                                                          cardiac arrest)
Hiperkalemi             +                                 -
Pelepasan histamin      +                                 Tubokurarin/kurare(+)
(hipotensi,                                               Pankuronium (-)
hipersekresi asam
lambung, spasme
bronkhus)
Efek samping            - Menurunnya atau
                           meningkatnya HR dan BP
                        - Myalgia post op
                        - Meningkat tekanan
                           intragaster, intraokuler dan
                           intrakranial
                        - Malignant hyperthermia
                        - Myoklonus



                                                22
www.doktermudaliar.wordpress.com                              Menguak Misteri Kamar Bius

         Durasi
                  Ultrashort (5-10 menit): suksinilkolin
                  Short (10-15 menit) : mivakurium
                  Medium (15-30 menit) : atrakurium, vecuronium
                  Long (30-120 menit) : tubokurarin, metokurin , pankuronium,
                   pipekuronium, doksakurium, galamin

         Efek terhadap kardiovaskuler
              tubokurarin , metokurin , mivakurium dan atrakurium : Hipotensi
                 pelepasan histamin dan (penghambatan ganglion)
              pankuronium : menaikkan tekanan darah
              suksinilkolin : aritmia jantung

Antikolinesterase
 antagonis pelumpuh otot non depolarisasi
    1. neostigmin metilsulfat (prostigmin)
    2. pitidostigmin
    3. edrofonium
- fungsi: efek nilotinik + muskarinik  bradikardi, hiperperistaltik, hipersekresi,
bronkospasme, miosis, kontraksi vesicaurinaria
- pemberian dibarengi SA untuk menghindari bradikardi. (2:1)

MAC (Minimal Alveolar Concentration)
 konsentrasi zat anestesi inhalasi dalam alveoli dimana 50% binatang tidak
memberikan respon rangsang sakit
Halotan       : 0,87%
Eter          : 1,92%
Enfluran      : 1,68%
Isofluran     : 1,15%
Sevofluran    : 1,8%

Obat Darurat
Nama                      Berikan bila                    Berapa yang diberikan?
Efedrin                   TD menurun >20% dari TD         2 cc spuit
                          awal (biasanya bila TD sistol
                          <90 diberikan)
Sulfas atropin            Bradikardi (<60)                2 cc spuit
Aminofilin                bronkokonstriksi                5 mg/kgBB
                                                          Spuit  24mg/ml
Dexamethason              Reaksi anafilaksis              1 mg/kgBB
                                                          Spuit  5 mg/cc
Adrenalin                 Cardiac arrest                  0,25 – 0,3 mg/kgBB, 1 mg/cc (teori)
                                                          Prakteknya  beri sampai aman
Succinil cholin           Spasme laring                   1 mg/kgBB (1cc spuit 




                                               23
www.doktermudaliar.wordpress.com                             Menguak Misteri Kamar Bius


                             PASCA-ANESTESI
Perawatan dan monitoring biasanya dilakukan :
- Di ruang pulih sadar  pada keadaan tertentu dan khusus, dapat dilakukan di ruang
   perawatan
- Dapat dilakukan dengan peralatan sederhana selama pasien di ruang pulih sadar
- Dapat dilakukan dengan cara manual maupun menggunakan peralatan elektronik

Tingkat perawatan pasca-anestesi setiap pasien tidak selalu sama, bergantung pada
kondisi fisik pasien, teknik anestesi, dan jenis operasi  monitoring lebih ketat pada
pasien dengan :
1. Risiko tinggi
2. Kelainan organ
3. Syok yang lama
4. Dehidrasi berat
5. Sepsis
6. Trauma multipel
7. Trauma kapitis
8. Gangguan organ penting, mis: otak

Untuk memudahkan perawatan, lakukan monitoring B6
1. Breath (nafas)  sistem respirasi
    - Pasien belum sadar  evaluasi :
        Pola nafas
        Tanda-tanda obstruksi
        Pernafasan cuping hidung
        Frekuensi nafas
        Pergerakan rongga dada  simetris/tidak
        Suara nafas tambahan  (-) pada obstruksi total
        Udara nafas yang keluar dari hidung
        Sianosis pada ekstremitas
        Auskultasi  wheezing, ronki
    - Pasien sadar  tanyakan adakah keluhan pernafasan :
        (-)  cukup berikan O2
        Tanda-tanda obstruksi (+)  terapi sesuai kondisi (aminofilin, kortikosteroid,
           tindakan triple manuver airway)
1. Blood (darah)  sistem kardiovaskuler
        Tekanan darah
        Nadi
        Perfusi perifer
        Status hidrasi (hipotermi – syok)
        Kadar Hb




                                            24
www.doktermudaliar.wordpress.com                            Menguak Misteri Kamar Bius


2.       Brain (otak)  sistem SSP
     -   Menilai kesadaran pasien
     -   Dinilai dengan GCS (Glasgow Coma Scale)
     -   Perhatikan gejala kenaikan TIK
3.       Bladder (kandung kencing)  sistem urogenitalis
     -   Periksa kualitas, kuantitas, warna, kepekatan urin  mencerminkan kadar
         elektrolit
     -   Untuk menilai :
          Apakah pasien masih dehidrasi
          Apakah ada kerusakan ginjal saat operasi  acute renal failure, transfusi
             hemolisis
4.       Bowel (usus)  sistem gastrointestinalis
     -   Periksa :
          Dilatasi lambung
          Tanda-tanda cairan bebas
          Distensi abdomen
          Perdarahan lambung postoperasi
          Obstruksi  hipoperistaltik, gangguan organ lain, mis: hepar, lien, pankreas
          Dilatasi usus halus
     -   Hati-hati!! Pasien operasi mayor sering mengalami kembung  mengganggu
         pernafasan karena ia bernafas diafragma
5.       Bone (tulang)  sistem muskuloskeletal
     -   Periksa :
          Tanda-tanda sianosis
          Warna kuku
          Perdarahan postoperasi
          Gangguan neurologis  gerakan ekstremitas

Perawatan pasca-operasi disesuaikan dengan beratnya operasi. Untuk pasien postoperasi
berat dengan risiko berat, harus dirawat di ruang ICU terlebih dahulu




                                            25
www.doktermudaliar.wordpress.com                         Menguak Misteri Kamar Bius


                        PENGELOLAAN DI RR

                       ALDRETTE SCORE (dewasa)

          Pergerakan        : gerak bertujuan                   2
                              gerak tak bertujuan               1
                               tidak bergerak                   0
          Pernafasan        : teratur, batuk, menangis          2
                              depresi                           1
                               perlu bantuan                    0
          Warna kulit       : merah muda                        2
                              pucat                             1
                               sianosis                         0
          Tekanan darah     : berubah sekitar 20%               2
                              berubah 20 – 30%                  1
                              berubah > 30%                     0
          Kesadaran         : sadar penuh                       2
                              bereaksi terhadap rangsangan      1
                              tidak bereaksi                    0


          Jika jumlah > 8, penderita dapat dipindahkan ke ruangan.

                        STEWARD SCORE (anak)

          Pergerakan        : gerak bertujuan                   2
                              gerak tak bertujuan               1
                               tidak bergerak                   0
          Pernafasan        : batuk, menangis                   2
                              Pertahankan jalan nafas           1
                               perlu bantuan                    0
          Kesadaran         : menangis                          2
                              bereaksi terhadap rangsangan      1
                              tidak bereaksi                    0

          Jika jumlah > 5, penderita dapat dipindahkan ke ruangan.




                                         26
www.doktermudaliar.wordpress.com                             Menguak Misteri Kamar Bius


                             KOMPLIKASI ANESTESI

  I. Kardiovaskular                                 IV. Liver
      1. hipotensi                                      1. hepatitis post anestesi
      2. hipertensi
      3. aritmia                                    V. Urologi
      4. cardiac arrest                                1. sulit kencing
      5. emboli udara                                  2. Produksi urin menurun
      6. gagal jantung
                                                    VI. Neurologi
  II. Respirasi                                         1. koma
       1. obstruksi respirasi (spasme otot              2. konvulsi
          laring, otot rahang, otot bronkus,            3. trauma saraf perifer
          karena lidah jatuh)
       2. hipoventilasi                             VII. Oftalmologi
       3. apneu                                        1. abrasi kornea
       4. batuk                                        2. kebutaan
       5. takipneu
       6. retensi CO2                               VIII. lain-lain
       7. pneumothoraks                                1. menggigil
                                                       2. sadar dalam anestesi
  III. Gastrointestinal                                3. malignant hiperpireksia
       1. nausea                                       4. komplikasi intubasi
       2. vomiting                                     5. komplikasi obat-obatan anestesi
       3. hiccups                                      6. komplikasi transfusi darah
       4. distensi gastric                             7. komplikasi teknik regional/
                                                            spinal

Penyebab           ARITMIA BRADIKARDI                       ARITMIA TAKIKARDI
anestesi            obat (suksametonium, prostigmin,        obat (atropine, galamin, trilene,
                     halotan, lignocain)                      siklopropan)
                    refleks bradikardi selama intubasi      hiperkarbia
                    stadium awal hipoksia                   hipoksia
                    spinal                                  hipotensi
                                                             anestesi GA dangkal
pembedahan           traksi mesenterium                     infilrasi adrenalin
                     traksi bola mata                       traksi viscera
                     bedah saraf                            operasi bedah saraf dan jantung
Kondisi pasien       penyakit jantung bradikardi            tirotoksikosis
                     obat pre op (digoksin, beta bloker,    demam
                      neostigmin)                            hipovolemi
                    hipotensi                               terapi pre  digoxin
                    TIK meningkat                          sakit payah
Terapi             cari kausa, atropine


                                               27
www.doktermudaliar.wordpress.com                           Menguak Misteri Kamar Bius



Penyebab         HIPOTENSI                               HIPERTENSI
anestesi          obat (petidin, thiopenton, halotan,    anestesi dangkal
                   eter, muscle relaxan)                  ventilasi tidak adekuat  retensi
                  inhalasi paru bertambah  tekanan       CO2  hipoksia, hiperkarbia  TD
                   meningkat                               meningkat
                  hipoksia dan hiperkarbia pada          obat ketamin, pavulon
                   stadium lanjut                         transfusi darah berlebihan
                  transfusi darah tidak cocok            malignant hiperpireksia
                  anestesi spinal atau epidural
pembedahan        posisi trandelenberg, lateral            infiltrasi adrenalin
                  kehilangan darah                         traksi viscera
                  stimulasi visceral                       oksitosin, ergometrin
                  pelepasan tourniquet/calamp              posisi trandelenberg
                  emboli udara/lemak                       clamp pemb darah besar

Kondisi pasien    anemia                                   hipertensi tak terdiagnosa
                  dehidrasi                                dapat MAO inhibitor
                  penyakit jantung iskemik, gagal          vesica urinaria penuh
                   jantung, aritmia                         quadriplegi
                  sindrom posisi hipotensi
                  quadriplegi-TD bervariasi
                  syok septic
Terapi            cari kausa                               cari kausa
                  infus cepat cairan IV RL 10              naikkan kepala
                   cc/kgBB                                  sedasi (petidin, largactil)
                  naikkan koensentrasi O2                  monitoring tanda vital
                  turunkan dosis obat anestesi jika
                   TD sistol < 80 mmHg (O2 100%)
                  vasopressor  efedrin HCl
                  tinggikan kaki pasien untuk
                   kembalikan venous return




                                           28
www.doktermudaliar.wordpress.com                         Menguak Misteri Kamar Bius


                  ANESTESI LOKAL/ REGIONAL

 blokade reversibel konduksi saraf
mencegah DEPOLARISASI dengan blokade ion Na+ ke channel Na ( blokade konduksi)
 mencegah permeabilitas membran saraf terhadap ion Na+

Penggolongan anestesi lokal:
                                                   Kokain , Klorprokain,
                                     Ester         Benzokain, Prokain, Tetrakain
                       Struktur
                      Kimia obat                   Lidokain, Prilokain,
                                     Amide         Etidokain, Bupivakain,
                                                   Mepivakain, Ropivakain

                                                             Topical      Regional iv
                                    Blok Saraf Tepi
                                                             infiltrasi   ganglion

                                                             Blok nerv    pleksus
 Anestesi Lokal          Cara
                       Pemberian
                                                             spinal
                                                                           servikal
                                    Blok Saraf Sentral
                                                             epidural      torakal

                                                                           lumbal
                                    Short Acting
                        Potensi                                            Sacral/
                         Obat       Medium Acting                          kaudal

                                    Long acting

Potensi Obat
                  SHORT act        MEDIUM act         LONG act
Prototipe         Prokain          Lidokain           Bupirokain
Gol               Ester            Amida              Amida
Onset             2’               5’                 15’
Durasi            30-45’           60-90’             2-4jam
Potensi           1                3                  15
Toksisitas        1                2                  10
Dosis max         12 Mg/KgBB       6 mg/KgBB          2 Mg/KgBB
Metabolisme       Plasma           Liver              Liver


                                      29
www.doktermudaliar.wordpress.com                             Menguak Misteri Kamar Bius


Indikasi anestesi lokal :
   1. Operasi emergensi
   2. Alergi GA
   3. Pasien dengan PPOK
   4. Tindakan dimana dengan anestesi lokal akan lebih aman
Indikasi relatif
   1. Pasien tak kooperatif
   2. Penyakit neurologi akut
   3. Laminectomi luas
   4. Scoliosis
   5. IHD

Komplikasi :
a.    Lokal
   1. Abses
   2. Hematom
   3. Nekrosis
b.    Sistemik
   1. Intravasasi
   2. Hipersensitif
   3. Hiperabsorbsi
   4. Over dosis

Manifestasi Klinik Komplikasi Sistemik
  a. Urtikaria - anafilaktik syok
  b. Menggigil
  c. Mual muntah
  d. Disartri
  e. hipotensi & bradikardi
  pada SSP
  a. Stimuli
       Cortex       :       kejang, gelisah
       Medula :             hipertensi, takikardi, hiperventilasi
  b. Depresi
       Cortex       :       lemah, kesadaran turun
       Medula :             hipotensi, bradikardi, hipoventilasi

Pencegahan :
   1. Dosis minimum
   2. Hindari daerah hiperemis
   3. Infiltrasi
   4. Tes sensitivitas

Lidokain 5% artinya terdapat lidokain 5 g dalam 100 ml pelarut (atau 50 mg/ml)




                                            30
www.doktermudaliar.wordpress.com                        Menguak Misteri Kamar Bius


ANESTESI SPINAL
 memasukkan larutan anestesi lokal kedalam ruang subarakhnoid  paralisis temporer
syaraf
Lokasi       :       L2 – S1
Keuntungan teknik anestesi spinal :
    • biaya relative murah
    • perdarahan lebih berkurang
    • mengurangi respon terhadap stress
    • kontrol nyeri yang lebih  sempurna
    • menurunkan mortalitas pasca operasi

Indikasi
   a. bedah abdomen bagian bawah, misal: op hernia, apendiksitis
   b. bedah urologi
   c. bedah anggota gerak bagian bawah
   d. bedah obstetri ginekologi
   e. bedah anorectal & perianal, misal: op hemoroid

Kontra indikasi
 Absolut
          1. kelainan pembekuan darah (koagulopati)
          2. infeksi daerah insersi
          3. hipovolemia berat
          4. penyakit neurologis aktif
          5. pasien menolak
 relative
          2. R. pembedahan utama tulang belakang
          3. nyeri punggung
          4. aspirin sebelum operasi
          5. Heparin preoperasi
          6. Pasien tidak kooperatif atau emosi tidak stabil


Komplikasi
 Akut
         1. hipotensi  dikarenakan dilatasi PD max
         2. bradikardi  dikarenakan blok terlalu tinggi, berikan SA
         3. Hipoventilasi  berikan O2
         4. Mual muntah  dikarenakan hipotensi terlalu tajam, berikan epedril
         5. total spinal  obat anestesi naik ke atas, berikan GA
 Pasca tindakan
         1. nyeri tempat suntikan
         2. nyeri punggung
         3. nyeri kepala


                                         31
www.doktermudaliar.wordpress.com                           Menguak Misteri Kamar Bius


          4. retensi urin  dikarenakan sakral terblok, so pasang kateter

Prosedur
a. Persiapan
               1.    sama dengan persiapan general anestesi
               2.    Persiapan pasien
                     -      Informed consent
                     -      Pasang monitor  ukur tanda vital
                     -      Pre load RL/NS 15 ml/kgBB
               3.    Alat dan obat
                     -      Spinal nedle G 25-29
                     -      Spuit 3 cc/5cc/10cc
                     -      Lidokain 5% hiperbarik , Markain heavy
                     -      Efedrin, SA
                     -      Petidin, katapres, adrenalin
                     -      Obat emergency
b. Posisi pasien
      • Pasien duduk pada meja operasi, kaki pada atas kursi & disanggah oleh
           seorang pembantu, kedua tangan menyilang dada merangkul bantal.
           Kepala menunduk, dagu menempel dada shg scapula bergeser ke lateral
      • Pasien yang telah tersedasi
      • Punggung pd tepi meja, fleksi paha & leher, dagu mendekati leher
   - Posisi duduk
      Keuntungan : lebih nyata, processus spinosum lebih mudah diraba, garis
      tengah lebih teridentifikasi (gemuk) & posisi yang nyaman pada pasien PPOK
c. Identifikasi tempat penyuntikan
      Lumbal : garis Krista iliaka kanan & kiri (Tuffersline) L4 / interspinosus L4-5
d. Insersi jarum spinal
           1. Pendekatan Midline
           2. Pendekatan paramedian



           INSTRUKSI POST OPERASI SC SPINAL

      1. Bed rest total 24 jam post op dengan bantal tinggi. Boleh miring kanan kiri, tak
         boleh duduk
      2. Ukur TD dan N tiap 15 menit selama 1 jam pertama. Bila TD < 90 beri efedrin
         10 mg, bila N<60 beri SA 0,5 mg
      3. bila tidak ada mual muntah boleh minum sedikit-sedikit dengan sendok
      4. bila nyeri kepala hebat, konsul anestesi




                                          32
www.doktermudaliar.wordpress.com        Menguak Misteri Kamar Bius




                                   33
www.doktermudaliar.wordpress.com                                Menguak Misteri Kamar Bius


                                TERAPI CAIRAN
Komposisi Cairan Tubuh

                    Laki-laki          Perempuan                  Bayi
Total air tubuh (%) 60                 50                         75
Intraseluler        40                 30                         40
Ekstraseluler       20                 20                         35
- Plasma            4                  4                          5
- Interstitial      16                 16                         30

Kompartemen Cairan Tubuh
       (mEq/L)          Plasma                   Interstitial      Interseluler
Kation     Na                   142              114               15
           K                    4                4                 150
           Ca                   5                2,5               2
           Mg                   3                1,5               27
           Total                154              152               194
Anion      Cl                   103              114               1
           HCO3                 27               30                10
           HPO4                 2                2                 100
           SO4                  1                1                 20
           Asam Organik         5                5                 0
           Protein              16               0                 63
           Total                154              152               194

Kebutuhan Cairan
    Kebutuhan air pada orang dewasa setiap harinya adalah 30-35 ml/kgBB/24jam
    Kebutuhan ini meningkat sebanyak 10-15 % tiap kenaikan suhu 1° C
    Kebutuhan elektrolit Na 1-2 meq/kgBB (100meq/hari atau 5,9 gram)
    Kebutuhan elektrolit K 1 meq/kgBB (60meq/hari atau 4,5 gram)

Kebutuhan Harian Bayi Dan Anak
    Berat badan             Kebutuhan air (perhari)
s/d 10 kg       100 ml/kgBB
11-20 kg           1000 ml + 50 ml/kgBB (untuk tiap kg di atas 10 kg)
> 20 kg            1500 ml + 20 ml/kgBB (untuk tiap kg di atas 20 kg)


                                            34
www.doktermudaliar.wordpress.com                            Menguak Misteri Kamar Bius


Keseimbangan Cairan Tubuh
       Air masuk                      Air keluar
Minuman: 800-1700 ml        Urine : 600-1600 ml.
Makanan: 500-1000 ml.       Tinja : 50-200 ml.
Hasil oksidasi: 200-300 ml. Insensible loss : 850-1200 ml

Kebutuhan Cairan Meningkat
    demam (12% setiap 1o > 37o C)
    hiperventilasi
    suhu lingkungan meningkat
    aktivitas berlebih
    kehilangan abnormal seperti diare
Kebutuhan Cairan Menurun
    hipotermia (12% setiap 1o > 37o C)
    kelembaban sangat tinggi
    oliguria atau anuria
    tidak ada aktivitas
    retensi cairan misal pada gagal jantung

Masalah yang sering ditemukan pada pre operatif adalah
1. Hipovolemia
   a. Aktual
      1) Perdarahan.
      2) Dehidrasi.
   b. Potensial
      Puasa.
2. Hipervolemia

TERAPI CAIRAN PERI OPERATIF
A. Preoperatif
    Pasien normohidrasi
    pengganti puasa (DP): 2 ml/kgBB/jam puasa
    (bedakan dengan kebutuhan cairan per hari (30-35ml/kg/hari))
    cairan yang digunakan : kristaloid
    pemberian dibagi dalam 3 jam selama anestesi :
                      50 % dalam 1 jam pertama
                      25 % dalam 1 jam kedua
                      25 % dalam 1 jam ketiga
B. Durante operasi
      - Pemeliharaan: 2 ml/kg/jam
      - Stress operasi:
                      operasi ringan : 4 ml/kgBB/jam
                      operasi sedang : 6 ml/kgBB/jam
                      operasi berat : 8 ml/kgBB/jam



                                         35
www.doktermudaliar.wordpress.com                           Menguak Misteri Kamar Bius


           Jenis pembedahan (menurut MK Sykes)
           a. Pembedahan kecil / ringan
               - Pembedahan rutin kurang dari 30 menit.
               - Pemberian anestesi dapat dengan masker.
           b. Pembedahan sedang.
              - Pembedahan rutin pada pasien yang sehat.
              - Pemberian anestesi dengan pipa endotracheal.
              - Lama operasi kurang dari 3 jam.
              - Jumlah perdarahan kurang dari 10% EBV
           c. Pembedahan besar.
              - Pembedahan yang lebih dari 3 jam.
              - Perdarahan lebih dari 10% EBV
              - Pembedahan di daerah saraf pusat, laparatomi, paru dan
                 kardiovaskuler


       Perdarahan :
             hitung EBV
             jika perdarahan
             10% EBV        berikan kristaloid substitusi dengan
                            perbandingan 1 : 2-4ml cairan
             10% kedua      berikan koloid 1 : 1 ml cairan
             > 20 % EBV berikan darah 1 : 1 ml darah

              Contoh :
              Pria BB 50 kg
                      EBV 50 X 70 ml = 3500 ml
                     maka jika perdarahan 800 ml digantikan dengan
                     10% pertama (350 ml)  kristaloid 700-1400 ml
                     10% kedua (350 ml)  koloid 350 ml
                     100 ml  darah 100 ml
Pada anak dan bayi
Pemeliharaan:
        10 kg pertama          4 ml/kgBB/jam
        10 kg kedua            2 ml/kgBB/jam
        Kg selanjutnya         1 ml/kgBB/jam
        bedakan dengan kebutuhan per hari :
Defisit puasa (DP): cairan pemeliharaan x jam puasa
Stress operasi :
        Ringan         : 2 ml/kgBB/jam
        Sedang         : 4 ml/kgBB/jam
        Berat          : 6 ml/kgBB/jam

C. Pasca operasi
Terapi cairan pasca bedah ditujukan untuk :
   a. Memenuhi kebutuhan air, elektrolit, nutrisi
   b. Mengganti kehilangan cairan pada masa paska bedah (cairan lambung, febris)

                                           36
www.doktermudaliar.wordpress.com                           Menguak Misteri Kamar Bius

   c. Melanjutkan penggantian defisit pre operatif dan durante operatif
   d. Koreksi gangguan keseimbangan karena terapi cairan
Pada penderita pasca operasi nutrisi diberikan bertahap (start low go slow).
Penderita pasca operasi yang tidak mendapat nutrisi sama sekali akan kehilangan protein
75-125 gr/hari  Hipoalbuminemia  edema jaringan, infeksi, dehisensi luka operasi,
penurunan enzym pencernaan

1. Pasien tidak puasa post operasi.
   a. Kebutuhan cairan (air) post operasi.
       Anak
         BB 0-10 kg          1000 cc / 24 jam
         BB 10-20 kg         1000 cc + 50 cc tiap > 1 kg
         BB > 20 kg          1500 cc + 20 cc tiap > 1 kg
       Dewasa
         50 cc / kgbb/ 24 jam.
   b. Kebutuhan elektrolit anak dan dewasa
      Na+    2-4 mEq / kgbb
       +
      K      1-2 mEq / kgbb
   c. Kebutuhan kalori basal
       Dewasa
         BB (kg) x 20-30
       Anak berdasarkan umur
          Umur (tahun) Kcal / kgbb / hari
                <1               80-95
                1-3              75-90
                4-6              65-75
               7-10              55-75
              11-18              45-55

2. Pasien tidak puasa post operasi.
   Pada pasien post op yang tidak puasa, pemberian cairan diberikan berupa cairan
   maintenance selama di ruang pulih sadar (RR). Apabila keluhan mual, muntah dan
   bising usus sudah ada maka pasien dicoba untuk minum sedikit-sedikit.
   Setelah kondisi baik dan cairan peroral adekuat sesuai kebutuhan, maka secara
   perlahan pemberian cairan maintenance parenteral dikurangi. Apabila sudah cukup
   cairan hanya diberikan lewat oral saja.

Rumus Darrow
      BB (kg)         Cairan (ml)
      0-3             95
      3-10            105
      10-15           85
      15-25           65
      >25             50
     Tetesan infus: Mikro: BBx darrow /96
                    Makro: BB x darrow/24


                                          37
www.doktermudaliar.wordpress.com                        Menguak Misteri Kamar Bius


Melihat tanda-tanda pada pasien disesuaikan dengan prosentase EBV yang hilang:
                                      TANDANYA
          Tensi systole    120 mmhg 100 mmhg        < 90 mmhg < 60-70 mmhg
          Nadi             80 x/mnt    100 x/mnt    > 120 x/mnt > 140 x/mnt
          Perfusi          Hangat      Pucat        Dingin      Basah
          Estimasi         Minimal     600 ml       1200 ml     2100 ml
          perdarahan
          Estimasi infus   Minimal     1-2 liter    2-4 liter   4-8 liter

Melihat tanda klinis dan sesuaikan dengan prosentase defisit.
           Tanda            Ringan             Sedang                   Berat
       Defisit          3-5 % dari BB 6-8 % dari BB              10 % dari BB
       Hemodinamik - Tachycardia        - Tachycardia            - Tachycardia.
                                        - Hipotensi ortostatik   - Cyanosis.
                                        - Nadi lemah             - Nadi sulit diraba
                                        - Vena kolaps            - Akral dingin.
       Jaringan         - Mukosa        - Lidah lunak            - Atonia, mata
                          lidah kering - Keriput                   cowong
                        - Turgor kulit - Turgor menurun          - Turgor sangat
                          normal                                   menurun
       Urine            - Pekat         - Pekat, produksi /      - oligouria
                                          jumlah menurun
       SSP              Tak ada         - Apatis                 - Sangat menurun /
                        kelainan                                   coma

Problem puasa
   a. Pada keadaan normal kehilangan cairan berupa
        Insesible water losses (IWL)
        Sensible water losses (SWL)
      Pada orang dewasa kehilangan  2250 cc yang terdiri atas
       1) IWL 700 ml / 24 jam
          (suhu lingkungan 25 oC kelembaban 50-60 %, suhu badan 36-37 oC).
       2) SWL
          Urine 1 cc / kgbb / jam (24 cc / kg / bb / 24 jam)
   b. Kebutuhan elektrolit tidak terpenuhi
      Kebutuhan normal: Na+ 2-4 mEq / kgbb / 24 jam
                             K+ 1-2 eEq / kgbb / 24 jam
   c. Kebutuhan kalori tidak terpenuhi
      Kebutuhan normal: 25 Kcal / kgbb / jam
   d. Pada operasi elektif yang dipuasakan, penggantian cairan hanya untuk
      maintenance saja
   e. Pemberian cairan pre operasi adalah untuk mengganti bila ada
       1) Kehilangan cairan akibat puasa.
       2) Kehilangan cairan akibat perdarahan.
       3) Kehilangan cairan akibat dehidrasi.
   f. Pemberian darah pre operasi di dasarkan atas pertimbangan yang matang dan
      apabila perlu dilakukan pemeriksaan darah lebih dahulu.

                                        38
www.doktermudaliar.wordpress.com                           Menguak Misteri Kamar Bius


Cairan pengganti
      - Kristaloid           2-4 kali dari jumlah perdarahan.
      - Koloid               1 kali dari jumlah perdarahan
      - Darah (WB)           1 kali dari jumlah perdarahan

JENIS CAIRAN INFUS
Berdasarkan Partikel dlm Cairan dibagi menjadi:
I. KRISTALOID
A. Cairan Hipotonik
     Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum ( 285 mOsmol/L)  cairan
       “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya
     Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci
       darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula
       darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
     Komplikasi : kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intracranial
     Contoh NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
B. Cairan isotonik
     osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari
       komponen darah) = 285 mOsmol/L, sehingga terus berada di dalam pembuluh
       darah.
     Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh,
       sehingga tekanan darah terus menurun).
     Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit
       gagal jantung kongestif dan hipertensi.
     Contoh: Ringer-Laktat (RL), dan normal saline / larutan garam fisiologis (NaCl
       0,9%)
C. Cairan Hipertonik
     Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum ( 285 mOsmol/L), sehingga
       “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
     Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
       mengurangi edema (bengkak).
     Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate,
       Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin


II. KOLOID
       Mempunyai partikel besar, yg agak sulit menembus membran semipermeabel/
dinding pembuluh darah. dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya
hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.
Contohnya adalah dextran, albumin dan steroid, HES (Hydroxy Etil Starch)
       Berdasar tekanan Onkotik-nya ada 2 mcm :
    - Iso-Onkotik            : Co/ Albumin 25%
    - Hiper-Onkotik          : Co/ Albumin 5%




                                           39
www.doktermudaliar.wordpress.com                       Menguak Misteri Kamar Bius


              Efek Pemberian Ci Infus terhadap Kompartemen Ci Tubuh :
                 Dext 5%    Kristaloid   Kristaloid    Koloid      Koloid
               (Hipotonis)   Isotonis    hipertonis Iso-Onkotik Hiper-Onkotik
 Vol.Intra-
  vask.                                                          
 Vol.Inter-
  stitiel                                         -              
 Vol.Intra-
    sel                      -                       -              

Beberapa Contoh Cairan Infus
1. Asering (Ringer Asetat/Asering)
  Keunggulan:
       - Asetat dimetabolisme di otot  aman bagi pasien dg gangguan liver
       - Pd kasus bedah  mempertahankan suhu tubuh
       - Efek vasodilator
       - Efektif mengatasi asidosis
  Komposisi :
  Na+ = 130
  Cl- = 108.7
  K+ = 4
  Ca++ = 2.7
  Asetat = 28
2. KAEN 1B
  Komposisi :
  Mengandung elektrolit mEq/L
  Na+ = 38.5
  Cl- = 38.5
  Dekstrosa = 37.5 gr/L
3. KAEN 3A
  Komposisi :
  Mengandung elektrolit mEq/L
  Na+ = 60
  Cl- = 50
  K+ = 10
  Laktat = 20
  Dekstrosa = 27 gr/L
4. KA-EN 3B
  Mengandung elektrolit mEq/L
  Na+ = 50
  Cl- = 50
  K+ = 20
  Laktat = 20
  Dekstrosa = 27 gr/L
  indikasi:
  Kasus-kasus baru di mana status gizi tidak terlalu jelek, antara lain:


                                        40
www.doktermudaliar.wordpress.com                         Menguak Misteri Kamar Bius

           - Pneumonia
           - Pleural Effusion
           - Ketoasidosis diabetik (setelah rehidrasi dg NaCl 0,9%)
           - Observasi Tifoid
           - Observasi demam yang belum diketahui penyebabnya
           - Status asthmaticus
           - Fase pemulihan dari DBD
5. KA-EN 4A
  Mengandung elektrolit mEq/L
  Na+ = 30
  Cl- = 20
  Laktat = 10
  Dekstrosa = 40 gr/L
6. KA-EN 4B
  Mengandung elektrolit mEq/L
  Na+ = 30
  Cl- = 28
  K+ = 8
  Laktat = 10
  Dekstrosa = 37.5 gr/L
7. Ringer Laktat
  Tiap 100 ml terdiri atas:
  NaCl        0,6 g
  NaLaktat    0,312 g
  KCl         0,04 g
  CaCl        0.027 g

  Osmolaritas:
  Na+                131
  K+                 5
      2+
  Ca                 2
  Cl-                111
         -
  HCO3 (laktat)      29
8. NS (Normal Salin/ NaCl 0,9%)
  Tiap 500ml mengandung NaCl 4,5g
  Osmolaritas:
  Na+                154
     -
  Cl                 154
9. Glukosa 5%
  Tiap 500ml mengandung glukosa 25g
  Osmolaritas 280 mOsm/l setara dengan 800kJ/l atau 190kkal/l
10. Glukosa 10%
  Tiap 500ml mengandung glukosa 55g
  Osmolaritas 555 mOsm/l setara dengan 1680kJ/l atau 400kkal/l
11. D5 ½ NS
  Tiap 500ml mengandung
  glukosa      25g

                                          41
www.doktermudaliar.wordpress.com                      Menguak Misteri Kamar Bius

  NaCl        2,25g
  Kandungan elektrolit
  Na+                  77
     -
  Cl                   77
  Setara dengan 840kJ/200kkal
11. D5 ¼ NS
  Tiap 500ml mengandung
  glukosa     27,5g
  NaCl        1,125g
  Kandungan elektrolit
  Na+         38,5
  Cl-         38,5
  Setara dengan 840kJ/200kkal
12. HES 6%
  Tiap 500 ml terdiri atas:
  HES         30 g
  NaCl        3,45 g
  NaLaktat    2,24 g
  KCl         0,15 g
  CaCl        0.11 g

 Osmolaritas (mmol/l):
 Na+                 138
  +
 K                   5
 Ca2+                3
 Cl-                 125
      -
 HCO3 (laktat)       20
 Osmolaritas berkisar 280 mOsm/l
 pH: +6


Catatan: kandungan antar merek dagang dapat berbeda-beda. Namun dalam rentang yang
                                  hampir mirip.




                                       42
www.doktermudaliar.wordpress.com                         Menguak Misteri Kamar Bius


                                   TRANSFUSI
Catatan:
           1. Dulu diyakini bahwa kadar Hb harus lebih tinggi dari 9 sampai 10 ml/dl
              agar tersedia cukup oksigen untuk memenuhi kebutuhan organ vital
              (otak,jantung) dalam mencukupi stres. Sekarang sudah dibuktikan, bahwa
              Hb 3 sampai 6 g/dl masih dapat mencukupi kebutuhan oksigen jaringan.
              Dari percobaan diketahui bahwa Hb 2-3 g/dl atau 6-8% masih mampu
              menunjang kehidupan (Singler,1980;Johnson,1991). Batas “anemia aman”
              bagi pasien yang memiliki jantung normal adalah hematokrit 20%. Pasien
              yang menderita penyakit jantung koroner memerlukan batas 30%
           2. Penggantian volume yang hilang harus didahului karena penurunan 30%
              saja sudah dapat menyebabkan kematian. Sebaliknya batas toleransi
              kehilangan Hb lebih besar. Kehilangan Hb sampai 50% masih dapat
              diatasi. Bagi pasien tanpa penyakit jantung, Hb 8-10 gm/dl masih dapat
              memberikan cukup oksigen untuk jaringan dengan baik (asal volume
              sirkulasi normal). Karena itu, tidak semua perdarahan harus diganti
              transfuse. Terapi diprioritaskan untuk mengembalikan volume sirkulasi
              dengan cairan Ringer Laktat atau NaCl 0,9% atau Plasma
              Substitute/koloid (Expafusin, Dextran, Hemaccel, Gelafundin) selama Hb
              masih 8-10 gm/dl. Cara terapi dengan cairan ini disebut hemodilusi.
              Perdarahan sampai volume darah masih dapat diganti saja tanpa transfusi.
           3. Pada kehilangan 30-50% volume darah, maka setelah pemberian cairan,
              jika Hb < 8-10 gm/dl atau hematrokit < 20-25% maka transfusi diberikan.
           4. Sasaran transfusi adalah mengembalikan kadar Hb sampai 8-10 gm/dl
              saja. Tidak perlu sampai Hb “normal” 15 gm/dl lagi.
           5. Dari perhitungan kadar Hb, darah satu kantong hanya menaikkan Hb 0,5
              gm/dl. Peningkatan sebesar ini juga dapat dicapai dengan pemberian gizi
              yang baik dan terapi Fe++. Manfaat kenaikan Hb 0,5 gm/dl tidak
              sebanding dengan resiko penularan penyakit.
           6. Teknik hemodilusi tidak dapat digunakan pada pasien trauma dan trauma
              thorax karena dapat menyebabkan edema otak/paru.

TUJUAN TRANSFUSI
  1. Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen
  2. Memperbaiki volume darah tubuh
  3. Memperbaiki kekebalan
  4. Memperbaiki masalah pembekuan

INDIKASI
   1. Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan
      cairan.
   2. Anemia kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan dengan cara lain.
   3. Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen.
   4. Plasma loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberikan plasma
      substitute atau larutan albumin


                                         43
www.doktermudaliar.wordpress.com                           Menguak Misteri Kamar Bius


Jenis Darah Yang Ditransfusikan
1. Whole Blood (Darah Simpan/Wb)
     450 ml darah + 63 ml CPD (citrat phosphate dextrose anticoagulan)
     Simpan 4oC
     Lama simpan < 28 hari
     Antikoagulan lain : Acid Citrate Dextrose (simpan 4oC bisa selama 21 hari)
     Rendah platelet, F V&VIII, kecuali bila disimpan < 6 jam
     untuk mengganti volume darah pasien shock hipovolemik perdarahan
2. Fresh Whole Blood (darah segar)
     12 jam penyimpanan
     indikasi : pasien dengan Hb& platelet rendah, trombositopenia, transfusi masif
        dengan darah simpan
3. Packed Red Cell
     Hasil sentrifugasi WB (plasma dikurangi 200 ml)
     Volume 300 ml (masa hidup 21 hari jika disimpan dalam 4oC)
     1 unit = meningkatkan Hb 1-1,5 gr%
     indikasi : anemia kronis dengan normovolemi sirkulasi supaya tidak overload :
        pasien gagal jantung, pasien sangat tua, sepsis kronis. Anemia perdarahan akut
        yang sudah mendapat penggantian cairan
     dapat dicampur NS  untuk pasien shock)
4. Stable Plasma Protein Solution (SPPS)
     Resiko hepatitis sangat kecil
     Pemanasan tinggi
     Faktor pembekuan kurang, F V, VIII
     Infus cepat SPPS untuk pasien hipotensi
     Sangat mahal, dipakai jika tidak sempat cross match
5. Fresh Frozen Plasma (FFP)
     Dari WB < 6 jam simpan. penyimpanan -20oC (3 bulan). Penyimpanan -30oC 1
        tahun
     diinfuskan setelah mencair
     Indikasi: Mengganti faktor koagulasi, mengganti volume plasma
     Diberikan 10 cc/kg satu jam pertama, dilanjutkan 1 cc/kg Bb per jam sampai PPT
        dan APTT mencapai nilai  1,5 x nilai kontrol yang normal.
     Terapi plasma tidak tepat untuk memperbaiki pasien hipoalbuminemia karena
        tidak akan meningkatkan kadar albumin secara nyata
6. Thrombocyte Concentrate = TC
     berasal dari 250 cc darah utuh
     meningkatkan trombosit 5000/mm3.
     Disimpan pada 22oC  bertahan 24 jam. Pada suhu 4o-10oC  bertahan 6 jam.
     Diberikan pada DHF, hemodilusi dengan cairan jumlah besar dan transfusi masif
        > 1,5 x volume darah pasien sendiri, yaitu bila dijumpai trombositopenia (50.000-
        80.000/mm3).
     Penambahan trombosit tidak dapat dilakukan dengan darah utuh segar sebab
        trombosit yang terkandung hanya sedikit.



                                           44
www.doktermudaliar.wordpress.com                           Menguak Misteri Kamar Bius


      Trombosit diberikan cukup sampai perdarahan berhenti atau masa perdarahan
       (bleeding time) mendekati 2x nilai normal, bukan sampai jumlah trombosit
       normal.
7. Larutan Albumin
     Terdiri dari 5% dan 25% human albumin
     Resiko hepatitis <
     Faktor pembekuan (-)
     Tujuan : meningkatkan albumin serum pada : Penyakit hepar, Ekspansi volume
       darah
8. Cryoprecipitate
     Sentrifugasi plasma beku
     Konsentrasi tinggi F VIII
     Untuk terapi : haemofilia & defisiensi lain
     Resiko hepatitis

TRANSFUSI AUTOLOGOUS
darah pasien sendiri diambil pada masa pra-bedah, disimpan untuk digunakan pada waktu
pembedahan yang terencana (efektif). Dengan demikian dapat dipastikan bahwa tidak ada
resiko penularan penyakit sama sekali.

KOMPLIKASI TRANSFUSI DARAH
I. Reaksi imunologi
    A. Reaksi Transfusi Hemolitik
     Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien.
     Tanda : menggigil, panas, kemerahan pada muka, bendungan vena leher , nyeri
       kepala, nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat dan dangkal, takhikardi, hipotensi,
       hemoglobinuri, oliguri, perdarahan yang tidak bisa diterangkan asalnya, dan
       ikterus. Urine coklat kehitaman sampai hitam dan mungkin berisi hemoglobin dan
       butir darah merah
     Terapi : pemberian cairan intravena dan diuretika. Cairan digunakan untuk
       mempertahankan jumlah urine yang keluar
     Diuretika yang digunakan ialah :
       a. Manitol 25 %, 25 gr diberikan iv  pemberian 40 mEq Natrium bikarbonat.
       b. Furosemid
     Bila terjadi anuria yang menetap perlu tindakan dialisis

   B. Reaksi transfusi non hemolitik
   1. Reaksi transfusi “febrile”
        Tanda: Menggigil, panas, nyeri kepala, nyeri otot, mual, batuk nonproduktif.
   2. Reaksi alergi
       a. “Anaphylactoid”
       bila terdapat protein asing pada darah transfusi.
       b. Urtikaria, paling sering terjadi dan penderita merasa gatal-gatal. Biasanya muka
       penderita sembab.
   Terapi yang perlu diberikan ialah antihistamin, dan transfusi harus dihentikan.



                                           45
www.doktermudaliar.wordpress.com                           Menguak Misteri Kamar Bius

II. Reaksi non imunologi
     a. Reaksi transfusi “Pseudohemolytic”
     b. Reaksi yang disebabkan oleh volume yang berlebihan.
     c. Reaksi karena darah transfusi terkontaminasi
     d. Virus hepatitis.
     e. Lain-lain penyakit yang terlibat pada terapi transfusi misalnya malaria, sifilis,
        virus CMG dan virus Epstein-Barr, parasit serta bakteri.
     f. AIDS.

III. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah masif.
     1. “dilutional coagulopathy”
     2. disseminated intravascular coagulation (dic)
     3. intoksikasi sitrat (komplikasi yang jarang terjadi)
     4. keadaan asam basa
     5. hiperkalemi
     6. hipotermi
     7. Post transfusion hepatitis (PTH)

Cara menghindari reaksi transfusi :
a. Tes darah, untuk melihat cocok tidaknya darah donor dan resipien.
b. Memilih tips dan saringan yang tepat.
c. Pada transfusi darurat :
    Dalam situasi darurat tidak perlu dilakukan pemeriksaan secara lengkap, dan jalan
    singkat untuk melakukan tes sebagai berikut :
    1. Type-Specific, Partially Crossmatched Blood
      Bila menggunakan darah “un-crossmatched”, maka paling sedikit harus diperoleh
      tipe ABO-Rh dan sebagian “crossmatched”.
    2. Tipe-Specific, Uncrossmatched Blood.
      Untuk tipe darah yang tepat maka tipe ABO-Rh harus sudah ditentukan selama
      penderita dalam perjalanan ke rumah sakit.
    3. O Rh-Negatif (Universal donor) Uncrossmatched Blood
      Golongan darah O kekurangan antigen A dan B, akibatnya tidak dapat dihemolisis
      baik oleh anti A ataupun anti B yang ada pada resipien. Oleh sebab itu golongan
      darah O kita sebut sebagai donor universal dan dapat digunakan pada situasi yang
      gawat bila tidak memungkinkan untuk melakukan penggolongan darah atau
      “crossmatched”.

TANDA OVERLOAD SIRKULASI
I. Pasien Sadar
    1. dada sesak
    2. batuk
    3. dispnea
    4. sianosis
    5. vena leher membesar
    6. takikardi
    7. krepitasi basal
    8. edema pulmo

                                           46
www.doktermudaliar.wordpress.com                            Menguak Misteri Kamar Bius

II. Pasien dalam anestesi
     1. takikardi
     2. TD menurun
     3. sianosis
     4. vena leher membesar
     5. krepitasi basal
Terapi:
     1. stop transfusi
     2. inhalasi O2
     3. sandarkan pasien
     4. digitalis iv, kecuali pasien gagal ginjal dan tua
     5. diuretic  furosemid
     6. morfin
     7. aminofilin

RUMUS-RUMUS TRANSFUSI
  1. WB = 6 X (BB (Kg) X ∆Hb
  2. PRC = 4 X (BB (Kg) X ∆Hb
  3. albumin = ∆ albumin x BB x 0,8
  4. koreksi asidosis metabolic
         NaHCO3 = BE x 30% x BB
            BE = Base Excess = jumlah asam basa yang harus ditambahkan supaya
            pH darah meningkat

ESTIMATED BLOOD VOLUME
              Blood volume (ml/kgBB)
Bayi prematur 100-110
Bayi aterm    90-100
Anak <10 kg   85
Anak >10 kg   80
Pria dewasa   70
Wanita dewasa 65

Penggantian darah (WB) pada pasien selama operasi dipertimbangkan apabila
       - Operasi sedang berlangsung dan telah kehilangan darah
          Dewasa > 25% dari EBV
          Bayi dan anak > 10% dari EBV
       - Anemia berat.
       - Kelainan faktor pembekuan.
       - Sepsis.
Catatan:
 Pada pasien dewasa dengan Hb normal, perdarahan s.d 25% dari EBV dapat ditolelir
    dan tidak perlu di lakukan transfusi.
 Perdarahan 10-20% harus hati-hati mungkin perlu darah
 Penggantian darah selama operasi digunakan Whole Blood (WB)
 Pada kasus-kasus sangat darurat, tidak tersedia darah yang sesuai dengan golongan
    darah pasien, gunakan O. tranfusi selanjutnya selama 2 minggu tetap O.

                                              47
www.doktermudaliar.wordpress.com                         Menguak Misteri Kamar Bius


                           TERAPI OKSIGEN
                                          pulmoner
    Indikasi medis: untuk gangguan
                                          non-pulmoner
    Indikasi:
      - hipoksia
      - stadium akut penyakit jantung-paru
      - selama/sesudah operasi
      - pasien tdk sadar
      - anemia berat (alat angkut <)
      - perdarahan & hipovolemi
      - asidosis

    Pemberian O2:
     - O2 tunggal
     - O2 + gas lain (udara) sbg suplemen gas inspirasi atau sumber oksigenasi
    Tekanan O2 60 mmHg u/ koreksi hipoksemia arteri  hanya sedikit yg dpt
     diterima
    Tekanan O2 kurang  untuk pasien hipoksemia kronis & retensi CO2
    Tekanan O2 lebih  untuk:
                             - hipotensi
                             - keracunan sianida
                             - Hb
                             - Curah jantung
                             - Intoksikasi CO
    Alat2 yg digunakan:
      - manometer
      - tangki/tabung isi O2
      - flowmeter
      - humidifier
      - selang
    Alat u/ pemberian O2:
      - masker O2 (sungkup muka)
      - kateter nasal = nares anterior
      - double nasal prongs
      - kateter nasofaring
      - O2 tent
      - inkubator

Metode pemberian
    Kontrol lebih pd konsentrasi O2 inspirasi pd pasien dgn peny. pernafasan
    Nasal cannul: flow rate: 4-6 l/menit
      u/ periode lama  kurang baik  mengeringkan mukosa hidung  krusta
    Masker:
      - Open mask: 6 l/menit (50-60% u/ cegah rebreathing)


                                         48
www.doktermudaliar.wordpress.com                         Menguak Misteri Kamar Bius

       - Nonrebreathing mask
       - masker tertutup, reservoir
       - O2: 100% pd os tanpa ET
       - Partial rebreathing mask:
       - O2: 80%
      Oksigen hiperbarik:
       Kamar/chamber tekanan tinggi O2 (> 760 mmHg)
       O2: 100%
        u/: - emboli gas, gas gangrene, keracunan CO
      O2 dgn masker:
        konsentrasi O2: 60-90%
        flow rate: 6-8 l/menit
            - flow rate harus tinggi
            - bila <6 l/menit  CO2 tertumpuk  Keracunan CO2
      Indikasi pemberian O2 lewat masker:
        - Infark miokard
        - Edema paru
        - Pneumonia masif
        - Emboli paru
        - Keracunan CO
        - Syok
      Pemberian O2 lewat hidung  double nasal prongs
        Konsentrasi O2: 35-50%
        Flow rate: 6-8 l/menit
        Aman, mudah
      Pemberian O2 dgn kateter
        Konsentrasi: 35-50%
        Flow rate: 4-7 l/menit

BAHAYA TERAPI OKSIGEN
                       respirasi
  - Keracunan
                       nonrespirasi
  - Hipoventilasi:
    os dgn PPOK (penyakit paru obstruktif kronis  hipoksemia – retensi CO2
    bl diberi tekanan O2 arteri lebih dari normal  rangsangan nafas  hipoventilasi
  - Atelektasis.
  - Toksisitas paru
       Konsentrasi O2 jangka lama  merusak paru
       Konsentrasi O2 lebih (50-60%) jangka lama  bahaya toksik
               metabolit2 O2 sangat reaktif (radikal bebas)
               - superoksida
               - ion hidroksil yg diaktivasi
               bereaksi dgn: DNA sel, protein sulfahidril, lipid
       dicegah dgn: antioksidan
  - Fibroplasia retrolental
  - Bahaya fisik  membantu kebakaran

                                          49
www.doktermudaliar.wordpress.com                         Menguak Misteri Kamar Bius


                 RESUSITASI JANTUNG PARU
Sebab Henti nafas
 7. sumbatan jalan nafas
   - benda asing
   - aspirasi
   - lidah jatuh ke belakang
   - pipa endotrakeal terlipat
   - kanul trakeal tersumbat
   - kelainan akut glottis dan sekitarnya
 2. depresi pernafasan
   a. sentral
   - obat
   - intoksikasi
   - pCO2 tinggi
   - pO2 rendah
   - setelah henti jantung
   - tumor otak
   - tenggelam

   b. perifer
   - obat pelumpuh otot
   - miastenia gravis
   - poliomielitis

 Sebab Henti Jantung
 1. Cardiovaskular (peny jantung iskemik, IMA, emboli paru, fibrosis system konduksi)
 2. Kekurangan oksigen akut (henti nafas, benda asing, sumbatan karena sekresi)
 3. Kelebihan dosis obat (digitalis, adrenalin)
 4. gangguan asam-basa / elektrolit (K meningkat atau menurun, Mg meningkat, Ca
 meningkat, asidosis)
 5. Kecelakaan (syok listrik, tenggelam)
 6. refleks vagal
 7. anestesi dan pembedahan
 8. terapi dan tindakan diagnostic medis
 9. syok

 Henti jantung dapat disertai fenomena listrik
          8.     fibrilasi ventricular
          9.     takikardi ventrikel
          10.    asistol ventrikel




                                            50
www.doktermudaliar.wordpress.com                              Menguak Misteri Kamar Bius


CARDIAC ARREST
Tanda:
       1.   kesadaran hilang (dalam 15 detik setelah henti jantung)
       2.   tidak teraba denyut nadi/ arteri besar (femoralis & carotis pada
            dewasa, brachialis pada bayi)
       3.   henti nafas/megap-megap
       4.   terlihat seperti mati
       5.   warna kulit pucat – kelabu
       6.   pupil dilatasi (setelah 45 detik)

Sindroma Adam Stokes
Keadaan yang disebabkan oleh blok AV jantung derajat tinggi secara episodik ditandai
oleh bradikardi atau asistol yagn mengakibatkan serangan tidak sadar diri yang mendadak
dengan/tanpa disertai kejang
Tindakan  sirkulasi buatan  pijat jantung luar

Indikasi RJP : Henti nafas dan atau henti sirkulasi.
Kontra indikasi :
          • Henti jantung telah berlangsung lama (lebih dari 15 menit
             (seperti pada kasus tenggelam ).
          • Pada penyakit terminal yang tak bisa diobati seperti pada kasus keganasan/
             kanker stadium akhir.
          • Diragukan keefektifannya pada trauma berat dada, kelainan patologis
             jantung seperti infark miokard luas, tamponade jantung, trauma toraks
             internal, emboli udara/ paru masif, pneumotoraks bilateral/tension.

Langkah-Langkah

   AIRWAY
          1. Menilai jalan nafas
             Look:
                     o Gerak dada & perut
                     o Tanda distres nafas
                     o Warna mukosa, kulit
                     o Kesadaran
             Listen  Gerak udara nafas dengan telinga
             Feel  Gerak udara nafas dengan pipi
             Penyebab sumbatan jalan nafas
                 Paling sering : dasar lidah, palatum mole, darah, benda asing, spasme
                 laring.
                 Penyebab lain : spasme bronkus, sembab mukosa, sekret, aspirasi.

              Tanda sumbatan / obstruksi
          –   mendengkur : pangkal lidah (snoring)
          –   suara berkumur : cairan (gargling)
          –   stridor : kejang / edema pita suara (crowing)


                                           51
www.doktermudaliar.wordpress.com                           Menguak Misteri Kamar Bius

          Tanda lebih lanjut
          – gelisah (karena hipoksia)
          – gerak otot nafas tambahan
          – (tracheal tug, retraksi sela iga)
          – gerak dada & perut paradoksal
          – sianosis (tanda lambat)
          Macam Sumbatan
                 Total.
                      Segera koreksi  5 – 10 menit terjadi asfiksi  henti nafas 
                          henti jantung.
                 Parsial.
                      Harus tetap dikoreksi.
                      Kerusakan otak, sembab otak, sembab paru, henti nafas, henti
                          jantung sekunder.

          2. Bersihkan jalan nafas
                      Bila curiga ada sumbatan, mulut harus dibuka paksa.
                      Gerak jari menyilang
                      Gerak jari dibelakang gigi
                      Gerak angkat mandibula lidah
          1. Jaga tulang leher (baring datar, wajah ke depan, leher posisi netral)
          2. Membebaskan jalan nafas
                     - Head tilt (hati-hati pasien trauma)
                     - Chin lift (hati-hati pasien trauma)
                     - jaw-thrust
          3. Bersihkan cairan  suction
          4. pasang oro/ naso-pharyngeal tube
          5. pertimbangkan intubasi


   BREATHING
          o berikan 2 nafas yang berhasil dada terangkat @ 500-600 ml (maksimal
            1000 ml)
          o beri sela ekshalasi
          o beri oksigen 100% lebih dini

   CIRCULATION
           o Lakukan raba nadi carotis
       Dua atau satu penolong (tidak dibedakan lagi)
           o 30 pijat - 2 nafas
       Jika trachea sudah intubasi
           o tak usah sinkronisasi
           o pijat 100x/ menit + nafas 12 / menit




                                           52
www.doktermudaliar.wordpress.com                         Menguak Misteri Kamar Bius



   DEFIBRILLATION
          o DC shock sedini mungkin (sebelum 5-10 menit)
          o 360 Joules
            Jika defibrillation diberikan sebelum 5 menit,
            > 50% kemungkinan jantung berdenyut kembali

RJP berhasil
  • Lanjutkan oksigenasi, kalau perlu nafas buatan
  • Hipotensi diatasi dengan inotropik dan obat vaso-aktif (adrenalin, dopamin,
      dobutamin, ephedrin)
  • Tetap di infus untuk jalan obat cepat
  • Terapi aritmia
  • Koreksi elektrolit, cairan dsb
  • Awasi di ICU
  • awas: cardiac arrest sering terulang lagi

ECG dalam cardiac arrest ada 3 pola
(pada semuanya, nadi carotis tidak ada)
   • VF / VT pulseless = ada gelombang khas
          – shockable, harus segera DC-shock
          – (ada VT yang nadi carotis (+)  tak perlu DC-shock)
   • Asystole = tak ada gelombang (ECG flat)
          – UN-shockable
   • PEA = EMD = ada gelombang mirip ECG normal
          – UN-shockable

Bila Cardiac Arrest membandel, kemungkinan:
                 1. Hipoksia
                 2. Hipovolemia
                 3. Hiperkalemia
                 4. Hipotermia
                 5. Tamponade jantung
                 6. Tension pneumothorax
                 7. Thromboemboli paru
                 8. Toxic overdose
                 9. Beta-blocker, Ca-blocker
                 10. Digitalis, Tricyclic AD
                 11. Massive MI
                 12. Asidosis




                                         53
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul
Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler  - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul

More Related Content

Viewers also liked

Bedah kuret anggi
Bedah kuret anggiBedah kuret anggi
Bedah kuret anggianggi123456
 
Membaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan Sistematis
Membaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan SistematisMembaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan Sistematis
Membaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan SistematisRobertus Arian Datusanantyo
 
KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLITKONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLITSulistia Rini
 
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan ElektrolitAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolitpjj_kemenkes
 
Informed Choice dan Informed Consent
Informed Choice dan Informed Consent Informed Choice dan Informed Consent
Informed Choice dan Informed Consent pjj_kemenkes
 
Balans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitBalans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitAzis Aimaduddin
 
12 Lead EKG Interpretation
12  Lead  EKG  Interpretation12  Lead  EKG  Interpretation
12 Lead EKG Interpretationpbkt589
 
51266556 ok
51266556 ok51266556 ok
51266556 okfenizul
 
Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitsasmiyanto
 
Presentasi ekg rs agung
Presentasi ekg rs agungPresentasi ekg rs agung
Presentasi ekg rs agungfonda_foo
 

Viewers also liked (17)

Bedah kuret anggi
Bedah kuret anggiBedah kuret anggi
Bedah kuret anggi
 
Laporan anestesi lokal
Laporan anestesi lokalLaporan anestesi lokal
Laporan anestesi lokal
 
Belibis a17 demam_tifoid
Belibis a17 demam_tifoidBelibis a17 demam_tifoid
Belibis a17 demam_tifoid
 
Askep febris AKPER PEMDA MUNA
Askep febris AKPER PEMDA MUNA Askep febris AKPER PEMDA MUNA
Askep febris AKPER PEMDA MUNA
 
Membaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan Sistematis
Membaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan SistematisMembaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan Sistematis
Membaca Elektrokardiografi dengan Mudah dan Sistematis
 
KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLITKONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
KONSEP KEBUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
 
Pengenalan ekg dasar
Pengenalan ekg dasarPengenalan ekg dasar
Pengenalan ekg dasar
 
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan ElektrolitAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
 
Informed Choice dan Informed Consent
Informed Choice dan Informed Consent Informed Choice dan Informed Consent
Informed Choice dan Informed Consent
 
Contoh informed choise
Contoh informed choiseContoh informed choise
Contoh informed choise
 
Balans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitBalans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolit
 
12 Lead EKG Interpretation
12  Lead  EKG  Interpretation12  Lead  EKG  Interpretation
12 Lead EKG Interpretation
 
51266556 ok
51266556 ok51266556 ok
51266556 ok
 
Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit
 
Contoh Format lembaran rm
Contoh Format lembaran rmContoh Format lembaran rm
Contoh Format lembaran rm
 
Buku pedoman rekam medis
Buku pedoman rekam medisBuku pedoman rekam medis
Buku pedoman rekam medis
 
Presentasi ekg rs agung
Presentasi ekg rs agungPresentasi ekg rs agung
Presentasi ekg rs agung
 

Similar to Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul

Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutPresentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutTenri Ashari Wanahari
 
Obat Emergensi dan Anestesi.pptx
Obat Emergensi dan Anestesi.pptxObat Emergensi dan Anestesi.pptx
Obat Emergensi dan Anestesi.pptxssuser11fe02
 
First Aid Training
First Aid TrainingFirst Aid Training
First Aid TrainingFurqan Pakot
 
Case report sa pd decom n sirosis
Case report sa pd decom n sirosisCase report sa pd decom n sirosis
Case report sa pd decom n sirosisSydney Sitohang
 
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptxPresentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptxSofia Yanti Sari
 
ASKEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A DENGAN KASUSPTIK (1).pptx
ASKEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A DENGAN KASUSPTIK (1).pptxASKEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A DENGAN KASUSPTIK (1).pptx
ASKEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A DENGAN KASUSPTIK (1).pptxicursudbogor
 
Notaringkasp 131026205220-phpapp02
Notaringkasp 131026205220-phpapp02Notaringkasp 131026205220-phpapp02
Notaringkasp 131026205220-phpapp02leena leena
 
Keterampilan general examination (general survey, vital sign, kepala, leher, ...
Keterampilan general examination (general survey, vital sign, kepala, leher, ...Keterampilan general examination (general survey, vital sign, kepala, leher, ...
Keterampilan general examination (general survey, vital sign, kepala, leher, ...cokordawahyu
 
scribfree.com_head-to-toe.pptx
scribfree.com_head-to-toe.pptxscribfree.com_head-to-toe.pptx
scribfree.com_head-to-toe.pptxmarwanfebrian2
 
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAHDIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAHFransiska Oktafiani
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalWarnet Raha
 
vdocuments.site_anestesi-umumppt.ppt
vdocuments.site_anestesi-umumppt.pptvdocuments.site_anestesi-umumppt.ppt
vdocuments.site_anestesi-umumppt.pptShakthyPillai1
 

Similar to Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul (20)

Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutPresentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detal
 
Askep Cedera kepala
Askep Cedera kepalaAskep Cedera kepala
Askep Cedera kepala
 
Obat Emergensi dan Anestesi.pptx
Obat Emergensi dan Anestesi.pptxObat Emergensi dan Anestesi.pptx
Obat Emergensi dan Anestesi.pptx
 
First Aid Training
First Aid TrainingFirst Aid Training
First Aid Training
 
Case report sa pd decom n sirosis
Case report sa pd decom n sirosisCase report sa pd decom n sirosis
Case report sa pd decom n sirosis
 
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptxPresentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
 
ASKEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A DENGAN KASUSPTIK (1).pptx
ASKEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A DENGAN KASUSPTIK (1).pptxASKEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A DENGAN KASUSPTIK (1).pptx
ASKEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A DENGAN KASUSPTIK (1).pptx
 
1.anastesiologi.
1.anastesiologi.1.anastesiologi.
1.anastesiologi.
 
Notaringkasp 131026205220-phpapp02
Notaringkasp 131026205220-phpapp02Notaringkasp 131026205220-phpapp02
Notaringkasp 131026205220-phpapp02
 
Laparotomi
LaparotomiLaparotomi
Laparotomi
 
Keterampilan general examination (general survey, vital sign, kepala, leher, ...
Keterampilan general examination (general survey, vital sign, kepala, leher, ...Keterampilan general examination (general survey, vital sign, kepala, leher, ...
Keterampilan general examination (general survey, vital sign, kepala, leher, ...
 
Case ga
Case gaCase ga
Case ga
 
scribfree.com_head-to-toe.pptx
scribfree.com_head-to-toe.pptxscribfree.com_head-to-toe.pptx
scribfree.com_head-to-toe.pptx
 
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAHDIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
 
Anesthesia-msn
 Anesthesia-msn Anesthesia-msn
Anesthesia-msn
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detal
 
Bhd&rjp.04
Bhd&rjp.04Bhd&rjp.04
Bhd&rjp.04
 
Bfa utama
Bfa utamaBfa utama
Bfa utama
 
vdocuments.site_anestesi-umumppt.ppt
vdocuments.site_anestesi-umumppt.pptvdocuments.site_anestesi-umumppt.ppt
vdocuments.site_anestesi-umumppt.ppt
 

Terima kasih atas penjelasannya. Berikut beberapa poin penting yang perlu dipersiapkan dalam pre-anestesi:- Riwayat medis pasien seperti penyakit sistemik, alergi obat, operasi/anestesi sebelumnya- Pemeriksaan fisik secara lengkap terutama sistem pernapasan dan kardiovaskuler - Status gizi dan puasa pasien- Penentuan status ASA pasien- Perkiraan risiko dan komplikasi yang mungkin timbul

  • 1. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius 0
  • 2. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius “Anestesi adalah seni” Layaknya sebuah penerbangan, dokter anestesi adalah pilotnya. Keselamatan penerbangan berada di tangannya. Dan… Layaknya dalam penerbangan saat-saat paling berbahaya Adalah saat take off (induksi) dan landing (akhir anestesi) Jazakallah ila: Dr. Retna Utami, SpAn – dr Okky Susianto, Sp.An – dr Iwan, Sp.An Tim Penata Anestesi Pamuji – H Muslim – Junaidi – Ahmad Faisal – Ahmad Junaidi – Hamdani – Sardjito Saipul Rahman – Sopian Hadi – Isnaini Fitri – Azis Muslim – Nelly Senior Kelompok XVII H Sejawat Anggota Kelompok XVII I HM Rizal – Miranty – Mei Vita Ariyani – Rahma Yunizar – Ridzqie DB – Septia SR PERINGATAN KERAS!! Seluruh materi dalam buku ini tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Siapa juga nyuruh membaca buku ini….. 1
  • 3. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius DAFTAR ISI Bagaimana menyiapkan anestesi? 3 Follow up anestesi 5 Persiapan pre anestesi 6 Premedikasi 9 Prognosis ASA 11 Teori-teori anestesi 12 Stadium anestesi 13 Urutan pelaksanaan anestesi umum 15 Monitoring anestesi 16 Obat-obatan anestesi 17 Pasca-anestesi 24 Pengelolaan di RR 26 Komplikasi anestesi 27 Anestesi lokal/ regional 29 Terapi cairan 33 Transfusi 42 Terapi oksigen 47 Resusitasi jantung paru 49 Intubasi dan ekstubasi 53 Aspirasi 57 Shock 60 Anestesi pada manula 63 Anestesi pada pediatri 64 Anestesi pada sectio caesarea 67 Anestesi pada bedah darurat 69 2
  • 4. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius BAGAIMANA MENYIAPKAN ANESTESI? Alat Anestesi Umum yang perlu disiapkan - Masker (sesuaikan dengan ukuran wajah pasien) - Laringoskop (terdiri atas holder dan blade. Pilih blade yang nomor 3 untuk pasien dewasa dengan ukuran sedang… bila lebih besar pakai ukuran 4, untuk anak gunakan ukuran nomor 2. Jangan lupa untuk mencek lampunya apakah nyalanya cukup terang) - Endotracheal 3 ukuran (biasanya kita menyiapkan nomor 6, 6.5, 7) Untuk anak dengan BB di bawah 20 kg, ukuran ET digunakan rumus sebagai berikut: (umur +2)/2. misal hasilnya adalah 5  maka siapkan ukuran 4.5, 5, dan 5.5 Jangan lupa mencek ET dengan memompanya - Cuff (gunanya untuk memompa ET agar posisinya terfiksir) - Goedel 3 ukuran (3=hijau, 4 =kuning, 5=merah) - Hoarness dan Ring Hoarness (untuk memfiksir masker di wajah) - Stilet (kawat guide saluran nafas) - Jackson Rees (system pemompaan digunakan untuk pasien anak-anak) - Jelly - Precordial - Kapas alkohol - Plester - Xilocain pump - Naso (buat di hidung. Tidak selalu digunakan.. hanya pada keadaan tertentu) Sedangkan untuk Anestesi Spinal siapkan tambahan: - Spinocain (ada 3 ukuran. Siapkan nomor 25, 27, 29) - Spray alcohol - Betadin - Kassa steril - Bantal - Spuit 5 cc Obat-Obatan Anestesi Umum: (urutkan di atas meja sesuai urutan di bawah) 1. Sulfas Atropin 2. Pethidin 3. Propofol/ Recofol 4. Succinil Cholin 5. Tramus 6. Sulfas Atropin 7. Efedrin Obat untuk Anestesi Spinal: 1. Buvanest atau Bunascan 2. Catapress (kadang dokter tertentu menambahkannya untuk menambah efek buvanest) 3
  • 5. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius Obat-obatan emergency yang harus ada dalam kotak emergency: 1. Atropin 2. Efedrin 3. Ranitidin 4. Ketorolac 5. Metoklorpamid 6. Aminofilin 7. Asam Traneksamat 8. Adrenalin 9. Kalmethason 10. furosemid (harus ada untuk pasien urologi) 11. lidocain 12. gentamicyn salep mata 13. Oxitocyn (untuk pasien obsgyn) 14. Methergin (untuk pasien obsgyn) 15. Adrenalin Administrasi 1. Laporan Anestesi 2. BAKHP Kelengkapan Kamar Operasi yang jadi tanggung jawab kita A. Mesin Anestesi - cek apakah halotan/isofluran dalam keadaan terisi penuh  bila tidak, lakukan pengisian - pasang kabel mesin dan nyalakan - pasang pipa oksigen dan N2O - cek pompa oksigen, apakah dapat terpompa - cek apakah pipa pembuangan gas sudah terpasang dan terbuang di tempat yang tepat hal-hal yang penting diketahui: - aliran oksigen ada dua jalur, jangan sampai salah memilih jalurnya. Ada jalur untuk masker dan ada jalur untuk nasal - pembuangan udara akan melalui sodalime (batu-batu) yang berfungsi mengikat CO2. laporkan bila sodalime sudah berubah warna sangat tua) - monitor mesin penting untuk mengetahui keadaan nafas pasien kita. Minta ajarkan penata bagaimana membacanya. - Alat pengatur respirasi… dari spontan ke kontrol B. Monitor Anestesi Pastikan minimal terpasang tensi dan saturasi C. Suction Cek apakah suction bekerja dengan baik D. Tangan Meja E. Bantal 4
  • 6. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius FOLLOW UP ANESTESI S) KU :………………. Batuk/pilek (…/...) Panas (…..) Haid (wanita) (…..) Gigi goyang/gigi palsu (…/...) Alergi obat/makanan (…/...) Riwayat operasi dengan bius umum sebelumnya (…..) Riwayat HT/DM/Asma (…/.../…) O) TD : N : RR : T : BB : Rh/Wh : Hasil Lab Hb : Leu : Ht : PT/APTT: SGOT/PT: Ureum/Cr: A) P) sesuaikan lembar konsul Dr……… Sp.An/ DM………. Perhatikan ketika anda follow up…. Apakah telah terdapat resep buat anestesinya… Apabila tidak ada…. Cek apakah sudah diserahkan ke depoIV, cara menceknya dengan melihat dari kartu obat pasien… kalau yakin belum… maka jangan ragu untuk meresepkan. Biasanya resepnya adalah seperti ini: R/ IVFD RL No III IVFD NS No III WidaHES No I (dr. Oky .. harus FimaHES) Blood set No I Surflo no18 No I Pronalges suppNo II Inj Tomit No I Inj Ranitidin No I Inj Kalmethason No I Inj Ketorolac No I Spuit 3cc No II Spuit 5 cc No II S i.m.m . (Jangan lupa untuk WidaHES berikan BAKHPnya bila pasien Jamkesmas/ ASKES) 5
  • 7. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius PERSIAPAN PRE ANESTESI Persiapan praanestesi meliputi: 1. Mengumpulkan data 2. Menentukan masalah yang ada pada pasien sesuai data 3. Meramalkan kemungkinan penyulit yang akan terjadi 4. Melakukan persiapan untuk mencegah penyulit yang akan terjadi 5. Menentukan status fisik pasien 6. Menentukan tindakan anestesi Anamnesis - riwayat anestesi dan operasi sebelumnya. - riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler, TB, asma) - pemakaian obat tertentu, seperti antidiabetik, antikoagulan, kortikosteroid, antihipertensi secara teratur. Dua obat terakhir harus diteruskan selama operasi dan anestesi, sedangkan obat yang lain harus dimodifikasi. - riwayat diet (kapan makan atau minum terakhir. jelaskan perlunya puasa sebelum operasi) - kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau obat-obatan) - Riwayat penyakit keluarga Pemeriksaan Fisik berpatokan pada B6: 1. Breath keadaan jalan nafas, bentuk pipi dan dagu, mulut dan gigi, lidah dan tonsil. Apakah jalan nafas mudah tersumbat? Apakah intubasi akan sulit? Apakah pasien ompong atau menggunakan gigi palsu atau mempunyai rahang yang kecil yang akan mempersulit laringoskopi? Apakah ada gangguan membuka mulut atau kekakuan leher? Apakah ada pembengkakan abnormal pada leher yang mendorong saluran nafas bagian atas? Tentukan pula frekuensi nafas, tipe napas apakah cuping hidung, abdominal atau torakal, apakah terdapat nafas dengan bantuan otot pernapasan (retraksi kosta). Nilai pula keberadaan ronki, wheezing, dan suara nafas tambahan (stridor). 2. Blood Tekanan nadi, pengisian nadi, tekanan darah, perfusi perifer. Nilai syok atau perdarahan. Lakukan pemeriksaan jantung 3. Brain GCS. adakah kelumpuhan saraf atau kelainan neurologist. Tanda-tanda TIK 4. Bladder produksi urin. pemeriksaan faal ginjal 5. Bowel Pembesaran hepar. Bsing usus dan peristaltik usus. cairan bebas dalam perut atau massa abdominal? 6. Bone 6
  • 8. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius kaku kuduk atau patah tulang? Periksa bentuk leher dan tubuh. klainan tulang belakang? Pemeriksaan Laboratorium Dan Radiologi a. Pemeriksaan standar yaitu darah rutin (kadar hemoglobin, leukosit, bleeding time, clothing time atau APTT & PPT) b. Pemeriksaan kadar gula darah puasa c. Liver function test d. Renal function test e. Pemeriksaan foto toraks f. Pemeriksaan pelengkap atas indikasi seperti gula darah 2 jam post prandial, pemeriksaan EKG untuk pasien > 40 tahun g. Pada operasi besar dan mungkin bermasalah periksa pula kadar albumin, globulin, elektrolit darah, CT scan, faal paru, dan faal hemostasis. Persiapan Penyulit yang Akan Terjadi Penyakit Kardiovaskular  Resiko serius  Terapi oksigen dan pemantauan EKG harus diteruskan sampai pasca operasi.  Zat anestesi membuat jantung sensitive terhadap kerja katekolamin yang dilepaskan. Selanjutnya dapat terjadi kemunduran hemodinamik dan dapat terjadi aritmia, takikardi ventricular sampai fibrilasi ventricular.  Pada pasien dengan gagal jantung perfusi organ menjadi buruk. Ambilan gas dan uap ihalasi terhalangi.  Pada pasien hipertensi, terapi antihipertensi harus diteruskan sepanjang operasi. Bahaya hipertensi balik dengan resiko gangguan kardiovaskular setelah penghentian obat jauh lebih berat diandingkan dengan resiko karena meneruskan terapi. Penyakit Pernafasan  Penyakit saluran nafas dan paru-paru mempengaruhi oksigenasi, eliminasi karbondioksida, ambilan gas-gas inhalasi dan meningkatkan insidens infeksi pascaoperasi.  Bronkospasme berat yang mengancam jiwa kadang-kadang timbul pada pasien asma atau pecandu nikotin.  Penundaan operasi elektif pada pasien yang menderita infeksi saluran nafas atas karena efek obat sedative dan atropine, dan penurunan respons imunologi yang terjadi karena anestesi umum dapat meningkatkan resiko infeksi dada pascaoperasi Diabetes Mellitus hampir semua obat anestesi bersifat meningkatkan glukosa darah. Penderita diabetes yang tidak stabil seharusnya tidak dianestesi untuk pembedahan elektif, kecuali jika kondisi bedah itu sendiri merupakan penyebab ketidakstabilan tersebut. 7
  • 9. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius Penyakit Hati Metabolisme obat-obatan anestesi akan terganggu akibat adanya gagal hati. Obat-obatan analgesic dan sedative juga menjadi memiliki masa kerja yang panjang karena metabolisme oleh otak juga berubah karena penyakit hati. Anestesi pada pasien ikterus mempunyai dua resiko nyata. Pertama adalah perdarahan akibat kekurangan protrombin. Resiko yang kedua adalah gagal ginjal akibat bilirubin yang berakumulasi pada tubulus renalis Persiapan Sebelum Pembedahan Secara umum, persiapan pembedahan antara lain : 1. Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang NGT. Lama puasa pada orang dewasa kira-kira 6-8 jam, anak-anak 4-6 jam, bayi 2 jam (stop ASI). Pada operasi darurat, pasien tidak puasa, maka dilakukan pemasangan NGT untuk dekompresi lambung. 2. Pengosongan kandung kemih. 2. Informed consent (Surat izin operasi dan anestesi). 3. Pemeriksaan fisik ulang 4. Pelepasan kosmetik, gigi palsu, lensa kontak dan asesori lainnya. 5. Premedikasi secara intramuskular ½ - 1 jam menjelang operasi atau secara intravena jika diberikan beberapa menit sebelum operasi. 8
  • 10. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius PREMEDIKASI Tujuan - pasien tenang, rasa takutnya berkurang - Mengurangi nyeri/sakit saat anestesi dan pembedahan - Mengurangi dosis dan efek samping anestetika - Menambah khasiat anestetika Cara: - intramuskuler (1 jam sebelum anestesi dilakukan) - intravena (5-10 menit sebelum anestesi dilakukan, dosisnya 1/3 – 1/2 dari dosis intramuscular) - oral misalnya, malam hari sebelum anestesi dan operasi dilakukan, pasien diberi obat penenang (diazepam) peroral terlebih dahulu, terutama pasien dengan hipertensi. 1. hilangkan kegelisahan  Tanya jawab 2. ketenangan  sedative 3. ananlgesi  narko analgetik 4. amnesia  hiosin diazepam 5. turunkan sekresi saluran nafas  atropine, hiosisn 6. meningkatkan pH kurangi cairan lambung  antacid 7. cegah reaksi alergi  anihistamin, kortikosteroid 8. cegah refleks vagal  atropine 9. mudahkan induksi  petidin, morfin 10. kurangi kebutuhan dosis anestesi  narkotik hypnosis 11. cegah mual muntah  droperidol, metoklorpamid Penggolongan Obat-Obat Premedikasi 1. Golongan Narkotika - analgetika sangat kuat. - Jenisnya : petidin dan morfin. - Tujuan: mengurangi rasa nyeri saat pembedahan. - Efek samping: mendepresi pusat nafas, mual-muntah, Vasodilatasi pembuluh darah  hipotensi - diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan sifat analgesik rendah, misalnya: halotan, tiopental, propofol. - Pethidin diinjeksikan pelan untuk:  mengurangi kecemasan dan ketegangan  menekan TD dan nafas  merangsang otot polos - Morfin adalah obat pilihan jika rasa nyeri telah ada sebelum pembedahan  mengurangi kecemasan dan ketegangan  menekan TD dan nafas  merangsang otot polos  depresan SSP 9
  • 11. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius  pulih pasca bedah lebih lama  penyempitan bronkus  mual muntah (+) 2. Golongan Sedativa & Transquilizer - Golongan ini berfungsi sebagai obat penenang dan membuat pasien menjadi mengantuk. - Contoh : luminal dan nembufal untuk golongan sedative; diazepam dan DHBF (Dihidrobensferidol) untuk golongan transquilizer. - Efek samping: depresi nafas, depresi sirkulasi. - diberikan apabila pasien memiliki rasa sakit/nyeri sebelum dianestesi, pasien tampak lebih gelisah Barbiturat - menimbulkan sedasi dan menghilangkan kekhawatiran sebelum operasi - depresan lemah nafas dan silkulasi - mual muntah jarang Diazepam - induksi, premedikasi, sedasi - menghilangkan halusinasi karena ketamin - mengendalikan kejang - menguntungkan untuk usia tua - jarang terjadi depresi nafas, batuk, disritmia - premedikasi 1m 10 mg, oral 5-10 mg 3. Golongan Obat Pengering - bertujuan menurunkan sekresi kelenjar saliva, keringat, dan lendir di mulut serta menurunkan efek parasimpatolitik / paravasopagolitik sehingga menurunkan risiko timbulnya refleks vagal. - Contoh: sulfas atropine dan skopolamin. - Efek samping: proses pembuangan panas akan terganggu, terutama pada anak- anak sehingga terjadi febris dan dehidrasi - diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan efek hipersekresi, mis: dietileter atau ketamin 10
  • 12. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius PROGNOSIS ASA - ASA 1 Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain penyakit yang akan dioperasi. - ASA 2 Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang selain penyakit yang akan dioperasi. Misalnya diabetes mellitus yang terkontrol atau hipertensi ringan - ASA 3 Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain penyakit yang akan dioperasi, tetapi belum mengancam jiwa. Misalnya diabetes mellitus yang tak terkontrol, asma bronkial, hipertensi tak terkontrol - ASA 4 Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam jiwa selain penyakit yang akan dioperasi. Misalnya asma bronkial yang berat, koma diabetikum - ASA 5 Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin saja dapat menyelamatkan tapi risiko kematian tetap jauh lebih besar. Misalnya operasi pada pasien koma berat - ASA 6 Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana organnya akan diangkat untuk kemudian diberikan sebagai organ donor bagi yang membutuhkan. Untuk operasi darurat, di belakang angka diberi huruf E (emergency) atau D (darurat), mis: operasi apendiks diberi kode ASA 1.E 11
  • 13. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius TEORI-TEORI ANESTESI 1. Teori Koloid Obat anestesi  penggumpalan sel koloid  anestesi yang reversibel Bukti : eter, halotan  hambat gerak dan aliran protoplasma pada amoeba (terjadi penggumpalan protoplasma) 2. Teori Lipid - Ada hubungan kelarutan zat anestesi dalam lemak dan timbulnya anestesi. - Kelarutan   anestesi makin kuat - Daya larut makin cepat, anestesi juga cepat - Bila obesitas, anestesi juga susah krn lemak tidak memiliki PD 3. Teori Adsorbsi dan tegangan permukaan Hubungan potensi zat anestesi dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan  proses metabolisme dan transmisi neural terganggu menyebabkan anestesi. 4. Teori biokimia Secara in vitro zat anestesi menghambat pengambilan O2 di otak (fosforilasi oksidatif). 5. Teori Neurofisiologi Terjadi penurunan transmisi sinaps di ganglion cervicalis superior dan menghambat fungsi formatio reticularis ascenden yang berfungsi mempertahankan kesadaran. 6. Teori Fisika Anestesi terjadi oleh karena molekul yang inert (bergerak) dari zat anestesi akan menempati ruang di dalam sel yang tidak mengandung air sehingga menyebabkan gangguan permeabilitas membran terhadap molekul dan ion oleh karena terbentuk mikrokristal di SSP. TRIAS ANESTESI :  Analgesia  Hipnosis  Arefleksia / relaksasi 12
  • 14. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius STADIUM ANESTESI Stadium 1 : Stadium analgesia atau disorientasi - Induksi  kesadaran hilang - Nyeri () o.k bedah kecil - Berakhir : refleks bulu mata hilang Stadium 2 : stadium hipersekresi atau eksitasi atau delirium - Kesadaran (-)/ refleks bulu mata (-) ----- ventilasi teratur - Terjadi depresi pada ganglia basalis  rx berlebihan bila ada rangasang (hidung, cahaya, nyeri, rasa, raba) Stadium 3 : Disebut Stadium Pembedahan; ventilasi teratur ---- apneu, terbagi 4 plana : Plana 1:- Ventilasi teratur : torako abdominal - Pupil terfiksasi, miosis - Refleks cahaya (+) - Lakrimasi  - Refleks faring dan muntah (-) - Tonus otot mulai  Plana 2 :- Ventilasi teratur : abdominaltorakal - Volume tidal  - Frekuensi nafas  - Pupil : terfiksasi ditengah, midriasis - Refleks cahaya  - Refleks kornea (-) Plana 3 :- Ventilasi teratur : abdominal dgn kelumpuhan saraf interkostal - Lakrimasi (-) - Pupil melebar dan sentral - Refleks laring dan peritoneum (-) - Tonus otot  Plana 4 : - Ventilasi tidak teratur dan tidak adequat ok otot diafragma lumpuh ( tonus otot tidak sesuai volume tidal) - Tonus otot  - Pupil midriasis - Refleks sfingter ani dan kelenjar lakrimalis (-) Stadium 4 : Stadium paralisis - Disebut juga stadium kelebihan obat. - Terjadi henti nafas sampai henti jantung 13
  • 15. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius Ventilasi normal : - Wanita dewasa : dominan abdomen (diafragma) - Pria dewasa : dominan torakal Pupil Pada pupil yang diperhatikan : - gerak - fixasi posisi pupil  Stadium I : tidak melebar karena psikosensorik dan pengaruh emosi  Stadium II : pupil midriasis karena rangsang simpatik pada otot dilatator  Stadium III : pupil mulai midriasis lagi karena pelepasan adrenalin pada anestesi dengan eter atau siklopropan tapi tidak terjadi pada halotan dan IV Stadium pembedahan : pupil terfiksasi ditengah dan ventilasi teratur Anestesi dalam (kelebihan dosis) : - Pupil dilatasi maksimal ok paralisis N.kranialis III - Ventilasi perut dan dangkal Sebab lain pupil midriasis : 1. Saat induksi : o.k sudah setengah sadar (sub concious fear) 2. Premedikasi atropin tanda opiat 3. Hipoksia 4. Syok dan perdarahan Refleks bulu mata N : sentuhan  berkedip (kontraksi) (-) : akhir stadium I, awal stadium II Refleks kelopak mata N : tarik kelopak mata  ada tarikan (kontraksi) (-) : awal stadium III Refleks cahaya : N : Pupil miosis (-) : Stadium 3 plana 3 14
  • 16. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius URUTAN PELAKSANAAN ANESTESI UMUM Berikut merupakan langkah pelaksanaan anestesi umum yang biasa dilakukan oleh DM untuk kasus: 1. Setelah pasien dibaringkan di atas meja operasi. Pasang tensi, saturasi, precordial. Nyalakan monitor. Nyalakan mesin anestesi. Atur kecepatan infuse. 2. Tunggu instruksi. Setelah lapor ke konsulen, dan operator sudah siap. Berarti anestesi sudah boleh dilakukan. 3. Minta pasien untuk berdoa 4. Suntikkan pre medikasi: SA 0,25 mg dan Pethidin 30-50 mg 5. Suntikkan Recofol 100 mg. 6. Tunggu sampai refleks bulu mata hilang. 7. Bila refleks bulu mata telah hilang pasang masker dengan posisi benar. (Jaw thrust, chin lift, tekan masker dengan ibu jari dan telunjuk) 8. Naikkan oksigen sampai 6-10 l 9. kurangi oksigen sampai 3 l. naikkan N2O menjadi 3l. buka isofluran/halotan 10. Tetap berada dalam posisi seperti itu. Sambil kadang-kadang lakukan pemompaan bila diperlukan. Perhatikan infus, nadi, tensi, saturasi, pompa atau monitor mesin. Sesekali raba nadi pasien. 11. Bila diperlukan pasien rileks maka berikan Succinil cholin atau tramus tergantung dosis yang diperlukan. 12. Selanjutnya tinggal seni anestesinya. Kalau tensi naik dan turun, kalau nadi naik atau turun, kalau nafas kurang spontan, lambat atau cepat. Yang kita lakukan bisa perdalam atau kurangi obat anestesi, tambah obat tertentu, atur cairan, atur posisi pasien dan lain-lain. 13. Bila operasi sudah hampir selesai kurangi dosis perlahan sampai kemudian tinggal oksigen saja. 14. Operasi selesai… bawa pasien ke RR. Dan tunggu sampai pasien bangun. 15
  • 17. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius MONITORING ANESTESI 1. Kedalaman anestesi 2. Kardiovaskuler : - Tekanan darah (invasif atau non invasif) - EKG - CVP 3. Ventilasi respirasi : - Stetoskop - Pulse oksimetri  saturasi - Capnometer - Analisa gas darah 4. Suhu : tidak boleh febris ok obat anstesi menyebabkan febris - Malignant /hyperthermia : naiknya suhu tubuh sangat cepat - Axilla, rectal, osefagus, nasofaring 5. Produksi urin : ½ - 1 cc/kg BB/j 6. Terapi Cairan : Puasa, maintenance, cairan pengganti perdarahan bila diperlukan; > 20% perdarahan diberi transfusi “whole blood”. 7. Sirkuit anestesi Digunakan kapnometer untuk mengukur O2 dalam darah O2----mesin anestesi  corugated-corugated  masker/ ET  Pasien 16
  • 18. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius OBAT-OBATAN ANESTESI DOSIS OBAT-OBATAN (Yang dicantumkan disini hanya yang biasa di RS Ulin) Obat Dalam Jumlah di pengenceran Dalam Dosis 1 cc sediaan sediaan spuit (mg/kgBB) spuit = Pethidin ampul 100mg/2cc 2cc + 10 cc 0,5-1 10 mg aquadest 8cc Fentanyl 0,05 mg/cc 0,05mg Recofol ampul 200mg/ 10cc + 10 cc 2-2,5 10 mg (Propofol) 20cc lidocain 1 ampul Ketamin vial 100mg/cc 1cc + 10 cc 1-2 10 mg aquadest 9cc Succinilcholin vial 200mg/ Tanpa 5 cc 1-2 20 mg 10cc pengenceran Atrakurium ampul 10mg/cc Tanpa 5 cc Intubasi: 0,5- 10 mg Besilat pengenceran 0,6, (Tramus/ relaksasi: Tracrium) 0,08, maintenance: 0,1-0,2 Efedrin HCl ampul 50mg/cc 1cc + 10 cc 0,2 5 mg aquadest 9cc Sulfas Atropin ampul 0,25mg/cc Tanpa 3 cc 0,005 0,25 mg pengenceran Ondansentron ampul 4mg/2cc Tanpa 3 cc 8 mg 2 mg HCl (Narfoz) pengenceran (dewasa) 5 mg (anak) Aminofilin ampul 24mg/cc Tanpa 10 cc 5 24 mg pengenceran Dexamethason ampul 5 mg/cc Tanpa 1 5 mg pengenceran Adrenalin ampul 1 mg/cc 0,25-0,3 Neostigmin ampul 0,5mg/cc Tanpa Masukkan 2 0,5 mg (prostigmin) pengenceran ampul prostigmin + 1 ampul SA Midazolam ampul 5mg/5cc Tanpa 0,07-0,1 1 mg (Sedacum) pengenceran Ketorolac ampul 60 mg/2cc Tanpa 30 mg pengenceran Difenhidramin ampul 5mg/cc Tanpa 5 mg HCl pengenceran 17
  • 19. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius Onset dan Durasi yang penting OBAT ONSET DURASI Succinil Cholin 1-2 mnt 3-5 mnt Tracrium (tramus) 2-3 mnt 15-35 mnt Sulfas Atropin 1-2 mnt Ketamin 30 dtk 15-20 mnt Pethidin 10-15 mnt 90-120 mnt Pentotal 30 dtk 4-7 mnt Keterangan A. Obat Induksi intravena 1. Ketamin/ketalar - efek analgesia kuat sekali. Terutama utk nyeri somatik, tp tidak utk nyeri visceral - Efek hipnotik kurang - Efek relaksasi tidak ada - Refleks pharynx & larynx masih ckp baik  batuk saat anestesi  refleks vagal - disosiasi  mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan waktu, halusinasi, gaduh gelisah, tidak terkendali. Saat pdrt mulai sadar dpt timbul eksitasi - Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek ini dapat diperkecil dengan pemberian thiopental sebelumnya) - TD sistolik diastolic naik 20-25%, denyut jantung akan meningkat. (akibat peningkatan aktivitas saraf simpatis dan depresi baroreseptor). Cegah dengan premedikasi opiat, hiosin. - dilatasi bronkus. Antagonis efek konstriksi bronchus oleh histamine. Baik untuk penderita-penderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkus pada anesthesia umum yang masih ringan. - Dosis berlebihan scr iv  depresi napas - Pd anak dpt timbulkan kejang, nistagmus - Meningkatkan kdr glukosa darah + 15% - Pulih sadar kira-kira tercapai antara 10-15 menit - Metabolisme di liver (hidrolisa & alkilasi), diekskresi metabolitnya utuh melalui urin - Ketamin bekerja pd daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain bekerja pd pusat retikular otak Indikasi:  Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missal pada koreksi jaringan sikatrik pada daerah leher, disini untuk melakukan intubasi kadang sukar.  Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf/radiologi (arteriograf).  Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy)  Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi vital. Dapat dipakai untuk induksi pada pasien syok.  Untuk tindakan operasi kecil.  Di tempat dimana alat-alat anestesi tidak ada.  Pasien asma 18
  • 20. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius Kontra Indikasi  hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg  riwayat Cerebro Vascular Disease (CVD)  Dekompensasi kordis Harus hati-hati pada :  Riwayat kelainan jiwa  Operasi-operasi daerah faring karena refleks masih baik 2. Propofol (diprifan, rekofol)  Bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih spt susu dgn bhn pelarut tdd minyak kedelai & postasida telur yg dimurnikan.  Kdg terasa nyeri pd penyuntikan  dicampur lidokain 2% +0,5cc dlm 10cc propolol  jarang pada anak karena sakit & iritasi pd saat pemberian  Analgetik tdk kuat  Dpt dipakai sbg obat induksi & obat maintenance  Obat setelah diberikan  didistribusi dgn cepat ke seluruh tubuh.  Metabolisme di liver & metabolit tdk aktif dikeluarkan lwt ginjal.  Saat dipakai utk induksi juga dapat tjd hipotensi karena vasodilatasi & apnea sejenak Efek Samping  bradikardi.  nausea, sakit kepala pada penderita yg mulai sadar.  Ekstasi, nyeri lokal pd daerah suntikan  Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung & pernapasan  Sebaiknya obat ini tidak diberikan pd penderita dengan ggn jalan napas, ginjal, liver, syok hipovolemik. 3. Thiopental  Ultra short acting barbiturat  Dipakai sejak lama (1934)  Tidak larut dlm air, tp dlm bentuk natrium (sodium thiopental) mudah larut dlm air 4. Pentotal  Zat dr sodium thiopental. Btk bubuk kuning dlm amp 0,5 gr(biru), 1 gr(merah) & 5 gr. Dipakai dilarutkan dgn aquades  Lrt pentotal bersifat alkalis, ph 10,8  Lrt tdk begitu stabil, hanya bs dismp 1-2 hr (dlm kulkas lebih lama, efek menurun)  Pemakaian dibuat lrt 2,5%-5%, tp dipakai 2,5% u/ menghindari overdosis, komplikasi > kecil, hitungan pemberian lebih mudah  Obat mengalir dlm aliran darah (aliran ke otak ↑)  efek sedasi&hipnosis cepat tjd, tp sifat analgesik sangat kurang  TIK ↓  Mendepresi pusat pernapasan  Membuat saluran napas lebih sensitif thd rangsangan 19
  • 21. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius  depresi kontraksi denyut jantung, vasodilatasi pembuluh darah  hipotensi. Dpt menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal  tak berefek pd kontraksi uterus, dpt melewati barier plasenta  Dpt melewati ASI  menyebabkan relaksasi otot ringan  reaksi. anafilaktik syok  gula darah sedikit meningkat.  Metabolisme di hepar  cepat tidur, waktu tidur relatif pendek  Dosis iv: 3-5 mg/kgBB Kontraindikasi  syok berat  Anemia berat  Asma bronkiale  menyebabkan konstriksi bronkus  Obstruksi sal napas atas  Penyakit jantung & liver  kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal) B. Obat Anestetik inhalasi 1. Halothan/fluothan  Tidak berwarna, mudah menguap  Tidak mudah terbakar/meledak  Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya Efek:  Tidak merangsang traktus respiratorius  Depresi nafas  stadium analgetik  Menghambat salivasi  Nadi cepat, ekskresi airmata  Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup  Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus  Depresi otot jantung  aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin)  Depresi otot polos pembuluh darah  vasodilatasi  hipotensi  Vasodilatasi pembuluh darah otak  Sensitisasi jantung terhadap katekolamin  Meningkatkan aktivitas vagal  vagal refleks  Pemberian berulang (1-3 bulan)  kerusakan hepar (immune-mediated hepatitis)  Menghambat kontraksi otot rahim  Absorbsi & ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil dimetabolisme tubuh  Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance Keuntungan  cepat tidur  Tidak merangsang saluran napas  Salivasi tidak banyak  Bronkhodilator  obat pilihan untuk asma bronkhiale  Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi)  Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi yang enak 20
  • 22. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius Kerugian  overdosis  Perlu obat tambahan selama anestesi  Hipotensi karena depresi miokard & vasodilatasi  aritmia jantung  Sifat analgetik ringan  Cukup mahal  Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan 2. Nitrogen Oksida (N2O)  gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar dan relatif tidak larut dalam darah. Efek:  Analgesik sangat kuat setara morfin  Hipnotik sangat lemah  Tidak ada sifa relaksasi sama sekali  Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%.  Bila murni N2O = depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP  jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan anestetik lain seperti halotan dan sebagainya. 3. Eter - tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau sangat merangsang - iritasi saluran nafas dan sekresi kelenjar bronkus - margin safety sangat luas - murah - analgesi sangat kuat - sedatif dan relaksasi baik - memenuhi trias anestesi - teknik sederhana 4. Enfluran  isomer isofluran  tidak mudah terbakar, namun berbau.  Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak seperti kejang (pada EEG).  Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih iritatif dibanding halotan. 5. Isofluran  cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu kamar  menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap penyimpanan sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar matahari.  Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai isofluran 21
  • 23. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius 6. Sevofluran  tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga banyak dipilih untuk induksi melalui sungkup wajah pada anak dan orang dewasa.  tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatitis C. Obat Muscle Relaxant  Bekerja pd otot bergaris  terjadi kelumpuhan otot napas & otot-otot mandibula, otot intercostalis, otot-otot abdominalis & relaksasi otot-otot ekstremitas.  Bekerja pertama: kelumpuhan otot mata ekstremitas  mandibula intercostalis abdominal diafragma.  Pd pemberian pastikan penderita dapat diberi napas buatan.  Obat ini membantu pd operasi khusus spt operasi perut agar organ abdominal tdk keluar & terjadi relaksasi  Terbagi dua: Non depolarisasi, dan depolarisasi Depolarisasi Non Depolarisasi Sediaan Suksinilkolin, dekametonium Tubokurarin/kurare, Atrakurium Besilat, vekuronium, matokurin, alkuronium, Pankuronium (Pavulon), galamin, fasadinium, rekuronium, indikasi tindakan relaksasi singkat tindakan relaksasi yg lama. pemasangan pipa pada geriatri, kelainan jantung, endotracheal/spasme laring hati, ginjal yang berat durasi 5-10 mnt 30 mnt – 1 jam fasikulasi + - Obat antagonis - + (antikolinesterase, mis: prostigmin) lewat barier plasenta - (aman pada SC) Efek muskarinik < + (bradikardi, hipersekresi, cardiac arrest) Hiperkalemi + - Pelepasan histamin + Tubokurarin/kurare(+) (hipotensi, Pankuronium (-) hipersekresi asam lambung, spasme bronkhus) Efek samping - Menurunnya atau meningkatnya HR dan BP - Myalgia post op - Meningkat tekanan intragaster, intraokuler dan intrakranial - Malignant hyperthermia - Myoklonus 22
  • 24. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius  Durasi  Ultrashort (5-10 menit): suksinilkolin  Short (10-15 menit) : mivakurium  Medium (15-30 menit) : atrakurium, vecuronium  Long (30-120 menit) : tubokurarin, metokurin , pankuronium, pipekuronium, doksakurium, galamin  Efek terhadap kardiovaskuler  tubokurarin , metokurin , mivakurium dan atrakurium : Hipotensi pelepasan histamin dan (penghambatan ganglion)  pankuronium : menaikkan tekanan darah  suksinilkolin : aritmia jantung Antikolinesterase  antagonis pelumpuh otot non depolarisasi 1. neostigmin metilsulfat (prostigmin) 2. pitidostigmin 3. edrofonium - fungsi: efek nilotinik + muskarinik  bradikardi, hiperperistaltik, hipersekresi, bronkospasme, miosis, kontraksi vesicaurinaria - pemberian dibarengi SA untuk menghindari bradikardi. (2:1) MAC (Minimal Alveolar Concentration)  konsentrasi zat anestesi inhalasi dalam alveoli dimana 50% binatang tidak memberikan respon rangsang sakit Halotan : 0,87% Eter : 1,92% Enfluran : 1,68% Isofluran : 1,15% Sevofluran : 1,8% Obat Darurat Nama Berikan bila Berapa yang diberikan? Efedrin TD menurun >20% dari TD 2 cc spuit awal (biasanya bila TD sistol <90 diberikan) Sulfas atropin Bradikardi (<60) 2 cc spuit Aminofilin bronkokonstriksi 5 mg/kgBB Spuit  24mg/ml Dexamethason Reaksi anafilaksis 1 mg/kgBB Spuit  5 mg/cc Adrenalin Cardiac arrest 0,25 – 0,3 mg/kgBB, 1 mg/cc (teori) Prakteknya  beri sampai aman Succinil cholin Spasme laring 1 mg/kgBB (1cc spuit  23
  • 25. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius PASCA-ANESTESI Perawatan dan monitoring biasanya dilakukan : - Di ruang pulih sadar  pada keadaan tertentu dan khusus, dapat dilakukan di ruang perawatan - Dapat dilakukan dengan peralatan sederhana selama pasien di ruang pulih sadar - Dapat dilakukan dengan cara manual maupun menggunakan peralatan elektronik Tingkat perawatan pasca-anestesi setiap pasien tidak selalu sama, bergantung pada kondisi fisik pasien, teknik anestesi, dan jenis operasi  monitoring lebih ketat pada pasien dengan : 1. Risiko tinggi 2. Kelainan organ 3. Syok yang lama 4. Dehidrasi berat 5. Sepsis 6. Trauma multipel 7. Trauma kapitis 8. Gangguan organ penting, mis: otak Untuk memudahkan perawatan, lakukan monitoring B6 1. Breath (nafas)  sistem respirasi - Pasien belum sadar  evaluasi :  Pola nafas  Tanda-tanda obstruksi  Pernafasan cuping hidung  Frekuensi nafas  Pergerakan rongga dada  simetris/tidak  Suara nafas tambahan  (-) pada obstruksi total  Udara nafas yang keluar dari hidung  Sianosis pada ekstremitas  Auskultasi  wheezing, ronki - Pasien sadar  tanyakan adakah keluhan pernafasan :  (-)  cukup berikan O2  Tanda-tanda obstruksi (+)  terapi sesuai kondisi (aminofilin, kortikosteroid, tindakan triple manuver airway) 1. Blood (darah)  sistem kardiovaskuler  Tekanan darah  Nadi  Perfusi perifer  Status hidrasi (hipotermi – syok)  Kadar Hb 24
  • 26. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius 2. Brain (otak)  sistem SSP - Menilai kesadaran pasien - Dinilai dengan GCS (Glasgow Coma Scale) - Perhatikan gejala kenaikan TIK 3. Bladder (kandung kencing)  sistem urogenitalis - Periksa kualitas, kuantitas, warna, kepekatan urin  mencerminkan kadar elektrolit - Untuk menilai :  Apakah pasien masih dehidrasi  Apakah ada kerusakan ginjal saat operasi  acute renal failure, transfusi hemolisis 4. Bowel (usus)  sistem gastrointestinalis - Periksa :  Dilatasi lambung  Tanda-tanda cairan bebas  Distensi abdomen  Perdarahan lambung postoperasi  Obstruksi  hipoperistaltik, gangguan organ lain, mis: hepar, lien, pankreas  Dilatasi usus halus - Hati-hati!! Pasien operasi mayor sering mengalami kembung  mengganggu pernafasan karena ia bernafas diafragma 5. Bone (tulang)  sistem muskuloskeletal - Periksa :  Tanda-tanda sianosis  Warna kuku  Perdarahan postoperasi  Gangguan neurologis  gerakan ekstremitas Perawatan pasca-operasi disesuaikan dengan beratnya operasi. Untuk pasien postoperasi berat dengan risiko berat, harus dirawat di ruang ICU terlebih dahulu 25
  • 27. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius PENGELOLAAN DI RR ALDRETTE SCORE (dewasa) Pergerakan : gerak bertujuan 2 gerak tak bertujuan 1 tidak bergerak 0 Pernafasan : teratur, batuk, menangis 2 depresi 1 perlu bantuan 0 Warna kulit : merah muda 2 pucat 1 sianosis 0 Tekanan darah : berubah sekitar 20% 2 berubah 20 – 30% 1 berubah > 30% 0 Kesadaran : sadar penuh 2 bereaksi terhadap rangsangan 1 tidak bereaksi 0 Jika jumlah > 8, penderita dapat dipindahkan ke ruangan. STEWARD SCORE (anak) Pergerakan : gerak bertujuan 2 gerak tak bertujuan 1 tidak bergerak 0 Pernafasan : batuk, menangis 2 Pertahankan jalan nafas 1 perlu bantuan 0 Kesadaran : menangis 2 bereaksi terhadap rangsangan 1 tidak bereaksi 0 Jika jumlah > 5, penderita dapat dipindahkan ke ruangan. 26
  • 28. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius KOMPLIKASI ANESTESI I. Kardiovaskular IV. Liver 1. hipotensi 1. hepatitis post anestesi 2. hipertensi 3. aritmia V. Urologi 4. cardiac arrest 1. sulit kencing 5. emboli udara 2. Produksi urin menurun 6. gagal jantung VI. Neurologi II. Respirasi 1. koma 1. obstruksi respirasi (spasme otot 2. konvulsi laring, otot rahang, otot bronkus, 3. trauma saraf perifer karena lidah jatuh) 2. hipoventilasi VII. Oftalmologi 3. apneu 1. abrasi kornea 4. batuk 2. kebutaan 5. takipneu 6. retensi CO2 VIII. lain-lain 7. pneumothoraks 1. menggigil 2. sadar dalam anestesi III. Gastrointestinal 3. malignant hiperpireksia 1. nausea 4. komplikasi intubasi 2. vomiting 5. komplikasi obat-obatan anestesi 3. hiccups 6. komplikasi transfusi darah 4. distensi gastric 7. komplikasi teknik regional/ spinal Penyebab ARITMIA BRADIKARDI ARITMIA TAKIKARDI anestesi  obat (suksametonium, prostigmin,  obat (atropine, galamin, trilene, halotan, lignocain) siklopropan)  refleks bradikardi selama intubasi  hiperkarbia  stadium awal hipoksia  hipoksia  spinal  hipotensi  anestesi GA dangkal pembedahan  traksi mesenterium  infilrasi adrenalin  traksi bola mata  traksi viscera  bedah saraf  operasi bedah saraf dan jantung Kondisi pasien  penyakit jantung bradikardi  tirotoksikosis  obat pre op (digoksin, beta bloker,  demam neostigmin)  hipovolemi  hipotensi  terapi pre  digoxin  TIK meningkat sakit payah Terapi cari kausa, atropine 27
  • 29. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius Penyebab HIPOTENSI HIPERTENSI anestesi  obat (petidin, thiopenton, halotan,  anestesi dangkal eter, muscle relaxan)  ventilasi tidak adekuat  retensi  inhalasi paru bertambah  tekanan CO2  hipoksia, hiperkarbia  TD meningkat meningkat  hipoksia dan hiperkarbia pada  obat ketamin, pavulon stadium lanjut  transfusi darah berlebihan  transfusi darah tidak cocok  malignant hiperpireksia  anestesi spinal atau epidural pembedahan  posisi trandelenberg, lateral  infiltrasi adrenalin  kehilangan darah  traksi viscera  stimulasi visceral  oksitosin, ergometrin  pelepasan tourniquet/calamp  posisi trandelenberg  emboli udara/lemak  clamp pemb darah besar Kondisi pasien  anemia  hipertensi tak terdiagnosa  dehidrasi  dapat MAO inhibitor  penyakit jantung iskemik, gagal  vesica urinaria penuh jantung, aritmia  quadriplegi  sindrom posisi hipotensi  quadriplegi-TD bervariasi  syok septic Terapi  cari kausa  cari kausa  infus cepat cairan IV RL 10  naikkan kepala cc/kgBB  sedasi (petidin, largactil)  naikkan koensentrasi O2  monitoring tanda vital  turunkan dosis obat anestesi jika TD sistol < 80 mmHg (O2 100%)  vasopressor  efedrin HCl  tinggikan kaki pasien untuk kembalikan venous return 28
  • 30. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius ANESTESI LOKAL/ REGIONAL  blokade reversibel konduksi saraf mencegah DEPOLARISASI dengan blokade ion Na+ ke channel Na ( blokade konduksi)  mencegah permeabilitas membran saraf terhadap ion Na+ Penggolongan anestesi lokal: Kokain , Klorprokain, Ester Benzokain, Prokain, Tetrakain Struktur Kimia obat Lidokain, Prilokain, Amide Etidokain, Bupivakain, Mepivakain, Ropivakain Topical Regional iv Blok Saraf Tepi infiltrasi ganglion Blok nerv pleksus Anestesi Lokal Cara Pemberian spinal servikal Blok Saraf Sentral epidural torakal lumbal Short Acting Potensi Sacral/ Obat Medium Acting kaudal Long acting Potensi Obat SHORT act MEDIUM act LONG act Prototipe Prokain Lidokain Bupirokain Gol Ester Amida Amida Onset 2’ 5’ 15’ Durasi 30-45’ 60-90’ 2-4jam Potensi 1 3 15 Toksisitas 1 2 10 Dosis max 12 Mg/KgBB 6 mg/KgBB 2 Mg/KgBB Metabolisme Plasma Liver Liver 29
  • 31. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius Indikasi anestesi lokal : 1. Operasi emergensi 2. Alergi GA 3. Pasien dengan PPOK 4. Tindakan dimana dengan anestesi lokal akan lebih aman Indikasi relatif 1. Pasien tak kooperatif 2. Penyakit neurologi akut 3. Laminectomi luas 4. Scoliosis 5. IHD Komplikasi : a. Lokal 1. Abses 2. Hematom 3. Nekrosis b. Sistemik 1. Intravasasi 2. Hipersensitif 3. Hiperabsorbsi 4. Over dosis Manifestasi Klinik Komplikasi Sistemik a. Urtikaria - anafilaktik syok b. Menggigil c. Mual muntah d. Disartri e. hipotensi & bradikardi pada SSP a. Stimuli  Cortex : kejang, gelisah  Medula : hipertensi, takikardi, hiperventilasi b. Depresi  Cortex : lemah, kesadaran turun  Medula : hipotensi, bradikardi, hipoventilasi Pencegahan : 1. Dosis minimum 2. Hindari daerah hiperemis 3. Infiltrasi 4. Tes sensitivitas Lidokain 5% artinya terdapat lidokain 5 g dalam 100 ml pelarut (atau 50 mg/ml) 30
  • 32. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius ANESTESI SPINAL  memasukkan larutan anestesi lokal kedalam ruang subarakhnoid  paralisis temporer syaraf Lokasi : L2 – S1 Keuntungan teknik anestesi spinal : • biaya relative murah • perdarahan lebih berkurang • mengurangi respon terhadap stress • kontrol nyeri yang lebih  sempurna • menurunkan mortalitas pasca operasi Indikasi a. bedah abdomen bagian bawah, misal: op hernia, apendiksitis b. bedah urologi c. bedah anggota gerak bagian bawah d. bedah obstetri ginekologi e. bedah anorectal & perianal, misal: op hemoroid Kontra indikasi  Absolut 1. kelainan pembekuan darah (koagulopati) 2. infeksi daerah insersi 3. hipovolemia berat 4. penyakit neurologis aktif 5. pasien menolak  relative 2. R. pembedahan utama tulang belakang 3. nyeri punggung 4. aspirin sebelum operasi 5. Heparin preoperasi 6. Pasien tidak kooperatif atau emosi tidak stabil Komplikasi  Akut 1. hipotensi  dikarenakan dilatasi PD max 2. bradikardi  dikarenakan blok terlalu tinggi, berikan SA 3. Hipoventilasi  berikan O2 4. Mual muntah  dikarenakan hipotensi terlalu tajam, berikan epedril 5. total spinal  obat anestesi naik ke atas, berikan GA  Pasca tindakan 1. nyeri tempat suntikan 2. nyeri punggung 3. nyeri kepala 31
  • 33. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius 4. retensi urin  dikarenakan sakral terblok, so pasang kateter Prosedur a. Persiapan 1. sama dengan persiapan general anestesi 2. Persiapan pasien - Informed consent - Pasang monitor  ukur tanda vital - Pre load RL/NS 15 ml/kgBB 3. Alat dan obat - Spinal nedle G 25-29 - Spuit 3 cc/5cc/10cc - Lidokain 5% hiperbarik , Markain heavy - Efedrin, SA - Petidin, katapres, adrenalin - Obat emergency b. Posisi pasien • Pasien duduk pada meja operasi, kaki pada atas kursi & disanggah oleh seorang pembantu, kedua tangan menyilang dada merangkul bantal. Kepala menunduk, dagu menempel dada shg scapula bergeser ke lateral • Pasien yang telah tersedasi • Punggung pd tepi meja, fleksi paha & leher, dagu mendekati leher - Posisi duduk Keuntungan : lebih nyata, processus spinosum lebih mudah diraba, garis tengah lebih teridentifikasi (gemuk) & posisi yang nyaman pada pasien PPOK c. Identifikasi tempat penyuntikan Lumbal : garis Krista iliaka kanan & kiri (Tuffersline) L4 / interspinosus L4-5 d. Insersi jarum spinal 1. Pendekatan Midline 2. Pendekatan paramedian INSTRUKSI POST OPERASI SC SPINAL 1. Bed rest total 24 jam post op dengan bantal tinggi. Boleh miring kanan kiri, tak boleh duduk 2. Ukur TD dan N tiap 15 menit selama 1 jam pertama. Bila TD < 90 beri efedrin 10 mg, bila N<60 beri SA 0,5 mg 3. bila tidak ada mual muntah boleh minum sedikit-sedikit dengan sendok 4. bila nyeri kepala hebat, konsul anestesi 32
  • 34. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius 33
  • 35. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius TERAPI CAIRAN Komposisi Cairan Tubuh Laki-laki Perempuan Bayi Total air tubuh (%) 60 50 75 Intraseluler 40 30 40 Ekstraseluler 20 20 35 - Plasma 4 4 5 - Interstitial 16 16 30 Kompartemen Cairan Tubuh (mEq/L) Plasma Interstitial Interseluler Kation Na 142 114 15 K 4 4 150 Ca 5 2,5 2 Mg 3 1,5 27 Total 154 152 194 Anion Cl 103 114 1 HCO3 27 30 10 HPO4 2 2 100 SO4 1 1 20 Asam Organik 5 5 0 Protein 16 0 63 Total 154 152 194 Kebutuhan Cairan  Kebutuhan air pada orang dewasa setiap harinya adalah 30-35 ml/kgBB/24jam  Kebutuhan ini meningkat sebanyak 10-15 % tiap kenaikan suhu 1° C  Kebutuhan elektrolit Na 1-2 meq/kgBB (100meq/hari atau 5,9 gram)  Kebutuhan elektrolit K 1 meq/kgBB (60meq/hari atau 4,5 gram) Kebutuhan Harian Bayi Dan Anak Berat badan Kebutuhan air (perhari) s/d 10 kg 100 ml/kgBB 11-20 kg 1000 ml + 50 ml/kgBB (untuk tiap kg di atas 10 kg) > 20 kg 1500 ml + 20 ml/kgBB (untuk tiap kg di atas 20 kg) 34
  • 36. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius Keseimbangan Cairan Tubuh Air masuk Air keluar Minuman: 800-1700 ml Urine : 600-1600 ml. Makanan: 500-1000 ml. Tinja : 50-200 ml. Hasil oksidasi: 200-300 ml. Insensible loss : 850-1200 ml Kebutuhan Cairan Meningkat  demam (12% setiap 1o > 37o C)  hiperventilasi  suhu lingkungan meningkat  aktivitas berlebih  kehilangan abnormal seperti diare Kebutuhan Cairan Menurun  hipotermia (12% setiap 1o > 37o C)  kelembaban sangat tinggi  oliguria atau anuria  tidak ada aktivitas  retensi cairan misal pada gagal jantung Masalah yang sering ditemukan pada pre operatif adalah 1. Hipovolemia a. Aktual 1) Perdarahan. 2) Dehidrasi. b. Potensial Puasa. 2. Hipervolemia TERAPI CAIRAN PERI OPERATIF A. Preoperatif  Pasien normohidrasi  pengganti puasa (DP): 2 ml/kgBB/jam puasa  (bedakan dengan kebutuhan cairan per hari (30-35ml/kg/hari))  cairan yang digunakan : kristaloid  pemberian dibagi dalam 3 jam selama anestesi : 50 % dalam 1 jam pertama 25 % dalam 1 jam kedua 25 % dalam 1 jam ketiga B. Durante operasi - Pemeliharaan: 2 ml/kg/jam - Stress operasi: operasi ringan : 4 ml/kgBB/jam operasi sedang : 6 ml/kgBB/jam operasi berat : 8 ml/kgBB/jam 35
  • 37. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius Jenis pembedahan (menurut MK Sykes) a. Pembedahan kecil / ringan - Pembedahan rutin kurang dari 30 menit. - Pemberian anestesi dapat dengan masker. b. Pembedahan sedang. - Pembedahan rutin pada pasien yang sehat. - Pemberian anestesi dengan pipa endotracheal. - Lama operasi kurang dari 3 jam. - Jumlah perdarahan kurang dari 10% EBV c. Pembedahan besar. - Pembedahan yang lebih dari 3 jam. - Perdarahan lebih dari 10% EBV - Pembedahan di daerah saraf pusat, laparatomi, paru dan kardiovaskuler Perdarahan : hitung EBV jika perdarahan 10% EBV berikan kristaloid substitusi dengan perbandingan 1 : 2-4ml cairan 10% kedua berikan koloid 1 : 1 ml cairan > 20 % EBV berikan darah 1 : 1 ml darah Contoh : Pria BB 50 kg  EBV 50 X 70 ml = 3500 ml maka jika perdarahan 800 ml digantikan dengan 10% pertama (350 ml)  kristaloid 700-1400 ml 10% kedua (350 ml)  koloid 350 ml 100 ml  darah 100 ml Pada anak dan bayi Pemeliharaan: 10 kg pertama 4 ml/kgBB/jam 10 kg kedua 2 ml/kgBB/jam Kg selanjutnya 1 ml/kgBB/jam bedakan dengan kebutuhan per hari : Defisit puasa (DP): cairan pemeliharaan x jam puasa Stress operasi : Ringan : 2 ml/kgBB/jam Sedang : 4 ml/kgBB/jam Berat : 6 ml/kgBB/jam C. Pasca operasi Terapi cairan pasca bedah ditujukan untuk : a. Memenuhi kebutuhan air, elektrolit, nutrisi b. Mengganti kehilangan cairan pada masa paska bedah (cairan lambung, febris) 36
  • 38. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius c. Melanjutkan penggantian defisit pre operatif dan durante operatif d. Koreksi gangguan keseimbangan karena terapi cairan Pada penderita pasca operasi nutrisi diberikan bertahap (start low go slow). Penderita pasca operasi yang tidak mendapat nutrisi sama sekali akan kehilangan protein 75-125 gr/hari  Hipoalbuminemia  edema jaringan, infeksi, dehisensi luka operasi, penurunan enzym pencernaan 1. Pasien tidak puasa post operasi. a. Kebutuhan cairan (air) post operasi.  Anak BB 0-10 kg 1000 cc / 24 jam BB 10-20 kg 1000 cc + 50 cc tiap > 1 kg BB > 20 kg 1500 cc + 20 cc tiap > 1 kg  Dewasa 50 cc / kgbb/ 24 jam. b. Kebutuhan elektrolit anak dan dewasa Na+ 2-4 mEq / kgbb + K 1-2 mEq / kgbb c. Kebutuhan kalori basal  Dewasa BB (kg) x 20-30  Anak berdasarkan umur Umur (tahun) Kcal / kgbb / hari <1 80-95 1-3 75-90 4-6 65-75 7-10 55-75 11-18 45-55 2. Pasien tidak puasa post operasi. Pada pasien post op yang tidak puasa, pemberian cairan diberikan berupa cairan maintenance selama di ruang pulih sadar (RR). Apabila keluhan mual, muntah dan bising usus sudah ada maka pasien dicoba untuk minum sedikit-sedikit. Setelah kondisi baik dan cairan peroral adekuat sesuai kebutuhan, maka secara perlahan pemberian cairan maintenance parenteral dikurangi. Apabila sudah cukup cairan hanya diberikan lewat oral saja. Rumus Darrow BB (kg) Cairan (ml) 0-3 95 3-10 105 10-15 85 15-25 65 >25 50 Tetesan infus: Mikro: BBx darrow /96 Makro: BB x darrow/24 37
  • 39. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius Melihat tanda-tanda pada pasien disesuaikan dengan prosentase EBV yang hilang: TANDANYA Tensi systole 120 mmhg 100 mmhg < 90 mmhg < 60-70 mmhg Nadi 80 x/mnt 100 x/mnt > 120 x/mnt > 140 x/mnt Perfusi Hangat Pucat Dingin Basah Estimasi Minimal 600 ml 1200 ml 2100 ml perdarahan Estimasi infus Minimal 1-2 liter 2-4 liter 4-8 liter Melihat tanda klinis dan sesuaikan dengan prosentase defisit. Tanda Ringan Sedang Berat Defisit 3-5 % dari BB 6-8 % dari BB 10 % dari BB Hemodinamik - Tachycardia - Tachycardia - Tachycardia. - Hipotensi ortostatik - Cyanosis. - Nadi lemah - Nadi sulit diraba - Vena kolaps - Akral dingin. Jaringan - Mukosa - Lidah lunak - Atonia, mata lidah kering - Keriput cowong - Turgor kulit - Turgor menurun - Turgor sangat normal menurun Urine - Pekat - Pekat, produksi / - oligouria jumlah menurun SSP Tak ada - Apatis - Sangat menurun / kelainan coma Problem puasa a. Pada keadaan normal kehilangan cairan berupa  Insesible water losses (IWL)  Sensible water losses (SWL) Pada orang dewasa kehilangan  2250 cc yang terdiri atas 1) IWL 700 ml / 24 jam (suhu lingkungan 25 oC kelembaban 50-60 %, suhu badan 36-37 oC). 2) SWL Urine 1 cc / kgbb / jam (24 cc / kg / bb / 24 jam) b. Kebutuhan elektrolit tidak terpenuhi Kebutuhan normal: Na+ 2-4 mEq / kgbb / 24 jam K+ 1-2 eEq / kgbb / 24 jam c. Kebutuhan kalori tidak terpenuhi Kebutuhan normal: 25 Kcal / kgbb / jam d. Pada operasi elektif yang dipuasakan, penggantian cairan hanya untuk maintenance saja e. Pemberian cairan pre operasi adalah untuk mengganti bila ada 1) Kehilangan cairan akibat puasa. 2) Kehilangan cairan akibat perdarahan. 3) Kehilangan cairan akibat dehidrasi. f. Pemberian darah pre operasi di dasarkan atas pertimbangan yang matang dan apabila perlu dilakukan pemeriksaan darah lebih dahulu. 38
  • 40. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius Cairan pengganti - Kristaloid 2-4 kali dari jumlah perdarahan. - Koloid 1 kali dari jumlah perdarahan - Darah (WB) 1 kali dari jumlah perdarahan JENIS CAIRAN INFUS Berdasarkan Partikel dlm Cairan dibagi menjadi: I. KRISTALOID A. Cairan Hipotonik  Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum ( 285 mOsmol/L)  cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya  Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.  Komplikasi : kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intracranial  Contoh NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%. B. Cairan isotonik  osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah) = 285 mOsmol/L, sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.  Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).  Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.  Contoh: Ringer-Laktat (RL), dan normal saline / larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%) C. Cairan Hipertonik  Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum ( 285 mOsmol/L), sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.  Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).  Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin II. KOLOID Mempunyai partikel besar, yg agak sulit menembus membran semipermeabel/ dinding pembuluh darah. dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah dextran, albumin dan steroid, HES (Hydroxy Etil Starch) Berdasar tekanan Onkotik-nya ada 2 mcm : - Iso-Onkotik : Co/ Albumin 25% - Hiper-Onkotik : Co/ Albumin 5% 39
  • 41. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius Efek Pemberian Ci Infus terhadap Kompartemen Ci Tubuh : Dext 5% Kristaloid Kristaloid Koloid Koloid (Hipotonis) Isotonis hipertonis Iso-Onkotik Hiper-Onkotik Vol.Intra- vask.      Vol.Inter- stitiel    -  Vol.Intra- sel  -  -  Beberapa Contoh Cairan Infus 1. Asering (Ringer Asetat/Asering) Keunggulan: - Asetat dimetabolisme di otot  aman bagi pasien dg gangguan liver - Pd kasus bedah  mempertahankan suhu tubuh - Efek vasodilator - Efektif mengatasi asidosis Komposisi : Na+ = 130 Cl- = 108.7 K+ = 4 Ca++ = 2.7 Asetat = 28 2. KAEN 1B Komposisi : Mengandung elektrolit mEq/L Na+ = 38.5 Cl- = 38.5 Dekstrosa = 37.5 gr/L 3. KAEN 3A Komposisi : Mengandung elektrolit mEq/L Na+ = 60 Cl- = 50 K+ = 10 Laktat = 20 Dekstrosa = 27 gr/L 4. KA-EN 3B Mengandung elektrolit mEq/L Na+ = 50 Cl- = 50 K+ = 20 Laktat = 20 Dekstrosa = 27 gr/L indikasi: Kasus-kasus baru di mana status gizi tidak terlalu jelek, antara lain: 40
  • 42. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius - Pneumonia - Pleural Effusion - Ketoasidosis diabetik (setelah rehidrasi dg NaCl 0,9%) - Observasi Tifoid - Observasi demam yang belum diketahui penyebabnya - Status asthmaticus - Fase pemulihan dari DBD 5. KA-EN 4A Mengandung elektrolit mEq/L Na+ = 30 Cl- = 20 Laktat = 10 Dekstrosa = 40 gr/L 6. KA-EN 4B Mengandung elektrolit mEq/L Na+ = 30 Cl- = 28 K+ = 8 Laktat = 10 Dekstrosa = 37.5 gr/L 7. Ringer Laktat Tiap 100 ml terdiri atas: NaCl 0,6 g NaLaktat 0,312 g KCl 0,04 g CaCl 0.027 g Osmolaritas: Na+ 131 K+ 5 2+ Ca 2 Cl- 111 - HCO3 (laktat) 29 8. NS (Normal Salin/ NaCl 0,9%) Tiap 500ml mengandung NaCl 4,5g Osmolaritas: Na+ 154 - Cl 154 9. Glukosa 5% Tiap 500ml mengandung glukosa 25g Osmolaritas 280 mOsm/l setara dengan 800kJ/l atau 190kkal/l 10. Glukosa 10% Tiap 500ml mengandung glukosa 55g Osmolaritas 555 mOsm/l setara dengan 1680kJ/l atau 400kkal/l 11. D5 ½ NS Tiap 500ml mengandung glukosa 25g 41
  • 43. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius NaCl 2,25g Kandungan elektrolit Na+ 77 - Cl 77 Setara dengan 840kJ/200kkal 11. D5 ¼ NS Tiap 500ml mengandung glukosa 27,5g NaCl 1,125g Kandungan elektrolit Na+ 38,5 Cl- 38,5 Setara dengan 840kJ/200kkal 12. HES 6% Tiap 500 ml terdiri atas: HES 30 g NaCl 3,45 g NaLaktat 2,24 g KCl 0,15 g CaCl 0.11 g Osmolaritas (mmol/l): Na+ 138 + K 5 Ca2+ 3 Cl- 125 - HCO3 (laktat) 20 Osmolaritas berkisar 280 mOsm/l pH: +6 Catatan: kandungan antar merek dagang dapat berbeda-beda. Namun dalam rentang yang hampir mirip. 42
  • 44. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius TRANSFUSI Catatan: 1. Dulu diyakini bahwa kadar Hb harus lebih tinggi dari 9 sampai 10 ml/dl agar tersedia cukup oksigen untuk memenuhi kebutuhan organ vital (otak,jantung) dalam mencukupi stres. Sekarang sudah dibuktikan, bahwa Hb 3 sampai 6 g/dl masih dapat mencukupi kebutuhan oksigen jaringan. Dari percobaan diketahui bahwa Hb 2-3 g/dl atau 6-8% masih mampu menunjang kehidupan (Singler,1980;Johnson,1991). Batas “anemia aman” bagi pasien yang memiliki jantung normal adalah hematokrit 20%. Pasien yang menderita penyakit jantung koroner memerlukan batas 30% 2. Penggantian volume yang hilang harus didahului karena penurunan 30% saja sudah dapat menyebabkan kematian. Sebaliknya batas toleransi kehilangan Hb lebih besar. Kehilangan Hb sampai 50% masih dapat diatasi. Bagi pasien tanpa penyakit jantung, Hb 8-10 gm/dl masih dapat memberikan cukup oksigen untuk jaringan dengan baik (asal volume sirkulasi normal). Karena itu, tidak semua perdarahan harus diganti transfuse. Terapi diprioritaskan untuk mengembalikan volume sirkulasi dengan cairan Ringer Laktat atau NaCl 0,9% atau Plasma Substitute/koloid (Expafusin, Dextran, Hemaccel, Gelafundin) selama Hb masih 8-10 gm/dl. Cara terapi dengan cairan ini disebut hemodilusi. Perdarahan sampai volume darah masih dapat diganti saja tanpa transfusi. 3. Pada kehilangan 30-50% volume darah, maka setelah pemberian cairan, jika Hb < 8-10 gm/dl atau hematrokit < 20-25% maka transfusi diberikan. 4. Sasaran transfusi adalah mengembalikan kadar Hb sampai 8-10 gm/dl saja. Tidak perlu sampai Hb “normal” 15 gm/dl lagi. 5. Dari perhitungan kadar Hb, darah satu kantong hanya menaikkan Hb 0,5 gm/dl. Peningkatan sebesar ini juga dapat dicapai dengan pemberian gizi yang baik dan terapi Fe++. Manfaat kenaikan Hb 0,5 gm/dl tidak sebanding dengan resiko penularan penyakit. 6. Teknik hemodilusi tidak dapat digunakan pada pasien trauma dan trauma thorax karena dapat menyebabkan edema otak/paru. TUJUAN TRANSFUSI 1. Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen 2. Memperbaiki volume darah tubuh 3. Memperbaiki kekebalan 4. Memperbaiki masalah pembekuan INDIKASI 1. Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan cairan. 2. Anemia kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan dengan cara lain. 3. Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen. 4. Plasma loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberikan plasma substitute atau larutan albumin 43
  • 45. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius Jenis Darah Yang Ditransfusikan 1. Whole Blood (Darah Simpan/Wb)  450 ml darah + 63 ml CPD (citrat phosphate dextrose anticoagulan)  Simpan 4oC  Lama simpan < 28 hari  Antikoagulan lain : Acid Citrate Dextrose (simpan 4oC bisa selama 21 hari)  Rendah platelet, F V&VIII, kecuali bila disimpan < 6 jam  untuk mengganti volume darah pasien shock hipovolemik perdarahan 2. Fresh Whole Blood (darah segar)  12 jam penyimpanan  indikasi : pasien dengan Hb& platelet rendah, trombositopenia, transfusi masif dengan darah simpan 3. Packed Red Cell  Hasil sentrifugasi WB (plasma dikurangi 200 ml)  Volume 300 ml (masa hidup 21 hari jika disimpan dalam 4oC)  1 unit = meningkatkan Hb 1-1,5 gr%  indikasi : anemia kronis dengan normovolemi sirkulasi supaya tidak overload : pasien gagal jantung, pasien sangat tua, sepsis kronis. Anemia perdarahan akut yang sudah mendapat penggantian cairan  dapat dicampur NS  untuk pasien shock) 4. Stable Plasma Protein Solution (SPPS)  Resiko hepatitis sangat kecil  Pemanasan tinggi  Faktor pembekuan kurang, F V, VIII  Infus cepat SPPS untuk pasien hipotensi  Sangat mahal, dipakai jika tidak sempat cross match 5. Fresh Frozen Plasma (FFP)  Dari WB < 6 jam simpan. penyimpanan -20oC (3 bulan). Penyimpanan -30oC 1 tahun  diinfuskan setelah mencair  Indikasi: Mengganti faktor koagulasi, mengganti volume plasma  Diberikan 10 cc/kg satu jam pertama, dilanjutkan 1 cc/kg Bb per jam sampai PPT dan APTT mencapai nilai  1,5 x nilai kontrol yang normal.  Terapi plasma tidak tepat untuk memperbaiki pasien hipoalbuminemia karena tidak akan meningkatkan kadar albumin secara nyata 6. Thrombocyte Concentrate = TC  berasal dari 250 cc darah utuh  meningkatkan trombosit 5000/mm3.  Disimpan pada 22oC  bertahan 24 jam. Pada suhu 4o-10oC  bertahan 6 jam.  Diberikan pada DHF, hemodilusi dengan cairan jumlah besar dan transfusi masif > 1,5 x volume darah pasien sendiri, yaitu bila dijumpai trombositopenia (50.000- 80.000/mm3).  Penambahan trombosit tidak dapat dilakukan dengan darah utuh segar sebab trombosit yang terkandung hanya sedikit. 44
  • 46. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius  Trombosit diberikan cukup sampai perdarahan berhenti atau masa perdarahan (bleeding time) mendekati 2x nilai normal, bukan sampai jumlah trombosit normal. 7. Larutan Albumin  Terdiri dari 5% dan 25% human albumin  Resiko hepatitis <  Faktor pembekuan (-)  Tujuan : meningkatkan albumin serum pada : Penyakit hepar, Ekspansi volume darah 8. Cryoprecipitate  Sentrifugasi plasma beku  Konsentrasi tinggi F VIII  Untuk terapi : haemofilia & defisiensi lain  Resiko hepatitis TRANSFUSI AUTOLOGOUS darah pasien sendiri diambil pada masa pra-bedah, disimpan untuk digunakan pada waktu pembedahan yang terencana (efektif). Dengan demikian dapat dipastikan bahwa tidak ada resiko penularan penyakit sama sekali. KOMPLIKASI TRANSFUSI DARAH I. Reaksi imunologi A. Reaksi Transfusi Hemolitik  Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien.  Tanda : menggigil, panas, kemerahan pada muka, bendungan vena leher , nyeri kepala, nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat dan dangkal, takhikardi, hipotensi, hemoglobinuri, oliguri, perdarahan yang tidak bisa diterangkan asalnya, dan ikterus. Urine coklat kehitaman sampai hitam dan mungkin berisi hemoglobin dan butir darah merah  Terapi : pemberian cairan intravena dan diuretika. Cairan digunakan untuk mempertahankan jumlah urine yang keluar  Diuretika yang digunakan ialah : a. Manitol 25 %, 25 gr diberikan iv  pemberian 40 mEq Natrium bikarbonat. b. Furosemid  Bila terjadi anuria yang menetap perlu tindakan dialisis B. Reaksi transfusi non hemolitik 1. Reaksi transfusi “febrile”  Tanda: Menggigil, panas, nyeri kepala, nyeri otot, mual, batuk nonproduktif. 2. Reaksi alergi a. “Anaphylactoid” bila terdapat protein asing pada darah transfusi. b. Urtikaria, paling sering terjadi dan penderita merasa gatal-gatal. Biasanya muka penderita sembab. Terapi yang perlu diberikan ialah antihistamin, dan transfusi harus dihentikan. 45
  • 47. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius II. Reaksi non imunologi a. Reaksi transfusi “Pseudohemolytic” b. Reaksi yang disebabkan oleh volume yang berlebihan. c. Reaksi karena darah transfusi terkontaminasi d. Virus hepatitis. e. Lain-lain penyakit yang terlibat pada terapi transfusi misalnya malaria, sifilis, virus CMG dan virus Epstein-Barr, parasit serta bakteri. f. AIDS. III. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah masif. 1. “dilutional coagulopathy” 2. disseminated intravascular coagulation (dic) 3. intoksikasi sitrat (komplikasi yang jarang terjadi) 4. keadaan asam basa 5. hiperkalemi 6. hipotermi 7. Post transfusion hepatitis (PTH) Cara menghindari reaksi transfusi : a. Tes darah, untuk melihat cocok tidaknya darah donor dan resipien. b. Memilih tips dan saringan yang tepat. c. Pada transfusi darurat : Dalam situasi darurat tidak perlu dilakukan pemeriksaan secara lengkap, dan jalan singkat untuk melakukan tes sebagai berikut : 1. Type-Specific, Partially Crossmatched Blood Bila menggunakan darah “un-crossmatched”, maka paling sedikit harus diperoleh tipe ABO-Rh dan sebagian “crossmatched”. 2. Tipe-Specific, Uncrossmatched Blood. Untuk tipe darah yang tepat maka tipe ABO-Rh harus sudah ditentukan selama penderita dalam perjalanan ke rumah sakit. 3. O Rh-Negatif (Universal donor) Uncrossmatched Blood Golongan darah O kekurangan antigen A dan B, akibatnya tidak dapat dihemolisis baik oleh anti A ataupun anti B yang ada pada resipien. Oleh sebab itu golongan darah O kita sebut sebagai donor universal dan dapat digunakan pada situasi yang gawat bila tidak memungkinkan untuk melakukan penggolongan darah atau “crossmatched”. TANDA OVERLOAD SIRKULASI I. Pasien Sadar 1. dada sesak 2. batuk 3. dispnea 4. sianosis 5. vena leher membesar 6. takikardi 7. krepitasi basal 8. edema pulmo 46
  • 48. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius II. Pasien dalam anestesi 1. takikardi 2. TD menurun 3. sianosis 4. vena leher membesar 5. krepitasi basal Terapi: 1. stop transfusi 2. inhalasi O2 3. sandarkan pasien 4. digitalis iv, kecuali pasien gagal ginjal dan tua 5. diuretic  furosemid 6. morfin 7. aminofilin RUMUS-RUMUS TRANSFUSI 1. WB = 6 X (BB (Kg) X ∆Hb 2. PRC = 4 X (BB (Kg) X ∆Hb 3. albumin = ∆ albumin x BB x 0,8 4. koreksi asidosis metabolic NaHCO3 = BE x 30% x BB BE = Base Excess = jumlah asam basa yang harus ditambahkan supaya pH darah meningkat ESTIMATED BLOOD VOLUME Blood volume (ml/kgBB) Bayi prematur 100-110 Bayi aterm 90-100 Anak <10 kg 85 Anak >10 kg 80 Pria dewasa 70 Wanita dewasa 65 Penggantian darah (WB) pada pasien selama operasi dipertimbangkan apabila - Operasi sedang berlangsung dan telah kehilangan darah Dewasa > 25% dari EBV Bayi dan anak > 10% dari EBV - Anemia berat. - Kelainan faktor pembekuan. - Sepsis. Catatan:  Pada pasien dewasa dengan Hb normal, perdarahan s.d 25% dari EBV dapat ditolelir dan tidak perlu di lakukan transfusi.  Perdarahan 10-20% harus hati-hati mungkin perlu darah  Penggantian darah selama operasi digunakan Whole Blood (WB)  Pada kasus-kasus sangat darurat, tidak tersedia darah yang sesuai dengan golongan darah pasien, gunakan O. tranfusi selanjutnya selama 2 minggu tetap O. 47
  • 49. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius TERAPI OKSIGEN pulmoner  Indikasi medis: untuk gangguan non-pulmoner  Indikasi: - hipoksia - stadium akut penyakit jantung-paru - selama/sesudah operasi - pasien tdk sadar - anemia berat (alat angkut <) - perdarahan & hipovolemi - asidosis  Pemberian O2: - O2 tunggal - O2 + gas lain (udara) sbg suplemen gas inspirasi atau sumber oksigenasi  Tekanan O2 60 mmHg u/ koreksi hipoksemia arteri  hanya sedikit yg dpt diterima  Tekanan O2 kurang  untuk pasien hipoksemia kronis & retensi CO2  Tekanan O2 lebih  untuk: - hipotensi - keracunan sianida - Hb - Curah jantung - Intoksikasi CO  Alat2 yg digunakan: - manometer - tangki/tabung isi O2 - flowmeter - humidifier - selang  Alat u/ pemberian O2: - masker O2 (sungkup muka) - kateter nasal = nares anterior - double nasal prongs - kateter nasofaring - O2 tent - inkubator Metode pemberian  Kontrol lebih pd konsentrasi O2 inspirasi pd pasien dgn peny. pernafasan  Nasal cannul: flow rate: 4-6 l/menit u/ periode lama  kurang baik  mengeringkan mukosa hidung  krusta  Masker: - Open mask: 6 l/menit (50-60% u/ cegah rebreathing) 48
  • 50. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius - Nonrebreathing mask - masker tertutup, reservoir - O2: 100% pd os tanpa ET - Partial rebreathing mask: - O2: 80%  Oksigen hiperbarik: Kamar/chamber tekanan tinggi O2 (> 760 mmHg) O2: 100%  u/: - emboli gas, gas gangrene, keracunan CO  O2 dgn masker: konsentrasi O2: 60-90% flow rate: 6-8 l/menit - flow rate harus tinggi - bila <6 l/menit  CO2 tertumpuk  Keracunan CO2  Indikasi pemberian O2 lewat masker: - Infark miokard - Edema paru - Pneumonia masif - Emboli paru - Keracunan CO - Syok  Pemberian O2 lewat hidung  double nasal prongs Konsentrasi O2: 35-50% Flow rate: 6-8 l/menit Aman, mudah  Pemberian O2 dgn kateter Konsentrasi: 35-50% Flow rate: 4-7 l/menit BAHAYA TERAPI OKSIGEN respirasi - Keracunan nonrespirasi - Hipoventilasi: os dgn PPOK (penyakit paru obstruktif kronis  hipoksemia – retensi CO2 bl diberi tekanan O2 arteri lebih dari normal  rangsangan nafas  hipoventilasi - Atelektasis. - Toksisitas paru Konsentrasi O2 jangka lama  merusak paru Konsentrasi O2 lebih (50-60%) jangka lama  bahaya toksik metabolit2 O2 sangat reaktif (radikal bebas) - superoksida - ion hidroksil yg diaktivasi bereaksi dgn: DNA sel, protein sulfahidril, lipid dicegah dgn: antioksidan - Fibroplasia retrolental - Bahaya fisik  membantu kebakaran 49
  • 51. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius RESUSITASI JANTUNG PARU Sebab Henti nafas 7. sumbatan jalan nafas - benda asing - aspirasi - lidah jatuh ke belakang - pipa endotrakeal terlipat - kanul trakeal tersumbat - kelainan akut glottis dan sekitarnya 2. depresi pernafasan a. sentral - obat - intoksikasi - pCO2 tinggi - pO2 rendah - setelah henti jantung - tumor otak - tenggelam b. perifer - obat pelumpuh otot - miastenia gravis - poliomielitis Sebab Henti Jantung 1. Cardiovaskular (peny jantung iskemik, IMA, emboli paru, fibrosis system konduksi) 2. Kekurangan oksigen akut (henti nafas, benda asing, sumbatan karena sekresi) 3. Kelebihan dosis obat (digitalis, adrenalin) 4. gangguan asam-basa / elektrolit (K meningkat atau menurun, Mg meningkat, Ca meningkat, asidosis) 5. Kecelakaan (syok listrik, tenggelam) 6. refleks vagal 7. anestesi dan pembedahan 8. terapi dan tindakan diagnostic medis 9. syok Henti jantung dapat disertai fenomena listrik 8. fibrilasi ventricular 9. takikardi ventrikel 10. asistol ventrikel 50
  • 52. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius CARDIAC ARREST Tanda: 1. kesadaran hilang (dalam 15 detik setelah henti jantung) 2. tidak teraba denyut nadi/ arteri besar (femoralis & carotis pada dewasa, brachialis pada bayi) 3. henti nafas/megap-megap 4. terlihat seperti mati 5. warna kulit pucat – kelabu 6. pupil dilatasi (setelah 45 detik) Sindroma Adam Stokes Keadaan yang disebabkan oleh blok AV jantung derajat tinggi secara episodik ditandai oleh bradikardi atau asistol yagn mengakibatkan serangan tidak sadar diri yang mendadak dengan/tanpa disertai kejang Tindakan  sirkulasi buatan  pijat jantung luar Indikasi RJP : Henti nafas dan atau henti sirkulasi. Kontra indikasi : • Henti jantung telah berlangsung lama (lebih dari 15 menit (seperti pada kasus tenggelam ). • Pada penyakit terminal yang tak bisa diobati seperti pada kasus keganasan/ kanker stadium akhir. • Diragukan keefektifannya pada trauma berat dada, kelainan patologis jantung seperti infark miokard luas, tamponade jantung, trauma toraks internal, emboli udara/ paru masif, pneumotoraks bilateral/tension. Langkah-Langkah AIRWAY 1. Menilai jalan nafas Look: o Gerak dada & perut o Tanda distres nafas o Warna mukosa, kulit o Kesadaran Listen  Gerak udara nafas dengan telinga Feel  Gerak udara nafas dengan pipi Penyebab sumbatan jalan nafas Paling sering : dasar lidah, palatum mole, darah, benda asing, spasme laring. Penyebab lain : spasme bronkus, sembab mukosa, sekret, aspirasi. Tanda sumbatan / obstruksi – mendengkur : pangkal lidah (snoring) – suara berkumur : cairan (gargling) – stridor : kejang / edema pita suara (crowing) 51
  • 53. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius Tanda lebih lanjut – gelisah (karena hipoksia) – gerak otot nafas tambahan – (tracheal tug, retraksi sela iga) – gerak dada & perut paradoksal – sianosis (tanda lambat) Macam Sumbatan Total.  Segera koreksi  5 – 10 menit terjadi asfiksi  henti nafas  henti jantung. Parsial.  Harus tetap dikoreksi.  Kerusakan otak, sembab otak, sembab paru, henti nafas, henti jantung sekunder. 2. Bersihkan jalan nafas  Bila curiga ada sumbatan, mulut harus dibuka paksa.  Gerak jari menyilang  Gerak jari dibelakang gigi  Gerak angkat mandibula lidah 1. Jaga tulang leher (baring datar, wajah ke depan, leher posisi netral) 2. Membebaskan jalan nafas - Head tilt (hati-hati pasien trauma) - Chin lift (hati-hati pasien trauma) - jaw-thrust 3. Bersihkan cairan  suction 4. pasang oro/ naso-pharyngeal tube 5. pertimbangkan intubasi BREATHING o berikan 2 nafas yang berhasil dada terangkat @ 500-600 ml (maksimal 1000 ml) o beri sela ekshalasi o beri oksigen 100% lebih dini CIRCULATION o Lakukan raba nadi carotis Dua atau satu penolong (tidak dibedakan lagi) o 30 pijat - 2 nafas Jika trachea sudah intubasi o tak usah sinkronisasi o pijat 100x/ menit + nafas 12 / menit 52
  • 54. www.doktermudaliar.wordpress.com Menguak Misteri Kamar Bius DEFIBRILLATION o DC shock sedini mungkin (sebelum 5-10 menit) o 360 Joules Jika defibrillation diberikan sebelum 5 menit, > 50% kemungkinan jantung berdenyut kembali RJP berhasil • Lanjutkan oksigenasi, kalau perlu nafas buatan • Hipotensi diatasi dengan inotropik dan obat vaso-aktif (adrenalin, dopamin, dobutamin, ephedrin) • Tetap di infus untuk jalan obat cepat • Terapi aritmia • Koreksi elektrolit, cairan dsb • Awasi di ICU • awas: cardiac arrest sering terulang lagi ECG dalam cardiac arrest ada 3 pola (pada semuanya, nadi carotis tidak ada) • VF / VT pulseless = ada gelombang khas – shockable, harus segera DC-shock – (ada VT yang nadi carotis (+)  tak perlu DC-shock) • Asystole = tak ada gelombang (ECG flat) – UN-shockable • PEA = EMD = ada gelombang mirip ECG normal – UN-shockable Bila Cardiac Arrest membandel, kemungkinan: 1. Hipoksia 2. Hipovolemia 3. Hiperkalemia 4. Hipotermia 5. Tamponade jantung 6. Tension pneumothorax 7. Thromboemboli paru 8. Toxic overdose 9. Beta-blocker, Ca-blocker 10. Digitalis, Tricyclic AD 11. Massive MI 12. Asidosis 53